PRESENTASI BAB IV
PENYUSUNAN KALIMAT
BAHASA INDONESIA
RAGAM FORMAL
A. PENERAPAN DIKSI DALAM
KALIMAT RAGAM FORMAL
Alasan kenapa harus memilih kata dan penggunaannya
secara tepat :
1.
Katakata yag memiliki makna denotatif dan ada yang
memiliki makna konotatif.
2.
Ada yang memiliki makna umum dan makna khusus.
3.
Ada yang memiliki makna sinonim.
4.
Kata ragam formal (baku) dan ragam percakapan
(nonbaku)
1.
Kata Denotatif dan Konotatif
Kata bermakna Denotatif adalah kata yang bermakna sesuai dengan hasil observasi penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan pengecapan. Artinya, kata yang maknanya menyangkut informasi fatual objektif.
Kata bermakna Konotatif adalah kata yang memiliki makna asosiatif dan timbul sebagai akibat dari sikap sosial, pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual atau denotatif. Artinya, dapat dipahami bahwa setiap kata pada umumnya mempunyai makna denotatif, tetapi tidak semua kata memiliki makna konotatif.
A. PENERAPAN DIKSI DALAM
KALIMAT RAGAM FORMAL
(
CONT…
)
Contoh
Kata Denotatif
Kata Konotatif
penonton
pemirsa, pemerhati
tukang
juru, ahli
2.
Kata Umum dan Kata Khusus
Kata Umum digunakan untuk mengungkapkan halhal yang bersifat generik (universal). Sedangkan Kata Khusus digunakan untuk mengungkapkan hal yang bersifat spesifik (spesial).
Dalam Bahasa Indonesia, kata umum adalah kata yang memiliki acuan yang lebih luas dari pada kata khusus.
Cotoh :
A. PENERAPAN DIKSI DALAM
KALIMAT RAGAM FORMAL
(
CONT…
)
Kata Umum
Kata Khusus
ikan
lele, tuna, nila
3.
Katakata Bersinonim
Kata bersinonim adalam kata yang bentuknya memang berbeda dan pada dasarnya mempunyai makna yang hampir sama atau mirip.
Kata bersinonim perlu dipahami, dipilih, dan digunkan secra tepat dalam kalimat ragam formal. Sebab, walaupun besinonim, pada dasarnya kata itu berbeda konteks pemakaiannya.
Contoh :
cerdas = cerdik, hebat, pintar besar = agung, raya
mati= mangkat, wafat, meningggal
4.
Kata Baku dan Nonbaku
Berdasarkan dalam Bahasa Indonesia ragam formal menggunakan kata baku, sedangkan dalam ragam nonformal bisa saja menggunakan kata nonbaku.
Kata baku dan nonbaku dapat dilihat berdasarkan beberapa ranah seperti : ranah fonologis, ranah morfologis, dan ranah leksikon.
a. Kata baku dan nonbaku berdasarkan ranah fonologis.
Maksudnya, sebuah kata baku kadang memiliki kata nonbaku karena penambahan fonem, pengurangan fonem, atau pengubahan fonem.
Contoh kata baku dan nonbaku karena penambahan fonem : imbau => himbau
rapi => rapih
Contoh kata baku dan nonbaku karena pengurangan fonem : terampil => trampil
tetapi => tapi
Contoh kata baku dan nonbaku karena pengubahan fonem : telur => telor
tampak => nampak
4.
Kata Baku dan Nonbaku (cont…)
b. Kata baku dan nonbaku berdasarkan ranah morfologis.
Maksudnya, sebuah kata baku kadang memiliki kata nonbaku karena pada hasil proses morfologis terjadi pengurangan fonem atau pengubahan fonem, terjadi penggantian afiks, dan terjadi kelebihan fonem.
