Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI BULLYING SISWA KELAS VIII DI SMP N 1 KASIHAN BANTUL
TAHUN AJARAN 2020/2021
Rovisa1, Ika Ernawati2
Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi Bullying Siswa kelas VIII SMP N 1 Kasihan Bantul untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya Bullying siswa kelas VIII SMP N 1 Kasihan Bantul. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Subyek penelitian guru Bimbingan Konseling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek yang digunakan oleh peneliti sebanyak 3 orang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan tahap reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peran guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi Bullying siswa kelas VIII SMP N 1 Kasihan Bantul adalah dalam tindakan preventif memberikan pemahaman atau pengetahuan Bullying melalui bimbingan klasikal, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkonsultasi dalam layanan bimbingan konseling secara pribadi tentang permasalahan yang dihadapinya, dalam tindakan kuratif mencari data tentang penyebab dan latar belakang siswa dan memberikan konseling dengan peserta didik (pelaku) Bullying. Faktor penyebab Bullying faktor lingkungan pergaulan siswa yang sering memaki, menghina, menjuluki dan berkata kotor dan faktor lingkungan keluarga.
Kata kunci : Peran Guru Bimbingan dan Konseling, Bullying Abstract
This study aims to determine the role of guidance and counseling teachers in overcoming bullying in class VIII SMP N 1 Kasihan Bantul to determine the factors that cause bullying in class VIII students at SMP N 1 Kasihan Bantul. This research is a qualitative research using descriptive method. The subject of research is Guidance Counseling teachers. Data collection techniques used in this study were observation, interviews, and documentation. The subjects used by the researchers were 3 people. The data analysis used in this research is the data reduction stage, data presentation and conclusion drawing. Based on the results of the study concluded that the role of guidance and counseling teachers in overcoming bullying in class VIII SMP N 1 Kasihan Bantul is in preventive action providing understanding or knowledge of bullying through classical guidance, providing opportunities for students to consult in private counseling guidance services about the problems they face, in curative action seeking data about the causes and background of students and providing counseling with students (perpetrators) of bullying, in the act of developing cooperation with homeroom teachers. Factors that cause bullying are environmental factors of students who often curse, insult, nickname and say dirty and family.
Keywords: The Role of Guidance and Counseling Teachers, Bullying Info Artikel
Diterima Oktober 2021, disetujui November 2021, diterbitkan Desember 2021
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan salah satu institusi yang menjadi ujung tombak keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang bertanggungjawab (UU No. 20 tahun 2003: Pasal 3). Berbicara mengenai pendidikan itu tidak terlepas dari peran guru di dalamnya terutama Guru Bimbingan Konseling.
Guru Bimbingan Konseling merupakan seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada layanan bimbingan. Guru Bimbingan Konseling memberikan layanan-layanan bimbingan kepada para siswa dan menjadi konsultan bagi para staf sekolah (Winkel & Sri Hastuti, 2012). Guru Bimbingan Konseling memiliki peranan penting dalam mencegah dan menanggulangi bullying di sekolah, dikarenakan Guru Bimbingan Konseling seringkali menjadi tempat siswa-siswi melaporkan masalah yang mereka alami di sekolah, termasuk diantaranya masalah bullying yang menimpa mereka. Guru Bimbingan Konseling dituntut agar dapat memberikan perhatian dan penanganan yang mendalam bagi siswa-siswi yang terlibat dalam kasus bullying. Berdasarkan fungsi dan layanan Bimbingan Konseling, guru bimbingan konseling juga dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi kasus bullying untuk itu diperlukan pelayanan yang efisien dan komperensif kepada seluruh siswa dengan menggunakan berbagai keterampilan dan media yang dapat membantu kinerja Guru Bimbingan Konseling dalam menagani bullying.
Sebagai Guru Bimbingan Konseling perannya tidak hanya mengatasi siswa pelaku bullying saja. Namun juga harus dapat menangani siswa korban bullying tersebut. Karena dampak yang dialami korban bullying adalah mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologinya. Di mana korban akan merasa tidak nyaman, takut, kurang bersosial, tidak ingin sekolah, prestasi akademiknya menurun dan masih banyak lagi dampaknya.
Peran Guru Bimbingan Konseling salah satunya memberi pengarahan kepada korban bullying. Bahwasannya kejadian yang pernah dialaminya tersebut bukan semata-mata ingin menindas korban, namun hanya ingin berguarau tapi tidak tahu batas bergurau tersebut. Dan juga memberitahu bahwa tidak semua siswa memiliki keinginan tersebut. Menangani korban bullying tersebut dapat membangunkan semangat belajar mereka.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian kualitatif.
Penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diteliti dan prilaku yang dapat diamati dan digambarkan dalam analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis, data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara mendalam, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami,
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan melakukan sintesis, menyusun kedalam pola, menulis mana yang paling penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2015:200).
TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar.
2. Wawancara
Wawancara merupakan mengumpul data dengan cara berhubungan atau berhadapan langsung dengan narasumber, dengan mengajukan pertanyaan terkait masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini narasumber yang akan diwawancara ada 3 narasumber, yang terdiri dari Guru Bimbingan Konseling, Guru Wali Kelas, dan Guru Mata Pelajaran.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data fisik yang digunakan sebagai bukti, karena peneliti sudah melakukan penelitian. Baik itu dokumentasi observasi yang dilakukan peneliti, ataupun wawancara terhadap guru.
TEHNIK ANALISI DATA 1. Reduksi Data
Reduksi data adalah setelah data terkumpul, selanjutnya dibuat reduksi data, guna memilih data yang relevan dan bermakna, menfokuskan data yang mengarah untuk memecahkan masalah, penemuan pemaknaan atau menjawab pertanyaan penelitian. Kemudian menyederhanakan dan menyusun secara sistematis dan menjabarkan hal-hal penting tentang hasil temuan dan maknanya.
2. Penyajian data
Melalui teknik ini, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga semakin mudah untuk dipahami. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untk melihat apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.
Data yang tersaji kemudian dianalisis dan disajikan secara deskriptif. Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan keabsahan data (keakuratan data) dengan cara membandingkan atau menghubungkan data-data yang ada (cross check), hasil wawancara dengan data di lapangan. Teknik pemeriksaan data yang digunakan dalam penelitian yaitu trianggulasi sebagai upaya untuk mengecek data dalam suatu penelitian, dimana penelitian tidak hanya menggunakan satu sumber data, artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran objek sebelumnya masih menjadi pertanyaan. Dengan
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumskan sejak awal penelitian. Melalui pembahasan hasil penelitian, data dihubungkan, dibandingkan dan dibedakan dengan teori-teori yang ada atau dengan penelitian terdahulu.
HASIL PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk mengamati keadaan lingkungan sekolah serta mengetahui peran guru BK dalam mengatasi Bullying siswa Kelas VIII di SMP N 1 Kasihan Bantul.
1. Peran guru BK dalam mengatasi bullying di SMP N 1 Kasihan bantul dengan tindakan preventif yaitu memberi pemahaman atau pengetahuan bullying melalui bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkonsultasi dalam layanan bimbingan maupun konseling secara pribadi tentang permasalahan yang dihadapi.
Dengan tindakan kuratif yaitu mencari data tentang peyebab dan latar belakang siswa dan memberikan konseling dengan peserta didik (pelaku) Bullying, dalam tindakan pengembangan yaitu kerja sama dengan tokoh masyarakat dan orangtua siswa agar ikut mengawasi peserta didik di luar sekolah, bekerjasama dengan guru wali kelas, guru mata pelajaran dan staf sekolah untuk memberikan pengawasan terhadap perkembangan tingkah laku siswa terutama didalam lingkungan sekolah dan memberikan sanksi kepada siswa yang melanggar seperti membrikan nasehat dan hukuman, membuat peringatan, memanggil orangtua dan lain sebagainya.
2. Faktor penyebab terjadinya bullying di SMP N 1 Kasihan faktor lingkungan pergaulan siswa Lingkungan siswa memberi pengaruh besar terhadap siswa dalam melakukan perilaku bullying ketika di kelas maupun lingkungan sekolah. Lemahnya pertahanan diri dari pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan pergaulan siswa agar individu tidak terkucilkan dan dapat membaur bersama. Lemahnya kontrol emosi dan tindakan terhadap tekanan dari suatu kejadian di lingkungan sekitar dan pengaruh teman sebaya cukup dominan di sekolah. Anak atau siswa ketika berinteaksi dalam lingkungan sekolah dan dengan teman di lingkungan masyarakat, kadangkala terdorong untuk melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku mereka tersebut. Hal ini yang kemudian menimbulkan kelompok-kelompok (gank).
Faktor keluarga, peran orangtua sangat penting untuk membentuk karakter anak. Orangtua juga dikatakan sebagai orang yang terdekat dengan anak. Anak yang melihat orangtuanya atau saudaranya melakukan bullying, anak sering akan mengembangkan perilaku bullying. Ketika anak menerima pesan negatif berupa hukuman fisik dan berkata kasar di rumah dengan pengalaman tersebut anak cenderung akan mengikuti perilaku negatif tersebut.
Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orangtua mereka dan kemudian meniruhnya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
perilaku ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif “, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang. Dari sini anak akan mengembangkan perilaku bullying. Komunikasi dan interaksi antara Orangtua dan anak merupakan dua hal yang sangat penting, sebab peran orangtua di rumah harusnya mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan anak-anak dan membekali dengan pemahaman agama yang cukup.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan guru BK dalam mengatasi bullying siswa kelas VIII di SMP N 1 Kasihan tahun ajaran 2020- 2021, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Peran Guru Dalam mengatasi Bullying siswa kelas VIII SMP N 1 Kasihan tahun ajaran 2020-2021 yaitu:
a. Dalam tindakan preventif Tindakan yang dilakukan guru Bimbingan Konseling adalah:
1) Memberi Pemahaman atau pengetahuan Bullying melalui bimbingan klasikal.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkosultasi dalam layanan bimbingan konseling secara pribadi tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.
b. Dalam tindakan kuratif Tindakan yang dilakukan guru Bimbingan Konseling adalah:
1) Mencari data tentang penyebab dan latar belakang siswa 2) Memberikan konseling dengan pesrta didik (pelaku) Bullying
c. Dalam tindakan pengembangan Tindakan yang dilakukan guru Bimbingan Konseling adalah:
1) Kerjasama dengan toko masyarakat, dan orangtua siswa agar ikut mengawasi peserta didik di luar sekolah.
2) Bekerjasama dengan guru wali kelas, guru mata pelajaran, dan staf sekolah untuk memberikan pengawasan terhadap perkembangan tingkah laku siswa terutama di lingkungan sekolah.
3) Memberikan sanksi kepada siswa yang melanggar, seperti memberikan nasehat dan hukuman, membuat peringatan memanggil orangtua dan lain sebagainya.
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying siswa kelas VIII SMP N 1 Kasihan tahun ajaran 2020-2021 meliputi:
a. Faktor lingkungan pergaulan siswa
Lingkungan siswa memberi pengaruh besar terhadap siswa dalam melakukan perilaku bullying ketika di kelas maupun lingkungan sekolah.
Lemahnya pertahanan diri dari pengaruh-pengaruh negative dari lingkungan bergaulan siswa agar individu tidak terkucilkan dan dapat membaur bersama. Lemahnya kontrol emosi dan tindakan terhadap tekanan dari suatu kejadian di lingkungan sekitar dan pengaruh teman sebaya cukup dominan di sekolah karena rata-rata dari siswa itu sendiri lebih banyak waktunya di sekolah bersama teman-temannya.
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
Anak atau siswa ketika berinteaksi dalam lingkungan sekolah dan dengan teman di lingkungan masyarakat, kadangkala terdorong untuk melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku mereka tersebut. Hal ini yang kemudian menimbulkan kelompok-kelompok (gank).
b. Pengaruh Lingkungan Keluarga
Peran orang tua sangat penting untuk membentuk karakter anak.
Orang tua juga dikatakan sebagai orang yang terdekat dengan anak. Anak yang melihat orangtuanya atau saudaranya melakukan bullying anak sering akan mengembangkan perilaku bullying. Ketika anak menerima pesan negatif berupa hukuman fisik dan berkata kasar di rumah, dengan pengalaman tersebut anak cenderung akan mengikuti perilaku negatif tersebut. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik- konflik yang terjadi pada orangtua mereka dan kemudian meniruhnya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku ia akan belajar bahwa “ mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif “, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang.
Dari sini anak akan mengembangkan perilaku bullying.
Komunikasi dan interaksi antara anak dan orangtua merupakan dua hal yang sangat penting, sebab peran orangtua di rumah seharusnya mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan anak-anak dan membekali dengan pemahaman agama yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, P, R 2008. Meredam Bullying. Jakarta: Grasindo.
Depdiknas. 2003. UU Nomor 20 Tentang System Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Professional Konselor Dan Layanan Bimbingan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:
Depdiknas.
Hikmawati, F. 2011. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kemendekbud. 2014. Permendekbud No 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan Konseling. Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaaan.
Kemendekbud. 2016. Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling Sekolah Dasar. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Direktorat Jendral Guru Dan Tenaga Kependidikan.
Mudjijanti, Fransisca. 2011. School Bullying Dan Peran Guru Dalam Mengatasinya. Naskah Krida Rakyat. Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Nomor. 111 Tahun 2014. Bimbingan Konseling Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.
Pernama, E, J. 2015. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling Di MAN 2 Banjarnegara. Jurnal Psikopedagogia. Fakultas Keguruan Ilmu
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
Pendidikan. Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta. Vol 4, No 2. Hal 145
Sugiyino, 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Tumon, 2014. studi deskriptif prilaku bullying pada remaja. Vol 3 No1.
Wiyani, N, A. 2014. Save Our Children From School Bullying. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Yandri, H. 2014. Peran Guru Bimbingan Konseling/Konselor Dalam Pencegahan Tindakan Bullying Di Sekolah. Jurnal Pelangi.
STKIP PGRI Sumatra Barat. Vol. 7, No. 1
Yayasan Semai Jiwa Insani. 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan. Jakarta: Grasindo.
Zakiya, E, Z, Humaedi, S, Budiarti S, M. 2017. Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian & PPM.
Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran Sumedang Jawa Barat. Vol 4, No 2.