• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Politik Indonesia dan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemikiran Politik Indonesia dan yang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 a. Penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Cahaya Purnama alias Ahok yang pada saat kejadian masih berstatus sebagai Gubernur DKI Jakarta bertempat di Kepulauan Seribu di acara sosialisasi yang merupakan kegiatan kedinasan dengan menyebutkan tentang “surat Al-Maidah ayat 51” dianggap sebagai penistaan agama terhadap Islam oleh banyak pihak khususnya dari para ulama dan sebagian besar umat Islam. Tudingan itu bukan tanpa alasan karena disampaikan oleh Ahok yang sejatinya bukan hanya sebagai Gubernur tapi juga sebagai salah satu orang asal etnis Tionghoa dan non Muslim, maka dianggap sebagai penyulut emosi banyak umat islam.

Kasus ini yang disambut oleh banyak pelaporan kepada kepolisian dengan delik penistaan agama oleh berbagai pihak dari mulai Ulama, para aktivis sosial, dan masyarakat lainnya di berbagai daerah. Dan menimbulkan berbagai gerakan sosial keagamaan karena mulai menyangkut ke ranah SARA. Karena oleh berbagai Ulama khususnya dari MUI dan ormas Islam pernyataan tersebut sangat menyakiti umat Islam dan para ulama yang dianggap menjadi kambing hitam dalam pernyataan ahok yang selalu menggunakan “surat Al-Maidah ayat 51”.

Kasus ini menjadi salah satu issue nasional yang saat ini sangat santer diperbincangkan karena berbagai elemen keagamaan dan kemasyarakatan di seluruh Nusantara memulai banyak pergerakan dan protes kepada pihak kepolisian untuk segera memproses secara hukum saudara Ahok seperti kasus-kasus penistaan agama lainnya yang pernah terjadi sebelumnya di Indonesia yang segera diproses. Kasus ini berlarut-larut dan menimbulkan konflik horizontal antar masyarakat karena mulai masuk ke ranah agama dan etnis, banyak oknum yang mulai saling serang dari membuat berita-berita menyerang antar berbagai kelompok sampai menimbulkan dua pihak yang pro dan kontra. Sehingga keutuhan NKRI diertaruhkan dengan kasus penistaan agama ini karena dua kelompok besar yaitu kelompok yang mendukung ahok di adili karena dianggap menistakan agama dan kelompok pendukung ahok yang semuanya saat ini sudah merambah ke berbagai wilayah di Indonesia. Konflik terus bermunculan dan masyarakat meminta ketegasan dari pemimpin Negara yaitu dalam hal ini Presiden supaya kasus ini tidak berkepanjangan. b. Kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok yang terjadi pada saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta menjadi perbincangan dan konflik di berbagai wilayah bukan tanpa alasan, permasalahan ini juga menimbulkan banyak gerakan sosial mendukung fatwa MUI bahwa ahok bersalah Karena dianggap menghina al-Quran dan para ulama dengan menyebut kalimat “jangan mau ditipu pakai surat Al-Maidah 51”. Hal ini menjadi sangat besar dari masyarakat kecil sampai para pengusaha dan elit parpol ikut masuk dalam konflik tersebut karena kejadiannya terjadi menjelang Pilgub DKI Jakarta 2017, ahok sebagai gubernur petahana yang sudah menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta dipilkada serentak 2017 dianggap melakukan kesalahan yang sangat fatal, karena dia sebagai Gubernur aktif juga sebagai calon membahas hal yang mengarah ke ranah SARA.

(2)

Dan ini menjadi salah satu hal yang banyak dijadikan ajang kepentingan, banyak masyarakat yang melakukan gerakan Bela Islam dengan sukarela tanpa pamrih dan materi ditumpangi oleh oknum-oknum elit partai untuk ikut menyerang Ahok yang berstatus sebagai lawan politik di Pilgub DKI Jakarta. Permasalahan ini semakin melebar dengan menyangkutpautkan berbagai hal dari mulai ketidaktegasan Presiden dan kepolisian dalam menyelesaikan delik aduan penistaan agama yang dilaporkan terhdap Ahok, dianggap Presiden yang sama-sama berasal dari partai pengusung Ahok membela dan membekingi saudara Ahok. Dan juga menjadi pembahasan apakah ahok masih bisa mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI jika sudah menjadi terpidana kasus penistaan agama, sehingga kasus ini didorong untuk secepatnya diadili oleh Kepolisian, dan direspon dengan cepat melimpahkan ke Kejaksaan dan Pengadilan.

Hal ini secara tidak langsung menguntungkan Calon Gubernur lainnya yang ikut mengomentari permasalahan ini dan dalam proses kampanye yang semakin dekat menjadi leluasa karena Ahok disibukkan dengan kasus hukumnya.

2. Rapat Paripurna DPR menyetujui perubahan atas Rancangan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (UU MD3) menjadi undang-undang. Dalam peraturan yang baru ini ada beberapa dihapus dan ada juga yang mengalami perubahan. Pasal yang mengalami perubahan itu antara lain terkait dengan tugas dan wewenang DPR, komposisi pemimpin komisi dan Badan Legislasi (Baleg), Badan Anggaran (Banggar), dan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT).

Revisi Undang-Undang MD3 sangat kental dengan nuansa politis karena ini merupakan salah satu kepentingan yang menguntungkan beberapa pihak parpol dalam mengisi jabatan di Lembaga Legislatif baik itu MPR, DPR, DPD, maupun DPRD di daerah yang berasal dari partai politik (kecuali anggota DPD RI). Kepentingan partai sangat kentara dalam pembahasan dan pengajuan revisi UU MD3, sistematika penunjukkan pimpinan DPR dan MPR pun menjadi salah satu poin yang dianggap sangat krusial dalam Revisi UU tersebut. Koalisi partai dengan jumlah kursi yang banyak sangat diuntungkan dalam pembahasan penyempurnaan UU MD3. Beberapa partai dengan jumlah kursi banyak dan berkoalisi diuntungkan dengan keinginan-keinginan yang menguntungkan partainya dalam mendukung usulan-usulan penambahan Kursi Pimpinan DPR dan syarat prasyarat lain dalam pengisian jabatan yang bukan hanya untuk DPR dan MPR tapi juga DPD.