Contoh kata baku dan nonbaku karena hasil morfolagis terjadi pengurangan fonem : memfokuskan => memokuskan
memproses => memroses
Contoh kata baku dan nonbaku karena hasil morfologis terjadi pengubahan fonem : mengubah => merubah
Contoh kata baku dan nonbaku karena hasil morfologis terjadi penggantian afiks: menatap => natap
menolak => nolak
Contoh kata baku dan nonbaku karena hasil morfologis terjadi kelebihan fonem: beracun => berracun
beterbangan => berterbangan
4.
Kata Baku dan Nonbaku (cont…)
c. Kata (frasa) baku dan nonbaku berdasarkan ranah leksikon.
Maksudnya, sebuah frasa baku kadang memiliki frasa nonbaku yang terdapat dalam ragam percakapan.
Contoh dalam kalimat ragam formal, jangan menggunakan frasa ragam percakapan : tidak terlalu => tidak begitu
hanya nasi => nasi tok
Contoh frasa ragam percakapan karena salah susunan dalam kalimat ragam formal : waktu lain => lain waktu
amat besar => besar amat
Contoh frasa percakapan yang maknanya redudan dalam kalimat ragam formal : sangat pedih => amat sangan pedih, amat pedih
sangat pemalu => sangat pemalu sekali, pemalu sekali
Contoh kata baku dan nonbaku karena adanya penyerapan bahasa asing : apotek => apotik
ekspor => eksport konkret => konkrit
5.
Penggunaan Kata secara Tepat
Dalam kalimat ragam formal perlu mennggunakan katakata secara tepat. Misalnya, kekeliruan penggunaan kata yang sering terjadi adalah dalam hal penggunaan kata depan seperti di yang seharusnya digunakan pada, atau ke yang seharusnya seharusnya digunakan kepada.
a. Kekeliruan penggunaan kata depan di yang seharusnya digunakan pada, dapat dilihat seperti contoh berikut :
pada saya => di saya pada kami => di kami pada ayah => di ayah
b. Kekeliruan penggunaan kata depan ke yang seharusnya digunakan kepada, dapat dilihat seperti contoh berikut :
kedada saya => ke saya kepada kami => ke kami kepada ayah => ke ayah
6.
Penulisan Kata secara Benar
Dalam kalimat ragam formal perlu penulisan kata secara benar. Misalnya, kesalahan penulisan kata yang sering terjadi adalah dalam hal penulisan kata depan seperti di, ke, dari yang seharusnya ditulis terpisah dari kata yang diikutinya.
a. Contoh penulisan kata depan di yang benar dan yang salah :
di atas => diatas di sekitar => disekitar
b. Contoh penulisan kata depan ke yang benar dan yang salah :
ke atas => keatas ke sekitar => kesekitar
c. Contoh penulisan kata depan dari yang benar dan yang salah :
dari atas => dariatas dari jauh => darijauh
1.
Struktur Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang menggunakan pikiran yang utuh. Kalimat terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan makna yang dinyatakan oleh bentuk tersebut.
Dari segi unsunya, kalimat disebut lengkap jika memiliki unsur yang untuk mengungkapkan pikiran penulis. Berikut adalah unsur dari kalimat itu sendiri :
a. Subjek, merupakan fungsi sintaksis terpenting dalam sebuah kalimat, selain unsur predikat.
b. Predikat, perupakan unsur pokok yang disertai unsur subjek.
c. Objek, merupakan unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat.
d. Pelengkap, sebagai pelengkap dari tiga unsur utama.
e. Keterangan, merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi
lebih lanjut tentang sesuatu yang dinyatakan dalam kalimat.
B. PENGGUNAAN STRUKTUR
2.
Pola Kalimat Dasar
Kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsurnya lengkap, susunan unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran.
Ada enam tipe kalimat dasar dalam bahasa Indonesia. a. Kalimat dasar berpola SP.
contoh, Dia berlari.
b. Kalimat dasar berpola SPO. contoh, Rani mendapat hadiah.
c. Kalimat dasar berpola SPPel. contoh, Adikku belajar komputer.
d. Kalimat dasar berpola SPKet.
contoh, Banjir besar telah terjadi di Amerika.
e. Kalimat dasar berpola SPOPel.
contoh, Kami mengirimi ibu paket lebaran.
f. Kalimat dasar berpola SPOKet.
contoh, Dia memasukkan dokumen itu ke dalam map.
