• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN FULLY ENGLISH, BILINGUAL DAN KONVENSIONAL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN FULLY ENGLISH, BILINGUAL DAN KONVENSIONAL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

SILVIA KRISNADEWI PRABANDARI 1004642

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran FullyEnglish, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah

Menengah Pertama

Oleh

Silvia Krisnadewi Prabandari

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Sekolah Pascasarjana

© Silvia Krisnadewi Prabandari

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN FULLY ENGLISH,

BILINGUAL, DAN KONVENSIONAL PADA SISWA SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA

(Studi Eksperimen di SMP Kota Tangerang)

Oleh

SILVIA KRISNADEWI PRABANDARI 1004642

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing I

Turmudi, M.Sc., M.Ed.,Ph.D. NIP.196101121987031003

Pembimbing II

Jarnawi Afgani Dahlan, Dr., M.Kes NIP. 196805111991011001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

(4)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui

Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

... Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Definisi Operasional ... 14

BAB II LANDASAN TEORI ... 16

A. Komunikasi Matematis ... 16

B. Pemahaman Matematis ... 26

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

D. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Desain Penelitian ... 38

B. Populasi dan Sampel ... 39

C. Variabel Penelitian ... 40

(5)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui

Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Tes Instrumen Penelitian ... 41

a. Analisis Validitas Butir Soal ... 43

b. Reliabilitas ... 45

c. Analisis Daya Pembeda ... 46

d. Analisis Tingkat Kesukaran ... 49

E. Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen Tes ... 51

F. Skala Sikap Siswa ... 52

G. Observasi ... 53

H. Bahan Ajar ... 53

I. Teknik Analisis Data ... 54

1. Gain Normal ... 54

2. Analisis Deskriptif ... 55

3. Menghitung Efektifitas Size ... 55

4. Menguji Normalitas Data ... 56

5. Menguji Homogenitas Data ... 57

6. Menguji Rerata Skor Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 57

a. Untuk Kemampuan Pemahaman ... 58

b. Untuk Kemampuan Komunikasi Matematis ... 58

7. Melihat Signifikansi Perbedaan Rerata ... 59

a. Untuk Kemampuan Pemahaman ... 59

b. Untuk Kemampuan Komunikasi Matematis ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil Penelitian ... 61

(6)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui

Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Analisis Statistik Deskriptif Data Kemampuan Pemahaman Matematis ... 62 b. Analisis Statistik Inferensial Data Kemampuan Pemahaman

Matematis ... 64 1) Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Matematis ... 64 2) Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemahaman Matematis ... 66 3) Uji Perbedaan Dua Rerata Pretes Kemampuan Pemahaman

Matematis ... 67

4) Uji Perbedaan Dua Rerata Postes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 68 5) Uji Perbedaan Dua Rerata N-Gain Kemampuan Pemahaman

Matematis ... 71 2. Analisis Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 74 a. Analisis Statistik Deskriptif Data Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 74 b. Analisis Statistik Inferensial Data Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 75 1) Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi Matematis ... 76 2) Uji Homogenitas Data Kemampuan Komunikasi Matematis ... 77 3) Uji Perbedaan Dua Rerata Pretes Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 78 4) Uji Perbedaan Dua Rerata Postes Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 79 5) Uji Perbedaan Dua Rerata N-Gain Kemampuan Pemahaman

Matematis ... 82 3. Analisis Data Efektifitas Pembelajaran Matematika FullyEnglish

(7)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui

Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Analisis Sikap Siswa Terhadap PBM Matematika FullyEnglish ... 87

5. Analisis Sikap Siswa Terhadap PBM Bilingual Matematika ... 88

B. Pembahasan ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

(8)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui

Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

... Halaman Tabel 3.1 Kriteria Pensekoran Kemampuan Pemahaman ... 41 Tabel 3.2 Kriteria Pensekoran Komunikasi Matematis ... 42 Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas ... 44 Tabel 3.4 Intepretasi Validitas Hasil Ujicoba Soal Tes Komunikasi

Matematis Pada Kedua Kelas ... 44 Tabel 3.5 Intepretasi Validitas Hasil Ujicoba Soal Tes Pemahaman

Matematis Pada Kedua Kelas ... 46 Tabel 3.6 Intepretasi Koefisien Reliabilitas ... 45

Tabel 3.7 Intepretasi Daya Pembeda ... 47 Tabel 3.8 Intepretasi Daya Pembeda Hasil Ujicoba Soal Tes Komunikasi

Matematis Pada Kedua Kelas ... 48 Tabel 3.9 Intepretasi Daya Pembeda Hasil Ujicoba Soal Tes Pemahaman

Matematis Pada Kedua Kelas ... 48 Tabel 3.10 Intepretasi Indeks Kesukaran ... 49 Tabel 3.11 Intepretasi Indeks Kesukaran Hasil Ujicoba Soal Tes Komunikasi

(9)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui

Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.12 Intepretasi Indeks Kesukaran Hasil Ujicoba Soal Tes Pemahaman

Matematis Pada Kedua Kelas ... 50

Tabel 3.13 Rekapitulasi Analisis Dta Hasil Ujicoba Butir Tes Pemahaman dan Komunikasi matematis (berbahasa Inggris) ... 51

Tabel 3.14 Rekapitulasi Analisis Dta Hasil Ujicoba Butir Tes Pemahaman dan Komunikasi matematis (berbahasa Indonesia) ... 51

Tabel 3.15 Klasifikasi Data Skala Sikap Siswa ... 53

Tabel 3.16 Intepretasi Gain ... 55

Tabel 3.17 Intepretasi EffectSize ... 56

Tabel 3.18 Rancangan ANOVA Satu Jalur ... 58

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Pemahaman Matematis ... 63

Tabel 4.2 Data Uji Normalitas Pretes&Postes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 65

Tabel 4.3 Data Uji N-Gain Kemampuan Pemahaman Matematis ... 65

Tabel4.4 Data Uji Homogenitas N-Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Ketiga Kelas ... 66

Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis Ketiga Kelas Penelitian ... 67

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Rerata Postes Kemampuan Pemahaman Matematis Ketiga Kelas Penelitian ... 69

Tabel 4.7 Rerata & Klasifikasi N- Gain Kemampuan Pemahaman Matematis ... 71

Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Ketiga Kelas Penelitian ... 72

Tabel 4.9 Hasil Uji Lanjutan Perbandingan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Ketiga Kelas Penelitian ... 73

(10)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui

Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.11 Data Uji Normalitas Pretes&Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 76 Tabel 4.12 Data Uji N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 78 Tabel 4.13 Data Uji Homogenitas N-Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis Ketiga Kelas ... 78 Tabel 4.14 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretes Kemampuan Komunikasi

Matematis Ketiga Kelas Penelitian ... 78 Tabel 4.15 Hasil Uji Perbedaan Rerata Postes Kemampuan Komunikasi

Matematis Ketiga Kelas Penelitian ... 80 Tabel 4.16 Rerata & Klasifikasi N- Gain Kemampuan Komunikasi Matematis

... 83 Tabel 4.17 Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi

Matematis Ketiga Kelas Penelitian ... 84 Tabel 4.18 Hasil Uji Lanjutan Perbandingan Peningkatan Kemampuan

(11)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui

Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

... Halaman Gambar 4.1 Contoh Hasil Pengerjaan Siswa dikelas FullyEnglish ... 92 Gambar 4.2 Contoh Hasil Pengerjaan Siswa dikelas bilingual ... 94 Gambar 4.3 Situasi Proses Belajar Mengajar dikelas Matematika Fully

(12)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui

Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR DIAGRAM

(13)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN FULLY ENGLISH, BILINGUAL DAN KONVENSIONAL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Silvia Krisnadewi Prabandari 1004642

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis pada siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan bahasa asing (kelas ekperimen) dan pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Adapun kemampuan pemahaman yang diukur adalah kemampuan pemahaman instrumental dan relasional. Selain mengungkap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemahaman matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, penelitian ini juga memberikan gambaran pelaksanaan pengajaran yang dilakukan guru di sekolah, gambaran kegiatan belajar siswa di sekolah serta sikap siswa terhadap adanya pengaruh bahasa asing terhadap pemahaman dan komunikasi matematis. Subyek penelitian adalah siswa di salah satu SMP Negeri kota Tangerang,

Junior High School, dan Junior School National Plus kelas dua pada semester pertama tahun pelajaran 20013/2014. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis yang diberikan pada ketiga kelas, sedangkan instrumen non tes berupa skala sikap, dan lembar observasi hanya diberikan pada kelas eksperimen. Hasil pengolahan data menunjukkan adanya perbedaan kemampuan komunikasi matematis pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang artinya pengaruh penggunaan bahasa dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis. Sedangkan pada kemampuan pemahaman kelas pembelajaran

Bilingual memiliki peningkatan lebih baik daripada kelas Fully English dan kelas kontrol. Hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan hasil angket terhadap siswa secara umum terungkap bahwa siswa memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran dengan penggunaan bahasa asing. Adapun angket tersebut menanyakan pendapat siswa terhadap komponen pembelajaran yang meliputi: cara mengajar guru, LKS, suasana kelas, penampilan guru, dan minat terhadap pembelajaran matematika dengan penggunaan bahasa asing.

Kata Kunci : Kemampuan pemahaman, kemampuan komunikasi matematis, pembelajaran matematika Fully English, pembelajaran Bilingual

(14)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

COMPARISON OF UNDERSTANDING AND COMMUNICATION SKILLS THROUGH LEARNING MATHEMATICAL FULLY ENGLISH, BILINGUAL, AND CONVENTIONAL AT JUNIOR HIGH SCHOOL

STUDENTS

Silvia Krisnadewi Prabandari 1004642

ABSTRACT

This study aims to reveal the mathematical understanding and communication abilities in junior high school students are getting the learning of mathematics with a foreign language (experimental class) and conventional learning (control class). The ability of understanding is the ability to measure instrumental and relational understanding.in addition to exposing the students ability in solving mathematical problems understanding the experimental class and the control class, this study also gives an overview of the implementation of the teachers teaching in schools, a picture of student learning activities in school and students' attitudes toward the influence of foreign languages on mathematical understanding and communication. Subjects were students in one of the Tangerang cities junior high school, junior high school, and junior school national plus two classes in the first semester of academic year 20013/2014. The data was collected using tests and non-test instruments. A test instrument test comprehension and mathematical communication are given in the third grade, while the non-test instruments such as attitude scales, and observation sheets only given in the experimental class. The results indicate a difference in the data processing capabilities of mathematical communication in the experimental group and the control group, which means that the effect of the use of language can improve mathematical communication skills. While the ability of understanding bilingual learning class has a better improvement than fully English class and control class. the results of the learning activities under taken by the students in the focus groups revealed that students generally have a positive attitude towards learning with the use of a foreign language as for the questionnaire asked students' opinions on learning components that include: how to teach teachers, worksheets, classroom atmosphere, teacher performance, and interest in the learning of mathematics with the use of a foreign language.

(15)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

(16)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan sumber daya manusia dituntut untuk melaju aktif, partisipatif, beradaptasi, mengikuti, dan menggerakkan dinamika perkembangan zaman. Kondisi ini menggerakkan kompetensi sumber daya manusia untuk mengikuti pergerakan tersebut, salah satunya dengan meningkatkan kompetensi diri. Kondisi ini mendorong

dan membentuk seseorang semakin berkualitas yang berorientasikan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang pada sampai saat ini peran sains dan teknologi semakin dirasakan manfaatnya. Mustadji (2011) mengatakan pengantar perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat telah berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Perkembangan dalam penggunaan IPTEKS dan penguasaan bahasa, baik dalam skala nasional maupun internasional sangatlah penting mengingat esensi di dalamnya yang berpengaruh dalam jangka waktu panjang.

Aspek yang memegang peranan penting dalam perkembangan kehidupan adalah aspek pendidikan, yang menentukan maju mundurnya suatu kehidupan yang semakin kuat dalam persaingan. Dengan proses pendidikan diharapkan sistem di dalamnya mampu membentuk manusia yang melek teknologi seutuhnya, ilmu pendidikan, dan bahasa. Mengingat pendidikan adalah suatu usaha sadar tujuan dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik semaksimal dan sebaik mungkin. Pendidikan juga merupakan suatu usaha masyarakat dan bangsa yang disengaja dalam rangka mempersiapkan generasi muda bagi eksistensi kehidupan yang lebih bermartabat di masa yang akan datang. Seperti diungkapkan Tirtarahardja (2008) bahwa pendidikan selalu bertumpu pada suatu wawasan kesejarahan, yakni

(17)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Matematika adalah dasar dari seperangkat bidang ilmu. Houstan (2009) dengan jelas mengatakan mathematics is the most powerful tool we have. Senada dengan BSNP dalam Harja (2012), matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memadukan daya pikir manusia. Menurut kurikulum 2004 (Standar Kompetensi), matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga

keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas, (Depdiknas, 2003). Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Matematika sekolah terdiri dari bagian-bagian yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berarti bahwa matematika sekolah tidak dapat dipisahkan dari ciri-ciri: (1) memiliki objek kejadian yang abstrak dan (2) berpola pikir deduktif dan konsisten. Menurut Depdiknas (2003), agar pembelajaran matematika mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa.

Dalam Kurikulum 2004, pembelajaran matematika menuntut pencapaian standar kompetensi bagi peserta didik. Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus dicapai oleh siswa pada akhir periode pembelajaran. Standar kompetensi mencakup kemampuan berpikir, kemampuan psikomotorik dan kemampuan yang terkait dengan kepribadian (Mardapi, 2004). Standar ini dikelompokkan dalam kemahiran matematika, bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, statistika dan peluang, trigonometri dan kalkulus.

(18)

3

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

matematika. Pergantian pemberlakuan di kurikulum 2006 juga memiliki implementasi regulasi yang telah dikeluarkan yaitu PP no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter. Dengan demikian, kurikulum 2006 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual, maupun klasikal.

2. Berorientasi pada hasil belajar (learningoutcomes) dan keberagaman.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Sedangkan pada kurikulum 2013, mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat Kompetensi Inti tiap kelas. Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan). Pada kurikulum 2013 ini, pengurangan mata pelajaran sekolah akan terjadi di tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang semula mempunyai 12 mata pelajaran, pada tahun 2013 hanya akan mempunyai 10 mata pelajaran. Dari 10 mata pelajaran tersebut yakni pendidikan agama, pancasila dan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, seni budaya dan muatan lokal, pendidikan jasmani dan kesehatan, dan prakarya. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge. Dapat disimpulkan melalui salah satu contoh di atas, bahwa pentingnya peranan matematika

(19)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran matematika merupakan sebuah “kunci” untuk tumbuh dan berkembangnya bidang ilmu lain. Wahyudin (2003) mengatakan matematika adalah kepentingan dan kebergunaannya bagi berbagai bidang lain. Dalam konsep keberhasilan matematika pada siswa memiliki banyak indikator. Pemahaman adalah indikator awal siswa dan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Sehingga siswa dapat mengaplikasikan materi

yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar keadaan sumber daya manusia Indonesia tidak kompetitif dan sampai saat ini, mutu pendidikan di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara yang lain (Nurhadi, 2004).

Salah satu contoh di lapangan masih ditemukan ketika seorang siswa kelas I SMP diberikan pertanyaan ” Berapa 7 8?”, dengan mudah siswa menjawabnya dengan jawaban 56. Tetapi jika siswa diberikan pertanyaan lebih lanjut dengan

”jelaskan mengapa 7 8 = 56!”, hasil yang ditemukan adalah belum tentu siswa tersebut bisa menjelaskannya. Dalam hal pertanyaan pertama di atas hanya diperlukan prosedur rutin dalam menjawab, sedangkan di dalam pertanyaan kedua untuk dapat menjawabnya diperlukan kemampuan pemahaman yang baik mengenai masalah tersebut. Skemp (1976) menyatakan, kemampuan pertama merupakan kemampuan pemahaman instrumental, sedangkan kemampuan kedua merupakan kemampuan pemahaman relasional. Pemahaman relasional memiliki tingkatan lebih tinggi dibandingkan dengan pemahaman instrumental. Pada siswa, pemahaman relasional

(20)

5

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wahyudin (1999) mengemukakan ada empat kelemahan yang dimiliki oleh siswa sebagai penyebab rendahnya hasil belajar siswa, antara lain siswa kurang memiliki pengetahuan materi prasyarat yang baik, kurang memiliki kemampuan untuk memahami serta mengenali konsep-konsep dasar matematika (seperti definisi, teorema, aksioma, dalil, kaidah) yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan, kurang memiliki ketelitian dalam menyimak dan mengenali persoalan matematika yang berkaitan dengan pokok bahasan tertentu, kurang memiliki kemampuan untuk menyimak kembali sebuah jawaban yang diperoleh (apakah

jawaban tersebut mungkin atau tidak), dan kurang memiliki kemampuan nalar yang logis dalam menyelesaikan persoalan matematika. Keempat kelemahan ini akan menghambat proses belajar bermakna. Menurut Hudojo (1998) belajar bermakna yang dimaksudkan adalah penyajian materi harus disesuaikan dengan kemampuan siswa, juga harus relevan dengan struktur kognitif siswa, sehingga materi harus dikaitkan dengan konsep-konsep (pengetahuan) yang telah dimiliki siswa dan dikaitkan dengan bidang lain atau kehidupan sehari-hari siswa. Lebih lanjut, Hudojo (1988) mengemukakan bahwa konsep dapat dipahami melalui hubungan antara interaksinya dengan konsep lain, karena dalam proses belajar matematika, prinsip belajar harus terlebih dahulu dipilih, sehingga sewaktu mempelajari metematika dapat berlangsung dengan lancar, misalnya mempelajari konsep B yang mendasarkan pada konsep A, seseorang perlu memahami lebih dahulu konsep A. Tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B. Ini berarti bahwa mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu.

Selain mengembangkan kemampuan pemahaman pada siswa dengan bertujuan mengembangkan sikap ilmiah, perlu ditunjang dengan adanya kemampuan komunikasi. Seperti menurut Hiebert, et al. (2000), bahwa proses refleksi merupakan

(21)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keduanya memberikan pengaruh penting bagi pembentukan pemahaman matematis siswa.

