• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Perkebunan PT. Anugerah Langkat Makmur Di Desa Harapan Makmur, Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat (1982-1998)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah Perkebunan PT. Anugerah Langkat Makmur Di Desa Harapan Makmur, Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat (1982-1998)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

16

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN SEJARAH PEMBUKAAN

PT. ANUGERAH LANGKAT MAKMUR DI DESA HARAPAN MAKMUR

2.1 Letak Geografi dan Keadaan Alam Desa Harapan Makmur

Sei Lepan merupakan salah satu kecamatan yang berada dalam wilayah

administratif Kabupaten Langkat. Kecamatan Sei Lepan terletak diantara 030 – 110

sampai dengan 590 – 780 bujur timur. Jarak tempuh dari ibukota kabupaten adalah 54

km dan dari ibukota provinsi adalah 80 km. Akses menuju Sei Lepan dapat ditempuh

melalui transportasi darat dengan menggunakan kendaraan bermotor. Jarak tempuh

melalui ibukota kabupaten yaitu Stabat, dapat ditempuh perjalanan menuju Sei Lepan

sekitar 2 jam perjalanan 14 . Luas wilayah Kecamatan Sei Lepan ini secara

keseluruhannya sekitar 654, 04 Km2.

Adapun batas-batas geografis Kecamatan Sei Lepan antara lain adalah15:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Berandan Barat,

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Tualang,

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Besitang, dan

14

Profil Kecamatan Sei Lepan

15 Kecamatan Sei Lepan Dalam Angka 1998, Kerjasama Bappeda Kabupaten Langkat dengan

(2)

17

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Babalan.

Harapan Makmur merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah

kecamatan Sei Lepan. Secara geografis, Desa Harapan Makmur berada di ketinggian

100 meter dari permukaan laut. Jarak tempuh dari ibukota kabupaten adalah 76 km

dan dari ibukota provinsi adalah 108 km. Akses menuju Harapan Makmur dapat

ditempuh melalui transportasi darat dengan menggunakan kendaraan bermotor. Desa

ini terbentuk karena adanya sebuah perusahaan perkebunan menanam sahamnya di

wilayah tersebut. Oleh sebab itu desa ini mulai berangsur-angsur menjadi baik

dengan adanya perusahaan perkebunan. Desa ini juga memiliki luas wilayah secara

keseluruhannya sekitar 109,56 Km2.

Adapun batas-batas geografis Desa Harapan Makmur antara lain adalah16:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa, Harapan Maju

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tangkahan Durian,

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa PIR ADB Besitang, dan

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Harapan Jaya.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa evolusi pembangunan sebuah wilayah, kota

maupun Negara sebagian besar bermula dari perkembangan entitas sebuah desa. Desa

dalam pengertian umum adalah desa sebagai suatu gejala yang bersifat universal,

terdapat di manapun di dunia ini. Sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada

16

(3)

18

lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi

pemenuhan kebutuhannya, dan terutama yang tergantung pada kegiatan pertanian.

Pengertian desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan pertanian. Menurut Egon

E. Bergel mendefenisikan desa sebagai “setiap pemukiman para petani (peasants)”.17

Padahal sebenarnya faktor pertanian bukanlah suatu hal yang selalu harus terlekat

pada setiap desa, begitu juga sebaliknya, desa tidak harus dikaitkan dengan kegiatan

pertanian, hanya saja kebanyakan desa di Indonesia khususnya yang menitikberatkan

kegiatan perekonomiannya pada kegiatan pertanian, namun tidak semua, ada juga

desa yang menitikberatkan kegiatan perekonomiannya pada bidang lain seperti

bidang perikanan, industri rumahan (home industry) atau kegiatan pekerjaan tangan

dan lain sebagainya. Yang menjadi ciri utama dari suatu desa adalah fungsinya

sebagai tempat tinggal yang menetap dari suatu kelompok masyarakat yang relatif

kecil. Atau dengan kata lain, sebuah desa ditandai dengan keterikatan warganya

terhadap suatu wilayah tertentu. Keterikatan terhadap wilayah ini di samping sebagai

tempat tinggal, juga sebagai penyangga kehidupan mereka.