B. PENGGUNAAN STRUKTUR
KALIMAT BAHASA INDONESIA
3.
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola dasar kalimat. Artinya, dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan seperti diuraikan pada pola kalimat dasar sebelumnya.
Contoh: Mereka berjalan dengan tongkat
4.
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih yang seling berhubungan.
a. Kalimat majemuk setara (Koordinatif)
Merupakan kalimat majemuk yang memiliki dua klausa atau lebih yang masingmasing mempunyai kedudukan setara dalam struktur konstituen kalimat. Setiap klausa dihubungkan oleh konjungtor dan, atau, teteapi, serta, lalu, kemudian, lagi pula, hanya, padahal, sedangkan, baik…, maupun…, tidak…, tetapi…
Contoh: >> Adikku belum bersekolah, tetapi dia sudah bisa membaca
>> Kamu akan pulang kampung atau ikut kami belajar kelompok? >> Aku melompat dari anak tangga, kemudian berlari ke halaman
B. PENGGUNAAN STRUKTUR
KALIMAT BAHASA INDONESIA
b. Kalimat majemuk bertingkat (Subordinatif)
Merupakan kalimat majemuk yang memiliki dua klausa atau lebih yang salah satu kalusanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Setiap klausa dihubungkan oleh konjungtor setelah, jika, andaikan, supaya, meski(pun), seperti, sebab, sehingga, dengan, tanpa, dll.
Contoh: >> Seluruh permasalahan akan selesai, seandainya anggota menerima aturan itu
>> Cobalah kamu bekerja di kebun daripada mengganggur di rumah >> Dia menangkap ikan dengan menggunakan jala
B. PENGGUNAAN STRUKTUR
KALIMAT BAHASA INDONESIA
Kalimat baku adalah kalimat yang baik dan lazim digunakan dalam ranah ragam formal. Kalimat yang baik (efektif) adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan enak dibaca. Syarat dari kalimat efektif itu sendiri yaitu : (1) memiliki kesatuan gagasan, (2) memiliki koherensi, (3) memiliki variasi kalimat, (4) memiliki kesejajaran (paralel), dan (5) memiliki kelogisan penalaran.
1. Ciri Kalimat Baku
a. Kalimat baku memiliki kejelasan struktur (Normatif). Artinya, kalimat baku haruslah sesuai dengan struktur kalimat bahasa Indonesia.
b. Kalimat baku memiliki kelogisan makna (Logis). Seperti, (1) logis
hubungan makna S dengan P, (2) logis hubungan makna rincian (paralel).
c. Kalimat baku memiliki kehematan kata (Ekonomis). Seperti, (1) menggunakan satu subjek dari subjek yang sama, (2) menggunakan satu kata dari beberapa kata yang bersinonim, (3) menggunakankata yang ditumbuhkan untuk mengungkapkan maksud penulis.
d. Kalimat baku memiliki kebakuan kata.
2. Variasi Kalimat Baku
Variasi kalimat diperlukan untuk menghindari kemonotonan penyampaina gagasan. Ada beberapa variasi kalimat yang dapat digunakan, antara lain seperti berikut :
a. Variasi pengutamaan informasi. Dapat dilakukan dengan cara yang memvariasikan pengutamaan informasi.
b. Variasi kalimat aktif dan pasif. Dapat dilakukan dengan cara memvariasikan penggunaan kalimat aktif dan pasif itu sendiri.
c. Variasi kalimat tunggal dan majemuk. Dapat dilakukan dengan cara
memvariasikan kalimat tunggal dan majemuk. Artinya, kalimat yang digunakan dalam ragam formal dapat bervariasi seperti kalimat tunggal, kalimat mejemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat.