• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING BK DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING BK DALAM"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh : MEYFI WOWOR

NIM. 11.2.3.088

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

MANADO

(2)

ii

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi adalah hasil karya penyusun sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat dan dibantu oleh seluruh atau sebagian dari orang lain, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Manado, 01 Oktober2015

Penyusun,

(3)

iii

Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Manado, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Senin, 19 Oktober 2015 M bertepatan dengan tanggal 6 Muharram 1437 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I), dengan beberapa perbaikan.

Manado, 19 Oktober 2015 M 6 Muharram 1437 H

DEWAN MUNAQASYAH

Ketua : Dr. Muh. Idris, M.Ag (...) Sekretaris : Ishak Wanto Talibo, M.Pd.I (...) Munaqasyah I : Dr. Musdalifah Dachrud, M.SI (...) Munaqasyah II : Mustafa, M.Pd.I (...) Pembimbing I : Rizal H. Arsjad, S.Ag. M.A (...) Pembimbing II : Sulfa Potiua, M.Pd.I (...)

Mengetahui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan IlmuKeguruan IAIN Manado

Dr. Muh. Idris, M.Ag

(4)

iv

Rasulullah SAW dengan membawa Islam sebagai satu-satunya yang diridhoi-Nya,

untuk Dia unggulkan diatas semua agama. Rasa syukur penulis panjatkan karena atas

rahmat, hidayah dan kemudahan dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini meskipun masih jauh dari kesempurnaan. Semoga rahmat dan salam tetap

dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai penutup segala Nabi, keluarganya,

sahabatnya, orang-orang yang mendakwahkan risalahnya dan berjihad di jalan-Nya

hingga hari kiamat.

Skripsi berjudul Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dalam Pembinaan

Karakter Siswa di Madrasah Aliyah Alkhairaat Bitung di susun untuk memenuhi

Program S1 pada Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Manado. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari

sepenuhnya bahwa jika tidak ada partisipasi, bantuan dan dorongan dari semua pihak,

tidak mungkin skripsi ini dapat diselesaikan. dan atas kesuksesan dalam penulisan

skripsi ini penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Rukmina Gonibala, M.Si selaku Rektor IAIN Manado, bapak/ibu Wakil

Rektor I, II dan III

2. Dr. Muhammad Idris M. Ag M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN

Manado.

3. Drs. Ishak Talibo, M. Pd.I Selaku Ketua Jurusan, dan Feiby Ismail M.Pd Selaku

Sekertaris Jurusan Tarbiyah.

4. Rizal H. Arsyad, S.Ag, MA. sebagai pembimbing I dan Sulfa Poitua, M. PdI

sebagai pembimbing II. Dengan kesabaran, kesungguhan serta arahannya,

menjadi motivasi bagi penulis agar sungguh-sungguh dalam menyelesaikan

(5)

v

7. Drs. Faruk Samalam S.Ag selaku pimpinan dan guru-guru MA. Alkhairaat

Bitung yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis

selama melakukan kegiatan penelitian secara langsung di lokasi.

8. Kepada ayahanda Dolfi Wowor serta ibunda Nurdjana Pakaya yang selalu

memberikan motivasi kepada penulis hingga selesai.

9. Kepada Opa, Oma, Kakak serta Adik tercinta yang telah memberikan semangat

serta dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis

ini.

10. Kepada teman-teman mahasiswa IAIN Manado yang telah turut memberikan

motivasi sehingga tersusun karya tulis ini.

Dan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis tidak

dapat membalas semua dukungan yang diberikan, semoga Allah SWT. yang akan

memberikan balasan dan sebagai amal jariyah. Amin.

Manado, 01 Oktober 2015

Penyusun,

MEYFI WOWOR

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Bimbingan Konseling ... 13

B. Tugas dan Peran Guru ... 38

C. Pembinaan Karakter ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 59

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 60

C. Sumber Data ... 60

D. Teknik Pengumpulan Data ... 60

E. Teknik Analisi Data ... 63

(7)

vii BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 86 B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA... 88

(8)

viii

Tabel 2 Data Pendidik dan Kependidikan MA. Alkhairaat Bitung ... 71

Tabel 3 Data Siswa MA. Alkhairaat Bitung ... 72

Tabel 4 Data Sarana dan Prasarana MA. Alkhairaat Bitung ... 73

(9)

ix

NIM : 11.2.3.088

Fakultas/Jurusan : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi :Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dalam Pembinaan Karakter Siswa Madrasah Aliyah Alkhairaat Bitung

Skripsi ini adalah sebuah karya ilmiah dengan judul “Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dalam Pembinaan Karakter Siswa di Madrasah Aliyah Alkhairaat Bitung” alasan penulis mengangkat judul ini karena penulis ingin mengetahui sejauh mana peran guru bimbingan konseling (BK) dalam proses pembinaan karakter.

Untuk menjawab rumusan masalah tersebut maka penulis menggunakan metode penelitian lapangan yang bertitik tolak pada metode deskriptif kualitatif, di mana penulis berusaha melukiskan fenomena yang terjadi berdasarkan fakta/kenyataan yang ada berupa kata-kata dan bukan angka. Dari langkah-langkah yang penulis tempuh maka penulis telah mendapatkan jawaban dari uraian permasalahan bahwa dalam pembinaan karakter, guru BK dapat mengetahui masalah yang terdapat pada siswa dan tentunya seorang guru BK bisa menemukan solusi dalam pembinaan karakter dengan mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran siswa dan membuat hubungan saling percaya, menerima perasaan siswa sebagaimana adanya atau menerima perbedaan dengan penuh perhatian dan menaggani siswa dengan memberi rasa aman dengan penuh pengertian. Pembinaan karakter yang dilakukan guru BK dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa berjalan dengan efektif.

Kenyataan di lapangan banyak dijumpai proses pembinaan karakter yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling (BK) yaitu memberikan motivasi siswa untuk menerima aturan-aturan yang ada dan melahirkan nilai-nilai karakter itu sendiri. Baik berupa perbuatan dan perkataan. Dalam pembinaan karakter ini, guru BK mengunakan metode pendekatan keagamaan dimana yang dilarang oleh orang tua atau guru maka secara otomatis dilarang oleh Allah SWT.