Terbentuknya suatu desa tidak terlepas dari insting manusia, yang secara

naluriah ingin hidup bersama keluarga suami/istri dan anak serta sanak familinya,

yang kemudian lazimnya memilih suatu tempat kediaman bersama. Tempat kediaman

tersebut dapat berupa suatu wilayah dengan berpindah-pindah terutama terjadi pada

17

(4)

19

kawasan tertentu hutan atau areal lahan yang masih memungkinkan keluarga tersebut

berpindah-pindah. Hal ini masih dapat ditemukan pada beberapa suku asli di

Sumatera, seperti kubu, suku anak dalam, beberapa warga melayu asli, juga di pulau-

pulau lainnya di Nusa Tenggara, Kalimantan dan Papua. 18 Sama halnya dengan

pembentukan Desa Harapan Makmur, yang tidak berbeda dengan pembentukan

sebuah desa pada umumnya, yang secara naluriah ingin hidup bersama dengan

keluarga bahkan sanak famili mereka dan yang terpenting adalah untuk

mempertahankan serta mencapai kemajuan dalam hidupnya.

Seperti halnya dengan pembentukan Desa Harapan Makmur yang tidak jauh

berbeda dengan pembentukan desa pada umumnya, yang secara sederhana ingin

menetap dan tinggal bersama dengan keluarga sebagai cara untuk mempertahankan

serta meningkatkan taraf kehidupan kelompok tersebut. Harapan Makmur awalnya

hanya dihuni oleh beberapa kelompok masyarakat saja yang mayoritas merupakan

suku Jawa Tengah yang bermata pencaharian sebagai petani. Suku Jawa Tengah

tersebut berdatangan pada tahun 1984. Awalnya secara tidak langsung, pemerintah

telah menerapkan pola transmigrasi dengan membawa banyak orang (terutama suku

Jawa) untuk melakukan ekspansi ke pulau-pulau yang memiliki potensi sumber daya

alam yang besar seperti Sumatera. Pada awalnya wilayah Harapan Makmur hanya

hutan belantara, suku Karo membuka lahan atau wilayah tersebut. Tak lama

kemudian barulah suku-suku yang lain ikut serta membuka wilayah ini. Sebelum

dibukanya perkebunan PT Anugerah Langkat Makmur, awal dimulainya tahun 1974

18

(5)

20

wilayah Harapan Makmur ini adalah hutan dan hanya beberapa orang saja yg

betempat tinggal diwilayah ini. Kehidupan masyarakat di Harapan Makmur sampai

tahun 1982 sebelum dibukanya perkebunan kelapa sawit masih bersifat sangat

sederhana dan tradisional.

Dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan masyarakat secara berdaya guna, pemerintah telah

mengadakan penataan kembali struktur organisasi pemerintahan desa. Desa Harapan

Makmur pada awalnya merupakan sebuah dusun yang bernama Dusun Harapan

Makmur yang sampai tahun 1997 masih menjadi bagian dari Desa Harapan Jaya19.

Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan aspek-aspek kehidupan masyarakat

yang semakin membaik, semakin meningkatnya jumlah penduduk yang bermukim di

Desa Harapan Makmur, dan kegiatan pemerintahan serta pembangunan pada wilayah

Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara,

dipertimbangkan guna memperlancar tugas-tugas pemerintahan dan rencana

pembangunan daerah serta untuk meningkatkan pelayanan kesejahteraan kepada

masyarakat, maka dipandang perlu membentuk sebuah desa baru, pada 1998 Desa

Harapan Makmur resmi dibentuk menjadi sebuah desa baru, yaitu Desa Harapan

Makmur.20

19 Hasil Wa wanca ra, Wahono, Harapan Makmur, 18 Oktober 2014

(6)

20

Tabel I: Perkembangan Jumlah Penduduk Harapan Makmur Tahun 1982-

1998

Sumber: Kantor Desa Harapan Makmur, BPS Langkat dan wawancara dengan

Bapak Wahono (data diolah penulis)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwasanya jumlah penduduk Desa

(7)

22

wilayah ini hanya di huni 242 jiwa, namun setelah berangsur-angsur dan

perkembangan perkebunan PT. Anugerah langkat Makmur penduduk yang

mendiamin wilayah Harapan Makmur ini pun semakin bertambah jumlah

penduduknya. Ini dapat di lihat dari tabel diatas bahwasanya perkemabangan

perusahaan ini membawa dampak positif bagi jumlah penduduknya yang bertambah.

Data tentang perkembangan jumlah penduduk di atas dibuat berdasarkan data yang

didapat dari Kantor Desa Harapan Makmur, BPS Langkat dan hasil wawancara

dengan Bapak Wahono selaku kepala desa serta hasil olahan penulis. Oleh karena

sulitnya mendapatkan data yang lengkap mengenai jumlah perkembangan penduduk

di Desa Harapan Makmur, maka data di atas belum bisa dikatakan benar atau tepat

namun sudah mendekati perkiraan.

2.2 Keadaan Penduduk

Sebuah desa terbentuk berawal dari perkumpulan beberapa komunitas

keluarga yang terdiri dari beberapa individu yang memiliki keinginan untuk hidup

bersama pada suatu wilayah. Wilayah mereka bermukim tersebut dapat berupa hutan

dan areal lahan yang digunakan sebagai ladang dengan pola nomaden atau berpindah

dari satu tempat ke tempat yang lain.

Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dinyatakan bahwa jumlah

penduduk yang besar dapat menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan

(8)

23

pertambahan penduduk yang pesat tidaklah mudah untuk mengendalikannya dan sulit

untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata.

Program kependudukan di Desa Harapan Makmur , Kecamatan Sei Lepan yaitu

pengendalian kelahiran (natalitas), penurunan tingkat kematian (mortalitas) bayi dan

anak serta mempertinggi usia harapan hidup.

Sebelum dibukanya perusahaan perkebunan kelapa sawit di Harapan Makmur,

jumlah penduduk di daerah ini masih sangat sedikit dan mayoritas penduduknya

adalah suku Batak dan Karo yang merupakan suku pertama kali membuka areal

perkebunan sawit tersebut. Hal ini dimungkinkan karena sebelum masuknya

perkebunan di daerah ini, Harapan Makmur masih merupakan daerah yang terisolasi

dikarenakan jalur trnasportasi ke Harapan Makmur masih belum memadai dan sangat

jarang sekali. Seiring dengan perkembangan dan masuknya perkebunan PT Anugerah

Langkat Makmur ke Harapan Makmur, perlahan namun pasti perkembangan jalur

transportasi mulai berkembang. Pembukaan jalan transportasi untuk daerah ini

dilakukan oleh masyarakat sekitarnya sebelum adanya perkebunan PT Anugerah

Langkat Makmur. Hal ini dikarenakan struktur topografi Harapan Makmur yang

merupakan daerah dataran tinggi dan rawa-rawa.

Sudah terbukti, dengan dibukanya perkebunan kelapa sawit, maka semakin

berkembanglah daerah ini, terlihat dari perkembangannya dalam segi ekonomi dan

ditambah lagi dengan adanya program pengembangan perkebunan dengan program

(9)

24

semakin ramailah daerah ini, terutama di daerah Harapan Makmur, sehingga wajar

saja bila penduduk lebih banyak di daerah. Semakin baik perekonomian suatu

wilayah, maka semakin tinggi pula jumlah penduduk yang mendiami wilayah

tersebut. Ketika salah satu anggota keluarga telah memiliki pekerjaan di perusahaan

perkebunan kelapa sawit dan telah merasakan hasilnya, maka ia akan memanggil

anggota keluarganya yang lain yang dianggap masih rendah taraf perekonomiannya

di kampung halaman untuk pindah ke daerah ini dan bekerja di perkebunan kelapa

sawit dan begitu seterusnya.

Penduduk di desa Harapan Makmur dapat digolongkan pada kategori

masyarakat heterogen, yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis suku, agama,

dan golongan. Adapun etnis atau suku yang mendiami kecamatan ini setelah

perkembangan perkebunan kelapa sawit yang diikuti dengan pertambahan

penduduknya serta keanekaragaman suku yang mendiami daerah ini yakni adanya

suku Jawa yang berkaitan dengan pola transmigrasi, suku Batak (Karo, Mandailing,

Simalungun dan Toba). Untuk lebih jelasnya, lihat tabel di bawah ini.

Tabel II: Penduduk Desa Harapan Makmur menurut Etnis/suku (dalam

persen)

No Etnis/suku Persentasi

1 Jawa 54%

2 Batak 16%

(10)

25

4 Melayu 2%

Sumber: Kantor Desa Harapan Makmur 1998

Berdasarkan dari tabel di atas dapat dilihat bahwasanya suku Jawa paling

dominan dan berpengaruh didaerah Harapan Makmur, suku Jawa persentasinya

sebesar 54%, diurutan kedua ada suku Karo dengan persentase 28%, selanjutnya suku

Batak juga berpengaruh dalam pembangunan wilayah ini persentasenya 16% dan

suku Melayu paling sedikit ketimbang ketiga suku diatas,persentase suku Melayu

hanya 2% saja.

Semakin tinggi tingkat perekonomian suatu daerah maka semakin tinggi pula

minat masyarakat untuk pindah ke daerah tersebut. Persoalan perpindahan penduduk

dalam kehidupan manusia sering dikaitkan dengan berbagai faktor kehidupan, antara

lain, ekologi, keadaan geografis (menyangkut jarak dan keadaan tanahnya), aspek

sosial budaya menyangkut adat istiadat dan kebiasaan hidup dalam kelompoknya dan

lain sebagainya. Persoalan-persoalan tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang

berbeda-beda dalam kehidupan masyarakat dan sudah tentu salah satu dari faktor

tersebut merupakan alasan tujuan perpindahan yang paling dominan.

Penduduk Desa Harapan Makmur merupakan sekelompok masyarakat yang

pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas,

(11)

26

Alasan-alasan itu antara lain berupa faktor ekonomi, sosial, politik, budaya. 21

Keadaan alam yang tidak baik atau tidak menguntungkan untuk usaha pertanian

misalnya, menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat meninggalkan

kampung halaman mereka dan pindah ke tempat lain untuk mencari sumber

perekonomian yang lebih menguntungkan. Daya tarik daerah tujuan pun kelihatannya

turut menentukan seseorang atau kelompok masyarakat untuk pindah ke daerah yang

baru tersebut. Oleh karena itu, seringkali kesuburan tanah, fasilitas pendidikan dan

prasarana sosial terlebih sumber penghasilan yang ada di tempat tujuan merupakan

daya tarik buat seseorang untuk tinggal menetap di daerah tersebut.

Seseorang mau pindah ke daerah yang baru tentu saja karena daerah yang

didatangi memiliki daya tarik tersendiri. Bahwa yang menjadi daya tarik daerah

tujuan ialah menyangkut faktor keluarga, harga tanah yang lebih murah, faktor

geografis dan faktor lapangan pekerjaan di sektor perkebunan. 22 Daerah Harapan

Makmur sendiri memiliki daya tarik sebagaimana yang telah disebutkan di dalam

buku tersebut.

2.3 Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian didefinisikan sebagai aktivitas manusia untuk memperoleh

taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah lainnya

21

Ahmad Sahur, dkk, Migrasi, Kolonisasi, Perubahan Sosial, Jakarta: PT Pustaka Grafika Kita, 1988. Hlm. 219.

22

(12)

27

berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya 23. Ada

juga yang membedakan mata pencaharian menjadi dua jenis yaitu mata pencaharian

pokok dan mata pencaharian sampingan. Mata pencaharian pokok adalah keseluruhan

kegiatan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan

merupakan mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Indonesia telah lama dikenal sebagai negara dengan mata pencaharian utama

sebagian besar penduduknya yang merupakan petani. Oleh karena itu, selain dikenal

sebagai negara maritim Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris. Salah satu

bentuk dari kegiatan graria tersebut adalah perkebunan. Dalam perkembangannya,

perkebunan memiliki peranan penting dalam pembangunan di Indonesia. Perkebunan

dalam skala besar dapat menyerap tenaga kerja yang luas sehingga dapat menekan

angka pengangguran penduduk di Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan sebuah daerah ataupun wilayah

tergantung pada tingkat pendapatan sebuah daerah tersebut serta jumlah mata

pencaharian yang terdapat di dalamnya. Seperti halnya yang terjadi di Harapan

Makmur, sampai dengan tahun 1982 tepatnya sebelum dibukanya perkebunan,

penduduk Harapan Makmur masih menggantungkan hidupnya dengan bertani.