Komunikasi merupakan salah satu media yang akurat dalam mendiagnosa kemampuan siswa, melalui komunikasi ide dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan. Proses suatu komunikasi juga membantu membangun makna dan mempermanenkan ide dan proses komunikasi juga dapat mempublikasikan ide. Sejalan dengan NCTM (2000) ketika para siswa ditantang pikiran dan kemampuan berfikir mereka tentang matematika dan

mengkomunikasikan hasil pikiran mereka secara lisan atau dalam bentuk tulisan, mereka sedang belajar menjelaskan dan menyakinkan. Mendengarkan penjelasan siswa yang lain, berarti memberikan kepad siswa kesempatan untuk mengembangkan pemahaman mereka. Sudrajat (2001) mengatakan ketika seorang siswa memperoleh informasi berupa konsep matematika yang diberikan guru maupun yang diperoleh siswa melalui dan bacaan, maka saat itu terjadi transformasi informasi matematika dan sumber kepada siswa tersebut. Siswa akan memberikan respon berdasarkan interpretasi terhadap informasi itu. Masalah yang sering timbul adalah respon yang diberikan siswa atas informasi yang diterirnanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini mungkin terjadi karena karakteristik dari matematika yang sarat dengan istilah dan simbol, sehingga tidak jarang ada siswa yang mampu menyelesaikan soal matematika dengan baik, tetapi tidak mengerti apa yang sedang dikerjakannya. Tak jarang ditemukan adanya kekeliruan dalam pengajaran yang

dimulai dari sekolah dasar. “Kebiasaan” kekeliruan yang ditanamkan terbawa sampai sekolah lanjut. Bahkan banyak siswa yang baru sadar akan konsep sederhana yang diajarkan di sekolah dasar dapat dipahami ketika sudah berada sekolah menengah.

Inovasi model pembelajaran diharapkan memiliki perkembangan dan penerapan secara tepat pada setiap tingkatan jenjang sekolah, guna membentuk

(22)

7

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu faktor penyebab belum berhasilnya pendidikan di negara kita adalah model pembelajarannya yang kurang efektif.

Salah satu pengembangan pengajaran matematika yaitu perkembangan di dalam model pengajaran terkini mengarah pada bagaimana mengintegrasikan bahasa Inggris ke dalam pembelajaran matematika sehingga kompetensi siswa terbangun secara utuh di dalam kemampuan matematika sekaligus memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cakap. Sabri (2012) memaparkan pendidikan bilingual adalah suatu inovasi pembelajaran yang sangat potensial untuk diimplementasikan secara efektif

guna mencapai tujuan pembelajaran matematika yang dicita-citakan, yaitu terwujudnya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang berdaya saing global dan memungkinkannya bertahan hidup dan sekaligus melaju secara aktif, partisipatif, beradaptasi, mengikuti, dan menggerakkan dinamika perkembangan zaman. Beberapa sekolah yang saat ini masih menerapkan program belajar dengan penunjang bahasa Inggris (bilingual) sebagai bahasa instruksional di dalam mata pelajaran matematika merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif, karena di dalam penerapan model pembelajaran tersebut menjadi warna dalam pembelajaran. Dengan adanya model pembelajaran bilingual diharapkan adanya pemanfaatan matematika dan bahasa Inggris dengan cara bersamaan.

Temuan di lapangan memperlihatkan bahwa peserta didik bilingual mampu menguasai pembentukan konsep yang lebih tinggi. Ini dikarenakan bahwa mereka memiliki pengalaman berbahasa yang lebih luas, sehingga terlibat aktif dalam dua sistem budaya dan bahasa. Terkadang nama dari sebuah konsep pada satu sistem bahasa memandu peserta didik memahami konsep itu dalam bahasa ibunya dengan lebih baik. Misalkan konsep sederhana yang sudah diberikan pada siswa SMP yaitu

(23)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh peserta didik sampai sekolah menengah. Setelah dihadapkan pada kasus Sabri (2012):

2 dan

1

Peserta didik mungkin akan mengalami konflik kognitif. Pada kasus di atas, beberapa siswa ada yang mengatakan bahwa „dua lebih kecil dari (pada) satu,‟ tetapi tetap „dua

lebih dari satu.‟

Dalam matematika yang dibandingkan adalah nilai (value) dari sebuah

bilangan, bukan ukuran (size). Sehingga pada kasus di atas bukan „dua lebih kecil

dari (pada) satu,‟ tetapi (nilai dari) dua lebih dari (pada) (nilai dari) satu. Atau satu lebih besar dari dua (ukuran bentuk tulisannya), tetapi (nilai dari) satu tetap kurang dari (pada) (nilai dari) dua. Adanya penemuan beberapa kasus seperti di atas, dengan

bijak kita dapat mengambil sisi positif dari penggunaan bahasa asing yang tidak mengurangi konsep yang dituju.

Pentingnya sebuah bahasa dalam menghantarkan knowledge bagi siswa diharapkan membawakan bekal yang tidak memiliki konsep keliru. Dasar konsep yang benar dan baik bisa menjadi bekal siswa dalam mereka mencerna konsep-konsep berikutnya yang bersifat kompleks.

(24)

9

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan matematika siswa khususnya sekaligus berkemampuan bahasa Inggris, karena hakikatnya hadirnya pengajaran matematika di sekolah tidak sebatas belajar dan menguasi hitung-hitungan. Ditambahkan oleh Wahyudin (2003) bahwa tidak ada keraguan dan pasti bersepakat bahwa setiap anak harus mendapatkan pelajaran matematika di sekolah, dan kenyataannya memang demikian, karena pelajaran matematika bersama bahasa Inggris dianggap orang sebagai mata pelajaran yang esensial.

Melihat adanya kebutuhan dan tuntutan peningkatan kualitas pendidikan maka

beberapa sekolah mendukung sistem pendidikan nasional yang berorientasi dapat bersaing global atau internasional, adanya sekolah internasional menunjukan adanya kesiapan dari perangkat sekolah untuk mencapai tujuannya yaitu bersaing global dan mengingat tujuan yang harus dipersiapkan sebagaimana mestinya guna tercapai tujuan dari sekolah tersebut, maka seluruh yang berkenaan dengan dunia pendidikan dipersiapkan secara matang. Baik dari fasilitas, kesiapan guru mengajar, instrumen mengajar, serta siswa. Salah satu contoh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Tangerang mempersiapkan adanya sekolah Internasional, bahasa pengajaran menggunakan bahasa Inggris secara total. Dengan adanya sekolah SSN yang tetap menjalani kelas bilingual di dalam sekolah tersebut, meskipun kebijakan RSBI sudah dihapuskan, sekolah tersebut tetap memberikan kualitas terbaik bagi pendidikan di dalamnya sehingga konsisten mengadakan model pembelajaran bilingual matematika. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Dawe (1983), siswa yang bilingual

memiliki kemampuan matematika yang lebih baik daripada siswa yang berbahasa tunggal. Ditambahkan oleh Hayes (2010) siswa yang bilingual memiliki ketangkasan mental. Hasil penelitian Supriyadi (2010) memperlihatkan adanya penerapan pembelajaran bilingual yang memiliki peningkatan aktivitas dan motivasi mahasiswa dalam pembelajaran, serta aktivitas dalam berbahasa Inggris.

(25)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berita yang tertera dalam web Kemendiknas mengutip pernyataan Makkink (2013), bahwa penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah dinilai lebih unggul dibandingkan dengan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang konsisten. Struktur penulisannya sangat jelas dan logis. Senada dengan hal di atas, Haron (2009) lebih lanjut menggunakan prestasi siswa dalam Ujian Pencapaian Sekolah Rendah (UPSR) tahun 2008 memberikan penjelasan bahwa asumsi penggunaan bahasa ibu (lokal) dan bahasa Inggris dalam proses pembelajaran di dalam pelajaran Matematika dan Sains di

Sekolah memberikan hasil rendah. Ditambahkan oleh Secada (dalam Murray, 2010) bahwa siswa bilingual dan siswa yang monolingual memiliki kemampuan yang serupa.

Akhir tahun 2012, sistem pendidikan memiliki hasil keputusan Direktorat Pendidikan dalam program implementasi pengajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam berbahasa Inggris (mathematics and science in english) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam peningkatan kemampuan dan kemahiran berbahasa Inggris bagi siswa, dan peningkatan profesionalisme guru yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan dan sepenuhnya didukung oleh pemerintah dan tertuang dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 pada pasal 50 ayat 3, yang

berisikan “Pemerintah dan atau pemerintah daerah menyelengarakan sekurang -kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah yang bertaraf Internasional”. Beberapa penyelenggaraan rintisan SMP bertaraf Internasional dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia agar mampu bersaing secara internasional. Tuhusetyo (2010) mengatakan terdapat 229 sekolah di tingkat SMP sudah menerapkan sistem RSBI.

Tetapi seiring jalannya sistem tersebut, beberapa perkembangan yang

(26)

11

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mahkamah Konstitusi mengeluarkan keputusan tentang pencabutan Undang-Undang tersebut. Konsekuensi yang ditanggung oleh sekolah-sekolah yang sudah bertaraf internasional tersebut adalah kembali kepada sekolah standar nasional (SSN), dan menghilangkan identitas RSBI.

Beberapa sekolah yang sempat menyandang RSBI dan masih menerapkan sistem bilingual class salah satunya adalah SMP Negeri di Tangerang. Sekolah ini memandang bahwa mutu pendidikan tetap harus dipertahankan. Siswa harus dibekali kemampuan yang baik, agar dapat mengembangkan pembentukan karakter yang

dapat bersaing secara global. Mengingat peranan sekolah dalam mewujudkan pembangunan masyarakat bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Aktivitas dalam mendidik yang merupakan suatu proses yang disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan pikir, emosional, berwatak dan berketerampilan untuk siap hidup di tengah-tengah masyarakat. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 yang menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Fakta-fakta di atas mendorong beberapa sekolah di Indonesia untuk tetap mengadakan program kelas bilingual, di mana keadaan kelas bilingual ini memiliki salah satu standar khusus yang digunakan, yaitu menggunakan dua bahasa secara bergantian. Kemudian beberapa sekolah berstandar Internasional memiliki sistem penerapan penggunaan bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar dalam beberapa

(27)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki ide baru dan tantangan pertanyaan yang ada di dalam karakteristik sekolah masing-masing. Salah satunya dengan pemberian bahan ajar yang akan diujikan.

Kondisi akan kebutuhan pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar baik di dalam pencapaian maupun peningkatan senantiasa diupayakan, baik segi model pembelajaran, strategi belajar, teknik, metode serta pendekatan yang senantiasa selalu berkembang tak terkecuali adanya pemberian bahasa asing di dalam pengajaran. Adanya kondisi di mana pembelajaran bidang studi dengan menerapkan bahasa asing sebagai bahasa pengantar di beberapa sekolah inilah, yang membuat

landasan berpikir di dalam penelitian ini. Pencapaian pembelajaran di ketiga kelas penelitian ditinjau dari nilai hasil tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Sedangkan untuk peningkatan belajar dibuktikan dengan nilai gain yang diolah. Baik aspek pemahaman dan aspek komunikasi matematis akan ditinjau lebih lanjut beserta temuan-temuan di lapangan.

Berdasarkan uraian permasalahan dan fakta-fakta di atas, penulis mengajukan suatu studi mengenai hal tersebut, penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian

berjudul “Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pad Siswa Sekolah Menengah Pertama”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1) Apakah terdapat perbedaan pencapaian kemampuan pemahaman matematika, berdasarkan penggunaan bahasa pengantar di kelas pembelajaran matematika

fully English, pembelajaran bilingual matematika, dan pembelajaran konvensional (monolingual)?

(28)

13

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

matematika fully English, pembelajaran bilingual matematika, dan pembelajaran konvensional (monolingual)?

3) Apakah terdapat perbedaan pencapaian kemampuan komunikasi matematis berdasarkan penggunaan bahasa pengantar yaitu di kelas pembelajaran matematika fully English, pembelajaran bilingual matematika, dan pembelajaran konvensional (monolingual) ?

4) Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis berdasarkan penggunaan bahasa pengantar di kelas pembelajaran matematika

fully English, pembelajaran bilingual matematika, dan pembelajaran konvensional (monolingual)?

5) Bagaimana efektifitas di dalam tiga kelas pembelajaran matematika fully English, pembelajaran bilingual matematika, serta pembelajaran konvensional (monolingual)?

6) Bagaimana sikap siswa terhadap pelajaran matematika dan terhadap PBM matematika dengan fully English.

7) Bagaimana sikap siswa terhadap pelajaran matematika dan terhadap PBM matematika dengan bilingual.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai :

1) Mengkaji pengaruh penggunaan bahasa Inggris di dalam pembelajaran matematika, terhadap kemampuan pemahaman matematis dan komunikasi matematis pada siswa.

(29)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Melihat pencapaian pembelajaran matematika siswa yang menggunakan pengantar bahasa Inggris (fully english), dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan materi dengan model pembelajaran bilingual matematika, dan dengan siswa yang mendapatkan materi dengan pembelajaran konvensional. 4) Mengkaji peningkatan komunikasi matematis siswa yang menggunakan

pengantar bahasa Inggris (fully english), dengan yang mendapatkan materi dengan model pembelajaran bilingual matematika, dan dengan siswa yang mendapatkan materi dengan pembelajaran (monolingual) konvensional.

5) Menelaah dan mendeskripsikan sikap siswa terhadap pelajaran matematika dan terhadap PBM matematika fully English.

6) Menelaah dan mendeskripsikan sikap siswa terhadap pelajaran matematika dan terhadap PBM matematika bilingual.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Membuktikan secara prosedur ilmiah akan adanya bahasa asing di dalam pembelajaran matematika khususnya, dan dapat dijadikan bahan evaluasi pada peningkatan pemahaman dan komunikasi matematis pada siswa.

2. Membuktikan secara prosedur ilmiah akan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis didalam pembelajaran dengan berpengantar bahasa Inggris (fully english), model pembelajaran bilingual matematika, dan pembelajaran (monolingual) secara konvensional. Baik pada aspek peningkatan serta pencapaian belajarnya.

3. Memberikan informasi melalui hasil data yang didapat, kepada seluruh elemen pendidikan yang membuat inovasi pembelajaran di kelas dalam upaya peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis.

(30)

15

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan atau referensi bagi penelitian di ruang lingkup yang luas, menambah wawasan serta mengembangkan penelitian bagi ahli pendidikan matematika mengenai masalah serupa.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk memperoleh kesamaan persepsi dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah yang digunakan peneliti memberikan beberapa defenisi

operasional sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan berpengantar bahasa Inggris (fully english) adalah

pembelajaran yang secara keseluruhan pembelajarannya disampaikan dengan bahasa Inggris, termasuk di dalam pemberian bahan ajar mata pelajaran matematika yang diujikan.

2. Pembelajaran bilingual matematika adalah pemberian bahan ajar yang diujikan serta didalam penyampaian pengajaran bahan ajar tersebut menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris secara bergantian.

3. Pembelajaran (monolingual) secara konvensional adalah pemberian bahan ajar yang diujikan serta di dalam penyampaian pengajaran bahan ajar tersebut secara biasa dan menggunakan bahasa Indonesia.

4. Kemampuan pemahaman matematis

(31)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lainnya; (b) kemampuan siswa membandingkan dan membedakan konsep-konsep; (c) kemampuan siswa mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.

5. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan, menginterpretasikan situasi atau ide-ide matematika dan menyusun argumen atau mengungkapkan pendapat serta memberikan penjelasan atas jawaban. Adapun indikator yang dipakai dalam penelitian ini adalah yaitu: (1) memodelkan situasi-situasi dengan menggunakan tulisan, baik secara konkret, gambar, grafik, atau metode-metode aljabar; (2) membaca dengan pemahaman

(32)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Sebagaimana tujuan penelitian yang telah digambarkan pada bab sebelumnya, jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi-eksperimen. Menurut Ruseffendi (1998)

pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah

desain kelompok kontrol pretes-postes (pretest-posttest control group design).

Karena di SMP ada perbedaan bahasa pengantar dalam pembelajaran matematika fully English yaitu kelas eksperimen pertama, kelas eksperimen kedua yang menerapkan model pembelajaran bilingual, dan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional (metode tradisional). Setelah data didapatkan dari dinas terkait, maka peneliti melakukan acak sampel sederhana pada sekolah yang sesuai dengan penerapan pembelajaran yang akan diteliti, dan mengambil satu sampel kelas dimasing-masing kelas. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan di tiga sekolah ini memerlukan langkah-langkah netral guna menghindari extraneouse variable (variabel yang tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi variabel uji coba) sebagai berikut:

a. Kemampuan awal siswa

Pelaksanaan penelitian di tiga kelas memiliki kemampuan awal yang sama berdasarkan data dari guru berupa nilai harian siswa.

b. Lama penyampaian materi

(33)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Buku ajar

Ketiga kelas diberikan bahan ajar yang sama berupa LKS, dan disesuaikan pada ketiga kelas penelitian.

Sesuai dengan rancangan penelitian yang telah dipaparkan di atas maka desain yang sesuai digambarkan sebagai berikut ini:

Keterangan :

A = Pengambilan sampel secara acak menurut kelas = Tes awal sama dengan tes akhir

=Perlakuan kelas eksperimen dengan penggunaan bahasa Inggris (fully English) dalam mata pelajaran matematika

= Perlakuan kelas eksperimen dengan penggunaan bahasa Inggris dan bahasa

Indonesia secara bergantian (bilingual) dalam mata pelajaran matematika (Ruseffendi, 2005)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi ini adalah siswa SMP kota Tangerang, adapun jenis pengambilan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Purposive sampling yang merupakan teknik penarikan sampel yang dilakukan untuk tujuan tertentu yang merujuk pada kondisi latar belakang yang diangkat yaitu mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran pada siswa SMP yang melibatkan tiga kelas penelitian dari tiga sekolah, masing-masing sekolah sudah menerapkan perlakuan yang akan di ujikan. Kelas eksperimen pertama yang menerapkan pembelajaran fully english, kelas

A Ο Χ Ο

A Ο Χ Ο

(34)

40

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksperimen kedua yang menerapkan model pembelajaran bilingual, dan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional (metode tradisional) dengan bahasa Indonesia (monolingual). Dari penjelasan yang dipaparkan maka penelitian ini menggunakan sampel siswa SMP dimasing-masing sekolah yang sudah menerapkan perlakuan yang akan diujikan guna melihat aspek kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis yaitu seluruh siswa junior school, junior school National Plus, dan salah satu SMPN di kota Tangerang pada tahun ajaran 2013/2014.

Subyek sampel penelitian ini adalah siswa kelas 8, tiga kelas dari tiga sekolah,

masing-masing 1 kelas. Kelas eksperimen pertama yaitu kondisi kelas penelitiannya menerapkan pembelajaran matematika dengan fully english dikelas cs2a junior high school di kota Tangerang. Kelas eksperimen kedua yaitu kondisi kelas penelitiannya menerapkan pembelajaran matematika dengan bilingual, dikelas 8D junior school national plus di kota Tangerang. Kelas kontrol yaitu menerapkan pembelajaran matematika dengan metode tradisional, di salah satu SMPN kota Tangerang, dikelas 8E. Pemilihan siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdasarkan keacakan yang sebenarnya (quasi experimental), yaitu penetapan yang dilakukan oleh guru berdasarkan kondisi kelas yang ada.

C. Variabel Penelitian

Didalam penelitian ini terdapat dua perlakuan yaitu penggunaan bahasa Inggris (fully english) dalam mata pelajaran matematika dan penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia secara bergantian (bilingual) dalam mata pelajaran matematika yaitu sebagai variabel bebas. Sedangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis sebagai variabel terikat.

D. Instrumen Penelitian

(35)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis, skala sikap, dan lembar observasi.

1. Tes Instrumen Penelitian

Soal tes dalam penelitian ini merupakan seperangkat soal kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis. Soal tes diberikan pada saat pretes dan postes dengan soal yang sama. Soal yang diujikan berbentuk tes tulis bentuk uraian,

dimaksudkan agar dapat mengungkapkan langkah dan cara berfikir siswa dalam menyelesaikan soal dapat terlihat dengan jelas pada saat pretes maupun postes. Hal ini sejalan dengan Arikunto (2005), bahwa tes dalam bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.

Materi tes kemampuan pemahaman diambil dari materi pelajaran Matematika SMP kelas VIII semester genap. Penyusunan soal ini, akan terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal, yang mencakup pokok bahasan, aspek kemampuan yang diukur, indikator, dan banyaknya butir soal yang dilanjutkan dengan penyusunan soal serta kunci jawaban. Skor yang diberikan pada setiap jawaban siswa ditentukan berdasarkan pedoman penskoran. Untuk memberikan penilaian objektif, kriteria pemberian skor untuk soal tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis berpedoman pada holistic scoring rubrics yang diadaptasi dari Cai, Lane, dan Jakabscin (1996).

Tabel 3.1

Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman

Skor Respon Siswa

0 Tidak ada jawaban atau salah menginterpretasikan

1 Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah

(36)

42

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

algoritma secara lengkap dan benar, namun mengandung sedikit kesalahan.

4

Jawabanhampir lengkap (sebagian petunjuk diikuti), penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, dan melakukan perhitungan dengan benar

Tabel 3.2

Kriteria Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

Skor Menulis Menggambar Ekspresi

matematik

1 Hanya sedikit dari penjelasan, konsep, ide atau situasi dari suatu gambar yang diberikan dengan

2 Penjelasan, konsep, ide atau situasi dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik masuk akal, namun hanya sebagian yang benar

Melukiskan

3 Penjelasan, konsep, ide atau situasi dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun

(37)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebelum soal tes uraian diujicobakan, soal telah divalidasi terlebih dahulu, baik validitas isi maupun validitas muka. Penelitian ini menggunakan 2 jenis instrumen yang berbeda secara kebahasaan, sehingga diperlukan dua kali validasi yaitu soal tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Agar tidak ada kesalahan di dalam penggunaan soal tes, validasi dilakukan oleh pihak lembaga bahasa asing, dosen pembimbing, guru bidang studi matematika di masing-masing sekolah penelitian.

Uji coba instrumen untuk mengukur kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis dilakukan kepada siswa kelas IX A dan IX B di SMPN 1 kota Tangerang, guru bidang studi matematika yang mengajar di kedua kelas ini mengatakan bahwa hasil belajar siswa di kedua kelas memiliki kemampuan yang sama. Kemudian Soal tes yang diujicobakan di kelas IX A adalah soal tes yang menggunakan bahasa Inggris dan soal tes di kelas IX B menggunakan bahasa Indonesia. Selanjutnya data hasil uji coba diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2010. Berikut perhitungan tingkat validitas, koefisien reliabilitasnya, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal tes.

a. Analisis Validitas Butir Soal

Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal tersebut Sudijono ( 2001). Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa sebuah item butir soal memiliki memiliki validitas tinggi jika skor pada butir soal memiliki korelasi skor total. Untuk menentukan perhitungan validitas butir soal digunakan rumus korelasi produk momen pearson, Arikunto (2002) yaitu:

(38)

44

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dengan: rxy = koofisien korelasi antara variabel x dan varibel

N = banyaknya sampel

X = skor item

Y = skor total

Koofisien korelasi hasil perhitungan diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Berdasarkan uji coba validitas butir dengan bantuan Microsoft Office Excell

2010 dan Anates 4.0.7 pada dua kelas uji coba yaitu validasi terhadap soal bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, diperoleh hasil perhitungan tiap-tiap kemampuan pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.4

(39)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 Komunikasi Matematis 0,83 Tinggi Sangat Signifikan Bahasa Indonesia 2 Komunikasi Matematis 0,82 Tinggi Sangat Signifikan Bahasa Indonesia 6 Komunikasi Matematis 0,87 Tinggi Sangat Signifikan Bahasa Indonesia 7 Komunikasi Matematis 0,90 Tinggi Sangat Signifikan Bahasa Indonesia

Jumlah soal ujicoba yang diberikan yaitu sebanyak 8 soal, dan kemampuan yang diukur yaitu kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis dimana butir soal terbagi menjadi 4 soal kemampuan pemahaman (nomor soal 3, 4, 5, dan 8) dan 4 soal kemampuan komunikasi soal (nomor soal 1, 2, 6, dan 7) baik pengujian dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Tabel 3.5

Interpretasi Validitasi Hasil Ujicoba Soal Tes Pemahaman Matematis pada Kedua Kelas No Soal Kemampuan Koefisien

Korelasi 3 Pemahaman 0,71 Tinggi Sangat Signifikan Bahasa Inggris 4 Pemahaman 0,81 Tinggi Sangat Signifikan Bahasa Inggris 5 Pemahaman 0,75 Tinggi Sangat Signifikan Bahasa Inggris 8 Pemahaman 0,66 Sedang Signifikan Bahasa Inggris 3 Pemahaman 0,82 Tinggi Sangat Signifikan Bahasa Indonesia 4 Pemahaman 0,81 Tinggi Sangat Signifikan Bahasa Indonesia 5 Pemahaman 0,78 Tinggi Sangat Signifikan Bahasa Indonesia 8 Pemahaman 0,90 Tinggi Sangat Signifikan Bahasa Indonesia

b. Reliabilitas

(40)

46

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suatu tes memiliki reliabilitas yang baik bila tes itu memiliki konsistensi walau dikerjakan oleh siapun (dalam tingkat kemampuan yang sama), di manapun dan kapanpun berada.

Untuk mengukur reliabilitas soal bisa digunakan rumus Rumus Alpha-Cronbach, yaitu:

Keterangan:

n = Banyak Butir Tes

∑ = Jumlah variansi skor setiap butir tes = Variansi skor total

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas kemudian ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti interpretasi seperti menurut J.P. Guilford (Suherman dan Kusumah (1990) dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

Reliabilitas sangat tinggi (sangat baik)

Reliabilitas tinggi

Reliabilitas sedang

Reliabilitas rendah

Reliabilitas sangat rendah

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas tes 0,76 pada hasil ujicoba soal tes pemahaman dan komunikasi matematis berbahasa Inggris dan 0,83 pada hasil ujicoba soal tes pemahaman dan komunikasi matematis berbahasa Indonesia, yang berarti bahwa soal-soal tes yang diujicobakan pada kedua kelas

ujicoba memiliki reliabilitas tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B2 dan B8.

(41)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswayang berkemampuan rendah disebut sebagai daya pembeda. Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik apabila memang siswa yang pandai dapat mengerjakan soal dengan baik, sedangkan siswa yang kurang pandai tidak dapat mengerjakan soal dengan baik. Daya pembeda dihitung dengan membagi siswa kedalam dua kelompok, yaitu: kelompok atas terdiri dari siswa-siswa yang tergolong pandai dan kelompok bawah terdiri dari siswa-siswa yang tergolong kurang pandai. Analisis daya pembeda mengkaji apakah soal yang

diberikan punya kemampuan dalam membedakan siswa yang termasuk kedalam kategori yang memiliki kemampuan tinggi dan kemampuan rendah. Sejalan dengan Sudjana (2009) menjelaskan untuk memperoleh kelompok atas dan kelompok bawah maka dari siswa diambil 27% yang mewakili kelompok atas dan 27% yang mewakili kelompok bawah.

Keterangan:

DP = Daya Pembeda

JBA = Jumlah skor siswa kelompok atas pada butir tes yang diolah

JBB = Jumlah skor siswa kelompok bawah pada butir tes yang diolah

JSA = Jumlah skor ideal kelompok atas pada butir tes yang diolah

(Suherman:2003)

Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan dengan

klasifikasi yang dikemukan oleh Suherman dan Kusumah (1990:202) sebagai berikut: Tabel 3.7

Interpretasi Daya Pembeda

Nilai Daya Pembeda Interpretasi

DP  0,00 sangat jelek (SJ) 0,00 < DP 0,20 jelek (JL)

(42)

48

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,40 < DP 0,70 baik (BK)

0,70 < DP 1,00 sangat baik (SB)

Berdasarkan hasil dan analisis melalui bantuan Microsoft Office Excel 2010

dan Anates 4.0.7 pada dua kelas uji coba, diperoleh hasil perhitungan pada Tabel 3.8

mengenai hasil daya pembeda pada kemampuan komunikasi matematis di kedua kelas uji coba yaitu dengan soal bahasa Inggris dan soal bahasa Indonesia dan Tabel 3.9 hasil daya pembeda pada pada kemampuan pemahaman matematis di kedua kelas uji coba soal bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sebagai berikut.

Tabel 3.8

Interpretasi Daya Pembeda Hasil Ujicoba Soal Tes Komunikasi Matematis pada Kedua Kelas

No

1 Komunikasi Matematis 0,66 Baik Bahasa Inggris

2 Komunikasi Matematis 0,38 Baik Bahasa Inggris

6 Komunikasi Matematis 0,41 Baik Bahasa Inggris

7 Komunikasi Matematis 0,31 Baik Bahasa Inggris

1 Komunikasi Matematis 0,62 Baik Bahasa Indonesia

2 Komunikasi Matematis 0,50 Baik Bahasa Indonesia

6 Komunikasi Matematis 0,56 Baik Bahasa Indonesia

7 Komunikasi Matematis 0,56 Baik Bahasa Indonesia

Tabel 3.9 merupakan hasil daya pembeda pada pada kemampuan pemahaman matematis di kedua kelas uji coba soal bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Tabel 3.9

Interpretasi Daya Pembeda Hasil Ujicoba Soal Tes Pemahaman Matematis pada Kedua Kelas

(43)

Silvia Krisnadewi Prabandari, 2014

Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis melalui Pembelajaran Fully English, Bilingual, dan Konvensional Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 Pemahaman 0,50 Baik Bahasa Indonesia

5 Pemahaman 0,50 Baik Bahasa Indonesia

8 Pemahaman 0,56 Baik Bahasa Indonesia

d. Analisis Tingkat Kesukaran

Tingkat mutu butir soal pada suatu tes dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Menurut Surapranata (2006) Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai dalam arti tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Jika suatu item memiliki tingkat kesukaran sedang, maka dapat dikatakan bahwa tes tersebut baik. Tingkat Kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan Rumus:

Keterangan:

IK = Indeks kesukaran

JBA = Jumlah skor siswa kelompok atas pada butir tes yang diolah

JBB = Jumlah skor siswa kelompok bawah pada butir tes yang diolah

JSA = Jumlah skor ideal kelompok atas pada butir tes yang diolah

Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria indeks kesukaran butir soal yang dikemukakan oleh Suherman dan Kusumah (1990) yaitu:

Tabel 3.10

Interpretasi Indeks Kesukaran

Nilai Tingkat Kesukaran Interpretasi

TK = 0,00 terlalu sukar (TS) 0,00 < TK  0,30 sukar (SK)

0,30 < TK  0,70 sedang (SD)

0,70 < TK < 1,00 mudah (MD)

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman
Tabel 3.2 Kriteria Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
Tabel 3.3  Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas
Tabel 3.5 Interpretasi Validitasi Hasil Ujicoba Soal Tes
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul skripsi ini adalah “ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN IKAN ASIN (Studi Kasus : Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan)”. Kegunaan dari skripsi ini

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis besar biaya dan penerimaan yang diperoleh dari industri pengolahan ikan asin, menganalisis besar pendapatan dari pengolahan ikan

partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai.

Hal ini pula yang mendorong beberapa restoran di Indonesia juga penggunaan komputer untuk membantu melakukan berbagai pekerjaan seperti, pengarsipan pelanggan, pengarsipan order

Penerapan model pembelajaran vak (visual audiotori kinestetik)untuk meningkatkan hasil balajar siswa kelas IV pada mata pelajaran.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Selain tampilan antar muka yang dibuat semenarik mungkin, aplikasi ini menampilkan pencarian kata dalam bahasa Indonesia dengan lebih mudah dan cepat, sehingga dapat

Demikian juga dengan Kalpataru Rent Car, dimana dalam kegiatannya juga memerlukan pencatatan-pencatatan transaksi penyewaan yang terjadi dan mengelola data tersebut menjadi

description to the messages written in the novel ‘The Scarlet letter’ by its author. Nathaniel Hawthorne to