BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Usaha Kecil dan Cir i-cir i Usaha Kecil 2.1.1 Pengertian Usaha Kecil
Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam Undang-undang
tentang usaha kecil Nomor 5 tahun 1995, yang disebut usaha kecil adalah
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan (aset) bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan (omset) paling banyak Rp 1 miliyar.
3. Milik Warga Negara Indonesia.
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, atau terafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung oleh usaha besar atau usaha menengah, berbentuk badan usaha
perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum (Iwantono: 2003:4).
Menurut UU Nomor 9 Tahun 1999 ditetapkan bahwa usaha kecil adalah
suatu unit usaha yang memiliki nilai asset neto (tidak termasuk tanah dan
bangunan) tidak melebihi Rp 200 Juta atau penjualan pertahun tidak lebih besar
dari Rp 1 Miliar, milik WNI, berdiri sendiri dan berafiliasi langsung atau tidak
langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha
perseorangan, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.
Defenisi yang tercantum dalam UU tersebut sebagai dasar dalam
UMKM, kelompok usaha kecil termasuk di dalam kelompok usaha mikro. Usaha
mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan bersifat tradisional
dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan berbadan hukum, dan
hasil penjualan tahunan paling banyak RP 100 Juta. Sedangkan menurut (Biro
Pusat Statistik) BPS (2005), usaha kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja
paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 19 (sembilan belas) orang
termasuk pengusaha.
2.1.2 Ciri-ciri Usaha Kecil
Menurut istilah umum ketenagakerjaan (http://www.usahakecilmenengah)
ciri-ciri industri berskala kecil adalah:
1. Pemilik adalah golongan ekonomi lemah dan pada umumnya sekaligus
menjadi pimpinan (single ownership and management).
2. Hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja masih bersifat
kekeluargaan.
3. Tidak mampu menyediakan jaminan (collateral) yang berguna untuk
mendapatkan kredit dari dunia perbankan.
4. Administrasi perusahaan pada umumnya masih bersifat sederhana, kurang
teratur, dan belum berbadan hukum.
Menurut Hutasuhut dalam (www.smeru.or.id) ciri-ciri dan watak usaha
kecil adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai kepercayaan yang kurang kuat pada diri sendiri.
tekad dan kerja keras.
3. Mempunyai kemampuan dalam mengambil resiko dan mengambil keputusan secara tepat dan cermat.
4. Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan menanggapi saran dan
kritik.
5. Berjiwa inovatif, kreatif dan berorientasi kemasa depan.
Menurut Suryana (2013:233) kelemahan perusahaan kecil dapat
dikategorikan kedalam dua aspek, yaitu yang mencakup hal-hal berikut:
1. Aspek kelemahan struktural
Kelemahan struktural merupakan kelemahan dalam struktur
perusahaan, misalnya dalam bidang manajemen dan organisasi,
pengendalian mutu,pengadopsian dan penguasaan tekhnologi,
kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal, dan
terbatasnya akses pasar. Jadi, kelemahan struktural adalah
kelemahan usaha kecil dalam manajemen, organisasi, tekhnologi,
sumber daya, dan pasar. Kelemahan faktor struktural yang satu
saling terkait dengan faktor yang lain,kemudian membentuk
lingkaran kebergantungan yang tidak berujung dan membuat usaha
kecil terdominasi dan rentan.
2. Kelemahan Kultural.
Kelemahan kultural adalah kelemahan dalam budaya perusahaan
yang kurang mencerminkan perusahaan sebagai “corporate
culture”.Kelemahan kultural berdampak terhadap terjadinya
akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna
memperoleh hasil permodalan, pemasaran, dan bahan baku, seperti:
a) Informasi peluang dan cara memasarkan produk
b) Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah dan mudah didapatkan
c) Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar dalam menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh bantuan permodalan dan pemasaran.
d) Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik, desain, kualitas maupun kemasannya.
e) Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan yang terjangkau.
2.2 Wirausahawan dan Ciri-ciri Wirausahawan
2.2.1 Pengertian Wirausahawan
Wirausaha atau entrepreneur yang berasal dari bahasa Perancis yaitu
“entrepende” yang berarti melakukan (to undertake) atau mencoba ( trying). Kata
“entrepende” diartikan juga sebagai “di antara pengambil” ( between taker ) atau
“perantara” (go-between).
Menurut Frinces (2011:8) dalam Bahasa Indonesia yang sederhana
wirausaha dapat dimaknai sebagai sebuah kemampuan (an ability) yang di
dalamnya termasuk dalam artian ‘usaha (effort), aktivitas, aksi, tindakan dan lain
mereka yang mendirikan, mengolola, mengembangkan perusahaan atau usaha
milik sendiri, atau mereka yang bisa menciptakan pekerjaan bagi orang lain.
Defenisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemauan
normal bisa menjadi seorang wirausahawan asalkan mau dan mempunyai
kesempatan untuk belajar dan berusaha.
Pengertian wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang memiliki
kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti financial (money), bahan
mentah (materials), dan tenaga kerja (labour) untuk dapat menghasilkan suatu
produk baru, bisnis baru, proses produksi, dan pergembangan organisasi usaha.
Wirausahawan (entrepreneur) adalah seorang yang mempunyai kombinasi
unsur-unsur dan elemem-elemen internal yang memiliki kombinasi motivasi, visi,
komunikasi, dan dorongan semangat, serta kemampuan untuk memanfaatkan
peluang usaha.Dalam kontek bisnis wirausahawan merupakan seorang pengusaha,
tapi tidak semua pengusaha adalah wirausahawan.Karena wirausahawan itu
merupakan salah satu pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung jawab resiko
yang mempunyai visi kedepan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi
dibidang usaha (Suryana, 2010:4).
Kewirausahaan merupakan semangat perilaku dan kemampuan untuk
memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri atau pelayanan yang lebih baik terhadap pelanggan /
masyarakat, dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih
banyak dan lebih baik, menyediakan produk yang lebih baik dan lebih bermanfaat
resiko, kreativitas, inovasi, serta kemampuan manajemen (Sutrisno, 2003:3).
Menurut Hendro (2011:61) setiap wirausahawan (entrepreneur) yang
sukses memiliki unsur pokok, yaitu :
1. Kemampuan ( hubungannya dengan IQ dan skill ), dalam membaca
peluang, dalam berinovasi, dalam mengelola, dan dalam menjual.
2. Keberanian (hubungannya dengan EQ dan mental), dalam mengatasi
ketakutannya, dalam mengendalikan resiko, dan untuk keluar dari
zona kenyamanan.
3. Keteguhan hati (hubungannya dengan mo tivasi diri), keuletan,
pantang menyerah, teguh akan keyakinan, dan kekuatan akan pikiran
bahwa anda juga bisa.
4. Kreatifitas yang menelurkan sebuah insp irasi sebagai cikal bakal ide
untuk menemukan peluang berdasarkan intuisi (hubungannya
dengan pengalaman / experiences).
Kewirausahaan (entrepreneurship) menurut Hendro (2011:30) adalah
suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada didalam diri Anda untuk
dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal sehingga bisa meningkatkan
taraf hidup anda di masa mendatang. Kewirausahaan itu adalah:
1. Ilmu Pengetahuan ( Knowledge )
Unsur yang terkandung dalam karakteristik kewirausahaan adalah sikap
positif, kepribadian yang ulet, pantang menyerah, menjadi contoh bagi
yang lain, dan tidak mudah puas diri.
3. Filosofi
Kewirausahaan bisa digolongkan dalam sebuah filosofi hidup atau
landasan hidup dalam meniti karir guna meraih kesuksesan.
4. Skill atau Keterampilan
Karena kewirausahaan adalah penggabungan dua konsep penting dari
pengetahuan dan pengalaman yang dira sakan serta dilakukan me lalui
jatuh bangun untuk menjadi terampil dan akhirnya menjadi se buah
keahlian dalam menjalankan roda bisnis.
5. Seni atau Art
Dalam menemukan ide, inspirasi, dan peluang bisnis dibutuhkan
imajinasi, visualisasi, dan pemikiran yang terkadang harus berlawanan
dengan logika.
6. Profesi
Menjadi wirausahawan juga merupakan sebuah profesi, sebuah pilihan
hidup yang harus dilakukan secara.
7. Naluri
Kewirausahaan itu membutuhkan naluri untuk menemukan sebuah
peluang dan ide bisnis yang akhirnya menjadi sebuah bisnis yang
sukses.
Menjadi wirausahawan juga dipahami sebagai mimpi seseorang bahkan
cita-cita yang terpendam sejak ia masih remaja atau dewasa.
9. Pilihan hidup seseorang
Menjadi wirausaha agar mampu menghidupi keluarganya sudah
menjadi pilihan hidup bagi setiap orang.
Menurut Zimmerer (2008:26) bahwa terdapat keragaman budaya dalam
membentuk struktur kewirausahaan, antara lain :
1. Wirausahawan muda, adalah wirausaha yang banyak didominasi oleh
generasi muda yang memilih kewirausahaan sebagai jalur karir mereka
yaitu mereka yang berumur awal 20-an tahun.
2. Wirausahawan wanita, banyak wanita yang terjun ke dalam bidang
bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor–
faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya,
membantu ekonomi keluarga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya
dan sebagainya.
3. Wirausahawan minoritas yaitu kaum minor itas di negara kita Indonesia
kurang memiliki kesempatan kerja dilapangan pemerintahan
sebagaimana layaknya warga Negara pada umumnya. Oleh sebab itu,
mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari–
hari.Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi
kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga berniat
maju, dan arena mereka membentuk organisasi minoritas di kota–kota
tertentu.
4. Wirausahawan imigran yaitu kaum pedagang yang memasuki suatu
daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab
itu, mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersikap non
formal yang dimulai dari berdagang kecil–kecilan sampai berkembang
menjadi perdagangan tingkat menengah.
5. Wirausahawan paruh waktu yaitu orang yang memulai bisnis dalam
mengisi waktu lowong merupakan pintu gerbang untuk berkembang
menjadi usaha besar. Bekerja paruh waktu tidak mengorbankan
pekerjaan di bidang lain misalnya seorang pegawai pada sebuah kantor
bermaksud mengembangkan hobinya untuk berdagang atau
mengembangkan hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendapat
keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi, dan
berhenti menjadi pegawai dan beralih bisnis yang merupakan hobinya.
6. Bisnis rumahan, sekarang bisnis rumahan lebih beragam, para
wirausahawan rumahan yang modern lebih cenderung menj alankan
perusahaan-perusahaan jasa atau perusahaan-perusahaan berteknol ogi
tinggi dengan tingkat keberhasilan bisnis rumahan cukup tinggi.
7. Bisnis keluarga, bisnis yang pengendalian keuangannya dilakukan oleh
satu atau lebih anggota keluarga. Sebuah keluarga dapat membuka
berbagai jenis cabang dan usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini
cabang baru dan di kelola Ibu. Kedua perusahaan ini maju dan
membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau
lokasinya berbeda.
8. Wirasutri, adalah sepasang suami-istri wirausahawan yang bekerja
bersama sebagai rekan kerja dalam bisnis mereka. Wirasutri di buat
dengan cara menciptakan pekerjaan yang didasarkan atas keahlian
masing–masing orang. Orang–orang yang ahli di bidang ini diangkat
menjadi penanggung jawab divisi tertentu dari bisnis–bisnis yang
sudah ada.
9. Wirausahawan sosial, adalah wirausaha yang menggunakan berbagai
keahlian mereka tidak hanya untuk membuat bisnis menjadi
menguntungkan, tetapi juga untuk mencapai tujuan sosial dan
lingkungan bagi kebaikan bersama.
2.2.2 Ciri-Ciri Wirausahawan
Menurut Sulipan (2005), memberikan kesimpulan bahwa ciri-ciri seorang
wirausahawan yang baik adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai semangat dan kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan
permasalahan.
2. Mempunyai kemampuan dalam menilai kesempatan-kesempatan didalam
berwirausaha.
3. Mempunyai keberanian untuk mengambil resiko dalam menjalankan usahanya
digeluti.
5. Mempunyai cara menganalisa yang tepat, sistematis, dan metodologi dalam
mengembangkan usahanya.
6. Memiliki kemampuan, kemajuan, dan tekad bulat dalam mengembangkan
bidang usahanya guna mencapai kemajuan dan tujuan.
7. Membawa teknik baru dalam mengorganisasikan usahanya secara tepat guna,
efektif, dan efesien.
8. Berusaha tidak komsumtif dan selalu menanamkan kembali keuntungan yang
diperoleh di dalam kegiatan bidang usahanya.
Sedangkan ciri-ciri wirausahawan secara umum adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai kemauan yang kuat untuk berusaha.
2.Mempunyai perjuangan yang tidak mengenal lelah dalam berusaha.
3.Percaya pada kenyakinan terhadap diri sendiri untuk maju.
4.Bertanggung jawab atas kemampuan, dan kemajuan dalam bidang usahanya.
5.Pandai dalam cara bernegosiasi untuk memajukan bidang usahanya.
6. Berpikir positif untuk maju dalam bidang usahanya.
7. Berinisiatif, kreatif, dan disiplin terhadap kegiatan usahanya.
Menurut Adi Sutanto, (2000:11) memberikan kesimpulan bahwa ciri-ciri seorang wiraswatawan yang berhasil mempunyai karakter atau ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kreatif dan inovatif. 2. Berambisi tinggi. 3. Energetic. 4. Percaya diri.
6. Bekerja keras dan berpandangan kedepan. 7. Berani menghadapi resiko.
8. Banyak inisiatif dan bertanggung jawab. 9. Senang mandiri dan bebas.
10. Bersikap optimis.
11. Berpikiran dan bersikap positif, yang memandang kegagalan sebagai pengalaman yang berharga.
12. Beriman dan berbuat kebaikan sebagai syarat kejujuran pada diri sendiri. 13. Berwatak maju.
14. Bergairah dan mampu menggunakan daya gerak dirinya. 15. Ulet, tekun dan tidak cepat putus asa.
16. Memelihara kepercayaan yang diberikan kepadanya. 17. Selalu ingin meyakinkan diri sebelum bertindak. 18. Menghargai waktu.
19. Bersedia melakuka n pekerjaan rendahan (pengorbanan).
20. Selalu mensyukuri yang kecil-kecil yang ada pada dirinya sendiri. 2.2.3 Manfaat Membuka Usaha Sendiri
Kebanyakan wirausahawan membuka usahanya untuk kepusaan
diri.Rutinitas yang membosankan, kreasi yang dihambat-hambat, birokrasi yang
panjang dan kaku, atau suasana kerja yang tidak menyenangkan.Budaya (culture)
perusahaan yang tidak cocok merupakan hal yang bisa menciptakan motif, dan
mendorong orang untuk segera mencari kebebasan.Jika mereka bekerja sebagai
didapatkan dari membuka usaha sendiri (Sarosa, 2003:5) adalah sebagai berikut:
1. Pontensi penghasilan yang tak terbatas
Membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan di perusahaan
orang lain. Kalau bekerja sebagi karyawan, penghasilan adalah sebesar gaji
(mungkin ditambah dengan tunjungan-tunjangan bila ada), di mana gaji dan
tunjangan tersebut telah ditetapkan berdasarkan jabatan (masa kerja) oleh
pemilik perusahaan.Dalam hal ini seseorang hanya bisa menerima
keputusan yang dibuat oleh pemilik perusahaan.Sebaliknya, bila membuka
usaha sendiri maka penghasilan yang didapatkan bisa dalam jumlah yang
lebih besar, bahkan tidak terbatas, tergantung dari kinerja dan pengolahan
usaha. Seseorang wirausahawan bebas menentukan berapa yang akan
didapatnya, potensi untuk menerima penghasilan yang tidak terbatas ini
merupakan daya tarik yang mengiurkan bagi seseorang untuk berwirausaha.
2. Memaksimalkan kemampuan K em am puan yang dim aksud bisa berupa ide
ataupun kemampuan yang lain seperti menjual, bernegosiasi, dan lain-lain.
Dengan memiliki usaha sendiri maka wirausahawan memiliki kebebasan
seluas-luasnya untuk bekreasi dengan ide-ide tersebut. Untuk bekerja
dengan adanya batasan-batasan yang mungkin akan sering ditemui jika
memilih untuk bekerja sebagai karyawan disuatu perusahaan. Sudah tentu
dengan adanya kebebasan bekerja dan berkreasi secara maksimal maka
semangat kerjapun tinggi. Semangat kerja yang tinggi inilah yang sangat
diharapkan dapat membuahkan hasil yang maksimum bagi usaha sendiri,
usaha tersebut tergantung dalam mengelola usaha tersebut.
3. Bebas mengatur waktu kerja
Dengan menjadi karyawan, sebenarnya seseorang telah melakukan suatu
transaksi dengan perusahaan tempat bekerja, yaitu jual beli.Seseorang telah
menjual waktu dan kemampuannya untuk digunakan oleh perusahaan.Jika
bekerja sebagai karyawan maka ada keterbatasan untuk bisa mengatur waktu,
sebagian besar waktu dihabiskan di luar rumah.Akan tetapi seseorang, dapat
mengatur waktu kerjanya sendiri jika memulai membuka usaha, bahkan jika
usaha tersebut di rumah.Wirausahawan adalah seperti orang bebas yang
mempunyai tanggung jawab, semakin sukses seorang wirausahawan semakin
banyak waktu luangnya.Seorang wirausahawan bukanlah seseorang yang
makin sibuk jika usahanya mulai berkembang.
4. Sikap mental yang mandiri
Sebagai seorang manajer dalam usaha sendiri, maka bersikap mandiri dalam
menjalankan usahanya yang merupakan tuntutan yang harus dilakukan.Sikap
mental yang kuat dan mandiri sangat dibutuhkan pada saat sedang
menghadapi masalah yang berat sehingga menuntut untuk dapat mengambil
tindakan yang cepat dan tepat.Pada situasi seperti ini tidak ada siapapun yang
bisa diandalkan selain diri sendiri, karena setiap wirausahawan merupakan
manajer pada usahanya.Justru wirausahawan tersebut yang diharapkan oleh
kehidupan pribadi si pengusaha sangat berkorelasi dan saling
mempengaruhi.Self Management (manajemen diri sendiri) merupakan hal
yang sangat penting yang harus dilakukan oleh wirausahawan untuk memberi
contoh para bawahan atau karyawannya.
2.2.4 Faktor -faktor yang mendorong wir ausahawan memulai usaha K ecil.
Faktor apa sebenarnya yang mengerakkan seseorang untuk memiliki usaha sendiri. Pertanyaan ini kerap muncul ketika kesuksesan seseorang dipublikasi pada media, pengakuan ini bukanlah suatu hal yang mudah didapatkan.Lust of power atau haus akan kekuasaan dapat dikatakan sebagai alasan seseorang ingin menjadi wirausahawan, mereka yakin apabila mereka punya power atau kekuasaan, mereka dapat melakukan sesuatu lebih lancar dan lebih efisien (Abdinagoro, 2004:2).
Dengan pengetahuan dan kemampuan yang mereka miliki dapatlah merubah cara pengerjaan sesuatu apapun (Pandji, 2004:243), maka faktor-faktor yang mendorong wirausahawan memulai usaha kecil adalah sebagai berikut:
1. Modal
Modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam berbagai
aktivitas yang dilakukan, karena modal dapat membiayai semua kegiatan
operasional dalam usaha, seperti: untuk pengadaan bahan baku, membayar upah
tenaga kerja, pemasaran, produksi dan lain-lain. Akan tetapi masalah modal
kadangkala tidak menjadi masalah bagi orang yang mempunyai kelebihan dana,
tetapi bagi orang yang yang mempunyai dana relatif kecil itu memang menjadi
masalah. Kedua orang tersebut, ketika akan memulai usahajelas mempunyai
keinginan yang sama. Apabila seseorang mempunyai jiwawirausahaan, maka dia
Sedangkan menurut Situmorang (2009:176), suatu aktivitas bisnis tidak
akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh ketersediaan dana yang
baik dan mencukupi. Bila suatu aktivitas bisnis tidak dapat memenuhi permintaan
barang atau jasa sesuai dengan jumlah dan kriteria pelanggan dikarenakan bisnis
tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan proses produksinya,
maka sudah dapat dipastikan usaha itu akan terancam gagal.
Dalam menentukan besarnya dana yang akan diperlukan untuk
menjalankan suatau aktivitas bisnis, dibutuhkan suatu peramalan atau forecasting
yang baik. Peramalan atau taksiran ini berbeda-beda untuk masing-masing jenis
proyeknya. Pada umumnya, taksiran dana yang dibutuhkan tersebut tergantung
pada kompleksitas dari kegiatan pendanaan itu sendiri, misalnya penentuan lokasi
bisnis yang bergantung pada harga tanah. Semakin mahal harga tanah maka akan
semakin besar pula dana yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut.
Modal kerja dibutuhkan setiap perusahaan untuk membiayai aktivitasnya
sehari-hari.Walaupun perusahaan mempunyai aktiva tetap, tetapi tidak memiliki
modal kerja, maka perusahaan tersebut dikatakan perusahaan mati.Kehidupan
perusahaan sangat bergantung pada modal kerjanya.
Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan
untuk membiayai kegiatan sehari-hari. Secara umum, modal kerja dapat diartikan
dalam dua bentuk, yaitu gross working capital adalah keseluruhan aktiva lancar
yang akan digunakan dalam operasi dan net working capital menunjukan
Modal kerja disini akan diartikan sebagai keseluruhan aktiva lancar yang
akan digunakan untuk kegiatan operasional bisnis seperti membeli mesin dan
bahan baku, sewa ruangan, merekrut karyawan, dan melakukan
pemasaran.Estimasi dari modal kerja tergantung pada rencana produksi dan
penjualan dari bisnis tersebut. Semakin besar rencana produksi dan penjualan
yang akan dilaksanakan oleh suatu bisnis, maka akan semakin besar pula modal
kerja.
Pengelolaan modal kerja akan sangat menetukan posisi keuangan
perusahaan, sehingga dalam setiap penggunaan modal kerja dapat tercapai tujuan
suatu perusahaan jika adanya suatu keseimbangan dalam hal penyediaan dalam
modal kerja tersebut. Modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan akan
menimbulkan kerugian atau hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba.
Sebaliknya modal kerja yang jumlahnya terlalu besar dari yang dibutuhkan
akanmengakibatkan terjadinya dana menganggur, sehingga tidak efisien dalam
penggunaan dana.
Menurut Suryana (2010:5) dalam kewirausahaan, modal tidak selalu
identik dengan modal yang berwujud (tangible) seperti uang dan barang, tetapi
juga modal yang tidak berwujud (intangible) seperti modal intelektual, modal
sosial, modal moral dan modal mental yang dilandasi agama.
b. Modal sosial dan moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan sehingga dapat terbentuk citra.
c. Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi risiko dan tantangan.
d. Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini akan terbentuk apabila modal-modal diatas sudah dimiliki.
Dari teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi indikator variabel modal adalah:
1. Kebutuhan modal 2. Sumber modal 3. Penggunaan modal
2. Peluang
Banyak orang membayangkan dirinya mengolola bisnis milik mereka
sendiri, membuat keputusan-keputusan kunci, dan menghasilkan
keuntungan.Peluang merupakan suatu kesempatan dalam menjalankan
usaha.Seorang wirausahawan harus dapat melihat dan memanfaatkan peluang
sehingga dapat memberikan keuntungan bagi usahanya.Peluang atau
kesempatan tidak datang berulang-ulang, tetapi mungkin hanya sekali saja
dalam waktu yang sangat singkat, sehingga diperlukan antisipasi dan waktu
yang tepat untuk melihat berbagai peluang agar tidak mengalami
kegagalan.Para wirausahawan harus dapat mengukur dan memperkirakan
yang ingin dicapai.
Ada tiga fase pendekatan mengindefikasi peluang dalam bisnis, yaitu:
1. Menemukan gagasan.
2. Mengindefikasi peluang yang ada.
3. Melaksanakan manajemen usaha yang diciptakan.
Menurut Soetadi (2010:31) berikut ini adalah beberapa informasi
sederhana cara jitu memberanikan diri kita untuk memulai memanfaatkan peluang
wirausaha yang ada untuk berwirausaha dengan sukses dan berhasil :
1. Melakukan riset pasar.
2. Menyusun rencana untuk memulai usaha dengan benar.
3. Memahami dan mematuhi aturan, baik dari yang telah kita buat sendiri atau jenis peraturan lainnya yang diluar wewenang kita (misalnya peraturan daerah).
4. Dan melakukan strategi pemasaran dengan tepat sasaran. 3. Pendidikan
Pendidikan salah satu faktor yang diperlukan dalam memulai dan
menjalankan usaha, baik usaha kecil maupun usaha menengah.Pendidikan
diperlukan untuk membuat perencanaan bisnis yang meliputi perencanaan
keuangan dan pengelolaan usaha.Pada umumnya hanya sedikit yang mempunyai
laporan keuangan yang sederhana, hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal,
seperti: dari SMU atau Perguruan Tinggi, dan pendidikan non formal, seperti:
pelatihan tentang UKM atau kursus.
Menurut Hartono (2005:20) kesejahteraan hidup harus dicapai melalui
oleh manusia belum tentu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi perwujudan
kehidupan kehidupan sejahtera yang mereka idam-idamkan. Agar pekerjaan
menjadi efektif, manusia harus banyak belajar melalui pendidikan maupun
pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.
Menurut Bongsu menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu
faktor yang menunjang keberhasilan usaha skala kecil, dengan asumsi bahwa
pendidikan yang lebih baik akan memberi pengetahuan yang lebih baik dalam
mengelola usahanya.
4. Emosional
Suatu keadaan yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang untuk
melakukan suatu rencana yang dikehendakinya.Tindakan emosional itu juga
merupakan dorongan pribadi seseorang untuk melakukaan suatu kegiatan.Dengan
dorongan emosi maka orang dapatbertindak sesuai dengan keinginannya.Faktor
emosional adalah fenomena kelas mental yang secara unik dikarakteristikkan oleh
pengalaman yang disadari, yaitu keadaan perasaan subjektif, yang biasanya
muncul bersama-sama dengan suasana hati konsumen (Mowen dan Minor, 2004:
208).
Menurut Hendro (2011:61) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
emosional untuk memilih menjadi wirausaha, antara lain:
1. Dorongan pribadi
diperoleh dari pekerjaan pokok atau pekerjaan utama tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
3. Usaha turun temurun keluarga
Meneruskan usaha keluarga yang sudah ada sangat berperan penting dalam menumbuhkan atau mempercepat seseorang untuk mengambil keputusan berkarier sebagai wirausaha, karena keluarga berfungsi sebagai konsultan pribadi, dan mentornya.
4. Tidak mempunyai pekerjaan lain
Kondisi yang diciptakan atau yang terjadi, misal PHK, pension, dan menganggur atau belum kerja, akan dapat membuat seseorang memilih jalan hidupnya menjadi wirausaha, karena memang sudah tidak ada pilihan lagi untuknya.
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
N o
Peneliti (Tahun
Penelitian) Judul Penelitian Variabel Penelitian
Alat
Analisis Hasil Penelitian
1 Wanita di Pasar Petisah Medan
1. Dari hasil analisis yang telah dijelaskan pada bab analisis dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa faktor kemandirian, faktor modal, faktor emosional, dan faktor pendidikan baik secara simultan/bersama-sama maupun secara
2 Usaha Tahu Rumah Tangga
Independent: Faktor Internal (kekuatan dan kelemahan), Faktor
Kekuatan yang dimiliki usaha tahu memilik skor 1,862, Kelemahan usaha tahu memiliki skor 0,426, Peluang memiliki skor 1,158, dan Ancaman memiliki skor 1,004
3 Online (Studi Pada Mahasiswi Sekolah faktor keinginan pribadi. Dependen: memulai menunjukkan bahwa terdapat lima faktor yang terbentuk dalam memotivasi wanita berwirausaha melalui bisnis online khususnya pada mahasiswa sekolah bisnis di Bandung adalah faktor keluarga, faktor pengalaman, peluang, faktor pengangguran, faktor keininginan pribadi.
(Lanjutan)
Judul Penelitian Variabel Penelitian Alat
Analisis Hasil Penelitian
4 Putra Aditia lingkungan faktor harga diri, faktor peluang, faktor kepribadian, faktor visi, faktor pendapatan dan percaya diri.
Faktor yang menentukan minat berwirausaha yaitu faktor lingkungan, harga diri, peluang, kepribadian, visi, pendapatan,percaya diri. Start a Business in Uganda
Independent: Personality Factors, Situational Variable, Start Up
Analisis Multivariate
(Lanjutan)
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
6
JJ Van Vuuren (2007)
A CRITICAL ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF START-UP
FACTORS IN SMALL BUSINESSES AND Starting up the small bussines start-up di usaha kecil dan usaha kewirausahaan di yang efektif; dan dukungan dari mitra dan penashat.
2.4 Ker angka Konseptual
Kerangka konseptual adalah pondasi utama di mana sepenuhnya proyek
penelitian ditujukan, dalam hal ini merupakan jaringan antar variabel yang secara
logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang
telah diindentifikasi melalui proses wawancara, obsevasi, dan survei literatur
(Kuncoro, 2009:44).
Memulai usaha bukanlah perkara yang mudah. Ada orang memulai usaha
karena tidak ada pilihan lain selain membuka usaha sendiri, karena pendidikan
membuka usaha karena lebih senang memilih usaha sendiri dari pada bekerja pada
orang lain (Pandji, 2004:234).
Menurut Pandji memulai usaha adalah suatu langkah untuk menjalankan
semua rencana usaha, baik rencana yang akan dijalankan itu untuk usaha besar
ataupun untuk usaha kecil.
Menurut Situmorang (2009:176), suatu aktivitas bisnis tidak akan dapat
berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh ketersediaan dana yang baik dan
mencukupi. Bila suatu aktivitas bisnis tidak dapat memenuhi permintaan barang
atau jasa sesuai dengan jumlah dan kriteria pelanggan dikarenakan bisnis tersebut
tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan proses produksinya, maka
sudah dapat dipastikan usaha itu akan terancam gagal.
Menurut Pandji (2004:244) pendidikan salah satu faktor yang diperlukan
dalam memulai dan menjalankan usaha, baik usaha kecil maupun usaha
menengah.Pendidikan diperlukan untuk membuat perencanaan bisnis yang
meliputi perencanaan keuangan dan pengelolaan usaha.Pada umumnya hanya
sedikit yang mempunyai laporan keuangan yang sederhana, hal ini disebabkan
karena kurangnya pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui
pendidikan formal, seperti: dari SMU atau Perguruan Tinggi, dan pendidikan non
formal, seperti: pelatihan tentang UKM atau kursus.
Menurut Pandji (2004:244), emosional suatu keadaan yang mampu
mempengaruhi tindakan seseorang untuk melakukan suatu rencana yang
Menurut Pandji (2004:243), peluang merupakan suatu kesempatan dalam
menjalankan usaha. Para wirausahawan harus dapat mengukur dan
memperkirakan ukuran pertumbuhan dan potensi laba dari setiap peluang yang
ada, dan berhati-hati dalam mengevaluasi peluang sebelum memilih pasar dan
sasaran yang ingin dicapai.
Maka dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan
variabel yang akan diteliti, yaitu modal, peluang, pendidikan, dan emosional
sebagai X1, X 2, X 3, X4, dan memulai usaha kecil sebagai Y.
Sumber: Pandji (2004) Gambar 1. Kerangka Konseptual
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak dicari kebenarannya
melalui riset.Dikatakan jawaban sementara karena hipotesis pada dasarnya
merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan
masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu diuji terlebih dahulu melalui
analisis data (Suliyanto, 2006:53).
Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka konseptual, maka
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:“Variabel modal, peluang, pendidikan, Modal (X1)
Peluang (X2)
Pendidikan (X3) Emosional (X4)
dan emosional berpengaruh positif terhadap memulai usaha kecil di sekitar Super