• Tidak ada hasil yang ditemukan

proposal pemupukan dan penyakit tanaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "proposal pemupukan dan penyakit tanaman"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Tanaman bawang merah berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu di sekitar

India, Pakistan sampai Palestina. Bawang merah merupakan sayuran rempah yang

meskipun bukan asli Indonesia, namun penggunaannya sebagai bumbu pelezat

masakan sungguh lekat dengan lidah masyarakat Indonesia. Hampir semua

masakan Indonesia menggunakan bawang sebagai salah satu bumbu penyedapnya

(Wibowo, 1999).

Sejak zaman dahulu, bawang merah telah banyak berperan dalam

peningkatan kesejahteraan manusia dan mempunyai khasiat sebagai obat

tradisional. Hingga sekarang bawang merah banyak digunakan untuk pengobatan

sakit panas, masuk angin, disentri, dan gigitan serangga (Rahayu, Estu & Berlian

2006).

Daerah sentra produksi dan pengusahaan bawang merah perlu

ditingkatkan mengingat permintaan konsumen dari waktu ke waktu terus

meningkat. Hal ini sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan

peningkatan daya belinya. Selain itu, dengan semakin berkembangnya industri

makanan siap saji maka akan terkait pula peningkatan kebutuhan terhadap bawang

merah yang berperan sebagai salah satu bahan pembantunya (Rahayu, Estu &

Berlian 2006).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal

Hortikultura pada tahun 2012 luas panen bawang merah di Aceh adalah 808 Ha,

dengan produksi sebesar 4.385 Ton dan produktivitas sebesar 5,43 Ton/Ha

(Deptan.go.id/BPS Dirjen Hortikultura, 2012).

Salah satu usaha yang dilakukan untuk peningkatan kualitas dan

(2)

dan penambahan bahan organik dan pupuk dalam tanah yang dapat memperbaiki

struktur tanah sehingga menjadi gembur dan akar tanaman lebih mudah

menembus tanah dan menyerap unsur hara yang ada dalam tanah dengan baik. Hal

ini akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Kerapatan tanaman (jarak tanam) memiliki hubungan yang tidak dapat

dipisahkan dengan jumlah hasil yang diperoleh dari sebidang tanah. Produksi

tanaman merupakan hasil dari faktor reproduksi dan hasil pertumbuhan vegetatif

(Jumin, 2005).

Hasil penelitian Ferdinanta Sembiring (2010) menunjukkan bahwa jarak

tanam berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali jumlah daun. Dari

penelitian diperoleh hasil yang terbaik pada jarak 15 x 10 cm.

Pemakaian pupuk majemuk NPK akan memberi suplai N yang cukup

besar ke dalam tanah, sehingga dengan pemberian pupuk NPK yang mengandung

nitrogen tersebut akan membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK merupakan

pupuk majemuk yang terdiri dari pupuk tunggal N, P dan K. Fungsi nitrogen

sebagai pupuk adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman

(tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih hijau) dan

membantu proses pembentukan protein. Defisiensi phospor (P) menyebabkan

pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan kerdil. Unsur hara kalium (K) berfungsi

dalam pembentukan gula dan pati, sintetis protein, katalis bagi reaksi enzimatis,

serta berperan dalam pertumbuhan jaringan meristem, meningkatkan ketahanan

terhadap penyakit dan perbaikan kualitas hasil tanaman (Hardjowigeno 2003). Pemberian bahan organik berpengaruh besar terhadap sifat – sifat tanah.

Daya mengikat unsur kimia yang baik sehingga menyebabkan unsur kimia itu

(3)

tanaman akan mendapatkan suplai hara untuk pertumbuhan dan dapat

meningkatkan produksi tanaman (Murbandono, 2003).

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

pengaruh pengaturan jarak tanam dan kombinasi NPK dengan pupuk organik pada

pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum, L). Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pengaturan jarak tanam dan kombinasi NPK

dengan pupuk organik pada pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah

(Allium ascalonicum, L).

Hipotesis Penelitian

1. Pengaturan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman bawang merah.

2. Kombinasi NPK dengan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.

3. Terdapat interaksi antara pengaturan jarak tanam dan kombinasi NPK dengan

pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan untuk penulisan skripsi yang menjadi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Samudra.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak – pihak yang membutuhkan, seperti petani

(4)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Klasifikasi

Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan ke dalam golongan

sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae Genus : Allium

Species : Allium ascalonicum, L(Rahayu, Estu & Berlian 2006). Morfologi

Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput,

berbatang pendek dan berakar serabut, tinggi dapat mencapai 15-20 cm dan

membentuk rumpun. Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang. Bentuk

daun tanaman bawang merah seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara

50-70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau

tua dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek. Pangkal

daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis (Hapsoh dan Yaya

Hasanah, 2011).

a. Akar

Akar tanaman bawang merah terdiri dari primary root (akar pokok) yang

berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif dan bulu akar yang berfungsi

untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat – zat hara dari

dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih dan

(5)

b. Batang

Bawang merah memiliki batang sejati atau discus yang bentuknya seperti

cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas. Pada

bagian atas discus ini terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah

daun. Batang semu yang berada dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya

menjadi umbi lapis (bulbus). Diantara lapis kelopak bulbus terdapat mata tunas

yang dapat membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada spesies bawang

merah biasa (Rukmana, 2002). c. Daun

Bentuk daun bawang merah bulat kecil dan memanjang seperti pipa,

tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang

daun. Bagian ujung daun meruncing, sedangkan bagian bawahnya melebar dan

membengkak. Daun bawang merah berwarna hijau. Kelopak daun bawang merah

sebelah luar selalu melingkar menutup kelopak daun bagian dalam (Rahayu, Estu

& Berlian 2006).

d. Bunga

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang

bertangkai dengan 50 – 200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai

mengecil dan di bagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang

berlubang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari

daunnya sendiri dan mencapai 30 – 50 cm. Kuntumnya juga bertangkai tetapi

pendek, antara 0,2 – 0,6 cm (Wibowo, 1999).

Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna, terdiri dari 5 – 6

(6)

buah duduk diatas membentuk bangunan segitiga hingga tampak jelas seperti

kubah (Rahayu, Estu & Berlian 2006). e. Umbi

Syarat Tumbuh Iklim

Dalam pertumbuhannya, tanaman bawang merah menyukai daerah yang

beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah, terutama

mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah tidak tahan kekeringan

karena akarnya yang pendek. Selama pertumbuhan dan perkembangan umbi,

dibutuhkan air yang cukup banyak (Rukmana, 2002).

Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran

tinggi (0 – 900 m dpl) dengan curah hujan 300 – 2500 mm/thn. Pertumbuhan

tanaman maupun umbi yang terbaik di ketinggian sampai 250 m dpl (Rahayu,

Estu & Berlian 2006). Tanah

Bawang merah dapat ditanam di sawah setelah panen padi dan dapat juga

di tanah darat seperti tegalan, kebun dan pekarangan. Tanah yang gembur, subur,

banyak mengandung bahan organis atau humus sangat baik untuk bawang merah.

Tanah yang genbur dan subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga

hasilnya besar – besar. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung yang

berpasir atau berdebu karena sifat yang demikian ini mempunyai aerasi yang

bagus dan drainasenya baik (Wibowo, 1999).

Keasaman tanah (pH) yang paling sesuai untuk bawang merah adalah

yang agak asam sampai normal (6,0 – 6,8). Tanah yang memiliki pH 5,5 – 7,0

masih dapat digunakan untuk penanaman bawang merah (Rahayu, Estu & Berlian

2006).

(7)

Kerapatan tanaman (jarak tanam) memiliki hubungan yang tidak dapat

dipisahkan dengan jumlah hasil yang diperoleh dari sebidang tanah. Produksi

tanaman merupakan hasil dari faktor reproduksi dan hasil pertumbuhan vegetatif

(Jumin, 2005).

Kerapatan tanaman atau jarak tanam akan sangat berhubungan dengan

persaingan antar tanaman dalam mendapatkan sinar matahari dan unsur hara.

Dalam hal persaingan mendapatkan sinar matahari, kerapatan tanaman yang

tinggi menyebabkan tingkat persaingan menjadi tinggi sehingga kelembapan

udara di sekitar pertanaman tinggi dan meningkatkan risiko terserang hama dan

penyakit.

