BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi
Tekanan darah yang normal didefinisikan sebagai nilai tekanan darah sistolik
dan diastolik dibawah persentil 90 menurut jenis kelamin, usia dan tinggi
badan. Hipertensi didefinisikan sebagai nilai rerata tekanan darah sistolik dan
atau diastolik lebih besar atau sama dengan persentil 95 menurut jenis
kelamin, usia dan tinggi badan dalam tiga atau lebih pengukuran.
Prehipertensi dimana nilai rerata tekanan darah sistolik atau diastolik lebih
besar atau sama dengan persentil 90, tetapi dibawah persentil 95. Dan pada
remaja, tekanan darah lebih besar atau sama dengan 120/80 mmHg sudah
dipertimbangkan dalam prehipertensi. Pasien dengan tekanan darah diatas
persentil 95 sewaktu diukur di klinik, tetapi memiliki tekanan darah yang
normal di luar klinik, dikenal sebagai white-coat hypertension, dan dalam hal ini dibutuhkan pengukuran tekanan darah secara ambulatory untuk membuat suatu diagnosis.1,12-15
Sebaiknya pengukuran tekanan darah menggunakan
sphygmomanometer terstandar, stetoskop yang diletakkan pada pulsasi arteri brakialis, pada proksimal atau medial fossa kubiti, dan dibawah batas
bawah manset. Korotkof 1 dinyatakan sebagai tekanan darah sistolik dan
korotkof 5 atau mulai saat menghilangnya bunyi korotkof dinilai sebagai
tidak mengkonsumsi obat-obatan atau makanan stimulan, telah duduk
dengan tenang di kursi minimal selama 5 menit, dan duduk dengan bahu
tersandar,serta menjejakkan kaki di lantai. Posisi fossa kubiti sejajar jantung.
Ukuran manset yang sesuai, yaitu lebar manset minimal 40% dari jarak
antara olekranon-akromion, panjang manset minimal 80-100% mencakup
lingkar lengan.Ukuran manset yang sesuai menurut rentang usia remaja
tertera pada tabel 1.1,12,14
Tabel 1. Rekomendasi dimensi manset untuk pengukuran tekanan darah11
Rentang Usia Lebar (cm) Panjang (cm) Lingkarlenganmaksimal (cm)
Prevalensi hipertensi remaja secara global tidak diketahui, dan sering sekali
tidak terdiagnosa. Usia, tinggi badan, obesitas, menjadi faktor risiko
peningkatan diagnosa dan prevalensi hipertensi pada remaja (OR:1,09;
OR:1,02; OR:2,61).3 Berdasarkan rekomendasi pengukuran tekanan darah
dengan tiga kali pengukuran yang terpisah, prevalensi hipertensi pada remaja
sekitar 1-3%.16 Prevalensi hipertensi pada rentang usia 3 – 18 tahun sekitar
3,6% dan prehipertensi sekitar 3,4%. Prevalensi hipertensi pada rentang usia
Penelitian lain menunjukkan prevalensi tekanan darah abnormal pada remaja
usia 14-17 tahun sekitar 11,5%, dengan prevalensi hipertensi sekitar 2,5%
dan prehipertensi persisten sekitar 4%.17 Adanya obesitas berkaitan dengan
peningkatan prevalensi hipertensi dan sekitar 14% prehipertensi pada
remaja, berkembang menjadi hipertensi dalam kurun waktu dua tahun
kemudian.16
2.3. Etiologi dan Patofisiologi
Tekanan darah merupakan produk dari cardiac output dan tahanan vaskular perifer. Peningkatan salah satu akan menyebabkan peningkatan tekanan
darah, jika satu faktor meningkat sementara faktor lainnya menurun, maka
tekanan darah tidak meningkat.1,13 Jika hipertensi disebabkan oleh suatu
proses penyakit yang lain, dinamakan hipertensi sekunder, tetapi jika
penyebab lain tidak ditemukan, maka disebut hipertensi primer.1,12-15 Banyak
faktor termasuk herediter, diet, stres dan obesitas yang memiliki peran pada
hipertensi primer.1,3 Hipertensi sekunder paling sering terjadi pada bayi balita,
dan usia 5-12 tahun.1,18 Remaja dengan hipertensi sekunder cenderung
dijumpai abnormalitas kreatinin, ultrasonografi ginjal, dan ekokardiogram
(P=0,01; P=0,001; P=0,03).18 Banyak penyakit pada remaja yang dapat
menyebabkan hipertensi kronik atau akut, dapat dilihat pada tabel 2.1,15
Hipertensi pada bayi prematur terkadang berhubungan dengan
bayi biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal, koartasio aorta, penyakit
endokrin atau obat-obatan. Remaja usia sekolah lebih sering menderita
hipertensi primer.1,15
Penyebab hipertensi sekunder yang paling sering adalah abnormalitas
ginjal sekitar 90%, penyakit parenkim ginjal dan stenosis arteri renalis
menyebabkan retensi air dan garam, sehingga meningkatkan sekresi
renin.1,15,19 Penyebab lainnya seperti penyakit kardiovaskular atau
endokrinopati yang berkaitan dengan tiroid, paratiroid dan kelenjar adrenal.1
Hipertensi sistolik dan takikardia dijumpai pada hiperparatiroid,
sementara tekanan darah diastolik biasanya tidak meningkat. Hiperkalsemia
karena hiperparatiroid akan meningkatkan tonus vaskular sehingga
meningkatkan tekanan darah.Gangguan adrenokortikal (aldosteronesecreting
tumor, sodium retaining congenital adrenal hyperplasia, cushing syndrome) dapat menyebabkan hipertensi melalui peningkatan sekresi
mineralokortikoid.1,13,15 Feokromositoma merupakan cathecolamine-secreting tumors yang dapat menyebabkan hipertensi melalui efek epinefrin dan norepinefrin pada jantung dan pembuluh darah. Feokromositoma dijumpai
Tabel 2. Etiologi hipertensi pada anak1
Renal artery lesions (stenosis,
fibromuscular dysplasia,
After blood transfusion in patients with azotemia Obstructive uropathy associated with Crohn disease
Endokrin
Perubahan tonus simpatis merupakan mekanisme peningkatan
tekanan darah secara akut atau intermiten pada remaja dengan sindrom
Symphatetic outflow dari sistem saraf pusat juga dapat mempengaruhi tekanan darah pada lesi intrakranial.1,13,15
Sejumlah penyalahgunaan obat-obatan, obat-obatan terapeutik dan
racun dapat menyebabkan hipertensi. Kokain memprovokasi peningkatan
tekanan darah secara cepat dan dapat menyebabkan kejang dan perdarahan
intrakranial. Penggunaan phencyclidine dapat menyebabkan hipertensi transien dan dapat menjadi persisten bila digunakan terus-menerus.
Penggunaan tembakau juga dapat meningkatkan tekanan darah.
Obat-obatan simpatomimetik seperti dekongestan hidung, appetite supressants, dan stimulan untuk attention-deficit hyperactivity disorder menyebabkan vasokonstriksi perifer dan menstimulasi jantung, yang besaran efeknya
bersifat individual. Kontrasepsi oral dapat menyebabkan hipertensi pada
remaja wanita,walaupun kemungkinannya kecil. Obat imunosupresan seperti
siklosporin dan takrolimus menyebabkan hipertensi pada resipien
transplantasi organ, dan efek ini mengalami eksaserbasi dengan
penambahan steroid.1,15
Remaja dengan hipertensi primer biasanya overweight, memiliki riwayat keluarga hipertensi dan biasanya tekanan darahnya sedikit diatas
persentil 95 untuk usia. Hipertensi primer adalah bentuk paling sering pada
dewasa dan lebih sering pada remaja daripada anak. Penyebab hipertensi
kalsium dan natrium, reaktivitas otot polos vaskular, sistem renin-angiotensin,
overaktivitas sistem saraf simpatik, dan resistensi insulin.1,13,15
Remaja dari orang tua hipertensi menunjukkan respon fisiologi yang
berbeda terhadap stres atau tugas kompetitif, yaitu peningkatan frekuensi
jantung dan tekanan darah dibandingkan remaja dengan orang tua
normotensi. Beberapa remaja dengan riwayat orang tua hipertensi,
mengekskresikan katekolamin urin metabolit yang lebih banyak atau respon
terhadap asupan natrium yang banyak dengan peningkatan berat badan dan
tekanan darah. Efek ini lebih kelihatan terutama pada populasi ras kulit hitam
dibandingkan ras kulit putih.1,15
2.4. Manifestasi Klinis, Diagnosis dan Tatalaksana
Remaja usia lebih dari 3 tahun, sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan
darah rutin pada saat berkunjung ke dokter. Beberapa kondisi pada remaja
usia dibawah 3 tahun yang sebaiknya juga dilakukan pemeriksaan tekanan
darah, diantaranya: riwayat prematur, berat badan lahir rendah, riwayat
perawatan intensif pada neonatus, penyakit jantung bawaan, infeksi saluran
kemih berulang, hematuria atau proteinuria, malformasi ginjal ataupun
urologik, riwayat keluarga penyakit ginjal kongenital, transplantasi organ
padat, keganasan atau transplantasi sumsum tulang, pengobatan dengan
obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan darah, penyakit sistemik yang
berhubungan dengan hipertensi (neurofibromatosis, tuberous sklerosis, dan
menunjukkan nilai tekanan darah pada remaja menurut jenis kelamin, usia
dan tinggi badan (lampiran).11
Remaja dengan peningkatan tekanan darah yang berat akan
meningkatkan risiko kejadian ensefalopati hipertensi, kejang, cerebrovascular
accident dan gagal jantung kongestif.1,11-15 Penelitian klinis menunjukkan bahwa level tekanan darah berhubungan dengan penebalan tunika
media-intima arteri karotis dan arteri besar lainnya pada dewasa muda.20 Remaja
sehat yang memiliki tekanan darah batas atas rentang normal, menunjukkan
penurunan aliran darah arteri brakialis yang dimediasi vasodilatasi (adanya
penebalan arteri besar).11 Peningkatan tekanan darah walaupun ringan dapat
menyebabkan perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah bahkan pada
remaja yang asimptomatik.21
Hipertrofi ventrikel kiri merupakan bukti klinis dari kerusakan target
organ yang disebabkan oleh hipertensi pada remaja. Pengukuran massa
ventrikel kiri dengan menggunakan ekokardiografi, LVH dilaporkan pada
34%–38% remaja dan remaja dengan peningkatan tekanan darah yang
ringan yang tidak diobati.22,23 Penelitian pada 130 remaja dan remaja dengan
peningkatan tekanan darah yang persisten, dilaporkan 55% mengalami
peningkatan massa ventrikel kiri dibandingkan tekanan darah persentil 90,
dan 14% memiliki indeks massa ventrikel kiri diatas 51 g/m2,sebuah nilai
pada hipertensi dewasa yang berkaitan dengan empat kali risiko
mengalami hipertrofi konsentrik, pola yang berkaitan dengan peningkatan
risiko kardiovaskular pada dewasa,dan 30% mengalami hipertrofi eksentrik,
yang berkaitan dengan risiko intermediat untuk kejadian kardiovaskular.11,24
Ekokardiografi direkomendasikan sebagai alat primer untuk evaluasi
kerusakan target organ dengan melihat ada tidaknya LVH. Remaja yang
menderita hipertensi sebaiknya menjalani ekokardiografi untuk melihat
adanya LVH. Titik potong penilaian adanya LVH adalah 51 g/m2. Penilaian
indeks massa ventrikel kiri sangat membantu dalam keputusan klinis. Adanya
LVH merupakan indikasi terapi farmakologi yang intensif untuk menurunkan
tekanan darah. Pasien yang sudah mengalami LVH, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ekokardiografi secara periodik.11
Terapi hipertensi meliputi terapi non-farmakologis (perubahan gaya
hidup) dan terapi farmakologis.1,11,12 Terapi gaya hidup seperti pengurangan
berat badan pada hipertensi terkasit obesitas, pencegahan peningkatan berat
badan yang abnormal akan membatasi peningkatan tekanan darah.
Modifikasi diet sangat direkomendasikan untuk remaja yang mengalami
prehipertensi, sama halnya dengan yang mengalami hipertensi.25-27Aktifitas
fisik regular dan pembatasan aktifitas sedentary akan meningkatkan usaha manajemen berat badan dan mencegah peningkatan tekanan darah
Indikasi terapi farmakologis pada remaja termasuk hipertensi sekunder
dan respon yang tidak adekuat dengan modifikasi gaya hidup.1,11,29 Terapi
farmakologis sebaiknya dimulai dengan obat tunggal, obat antihipertensi
yang dapat digunakan pada remajameliputi: ACE inhibitor, angiontensin receptor blocker, beta-blocker, calcium channel blocker, dan diuretik. Tabel 5 dan 6 menunjukkan obat-obatan dan dosis yang digunakan untuk terapi obat
antihipertensi.29,30 Target penurunan tekanan darah untuk hipertensi primer
tanpa komplikasi adalah dibawah persentil 95, dan untuk hipertensi dengan
penyakit ginjal kronik, diabetes, atau kerusakan target organ terkait
hipertensi, maka tekanan darah sebaiknya diturunkan dibawah persentil 90
2.5 Gangguan fungsi kognitif pada remaja dengan hipertensi 2.5.1. Fungsi kognitif pada anak
Fungsi kognitif merupakan fungsi neurodevelopmental yang merupakan fungsi dasar otak yang dibutuhkan untuk belajar dan produktifitas.31 Fungsi
kognitif terdiri dari beberapa domain: perhatian, membuat keputusan,
menjadi empat tahap yaitu: tahap sensorimotorik (0-24 bulan), tahap
praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun) dan tahap
operasional formal (11 tahun ke atas).33
Banyak hal yang mempengaruhi fungsi kognitif, dan fungsi kognitif
mencakup banyak hal, sehingga gangguan fungsi kognitif cukup luas.
Gangguan fungsi kognitif pada remaja usia sekolah terdiri dari: gangguan
belajar (disleksia, diskalkuli), gangguan bahasa reseptif, gangguan bahasa
ekspresif, hiperaktivitas, disabilitas intelektual, sampai kepada gangguan
ringan berupa skor fungsi kognitif yang sedikit lebih rendah dari teman
sebaya.8,31 Prevalensi gangguan neurologik di Kenya sekitar 2,9%, dimana
prevalensi gangguan fungsi kognitif sebesar 2,4% dan gangguan motorik
sebesar 0,5%.7 Prevalensi disabilitas intelektual di Amerika Serikat bervariasi
antara 1–3%, gangguan belajar 7,66%, remaja hiperaktif 6,69%,
developmental delay 3,65% dan autis sekitar 0,47%.34,35
Perkembangan fungsi kognitif pada remaja dipengaruhi beberapa
faktor: kondisi prenatal/perinatal, genetik, kondisi medis, psikologis,
lingkungan dan juga pengaruh sosio-kultural. Gangguan membaca dapat
bersifat familial dan diturunkan,dan dapat berhubungan dengan lokus gen
Lesi neuroanatomi juga berhubungan dengan gangguan kognitif.
Regio parietotemporal kiri dan oksipitotemporal kiri berbeda antara remaja
dengan disleksia dan remaja yang tidak memiliki kesulitan membaca. Sirkuit
neural, terutama pada korteks parietal penting dalam kompetensi matematika
dan peran white matter dalam pembelajaran aktif dan ingatan. Faktor risiko perinatal yang berhubungan dengan disfungsi neurodevelopmental adalah berat badan lahir sangat rendah, pertumbuhan janin terhambat yang berat,
ensefalopati hipoksik-iskemik perinatal, dan paparan alkohol dan narkotika
pada masa prenatal. Peningkatan risiko gangguan akademik dan lobus
frontalis berhubungan dengan lingkungan toksin seperti timbal, kokain, infeksi
meningitis, HIV, cedera otak yang mengakibatkan perdarahan, leukomalasia
periventrikular atau cedera kepala.31,32,36,37
Trauma psikologi pada tahap awal perkembangan dapat
menyebabkan perubahan struktural dan neurokemikal pada perkembangan
otak yang dapat menyebabkan disfungsi neurodevelopmental. Trauma ataupun penyalahgunaan pada tahap awal perkembangan dapat
menyebabkan hambatan regulasi sistem di otak pada korteks orbitofrontal
dan mempengaruhi fungsi hemisfer kanan dan berhubungan dengan risiko
masalah pada pengolahan informasi, ingatan, dan lobus frontalis yang
biasanya disebabkan oleh kombinasi dari banyak faktor.31,38 Aktifitas fisik dan
obesitas juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif.39,40
Banyak tools yang dikembangkan untuk menilai fungsi kognitif pada anak, seperti: Differential Ability Scales, Second Edition (DAS-II) 2007, Reynolds Intelectual Assessment Scales (RIAS) 2003, Stanford Binet Intellegence Scales, Fifth Edition (SB-5), 2003. Wechsler Intellegence Scale for Children, Fifth Edition (WISC-V), 2014, Wechsler Preschool and Primary Scale of Intellegence, Fourth Edition (WPPSI-IV), 2012, Woodcock Johnson IV Test of Cognitive Abilities (WJ IV-COG), 2014, Wechsler Abreviated Scale of Intellegence, Second Edition (WASI-II), 2012, dan lain sebagainya.32 Sementara tools yang digunakan untuk menilai penurunan fungsi kognitif, seperti: Mini Mental State Examination, Modified Mental State Examination, Cognitive Assessment Screening Tool, Montreal Cognitive Assessment, dan lain sebagainya.36,37,41Montreal Cognitive Assessment merupakan tools yang lebih baik melihat penurunan fungsi kognitif dibandingkan Mini Mental State Examination.37
Tes fungsi kognitif Wechsler merupakan yang paling umum digunakan,
dan baik digunakan dalam menilai gangguan pada disabilitas intelektual dan
gangguan perhatian pada remaja hiperaktif.42-43 Wechsler Intellegence Scale
for Children digunakan untuk remaja usia 6 – 16 tahun 11 bulan. Test
dari similarities, vocabulary dan comprehension; Perceptual Reasoning Index
(PRI) yang terdiri dari: block design, picture concepts dan matrix reasoning; Working Memory Index (WMI) terdiri dari: digit span dan coding; Processing Speed Index terdiri dari: letter-number sequencing dan symbol search.44 Digit span pada tes Wechsler memiliki sensitivitas 51% dan spesifisitas 92-96% dalam menilai gangguan kognitif.45
2.5.2. Hipertensi dan gangguan fungsi kognitif pada anak
Hipertensi pada dewasa dapat menyebabkan gangguan kognitif, terutama
pada prefrontal korteks dan lesi white matter, dan dapat juga menyebabkan gangguan perilaku.46-48 Bukti dari gangguan fungsi kognitif pada remaja
dengan hipertensi masih merupakan hal baru.49 Hipertensi pada remaja
masih underdiagnosed dan pengaruhnya terhadap otak remaja masih belum
diperhitungkan secara keseluruhan.4 Kebanyakan data mengenai pengaruh
hipertensi terhadap sistem saraf remaja berhubungan dengan ensefalopati
hipertensi. Peningkatan tekanan darah yang berat dan akut dapat
menyebabkan kejang, iskemia, strok hemoragik, dan ensefalopati hipertensi.
Hipertensi emergensi ini dapat bermanifestasi menjadi posterior reversible encephalopathy syndrome (PRES).50
Peningkatan tekanan darah ≥ persentil 90 menurut usia berhubungan
dengan penurunan fungsi kognitif, dan pemberian obat-obatan antihipertensi
Autoregulasi serebral menjaga aliran darah serebral konstan bila
tekanan rata-rata arteri dalam rentang 60 – 150 mmHg. Pembuluh darah
akan vasokonstriksi untuk memproteksi otak dari hiperperfusi. Jika tekanan
darah sistemik melebihi kemampuan autoregulasi, peningkatan tekanan akan
ditransmisikan kepembuluh darah distal yang menyebabkan kerusakan
dinding vaskular karena stres mekanik. Efek ini akan merusak blood-brain barrier, menimbulkan ekstravasasi cairan dan produk darah. Kerusakan endotel juga mengaktifkan kaskade koagulasi, dan menyebabkan iskemia
jaringan.4
Hipertensi mempengaruhi pembuluh darah besar dan kecil,
menyebabkan stroke dan defisit kognitif. Gangguan pembuluh darah besar
meningkatkan kejadian aterosklerosis, penebalan arteri dan perubahan
dinding pembuluh darah yang menyebabkan lesi fokal pada otak, yang
mengakibatkan kehilangan jaringan otak. Gangguan pembuluh darah kecil
berupa remodelling vaskular, abnormalitas endotel dan gangguan regulasi aliran serebral.4 Hipertensi kronis menyebabkan pengurangan daya ingat
untuk memori jangka pendek, temper tantrum, gangguan tidur, kelelahan,
dan kehilangan konsentrasi dan berkaitan dengan meningkatnya kejadian
ADHD, ODD, depresi dan kecemasan, hal ini akan menimbulkan gangguan
belajar dan akhirnya gangguan kognitif.4,50
Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 1988-1994 yang
Nutrition Examination Survey III, yang menilai hubungan peningkatan
tekanan darah pada remaja terhadap fungsi kognitif dengan menggunakan
Wechsler Intelligence Scale for Children, Revised (WISC-R) dan Wide Range
Achievement Test, Revised (WRAT-R). Penelitian ini menunjukkan bahwa
remaja dengan tekanan darah sistolik ataupun diastolik ≥ persentil 90
memiliki hasil tes kemampuan matematika yang lebih rendah dibandingkan
remaja dengan tekanan darah < persentil 90.8
Penelitian prospektif di Republik of Seychelles pada tahun 2006-2007
mengenai hubungan fungsi kognitif dengan tekanan darah yang melibatkan
687 remaja usia 12 – 15 tahun dengan menggunakan Cambridge
Neurological Test Automated Battery (CANTAB), the Woodcock Johnson
Test of Scholastic Achievement (WJTA), the Finger Tapping test (FT) dan the
Kaufman Brief Intelligence Test (K-BIT). Pada penelitian ini tidak ditemukan
perbedaan fungsi kognitif terhadap perbedaan tekanan darah sistolik,
diastolik dan mean arterial pressure (MAP), tetapi penelitian ini tidak membandingkan antara peningkatan tekanan darah dengan tekanan darah
yang normal.6
Penelitian di Amerika tahun 2010 tentang pengaruh hipertensi primer
terhadap gangguan belajar pada remaja yang mengikutsertakan 201 remaja
usia 10 – 18 tahun, melaporkan bahwa remaja yang menderita hipertensi
normal, dan cenderung mengalami gangguan belajar (OR:4,1; 95% CI:1,8 –
9,4).51
Penelitian di Amerika tahun 2010 mengenai pengaruh hipertensi kronis
terhadap gangguan reaktivitas vaskular pada otak anak, dengan jumlah
subjek 56 remaja usia 7 – 20 tahun, dibagi dalam 2 kelompok, yaitu yang
diberikan obat antihipertensi dan yang tidak diterapi, dilakukan penilaian tes
hiperkapnik. Remaja dengan hipertensi yang tidak diterapi memiliki reaktivitas
yang lebih rendah terhadap kondisi hiperkapni dibandingkan remaja dengan
tekanan darah yang sudah normal. Tekanan darah diastolik berbanding
terbalik dengan reaktivitas vaskular (r=-0,351, P=0,026), hal ini semakin
memperjelas peran disfungsi reaktivitas serebral dalam gangguan kognitif
pada remaja dengan hipertensi, juga menunjukkan bahwa tekanan darah
diastolik merupakan prediktor kerusakan target organ serebral.52
Penelitian di Amerika tahun 2009 yang melibatkan 32 remaja
hipertensi dan 32 kontrol normotensi usia 10 – 18 tahun, membandingkan
fungsi eksekutif melalui form Behavior Rating Inventory of Executive Function
BRIEF yang diisi oleh orang tua dan fungsi internalisasi dan eksternalisasi
menggunakan Child Behavior Checklist CBCL yang juga diisi oleh orang tua.
Hasilnya menunjukkan bahwa remaja dengan hipertensi dan obesitas
memiliki gangguan eksekutif yang signifikan dibandingkan normotensi, dan
remaja dengan hipertensi saja memiliki nilai internalisasi dan eksternalisasi
Penelitian di Amerika tahun 2010, yang merupakan follow-up dari
penelitian sebelumnya di tahun 2009, mengenai pengaruh terapi
antihipertensi selama 1 tahun terhadap remaja usia 10-18 tahun yang
menderita hipertensi dengan target penurunan tekanan darah <persentil 95
terhadap fungsi eksekutif, internalisasi dan eksternalisasi menggunakan
BRIEF dan CBCL. Sebelum pemberian terapi, orang tua pasien diminta untuk
mengisi form Behavior Rating Inventory of Executive Function BRIEF dan
Child Behavior Checklist CBCL mengenai fungsi eksekutif, internalisasi, dan
eksternalisasi dari anaknya, kemudian setelah terapi selama 1 tahun, orang
tua pasien diminta kembali untuk mengisi form BRIEF dan CBCL. Hasilnya,
terdapat penurunan tekanan darah dan perbaikan dalam fungsi eksekutif.54
Penelitian pada tahun 2009 pada remaja usia 6 – 17 tahun yang
menderita penyakit ginjal kronik di Amerika, yang menilai hubungan tekanan
darah dengan kemampuan kognitif. Pemeriksaan neurokognitif dilakukan 6
bulan setelah sampel ikut dalam penelitian dan setiap 2 tahun sekali
setelahnya. Pemeriksan neurokognitif terdiri dari: penilaian fungsi intelektual
dengan Wechsler Abbreviated Scales of Intelegence (WASI); penilaian
pencapaian akademi dasar dengan Wechsler Individual Achievement
Test-II-Abreviated (WIAT-II-A); regulasi perhatian dengan Conner’s Continuous
Performance Test-II (CPT-II) dan tingkat fungsi eksekutif dengan Behavior
Rating Inventory of Executive Function (Parent BRIEF). Penelitian ini
memiliki skore performance IQ WASI yang lebih rendah (92,4 vs 96,1; P=0,03), WASI Full Scale IQ (93,4 vs 97,0; P=0,04). Analisa multivariat
menunjukkan hubungan skor IQ yang rendah dengan peningkatan tekanan
darah memang bermakna (Peningkatan tekanan darah, β=-3,7, 95% CI: -7,3
sampai -0,06; Tekanan darah sistolik, β=-1,16, 95% CI: -2,1 sampai -0,21;
Tekanan darah diastolik, β=-1,17, 95% CI: -1,8 sampai -,055).55
Penelitian di Hungaria pada tahun 2006 mengenai reaktivitas
serebrovaskular melalui tes hiperventilasi pada remaja dengan hipertensi dan
normotensi. Subjek penelitian remaja usia 15 – 17 tahun, 113 orang yang
hipertensi dan 58 orang yang normotensi, dilakukan uji hiperventilasi untuk
melihat efek vasokonstriksi melalui USG dopler. Penelitian ini melaporkan
bahwa remaja yang hipertensi memiliki kecepatan aliran darah yang lebih
tinggi saat istirahat dan setelah tes hiperventilasi (sistolik dengan P<0,05,
diastolik dengan P<0,001, rerata dengan P<0,001). Hal ini menunjukkan
bahwa respon serebrovaskular pada remaja hipertensi lebih rendah
dibandingkan normotensi.56
Penelitian di Hungaria pada tahun 2010 dengan subjek penelitian
remaja usia 15-17 tahun, membandingkan gangguan vasoreaktivitas serebral
pada 56 remaja dengan normotensi, 47 white coat hypertension, dan 73 hipertensi. Tes yang digunakan adalah breath-holding test dengan pemeriksaan USG dopler. Peningkatan kecepatan aliran darah arteri serebri
(P<0,05 dan P<0,01), yang menunjukkan gangguan respon vasodilatasi