Dalam hal ini pembahasan revisi UU MD3 oleh DPR dibuat dengan tenggat waktu yang pendek dan dianggap tergesa-gesa karena dalam rangka mempersiapkan posisi kedepan karena Pileg 2019 semakin dekat. Pembahasan UU MD3 juga dilaksanakan dengan banyak nuansa politis karena unsure DPD yang tidak banyak dilibatkan dalam pembahasan Revisi padahal DPD juga masuk dalam UU MD3 tersebut. Revisi UU MD3 ini dimaksudkan dengan tujuan memberikan kesan efektif dalam kinerja DPR, MPR, DPD dan DPRD kedepan dalam rangka menjalankan roda pemerintahan. Perubahan pasal-pasal mengenai tugas dan wewenang DPR RI, pengisian jabatan Pimpinan dan alat kelengkapan MPR, DPR, DPD dan DPRD menjadi agenda utama untuk memperkuat fungsi Legislatif.

(3)

reposisi penting terjadi dalam formasi Kabinet Kerja Presiden Jokowi, hal ini ditunjukkan dengan adanya Reshuffle yang dilakukan Jokowi dalam masa pemerintahannya saat ini yang belum genap 3 tahun. Rekonsiliasi politik Jokowi dengan mengajak beberapa partai yang tadinya tidak ikut mengusung dalam Pilpres 2014 menjadi salah satu prestasi politik karena beberapa partai sekarang sudah menjadi mitra pemerintah dan ikut koalisi Jokowi JK. Bukti rekonsiliasi dilihat dari diisinya posisi-posisi penting di tingkatan Menteri dan pejabat setingkatnya dari beberapa partai yang mulai masuk mendukung jokowi di tengah berjalannya pemerintahan Jokowi.

Stabilitas pemerintahan jokowi kedepan dilihat dari kekualatan politik mendapat posisi aman dengan jumlah kursi di legislative yang mendukung pemerintahan Jokowi semakin besar berbanding dengan pihak oposisi yang semakin mengecil dengan beberapa partai politik beralih untuk mendukung Pemerintah. Walaupun diserang dengan berbagai issue permasalahan yang menyangkut dirinya Jokowi mempunyai kekuatan yang besar untuk menstabilkan pemerintahan, baik itu issue stabilitas keuangan dan keamanan. Beberapa menteri strategis memiliki loyalitas yang tinggi terhadap Jokowi JK.

Program-program pemerintah pun sampai akhir masa jabatan melihat kapabilitas Jokowi kemungkinan besar akan berjalan mulus, dengan mendapat banyak perhatian masyarakat. Pola pemerintahan Jokowi dengan pos-pos menteri saat ini yang lebih banyak masuk ke masyarakat grass root menambah titik aman stabilitas Jokowi untuk menyelesaikan pemerintahannya sampai tahun 2019.

Berbagai problematika keamanan nasional dan konflik horizontal yang terjadi di masyarakat akan sedikit menggoyang pemerintah bila reposisi pos-pos menteri melakukan kesalahan-kesalahan yang berujung pada Presiden langsung.

4. a. Setiap partai politik mempunyai tugas dan kewajiban melakukan pendidikan politik kepada masyarakat dan kadernya yang juga menjadi wakil rakyat baik di daerah, propinsi maupun di pusat. Partai harus secara serius melakukan kaderisasi kepada para kadernya mengenai tujuan dan ideologi partainya supaya para anggota partai politik dengan serius mengedepankan kepentingan masyarakat khususnya masyarakat di daerah pemilihannya untuk sama-sama membangun dan mensejahterakan masyarakat. Disisi lain partai politik yang menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya adalah kemakmuran masarakat dengan mengedepankan tujuan Partai, maka partai politik dalam hal ini harus bisa melakukan konsolidasi internal kader dalam meningkatkan kualitas para wakil rakyatnya yang duduk di DPR dan DPRD. Banyaknya anggota Legislatif di daerah maupun pusat yang bukan kader asli partai (karbitan) memberikan kesan dan preseden yang buruk terhadap kinerja partai. Partai harus selektif memilih kader dalam kontestasi pemilu legislative yang nantinya akan merepresentasikan tujuan dan ideologi partai tersebut. Jangan sampai orang-orang yang tidak mempunyai basic politik atau pemerintahan tadinya secara langsung ikut dalam kontestasi pileg dan nantinya tidak bisa mengemban amanah rakyat yang memilihnya. Agar kedepannya tingkat kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap wakil rakyatnya di daerah propinsi maupun pusat meningkat yang secara otomatis akan meningkatkan kepercayaan dan elektabilitas partai bukan hanya individunya.

(4)

banyaknya partai politik menjadi salah satu tolak ukur demokrasi di Indonesia berkembang sangat pesat. Bahkan dianggap sedikit berlebihan, karena hampir setiap menjelang Pemilu partai baru bermunculan dengan munculnya tokoh-tokoh partai lama yang keluar dan membuat partainya sendiri. Indonesia menjadi Negara dengan partai terbanyak di dunia, karena syarat mendirikan partai politik pun dipermudah melaui aturan perundang-undangan.

Dengan transisi demokrasi di setiap generasinya diharapkan para pemimpin pemerintahan dan lembaga Negara lainnya baik Presiden, MPR, DPR dan DPD RI bisa mengarahkan demokrasi di Indonesia menjadi salah satu demokrasi yang bebas tapi terbatas dengan arti setiap hak masyarakat untuk menyampaikan pendapat dan pandangannya serta hak untuk berkelompok harus dibatasi dengan aturan perundang-undangan untuk selalu menjaga stabilitas dan kondusifitas Negara. Dimaksudkan masyarakat mendapatkan pengaruh supaya lebih makmur dan sejahtera, ekspektasi tersebut bukan tidak mungkin bila ketegasan dari para Decission Maker dan kesamaan persepsi mengenai demokrasi dari setiap stake holder di Negara ini.