Sebaliknya kerapatan tanaman yang rendah menyebabkan persaingan

antartanaman menjadi rendah, sehingga kelembapan di sekitar pertanaman rendah

dan menekan serangan hama dan penyakit. Dalam hal persaingan usur hara dan

air, kerapatan tanaman yang tinggi menyebabkan persaingan antartanaman

semakin tinggi sehingga tanaman sering mengalami kekurangan hara dan air.

Demikian pula sebaliknya pada kerapatan rendah. Pupuk NPK

Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang

mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK

merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan

(Wikipedia, 2013).

Pupuk NPK merupakan salah satu pupuk majemuk yang mengandung

unsur Nitrogen (N), Posfor (P) dan Kalium (K) dengan kadar yang beragam. Jenis

dan kadar unsur yang dikandungnya berdasarkan negara asalnya. Seperti

(8)

Jerman, compound fertilizer (14-12-9) dari Jepang dan NPK Holland (15-15-15)

dari Belanda (Lingga dan Marsono, 2008).

Pupuk NPK mempunyai berbagai bentuk, yang paling khas adalah pupuk

padat yang berbentuk granul atau bubuk. Ada juga pupuk NPK yang berbentuk

cair, beberapa keuntungan dari pupuk cair adalah efek langsung dan jangkauannya

yang luas (Pusat Marketing NPK, 2012).

Pemakaian pupuk majemuk NPK akan memberi suplai N yang cukup

besar ke dalam tanah, sehingga dengan pemberian pupuk NPK yang mengandung

nitrogen tersebut akan membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK merupakan

pupuk majemuk yang terdiri dari pupuk tunggal N, P dan K. Fungsi nitrogen

sebagai pupuk adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman

(tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih hijau) dan

membantu proses pembentukan protein (Hardjowigeno 2003).

Unsur kalium berfungsi membantu pembentukan protein dan karbohidrat,

memperkuat jaringan tanaman serta membentuk antibodi tanaman melawan

penyakit dan kekeringan. Salah satu fungsi sppesifik unsur K adalah sebagai

pengimbang atau penetral efek kelebihan N yang menyebabkan tanaman menjadi

sukulen (awet muda) sehingga lebih mudah terserang hama penyakit, rapuh dan

mudah rontoknya bunga, buah, daun, cabang. Hal ini karena unsur K berfungsi

meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga mempercepat

penebalan dinding-dinding sel dan ketegaran tangkai/buah/cabang (Hanafiah

2007).

Unsur fosfor sangat berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, bahan

dasar protein, memperkuat batang tanaman serta membantu asimilasi dan

(9)

karena pembelahan sel terganggu, daun-daun menjadi ungu atau coklat mulai dari

ujung daun, terlihat jelas pada tanaman yang masih muda (Hardjowigeno 2003). Rinsema (1983) dalam Yulyatin (2007) menyatakan bahwa penggunaan

pupuk NPK mempunyai faktor positif dan negatif. Faktor positif dari pupuk NPK

adalah sebagai berikut : pupuk buatan yang harus dikerjakan biasanya lebih

sedikit dan menaburkan zat makanan tanaman dapat dilakukan dalam satu kali

kerja. Faktor negatif dari pupuk NPK adalah kemungkinan pupuk kurang merata

bila dibandingkan dengan menggunakan pupuk tunggal, adakalanya tanaman

memperlihatkan gejala tanaman kurang baik sebagai akibat dari konsentrasi garam

yang tinggi di dalam tanah dan NPK bereaksi masam. Bahan Organik

Sejak berabad – abad yang lalu petani telah mengenal pupuk organik.

Para ilmuwan kemudian membuktikan bahwa peranan bahan organik sangat vital

dalam mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan melalui

mekanisme perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Premono dan Widayati,

2000).

Pemberian bahan organik berpengaruh besar terhadap sifat – sifat tanah.

Daya mengikat unsur kimia yang baik sehingga menyebabkan unsur kimia itu

tidak tercuci dan membuat keadaan hara tetap tersedia di dalam tanah. Selanjutnya

tanaman akan mendapatkan suplai hara untuk pertumbuhan dan dapat

meningkatkan produksi tanaman (Murbandono, 2003).

Sumber primer bahan organik di dalam tanah adalah jaringan tanaman

berupa akar, batang, daun, ranting, bunga dan buah. Jaringan tanaman ini akan

(10)

dengan tanah. Tumbuhan tidak saja menjadi sumber bahan organik tanah, tetapi

juga sumber bahan organik bagi makhluk hidup (Hakim, dkk, 2010).

