• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pengamanan Kargo Dan Pos Yang Diangkut Melalui Pesawat Udara Dikaitkan Dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Pengamanan Kargo Dan Pos Yang Diangkut Melalui Pesawat Udara Dikaitkan Dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Keadaan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, dengan

beribu-ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan yang

terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.Diatas teritorial daratan dan perairan

tersebut terbentang teritorial udara, semuanya itu merupakan wilayah negara

Indonesia yang sangat luas.1

Keadaan wilayah negara Indonesia yang sedemikian luas ini membutuhkan

banyak pengangkutan melalui daratan, perairan, dan udara yang mampu

menjangkau seluruh wilayah negara Indonesia, bahkan ke negara-negara lain.

Kenyataan ini mengakibatkan kebutuhan pengangkutan di Indonesia semakin

meningkat sesuai dengan lajunya pembangunan fisik ataupun psikis serta

perkembangan penduduk Indonesia yang tersebar di seluruh pulau yang diselingi

laut.2

Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari, mulai dari zaman kehidupan

manusia yang paling sederhana (tradisional) sampai kepada taraf kehidupan

manusia yang modern senantiasa didukung oleh kegiatan pengangkutan, bahkan

salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan dan peradaban suatu

1

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hal. 30

(2)

masyarakat adalah kemajuan dan perkembangan kegiatan maupun teknologi yang

dipergunakan masyarakat tersebut dalam kegiatan pengangkutan,3 namun di sisi lain infrastruktur dan sarana pengangkutan melalui jalur darat, laut, dan udara

yang telah lama ada kini masih belum juga memenuhi persyaratan secara wajar

atau dengan kata lain sudah tidak sesuai lagi dengan sistem pengangkutan

modern. Keadaan ini adalah salah satu dari alasan yang menjadi pendorong

pembangunan hukum dan pengangkutan modern dengan menggunakan alat

pengangkut modern yang digerakan secara mekanik.4

Pengangkutan modern dengan menggunakan alat pengangkut modern yang

digerakan secara mekanik salah satunya ialah pengangkutan udara yang

menggunakan alat angkut berupa pesawat udara. Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang yang berlaku sekarang, didalamnya hanya diatur mengenai angkutan laut

dan angkutan perairan lainnya, sedangkan angkutan darat, dan angkutan udara

sama sekali tidak diatur di dalamnya. Hal tersebut dapat dimengerti karena pada

adad yang lalu alat angkutan darat baru merupakan alat yang ditarik oleh hewan,

belum berkembang seperti sekarang ini, sedangkan angkutan udara baru lahir

setelah tahun 1919.5

Pengangkutan atau transportasi dengan menggunakan moda pesawat udara

lebih menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan moda transportasi di

jalan dengan menggunakan mobil, kereta api maupun laut dengan menggunakan

kapal laut, karena transportasi udara dengan menggunakan pesawat udara lebih

3

Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal. 3.

4

Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 31.

5

(3)

cepat, nyaman dapat menjangkau tujuan yang jauh tanpa hambatan atau

kemacetan seperti perjalanan dengan moda transportasi di jalan. Transportasi

udara dengan menggunakan pesawat udara tarifnya relatif terjangkau bagi

masyarakat sejak tahun 2000 sampai sekarang, namun para pengguna jasa pesawat

udara juga harus memperhatikan masalah keamanan dan keselamatan

penerbangan yang sangat penting di dalam penerbangan, karena itu masalah

keamanan dan keselamatan menjadi perhatian utama bagi penyelenggaran

penerbangan baik bagi pabrikan, regulator, perusahaan penerbangan, operator

bandar udara maupun pengguna jasa penerbangan.6

Dalam penyelenggaraan penerbangan, Undang-Undang No. 1 Tahun 2009

penyelenggarakan penerbangan bertujuan mewujudkan penerbangan yang tertib,

teratur, selamat, aman, nyaman, dengan harga yang wajar, dan menghindari

praktik persaingan usaha yang tidak sehat, memperlancar arus perpindaan orang

dan/atau barang melalui udara dengan mengutamakan dan melindungi angkutan

udara dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional, membina

jiwa kedirgantaraan, menjunjung kedaulatan negara, menciptakan daya saing

dengan mengembangkan teknologi dan industri angkutan udara nasional,

menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan

nasional, memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan

wawasan nusantara, meningkatkan ketahanan nasional, dan mempererat hubungan

antar bangsa, serta berasaskan manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan

6K. Martono, at.al, Transportasi Bahan dan/atau Barang Berbahaya dengan Pesawat

(4)

merata, keseimbangan, keserasian dan keselarasan, kepentingan umum,

keterpaduan, tegaknya hukum, kemandirian, anti monopoli dan keterbukaan,

berwawasan lingkungan hidup, kedaulatan negara, kebangsaan, serta

kenusantaraan.7

Pada mulanya, pesawat udara hanya digunakan untuk mengangkut

penumpang sehingga tidak mengherankan apabila pertumbuhan hukum tentang

tanggung jawab pengangkut udara terhadap penumpang lebih pesat dari pada

pertumbuhan tanggung jawab pengangkut terhadap kargo. Dalam

perkembangannya, pengangkutan kargo mulai menampakan peranan penting.

Sebagai contoh pada waktu Kota Paris tahun 1870 dikepung, kargo mulai

digunakan untuk membuat jembatan udara dengan menggunakan balon udara.

Pengiriman kargo terjauh dimulai ketika dilakukan pengiriman dari Dayton ke

Ohio Amerika Serikat tahun 1910 yang menempuh jarak hampir 100 km, dan

penerbangan komersial kargo pertama dilakukan antara London dan Paris pada

tahun 1919. Konvensi pertama yang mengatur pengangkutan udara internasional

dimulai tahun 1919 yang disebut Konvensi Paris, namun konvensi ini tidak pernah

berlaku. Pada mulanya konvensi tentang kargo dan penumpang akan dibuat secara

terpisah, tetapi karena mengingat pertimbangan ekonomis dan kesatuan (uniform)

maka akhirnya pengaturan keduanya, kargo dan penumpang disatukan.8

7Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Alinea 6. 8

(5)

Pimpinan sidang pada konferensi di Warsawa menyatakan bahwa suatu

konvensi merupakan atau dibentuk atas konsesi yang seimbang (mutual

consession). Oleh karena itu dipandang perlu membuat suatu sistem hukum yang

seimbang dan bebas, sikap itulah yang menyebabkan Konvensi Warsawa berhasil

disahkan. Hasil penting dari Konvensi Warsawa 1929 adalah keseragaman dalam

aturan hak-hak penumpang dan pengirim/penerima kargo dalam pengangkutan

udara, keseragaman tanggung jawab pengangkut dalam pengangkutan udara

internasional serta istilah-istilah dalam kontrak. Konvensi Warsawa kemudian

diperbaharui dengan The Hague Protocol 1955 yang mengubah beberapa aturan

dalam Konvensi Warsawa 1929.9

Pada pengangkutan udara dengan pesawat tebang keselamatan

penerbangan sangat penting, dimana keselamatan penerbangan adalah suatu

keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara,

pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas

penunjang dan fasilitas umum lainnya, untuk menjaga dan meningkatkan

keselamatan dan keamanan penerbangan pemerintah membuat

peraturan-peraturan nasional terkait keselamatan dan keamanan penerbangan baik untuk

mengangkut orang maupun barang (kargo dan pos).

Saat ini pengangkutan kargo yang diangkut melalui pengangkutan udara

pelaksanaan pengamanannya masih belum maksimal, masih banyak adanya

hal-hal yang janggal terjadi dalam pengangkutan kargo dan pos seperti perbedaan

berat isi dari kargo tersebut dengan berat yang ada pada surat muatan udara itu

9

(6)

sendiri, dan perbedaan antara jenis yang terdapat di dalamnya dengan jenis yang

tercantum dalam surat muatan udara serta masih adanya barang-barang berbahaya

yang lolos pada pengiriman kargo dan pos melalui pengangkutan udara, dan

hal-hal lainnya.

Pengaturan terkait dengan keselamatan dan pengamanan penerbangan

terhadap pengangkutan barang (kargo dan pos) salah satunya ialah Peraturan

Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012 Tentang

Pengamanan Kargo Dan Pos Yang Diangkut Dengan Pesawat Udara setelah mencabut

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 255/IV/2011

tentang Pemeriksaan Keamanan Kargo Dan Pos Yang Diangkut Dengan Pesawat

Udara dimana peraturan ini bertujuan untuk meningkatkan pengamanan dan

keselamatan pada pengangkutan udara yang berupa kargo dan pos.