c. Saat ini demokrasi di Indonesia di representasikan dengan adanya partai politik dan hak politik setiap masyarakat Indonesia. Setiap posisi dan jabatan Eksekutif dan Legislatif di isi dengan orang-orang partai politik. Dimulai dari Presiden-Wakil Presiden, jabatan Menteri dan setingkatnya, serta anggota MPR, DPR dan DPRD tingkat propinsi dan kabupaten. Berhasil atau tidaknya demokrasi di Indonesia saat ini bisa dilihat dari kinerja para petinggi pemerintah baik Eksekutif maupun legislatif yang berasal dari Partai politik. Efektifitas dan efisiensi kinerja para kader Parpol saat ini masih belum maksimal karena memang banyak hambatan dan kendala internal dan eksternal. Kurangnya konsolidasi internal parpol menjadi salah satu sebab kurang efektifnya kinerja para wakilnya di eksekutif dan legislatif dengan tidak seriusnya kaderisasi dan pendidikan politik terhadap kadernya. Sehingga kualitas kader partai tidak sebanding dengan kuantitas orang yang duduk di dalam pemerintahan, kualitasnya masih banyak dipertanyakan oleh masyarakat yang merapa tidak puas dengan adanya partai politik dan para politisi di internal pemerintahan yang lebih mementikan kepentingan partai di banding kepentingan masyarakat dan Negara. Terlalu banyak konflik antar elit partai yang meberikan efek negatif terhadap berbagai kinerja Pemerintah, sehingga acap kali dianggap tidak serius dalam berbagai komitmen pemerintah yang selalu dikampanyekan seperti memberantas Korupsi, Narkoba bahkan teroris yang semakin hari semakin menjadi.

(5)

tidak bisa lepas dari setiap hal tersebut ang mewakili dirinya, kadang rasa primordialism muncul dalam setiap masyarakat. Akan tetapi pancasila merupakan ideologi yang harusnya mempersatukan bangsa ini. Berhubungan dengan hal tersebut pemerintah Indonesia di lingkup Eksekutif dan Legislatif juga harus menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma yang berlaku di Negara ini. Politisi perwakilan parpol yang berada di eksekutif maupun legislatif harus sama-sama menjunjung tinggi nilai moral dan etika dalam berbangsa dan bernagara dan dalam menjalankan roda pemerintahan bangsa ini. Moral dan etika ini menjadi dasar setiap politisi dalam membuat pencitraan kepada masyarakat, politisi harus menjadi contoh bagi masarakat dalam setiap kehidupannya karena sudah menjadi pejabat publik. Banyak contoh politisi di Indonesia yang tidak mengindahkan nilai dan norma moral serta etika yang akhirnya terjerumus dalam kehidupan yang akhirnya mematikan karir politisi tersebut. Ada beberapa kasus politisi Indonesia yang menjabat sebagai anggota DPRD, DPR, Bupati/walikota, bahkan Gubnernur yang tersangkut kasus moral seperti perzinahan dan pemukulan. Ada juga beberapa politisi yang melanggar nilai etika politik dan kehidupan dengan tidak menjaga dalam berkomunikasi sehingga banyak dihujat dalam berbagai media.

2. Feminisme merupakan gerakan perjuangan para kaum hawa untuk mendapatkan kesetaraan dan persamaan derajat dengan para laki-laki. Feminisme adalah wajah dari banyak perempuan dan laki-laki, yang terwujud dalam pemikiran-pemikiran dan ekspresi berbeda, semuanya dengan tujuan sama untuk membangun kesetaraan untuk perempuan di semua wilayah kehidupan mereka. Empat tuntutan pertama dalam gerakan feminism dulu adalah kesetaraan gaji, kesempatan sama atas pendidikan dan pekerjaan, jaminan hak-hak reproduksi, dan penghapusan kekerasan atau pemaksaan seksual tanpa memandang status pernikahannya. Sejarah feminisme di Indonesia telah dimulai pada abad 18 oleh RA Kartini melalui hak yang sama atas pendidikan bagi anak-anak perempuan.

Di Indonesia banyak kasus-kasus yang mendiskriminasi kaum perempuan, diantaranya adalah dalam lowongan pekerjaan yang banyak mendahulukan kaum laki-laki di banding perempuan bahkan dalam sistem gaji pun ada beberapa perbedaan besaran kaum laki-laki denga perempuan. Dalam perlindungan kaum perempuan pun kasus-kasus seperti asusila dan pelecehan seksual terhadap kaum perempuan acap kali tidak mendapat keadilan dalam proses hukumnya.

Selain itu penerapan ideologi feminism dalam politik khususnya yaitu dengan mengedepankan kesetaraan gender di tingkatan birokrasi baik eksekutif dan legislatif. Di eksekutif contohnya sudah banyak para Camat yang terdiri dari kaum perempuan dengan kepemimpinan yang mempunyai cirri khasnya sendiri, bahkan sampai tingkatan Desa pun sekarang kepala Desa banyak dari kaum perempuan yang dipilih oleh masarakat. Lain lagi di legislatif gerakan feminism sudah di akomodir dengan setiap partai politik menyertakan 30 persen kaum perempuan sebagai bakal calon anggota DPRD dan DPR RI untuk ikut dalam kontestasi pileg. Tapi sangat disayangkan walaupun sudah banyak dari kaum perempuan yang terpilih menjadi anggota DPR dan DPRD tapi tidak serta merta memenuhi kuota 30 persen. Ada baiknya para pembuat Undang-Undang di DPR RI membahas revisi pengisian kuota anggota DPR RI pun harus mencapai 30 persen dari kuota. Dan saat ini kirah kaum perempuan dalam berpolitik berbangsa serta bernegara sudah mendapat porsi yang sama dengan kaum laki-laki di Indonesia.

(6)

masyarakat yang diwakilinya, banyak terjadi kejadian-kejadian yang menimpa anggota legislatif sehingga masyarakat mulai tidak percaya terhadap wakil rakyatnya. Misalnya kasus yang berkaitan dengan pornografi dan pelecehan seksual sering terjadi dan tertangkap tangan sehingga ramai di media masa, selain itu ada beberapa perkelahian atau keributan yang dilakukan oleh anggota DPR bahkan ketika mereka melakukan pekerjaannya. Kejadian tersebut merupakan preseden yang buruk bagi para politisi anggota DPR RI, DPRD propinsi maupun di kabupaten.

Partai politik disini harus berperan penting untuk melakukan penekanan kaderisasi para anggota legislatifnya sehingga mereka punya jiwa kepemimpinan yang menjunjung tinggi asas-asas etika dan moral yang merepresentasikan budaya bangsa Indonesia. Pendidikan dan pelatihan yang selama ini terbukti tidak efektif bagi mental para anggota legislatif harus mulai dirubah metodenya. Disini ketua Umum Partai Politik bersama para jajarannya harus berperan aktif untuk terus memonitoring dan mengevaluasi para anggotanya yang duduk di kursi DPR.

Revolusi mental di tataran angora Legislatif saat ini harus ekstra di lakukan karena memang sebagian besar para wakil rakyat kita yang duduk di kursi DPR DPD DPRD Propinsi dan kabupaten belum tertanam rasa loyalitas dalam mengabdi, kebanyakan belum paham pola kerjanya sendiri, dan etos kerja yang kecil masih sangat kentara di diri pribadi para anggota legislatif di Indonesia. Pola revolusi mental harus di tanamkan bersama-sama para pengurus Partai Politik di tingkatan pusat sampai ke daerah dengan mengikutsertakan pihak pimpinan daerah yang notabene sebagian besar juga adalah para tokoh partai politik (dalam hal ini Presiden-Wakil Presiden, Gubernur dan Bupati) serta juga tokoh masyarakat dan tokoh agama bersama-sama menerakan revolusi mental ke para anggota Legislatif.

4. Pemilukada serentak tahun 2017 yang terdiri dari pemilukada di 7 Propinsi dan 76 Kabupaten dan 18 Kota di seluruh Indonesia memang menjadi salah satu komitmen Pemerintah Pusat dengan KPU sebagai penyelenggaranya dalam efektifitas dan efisiensi pelaksanaan Pilkada di seluruh Indonesia baik dari segi anggaran dan pelaksanaan. Saat ini dI Pemilukada serentak 2017 yang paling menyorot perhatian adalah Pilkada DKI Jakarta dalam memilih Gubernur-Wakil Gubernurnya, yang saat ini memiliki 3 pasangan calon dalam kontestasi Pemilukada. Banyak alasan kenapa pemilukada DKI Jakarta menjadi sorotan Nasional. Bahkan nuansa dan atmosfernya dianggap setara dengan kontestasi Pilpres. Pilkada DKI Jakarta dianggap menjadi tolak ukur berhasilnya pemilukada serentak di 2017, partai politik pengusung melakukan pertarungan dalam pilkada di DKI ini menjadi salah satu agenda utama kemengan menghadapi Pemilukada serentak 2018, Pileg dan Pilpres di 2019. Pilkada DKI bukan hanya menjadi pertarungan para pasangan calon, tapi juga pertarungan para partai politik besar di Indonesia, koalisi parpol juga menjadi tolak ukur mengapa pilkada DKI menjadi sorotan, termasuk tokoh partai di dalamnya. Pasangan No urut 1 Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di dukung oleh beberapa Partai yaitu Demokrat, PAN, PKB, PPP, no urut 2 Basuki Cahaya Purnama (Ahok)-Djarot didukung oleh PDIP, Golkar, Hanura, Nasdem dan no urut 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno didukung oleh Partai Gerindra dan PKS. Beberapa tokoh di partai pengusung yang notabene adalah para mantan Presiden dan calon Presiden menjadi sorotan pertarungan dibelakangnya yaitu Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketum Demokrat sekaligus ayah dari paslon no 1 Agus Harimurti Yudhoyono, Megawati Ketum PDIP sebagai pengusung paslon no 2, dan Prabowo Sugianto Ketum Partai Gerindra sebagai pengusung paslon no 3. Pemilukada DKI Jakarta juga di barengi dengan berbagai issue nasional yang saat ini menghangat di tanah Nusantara, yaitu salah satunya issue SARA yang menimpa Ahok yang menimbulkan gerakan sosial agama dari berbagai daerah di Indonesia.

(7)

yaitu kasus Pungutan Liar yang banyak merebak di pemerintahan Indonesia khususnya yang dilakukan oleh para anggota Legislatif, yaitu dengan adanya revolusi mental dan penekanan dari para petinggi Partai Politik sebagai perahu duduknya para wakil rakyat di DPR untuk meningkatkan etos kerja para anggota legislatif dan menanamkan pola budaya kerja di Indonesia dengan berdasarkan asas nilai dan norma begitupula moral dan etika yang merupakan bagiannya. Hal tersebut bisa dengan mengarahkan para anggota legislatif dalam kegiatan-kegiatan penguatan internal partai dan lembaga legislatif.

B. dalam meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga legislatif di Indonesia Baik lembaga legislatif pusat maupun di daerah harus dengan beberapa startegi politik yang bisa bersinergi dengan pemerintah terutama dalam pelaksanaan program pemerintah yang pro rakyat harus di barengi dengan turunnya para anggota eksekutif dengan legislatif yang sejatinya berperan sebagai lembaga pengawasan. Publikasi program pro rakyat tersebut di era modernisasi saat ini harus dilaksanakan diberbagai media publikasi yaitu dengan media televise, cetak dan media sosial yang banyak di pakai masyarakat dari mulai masyarakat bawah sampai masyarakat kelas atas. Yang kedua adalah dengan menyelesaikan berbagai peraturan perundang-undangan yang menjadi agenda lembaga legislatif dalam jangka waktu yang tidak berlarut-larut dan mengedepankan penyelesaian perundang-undangan atau peraturan yang lebih banyak berkenaan langsung dengan masyarakat. Yang terakhir adalah menindak tegas anggota legislatif yang mempunyai masalah moralitas yang merusak citra lembaga sehingga menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat.

(8)

problematika sosial-budaya masyarakat bangsa Indonesia. Dosa sosial yang dikemukakan oleh Mahatma Gandhi diantaranya Polititk tanpa prinsip, kekayaan tanpa proses kerja, kesenangan yang dinikmati tanpa suara hati, ilmu pengetahuan tanpa karakter, perniagaan tanpa mengindahkan nilai moral, sains yang melupakan sisi kemanusiaan, dan ibadah tanpa melewati jalan pengorbanan. Sebagaimana Pancasila yang dirumuskan dengan tata urutan mekanisme reaksi berantai sebab-akibat, 7 dosa sosial juga bekerja dengan cara yang sama. Dalam lingkup Indonesia, kita tidak bisa mengkhianati kebenaran tentang sebuah kenyataan pada seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia, baik yang asasi maupun yang non-asasi.

Dalam rangka problem karakter Bangsa Indonesia ini ada beberapa yang menohok langsung yang memerlukan pembenahan oleh semua elemen pemerintahan dan masyarakatnya sendiri. Pertama, politik di Indonesia telah kehilangan sebagian jati diri sehingga prinsip kebijaksanaan yang awalnya ditawarkan oleh konsep politik tidak lagi dipakai. Politik tanpa prinsip dan karakter telah ditetapkan sebagai politik yang purna. Padahal politik seharusnya melalui proses purifasi paradigma, sehingga lebih mementingkan asas konsep politik itu sendiri, yaitu kebijaksanaan yang berimplikasi kemashlahatan. Contoh nyata yang sesuai dengan kondisi bangsa saat ini yaitu banyak politisi Indonesia yang berasal dari partai politik yang duduk di kursi wakil rakyat maupun yang mengendalikan mereka di kepengurusan partai itu sendiri sudah tidak mementingkan asas-asas yang berlaku di Indonesia. Nilai, moral dan budaya sudah tidak menjadi dasar para politisi dalam memperjuangkan hak-hak rakyat. Sedangkan pemerintahan sendiri baik di eksekutif dan legislatif terdiri dari orang-orang politik yang sama-sama mempunyai tujuan dan misi yang di emban dari Partainya tidak berlandaskan kepentingan rakyat. Banyaknya kasus moral dan penyimpangan dalam pelaskaan pemerintahan menjadi bukti nyata bahwa politik di Indonesia telah kehilangan jati dirinya. Kedua, kasus korupsi yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara terkorup di dunia menunjukan bahwa mayoritas kekayaan yang dimiliki oleh orang-orang besar di Indonesia merupakan pendapatan yang diraih tanpa proses kerja keras. Harus disadari bahwa korupsi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan adanya dehidrasi perbaikan dalam struktur kehidupan bangsa Indonesia. Korupsi di Indonesia sudah tidak lagi berkembangan di tingkatan pemerintahan tapi juga masyarakat biasa dan para pengusaha. Masyarakat banyak yang mengambil keuntungan dari kesempatan yang hadir dengan bekerjasama dengan oknum pemerintahan dan legislatif dengan banyak bermain anggaran melaui program-program yang harusnya sampai ke masyarakat tapi banyak persenkongkolan terjadi dan program tersebut tidak berjalan malah memperkaya mereka sendiri. dan pengusaha dalam berjalannya sudah menemukan banyak celah untuk bekerjasama dengan para oknum baik dari mulai perijinan sampai ke tingkat pekerjaan atau program pemerintah yang dipihak ketigakan. Ketiga, ilmu pengetahuan yang awalnya didaulat sebagai pencerah dunia, tidak lagi memiliki karakter, salah satunya karena pelaku yang bergelut dalam ranah ilmu pengetahuan lebih mementingkan nilai sebagai formalitas daripada kualitas output. Sekarang ini di Indonesia dalam rangka mencerdaskan bangsa sesuai amanat Undang Undang Dasar sudah tidak dilaksanakan secara maksimal, pendidikan hanya dikemas dengan sabatas pengajaran administrative, penerapan mental kebangsaan yang berbudaya lokal sudah tidak diterapkan kepada kaum muda penerus bangsa.

(9)

beberapa partai sekarang sudah menjadi mitra pemerintah dan ikut koalisi Jokowi JK. Bukti rekonsiliasi dilihat dari diisinya posisi-posisi penting di tingkatan Menteri dan pejabat setingkatnya dari beberapa partai yang mulai masuk mendukung jokowi di tengah berjalannya pemerintahan Jokowi.

Stabilitas pemerintahan jokowi kedepan dilihat dari kekualatan politik mendapat posisi aman dengan jumlah kursi di legislative yang mendukung pemerintahan Jokowi semakin besar berbanding dengan pihak oposisi yang semakin mengecil dengan beberapa partai politik beralih untuk mendukung Pemerintah. Walaupun diserang dengan berbagai issue permasalahan yang menyangkut dirinya Jokowi mempunyai kekuatan yang besar untuk menstabilkan pemerintahan, baik itu issue stabilitas keuangan dan keamanan. Beberapa menteri strategis memiliki loyalitas yang tinggi terhadap Jokowi JK. Program-program pemerintah pun sampai akhir masa jabatan melihat kapabilitas Jokowi kemungkinan besar akan berjalan mulus, dengan mendapat banyak perhatian masyarakat. Pola pemerintahan Jokowi dengan pos-pos menteri saat ini yang lebih banyak masuk ke masyarakat grass root menambah titik aman stabilitas Jokowi untuk menyelesaikan pemerintahannya sampai tahun 2019. Berbagai problematika keamanan nasional dan konflik horizontal yang terjadi di masyarakat akan sedikit menggoyang pemerintah bila reposisi pos-pos menteri melakukan kesalahan-kesalahan yang berujung pada Presiden langsung 3. Kasus korupsi di Indonesia semakin menjadi-jadi lemahnya sistem pengawasan, sistem hukum

terbukanya celah memainkan anggaran pemerintah menjadi factor utama maraknya korupsi, kolusi nepotisme serta gratifikasi di Indonesia. DIbentuknya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) oleh pemerintah diharapkan bisa menekan angka korupsi di Indonesia dan menimbulkan efek jera bagi para koruptor dari berbagai kasus korupsi yang muncul dengan beredarnya setiap pemberitaan di berbagai media. Akan tetapi keberadaan KPK malah tidak menyurutkan angka korupsi malah semakin menjadi sampai ke tingkat daerah. Seakan lembaga yudikatif penegak hukum seperti KPK, Polri dan Kejaksaan tidak mampu untuk membendung Korupsi yang saat ini sudah merampah ke berbagai elemen lembaga pemerintahan dari eksekutif, legislatif bahkan sampai ke lembaga yudikatif (penegak hukum) acap kali operasi tangkap tangan terjadi ke pejabat legislatif dan penegak hukum. Suap untuk anggota legislatif untuk memuluskan banyak pekerjaan pemerintah, suap untuk jual beli kasus semakin merajalela. Pemerintah saat ini banyak melakukan pengalih perhatian dengan issue-isue untuk menutup issue korupsi, banyak kasus-kasus yang tidak penting lebih banyak di ekspos di media dengan ekspektasi masyarakat tidak terlalu terfokus ke kasus korupsi di pemerintahan. Pencitraan program yang banyak melakukan blusukan ke masyarakat kecil yang dilakukan oleh berbagai elemen pejabat eksekutif, anggota legislatif dilakukan untuk memperbaiki citra pemerintah yang sudah negatif karena terlalu banyak kasus korupsi yang melanda.