Mereka menggantungkan diri pada hasil alam yang terdapat di Harapan Makmur,

seperti tanaman umbi-umbian, pisang, dan beberapa hasil hutan lainnya. Dikarenakan

pada masa itu wilayah Harapan Makmur masih hutan belantara. Manusia merupakan

23

(13)

28

makhluk sosial yang artinya tidak dapat hidup sendiri dan selalu memerlukan bantuan

orang lain. Interaksi kegiatan ekonomi di Harapan Makmur berlangsung sebagaimana

pada umumnya, terjadi pertukaran barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidup

masing-masing penduduk.

Seiring dengan dibukanya perusahaan perkebunan dan migrasi para pendatang

di Harapan Makmur, mata pencaharian penduduk mulai berkembang dengan

sendirinya dan beraneka ragam. Selain menjadi petani, penduduk yang bermukim di

Harapan makmur mulai beralih mata pencaharian sebagai tenaga kerja maupun buruh

di perusahaan, baik di perkebunan maupun di industri yang dikelola oleh PT

Anugerah Langkat Makmur.

Kegiatan perekonomian masyarakat di Harapan Makmur perlahan mulai

membaik seiring dengan pertumbuhan PT Anugerah Langkat Makmur. Berikut ini

merupakan tingkat persentase mata pencaharian penduduk berdasarkan jenisnya:

Tabel III: Persentase Mata Pencaharian Penduduk di Harapan Makmur Tahun

1998

NO Jenis Pekerjaan Persentase

1 TNI/POLRI 1%

2 PNS 2%

(14)

29

4 Petani 18 %

5 Swasta 68 %

Sumber: Kantor Desa Harapan Makmur 1998

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di Harapan

Makmur bermata pencaharian sebagai tenaga kerja ataupun karyawan perusahaan PT

Anugerah Langkat Makmur. Hal ini menjadi indikator akan pentingnya keberadaan

PT Anugerah Langkat Makmur di Desa Harapan Makmur sebagai penopang kegiatan

perekonomian penduduk yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada

perusahaan perkebunan kelapa sawit. Dapat diketahui bahwa usaha masyarakat di

Desa Harapan Makmur adalah sebagai karyawan swasta menempati urutan pertama

yaitu sebesar 68%, urutan kedua adalah Petani yaitu sebesar 18%, urutan ke tiga

adalah Pedagang yaitu sebesar 11%, urutan ke empat adalah PNS sebesar 2 %, dan

yang terakhir Polri/TNI sebesar 1%. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup

penduduk di Harapan Makmur juga dibutuhkan hasil-hasil pertanian dan lainnya,

oleh karena itu sebagian penduduk Harapan Makmur ada juga yang memilih menetap

pada mata pencaharian mereka sebelumnya yaitu bertani dan menjadi pedagang. Para

petani tersebut menghasilkan kebutuhan akan sayur-mayur maupun komoditas

pertanian lainnya seperti kelapa sawit maupun karet yang kemudian di jual ke pihak

perusahaan ataupun ke luar daerah Harapan Makmur. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

yang terdapat di Harapan Makmur adalah penduduk yang bekerja di beberapa instansi

(15)

30

yang heterogen tersebut merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang berlangsung

di Harapan Makmur sebagai akibat dari perkembangan serta pertumbuhan ekonomi

yang semakin membaik.

2.4 Pembukaan Perkebunan PT. Anugerah Langkat Makmur

Sebelum membahas pembukaan perkebunan PT Anugerah Langkat Makmur,

ada baiknya dibahas sejarah atau pun riwayat kedatangan kelapa sawit di Indonesia

terlebih dahulu. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria,

Afrika Barat. Walaupun demikian, ada yang mengatakan bahwa kelapa sawit berasal

dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa

sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika.24 Meskipun kelapa sawit bukanlah

tanaman asli Indonesia, namun kenyataannya tanaman ini mampu hadir, tumbuh dan

berkembang dengan baik di luar daerah asalnya termasuk di Indonesia dan menjadi

salah satu komoditas perkebunan yang handal. Awalnya, kelapa sawit di Indonesia

dijadikan sekedar tanaman hias langka di Kebun Raya Bogor, dan sebagai tanaman

penghias jalanan atau pekarangan.

Istilah kelapa mungkin dimaksudkan sebagai istilah umum untuk jenis palem.

Meskipun demikian, perkataan sudah ada sejak lama. Beberapa tempat (desa di Pulau

Jawa) sudah ada yang menggunakan nama “sawit” sebelum kelapa sawit masuk ke

Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Dalam bahasa Jawa

24

(16)

31

Kawi “sawit” artinya siedhakep, kalung. Nama lain dalam bahasa Jawa adalah kelapa

sewu dan dalam bahasa Sunda sering disebut sebagai salak minyak atau kelapa

ciung.25

Tahun 1848¸ Pemerintah Kolonial Belanda pertama kali memperkenalkan

tanaman kelapa sawit di Indonesia dengan mendatangkan empat batang bibit kelapa

sawit dari Mauritius dan Amsterdam yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor.

Selanjutnya hasil anakannya dipindahkan ke Deli, Sumatera Utara. Di tempat ini,

selama beberapa puluh tahun, kelapa sawit yang telah berkembang biak hanya

berperan sebagai tanaman hias di sepanjang jalan di Deli sehingga potensi yang

sesungguhnya belum kelihatan.26

Melihat hal tersebut, pemerintah kolonial Belanda yang mengetahui lebih

banyak tentang sisi ekonomis kelapa sawit, berupaya menarik minat masyarakat

Indonesia terhadap pengusahaan tanaman kelapa sawit. Beberapa percobaan

penanaman kelapa sawit yang disertai dengan kegiatan penyuluhan dilakukan di

Muara Enim tahun 1869, Musi Hulu tahun 1870 dan di Belitung tahun 1890.27 Dan

hasilnya ternyata belum memuaskan, masyarakat pekebun masih belum yakin

terhadap prospek ekonomis perkebunan kelapa sawit sehingga peranan kelapa sawit

belum berubah yakni hanya sebagai tanaman hias di jalanan.

25

Adlin.Lubis, Kelapa sa wit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia, Medan:PPKS, 2008, hlm. 3

26

Tim Penulis PS, Kelapa Sa wit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasa ran, Jakarta: Penebar Swadaya, 1997, hlm.2-3.

(17)

32

Tanaman kelapa sawit ini mulai diusahakan dan dibudidayakan secara

komersial pada tahun 1911. Orang yang merintis usaha ini adalah Adrien Hallet,

seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Ia

mengusahakan perkebunan kelapa sawitnya di Sungai Liput (Aceh) dan Pulu Radja

(Asahan). Rintisan Hallet ini kemudian diikuti oleh K. Schadt, seorang Jerman yang

mengusahakan perkebunannya di daerah Tanah Itan Ulu di Deli. Dan budidaya

kelapa sawit yang diusahakan secara komersial oleh A. Hallet ini kemudian diikuti

oleh K. Schadt, yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak

saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.

Pada masa penjajahan Belanda, perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang

lokasinya hanya ada di pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh ini berkembang

dengan pesat. Awalnya, perkebunan-perkebunan kelapa sawit tersebut dimiliki oleh

perorangan. Dalam perkembangannya, usaha perkebunan perorangan ini tergeser dan

akhirnya tergantikan oleh perusahaan perkebunan asing milik swasta Belanda,

Prancis dan Belgia yang bermodal besar.

Masa pendudukan Jepang, luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit di

Indonesia menurun drastis. Bahkan menjelang tahun 1943, pemerintahan Pendudukan

Jepang menghentikan secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit yang ada

di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan pemerintah Pendudukan jepang yang lebih

mengutamakan tanaman pangan untuk keperluan logistik perang dibandingkan

(18)

33

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, banyak laskar pemuda yang

saling berebut wilayah perkebunan untuk memperkuat perjuangan organisasinya

masing-masing. Akhirnya perkebunan tersebut dikelola dengan sistem manajemen

mereka sendiri. Dan pada agresi militer pertama, Belanda berhasil merebut kembali

sebagian besar perkebunan yang dikuasai oleh laskar pemuda dan menjelang akhir

tahun 1948 Belanda menyerahkannya kembali kepada pemiliknya terdahulu (swasta

asing). Dua kejadian tersebut ikut mewarnai perkembangan perkebunan kelapa sawit

masa itu. Akibatnya luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit pun menyusut

tajam.

Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia pada 10 Desember 1957,

pemerintah mengambil alih atau menasionalisasikan perkebunan asing yang ada di

Indonesia dengan alasan politik dan keamanan. Pemerintah menempatkan perwira-

perwira militer di setiap jenjang manajemen perkebunan yang bertujuan

mengamankan jalannya produksi. Pemerintah juga membentuk BUMIL (buruh

militer) yang merupakan wadah kerjasama antara buruh perkebunan dengan militer.

Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan

dalam rangka menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dan sebagai penghasil devisa Negara. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong

pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai tahun 1980 luas lahan mencapai

294.560 ha. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang

(19)

34

Di atas telah diuraikan bagaimana sejarah kedatangan kelapa sawit sampai ke

Indonesia bagaimana dimulainya perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia

yang awalnya hanya sebagai tanaman hias di jalan. Di Desa Harapan Makmur sendiri,

perkebunan kelapa sawit ini dimulai dengan adanya program pengusaha perkebunan

di Desa Harapan Makmur yang merupakan cikal bakal dari Desa Harapan Makmur

sekarang yakni dengan adanya perusahaan tersebut. Awalnya Desa Harapan Makmur

merupakan kawasan hutan. Walaupun dikatakan kawasan hutan, namun ada juga

beberapa masyarakat yang tinggal di daerah ini yang bisa dikatakan mencoba-coba

menanam kelapa sawit, dengan kualitas bibit yang rendah dan hasilnya juga tentu

rendah. Kala itu tidak banyak yang tertarik untuk menanam kelapa sawit di daerah ini

terlebih suku yang pertama merambah wilayah ini yakni suku Karo yang lebih

memilih tinggal di Desa Harapan Makmur karena daerah tersebut pada saat itu masih

sepi dan perkebunan kelapa sawit pun saat itu dianggap tidak menjanjikan.

2.4.1 Latar Belakang Pendirian PT. Anugerah Langkat Makmur

Sebagian wilayah di Provinsi Sumatera Utara, terdapat lahan perkebunan,

seluas kurang lebih 100.000 hektar. Dengan kondisi ini sangat dimungkinkan dengan

sinergi inovasi, kerja keras, dan dedikasi tanpa henti dalam sebuah visi untuk muncul

sebagai sebuah perkebunan dan industri kelapa sawit yang paling komprehensif dan

terpadu di dunia. Menekankan pada intensifikasi tanaman dan perkebunan pertama

(20)

35

PT Anugerah Langkat Makmur merupakan perusahaan swasta yang didirikan

oleh seorang pengusaha asal Medan yang bernama H. Anif Shah. Mula pertama Anif

mulai menggeluti bisnis perkebunan sawit tahun 1982. Waktu itu perkebunan sawit di

Sumatera Utara belum populer. Pada saat itu juga harga tanah di daerah Harapan

Makmur masih murah dan kepemilikannya tanahnya sedikit. Anif mulai membuka

usaha perkebunan dengan skala kecil. Awalnya hanya sekitar 7.5 ha di Desa Harapan

Makmur, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat. Namun, dari situ terus

dikembangkannya Lahan perkebunan kelapa sawit di daerah Sumatera Utara.

Mulanya hanya punya lahan di Desa Harapan Makmur, Kecamatan Besitang,

Kabupaten Langkat, kini sudah punya di Deli Serdang, Mandailing Natal dan tidak

hanya di sekitar Sumatera Utara saja melainkan provinsi tetangga pun di buka lagi

cabang perkebunannya untuk didaerah Riau. Jumlah total lahan perkebunan kelapa

sawit secara keseluruhan hampir sekitar 30 ribu Ha.

Kemudian pada tahun 1982 didirikanlah sebuah perusahaan berbadan hukum

dengan nama PT. Anugerah Langkat Makmur. PT. Anugerah Langkat Makmur

adalah sebuah perusahaan agrobisnis yang memfokuskan kegiatan bisnisnya di sektor

perkebunan kelapa sawit. Keputusan untuk masuk ke dalam industri perkebunan

kelapa sawit ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada saat itu bisnis perkebunan

kelapa sawit sangat menjanjikan dan menguntungkan. Selain mengelola proyek

(21)

36

proyek-proyek perkebunan plasma yang dimiliki masyarakat setempat. Plasma ini

didanai melalui skema kredit yang tersedia untuk anggota koperasi primer.

Berdirinya perusahaan perkebunan di Harapan Makmur ini telah memberikan

bukti bahwa dengan memperhatikan beberapa faktor, lahan di daerah Harapan

Makmur dapat diolah dengan baik dan dapat menghasilkan produksi sesuai dengan

yang diharapkan. Sejak berdiri pada tahun 1988 PT Anugerah Langkat Makmur telah

membuktikan diri sebagai pionir dalam hal pengolahan lahan yang baik. PT

Anugerah Langkat Makmur juga membantu pemerintah mengatasi jumlah

pengangguran. Keberadaan perusahaan ini membuka lapangan pekerjaan yang luas

untuk penduduk yang berada di lingkungan perkebunan maupun dari luar daerah

Harapan Makmur. Hal ini dibuktikan dengan memeberikan ruang bagi para petani

yang berasal dari Jawa Tengah untuk merantau ke lahan kosong yang telah

disediakan oleh pihak perusahaan tersebut untuk diberdayakan. Lahan kosong

tersebut merupakan sebuah kesatuan dari Perkebunan Inti Rakyat yang diperuntukkan

bagi masyarakat transmigrasi yang berasal dari Pulau Jawa dan dikenal dengan

sebutan Sarana Pemukiman.

2.4.2 Profil Perusahaan PT. Anugerah Langkat Makmur

PT Anugerah Langkat Makmur merupakan perusahaan swasta yang bergerak di

bidang perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit. PT Anugerah Langkat

(22)

37

unggulan kelapa sawit. Perusahaan yang berlokasi di Desa Harapan Makmur,

Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara ini memiliki

luas area sekitar 2.000 Ha kelapa sawit28.

Tabel IV: Jumlah Luas Perkebunan (Ha)

Pada tahun 1988 didirikanlah sebuah perusahaan berbadan hukum dengan nama

PT. Anugerah Langkat Makmur. PT. Anugerah Langkat Makmur adalah sebuah

perusahaan agrobisnis yang memfokuskan kegiatan bisnisnya di sektor perkebunan

kelapa sawit. Keputusan untuk masuk ke dalam industri perkebunan kelapa sawit ini

didasarkan pada kenyataan bahwa pada saat itu bisnis perkebunan kelapa sawit sangat

menjanjikan dan menguntungkan. Selain mengelola proyek perkebunan kelapa sawit,

PT. Anugerah Langkat Makmur juga mengembangkan proyek-proyek perkebunan

28 Dokumen Quality Manual Departemen Quality System PT Anugerah Langkat Makmur-

(23)

38

plasma yang dimiliki masyarakat setempat. Plasma ini didanai melalui skema kredit

yang tersedia untuk anggota koperasi primer.

Perusahaan ini terletak di zona tropis yang memiliki curah hujan lebih dari

2500 mm per tahun. Oleh karena itu, selain sesuai untuk lahan perkebunan kelapa

sawit, lahan perkebunan di PT Anugerah Langkat Makmur juga sesuai untuk

perkebunan karet dan kakao. Sementara itu Departemen Research and Advisory

mempunyai kegiatan untuk penelitian dan pengembangan. Difasilitasi laboratorium

sebagai tempat penelitian dan memonitoring pola pertumbuhan tanaman dan

Gambar

Tabel I: Perkembangan Jumlah Penduduk Harapan Makmur Tahun 1982-
Tabel III: Persentase Mata Pencaharian Penduduk di Harapan Makmur Tahun
Tabel IV: Jumlah Luas Perkebunan (Ha)

Referensi

Dokumen terkait

Judul Peneletian : Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT.. Putri Hijau,

Untuk itu yang membedakan penelitian disini terhadap penelitian terdahulu adalah hubungan kelelahan dengan produktivitas pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur,

Judul Peneletian : Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT.. Putri Hijau,

DEDY HAMONANGAN SILABAN : Model Pendugaan Cadangan Karbon Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 5 Tahun Di Perkebunan Kelapa Sawit PT.. Putri Hijau, Kabupaten

Kala itu tidak banyak yang tertarik untuk menanam kelapa sawit di daerah ini terlebih suku yang pertama merambah wilayah ini yakni suku Karo yang lebih memilih tinggal di

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kelelahan dengan produktivitas pada pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara.. Jenis

Untuk itu yang membedakan penelitian disini terhadap penelitian terdahulu adalah hubungan kelelahan dengan produktivitas pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur,

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KELELAHAN DENGAN PRODUKTIVITAS PADA PEKERJA DI PT ANUGERAH SAWIT MAKMUR, KABUPATEN LABUHANBATU UTARA