B. Permasalahan

Berdasarkan judul skripsi ini mengenai “Pelaksanaan Pengamanan

Kargo Dan Pos Yang Diangkut Melalui Pesawat Udara Dikaitkan Dengan

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012

(Studi pada PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk)”, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan dan pelaksanaan pengamanan kargo dan pos yang

diangkut melalui pesawat udara dikaitkan dengan Peraturan Direktur Jenderal

Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012 di PT. Garuda Indonesia

(7)

2. Apa saja hambatan-hambatan yang di hadapi dalam pelaksanaan pengamanan

kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara di PT. Garuda Indonesia

(Persero), Tbk., Sebelum dan sesudah adanya Peraturan Direktur Jenderal

Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012.

3. Bagaimana penyelesaian hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan

kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara pada PT. Garuda

Indonesia (Persero), Tbk., Sebelum dan sesudah adanya Peraturan Direktur

Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan dan pelaksanaan pengamanan kargo dan pos

yang diangkut melalui pesawat udara dikaitkan dengan Peraturan Direktur

Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012 di PT. Garuda

Indonesia (Persero), Tbk.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam

pelaksanaan pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara

di PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk., sebelum dan sesudah adanya

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012.

3. Untuk mengetahui penyelesaian hambatan-hambatan dalam pelaksanaan

pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara di PT.

Garuda Indonesia (Persero), Tbk., sebelum dan sesudah adanya Peraturan

(8)

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi ini secara teoritis adalah meningkatkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dalam ilmu hukum dagang khususnya hukum

pengangkutan tentang pelaksanaan pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui

pesawat udara dikaitkan dengan adanya Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan

Udara No. KP. 152 Tahun 2012 yang bermanfaat bagi pengangkutan yang ada di

Indonesia agar dapat meningkatkan kemajuan serta kelancaran pengangkutan serta

pengamanan kargo dan pos melalui pengangkutan udara, sekaligus dapat mengikuti

perkembangan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai hukum

pengangkutan dan hukum pengangkutan udara.

E. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini adalah merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk

memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Selain itu melalui penulisan skripsi ini juga menambah pengetahuan dan wawasan

kita akan pengangkutan udara serta pengamanan kargo dan pos yang diangkut

melalui pesawat udara.

Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pengamanan Kargo Dan Pos Yang

Diangkut Melalui Pesawat Udara Dikaitkan Dengan Peraturan Direktur

Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012 (Studi pada PT.

Garuda Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan)” ini belum pernah dibahas

oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi

ini asli disusun oleh penulis sendiri, bukan jiplakan atau diambil dari skripsi milik

(9)

Adapun judul skripsi yang telah ada pada perpustakaan Universitas

Sumatera Utara cabang Fakultas Hukum USU/Pusat Dokumentasi dan Informasi

FH USU adalah :

Nama : Arisanta P.H.S

NIM : 070200051

Tahun : 2011

Judul : Tanggung Jawab Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara

Perjanjian Angkutan Kargo Melalui Pengangkutan Udara

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana hubungan hukum antara pengguna jasa angkutan

kargo dengan pihak Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat

udara?

2. Apa saja bentuk-bentuk kerugian dalam angkutan kargo udara?

3. Bagaimana tanggung jawab pihak Perusahaan Ekspedisi Muatan

Pesawat Udara terhadap pengguna jasa angkutan kargo akibat

kerusakan, kehilangan, dan kemusnahan kargo?

Nama : Emariana Surya Putri

NIM : 940200062

Judul : Suatu Tinjauan Terhadap Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui

Angkutan Udara Antara Pengirim dan Freight Forwading (Studi Kasus

PT. Prima International Cargo Cabang Medan)

Nama : Irne Deliz Saragih

(10)

Judul : Aspek Hukum Dalam Pengiriman Barang Melalui Biro Air Cargo

(Studi Kasus PT. Dharma Bandar Mandala Medan)

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian

hukum normatif dan penelitian hukum empiris, penelitian hukum normatif

dimana bahan atau materi penulisan diperoleh dengan mengkaji peraturan

perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan, Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. Kp. 152

Tahun 2012 Pengamanan Kargo dan Pos melalui Pesawat Udara, Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (BW), serta literatur lainnya yang

berhubungan dengan skripsi ini, sedangkan penelitian hukum empiris

terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas hukum

yang diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak PT. Garuda

Indonesia (Persero), Tbk.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

berupa data sekunder. Data sekunder yang dimaksud penulis adalah

sebagai berikut:

(11)

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan bahan hukum

primer berupa peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Peraturan Direktur

Jenderal Perhubungan Udara No. Kp. 152 Tahun 2012 tentang

Pengamanan Kargo Dan Pos Yang Diangkut Melalui Pesawat Udara,

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW). Selain itu, hasil

wawancara yang diperoleh melalui studi lapangan pada PT. Garuda

Indonesia (Persero), Tbk.

b. Bahan Hukum Sekunder

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan bahan hukum

sekunder yang terdiri atas semua catatan, buku-buku, makalah, artikel

tentang hukum, jurnal-jurnal hukum, dan situs internet (website).

c. Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang mencakup bahan

yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus

hukum, majalah, jurnal ilmiah, serta bahan-bahan di luar bidang

hukum yang relevan dan dapat digunakan untuk melengkapi data yang

(12)

3. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

a. Studi Kepustakaan (library research) yaitu studi dokumen dengan

mengumpulkan dan mempelajari buku-buku hukum, berupa

literatur-literatur, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun

bahan hukum tertier. Disini penulis mengumpulkan sebanyak mungkin

bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan skripsi dan permasalahan

yang diteliti, selanjutnya menginventarisasi bahan-bahan tersebut

sehingga pada akhirnya permasalahan semakin jelas dan dapat

dipecahkan.

b. Studi Lapangan (field research) yaitu studi yang langsung dilakukan di

lapangan. Data yang diperoleh adalah berasal dari proses wawancara

yang dilakukan langsung kepada PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk.

4. Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu dengan

menggunakan kenyataan-kenyataan yang terungkap dari data sekunder

yang dihimpun dimana kemudian berdasarkan hasil analisis data tersebut

dapat ditarik suatu kesimpulan dengan menggunakan pola berfikir

deduktif-induktif.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang masing-masing bab

terdiri dari beberapa sub bab yang saling berkaitan antara satu dengan yang

lainnya. Uraian singkat atas bab-bab dan sub bab tersebut akan diuraikan sebagai

(13)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

BAB II : PENGANGKUTAN UDARA MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN

Dalam bab ini dibahas mengenai pengertian dan landasan hukum

pengangkutan udara, pihak-pihak yang terkait dalam pengangkutan

udara, dokumen-dokumen dalam pengangkutan udara, perjanjian

pengangkutan udara, penyelenggaraan pengangkutan udara.

BAB III : PENGAMANAN KARGO YANG DIANGKUT MELALUI

ANGKUTAN UDARA

Dalam bab ini memaparkan pengaturan tentang pengamanan kargo

pengangkutan udara, jenis-jenis kargo dalam pengangkutan udara,

prosedur kengamanan kargo pada PT. Garuda Indonesia (Persero),

Tbk, pelaksanaan pengangkutan kargo oleh PT. Garuda Indonesia

(Persero), Tbk.

BAB IV : PELAKSANAAN PENGAMANAN KARGO DAN POS YANG

DIANGKUT MELALUI PESAWAT UDARA DIKAITKAN DENGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NO. KP. 152 TAHUN 2012

Dalam bab ini membahas mengenai penerapan dan pelaksanaan

pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara

(14)

Kp. 152 Tahun 2012 Di PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk.,

hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengamanan

kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara di PT. Garuda

Indonesia (Persero), Tbk., sebelum dan sesudah adanya Peraturan

Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. Kp. 152 Tahun 2012,

penyelesaian hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan

pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara di

PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk., sebelum dan sesudah adanya

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. Kp. 152 Tahun

2012.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis menyampaikan pendapat berupa kesimpulan

dari seluruh isi skripsi ini yang merupakan rangkuman dari pembahasan

dan penulis juga menyampaikan saran-saran dari permasalahan

Referensi

Dokumen terkait

jumlah tanaman sakit, tetapi insidensinya relatif besar (>50%) yang menunjukkan coverage bahan aktif tidak merata di seluruh permukaan daun, sehingga fungisida belum

Kendati Provinsi Papua Barat dapat mendorong perkembangan ekonomi daerah tanpa atau dengan biaya yang terbatas, namun pendapatan daerah tetap penting untuk dapat mendukung

Perbandingan Komunikasi Krisis Oleh Media Massa dalam Insiden Kecelakaan Tur Penerbangan Sukhoi Superjet 100 di Indonesia (Analisis Framing Berita dalam Surat Kabar Harian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model perkembangan dan laju infeksi penyakit penyakit busuk pangkal batang lada pada kondisi lingkungan yang bervariasi dalam hal

Penetapan sasaran strategis ini diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan program, kegiatan dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan atau

Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan tentang produk jahe instan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga di

KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN BUKU XVII PROVINSI BALI.. BALI

Pihak-pihak yang terlibat konflik tanah pusaka yang dipelajari adalah antara pihak mamak dengan kemenakan, antara satu keluarga dengan keluarga lain dalam kaum yang sama, antara