• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisisvalue Added Pengolahan Jamur Tiram Menjadi Jamur Crispydi Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisisvalue Added Pengolahan Jamur Tiram Menjadi Jamur Crispydi Kota Medan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Jamur tiram diidentifikasi secara ilmiah pertama kali pada 1775 berkat jasa Nikolaus

Joseph Freiherr von jacquinn(1727-1817). Naturalis berkebangsaan Belanda itu

memasukkannya dalam genus Agaricus dengan nama spesies Agaricus ostreatus.

Ketika itu, jamur-jamur yang memiliki “insang” atau Gill memang dikategorikan

dalam kelompok Agaricus. Hingga 1871, Paul Kummer, ahli jamur dari Jerman,

mengubahnya masuk genus Pleurotus satu genus yang diidentifikasikan Kummer.

Dalam bahasa latin, pleurotus berarti “telinga bagian sisi” seperti penampakan

tudungnya yang tumbuh menyamping dari tangkai jamur. Sedangkan ostre berarti

oyster (tiram), atus berarti menyerupai. Jamur tiram termasuk divisi Basidiomycota.

Itu karena dalam reproduksi generatifnya ia menghasilkan basidiofora. Sedangkan

reproduksi vegetatifnya membentuk konidospora. Ciri kelompok ini antara lain

memiliki dinding sel tersusun dari zat kitin, hifanya bersekat, dan membentuk badan

buah. Badan atau tubuh buah jamur tiram secara garis besar terdiri dari tudung dan

tangkai. Tubuh buah itulah yang dikonsumsi (Evy, 2014).

Tidak hanya menyedapkan, jamur mempunyai kandungan gizi cukup baik.

Komposisi kimia yang terkandung tergantung jenis dan tempat tumbuhnya. Dari hasil

penelitian, rata-rata jamur mengandung 19-35 % protein. Dibanding beras (7,38 %)

dan gandum (13,2%), ia berkadar protein lebih tinggi. Asam amino esensial yang

(2)

istimewa 72% lemak nya tidak jenuh, jamur juga mengandung berbagai jenis vitamin,

antara lain B1 (thiamine), B2 (riboflavine), niasin dan biotin. Selain elemen mikro,

jamur juga mengandung berbagai jenis mineral, antara lain K, P, Ca, Na, Mg dan Cu.

Kandungan serat mulai 7,4 – 24,6 % sangat baik bagi pencernaan. Jamur mempunyai

kandungan kalori yang sangat rendah sehingga cocok untuk pelaku diet.

Hasil studi di Massachusett University menyimpulkan bahwa riboflavin, asam

nicotinat, pantothenat, dan biotin (Vitamin B). Masih terpelihara dengan baik

meskipun jamur telah dimasak. Hasil penelitian dari Beta Glucan Health Centre

menyebutkan jamur tiram atau (Pleurotus ostreatus ) mengandung senyawa pleuran (

di jepang jamur tiram disebut Hiratake sebagai jamur obat) mengandung protein

19-30 %, Karbohidrat 50-60 %, asam amino, Vit.B1 (Thiamin), B2 (riboflavin), B3

(Niasin), B5 (Asam pantotenat), B7 (Bioting), Vit.C dan mineral Calsium, Besi, Mg,

Fosfor, K, P, S, Zn. Dapat juga sebagai anti tumor, menurunkan kolesterol, dan

antioksidan (Alex, 2011).

Jamur merupakan makanan sehat yang kaya manfaat. Sebagai bahan pangan, jamur

memiliki nilai takaran gizi lengkap dengan harga yang relative terjangkau. Hal

tersebut menjadikan jamur sebagai salah satu kebutuhan pangan yang kerap diburu

masyarakat. Jamur memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh sayuran jenis

lainnya, yakni kandungan gizinya yang tinggi. Bahkan, kandungan gizi dalam jamur

hampir mengimbangi nutrisi pada daging sapi dan daging ayam jika dikonsumsi

(3)

Tabel 1. Perbandingan Nilai Gizi Jamur Dengan Jenis Pangan Yang Lain

Bahan

Pangan

Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosf

or

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Khasiat jamur bagi kesehatan tubuh memang terbukti. Selain mengandung berbagai

macam asam amino esensial, lemak, mineral dan vitamin juga terdapat zat penting

yang berpengaruh terhadap aspek medis. Sejak berabad-abad lalu, jamur sudah

menjadi makanan istimewa sehingga banyak orang menjadi penggemar. Sudah

turun-temurun masyarakat jepang, dan cina melengkapi menu dengan jamur. Bukan saja

kelezatan rasa, tetapi juga tinggi nilai gizinya. Orang yunani kuno percaya, makan

jamur menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dan sehat.

Jamur crispy merupakan produk olahan jamur tiram yang digoreng dengan campuran

olahan tepung dan telur. Jamur crispy saat ini sangat banyak diminati kalangan

masyarakat dan banyak menjadi mata pencaharian masyarakat. Jamur crispy bias

dijadikan menu hidangan makan maupun dijadikan cemilan. selain gurih dan renyah,

(4)

2.2. Landasan Teori

Agroindustri adalah pengolahan hasil dan karena itu agroindustri merupakan bagian

dari subsistem agribisnis. Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama

dari industri pertanian. Agroindustri pada konteks ini menekankan pada food

processing management dalam suatu produk olahan, yang bahan baku utamanya

adalah produk pertanian (Soekartawi (a), 1993).

Menurut Hicks (1995), agroindustri adalah kegiatan dengan ciri :

(a) meningkatkan nilai tambah

(b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan

(c) meningkatkan daya simpan

(d) menambah pendapatan dan keuntungan produsen.

Manalili (1996) menyebutkan, pengembangan agroindustri di Indonesia mencakup

berbagai aspek, diantaranya menciptakan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja,

meningkatkan penerimaan devisa, memperbaiki pemerataan pendapatan, bahkan

mampu menarik pembangunan sektor pertanian sebagai sektor penyedia bahan baku.

Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan sebagai

berikut:

1. Meningkatkan Nilai Tambah

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh

(5)

Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan

(pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan mengolah hasil,

mesin pengolah, dan lain-lain). Sedangkan bagi pengusaha ini menjadikan

kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai tambah barang

pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik

maupun pasar luar negeri.

2. Kualitas Hasil

Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan

kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan

keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja

menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga

barang itu sendiri.

3. Penyerapan Tenaga Kerja

Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap.

Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja

yang relatif besar pada kegiatan pengolahan.

4. Meningkatkan keterampilan

Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan keterampilan

secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil penerimaan

(6)

5. Peningkatan Pendapatan

Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total

penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya

petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil

yang lebih baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan mendatangkan total

penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar. (Soekartawi (b), 1999).

Nilai Tambah

Pada proses distribusi komoditas pertanian terjadi arus yang mengalir dari hulu ke

hilir, yang berawal dari petani dan berakhir pada konsumen akhir. Komoditas

pertanian mendapat perlakuan-perlakuan seperti pengolahan, pengawetan, dan

pemindahan untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah. Ada dua

cara untuk menghitung nilai tambah yaitu dengan cara menghitung nilai tambah

selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran

(Baroh, 2007).

Industri pengolahan hasil pertanian dapat menciptakan nilai tambah. Jadi konsep nilai

tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input fungsional

seperti perlakuan dan jasa yang menyebabkan bertambahnya kegunaan dan nilai

komoditas selama mengikuti arus komoditas pertanian (Hardjanto, 1993). Selanjutnya

perlakuan-perlakuan serta jasa-jasa yang dapat menambah kegunaan komoditi

(7)

mengubah bentuk (from utility), menyimpan (time utility), maupun melalui proses

pemindahan tempat dan kepemilikan.

Menurut hayami et al (1987) dalam buku Pemasaran Pertanian Sudiyono (2004), nilai

tambah dapat dilihat dari dua aspek yaitu nilai tambah untuk pengelolahan dan nilai

tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk

pengolahan dapat di katagorikan menjadi dua yaitu: faktor teknis dan faktor pasar.

Menurut suryana (1990), Adapun rumus untuk menghitung nilai tambah brutto yaitu :

NT = NP – ( NBB + NBP )

Keterangan :

NT = Nilai Tambah

NP = Nilai Produk

NBB = Nilai Bahan Baku

NBP = Nilai Bahan Penunjang Lainnya

Sumber-sumber nilai tambah dapat diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor

produksi (tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan manajemen). Karena itu,

untuk menjamin agar proses produksi terus berjalan secara efektif dan efisien

maka nilai tambah yang diciptakan perlu didistribusikan secara adil. Analisis nilai

tambah merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat

perlakuan mengalami perubahan nilai (Hardjanto, 1993).

Pengertian harga menurut Basu Swastha (1998) adalah jumlah uang (ditambah

beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah

(8)

Menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk

sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang

konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu

barang dan jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang

konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu

barang dan jasa.

Menurut putong (2002) mengatakan bahwa produksi atau memproduksi menambah

kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan

manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi, produksi adalah

kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan

output dengan biaya yang minimum.

Pendapatan

Soekartawi (2002) menyatakan bahwa pendapatan (Pd) adalah selisih antara

penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi, Pd = TR – TC. Penerimaan usaha (TR)

adalah perkalian antara produksi yang dipperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya

usaha biasanya di klasifikasikan menjadi dua yaitu Biaya Tetap ( fixed cost) dan

biaya tidak tetap (Variabel Cost). Biaya tetap (fc) adalah biaya yang relative tetap

jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau

sedikit. Biaya variable (vc) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah

(9)

2.3.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan adalah Maya Agustina Tanjung (2009)

dengan judul Analisis Value Added Usaha Pengalengan Ikan Cunang Renang

(Muarenesox Talabon) di Kota Tanjung Balai Dengan hasil penelitian menunjukkan

bahwa Rata-rata penerimaan yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang

renang di daerah penelitian adalah tinggi yaitu adalah sebesar Rp 421.666.667,- Per

Bulan. Rata-rata pendapatan penerimaan yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan

Cunang renang di daerah penelitian adalah tinggi adalah sebesar Rp 156,346,816

,-Per Bulan. Rata-rata nilai tambah (value added) yang diperoleh pabrik dari

pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian adalah Nilai nilai tambah Per

Tahun adalah Rp 568.209.167,-.

Penelitian lain yang menjadi rujukan adalah Novita S Sinaga (2015) dengan judul

Analisis Pendapatan Pengrajin Olahan Ubi Kayu di Kecamatan Pegajahan Dengan

hasil penelitian diperoleh pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi mie iris

adalah sebesar Rp 182.837,-/minggu, Rp 720.468,-/bulan, dan Rp

8.645.621,-/tahun. Pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi opak koin adalah Rp

138.031,-/minggu, Rp 599.789,-/bulan, dan Rp 7.197.475,-/tahun. Nilai tambah yang

diperoleh dari hasil pengolahan ubi kayu menjadi mie iris adalah Rp

551,629,-/kg dan nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan ubi kayu menjadi opak

koin sebesar Rp 309,1,-/kg. Dengan demikian nilai tambah pengolahan ubi kayu

menjadi mie iris lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tambah pengolahan ubi kayu

(10)

Penelitian lain yang juga menjadi rujukan adalah Henni Febri Yanti (2013) Dengan

Judul Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung

Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus : Desa

Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah) Dengan hasil

penelitian menunjukan bahwa pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung

mocaf lebih rendah dibandingan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi

tepung tapioka. Nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi

tepung mocaf lebih rendah dibandingkan nilai tambah yang diperoleh dari usaha

pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioca

Serta Penelitian lain yang juga menjadi rujukan adalah Aziz Adriansyah (2014)

dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Pleurotusostreatus)

dengan Studi Kasus Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli

Serdang Dengan hasil penelitian menyimpulkan bahwa baglog, kumbung, modal dan

tenaga kerja cukup tersedia di daerah penelitian. Diperoleh hasil BEP Produksi<

Produksi maka usaha jamur tiram layak dan diperoleh hasil BEP Harga < Harga mak

usaha jamur tiram layak dan diperoleh hasil R/C Ratio> 1 dan nilai B/C >dari suku

bunga. Dengan nilai R/C Ratio lebih besar dari 1 dan nilai B/C lebih besar dari suku

bunga maka dapat disimpulkan bahwa usaha jamur tiram layak dikembangkan secara

(11)

2.4.Kerangka Pemikiran

Jamur tiram termasuk sebagian diantara jamur kayu yang saaat ini mulai banyak

digemari oleh masyarakat Indonesia. Jamur tiram memiliki harga jual yang relatif

murah. Selain rasa nya yang enak dan bergizi, jamur crispy sangat di gemari oleh

semua kalangan masyarakat baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua.

Sehingga selain memiliki nilai gizi yang tinggi untuk dikonsumsi jamur tiram juga

memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Jamur tiram yang diproduksi petani dibeli oleh penjual jamur crispy. Jamur tiram

kemudian diproses dengan cara dibersihkan lalu di belah-belah menjadian

bagian-bagian kecil/sesuai keinginan. Setelah itu, jamur tiram dimasukkan ke air yang sudah

dicampur dengan telur dan ditiriskan. Setelah selesai, jamur tiram dimasukkan ke

tepung bumbu yang sudah dibuat dan dimasukkan ke dalam minyak yang sudah

hangat lalu ditiriskan lagi dan jadilah jamur crispy. Penerimaan diperoleh dari

penjualan jamur tiram secara langsung dan penjualan jamur crispy yang sudah diolah

tersebut dengan menetapkan harga jual, pendapatan diperoleh dari penerimaan hasil

penjualan jamur tiram dan jamur crispy dikurang dengan biaya-biaya dalam produksi

jamur tiram dan jamur crispy kemudian dibandingan pendapatannya, serta untuk

meningkatkan nilai tambah, maka dilakukan pengolahan jamur tiram menjadi jamur

(12)

Keterangan : : Menyatakan ada hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Penelitian

2.5.Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan yang nyata antara pendapatan pengusaha jamur tiram dengan

pendapatan usaha jamur crispy.

2. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy

tinggi.

Proses Nilai Tambah

Jamur Crispy

1.Penerimaan 2.Harga Jual 3.Produksi 4.Biaya Perbandingan

Pendapatan

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Nilai Gizi Jamur Dengan Jenis Pangan Yang Lain
Gambar 1. Skema Kerangka Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang dapat disarankan adalah agar masyarakat melakukan pengolahan jamur tiram karena memberikan nilai tambah yang tinggi serta produsen jamur segar maupun

Desain Bu MurTiKo (budidaya jamur tiram ekonomis) Perbandingan kandungan gizi jamur tiram dengan makanan lain (dalam %) dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Adanya budidaya jamur

Prinsip dasar manajemen pemasaran hasil-hasil pertanian teori dan aplikasinya.. Raja

Bisnis Sampingan Budidaya Jamur Tiram, Jamur tiram ialah salah satu jamur yang bisa dimakan karena tidak mengandung toksin atau racun, selain itu rasanya yang khas dan

Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram..

manfaat dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengisi yang tepat digunakan oleh bakso jamur tiram, jamur tiram menggunakan sebagai bahan baku yang memiliki nilai ekonomi

Seluruh pengusaha produk olahan jamur tiram putih, petani budidaya jamur tiram putih, anggota asosiasi produk olahan jamur tiram putih, konsumen produk olahan

Mengolah jamur tiram menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya dengan mengeluarkan biaya-biaya untuk produksi, maka akan dapat memberikan nilai tambah