(10)

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum pendidikan Indonesia tengah menghadapi masalah besar terkait dengan tantangan globalisasi yang semakin mewabah dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Tantangan globalisasi bukan saja bisa menjadi penyebab runtuhnya nilai-nilai luhur bangsa, melainkan pula akan menghambat regenerasi kepemimpinan yang memiliki karakter pancasila dan moral dalam mengabdi kepada bangsa. Kepemimpinan yang berkarakter pancasialis ini diharapkan bisa menjadi landasan fundamental dalam mereduksi krisis moral akibat tantangan globalisasi yang mewarnai perjalanan masa depan bangsa.1

Pendidikan merupakan komponen utama dalam menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat mengarahkan kepada masa depan bangsa, baik ataupun buruk, itu ditentukan oleh pendidikan kita saat ini. Jika pendidikan saat ini sudah teroptimalkan dan dimanfaatkan fungsinya secara baik maka kemajuan bangsa, masa depan bangsa yang cerah bukan lagi hanya sekedar impian belaka, tapi sudah menjadi kepastian yang terwujud.2

1 Mohammad Takdir Ilahi, Gagalnya Pendidikan Karakter “Analisis dan Solusi

Pengendalian Karakter Emas Anak Didik”,(Cet. I; Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 27

(11)

Sistem moral islami harus didasarkan pada pandangan Islam yang memandang dosa dan perbuatan keji merupakan bentuk belenggu yang menghukum jiwa manusia. Moralitas islami bersumber dari watak manusia yang senapas dengan nilai islami yaitu dorongan batin yang menuntut pembebasan jiwa dari beban batin karena perbuatan dosa manusia tindakan keji yang bertentangan dengan perintah ilahi. Tidak heran bila secara natural, jiwa manusia mampu melaksanakan nilai-nilai wahyu yang bersifat mutlak, karena Allah menciptakannya dengan memberikan kelengkapan psikologis berupa potensi untuk mengembangkan nilai-nilai islami dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari.3

Krisis yang dialami bangsa Indonesia tidak hanya krisis ekonomi maupun politik , tapi lebih dari itu. Bangsa kita telah menghadapi krisis karakter atau jati diri yang menjadi landasan fundamental bagi pembangunan karakter bangsa. Berbagai peristiwa atau kejadian yang sering berlangsung dalam kehidupan sehari-hari yang kita saksikan melalui TV maupun media cetak, menunjukkan betapa masyarakat kita tengah mengalami degradasi jati diri dan menurunnya martabat bangsa yang berkeadaban. Disaat bersamaan pula terjadi amukan missal atau tawuran di kalangan anak mudah yang mengakibatkan keresahan, karena menganggu ketenangan dan kenyamanan hidup masyarakat. Seiring perjalanan waktu, moral bangsa terasa semakin amburadul, hura-hura, dan pergaulan bebas di kalangan remaja terjadi di mana-mana, tata karma pun hilang, nyawa seperti tidak

3 Mohammad Takdir Ilahi, Gagalnya Pendidikan Karakter “Analisis dan Solusi

(12)

ada harga, korupsi menjadi-jadi bahkan telah dilakukan terang-terangan dan berjamaah.4

Diharapkan dari pendidikan karakter ini, lebih-lebih internalisasi nilai-nilai Islami, siswa dapat mencontoh sikap nabinya, Muhammad SAW yang memang menjadi suri tauladan bagi kita, sebagaimana firman Allah dalam Q.S An-Nisa: 59.

Terjemahnya :

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.5

Kedudukan guru bimbingan konseling memiliki peran yang sangat penting dan turut serta mengatasi terjadinya kenakalan siswanya, sebab setiap guru khususnya guru BK merupakan sosok yang bertanggung jawab langsung terhadap pembinaan moral dan menanamkan norma hukum tentang baik dan buruk serta tanggung jawab seseorang atas segala tindakan yang dilakukan baik di dunia maupun di akhirat.

Namun, tidak hanya guru yang harus terbebani dengan semua ini, segala aspek harus ikut adil dalam mewujudkan pendidikan karakter ini, terlebih orang tua, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Kahf: 46 :

4Ibid., h. 18-19

(13)

Terjemahnya:

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.6

Secara keberadaan anak seperti itu dapat terwujud jika dipersiapkan sejak dini oleh orangtuanya. Pendidikan dan pembentukan kepribadian (karakter) anak harus diperhatikan sebaik-baiknya. Jika tidak anak justru akan menjadi yang sebaliknya, yaitu menjadi bencana (fitnah) dalam keluarga dan akan menjadi gangguan bagi masyarakat dan umat manusia secara keseluruhan.7

Pendidikan akhlak alkharimah termasuk pembinaan watak karakter siswa bahkan sampai dengan proses pendidikan di perguruan tinggi, sejak lama tidak mendapat perhatian serius dalam praktek pendidikan di Indonesia, kalaupun terdapat jam mata pelajaran agama dan akhlak hanyalah sebagai pengetahuan bukan untuk diamalkan dengan baik. Pendidikan karakter mendesak untuk segera diprioritaskan dalam perhatian kita dalam dunia pendidikan di Indonesia.8

Peranan guru dalam pendidikan menjadikan guru sebagai pahlawan yang berjasa terhadap pelaksanaan pendidikan. Karena hanya dengan meningkatkan mutu pendidikan di indonesia maka kemajuan dan nasib bangsa dapat ditentukan.9 Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang

6Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Q.S Al-Kahf: 46)

7Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Cet. I; Jakarta:Amzah, 2015) h. 71

8 Pupuh Fathurrohman, AA Suryana dan Fenny Fatriany, Pengembangan Pendidikan

Karakter, (Cet. I; Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 219

9Imam Wahyudi, Mengejar Profesionalisme Guru StrategiPraktis Mewujudkan Citra

(14)

berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal, dan informal yang berlangsung seumur hidup bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara cepat.

Dalam program perkembangan kegiatan bimbingan dan konseling diasumsikan diperlukan oleh peserta didik, termasuk di dalamnya peserta didik yang memilikin kesulitan. Seluruh peserta didik ingin memperoleh pemahaman diri, meningkatkan tangguung jawab terhadap control diri, memiliki kematangan dalam memahami lingkungan dan belajar membuat keputusan. Setiap peserta didik memerlukan bantuan dalam mempelajari cara pemecahan masalah dan memiliki kematangan dalam memahami nilai-nilai. Semua peserta didik memerlukan rasa dicintai dan dihargai, memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya dan memiliki kebutuhan untuk memahami kekuatan pada dirinya.10

Penulis menyimpulkan dalam menyelesaikan permasalahan yang di hadapi oleh siswa perlu adanya komunikasi, Pembinaan karakter siswa di sekolah sehingga berbagai upaya yang dilakukan oleh sekolah khususnya guru bimbingan konseling yaitu dalam rangka pembentukan karakter siswa dalam pendekatan keagamaan.

0

(15)

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter siswa Madrasah Aliyah Al-Khairaat Bitung?

2. Apa saja masalah yang di hadapi dan bagaimana solusi yang di terapkan guru BK dalam menyelesaikan masalah pembinaan karakter Siswa Madrasah Aliyah Al-Khairaat Bitung?

C. Pengertian Judul

Agar tidak salah pengertian atau penafsiran yang berbeda-beda terhadap judul skripsi ini, kiranya perlu dijelaskan beberapa istilah yang termasuk dalam judul skripsi ini

1. Peran Guru Bimbingan dan Konseling :

Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya tiap siswa lebih berkembang kea rah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.11

11Wardati dan Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, Cet. I,

(16)

Bimbingan ialah suatu Proses memberi bantuan (process of helping) terhadap individu agar bisa menerima & memahami diri & lingkungan sekitarnya, mengarahkan diri, & menyesuaikan diri secara positif & konstruktif terhadap tuntutan norma-norma kehidupan (budaya & agama) sehingga dapat mencapai kehidupan yang bermakna (bahagia, baik secara personal maupun sosial).12

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.13

Konseling merupakan sebuah proses dan sebuah hubungan, seperti yang dikatakan oleh Steffire dan Matheny serta Combs :

Konseling dapat didefinisikan sebagai sebuah hubungan professional antara konselor dan klien, dimana konselor membantu klien untuk memahami dirinya sendiri dan ruang hidupnya untuk membuat pilihan – pilihan yang bermakna dan cerdas sesuai dengan sifat dasarnya dalam area – area munculnya pilihan-pilihanbagi dirinya”.14

Konseling merupakan aktivitas guru dan konselor menginisiasi atau meginspirasi, bahkan meminta pesrta didik menggunakan kemampuan,

12http://panduanguru.com/pengertian-bimbingan-konseling-bk/) 29 Agustus 2014

13Prayitno, dkk. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Depdiknas, 2004), h.

94.

14 Wardati,. Implementasi Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prestasi

(17)

pemahaman, dan keterampilan yang memungkinkan mereka mengolah kehidupannya sendiri, kini, dan di masa depan.15

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.16

Bimbingan dan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkan masukan alat adalah tujuan pendidikan kerangka, tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, sistem administrasi dan supervise pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar, sisten evaluasi serta bimbingan konseling.17

Konsep bimbingan dan konseling (BK) berangkat dari asumsi bahwa orang dewasa, guru, lembaga, atau sekolah harus mempromosikan kehidupan individu yang efisien dan bahagia dengan cara membantu anak atau peserta didik

15Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta 2010), h. 144-145.

16Ibid, h. 95

17Achsan Husairi, Pengembangan Diri dan Bimbingan Konseling, (Cet I; Jakarta: Arya Duta,

(18)

menyesuaikan diri pada realitas social atau bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami, menerima dan mengarahkan dirinya kearah yang lebih baik.

Dengan demikian Bimbingan Konseling adalah Pelayanan bantuan bagi peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka bisa mandiri dan berkembang secara optimal, baik dalam bimbingan pribadi, social, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Pembinaan

Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.18

3. Karakter

Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.19

4. Siswa

Siswa adalah anggota masyrakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melaui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.20Sosok siswa pada umumnya merupakan sosok anak yang

18Pupuh Fathurrohman, AA Suryana dan Fenny Fatriany, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Cet. I; Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 46

19ibid h. 18

20 Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, (Cet. I;

(19)

membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang kearah kedewasaan. Ia adalah sosok yang selalu mengalami perkembangan sejak lahir sampai meninggal dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara wajar.21

Jadi judul secara keseluruhan yang dimaksud oleh penulis dalam Penelitian ini adalah “Peran Guru BK dalam Pembinaan Karakter Siswa”

penerapan Inisiatif Guru BK diharapkan dapat membangun karakter siswa karena dengan Inisiatif Guru BK perlu melakukan bimbingan pribadi sosial untuk membangun akhlak yang baik.

1. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini adalah bagaimana kemampuan guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter siswa, cara pembinaan karakter siswa, hambatan yang dihadapi serta solusi yang di terapkan guru bimbingan konseling dalam pembinaan karakter siswa di Madrasah Aliyah Al-Khaairat Bitung.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setelah identifikasi masalah selesai dirumuskan maka pada hakikatnya kita telah mempunyai inti dari tujuan penelitian yang dilakukan. Tujuan penelitian ini dicantumkan dengan maksud agar kita mudah memahami, dan pihak lain yang membaca juga dapat memahami laporan penelitian ini.

Adapun Tujuan Penelitian:

21 Arif Rohman, Memahami Ilmu Pendidikan, (Cet. III; Yogyakarta: CV Aswaja

(20)

a. Untuk mengetahui bagaimana pembinaan karakter siswa di Madrasah Aliyah Al-Khairaat Bitung.

b. Untuk memgetahui apakah Peran Guru Bimbingan Konseling dapat Membangun Karakter siswa di Madrasah Aliyah Al-Khairaat Bitung. c. Untuk mengetahui bagaimana hambatan yang di hadapi dan solusi yang

diterapkan guru dalam pembinaan Karakter siswa di Madrasah Aliyah Al-Khairaat Bitung.

2. Manfaat Penelitian

(21)

13

A. Bimbingan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata

“Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.1

Sedangkan pakar Bimbingan yang lain mengungkapkan bahwa:

a. Menurut Prayitno dan Erman Amti, merumuskan arti Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.2

b. Kartini Kartono lebih lanjut mengungkapkan, Bimbingan adalah: pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan dengan pengetahuan

1Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 3

2Prayitno, Erman Amti, Dasar-daras Bimbingan dan Konseling,, (Jakarta: Rineka Cipta,

(22)

pemahaman keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam menolong kepada orang lain yang memerlukan pertolongan.3

c. Menurut Rahman Natawijaya, mengertikan Bimbingan adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.4

Dengan membandingkan pengertian tentang Bimbingan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa” Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus-menerus atau sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau kelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.

Sedangkan Konseling secara terminologi berarti “to give advice” yaitu

member saran dan nasihat. Istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan yang integral.5Jadi konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan

3Katini Kartono, Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, (Jakarta: Rajawali, 1985), h.

9.

4 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Programm Bimbingan dan Konseling di

Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 36

(23)

bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing atau konselor dengan klien dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki kea rah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan social.6

Dalam hal ini Dewa Ketut Sukardi mengutip di buku Prayitno mengemukakan bahwa, Konseling adalah pertemuan empat mata antara Klien dan Konselor yang berisi usaha yang lurus, unik dan humanis yang dilakukan dalam hubungan dengan masalah masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Suasana keahlian didasarkan atas norma-norma yang berlaku.7

Jadi Bimbingan dan Konseling adalah merupakan kegiatan yang integral yang tidak dapat dipisahkan. Perkataan Guidance (Bimbingan) selalu dirangkaikan dengan Konseling sebagai kata majemuk, Konseling yang merupakan salah satu teknik Bimbingan sering dikatakan sebagai inti dari keseluruhan pelayanan dan Bimbingan.

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian terdahulu bahwa bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dalam

6Ibid., h.11-12

(24)

dunia pendidikan. Dalam hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan

kepada siswa “dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal

lingkungan dan merencanakan masa depan”.

(25)

Terjemahannya :

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.8

Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta mengenal lingkunganya secara obyektif, baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan yang meliputi keluarga, sekolah dan lingkungan alam dan masyarakat sekitar serta lingkungan yang lebih luas diharapkan dapat menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan itu secara optimal untuk mengembangkan diri secra mantap berkelanjutan. Sebagaimana halnya dengan pengenalan diri, individu juga harus mampu menerima lingkungannya sebagaimana adanya. Hal ini tidak mengandung arti bahwa seseorang individu itu

harus “nrimo” atau tunduk saja terhadap kondisi lingkungan, melainkan individu

dituntut untuk mampu bersikap positif terhadap lingkungannya itu. Lingkungan yang kurang menguntungkan misalnya, jangan sampai membuat individu yang mempunyai pribadi yang sehat selalu berusaha bersikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungannya. Perpaduan yang tepat dan serasi antara unsur-unsur lingkungan akan dapat membawa keuntungan pribadi dan unsur-unsur lingkungan timbale balik antara individu dan lingkungannya.

(26)

Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat. Melalui perencanaan masa depan ini individu diharapkan mampu mewujudkan dirinya sendiri dengan bakat, minat, intelegensi kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya. Perwujudan diri ini diharapkan terlaksana tanpa paksaan dan tanpa ketergantungan pada orang lain. Dan perlu pula diingat bahwa perwujudan ini haruslah sejalan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Apabila kemampuan mewujudkan diri ini benar-benar telah ada pada diri seseorang, maka akan mampu berdiri sendiri sebagai pribadi yang mandiri, bebas dan mantap. Individu yang seperti itu akan terhindar dari keragu-raguan dan ketakutan serta penuh dengan hal-hal yang positif dalam dirinya seperti kreatifitas, sportifitas dan lain sebagainya serta mampu mengatasi masalah-masalah sendiri.

Sejalan dengan perkembangan konsepsi Bimbingan dan Konseling, maka tujuan Bimbingan dan Konselingpun mengalami perubahan, dan yang sederhana sampai yang komperhensif. Adapun tujuan Bimbingan dan Konseling itu ada dua yaitu, tujuan umum dan khusus.9

(27)

a. Tujuan umum

Tujuan umum dari layanan Bimbingan Konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam undang-undang system pendidikan nasional yaitu:

“terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang berminat, dan bertaqwa kepada Tuhan YME, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri,

serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.10

Sesuai dengan pengertian Bimbingan Konseling, maka tujuan Bimbingan Konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (sperti kemampuan dasar dan bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Dalam kaitannya Bimbingan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupan, memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, penyesuaian, pilihan, dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungan.

b. Tujuan Khusus

Secara khusus layanan Bimbingan Konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek-aspek

(28)

pribadi-sosial, belajar dan karier. Bimbingan pribadi-sosial, dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang bertaqwa, mandiri dan bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan tugas perkembangan pendidikan, bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadipekerja yang produktif.

Dalam tujuan khusus terdapat aspek tugas-tugas perkembangan dalam layanan Bimbingan konseling, masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Dalam aspek tugas perkembangan pribadi-sosial

Layanan Bimbingan dan Konseling membantu siswa agar:

a) Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kehususan yang ada pada dirinya.

b) Dapat mengembangkan sikap posotif, seperti menggambarkan orangorang yang mereka senangi.

c) Membantu pilihan secara sehat. d) Mampu menghargai orang lain. e) Mamiliki rasa tanggung jawab.

f) Menggambarkan keterampilan hubungan antar pribadi. g) Dapat menyelesaikan konflik.

h) Dapat membantu keputusan secara efektif. 2) Dalam aspek tugas perkembangan belajar.

Layanan Bimbingan Konseling membantu sisiwa agar:

(29)

b) Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan. c) Mampu belajar secara efektif.

d) Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ujian.

3) Dalam aspek tugas perkembangan karier.

Layanan Bimbingan Konseling membantu siswa agar:

a) Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan di dalam lingkungan kerja.

b) Mampu merencanakan masa depan.

c) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier. d) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat.11

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Menurut Dewa Ketut Sukardi fungsi Bimbingan Koseling ditinjau dari segi filsafatnya, layanan Bimbingan Konseling dapat berfungsi:

a. Fungsi Pencegahan (preventif)

Layanan Bimbingan dapat berfungsi sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi bagi siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya, kegiatan yang berfungsi sebagai pencegahan dapat berupa program bimbingan karier, inventarisasi dan sebagainya.

(30)

b. Fungsi Pemahaman

Fungsi pemahaman yang dimaksud adalah fungsi Bimbingan Konseling yang akan mengahasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa. Pemahaman ini mencakup:

1) Pemahaman tentang diri sendiri, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan guru pembimbing.

2) Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru pembimbing.

3) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya informasi pendidikan, jabatan, pekerjaan dan atau karier dan informasi budaya/ nilai-nilai), terutama oleh siswa.

c. Fungsi perbaikan

Meskipun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja siswa masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Disini fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi Bimbingan Konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau berbagai permasalahan yang dialami siswa.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

(31)

memelihara dan megembangkan berbagai potensi dan kondisi positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam masing-masing fungsi Bimbingan Konseling.12

4. Asas-Asas Bimbingan Konseling

Dalam penyelenggaraan layanan Bimbingan Konseling di Sekolah hendaknya selalu mengacu pada asas-asas Bimbingan Konseling dan diterapkan sesuai dengan asas-asas Bimbingan Konseling. Asas-asas Bimbingan Konseling ini dapat diterapkan sebagai berikut:

a. Asas Kerahasiaan

Secara khusus usaha layanan Bimbingan konseling adalah melayani individu-individu yang bermasalah. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa mengalami masalah merupakan suatu aib yang harus ditutup-tutupi sehingga tidak seorangpun (selain diri sendiri) boleh tahu akan adanya masalah itu. Dalam hal ini masalah yang dihadapi seorang siswa tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Segala sesuatu yang disampaikan oleh siswa kepada konselor misalnya akan dijaga kerahasiaannya karena asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya Bimbingan Konseling.

b. Asas kesukarelaan

(32)

Jika asas kerahasiaan memang benar-benar telah ditanamkan pada diri (calon) terbimbing atau siswa atau klien, sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan sukarela membawah masalahnya itu kepada pembimbing untuk meminta bantuan. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri (calon) terbimbing atau siswa atau klien saja, tetapi hendaknya berkembang pada diri penyelenggara.

c. Asas Keterbukaan

Bimbingan Konseling yang efesien hanya berlangsung pada suasana keterbukaan. Baik yang dibimbing maupun pembimbing atau Konselor bersifat

terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar berarti “bersedia menerima

saran-saran dari luar” tetapi hal ini lebih penting masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud.

d. Asas Kekinian

Masalah klien yang berlangsung ditanggulangi melalui upaya Bimbingan Konseling ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini (sekarang), bukan masalah yang sudah lampau, dan juga masalah yang mungkin akan dialami dimasa mendatang. Bila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masa lampau dan masa yang akan datang dan perlu dibahas dalam upaya Bimbingan Konseling yang sedang diselenggarakan, membahas hal itu hanyalah merupakan latar belakang atau latar depan dari masalah yang akan dihadapi sekarang sehingga masalah yang dihadapi itu teratasi.

(33)

Seperti dikemukakan terdahulu kemandirian merupakan tujuan dari usaha layanan Bimbingan Konseling. Dalam pemberian layanan para petugas hendaknya selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, hendaknya jangan sampai orang yang dibimbing itu menjadi tergantung pada orang lain, khususnya para pembimbing.

f. Asas Kegiatan

Usaha layanan Bimbingan Konseling akan memberi buah yang tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan Bimbingan. Hasil usaha Bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan.

g. Asas Kedinamisan

Upaya Bimbingan Konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan tidaklah sekedar mengulang-ulang hal-hal yang lama yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu pembaharuan, yakni sesuatu yang lebih maju.

h. Asas Keterpaduan

(34)

i. Asas Kenormatifan

Sebagaimana dikemukakan terdahulu, usaha layanan Bimbingan Konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

j. Asas Keahlian

Usaha layanan Bimbingan Koonseling secara teratur, sistematik dan dengan mempergunakan teknik serta alat yang memadai. Asas keahlian ini akan menjamin keberhasilan usaha Bimbingan Konseling akan menaikkan kepercayaan masyarakat pada Bimbingan Konseling.13

5. Bidang-Bidang Bimbingan Konseling a. Bimbingan Pribadi

Dalam bimbingan pribadi, membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.14

b. Bimbingan Sosial

Dalam bidang ini, membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti yang luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.15

c. Bimbingan Belajar

13Ibid., h. 46-51.

14Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolahn (Jakarta:

Rineka Cipta, 2001), h. 77

(35)

Bimbingan belajar, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu peserta didik dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik, diantaranya pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan, atau konsentrasi, cara belajar, perencanaan pendidikan lanjutan dan lain-lain.16

d. Bimbingan Karier

Bimbingan karier membantu peserta didik dalam membantu masalah-masalah seperti: pemahaman terhadap dunia kerja, pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, pemahaman terhadap keadaan dirinya sendiri kemungkinan-kemungkinan pengembangan karier yang sesuai dengan kemampuannya.17

6. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling

Rumusan prinsip-prinsip Bimbingan Konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan. Berikut ini catatan sejumlah prinsip Bimbingan Konseling yang diramu dari sejumlah sumber (Bernard dan Fullmer, 1969 dan 1979, Crow and Crow, 1960, Miller dan Flughling, 1978).

a. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan:

1) Bimbingan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.

16A. Juntika Nurikhasan, Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling (Bandung: PT.Refika

Aditama, 2005), h. 15

(36)

2) Bimbingan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang untuk dari berbagai aspek kepribadian yang komplek dan unik. 3) Bimbingan Konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan

berbagai aspek perkembangan individu.

4) Bimbingan Konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individu atau yang menjadi orientasi pokok pelayanannya

b. Prinsip-Prinsip berkenaan dengan individu

1) Bimbingan Konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitanya dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.

2) Kesejahteraan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuannya menjadi perhatian utama pelayanan Bimbingan Konseling.

c. Prinsip-prinsip berkenaan dengan Program Layanan

1) Bimbingan Konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu program Bimbingan Konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh.

(37)

3) Program Bimbingan Konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai orang dewasa, di sekolah misalnya dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

d. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling di Sekolah

1) Konselor harus memulai karirnya sejak awal dengan program kerja yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut.

2) Konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara Konselor dengan personal sekolah lainya dan siswa.

3) Konselor bertanggung jawab untuk memahami perannya sebagai Konselor profesional dan menerjemahkan perananya itu ke dalam kegiatan nyata. 4) Konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa siswi yang

gagal, yang menimbulkan gangguan, yang putus sekolah, permasalahan emosional dan kesulitan belajar.

(38)

6) Konselor harus mampu bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah, memberi perhatian dan peka terhadap kebutuhan harapan dan kecemasan.18

7. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah a. Layanan Orientasi

Layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar perannya peserta didik di dalam lingkungan yang baru itu.19Tujuan layanan Bimbingan Konseling adalah untuk siswa baru dan untuk pikah-pihak lain (terutama orang tua siswa) guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri (terutama penyesuaian siswa) terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki.

b. Layanan Informasi

Layanan informasi merupakan memberi informasi yang dibutuhkan peserta didik. Tujuan layanan ini, agar peserta didik memiliki pengetahuan (informasi) yang memadahi, baik tentang dirinya maupun tentang lingkungannya, masyarakat, serta sumber-sumber belajar termasuk internet. Informasi yang diperoleh peserta didik

18Prayitno, Erman Amti, Dasar-daras Bimbingan dan Konseling,, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), h. 218-224.

(39)

sangat diperlukan agar lebih mudah dalam membuat perencanaan dan pengambilan keputusan.20

Ada juga metode layanan informasi di sekolah, yang dapat diberikan siswa yaitu dengan berbagai cara, seperti metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, alat-alat peraga dan alat-alat Bantu lainnya, buku panduan, kegiatan sanggar karier, sosiodrama.21

c. Layanan penempatan dan Penyaluran

Yakni layanan Bimbingan yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan atau penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi, program pilihan, magang, kegiatan kurikuler atau ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadinya.22

d. Layanan Bimbingan Belajar

Yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.23 Layanan ini dilaksanakan

20Ibid., h. 82.

21Ibid., h. 269

22 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Op.Cit. h. 45

23Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolahn (Jakarta:

(40)

melalui tahap-tahap pengenalan siswa yang masih belajar; pengungkapan sebab–

sebab timbulnya masalah belajar; dan pemberian bantuan pengentasan masalah belajar.

e. Layanan Konseling Perorangan

Yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.24sehingga dapat dikatakan bahwa Konseling merupakan “jantung hati”

yang berarti bahwa apabila layanan konseling telah memberikan jasanya, maka masalah klien akan teratasi secara efektif dan upaya-upaya bimbingan lainnya tinggal mengikuti atau berperan sebagai pendamping.

f. Layanan Bimbingan Kelompok

Yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing atau Konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupanya sehari-hari.25

g. Layanan Konseling Kelompok

Yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk membahas dan pengentasan permasalahan

24Ibid., h. 86

(41)

yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang di alami oleh masing-masing anggota kelompok.26

8. Satuan Layanan Pendukung di Sekolah a. Instrumentasi Bimbingan dan Konseling

Yaitu kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes.27

1) Instrument Tes

Tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku seseorang dan menggambarkannya dalam bentuk skala angka atau klasifikasi tertentu. Adapun macam-macam tes antara lain; tes intelegensi, bakat, kepribadian, hasil belajar, dan tes diagnostik. Berbagai hal yang diperoleh konselor dari hasil tes dipergunakan konselor untuk menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan kepada individu yang dimaksudkan.25

2) Instrument non Tes

a) Pengamatan dan wawancara, dilakukan dengan mempergunakan pedoman pengamatan atau pedoman wawancara.

26Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolahn (Jakarta:

Rineka Cipta, 2001), h. 89.

(42)

b) Catatan anekdot, hasil pengamatan, khususnya tingkah laku yang tidak biasa atau khusus yang perlu mendapatkan perhatian sendiri. c) Angket dan daftar isian, untuk mengungkapkan berbagai hal, biasanya

tentang diri individu, oleh individu sendiri.

d) Sosiometri, yakni untuk melihat dan memberikan gambaran tentang pola hubungan sosial diantara individu-individu dalam kelompok. e) Inventori yang dibakukan, dapat diungkapkan berbagai hal yang

biasanya merupakan pokok pembahasan dalam rangka pelayanan Bimbingan dan Konseling secara lebih luas, seperti pengungkapan jenis-jenis masalah yang dialami individu, sikap dan kebiasaan belajar siswa.28

b. Penyelenggaraan Himpunan Data

Yaitu kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien).29

1) Himpunan data Pribadi

Data pribadi siswa di sekolah, misalnya meliputi berbagai hal dalam pokok-pokok berikut:

a) Identitas pribadi

28Ibid., h. 319

(43)

b) Latar belakang rumah dan keluarga

c) kemampuan mental, bakat dan kodisi kepribadian Sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajaran.

d) Hasil tes diagnostik.

e) Sejarah kesehatan Pengamalan ekstra kulikuler dan kegiatan di luar sekolah.

f) Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan atau jabatan. g) Prestasi husus yang pernah diperoleh.30

h) Himpunan data umum Yaitu data yang menyangkut berbagai

informasi dan berbagai hal tentang “lingkungan yang lebih luas”.

Pengumpulan data umum itu dapat dilakukan dengan pengamatan, wawancara, angket, ataupun daftar isian.

2) Himpunan Data Kelompok

Yaitu data tentang berbagai aspek perkembangan dan kehidupan sejumlah siswa atau individu di luar sekolah, misalnya gambaran umum tentang cita-cita pendidikan dan jabatan, masalah-masalah yang dialami, penyebaran prestasi belajar, sikap dan kebiasaan belajar, hubungan sosial antar anggota kelompok.31

30Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), h. 320

(44)

c. Konferensi Kasus

Yaitu kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi tuntasnya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.32

Tujuan konferensi kasus secara khusus antara lain untuk mendapatkan suatu konsensus dari para ahli dalam menafsirkan data atau informasi yang cukup memadai dan konprehensif tentang diri siswa atau kasus guna memudahkan dalam pengambilan keputusan, menetapkan cara terbaik untuk menangani kasus, sebagai langkah awal dalam penetapan rujukan bila dibutuhkan bantuan di luar kemampuan dan tanggung jawab guru pembimbing atau konselor dan adanya koordinasi dalam penanggulangan masalah oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

d. Kunjungan Rumah

Yakni kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi tuntasnya permasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan kunjungan rumah dan juga pemanggilan orang tua ke sekolah, mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:

1) Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, hususnya yang bersangkut paut dengan keadaan rumah atau orang tua.

32Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolahn (Jakarta:

(45)

2) Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya.

3) Membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya.33

e. Ahli Tangan

Yakni kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lain yang lebih baik.

B. Tugas dan Peran Guru

1. Tugas guru

Dalam undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khususnya diangkat dengan tugas utama mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar disebut guru.

a. Mengajar

Mengajara adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menstranfer atau memberikan ilmu pengetahuan atau informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa sesuai dengan pedoman petunjuk yang telah ditetapkan. Didalam kegiatan mengajar, aspek yang dominan untuk dikembangkan adalah aspek kognitif (pengetahuan).

(46)

Sebagai konsekuensi dari pengertian seperti ini dapat membuat sesuatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh guru.

Untuk dapat melaksanakan kegiatan mengajar dengan baik setiap guru dituntut menguasai hal-hal berikut:

1) Mampu merumuskan tujuan pembelajaran 2) Menguasai prinsip-prinsip belajar mengajar 3) Menguasai sumber belajar mengajar

4) Menguasai dan mampu mengembangkan metode dan tekhnik-tekhnik belajar mengajar.

b. Mendidik

Mendidik adalah kegiatan guru dalam memberi contoh, tuntunan, petunjuk dan keteladanan yang dapat diterapkan atau ditiru siswa dalam sikap atau perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. mendidik di sini diartikan lebih komprehensif, sebagai usaha untuk membina diri anak didik secara utuh, baik kognitif, psikomotorik, maupun afektif, agar mereka tumbuh sebagai manusia-manusia yang berkepribadian.

Secara umum mendidik ialah membantu anak didik didalam perkembangan dari daya-dayanya dan didalam penetapan nilai-nilai. Agar proses mendidik ini berjalan dengan baik, maka setiap guru dituntut untuk:

1) Mampu merumuskan tujuan yang ingin dicapai

(47)

3) Mampu menjadi teladan yang baik

4) Mampu menjadi orang tua kedua di sekolah

5) Memiliki sifat-sifat terpuji dan menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela dan sebagainya.

c. Melatih/Membimbing

melatih adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam membimbing, memberi contoh dalam petunjuk-petunjuk praktis yang berkaitan dengan gerakan, ucapan, dan perbuatan lainnya dalam rangka mengembangkan aspek psikomotorik. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, maupun masyarakat.

Bimbingan itu terletak di dalam : 1) pengembangan daya-daya yang sedang mengalami masa pekanya; 2) pemberian pengetahuan dan kecakapan yang penting untuk masa depan anak; dan 3) membangkitkan motif-motif yang dapat menggerakkan anak untuk berbuat sesuai dengan tujuan hidupnya.

Guru seorang arsitek yang berusaha membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru juga memiliki peluang menentukan untuk membangun sikap hidup atau kepribadian anak didiknya sehingga dapat berguna bagi diri dan keluarganya kelak. Guru bekerja melaksanakan tugas professional kependidikan karena panggilan tugas profesionalnya dan juga sebagai ibadah.

(48)

a. Mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian, dan pengalaman empirik, kepada muridnya.

b. Membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan nilai dasar yang Negara c. Mengantarkan anak didik menjadi warga Negara yang baik

d. Menfungsikan diri sebagai media dan perantara pembelajaran bagi anak didik e. Mengarahkan dan membimbing anak sehingga memiliki kedewasaan dalam

berbicara bertindak dan bersikap.

f. Menfungsikan diri sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat lingkungan, baik sekolah negeri maupun swasta.

g. Harus mampu mengawal dan menegakkan disiplin baik untuk dirinya maupun murid dan orang lain.

h. Menfungsikan diri sebagai administrator dan sekaligus manejer yang disenangi.

i. Melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi.

j. Guru diberikan tanggung jawab paling besar dalam hal perencanaan dan pelaksanaan kurikulum serta evaluasi keberhasilannya.

k. Membimbing anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapi muridnya.

(49)

mengembangkan kegiatan ekstrakulikuler dalam rangka memperkaya pengalaman.34

Dari penegasan tersebut dapat ditegaskan bahwa guru bertanggung jawab mencari cara untuk mencerdaskan kehidupan anak didik dalam arti sempit dan bangsa dalam arti luas.

Kualitas guru merupakan salah satu faktor penting yang menentukan mutu pendidikan. Yang dimaksud dengan guru berkualitas adalah tenaga pengajar yang mampu membelajarkan peserta didik secara rankus sesuai dengan kendala-kendala sumber daya dan lingkungan. Oleh sebab itu, upaya yang menghasilkan guru yang berkualitas merupakan tugas penting dan utama.

Mutu profesi guru dapat ditentukan oleh, emapat kinerja utama.

a. Kemampuan professional (professional capacity) yaitu kemampuan intelegensi, sikap dan prestasi seseorang guru dalam bekerja. Hal ini dapat diukur dari kemampuan guru menguasai pengetahuan, wawasan dan keterampilan tantang materi pelajaran yang diajarkan, termasuk usaha memperkaya dan memperbaharui pengetahuan.

b. Upaya professional (professional efforts), adalah upaya seorang guru untuk mentranformasikan yang dimilikinya ke dalam tindakan mendidik dan mengajar secara nyata. Upaya itu dapat diketahui dari penguasaan keahlian mengajar, yang mencakup pengayaan, penggunaan bahan dan media

34Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:

(50)

pengajaran, pengelolaan kegiatan belajar siswa, mengembangkan program pengajaran.

c. Penggunaan waktu yang dicurahkan untuk kegiatan mengajar (teacher’s time) yaitu intensitas penggunaan waktu untuk tugas-tugas belajar mengajar. Guru harus membagi waktu ke dalam konsep waktu belajar (time on risk) yang digunakan untuk mengatur intensitas belajar siswa secara perorangan.

d. Guru bermutu adalah guru yang dapat membelajarkan siswa secara tuntas, benar dan berhasil. Untuk itu dibutuhkan keahlian dalam penguasaan disiplin ilmu secara tuntas, metologi mengajar, dan pendekatan belajar mengajar. Kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaan yang sangat penting. Dengan asumsi bahwa guru yang dipersiapkan untuk mengajar suatu bidang studi dianggap bermutu jika ia mengajar dalam bidang tersebut..35

Penguasaan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkannya minimal 75 persen dari seluruh materi yang diajarkannya.36Upaya menambah dan memperdalam penguasaan materi ajar harus dilaksanakan terus menerus tanpa bosan-bosannya. Untuk itu guru dalam kapasitas seorang yang professional, harus memelihara kebiasaan belajar, pengkajian dan pembaharuan materi ajar.

35Nani Tuloli, Pengembangan Pendidikan, Sumber Daya Manusia, Budaya, Agama, Ilmu Pengetahuan, (Gorontalo, Damhil IKIP Negeri Gorontalo, 2001), h. 86-87

36Djojonegoro Wadirman, Lima Tahun Mengemban Tugas Pengembangan SDM, (Jakarta,

(51)

2. Beberapa Peranan Guru

Sehubungan dengan fungsinya sebagai “Pengajar”, “Pendidik” dan

“Pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan

guru ini senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (utama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain.

Menyangkut peranan guru, beberapa pendapat yang dijelaskan sebagai berikut:

Made Pidarta menyebutkan bahwa terdapat lima peran kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya, yaitu: (1) sebagai manager, (2) sebagai pemimpin pengajaran dan supervisor, (3) sebagai pencipta iklim serta lingkungan bekerja dan belajar yang kondusif, (4) sebagai administrator, dan (5) sebagai coordinator kerjasama sekolah dengan orang tua dan masyarakat.37

Dari beberapa pendapat di atas peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar secara singkat dpat penulis sebutkan sebagai berikut:

a. Informator

Sebagai pelaksana cara mengajar informative, laboratorium, studi lapanagan dari sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. Dalam pada itu berlaku teori komunikasi berikut:

(52)

1) Teori stimulus-Respon 2) Teori dissonance-reduction 3) Teori pedekatan fungsional b. Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efesiensi dalam mengajar pada diri siswa.

c. Motivator

Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan perkembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar. Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran social, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.

d. Pengarah/director

(53)

e. Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah tentu ide-ide ini adalah bersifat kreatif yang dapat dicontohkan anak didiknya.

f. Transmitter

Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

g. Fasilitator

Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar. Misalnya dalam menciptakan suasana belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa sehingga interaksi dalam belajar mengajar berlangsung secara efektif.

h. Mediator

Guru dalam hal ini sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar dalam kegiatan diskusi siswa.

i. Evaluator

(54)

Terlepas dari berbagai peran disebut di atas, perlunya sikap demoktratis dan terbuka dari para guru, ramah dan perlunya keaktifan siswa, sikap hormat, sehingga tercipta komunikasi edukatif yang interaktif dalam proses belajar mengajar.

C. Pembinaan Karakter

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan berasal dari kata dasar bina, yang berarti membangun, mendirikan sesuatu supaya lebih baik. Pembinaan yaitu proses, cara, perbuatan membina, pembaruan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.38

Pembinaan dilakukan untuk ke arah yang lebih baik lagi agar terjadi suatu peningkatan dalam bekerja. Pembinaan diharapkan dapat membantu seseorang memecahkan masalah dan kesulitan yang mungkin akan dihadapi di dalam menggunakan cara-cara baru untuk melaksanakan tugasnya agar berjalan dengan efektif dan efesien untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Membina disiplin peserta didik harus mempertimbangkan berbagai situasi, dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, disarankan kepada guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut.

a. Memulai seluruh kegiatan dengan disiplin waktu, dan patuh/taat aturan. b. Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu catatan

kumulatif.

38Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

(55)

c. Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung, misalnya melalui daftar hadir di kelas.

d. Mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta didik. e. Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak

bertele-tele.

f. Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan.

g. Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran, agar dijadikan teladan oleh peserta didik.

h. Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton, sehingga membantu disiplin dan gairah belajar peserta didik.

i. Menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya.

j. Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya.39

(56)

2. Nilai-Nilai Karakter a. Pengertian Karakter

Menurut Muclas mengutip bukunya Jack Corley dan Thomas Philip karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Maksudnya karakter di maknai sebagai cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.40

Selain itu, karakter dikatakan bahwa karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang di bangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tinndakan. Sehingga karakter dapat dipahami sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang.terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat dan etika.41

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

40 Muchlas, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Cet. I; Bandung: PT Remaja

Rosdakarya), h. 42.

(57)

Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.42

Karakter seseorang akan dipengaruhi oleh gen (keturunan). Namun, gen hanya salah satu faktor pembentuk karakter, karena itu karakter bisa dibentuk sejak anak lahir. Dalam hal ini orang tualah yang memiliki peluang paling besar dalam pembentukan karakter anak.43

Karakter menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter juga bisa diartikan tabiat, yaitu perangkai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter yang diartikan watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian.44

Pada dasarnya manusia adalah makhluk biologis. Sebelum ada yang lain seperti misalnya pergaulan sosial, akal sehat, tingkah laku, adat istiadat, moralitas dan lain-lain. Dalam teori Freud, kehidupan psikis berakar pada kehidupan biologis. Oleh karena itu, penggerak kehidupan psikis (kepribadian) tidak lain dari pada upaya untuk memenuhi hasrat-hasrat biologis dalam kehidupan manusia di dunia.45

42Yusuf, Perkembangan Peserta Didik, (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.

32.

43Howard, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 2.

44Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Cet. I; Surabaya: PT Jepe Press Media Utama, 2011),

h. 201

(58)

Kepribadian adalah totalitas kejiwaan seseorang yang menampilkan sisi yang didapat dari keturunan (orang tua dan leluhur) dan sisi yang didapat dari pendidikan, pengalaman hidup, dan lingkunganya.46Kepribadian menunjukkan siapa diri kita yang sebenarnya dan menunjukkan pribadi kita yang sesungguhnya.

Menurut Hamka, Kepribadian adalah tingkah laku atau perangai sebagai hasil

dari pendidikan dan pengajaran”. Jadi kepribadian adalah hasil bentukan dan berhubungan erat dengan milieu (lingkungan).47

Sebagian akar psikologi kepribadian bisa ditelusuri ke teater. Menurut

Allport, “Aktor-aktor Romawi dan Yunani kuno menggunakan topeng untuk menekankan bahwa mereka sedang memainkan karakter yang berbeda dengan diri mereka sendiri. Ini menekanakn adanya kekaguman terhadap hakikat sebenarnya dari

individu”.48

1) Karakter yang dikembangkan

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:

a) Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu dasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.

46 Sudarsono, Character Building Membentuk Watak, (Cet.1; Jakarta: PT Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia, 2002), h. 49.

47Hamka, Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati, (Cet.1; Jakarta: Al-Mawardi prima,

2011), h. 50.

Gambar

Table 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan acuan kriteria ideal dan persentase pada penelitian tentang peran guru bimbingan dan konseling dalam implementasi

Berkaitan dengan hal tersebut, agar seorang guru bimbingan konseling dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik maka seorang guru bimbingan konseling hendaknya

Yang dilakukan oleh seorang yang memiliki pengetahuan di bidang konseling kepada orang yang memiliki permasalahan, yang berharap dengan proses bimbingan tersebut ia berharap bahwa

PERAN GURU BK DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMP NEGERI 10 BANJARMASIN Rismara, Rohimah1, Farial2, Aminah3 1 Bimbingan

Konsep diri yang dimiliki oleh guru bimbingan konseling dalam menangani pelanggaran kedisiplinan pada siswa cukup baik, guru bimbingan konseling memiliki konsep yang diri yang berbeda

Berdasarkan Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peran guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi Bullying siswa kelas VIII SMP N 1 Kasihan Bantul adalah dalam tindakan preventif

Berdasarkan definisi tersebut, maka yang dimaksud upaya guru bimbingan konseling dalam menangani hiperaktivitas pada anak ADHD siswa SLB-E Prayuwana dalam penelitian ini adalah mengenai

Untuk memahami kondisi diatas perlu guru bimbingan konseling guru BK, yang dapat memahami karakter siswa, baik siswa biasa maupun ABK di sekolah inklusif, dengan harapan melalui layanan