• Tidak ada hasil yang ditemukan

Retribusi Izin Sarang Burung Walet di Kabupaten Serdang Bedagai (Kajian Terhadap Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2008)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Retribusi Izin Sarang Burung Walet di Kabupaten Serdang Bedagai (Kajian Terhadap Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2008)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

FOKUS UTAMA DALAM PENGATURAN RETRIBUSI IZIN SARANG BURUNG WALET BERDASARKAN PERATURAN DAERAH

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NO. 33 TAHUN 2008

A. Tata Ruang Kota/Kabupaten Dan Pembangunan Yang Berkelanjutan Tata Kota dalam bahasaLand use adalah wujud struktur dan pola ruang disusun secara disebut Rencana Tata Ruang Wilay (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam (RTRWK).16

Upaya pelaksanaan perencanaan penataan ruang yang bijaksana adalah kunci dalam pelaksanaan tata ruang agar tidak merusak lingkungan hidup, dalam konteks penguasaan negara atas dasar sumber daya alam, melekat di dalam kewajiban negara untuk melindungi, melestarikan dan memulihkan lingkungan

)

Namun, karena tidak adanya kepedulian pengusaha terhadap keindahan lingkungan masyarakat, menyebabkan pembangunan dan tata kota di Kabupaten Serdang Bedagai menjadi kurang maksimal dan pengelolaannya terkesan tidak tertata. Karena mengurangi keindahan, keamanan, dan kelestarian lingkungan hidup. Tata kota dan keindahan kota semakin terganggu selama pembangunan rumah walet yang semakin bertambah. Dimana perencanaan tata kota semakin tidak teratur sehingga tataruang di perkotaan menjadi kurang efektif dan efisien.

16

(2)

hidup secara utuh.17

Pada negara hukum dewasa ini, suatu rencana tidak dapat dihilangkan dari hukum administrasi. Rencana dapat dijumpai pada berbagai bidang kegiatan pemerintahan, misalnya dalam pengaturan tata ruang. Rencana merupakan keseluruhan tindakan yang saling berkaitan dari tata usaha negara yang mengupayakan terlaksananya keadaan tertentu yang tertib (teratur).

Artinya, aktivitas pembangunan yang dihasilkan dari perencanaan tata ruang pada umumnya bernuansa pemanfaatan sumber daya alam tanpa merusak lingkungan.

18

Rencana yang demikian itu dapat dihubungkan dengan stelsel perizinan (misalkan suatu perizinan pembangunan akan ditolak oleh karena tidak sesuai dengan rencana peruntukan).19

Konsep pembangunan berkelanjutan untuk pertama kali dituangkan dalam kebijaksanaan nasional melalui Keppres No. 13 Tahun 1989 tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun dan TAP MPR Nomor II/MPR/1993 tentang Garis

Secara umum pembangunan kota berkelanjutan didefinisikan sebagai pem-bangunan kota yang mengedepankan adanya keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan hidup. Keseimbangan ini penting untuk menjamin adanya keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia, tanpa mengurangi peluang generasi yang akan datang untuk menikmati kondisi yang sama.

17

Emil Salim, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Jakarta, 1993, LP3ES, hlm. 32

18

Ibid, hlm. 7

19

(3)

Besar Haluan Negara. Pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Proses pelaksanaan pembangunan, disatu pihak menghadapi permasalahan jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertambahan yang kurang.20 Untuk itu upaya pemerintah kabupaten/kota dalam menerbitkan suatu kebijakan dalam pengelolaan dan pengawasan lingkungan hidup adalah dengan menerbitkan berbagai macam perda yang didalamnya juga mengatur mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).21

RTRW merupakan rencana tata ruang yang bersifat umum yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah baik tingkat nasional (RTRWN), provinsi (RTRWP) maupun RTRW kab/kota. 22

1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Tujuan RTRW merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Dan yang terpenting adalah, RTRW menjadi dasar dalam memberikan rekomendasi pengarahan pemanfaatan ruang. Adapun fungsi dari RTRW itu sendiri diantaranya:

20

Juniarso Ridwan dan Ahmad Sodik, Hukum Tata Ruang dan Konsep Kebijakan Otonoi daerah, 2008, Bandung, Nuansa, hlm. 9

21

Aca Sugandhy, Prinsip Dasar Dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan, Jakarta, 2007, Bumi Aksara, hlm. 19

22

(4)

2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah

3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah 4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah yang dilakukan pemerintah,

masyarakat, dan swasta

5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah

6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan

7. Acuan dalam administrasi pertanahan.23

Awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan disebabkan oleh perhatian yang besar kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, karena di sisi lain eksploitasi terhadapnya dilakukan secara terus menerus. Semua ini agar tidak mengurangi dan mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang.24

Pembangunan berkelanjutan bermula dari permasalahan lingkungan yang diangkat Komisi Brundtland (Word Commision on Environmental and Development) dalam konfrensi Stockholm (1972), mengenai pentingnya pemba- ngunan yang memperhatikan faktor lingkungan. Emil Salim mengatakan bahwa saat ini, hampir semua negara mengimple-mentasikan pola pembangunan konvensional yang mengikuti satu garis linier paham ekonomi yang terfokus pada pertumbuhan output sebagai fungsi faktor produksi, yang terdiri atas sumberdaya alam, tenaga kerja, modal, keteram-pilan dan teknologi.25

Pembangunan konvensional telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi gagal dalam aspek sosial dan lingkungan. Hal ini terjadi karena pembangunan konvensional meletakkan pembangunan ekonomi pada pusat

23

Ibid, hlm. 6

24

M. Rozikin, Analisis Pembangunan Berkelanjutan Di Kota Batu, Journal Review Politik Vol.2 No.2, Universitas Brawijaya Malang, hlm 222

25

(5)

persoalan pertumbuhan dan menempatkan faktor sosial dan lingkungan pada posisi yang kurang penting.26

1. Pembangunan sosial (sosial development)

Model pembangunan konvensional tidak dapat diterima lagi, karena menyebabkan ketimpangan yang lebih besar pada distribusi pendapatan antar negara maupun didalam negara.

Terdapat tiga domain dalam pembangunan berkelanjutan yaitu: domain ekonomi, domain sosial, dan domain ekologi. Himpunan bagian yang saling beririsan antara domain tersebut menghasilkan tiga paradigma pembangunan, yaitu :

2. Pembangunan berwa-wasan lingkungan (environmental development)

3. Pembangunan yang berpusatkan pada rakyat (people centered develop-ment). Integrasi antara ketiga bagian disebut paradigma pembangunan berkelanjutan (sustainable development)27

Konsep pembangunan berkelanjutan dilahirkan oleh bangkitnya kesadaran bahwa pembangunan ekonomi telah melampaui daya dukung lingkungan, alam, sehingga keberlanjutan upaya membangun kesejahteraan bahkan kelangsungan kehidupan umat manusia di atas bumi ini dipertanyakan28 konsep keberlanjutan merupakan konsep yang sederhana namun kompleks, sehingga pengertian keberlanjutanpun sangat multidimensi dan multi-interpretasi.29

26

M. Rozikin, Op. Cit, hlm. 223

27

Harry Hikmah, Makalah: Analisis Dampak Lingkungan Sosial: Strategi Menuju Pembangunan Berpusat Pada Rakyat (People Centered Development), Jakarta, 2003, Pascasarjana Manajemen Pembangunan Sosial, Universitas Indonesia Jakarta, hlm. 3

28

Ginndjar Kartasasmita, Makalah: Revitalisasi Administrasi Publik dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta, 2007, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara Press, hlm. 42

29

(6)

Dalam pembangunan yang berkelanjutan terdapat aspek keberlanjutan yang perlu diperhatikan sebagai berikut :30

1. Keberlanjutan Ekologis

Keberlanjutan ekologis mengacu pada pemeliharaan tatanan lingkungan hidup di bumi agar dapat terus terjaga kelestariannya. Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas tatanan lingkungan yaitu; daya dukung, daya asimilatif dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya terpulihkan. Pengelolaan pembangunan yang berwawasan lingkungan merupakan hal penting untuk keberlanjutan ekosistem. Hal ini dapat dilaksanakan melalui: pencegahan pencemaran lingkungan, rehabilitasi, dan pemulihan ekosistem dan sumberdaya alam yang rusak, meningkatkan kapasitas produksi dari ekosistem alam dan binaan manusia.

2. Keberlanjutan Ekonomi

Keberlanjutan ekonomi makro menjamin kemajuan ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efisiensi ekonomi melalui reformasi struktural dan nasional. Tiga elemen utama untuk keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang berkesinam-bungan, dan meningkatkan pemerataan dan distribusi kemakmuran. Hal tersebut di atas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro ekonomi mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi sektor publik, mobilisasi tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan distribusi pendapatan dan aset.

30

(7)

3. Keberlanjutan Sosial Budaya

Keberlanjutan sosial dan budaya mempunyai empat sasaran yaitu: a. Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik yang kuat, kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan status wanita, me-ningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.

b. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan mengurangi kemiskinan absolut. Keber-lanjutan pembangunan tidak mungkin tercapai bila terjadi kesenjangan pada distribusi kemakmuran atau adanya kelas sosial. Halangan terhadap keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manu-sia. Kelas sosial yang dihilangkan dimungkinkannya untuk mendapat akses pendidikan yang merata, peme-rataan pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.

c. Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan meng-akui dan menghargai sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan memahami dan menggunakan pengetahuan tradisional demi manfaat masyarakat dan pembangunan ekonomi. Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.

4. Keberlanjutan Politik

(8)

transparan dan bertanggungjawab, kepastian kesedian pangan, air, dan pemukiman.

5. Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan

Keberlanjutan pertahanan dan keamanan yaitu bagai-mana cara menghadapi dan mengatasi ancaman dari luar maupun dalam yang dapat membahayakan identitas, integritas negara dan bangsa

Penyelenggaraan penataan ruang oleh pemerintah dan pemerintah daerah merupakan upaya pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan berupa peraturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap penataan ruang. Dalam melakukan upaya tersebut, pemerintah daerah harus berpedoman terhadap asasasas umum pemerintah yang baik. Menurut Koentjoro Purbopranoto dan SF. Marbun, asas - asas umum pemerintahan yang baik terdiri dari: 31

1. Asas kepastian hukum; 2. Asas keseimbangan;

3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan; 4. Asas bertindak cermat;

5. Asas motivasi untuk setiap keputusan; 6. Asas tidak mencampuradukan kewenangan; 7. Asas permainan yang layak;

8. Asas keadilan dan kewajaran;

9. Asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar; 10.Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal;

31

(9)

11.Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi; 12.Asas kebijaksanaan; dan

13.Asas penyelenggaraan kepentingan umum.

Ketigabelas asas diatas menjadi pedoman pemerintah daerah dalam mengeluarkan kebijakan, khususnya dalam bidang penataan ruang. Karena penataan ruang merupakan hal yang sangat penting untuk dijadikan perhatian. Namun, selama ini penataan ruang belum menjadi prioritas dari program - program pemerintah daerah.

Kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah melalui Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah didalam bidang otonomi, bukan berarti pemerintah daerah hanya dapat mengeksploitasi sumber daya alam yang ada. Tetapi juga pemerintah daerah berkewajiban pula melakukan perawatan dan perlindungan lingkungan dengan menatanya agar sesuai dengan peruntukan dan potensi disetiap masing - masing daerah. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang sesuai dengan pasal 11 Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, meliputi:

1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota;

2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;

3. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota;dan kerja sama penataan ruang antar kabupaten/kota.

Sedangkan dalam pelaksanaannya, daerah kabupaten/kota memiliki wewenang yang meliputi:

(10)

2. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota;

3. Pengendalan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota. Aturan diatas merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh pemerintah darah secara konkrit sesuai kewenangan yang dimiliki.

Dalam setiap Peraturan Daerah seharusnya didalamnya juga mengatur mengenai pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Tidak hanya PERDA di bidang lingkungan , sehingga tidak semata-mata membuat suatu peraturan tanpa memperdulikan keberlanjutan fungsi lingkungan.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bdagai Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet, didalamnya masih tidak memikirkan mengenai pembangunan yang berwawasan lingkungan. Hal ini terlihat dari pasal demi pasal dalam PERDA Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 yang tidak mengatur mengenai tata cara dan tata lokasi bagaimana seharusnya penangkaran sarang burung walet itu dibangun.

Tidak diperhatikannya tata cara dan tata wilayah dari penangkaran sarang burung walet amat sangat mengganggu lingkungan dan kenyamanan masyarakat sekitar, karena memberikan dampak negatif diantaranya menimbulkan polusi udara dan terganggunya jam istirahat warga karena suara musik yang diputar ditempat-tempat penangkaran walet tersebut. Selain itu, bisa juga merusak tatanan kota dan kesehatan lingkungan dengan perkembangan bibit penyakit dari sarang burung walet tersebut.32

32

Rio Mardian Saputra, Pengawasan Terhadap Penangkaran Sarang Burung Walet Di Kota Pekanbaru Tahun 2010-2013 JOM. FISIP Vol. 2 No.1Februari 2015, Pekanbaru, 2015, Universitas Riau, hlm. 4

(11)

pemukiman. Kebanyakan usaha sarang burung walet ini dibuat diatas Rumah Toko ( Ruko) yang memang dibangun di khususkan untuk membuat sarang walet. Selain itu penangkaran yang letaknya berdekatan dengan pemukiman akan menjadi sarang bakteri dan virus.33

Berbeda dengan Peraturan Daerah Kota Palangkaraya Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Izin Usaha Sarang Burung Walet, dimana didalamnya mengatur Sejalan dengan Kabupaten Serdang Bedagai ada beberapa kabupaten/kota yang juga memiliki Peraturan Daerah yang mengatur mengenai sarang burung walet, tetapi tidak meperhatikan dampak lingkunagnnya. Salah satunya adalah Kota Medan yang didalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pajak sarang Burung Walet tidak ada mengatur mengenai tata cara pembangunan dan tata wilayah penangkaran (usaha) sarang burung walet. Isi pasal demi pasal dari PERDA Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011 hanya mengatur mengenai pajak dan sanksi saja tanpa memperhatikan aspek penting lainnya.

Selain Kabupaten Serdang bedagai dan Kota Medan, ada juga Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Pajak Sarang Burugn Walet yang juga tidak memeprhatikan mengenai dampak lingkungan, tata ruang dan tata wilayah. Isi dari PERDA Kabupaten Ngawi ini juga hampir sama persis dengan isi dari PERDA Kota Medan, yang didalamnya hanya mengatur mengenai pajak dan sanksi untuk para pengusaha sarang burung walet yang tidak memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak.

33

(12)

mengenai lokasi usaha sarang burung walet yang dapat diberikan izin dan lokasi usaha burung walet yang dilarang diberikan izin dengan jelas dan terperinci. Pengaturan mengenai lokasi sarang burung walet yang dilarag diberi izin terdapat di dalam BAB IV Pasal 4 ayat (1) yaitu :

1) Setiap orang atau Badan tidak diberikan izin/dilarang

mebangun/berusaha sarang Burung Walet dilua habitat alami pada lokasi :

a. Dekat dengan Sarana Ibadah; b. Dekat dengan sarana pendidikan; c. Dekat dengan sarana kesehatan; d. Dekat dengan sarana perkantoran; e. Dekat dengan jalan protokol;

f. Dekat dengan rumah dinas jabatan pejabat publik; g. Disekitar area bandara

B. Kewajiban Orang/Badan Pengelolaan, Pengusahaan Dan Pemanfaatan Sarang Burung Walet

Kebijakan daerah dalam memungut retribusi harus melihat kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dalam jangka panjang, sebaiknya bisa menunjukan adanya kewenangan penuh oleh pemerintah daerah sehingga dapat memberikan insentif pajak dan retribusi daerah, mengupayakannya menjadi daerah yang dimintati oleh pelaku bisnis untu menanampak investasinya.

(13)

Pengertian retribusi itu sendiri menurut para sarjana yaitu salah satunya adalah menururt Marihot Pahala Siahaan bahwa “Retribusi daerah atau yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada

negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negarabagi penduduk

secara perorangah.”34

Selain itu, menurut Mahmudi bahwa : “Retribusi daerah menurpakan pungutan yang dilakukan pemerintah kepada wajib retribusi atas pemanfaatan

suatu jasa yang tertentu yang disediakan pemerintah”35

Hal ini sudah pasti termasuk di dalamnya mewajibkan pengusaha untuk membayar pajak/retribusi seperti kewajiban bagi pengusaha sarang burung walet yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai untuk membayar retribusi izin sarang Sedangkan berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah bahwa : “Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menururt peraturan perundang-undangan retrubusi

diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau

pemotong retribusi tertentu.”

Jadi, berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa setiap orang ataupun badan yang menggunakan jasa ataupun perizinan tertentu dari Negara wajib membayar retribusi kepada negara berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dimana retribusi tersebut merupakan pendapatan Negara, yang dipergunakan dalam penyelenggaraan penggerak sistem roda pemerintahan serta pembangunan demi kepentingan khalayak ramai.

34

Marihot P. Siahaan, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Op.Cit, hlm .8

35

(14)

burung walet. Permasalahan ini juga telah diatur oleh Pemerintah Daerah yaitu diatur dalam PERDA Kabupaten Serdang Bedagai Pasal 2 Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet , yang berbunyi : ”Dengan nama Izin Sarang Burung Walet ditungut retribusi atas pengambilan dan atau

pengusahaan Sarang Burung Walet.”

Dengan begitu bagi pengusaha sarang burung walet khususnya pengusaha sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai diwajibkan oleh Pemerintah setempat untuk membayar pajak dari hasil pengambilan dan pengusahaan sarang burung walet kepadaPemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, hal ini tercatum dalam PERDA Kabupaten Serdang Bedagai Pasal 4 Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet bahwa : “Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan

pengelolaan, pengusahaan, dan pemanfaatan sarang burung walet di habitat

alami dan di luar habitat alami”

Selain itu juga berdasarkan Undang-Undang pada pasal 73 Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menjelaskan bahwa:

1) Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan

sarang burung walet

2) Wajib pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yan melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan sarang

(15)

Jadi jelas dari pasal-pasal diatas bahwa kewajiban dari pengusaha sarang burung walet adalah membayar pajak/retribusi sesuai dengan Undang-undang ataupun Peraturan yang berlaku.

C. Tata Cara Pemungutan Retribusi Izin Sarang Burung Walet Di Kabupaten Serdang Bedagai

Tata cara pemungutan retribusi izin sarang burung walet di Kabupaten Serdang Bedagai telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Retribusi Izin Sarang Burung Walet. Dalam PERDA tersebut dijelaskan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam proses pemungutan retribusi izin sarang burung walet mulai dari pendaftaran usaha sarang burung walet sampai dengan pembayaran retribusi izins sarang burung walet.

Tata cara pemungutan retribusi izin sarang burung walet diawali dengan pendaftaran usaha sarang burung walet. Berdasarkan PERDA Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 33 Tahun 2008 bahwa wajib retribusi wajib megisi Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD) dan mendaftarkannya kepada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) dengan melampirkan persyaratan izin. Adapun persyaratan izin yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Pengusaha mengambil, mengisi dan menandatangani formulir yang disediakan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Formulir yang telah diisi dan ditandatangani disampaikan kepada DPPKA dengan melampirkan:

(16)

b) Surat kuasa apabila pengusaha berhalangan dengan disertai dengan fotocopy KTP dari pemberi kuasa

Terhadap penerimaan berkas pendaftaran, DPPKA memberikan tanda terima pendaftaran. Berdasarkan keterngan wajib pajak dan data yang ada pada formulir pendaftaran, kepala DPPKA menerbitkan :

1. Surat pengukuhan sebagai wajib pajak dengan sistem pemungutan pajak yang dikenakan;

2. Surat penunjukan sebagai pemilik usaha wajib pajak; 3. Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD); 4. Maklumat.

Wajib retribusi/pajak diwajibkan menyelenggarakan pembukuan yang cukup, sesuai dengan kaidah akutansi atau pembukuan yang lazim dalam mencatat penerimaan dan pengeluaran usaha. Tata cara pembukuan dan pelaporan ditetapkan oleh pihak DPPKA. Pembukuan dimaksud untuk mempermudah wajib retribusi dalam mengelola usahanya dan sekaligus membantu petugas DPPKA dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha wajib pajak untuk setiap masa pajak. Pembukuan, catatan dan bukti pembukuan seperti faktur penjualan dan laporan produksi yang berhubungan dengan usaha harus disimpan selama 5 (lima) tahun kedepan.

(17)

STPRD tidak mencantumkan jumlah omset penjualan, jenis dan kualitas produksi sarang burung walet, DPPKA melaksanakan penghitungan nilai jual sarang burung walet dengan berpatokan pada harga pasaran umum sarang burung walet yang tertinggi. Apabila DPPKA mencurigai isian SPTRD yang dilakukan oleh wajib pajak tidak benar, maka DPPKA berhak melakukan pemeriksaan. Apabila wajib pajak tidak dapat menunjukan pembukuan pada saat pemeriksaan, maka jumlah penjualan terutang pajak akan ditetapkan secara jabatan (sistem SKP). Berdasarkan SPTRD kemudian ditetapkan pajak sarang burung walet terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD).

Apabila jumlah retribusi yang dibayarkan oleh wajib retribusi terdapat kekurangan, maka diterbitkan Surat Keterangan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKRDKBT), yaitu surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok-pokok, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. Selain itu SKRDBT juga menentukan tambahan atas jumlah retbusi yang sudah ditetapkan.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling dengan criteria tertentu yaitu penentuan sampel dipilih berdasarkan kriteria, yaitu setiap gugus terwakili meliputi :

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang mana bentuk penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK), dimana pelaksanaannya menyajikan semua temuan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI NILAI CALL OPTION DARI 3 (TIGA) SAHAM

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) pola keterlambatan siswa SMA Negeri 1 Gresik, (2) faktor penyebab keterlambatan siswa di SMA Negeri 1 Gresik, (3) penanganan

Al-Ahliah Enterprise Mengeluarkan produk kesihatan berasaskan lintah, madu dan herba secara tradisional. Kapsul aulia Jenama

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui peran penyuluh pertanian dalam usahatani kelapa sawit pola swadaya; (2) Mengetahui tingkat keberdayaan petani kelapa

Thus the energy of such a determinant is to be considered the energy of the promoted reference state; the pro- motion energy of the atom is then given by the difference of this

Hasil penelitian mendapatkan ada perbedaan kontrol diri pada remaja yang berasal dari keluarga utuh dan bercerai, yakni remaja dari keluarga utuh memiliki kontrol diri yang lebih