(10)

dengan mengefektifkan peran Desa harus menjadi program unggulan pemerintah supaya citra pemerintah di grass root semakin meningkat. Melihat angka kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap pemerintah semakin menurun hal-hal tersebut harus dengan serius dilaksanakan.

4. _________________________

5. Pemilukada serentak tahun 2017 yang terdiri dari pemilukada di 7 Propinsi dan 76 Kabupaten dan 18 Kota di seluruh Indonesia yang akan dilaksanakan 15 Februari 2017 menjadi sorotan dalam awal tahun 2017. Pemilukada serentak menjadi agenda utama dalam efektifitas pelaksanaan pemilukada. Dalam proses pelaksaannya dari mulai pendaftaran, kampanye pasangan calon sampai hari pemilihan semua pasangan calon pemilukada baik Bupati, Walikota, dan Gubernur harus mentaati aturan KPU yang berlaku, dengan pelaksanaan oleh KPU di masing-masing daerah, dengan pengawas Panwaslu di tiap daerah juga.

Dalam proses setelah pendaftaran setiap pasangan calon harus mentaati semua aturan yang sudah di sosialisasikan. Ada beberapa jenis bentuk pelanggaran pemilukada yaitu pelanggaran pidana pemilihan /kejahatan terhadap ketentuan pemilihan salah satunya adalah money politik yang banyak digunakan pasangan calon untuk mengajak masyarakat memberikan hak suaranya kepada pasangan tertentu dengan embel-embel uang. Pelanggaran kode etik yaitu pelanggaran oleh penyelenggara Pemilu yaitu KPU dan Bawaslu. Pelanggaran administrative pemilihan yang paling banyak atau sering dilakukan oleh pasangan calon seperti pelanggaran daftar pemilih tetap, kampanye melibatkan anak-anak, kampanye di tempat peribadatan dan sekolah, pemasangan alat peraga kampanye, pelanggaran kelengkapan persyaratan dan keabsahan syarat dari para calon. Yang terakhir pelanggaran sengketa pemilihan misalnya pelanggaran soal sengketa pemilihan yakni perselisihan atau sengketa yang muncul karena parpol peserta pemilu atau pasangan calon yang maju merasa dirugikan oleh hasil perhitungan suara yang dilakukan oleh KPU, seperti keputusan KPU digugat oleh peserta pemilihan.

Pelanggaran pemilukada yang dilakukan oleh pasangan calon pada saat proses kampanye bisa dilakukan oleh pasangan calon lain atau masyarakat yang menemukan pelanggaran tersebut ke Panwaslu tiap daerah. Pelanggaran sengketa pemilu pasca pemilihan bisa dilakukan ke Mahkamah Konstitusi dalam rangka menggugat hasil pemilihan oleh pasangan calon lain.

(11)

gaji, kesempatan sama atas pendidikan dan pekerjaan, jaminan hak-hak reproduksi, dan penghapusan kekerasan atau pemaksaan seksual tanpa memandang status pernikahannya. Sejarah feminisme di Indonesia telah dimulai pada abad 18 oleh RA Kartini melalui hak yang sama atas pendidikan bagi anak-anak perempuan.

Di Indonesia banyak kasus-kasus yang mendiskriminasi kaum perempuan, diantaranya adalah dalam lowongan pekerjaan yang banyak mendahulukan kaum laki-laki di banding perempuan bahkan dalam sistem gaji pun ada beberapa perbedaan besaran kaum laki-laki denga perempuan. Dalam perlindungan kaum perempuan pun kasus-kasus seperti asusila dan pelecehan seksual terhadap kaum perempuan acap kali tidak mendapat keadilan dalam proses hukumnya.

Selain itu penerapan ideologi feminism dalam politik khususnya yaitu dengan mengedepankan kesetaraan gender di tingkatan birokrasi baik eksekutif dan legislatif. Di eksekutif contohnya sudah banyak para Camat yang terdiri dari kaum perempuan dengan kepemimpinan yang mempunyai cirri khasnya sendiri, bahkan sampai tingkatan Desa pun sekarang kepala Desa banyak dari kaum perempuan yang dipilih oleh masarakat. Lain lagi di legislatif gerakan feminism sudah di akomodir dengan setiap partai politik menyertakan 30 persen kaum perempuan sebagai bakal calon anggota DPRD dan DPR RI untuk ikut dalam kontestasi pileg. Tapi sangat disayangkan walaupun sudah banyak dari kaum perempuan yang terpilih menjadi anggota DPR dan DPRD tapi tidak serta merta memenuhi kuota 30 persen. Ada baiknya para pembuat Undang-Undang di DPR RI membahas revisi pengisian kuota anggota DPR RI pun harus mencapai 30 persen dari kuota. Dan saat ini kirah kaum perempuan dalam berpolitik berbangsa serta bernegara sudah mendapat porsi yang sama dengan kaum laki-laki di Indonesia.

2. Banyak Negara di dunia menerapkan sistem demokrasi dalam pelaksanaan berbagai aktivitas setiap warga Negara dalam rangka memenuhi setiap hak-hak individu dalam berbangsa dan benegara. Tujuan Demokratisasi di suatu Negara adalah untuk memberikan kebebasan berpendapat dan berkreasi. Tetapi dalam pelaksanaanya sekarang sistem demokrasi yang berjalan di Indonesia dengan asas konstitusi dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan mengatasnamakan asas keluhuran dengan tujuan luhur, mengatasnamakan keteraturan kepantasan public dengan nilai dan norma yang berlaku sesuai dengan adat budaya bangsa ini akan mengurangi prduktivitas dan kreativitas masyarakat karena mobilitas individu akan amat dibatasi dan diawasi.

(12)

seharusnya setiap masyarakat Indonesia lebih banyak menyadari dan memahami sesuatu hal dengan lebih komprehensif, posisi Indonesia yang menganut keberagaman dengan dipersatukan oleh NKRI yang berdasarkan asas Pancasila dan UUD. Dengan fatwa tersebut harus ada sosialisasi maksud dan tujuan dengan berbagai forum antar umat beragama supaya tidak ada kesalahpahaman walaupun di Indonesia mayoritas adalah masyarakat muslim. Disini Kemneterian agama harus lebih aktif berperan dalam koordinasi antar MUI dengan pempimpin umat beragama lainnya untuk menghindari perpecahan dan provokasi dari publikasi oknum Media.

4. A. Dalam proses kampanye Pilkada setiap pasangan calon melaksanakan berbagai strategi politik untuk menarik perhatian masyarakat pemilihnya supaya pada saat pemilihan memilih pasangan calon tersebut. Beragam cara kampanye dari mulai menggunakan alat peraga kampanye, sosialisasi, pengajian ataupun kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial di masyarakat menjadi ajang kampanye bagi ara pasangan calon pemilukada. Acap kali dalam proses kampanye setia pasangan calon yang menginginkan dirinya menang melakukan semua cara untuk menang, bahkan Black Campaign sering dilakukan dengan cara mendiskreditkan atau memfitnah pasangan calon lain. Hal tersebut menjadi preseden buruk pemilu di Indonesia saat ini, karena dianggap semua cara bisa dihalalkan dalam kampanye. Bahkan sampai menjatuhkan nama pasangan calon lain yang sudah masuk unsur pidana. Hal ini patut diberi ketegasan supaya ada efek jera bagi pasangan calon yang melakukan black campaign, sanksi yang tegas harus diberikan sesuai dengan pelanggaran kampanye yang dilakukan.

B. Terjadinya banyak Black Campaign yang dilakukan dipemilukada di Indonesia dalam setia kontestasi Pilkada menjadi preseden yang buruk bagi sistem pemilihan di Indonesia. Indonesia yang mengagungkan sistem demokrasi yang paling berhasil di dunia ternyata aplikasinya masih jauh dari ekspektasi masyarakat di Indonesia. Dan ini menunjukkan kemunduran yang signifikan dalam sistem demokrasi di Indonesia.

(13)

melakukan blusukan ke masyarakat kecil yang dilakukan oleh berbagai elemen pejabat eksekutif, anggota legislatif dilakukan untuk memperbaiki citra pemerintah yang sudah negatif karena terlalu banyak kasus korupsi yang melanda.

Pemerintah harus dengan tegas melakukan pemberantasan korupsi dengan memperbaiki sistem yang ada sekarang. Banyak nya aturan yang pro elit memperlihatkan kurangnya keseriusan pemerintah dalam menangani kasus korupsi. Evaluasi perundang-undangan mengenai keuangan Negara dan penegakan hukum harus di lakukan. Efek jera yang sifatnya tidak hanya seremonial juga harus dijadikan dasar hukuman bagi para koruptor. Mengefektifkan program pro rakyat dengan mengefektifkan peran Desa harus menjadi program unggulan pemerintah supaya citra pemerintah di grass root semakin meningkat. Melihat angka kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap pemerintah semakin menurun hal-hal tersebut harus dengan serius dilaksanakan.

(14)

perilaku-perilaku negatif yang mirip dengan perilaku para penguasa yang lalim, seperti 'kolot', 'selalu ingin dihormati', atau 'bertahan pada nilai-nilai lama yang sudah banyak ditinggalkan'. Arti ini sudah banyak melenceng dari pengertian politiknya. Di Indonesia praktik feodalisme ini dapat ditemukan dalam kehidupan kerajaan-kerajaan

Sedangkan paham elitisme adalah suatu paham yang mendorong orang lain untuk memiliki gaya hidup yang berbeda yang cenderung lebih boros dan meorientasikan kebutuhannya pada barang-barang mewah. Hal ini mendorong terjadinya pergeseran struktur sosial pada masyarakat dimana jurang pemisah antara si kaya dan si miskin semakin besar. Elitisme mendorong sekelompok orang merasa diri memiliki status sosial-politik yang lebih tinggi daripada orang-orang lain, terutama rakyat kebanyakan.

Saat ini paham yang menjangkiti Indonesia lebih merebak paham elitisme, karena ideologi feodalisme di Indonesia hanya dipraktekkan di beberapa daerah saja yang masih menjunjung dan menggunakan system kerajaan atau kesultanan. Sedangkan paham elitisme ini sudah bisa dilihat dari tingginya kesenjangan sosial dan ekonomi di tingkatan masyarakat bawah, menengah dan masyarakat atas. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat konsumerisme orang Indonesia yang lebih mementingkan citra disbanding kemampuannya sendiri.

(15)

3. Setidaknya ada empat penyebab adanya radikalisme agama. Pertama, adanya beberapa ajaran dalam agama yang disalahpahami. Dalam Islam ada ajaran jihad dan mati syahid, yang ironisnya dianggap membenarkan aksi-aksi keras teroris. Padahal, jihad dan mati syahid tidak seperti yang teroris pahami. Jihad adalah prinsip perjuangan suci yang tidak selalu berarti perang fisik. Penyebab kedua adalah mengenai adanya persoalan kesejahteraan di masyarakat, seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial. Telah banyak fakta di lapangan menyuguhkan kenyataan bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial mampu membuat seseorang melakukan apa pun yang menguntungkan, walaupun itu jelas terlarang seperti radikalisme.

Kemudian penyebab ketiga adalah adanya ideologi negara agama. Pada tahap tertentu ideologi negara agama turut menyuburkan paham terorisme. Karena sebagaimana diakui para teroris, mereka menjalankan semua aksinya dengan tujuan mendirikan negara agama. Bagi mereka, pemerintahan yang ada saat ini (termasuk Indonesia) mengikuti sistem kafir.

Adapun penyebab keempat adalah adanya paham salafisme. Ideologi negara agama terus bertahan karena mengendap di balik kecenderungan salafisme di kalangan pemeluk agama. Salafisme adalah kecenderungan yang membayangkan masa lalu sepenuhnya suci, ideal, sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Pada era suci inilah negara agama diyakini pernah ada dan berdiri tegak dengan nilai-nilai luhur yang dipraktikkan paripurna.

Contoh radikalisme adalah berkembangnya terorisme yang ada di indonesia itu sendiri. Aksi teroris tersebut mengatasnamakan jihad kepada Allah. Akan tetapi semua itu dipandang salah oleh masyarakat banyak karena aksi tersebut merugikan orang lain. Beberapa kasus terorisme seperti bom bunuh diri beberapa kali terjadi di Indonesia, bahkan merebaknya ISIS masuk di Indonesia menjadi contoh nyata radikalisme islam oleh oknum-oknum yang mengatasnamakan Islam yang terjadi di beberapa daerah. Marwah islam harus dikembalikan ke ajaran Nabi Muhammad SAW. Saat ini pemerintah Indonesia harus dengan tegas menindak terorisme-terorisme yang mengatasnamakan islam di Indonesia.

4. Pemilukada serentak saat ini menjadi agenda utama pemerintah dalam rangka mengefektifkan dan melakukan efisiensi berbagai hal termasuk anggaran dan waktu pelaksanaanya. Pemilukada serentak yang telah dilaksanakan untuk kedua kalinya setelah dilaksanakan pertama kalinya tahun 2015 ini menjadi sorotan berbagai pihak. Di satu sisi pemerintah telah berhasil melakukan efisiensi penggunaan anggaran dan efektifitas pelaksanaan penyelenggaraan pemilukada, tapi di sisi lain ada beberapa kelemahan pemilukada yang harus menjadi PR bersama di semua lini. Salah satunya adalah belum siapnya masyarakat Indonesia dalam menghadapi pemilukada serentak yang seakan-akan dipaksakan. Faktor penyebab belum siapnya masyarakat adalah pendidikan politik di masyarakat yang belum sepenuhnya diberikan. Peran pemerintah dan partai politik dalam rangka memberikan pendidikan politik bagi masyarakat belum maksimal, alhasil masyarakat banyak dimanfaatkan oleh oknum-oknum kader parpol atau pasangan calon dan bakal calon dalam rangka suksesi mereka dalam pemilukada serentak.

(16)

membangun dan mensejahterakan masyarakat. Disisi lain partai politik yang menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya adalah kemakmuran masarakat dengan mengedepankan tujuan Partai, maka partai politik dalam hal ini harus bisa melakukan konsolidasi internal kader dalam meningkatkan kualitas para wakil rakyatnya yang duduk di DPR dan DPRD. Banyaknya anggota Legislatif di daerah maupun pusat yang bukan kader asli partai (karbitan) memberikan kesan dan preseden yang buruk terhadap kinerja partai. Partai harus selektif memilih kader dalam kontestasi pemilu legislative yang nantinya akan merepresentasikan tujuan dan ideologi partai tersebut. Jangan sampai orang-orang yang tidak mempunyai basic politik atau pemerintahan tadinya secara langsung ikut dalam kontestasi pileg dan nantinya tidak bisa mengemban amanah rakyat yang memilihnya. Agar kedepannya tingkat kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap wakil rakyatnya di daerah propinsi maupun pusat meningkat yang secara otomatis akan meningkatkan kepercayaan dan elektabilitas partai bukan hanya individunya.

b. Demokrasi di Indonesia menjadi salah satu demokrasi yang di anggap paling berjalan dibanding dengan di Negara lain. Berbagai metoda demokrasi di jalankan setiap kepemimpinan Presiden. Timbul banyaknya partai politik menjadi salah satu tolak ukur demokrasi di Indonesia berkembang sangat pesat. Bahkan dianggap sedikit berlebihan, karena hampir setiap menjelang Pemilu partai baru bermunculan dengan munculnya tokoh-tokoh partai lama yang keluar dan membuat partainya sendiri. Indonesia menjadi Negara dengan partai terbanyak di dunia, karena syarat mendirikan partai politik pun dipermudah melaui aturan perundang-undangan.

Dengan transisi demokrasi di setiap generasinya diharapkan para pemimpin pemerintahan dan lembaga Negara lainnya baik Presiden, MPR, DPR dan DPD RI bisa mengarahkan demokrasi di Indonesia menjadi salah satu demokrasi yang bebas tapi terbatas dengan arti setiap hak masyarakat untuk menyampaikan pendapat dan pandangannya serta hak untuk berkelompok harus dibatasi dengan aturan perundang-undangan untuk selalu menjaga stabilitas dan kondusifitas Negara. Dimaksudkan masyarakat mendapatkan pengaruh supaya lebih makmur dan sejahtera, ekspektasi tersebut bukan tidak mungkin bila ketegasan dari para Decission Maker dan kesamaan persepsi mengenai demokrasi dari setiap stake holder di Negara ini.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

2) Pamong Saka Bakti Husada. 3) Instruktur Saka Bakti Husada... Dikwartir cabang, kwartir daerah dan kwartir Nasional dibentuk Pimpinan Saka Bakti Husadasebagai unsur

Formula I yang mengandung bahan aktif bekatul, rice bran oil, ekstra aloe vera dan kopi dengan pengawet DMDM Hydantoin yang disimpan dalam climatic chamber pada suhu 40ºC ± 2ºC / 75%

Dengan adanya dukungan dan peran suami seperti adat dan budaya yang ada di Indonesia bahwa keputusan sebagian besar ada pada suami maka akan berpengaruh terhadap

The potato advanced clones selected will be multiplied and developed by a potato seed producer in the area and therefore it is not necessary for the potato

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka simpulan yang diperoleh sebagai berikut.. 1) Brand image, celebrity endorser , kualitas produk dan kewajaran harga

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis yang diuraikan pada bab sebelumnya, mengenai efektivitas program kerja unit pendidikan masyarakat dan rekayasa (dikyasa)

Data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini, adalah data yang diperoleh dari sumbernya baik bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu:.. Bahan hukum