Bahan organik yang dapat ditambahkan ke dalam tanah antara lain

berbagai jenis pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, guano, bokashi, tepung

tulang dan sebagainya.

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran

bahan -bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi

berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan

aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003 dalam Wikipedia). Menurut Redaksi Agromedia (2007), kompos adalah sampah organik

yang telah mengalami proses pelapukan atau dekomposisi akibat adanya interaksi

mikroorganisme yang bekerja di dalamnya. Bahan – bahan organik yang biasa

dipakai bisa berupa dedaunan, rumput, jerami, sisa ranting atau dahan pohon,

kotoran hewan, kembang yang telah gugur, air kencing hewan dan sampah dapur. Pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan

kimia tanah. Pupuk kandang dapat menambah ketersediaan bahan makanan (unsur

hara) bagi tanaman, yang dapat diserapnya dari dalam tanah, dengan perkataan

lain pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam

tanah menjadi faktor – faktor yang dapat menjamin kesuburan tanah (Sutanto,

2006).

Pupuk kandang yang dapat digunakan adalah pupuk kandang yang sudah

matang. Artinya, dalam pupuk tersebut tidak terjadi lagi proses dekomposisi atau

penguraian oleh jasad renik. Tanda – tanda pupuk kandang sudah matang adalah

tidak berbau tajam (bau amoniak), berwarna coklat tua, tampak kering, tidak

(11)

Pupuk guano merupakan bahan yang efektif untuk penyubur tanah

maupun mesiu karena kandungan fosfor dan nitrogennya tinggi. Superfosfat yang

terbuat dari guano digunakan untuk topdressing. Tanah yang kekurangan zat

organik dapat dibuat lebih produktif dengan tambahan pupuk ini. Guano

mengandung amonia, asam urat, asam fosfat, asam oksalat, dan asam karbonat,

serta garam tanah. Tingginya kandungan nitrat juga menjadikan guano komoditas

strategis; Perang di Pasifik antara aliansi Peru-Bolivia dan Chili utamanya

berdasarkan pada percobaan Bolivia memungut pajak kepada pengusaha guano

dari Chili (Wikipedia, 2013).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Durian Kecamatan Rantau

Kabupaten Aceh Tamiang dengan pH 5,5 – 6 dan curah hujan agak basah (BPP

Kecamatan Rantau). Waktu penelitian ini direncanakan pada Bulan Desember

2013 sampai dengan Bulan Maret 2014.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(12)

pupuk kompos bokashi, pupuk kandang sapi, pupuk guano, tali rafia, triplek,

paku, cat, insektisida Sevin 85 S, fungisida Dithane-M 45 WP. Alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hand sprayer,

timbangan meteran, parang, cangkul, alat tulis menulis, alat dokumentasi dan

lainnya yang menunjang penelitian ini.

Metode Penelitian

Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan, yaitu : 1. Faktor pengaturan jarak tanam (J) dengan 3 taraf, yaitu :

J1 = 25 x 25 cm J2 = 20 x 20 cm J3 = 15 x 15 cm

2. Faktor kombinasi NPK dengan pupuk organik (K) dengan 3 taraf, yaitu : K1 = Pupuk NPK dengan pupuk kompos bokashi

K2 = Pupuk NPK dengan pupuk kandang sapi K3 = Pupuk NPK dengan pupuk guano

Dengan demikian diperoleh 9 kombinasi perlakuan, dengan susunannya

seperti tertera pada tabel 1. Setiap percobaan diulang 3 kali sehingga terdapat 27

satuan percobaan, dan jumlah rumpun dalam setiap satuan percobaan tergantung

dari jarak tanamnya (perlakuan). Sebagai tanaman sampel diambil secara acak 4

rumpun dari tiap – tiap plot.

(13)

No

Kombinasi Pupuk NPK dengan Pupuk Organik

Pupuk NPK dengan pupuk kompos Pupuk NPK dengan pupuk kandang sapi

Pupuk NPK dengan pupuk guano Pupuk NPK dengan pupuk kompos Pupuk NPK dengan pupuk kandang sapi

Pupuk NPK dengan pupuk guano Pupuk NPK dengan pupuk kompos Pupuk NPK dengan pupuk kandang sapi

Pupuk NPK dengan pupuk guano

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan model

matematika (Kemas, 2010) yaitu sebagai berikut :

Y = µ + β + J + K + JK + Ɛ

Dimana :

Y = Nilai-nilai hasil pengamatan

µ = Nilai rerata

β = Pengaruh blok/pengelompokan

J = Pengaruh pengaturan jarak tanam

K = Pengaruh kombinasi NPK dengan pupuk organik

JK = Pengaruh interaksi antara pengaturan jarak tanam dan kombinasi NPK dengan pupuk organik

Ɛ = pengaruh galat

Apabila hasil analisis sidik ragam terhadap perlakuan yang berpengaruh

nyata terhadap parameter yang diamati, maka akan dilanjutkan dengan uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%.

(14)

Persiapan lahan dilakukan dengan cara membersihkan areal penelitian

dari gulma yang tumbuh, adapun cara pembersihan yaitu dengan cara membabat,

setelah pembabatan gulma selesai selanjutnya dilakukan pengolahan tanah.

Pengolahan tanah dilakukan dua kali, pengolahan tanah pertama dilakukan

menggunakan cangkul dengan kedalaman 20 – 30 cm, kemudian dibiarkan selama

satu minggu. Setelah itu dilakukan pengolahan tanah kedua dengan

menghancurkan gumpalan tanah lalu diratakan dan selanjutnya dibuat plot - plot

dengan ukuran 120 x 120 cm sebanyak 27 plot yang tersusun dalam tiga blok

dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 80 cm.

2. Perlakuan Bibit

Bibit yang akan ditanam terlebih dahulu diberi fungisida Dithane M-45

sebanyak 5 gram yang dilarutkan dalam 7,5 ml air. Umbi calon bibit dan fungisida

dimasukan kedalam baskom plastik lalu diaduk sampai rata selama ± 5 menit

sampai fungisida merata mengenai seluruh benih, kemudian bibit segera ditanam.

Tujuan perlakuan ini adalah untuk mencegah jamur dan cendawan baik yang ada

dalam benih maupun yang ada di lapangan.

3. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara menggali lubang sedalam 2 cm. Tiap

lubang diisi dengan 2 (dua) umbi bawang merah. Penanaman dilakukan pada sore

hari.

4. Aplikasi Perlakuan a. Pengaturan Jarak Tanam

Pada saat penanaman jarak tanam yang digunakan sesuai dengan perlakuan

yaitu 25 x 25 cm, 20 x 20 cm dan 15 x 15 cm.

(15)

Kombinasi pupuk NPK dengan pupuk organik ini diaplikasikan sebagai

pupuk dasar yang akan diberikan seminggu sebelum penanaman (pada saat

penyiapan lahan). Kombinasi pupuk NPK dengan pupuk organik ini ditaburkan

di atas permukaan bedeng, kemudian sambil menghaluskan permukaan bedeng

pupuk dicampurkan dan diratakan. Dosis yang digunakan adalah masing –

masing setengah dari dosis anjuran, yaitu

5. Pemupukan

Pupuk yang diberikan adalah pupuk Urea dengan dosis 500 kg/ha (72

gr/plot), TSP dengan dosis 300 kg/ha (43,2 gr/plot) dan KCl dengan dosis 200

kg/ha (28,8 gr/ha). Pemberian pupuk Urea dilakukan 2 kali. Yang pertama,

setengah bagian diberikan bersama pupuk TSP dan KCl pada waktu 2 minggu

setelah tanam. Dan yang kedua diberikan 4 minggu setelah tanam.

Pemupukan diberikan dengan cara ditaburkan pada larikan antara barisan

tanaman di dalam plot sedalam ± 5 cm. Kemudian alur pupuk ditutup lagi dengan

tanah.

6. Pemeliharaan Tanaman a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 1 – 2 kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore hari

kecuali jika hari hujan maka penyiraman tidak dilakukan. b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya

kurang baik, diganti dengan tanaman yang telah disiapkan. Penyulaman

dilakukan 1 minggu setelah pindah tanam. c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada di sekitar

pertanaman, yaitu dengan cara mencabut rerumputan tanaman dan disesuaikan

(16)

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan

fungisida Dithane M-45 dan insektisida Sevin 85 S dengan dosis 2 gr/liter air.

Penyemprotan dilakukan apabila tanaman terserang hama dan penyakit.

8. Panen

Panen dilakukan pada umur 70 HST dengan ciri-ciri tanaman : Tanaman

sudah cukup tua dengan hampir 60% - 90% batang telah lemas dan daun

menguning. Umbi lapis terlihat penuh padat berisi dan sebagian tersembul

dipermukaan tanah. Warna kulit telah mengkilap atau memerah. Cara panen

dengan mencabut tanaman bersama daunnya dan diusahakan agar tanah yang

menempel dibersihkan. Saat panen pada kondisi kering.

Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh

tanaman. Pengukuran dilakukan mulai tanaman berumur 15, 25 dan 35 hari

setelah tanam. 2. Jumlah daun

Jumlah daun yang diamati pada saat tanaman berumur 15, 25 dan 35 hari

setelah tanam.

3. Berat umbi per rumpun (Kg)

Berat umbi ditimbang pada saat panen dengan cara menimbang berat umbi

per tanaman sampel.

4. Produksi per Hektar (Ton)

Berat umbi ditimbang pada saat panen dengan cara menimbang berat umbi

per plot dan dikonversikan ke hektar.

(17)

Hakim, N.M.Y. Nyakpa;A.M.Lubis;S.G.Nugraha;M.R. Saul;M.A dan H.H.Beiley. 2010. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hanafiah KA. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hapsoh. Hasanah, Yaya. 2011. Budidaya Bawang Merah. Usu Press. Medan

Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Bogor: Akademika Pressindo.

http://id.wikipedia.org/wiki/Guano

http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_NPK

http://npkgresik.blogspot.com/2012/10/pengertian-pupuk-npk.html

http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/isi_dt5thn_horti.php

Jumin, Hasan Basri, M.Sc. 2005. Dasar – Dasar Agronomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kemas Ali, 2010. Rancangan Percobaan. Rajawali Pers. Jakarta

Murbandono, L. 2003. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lingga Pinus, 1989. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lingga P, Marsono. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta

Premono, E & E Widyawati. 2000. Kompos dan Pupuk Hayati Sebagai Pupuk Organik, Majalah Penelitian Gula. No. 419. Jakarta.

Prihmantoro, H. 2001. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahayu, Estu & Berlian, Nur. 2006. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta

Redaksi AgroMedia, 2010. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sutanto, R. 2006. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta

(18)

Yulyatin A. 2007. Pengaruh NPK (15-15-15) dan campuran media tanah dan kompos terhadap pertumbuhan bibit salam (Eugenia polyantha Wight) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

(19)
(20)

Jarak Tanam = 20 x 20 cm

120 x 120 cm

Jarak Tanam = 25 x 25 cm

(21)

Lampiran III. Jadwal Penelitian

No

. Kegiatan Desember Bulan dan Minggu Pelaksanaan PenelitianJanuari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Konsultasi dengan Dosen Pembimbing

2

Penyusunan Rencana Penelitian

3 Seminar

4 Persiapan Lahan di Lapangan 5 Pengolahan Tanah &

Pemberian Kompos 6 Penanaman

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Senam pagi yang rutin diadakan tiap bulan, dengan bergilir pada masing-masing fakultas di UNAIR tersebut, kali ini mengusung konsep yang berbeda dari acara-acara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Pendidikan kewirausahaan di Universitas Bina Nusantara melalui kurikulum dan faktor pendukung, metode pengajaran,

Glok dan Stark (1966) membagi aspek religius dalam lima dimensi sebagai berikut: 1) Religius belief (aspek keyakinan), yaitu adanya keyakinan terhadap Tuhan dan

memiliki “ initial tarif rate ” yang jauh lebih tinggi; (2) Dengan kekuatan kapital yang dimiliki, negara-negara maju telah menyediakan subsidi ekspor dan subsidi domestik

Dalam hal terdapat perbedaan data antara Petikan DIPA dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

KONSTRUKSI LEMBAR KERJA SISWA POLA 5M BERMUATAN NILAI KREATIF UNTUK SISWA SMA KELAS XI DALAM MERANCANG ALAT TITRASI ASAM BASA. Universitas Pendidikan

Data yang di peroleh dari pengujian kekerasan permukaan pada proses karburasi baja karbon sedang sebelum dan sesudah proses quenching dapat dilihat pada grafik

Mengingat luasnya cakupan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini dan keterbatasan kemampuan, waktu serta biaya, maka peneliti perlu membatasi masalah dengan