• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah teori dan konsep auditing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah teori dan konsep auditing"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sebagai akuntan publik, profesionalisme merupakan syarat utama profesi ini. Karena selain profesi yang bekerja atas kepercayaan masyarakat, kontribusi akuntan publik terhadap ekonomi sangatlah besar. Peran auditor untuk meningkatkan kredibilitas dan reputasi perusahaan sangatlah besar. Selain itu beberapa peneliti seperti Peursem (2005) melihat bahwa auditor memainkan peranan penting dalam jaringan informasi di suatu perusahaan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Gjesdal (1981) dalam Suta dan Firmanzah (2006) juga mengatakan bahwa peranan utama auditor adalah menyediakan informasi yang berguna untuk keperluan penyusunan kontrak yang dilakukan oleh pemilik atau manajer perusahaan.

Logika sederhananya bahwa agar mesin perekonomian suatu negara dapat menyalurkan dana masyarakat kedalam usaha-usaha produktif yang beroperasi secara efisien, maka perlu disediakan informasi keuangan yang andal, yang memungkinkan para investor untuk memutuskan kemana dana mereka akan di investasikan. Untuk itu dibutuhkan akuntan publik sebagai penilai kewajaran informasi yang disajikan manajemen. Jadi jelas bahwa begitu besarnya peran akuntan publik dalam perekonomian, khususnya dalam lingkup perusahaan menuntut profesi ini untuk selalu profesional serta taat pada etika dan aturan yang berlaku.

Tidak terlepas dari pembahasan di atas bahwa untuk memulai dan mengatur beberapa tugas auditor maka yang pertama kali diperlukan yakni teori, konsep dan standar dalam melakukan auditing terhadap suatu perusahaan atau bidang jasa keuangan lainnya. Maka dari itu kami fokuskan dalam pembahasan makalah ini mengenai konsep serta dasar dari mengaudit yang pembahasannya dapat kami rumuskan sebagai berikut.

B. RUMUSAN MASALAH

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. TEORI DAN KONSEP DASAR AUDITING

Teori dapat di klasifikasikan berdasarkan sifat menjadi dua, yaitu teori normatif, dan teori deskriptif. Teori normatif merupakan teori yang seharusnya di laksanakan. Teori deskriptif merupakan teori yang sesungguhnya di laksanakan.

Tidak seperti pada akuntansi, pada auditing tidak banyak orang yang berbicara tentang teori auditing sebagai lawan kata praktik auditing. Pada umumnya, orang menganggap auditing hanya suatu rangkaian prosedur, metode dan teknik. Auditing tidak lebih dari pada sekedar suatu cara untuk melakukan sesuatu dengan sedikit penjelasan, uraian, rekonsiliasi, dan argumentasi. Meskipun demikian telah di coba untuk meyakinkan perlunya suatu teori normatif pada auditing. Professor R. K. Mautz dan H. A. Sharaf dengan bukunya “ The Philosophy of Auditing “, merupakan tokoh pertama yang melakukan usaha tersebut.

Profesor C. W. Schandl pada tahun 1978 yang mengembangkan pemikiran dari Mautz dan Sharaf, mengemukakan elemen-elemen dasar teori adalah sebagai berikut :

1. Postulat yaitu : Konsep dasar yang harus diterima tanpa perlu pembuktian. Sebagai syarat penting dalam pengembangan disiplin,tidak perlu di periksa kebenaranya lagi, sebagai dasar pengambil kesimpulan,sebagai dasar membangun struktur teori dan bisa juga dimodifikasi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Teori yaitu : Dalil yang diterangkan oleh postulat.

3. Struktur yaitu : Komponen disiplin tertentu dan hubungan antar komponen tersebut. 4. Prinsip yaitu : Kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktik

5. Standar yaitu : Kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik.

Menurut Lee dalam bukunya Corporate Audit Theory ada tiga kelompok postulat sebagai dasar teori dalam auditing yaitu :

1. Postulat yang berkaitan dengan aspek keberadaan audit.

(3)

Teori Auditing merupakan tuntunan untuk melaksanakan audit yang bersifat normatif. Konsep adalah abstraksi-abstraksi yang diturunkan dari pengalaman dan observasi, dan dirancang untuk memahami kesamaan-kesamaan di dalam suatu subyek, dan perbedaan-perbedaannya dengan subyek yang lain. Standar Auditing adalah pengukur kualitas, dan tujuan sehingga jarang berubah. sedangkan Prosedur Audit adalah metode-metode atau teknik-teknik rinci untuk melaksanakan standar, sehingga prosedur akan berubah bila lingkungan auditnya berubah.

Menurut Mautz dan Sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep dasar,yaitu: 1. Bukti

Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah untuk memperoleh pengertian sebagai dasar untuk memberikan kesimpulan atas pemeriksaan yang di tuangkan dalam pendapat auditor. Secara umum usaha untuk memperoleh bukti dilakukan dengan cara , yaitu :

a. Authoritarianisme, Bukti diperoleh berdasar informasi dari pihak lain. Misalnya keterangan lisan manajemen dan karyawan, dan pihak luar lainnya, serta keterangan lisan tertulis berupa doklumen.

b. Mistikisme, Bukti dihasilkan dari intuisi. Misalnya pemeriksaan buku besar, dan penelaahan terhadap keterangan dari pihak luar.

c. Rasionalisasi, Merupakan pemikiran asumsi yang diterima. Misalnya penghitungan kembalioleh auditor, dan pengamatan terhadap pengendalian intern.

d. Emperikisme, Merupakan pengalaman yang sering terjadi. Misalnya perhitungan dan pengujian secara fisik.

e. Pragmatisme, Merupakan hasil praktik. Misalnya kejadian setelah tanggal selesainya pekerjaan lapangan.

2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (due care)

(4)

Tanggung jawab yang di maksud adalah tanggung jawab profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsep ini lebih di kenal dengan konsep konservatif.

3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar

Konsep ini menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak memihak), tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan,hasil operasi, dan aliran kas perusahaan. Konsep ini dijabarkan lagi dalam 3 sub konsep, yaitu :

1) Accounting Propriety : berhubungan dengan penerapan prinsip akuntansi tertentu dalam kondisi tertentu.

2) Adequate Disclosure : berkaitan dengan jumlah dan luas pengungkapan atau penyajian informasi

3) Audit Obligation : berkaitan dengan kewajiban auditor untuk independen dalam memberikan pendapat.

4. Independensi

Merupakan suatu sikap mental yang di miliki auditor untuk tidak memihak dalam melakukan audit. Masyarakat pengguna jasa audit memandang bahwa auditor akan independen terhadap laporan keuangan yang di periksa dan pembuat dan pemakai laporan keuangan. Jika posisi auditor terhadap kedua hal tersebut tidak independen maka hasil kerja auditor menjadi tidak berarti sama sekali.

5. Etika perilaku

Dalam auditing berkaitan dengan perilaku yang ideal seorang auditor profesional yang independen dalam melaksanakan audit.

B. STANDAR DALAM AUDITING

(5)

1. Standar Umum,

a. Audit harus di laksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.standar pertama menuntut kompetensi teknis seorang auditor di tentukan oleh tiga faktor yaitu:

a) Pendidikan formal dalam pendidikan akuntansi di suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi auditor.

b) Pelatihan bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang auditing.

c) Pendidikan profesional berkelanjutan selama menekuni karir auditor profesional.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Ada 3 aspek independesi, yaitu : a) Independensi senyatanya

b) Independensi dalam penampilan.

c) Independensi dari sudut keahliannya atau kompetensinya.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama

2. Standar Pekerjaan Lapangan,

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. dalam hal ini pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien akan di gunakan untuk:

a) Mengidentifikasi salah satu yang potensial.

b) Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah satu yang material.

c) Merancang pengujian substantif.

(6)

3. Standar Pelaporan

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Standar-standar tersebut di atas dalam banyak hal saling berhubungan dan saling bergantung satu dengan lainnya. Keadaan yang berhubungan erat dengan penentuan dipenuhi atau tidaknya suatu standar, dapat berlaku juga untuk standar yang lain. “Materialitas” dan “Risiko Audit” melandasi penerapan semua standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

(7)

mempunyai arti penting, baik bagi posisi keuangan maupun hasil usaha perusahaan, sehingga secara relatif persediaan memerlukan perhatian auditor yang lebih besar dibandingkan dengan persediaan dalam perusahaan jasa. Begitu pula, piutang umumnya memerlukan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan premi asuransi dibayar di muka.

Sedangkan paragraf 5 menjelaskan mengenai risiko audit. Pertimbangan atas risiko audit berkaitan erat dengan sifat audit. Transaksi kas umumnya lebih rentan terhadap kecurangan jika dibandingkan dengan transaksi persediaan, sehingga audit atas kas harus dilaksanakan secara lebih konklusif, tanpa harus menyebabkan penggunaan waktu yang lebih lama. Transaksi dengan pihak tidak terkait biasanya tidak diperiksa serinci pemeriksaan terhadap transaksi antarbagian dalam perusahaan atau transaksi dengan pimpinan perusahaan dan karyawan, yang tingkat kepentingan pribadi dalam transaksi yang disebut terakhir ini sulit ditentukan.

(8)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas bahwa Teori di klasifikasikan berdasar sifatnya menjadi dua yaitu :

1. Teori Normatif adalah Teori yang seharusnya dilaksanakan 2. Teori Deskriptif adalah Teori yang sesungguhnya dilaksanakan.

Menurut Prof. C.W. Schandl pada tahun 1978 yang mengembangkan pemikiran dari Mautz dan Sharaf, mengemukakan elemen-elemen dasar teori adalah sebagai berikut :

1. Postulat yaitu : Konsep dasar yang harus diterima tanpa perlu pembuktian. 2. Teori yaitu : Dalil yang diterangkan oleh postulat.

3. Struktur yaitu : Komponen disiplin tertentu dan hubungan antar komponen tersebut. 4. Prinsip yaitu : Kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktik.

5. Standar yaitu : Kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik.

Menurut Lee dalam bukunya Corporate Audit Theory ada tiga kelompok postulat sebagai dasar teori dalam auditing yaitu :

1. Postulat yang berkaitan dengan aspek keberadaan audit.

2. Postulat yang berfokus pada tindakan auditor dan aspek perilaku. 3. Postulat yang berfokus pada prosedur audit atau fungsional audit.

Menurut Mautz dan Sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep dasar yaitu : 1. Bukti (evidence)

2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (Due Audit Care)

3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar (Fair Presentation) 4. Independensi (Independence)

5. Etika Perilaku (Ethical Conduct)

(9)

Standar auditing terdiri atas tiga bagian yaitu : 1. Standar Umum

2. Standar Pekerjaan 3. Standar Pelaporan

B. SARAN

(10)

DAFTAR PUSTAKA

http://masphatar.blogspot.com/2013/03/teori-konsep-dasar-standar-auditing.html

oleh Rina_Sweet di 03.13 http://memoryofokta.blogspot.com/2010/06/teori-konsep-dasar-dan-standar-auditing.html

(11)

TEORI, KONSEP DASAR DAN STANDAR AUDITING

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing Semester VI (Enam)

Prodi. Perbankan Syariah

Disusun Oleh Kelompok II (Dua) ISMAIL

HALIMA JUSMAWATI

YULIANA

Dosen Pengampuh RINI, SE.M.SI. Ak

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM STAI-DDI POLMAN

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam tiada yang berhak disembah kecuali DIA dan shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabiullah Muhammad SAW selaku nabi pembawa rahmatan lil alamin dimuka bumi.

Dengan selesainya makalah yang kami susun sebagai salah satu syarat dalam mata kuliah AUDITING, maka dari itu semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan menjadi referensi bagi pembaca yang budiman.

Tidak lupa pula kami berterima kasih kepada teman-teman dan dosen pengampuh mata kuliah sebab tanpa dukungan mereka, makalah ini mungkin tidak dapat hadir di hadapan pembaca yang budiman. Dan kami sebagai penyusun mohon kritik dan saran dari pembaca untuk kami jadikan evaluasi untuk makalah-makalah berikutnya. Dan semoga apa yang kita perbuat selama di dunia semoga bernilai ibadah disisi Allah SWT Amin...

Polewali, 17 Maret 2014

Tim Penyusun,

(13)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

BAB II PEMBAHASAN A. Teori dan Konsep Auditing ... 2

B. Standar Dalam Auditing ... 4

1. Standar Umum ... 5

2. Standar Pekerjaan Lapangan ... 5

3. Standar Pelaporan ... 6

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 8

B. Saran ... 9

DAFTAR PUSTAKA ... 10

Referensi

Dokumen terkait

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa auditor harus memiliki pengatahuan memadai tentang sistem informasi (SI) yang digunakan untuk merencanakan, mengarahkan,

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di

H1: moral reasoning auditor mempunyai pengaruh yang positif terhadap kualitas audit Skeptisisme Profesional Auditor.. Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP, 2001), menyatakan

Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam hal ini

Debt to total asset tidak berpengaruh signifikan karena standar pekerjaan auditor seperti yang telah di atur dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAPI, 2001) khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur prosedur dalam penyelesaian

Selain itu, akuntan publik juga berpedoman pada Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh IAI, dalam hal ini adalah standar auditing yang

Standard audit yang di pakai di Indonesia ada tiga yaitu SA Standar Auditing/Standard Profesi Akuntan Publik SPAP yang di gunakan oleh auditor kantor akuntan publik KAP dan auditor