• Tidak ada hasil yang ditemukan

Retribusi Izin Sarang Burung Walet di Kabupaten Serdang Bedagai (Kajian Terhadap Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2008)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Retribusi Izin Sarang Burung Walet di Kabupaten Serdang Bedagai (Kajian Terhadap Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2008)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah Provinsi dan kemudian dibagi atas Kabupaten dan Kota (Pasal 18 ayat (1)

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945). Tiap-tiap daerah

mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahannya untuk meningkatkan kemajuan dan produkivitas. Salah satu

upaya adalah melakukan pungutan kepada masyarakat untuk mendapatkan sumber

pendapatan daerah (Undang-Undang No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

Dan Retribusi Daerah).

Pemerintahan Daerah dalam urusan keuangan daerah menggali potensi

perekonomian untuk dijadikan sumber pendapatan daerah dalam bentuk pajak dan

retribusi.1

Sumber penerimaan pajak daerah Kabupaten/Kota terdiri dari pajak hotel,

pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak Penerimaan pajak dan retribusi daerah diharapkan nantinya dapat

memberikan kontribusi yang positif terhadap PAD dalam hal pencapaian dan

pemerataan kesejahteraan rakyat. Inilah salah satu tujuan dilaksanakannya

otonomi, yaitu agar daerah mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri.

1

Md. Krisna. A. A. Kusuma – Ni Gst. Putu, “Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan PAD SeKaabupaten / Kota Di Provinsi Bali”,Yogyakarta, Universitas Udayana, hlm. 575

(2)

pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C, dan pajak parkir.2

Tumbuhnya industri sarang burung walet bersamaan dengan

berkembangnya industri obat-obatan yang memiliki khasiat tinggi untuk

kesehatan.,

Selain

pajak daerah, retribusi daerah juga penting dalam PAD. Retribusi daerah dapat

digolongkan menjadi tiga golongan yakni retribusi jasa umum yang terdiri dari

retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan kebersihan, retribusi pergantian

biaya cetak KTP dan akta catatan sipil, retribusi pelayanan parkir di jalan umum,

dan retribusi pengujian kendaraan bermotor. Retribusi jenis usaha terdiri dari

retribusi terminal dan retribusi rumah potong hewan, sedangkan retribusi perijinan

tertentu terdiri dari retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin keramaian,

retribusi izin trayek, retribusi izin usaha perikanan dan juga izin retribusi sarang

burung walet.

3 yang menjadikan ketertertarikan masyarakat untuk membuka suatu

usaha penangkaran sarang burung walet. Habitat alami burung walet adalah

gua-gua kapur, burung walet (Collocalia fuchiphaga) namun telah berhasil

ditangkarkan dalam rumah-rumah sejak tahun 1880.4

Indonesia adalah negara yang menghasilkan sebagian besar sarang burung

walet di dunia. Negara-negara lain yang juga menghasilkan sarang burung walet

adalah Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, Burma, Singapura dan Srilanka.5

2

Irwansyah Lubis, Menggali Potensi Pajak Perusahaan Dan Bisnis Dengan Pelaksanaan Hukum, Jakarta, Elex Media Komputindo, 2010, hlm. 7

3

Lina Elfita, ”Analisis Profil Protein Burung walet ( Collocalia fuchipaga )Asal Painan, Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Vol. 01 No. 01, November 2014, hlm 28

4

Ibid, hlm.29

5

Hadi Iswan,Walet Budidaya Dan Aspek Bisnisnya, Jakarta, Agromedia Pustaka, 2002, hlm.5

(3)

menyadari bahwa nilai ekonomisnya yang sangat tinggi dan tidak merepotkan

dalam masalah perawatan dan kembang biaknya.6

Penangkaran sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai masih

banyak sekali yang meresahkan warga.

Karena dalam prakteknya

burung walet akan tetap hidup dan mencari makan di alam bebas tetapi

tempat-tempat untuk bersarang yang disediakan oleh pengusaha penangkaran walet

tersebut, ini berupa bangunan layaknya gedung bertingkat yang dibuat sedemikian

rupa sehingga burung walet tersebut mau berkembang biak dengan baik di tempat

tersebut, tak terkecuali dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

Salah satu dampak buruk yang sering sekali terjadi dan sangat

mengganggu kenyamanan masyarakat, dikarenakan bangunan sarang burung

walet berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat yang mengakibatkan

pencemaran lingkungan (polusi suara, polusi udara) dan sumber penyakit. Maka

pemerintah daerah mentertibkan usaha penangkaran sarang burung walet dalam

suatu peraturan yang mengatur mengenai izin sarang burung walet.

7

Sarang burung walet seharusnya berada

di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk yaitu di dataran tinggi,

hutan-hutan, rawa, persawahan, dan juga pantai,8

6

Arif Budiman, Menyelami Bisnis Gedung Dan Sarang Burung Walet, Jakarta, Agromedia Pustaka, 2003, hlm. 19

7

Wawancara dengan Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Serdang Brdagai, tanggal 14 Maret 2017 di Kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset KAbupaten Serdang Bedagai

8

Eka Adiwibawa, Pengelolaan Rumah Walet, Yogyakarta, Kanisius, 2010, hlm. 23

tetapi yang terjadi di Kabupaten

Serdang Bedagai penangkaran sarang burung walet terletak sangat dekat dengan

(4)

dengan lahan-lahan pertanian, lahan perkebunan, dan dijadikan pemukiman

penduduk.

Peraturan Daerah yang dibentuk oleh pemerintah daerah Kabupaten

Serdang Bedagai yang berlaku saat ini yaitu Perda Nomor 33 Tahun 2008 Tentang

Retribusi Izin Sarang Burung Walet, sayang hanya mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan retribusi saja. Pemerintah daerah Kabupaten Serdang Bedagai

kurang memperhatikan mengenai kesehatan masyarakat sekitar, dampak

lingkungan, juga tidak mengatur mengenai lokasi penangkaran sarang burung

walet. Hal ini menjadi lebih buruk dikarenakan tidak adanya kesadaran dan juga

keperdulian dari orang/badan yang mengusahakan atau memanfaatkan sarang

burung walet.

Sebagai perbandingan, Kota Palangkaraya dalam Perda Kota Palangkaraya

No. 12 Tahun 2011 Tentang Izin Usaha Sarang Burung Walet ada mengatur

secara terperinci mengenai lokasi yang dapat diberikan izin dan lokasi yang

dilarang. Kabupaten Serdang Bedagai sama halnya dengan Kota Medan9

Meskipun Perda Kabupaten Serdang Bedagai No. 33 Tahun 2008 Tentang

Retribusi Izin Sarang Burung Walet sudah diterbitkan dan sudah berjalan cukup

lama, tetapi Perda ini belum terlaksana dengan baik. Apa yang ada di dalam Perda juga

tidak mengatur secara rinci bagaimana lokasi dan tata bangunan yang seharusnya

diizinkan untuk berdiri agar tidak merusak lingkungan, serta memperhatikan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

9

(5)

tersebut belum mengcover permasalahan-permasalahan yang akan timbul dan

sudah timbul akibat penangkaran sarang burung walet.

Dari latar belakang inilah yang membuat penulis ingin mengangkat

tentang : RETRIBUSI IZIN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI (KAJIAN TERHADAP PERATURAN DAERAH NOMOR 33 TAHUN 2008)

B. Rumusan Masalah

Permasalahan merupakan kenyataan yang harus dihadapi dan diselesaikan

secara tuntas oleh peneliti. Dengan adanya rumusan masalah maka akan dapat

ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada

hal-hal diluar permasalahan.

Dimana dari uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan

yang diteliti adalah :

1. Apa saja fokus utama yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 tentang Retribusi Izin Sarang

Burung?

2. Bagaimana mekanisme pemberian izin dan pemungutan retribusi izin

sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai?

3. Bagaimana sanksi terhadap pengusaha sarang burung walet yang

tidak melakukan kewajibannya di Kabupaten Serdang Bedagai?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan masalah yang menjadi tujuan penulis membuat skripsi ini

(6)

Sumatera Utara dan juga untuk mecari tahu kebenaran di lapangan mengenai

retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai.

Beberapa tujuan yang ingin penulis sampaikan dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengethui apa saja yang menjadi fokus utama dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2005 tentang

Retribusi Izin Sarang Burung Walet

2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pemberian izin dan tata cara

pemungutan retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang

Bedagai

3. Untuk mengetahui sanksi terhadap pengusaha sarang burung walet

yang tidak melakukan kewajibannya di Kabupaten Serdang Bedagai

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Akademik

a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi kalangan

akademis dalam menambah pengetahuan serta menjadi

masukan bagi peneliti-peneliti selanjutnya dalam meneliti

sector retribusi daerah.

b) Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dari

penelitian yang dilakukan dengan cara mengaplikasikan

teori-teori yang didapat selama perkuliahan dalam pembahasan

(7)

2. Manfaat Praktis

a) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam

upaya memperdalam studi kasus mengenai Retribusi Daerah.

b) Penelitian ini diharapkan secara praktis berguna sebagai bahan

masukan dan refrensi bagi Dinas Pendapatan Kabupaten

Serdang Bedagai untuk lebih mengefektifkan implementasi

Peraturan Daerah.

c) Diharapkan penelitian ini menjadi pedoman praktis yang

menjadikan para pengusaha sadar akan kewajiban dan haknya

E. Keaslian Penulisan

Penulis telah menelusuri judul-judul skripsi yang ada di Fakultas Hukum

Universitas Sumartera Utara, penulis tidak menemukan penulis-penulis

sebelumnya mengangkat judul yang sama yaitu “Retribusi Izin Sarang Burung Walet Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kajian Terhadap Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2008)”. Atas dasar itulah penulis dapat mempertanggungjawabkan keaslian skripsi ini secara ilmiah. Bila dikemudian hari

terdapat permasalahan dan pembahasan yang sama sebelum skripsi ini dibuat,

penulis dapat mempertanggungjawabkannya.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Retribusi

Berdasarkan pasal 1 angka 64 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa retribusi

(8)

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah.

Dalam pelaksanaan pungutan Retribusi Daerah tidak semua jasa yang

disediakan oleh Pemerintah Daerah dapat dipungut retribusinya, namun

hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi

layak untuk dijadikan sebagai objek retribusi jasa tertentu tersebut

dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu jasa umum, jasa usaha, dan

perizinan tertentu.

Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan

undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan.

b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintahan

daerah.

c. Pihak yang membayar retribusi mendapat kontra prestasi

(balas jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas

pembayaran yang dilakukannya.

d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh

pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.

e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara

(9)

memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah

daerah. 10

2. Perizinan

Izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang

mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyartan dan

prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentran peraturan

perudang-undangan.11 Sedangkan perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin

maupun daftar usaha. Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak

digunakan dalam hukum administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku

para warga.12

Secara umum, tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk

pengendalian dari aktifitas-aktifitas pemerintah terkait ketentuan-ketentuan

yang berisi pedoman yang harus dilaksanakan baik oleh yang

berkepentingan ataupun oleh pejabat yang diberi kewenangan. Tetapi

tujuan dari perizinan dapat dilihat dari 2 sisi yaitu:13 a) Sisi Pemerintahan:

i. Untuk melaksanakan peraturan

ii. Sebagai sumber pendapatan daerah

10

Marihot P. Siahaan, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Jakarta, Rajawali Pers, 2010, hlm 6-7

11

Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi Negara, Lampung, Universitas Negeri Lampung, 1992, hlm 45

12

Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya, Yuridika, 1993, hlm. 2

13

(10)

b) Sisi Kemasyarakatan:

i. Untuk adanya kepastian hukum

ii. Untuk adanya kepastian hak

iii. Untuk mendapatkan fasilitas setelah bangunan yang

didirikan mempunyai izin

3. Penertiban Industri Sarang Burung Walet

Di habitat aslinya walet tinggal di dalam goa-goa pantai berkarang

yang terjal atau tebing dan bukit yang curam mulai dari dataran rendah

hingga ketinggian 600 mdpl. Suhu didalam goa tempat tinggalnya berkisar

antara 26-29°C dan kelembapannya 8—95%.14

a) Keuntungan pembangunan gedung sarang walet.

Di dalam goa, walet jantan

dan walet betina akan membuat sarang secara bergantian menggunakan

liurnya. Sebuh sarang walet dalam waktu 40-80 hari. Sekitar 5 -8 hari

setelah kawin, betina akan bertelur. Sarang walet dibuat dilangit-langit goa

yang tinggi dan gelap.

Perkembangan waktu, teknologi dan pola pikir manusia sehingga

mulai terciptanya inovasi membuat sarang walet buatan untuk

pemanfaatan sarang burung walet dengan cara membuat media sarang

walet dari gedung - gedung yang didalamnya dibuat semirip mungkin

dengan habitat asli burung walet. Namun, upaya pembuatan gedung sarang

walet ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

14

(11)

Membangun gedung sarang walet khusus sebagai tempat

tinggal akan lebih menguntungkan dari pada memanfaatkan

sarang walet hanya dari mengambil didalam goa dengan

beberapa keuntungan seperti:

b) Mutu sarang walet lebih baik.

Sarang walet yang dihasilkan dari gedung sarang walet

memiliki mutu yang lebih baik dan bentuk yang lebih

sempurna. Dari warnanya, sarang yang dihasilkan dari gedung

sarang walet lebih berwarna putih, sedangkan sarang yang

dihasilkan dari goa berwarna lebih kecoklatan dan kusam.

c) Pengelolaan dan pengawasan lebih mudah.

Pengelolaan sarang walet digedung sarang walet lebih mudah

daripada di goa walet. Hal ini lebih terlihat dari kemudahan

letak, dan jarak antara rumah pengelola dengan sarang walet.

Selain itu pengawasan terhadap keamaan dari pencurian sarang

walet akan lebih mudah, karena harga sarang walet yang begitu

tinggi dan juga pengawasan terhadap hama dan kebersihan

sarang walet lebih mudah dikontrol. 15

15

Ibid, hlm.8

Berdasarkan pasal 3 PERDA Nomor 33 tahun 2008 tentang retribusi

izin sarang burung walet, Objek Retribusi adalah Izin Sarang Burung

Walet oleh pribadi atau badan di lokasi tertentu, berupa pengelolaan,

(12)

a) Burung walet di habitat alami; dan

b) Burung walet di luar habitat alami

Dan juga didalam Pasal 4 dijelaskan mengenai subjek dari retribusi

izin sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang

menyelenggarakan atau melakukan pengelolaan, pengusahaan dan

pemanfaatan sarang burung walet di habitat alami dan diluar habitat alami.

G. Metode Penelitian

1.Jenis Dan Sifat Penelitian

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, agar

permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam karya tulis ini terjawab dengan baik

berdasarkan data-data yang akurat maka penulis menggunakan 2 jenis

penelitian yaitu penelitian dengan metode normatif dan metode empiris.

Dengan menggunaka penelitian metode normatif, penulis akan mengkaji dan

mempelajari peraturan-peraturan yang terkait dengan retribusi izin sarang

burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai. Dan dalam penulisan ini,

penulis juga menggunakan metode penelitian empiris yang merupakan

metode penelitian yang berfungsi untuk melihat hukum dan dalam artian

nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.

Dengan metode penelitian empiris ini, penulis akan meneliti bagaimana

retribusi izin sarang burung walet secara langsung apakah meningkatkan

pedapatan asli daerah dan juga melihat bagaimana pengaturan mengenai

(13)

wawancara dan juga mencari data data yang berkaitan dengan retribusi izin

sarang burung walet.

2. Sumber Data

a) Bahan Hukum Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari lokasi penelitian yakni sumber data, dari informan yang

bersangkutan dengan cara wawancara dan pengamatan atau observasi

lingkungan. Untuk melengkapi data dari bahan hukum sekunder,

penulis melakukan wawancara ke orang-orang yang terkait dengan

retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai

seperti Kepala Dinas Kabupaten Serdang Bedagai dan juga subjek

retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai.

b) Bahan Hukum Sekunder merupakan data yang berasal dari survey

lapangan dan diperoleh dengan mempelajari bahan-bahan kepustakaan

yang berupa buku-buku, literatur, dokumen-dokumen, laporan-laporan

mapun arsip-arsip resmi yang dapat mendukung data primer. Untuk

mendukung data sekunder, penulis menggunakan buku-buku

mengenai retribusi daerah dan juga melampirkan data-data resmi dari

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika yang

terdiri dari 5 (lima) bab dan dalam bab tersebut terdapat beberapa sub bab. Untuk

lebih memudahkan penulis, penulis menguraikan secara ringkas pembahasan

(14)

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang

masalah, Batasan masalah, Rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, Metode penelitian, dan Sistematika penulisan.

BAB II : FOKUS UTAMA DALAM PENGATURAN RETRIBUSI IZIN SARANG BURUNG WALET BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NO. 33 TAHUN 2008

Dalam bab ini akan dibahas mengenai tata wilayah, pembangunan

yang berkelanjutan, hak dan kewajiban orang/badan yang

mengusahakan penangkaran sarang burung walet, dan juga akan

membahas mengenai tata cara pemungutan retribusi izin sarang

burung walet.

BAB III ASPEK-ASPEK DASAR DALAM PENGATURAN RETRIBUSI IZIN SARANG BURUNG WALET BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NO. 33 TAHUN 2008

Dalam bab ini terdiri akan membahas bagaimana PERDA Kabupaten

Serdang Bedagai No. 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang

Burung Walet mengatur mengenai hak dan kewajiban dari

orang/badan yang mengelolaa, mengusahakan dan memanfaatkan

sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai. Selain itu dalam

(15)

pemungutan retribusi sarang burung walet di Kabupaten Serdang

Bedagai.

BAB IV SANKSI BAGI ORANG/BADAN YANG TIDAK MELAKSANAKAN KETENTUAN RETRIBUSI IZIN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Dalam bab ini penulis akan menjabarkan mengenai hasil wawancara

dan pengumpulan data terkhusus mengenai kendala yang dialami oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai dalam menangani

para pengusaha yang masih belum mengetahui hak dan kewajibannya

baik itu dalam hal retribusi maupun hal-hal lain seperti lingkungan

sekitar sarang burung walet. Dan di dalam bab ini juga membahas

mengenai sanksi yang akan diberikan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Serdang Bedagai terkait dengan pelanggaran yang

dilakukan orang/badan.

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini

berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi. Dan

saran yang merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang

dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil

Referensi

Dokumen terkait

Izin Pengelolaan atau pengusahaan sarang burung walet adalah izin yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan untuk mengelola dan mengusahakan sarang

Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet yang selanjutnya disebut Izin adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan

Berdasarkan SPTPD tersebut kepala daerah menetapkan pajak sarang burung walet terutang dengan menerbitkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah). 3) Pembayaran Pajak Sarang Burung

Judul Skripsi : Analisis Model Strategi Pemasaran Pada Usaha Sarang Burung Walet (Studi Pada Pengusaha Sarang Burung Walet di Desa Empang, Kab. Dengan ini saya

bahwa menindaklanjuti Peraturan Daerah Kabupaten Pulang Pisau Nomor 03 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Sarang Burung Walet dan memperhatikan pertimbangan

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 04 Tahun 2008 tentang Izin Usaha Pengelolaan dan Pemanfaatan Sarang Burung Walet (Collocalia

Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet adalah Izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan untuk melakukan pengelolaan

(2) Bentuk uraian, warna dan ukuran serta bukti KTPR Retribusi Tata Niaga Sarang Burung Walet akan ditentukan oleh Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan