• Tidak ada hasil yang ditemukan

model pembelajaran dan saintifik kontekstual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "model pembelajaran dan saintifik kontekstual"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses usaha dalam membentuk karakter siswa untuk menjadi karakter yang baik, atau proses perubahan dari yang belum mengerti menjadi mengerti tentang sikap, kognitif serta keterampilan. Pendidikan tidak hanya di dapat di lingkungan sekolah, tetapi juga di dapat di lingkungan keluarga serta masyarakat, ketiga komponen itu harus saling berhubungan satu samalainya dan saling mendukung sehingga nantinya akan terciptanya pendidikan yang baik. Menurut filsafat dari negeri Cina bahwa Negara yang ideal adalah sekolah yang ideal. Sekolah adalah lembaga formal yang nantinya sangat membantu dalam proses pendidikan. Oleh karena itu lembaga pendidikan (sekolah) harus berperan aktif dalam proses pendidikan untuk membentuk sikap serta ilmu pengetahuandanketerampilan yang efektif.

Munculnya pendidikan karakter sebagai wacana baru pendidikan nasioanal bukan merupakan fenomena yang mengagetkan. Maraknya perilaku negative pada saat ini sangat bertentangan dengan visi dan misi pendidikan dalam membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian dan berakhlak mulia sebagai mana dicita-citakan dalam pendidikan nasional. Karenanya pendidikan karakter bukanlah konsep baru pada pendidikan nasional. Berbicara pendidikan karakter berarti mengembalikan sekolah pada tugas pendidikanya sesuai dengan undang-undang, yakni membangun karakter bangsa.

(2)

Satuan Pendidikan) kini berubah menjadi K13 atau disebut dengan Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 ini berbasis karakter yang mana pada proses pendidikan tersebut menekankan pada tiga ranah kompetensi yaitu ranah kognitif, ranah psikomotorik, dan ranah afektif yang diterapkan pada proses belajar mengajar di dalam kelas maupun pada saat diluar kelas guru sebagai pendidik berupaya terus untuk mengarahkan pada peserta didiknya pada kemampuan ketiganya ini dari segi karakter sikap, memahami keterampilan yang dimiliki serta kognitif yang mereka (peserta didik) sekiranya mampu.

Ada beberapa pendekatan dalam K13 ini, yang sesuai dalam proses pembelajarannya seperti contoh pendekatan Saintifik, pendekatan Inkuiri, pendekatan Kontekstual dan pendekatan Tematik Terpadu. Pada pendekatan tersebut nantinya akan berkembang dalam sebuah model pembelajaran kemudian akan mengarah pada metode dan teknik pembelajaran, tentu semua itu dalam rangka menentukan sebuah pendekatan apa yang harus dipilih, maka dari itu lebih baik seorang pendidik harus mengetahui karakter siswanya terlebih dahulu. Seprti halnya pendekatan Saintifik yang mana lebih memberdayakan sisiwanya dalam proses pembelajarannya, begitu pula pada tematik terpadu yang mana menggabungkan seluruh materi pembelajaran dalam satu tema. Semua itu merupakan sedikit gambaran dalampembelajaran K13.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Model Pembelajaran Saintifik berbasis K13?

2. Bagaimana Model Pembelajaran Tematik Terpadu berbasis K13? 3. Bagaimana Model Pembelajaran Inquiri berbasis K13?

4. Bagaimana Model Pembelajaran Kontekstual berbasis K13?

C. Tujuan

1. Untuk memaparkan Model Pembelajaran Saintifik berbasis K13.

2. Untuk memaparkan Model Pembelajaran Tematik Terpadu berbasis K13. 3. Untuk memaparkan Model Pembelajaran Inquiri berbasis K13.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Seperti pendidikan pada umumnya, pendidikan sains mempunyai kedudukan yang sama. Dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan intelektual peserta didik pendidikan sains memiliki peranan yang sangat pentimg. Pada pendidikan sains, siswa di dorong untuk melakukan penelusuran masalah, seperti mengamati, menanya, menalar, mencipta, mencoba, mengkomunikasikan.1

Sejatinya pendekatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik artinya pembelajaran itu dilakukan secara ilmiah. Oleh karena itu pendekatan ilmiah disebut juga pendekatan saintifik. Proses pembelajaran dapat disamakan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu kurikulum 2013 mengamnatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.2

1. Konsep Pembelajaran Saintifik

Sebelum melakukan sebuah pembelajaran tentunya seorang pendidik akan memilih pendekatan terlebih dahulu lalu bagaimana konsep yang akan diterapkannya dalam pembelajaran. Berikut konsep atau langkah-langkahnya dalam pembelajaran Saintifik:

a. Mengamati contohnya peserta didik mampu mengamati besar dengan kecil suatu benda, panjang dengan pendek, jauh dengan dekat. Lebih cocok kelas 1,2, dan 3 SD/MI.

b. Menanya contohnya peserta didik menanyakan Bagaimana kalau, Bagaimana kalu tidak, Sebenarnya apa yang…

1Bagus Mustakim, Pendidikan Karakter, Membangun Delapan Karakter Emas, Menuju

Indonesia Bermartabat, (Yogyakarta : Samudra Biru, 2011), 101.

2 Musfiqon dan Nurdiansyah, Pendekatan Pembelajaran Scientific, (Sidoarjo:Nazamia

(4)

c. Menalar. Menghubung-hubungkan sesuatu dengan yang lain untuk mengambil kesimpulan. Contoh benda A begini, benda B begini, tetapi benda C kok seperti ini…

d. Mencipta. Orientasinya untuk membantu terjawbnya pertanyaan yang dikemukakan pada tahap menanya.

e. Mencoba, siswa melakukan/mempraktekkan

f. Jejaring / komunikasi. Mengkomunikasikan ide / temuan / pengalaman kepada orang lain.

Gambar : Langkah- langkah Ilmiah

Sumber : Musfiqon, Pendekatan Pembelajaran Saintifik

2. Model Pembelajaran Saintifik

Secara bahasa model yaitu gambaran yang menjelaskan suatu objek, dari konsep suatu pelaksanaan. Sedangkan model pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana konseptual yang berisi strategi, pendekatan metode, teknik serta taktik yang telah disusun oleh tenaga pendidik.

Pada pendekatan saintifik setidaknya ada tiga model pembelajaran yang dapat di implemantasikan , yaitu: (1) model pembelajaran berbasis proyek, (2) model pembelajaran berbasis masalah, (3) model pembelajaran berbasis inkuiri. Berikut konsep tiga model pembelajaran saintifik:

a. Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek, adalah proses kegiatan belajar mengajar yang dijadikan sebagai subjek pembelajaran dan pembelajaran yang menggunakan proyek. Siswa di dorong untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interprestasi, sintesis dan mencari informasi untuk

Mencipta

Mengamati Menanya Menalar

Mencoba Jaringan/

(5)

menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Untuk lebih jelasnya berikut langkah-langkah pelaksanaan PBL: (1) Penentuan pertanyaan mendasar yaitu penentuan pertanyaan yang esensial, pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. (2)Mendesain perencanaan guru dan murid berkolaborasi dalam menentukan aktivitas yang nantinya mampu menjawab sebuah pertanyaan. (3)Membuat jadwal, bahwa guru dan murid berkolaborasi dalam menyusun jadwal agar dalam membuat proyek dapat selesai tepat waktunya, selain itu guru juga member pengarahan dalam penyelesaian proyek. (4) Memonitor siswa dan kemajuan proyek. Pengajar harus bertanggung jawab terhadap pesrta didik dalam proses mengerjakan proyek. (5)Menguji hasil pengajar melakukan sebuah penilaian dari hasil proyek di hasilka oleh peserta didik. (6)Mengevaluasi pengalaman disini pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktifitas dan hasil proyek yang sudah di jalankan.

b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis proyek sekilas sama dengan Pembelajaran berbasis masalah. Namun ada perbedaan mendasar yang telah menjadi karakteristik sendiri. Problem Based Learning dirancang dengan memunculkan suatu masalah yang nantinya siswa mendapat pengetahuan dari masalah yang telah dimunculkannya tersebut. Selain itu siswa diharapakan dapat memecahkan masalah tersebut dengan sendirinya dan mempunyai model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim untuk menyelesaikan masalah dalam kelompok.

(6)

Gambar : Lima Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Sumber : Musfiqon, Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Langkah pertama, pemberian konsep dasar diperlukan untuk peserta didik memperoleh kunci utama dalam pembelajaran sehingga dapat memahami petunjuk secara jelas. Langkah kedua fasilitator menyampikan skenario. Langkah ke tiga setiap siswa melakukan pencarian sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang di investigasi secara individu. Langkah empat peserta didik berdiskusi dalam pencapainnya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Langkah ke lima penilaian dari pengetahuan, kecakapan, dan sikap. Untuk memberikan gambaran operasionalisasi model pembelajaran berbasis masalah berikut ini dipaparkan contoh penerapannya dalam pembelajarannya sebagaimana dibawah ini:3

(7)

Gambar : Tahapan Pembelajaran model PBL Sumber : Musfiqon, Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Menggunakan model PBL siswa juga berusaha untuk mengambil tanggung jawab untuk belajar, tidak hanya secara pasif menerima informasi, namun secara aktif mencari informasi yang diperlukan sesuai dengan kemampuan yang ada.4

c. Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri.

Pembelajaran Inkuiri adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Jadi, belajar bukan hanya jurusan intelektual, tetapi semua aspek kehidupan siswa, kognitif, afektif, dan psikomotorik.5Pembelajaran inkuiri menekankan pada proses mencari

dan menemukan. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inquiri adalah (1)

4 International Journal of Education and Research, “Effect of Problem Based Learning (PBL)

Models of Critical Thinking Ability Student on The Early Mathematics Abilitiy”. Vol. 4 , 2016.

5 Faad Maonde dkk, The Discrepancy of Student’s Mathematic Achievement Through

(8)

keterlibatan siswa secara maksimal, (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis dalam tujuan pembelajaran, (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Berikut tahap pembelajaran inkuiri ada enam langkah:

1) Langkah pertama, stimulation. Menyuruh siswa membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan di dalamnya. 2) Langkah kedua problem statement. Tahap ini siswa diberi kesempatan

mengidentifikasi berbagai permasalahan sebanyak mungkin. Kemudian siswa memilih sebuah permasalahan yang menurutnya menarik, selanjutnya permasalahan dirumuskan dalam pernyataan hipotesis saebagai jawaban sementara.

3) Langkah ketiga untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, pesrta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan info yang relevan.

4) Langkah empat semua informasi yang telah di peroleh dari bacaan, wawancara, observasi, diolah secara klarifikasi dengan tingkat kepercayaan.

5) Langkah kelima di fokuskan pada mengecekkan ulang pada hasil olahan dan tafsiran atau informasi yang ada untuk memastikan apakah hipotesis yang diajukan sudah terjawab atau belum.

6) Langkah ke enam pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan.6

Jadi pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kegiatan belajar mengajar yang dirancang secara aktif dan efisien dalam belajar agar siswa secara aktif membangun konsep hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik ditujukan agar dapat membentuk karakter siswa dengan melalui pendekatan

(9)

pembelajaran yang telah diterapkan pada saintifik, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah pada guru7.

B. Pembelajaran Tematik Integratif

Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bukan hanya dengan transfer ilmu seperti guru hanya memberikan pengetahuan kepada guru, tetapi siswa harus mampu mencari dan membangun pengetahuannya sendiri.

Pendekatan konstruktifiktif dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada perpadan antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi social, sebagaimana teknik-teknik dalam modifikasi perilaku yang didasarkan pada teori operant conditioning dalam psikoligi behavioral. Premis dasarnya bahwa individu harus secara aktif membangun pengetahuan dan keterampilannya dan informasi yang ada diperoleh dalam proses pembangunan kerangka oleh siswa dari lingkungan di luar dirinya8. Seperti pada pembelajaran temaik ini yang

termasuk pada pembelajaran kontruktifiktif.

Pembelajaran tematik adalah progam pembelajaran yang berangkat dari satu tema / topik tertentu dan kemudian dielaborasi dari berbagai aspek atau di tinjau dari berbagai prespektif mata pelajaran yang biasa diajarkan di sekolah.9Menurut Beans, pembelajaran tematik sebagai upaya untuk

mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan pengetahuannya. Kesempatan lebih besar bagi para guru dari berbagai disiplin ilmu untuk menemukan topik, konsep, dan keterampilan umum.

Pada dasarnya anak belajar berkat interaksinya dengan ingkungannya bak lingkungan fisik maupun lingkungan social. Dari interaksi demikian anak memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Ketika anak berinteraksi dengan lingkungannya ini ia belajar banyak hal, dari subjek matematik, ilmu

7 Daryanto & Syaiful Karim, Pembelajaran Abad 21, ( Yogyakarta : Gava Media, 2017), 41. 8 Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, ( Yogyakarta : Ar-Ruzz

Media, 2015). 163

9 Abd. Khadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, ( Jakarta: Rajagrafindo Persada,

(10)

pengetahuan social sampai humaniora.10 Dalam pembelajaran tematik itulah anak

akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang holistic. Sehingga tidak tesegmentasi per mata pelajaran yang akibatnya pengeatahuan dan pengalaman murid terpecah-pecah.

Gardner (1983/93) menyatakan bahwa selain kecerdasan verbal / linguistik dan logis / matematika tradisional, lima jenis kecerdasan lainnya juga ada. Ini termasuk kecerdasan musik, visual / spasial, tubuh / kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal. Untuk memfasilitasi pembelajaran, guru harus menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran yang mencakup semua kecerdasan, daripada hanya berfokus pada aktivitas bahasa dan matematika tradisional11.

1. Konsep Pembelajaran Tematik ter Integratif.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diwakili dengan suatu pokok bahasa atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep yang lain yang dilakukan secara spontan dan direncanakan, baik dalam bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran lebih bermakna.12

2. Model Pemelajaran Tematik Integratif

a. Model Pembelajaran Jaring Laba-laba (Webbed Model)

Pembelajaran Webbed model adalah proses kegiatan belajar dimana tema ditarik menjadi beberapa sub tema yang selanjutnya akan di pelajari dari tema dan sub-sub tema tersebut. Kurikulum berjaring menggunakan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan materi pelajaran. Menyediakan tema yang luas.13

10 Abd. Khadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran …5.

11 International Journal of Education and Psychological Research (IJEPR), Thematic Approach for effective communication in ECCE, Volume 3, Issue 3, September 2014.

12 Abd. Khadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran …8.

13 International Journal of Higher Education, A “New” Thematic, Integrated Curriculum for

(11)

Berikut ini adalah contoh merencanakan pembelajaran tematik model jaring laba-laba yang di mulai dari penjabaran kompetensi dasar dari mata pelajaran di kelas 1 ke dalam indikator :

Gambar : Wabbed Model Sumber : Kemendiknas 2014

Bagan diatas merupakan langkah-langkah pembelajaran tematik jaring Laba-laba (Webbed Model).14

b. Model Keterhubungan/Terkait (Connected Model)

Menurut Trianto, model pembelajaran terkait adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya, mengaitkan suatu konsep dengan konsep yang lain, mengaikan suatu ketrampilan dengan keterampilan yang lain, dan juga dapat mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari yang lain atau hari berikunya dalam bidang studi.

14Abd. Khadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik,… 48.

(12)

Pembelajaran model keterhubungan ini kuncinya adalah suatu usaha sadar dalam mengaitkan satu materi terhadap disiplin ilmu. Dengan demikian, model terhubung merupakan model integrasi inter bidang studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintergasikan satu konsep keterampilan atau kemampuan yang ditumbuh kembangkan dalam satu pokok bahasan atau subpokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau bahasan lain.

Lebih lanjut dijelaskan oleh sukayati (2004) bahwa dalam hal ini guru perlu menyusun dan merencanakan pembelajaran yang mengaitkan belanja dengan materi keterhubungan indikator dalam mata pelajaran IPS di kelas tiga semester 2. Dengan demikian alternatif bagan dari tema dan subtema yang diambil dapat disajikan sebagai berikut:15

1. Mengidentifikasi kegiatan jual beli di lingkunganrumah dan sekolah

2. Mengenal jual beli kebutuhan sehari-hari

15. Abd. Khadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik,… 42.

1.Mengenal berbagai nilai mata uang

2.Mengenal manfaat mata uang

3.Memecahkan masalah yang menggunakan uang

BELANJA

(13)

Gambar : Model Keterkaitan Sumber : Kemendiknas 2014

C. Pembelajaran Kontekstual Learning

Pembelajaran Kontekstual adalah kegiatan belajar mengajar yang mengaitkan materi dengan situasi yang nyata terhadap para siswa sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari proses belajarnya.16

CTL dan Teori Belajar Aktif. Banyak pendidik pikirkan pembelajaran aktif sebagai strategi apa pun yang menyimpang dari format kuliah tradisional di mana seorang guru menanamkan pengetahuan dengan membicarakannya. Chickering dan Gamson menyarankan agar aktif, siswa harus melakukan lebih banyak dari pada mendengarkan.17

Sementara itu, Ditjen Dikdasmen menyebutkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu:

a. Konstruktivisme

Pengetahuan di bangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap di ambil dan diingat. b. Menemukan (Inquiri)

Pengetahuan dan keterampilan tidak hanya di dapat dengan mengingat saja, melainkan hasil dari menemukan sendiri melalui mengamati, bertanya, mengajukan hipotesis pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan. Siklus Inkuiri :

a) Observation. b) Questioning. c) Hipotesis.

16 Kokom Komalasari, Pembelajaran kontekstual: Konsep dan Aplikasi, (Bandung :PT. Refika

Aditama, 2013), 6.

17 International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, Contextual Teaching

(14)

d) Data guitering. e) Conclusion.

Langkah –langkah kegiatan menemukan (inquiry): Merumuskan masalah.

a) Mengamati atau melakukan observasi.

b) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan, bagan, table atau karya lainnya.

c) Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru18.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bagi guru bertanya di pandang sebagai kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa

d. Masyarakat belajar (Learning Community)

Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

e. Pemodelan (Modeling)

Pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Guru menjadi model sehingga dapat memberikan contoh dari apa yang telah diterangkan.

f. Refleksi (Reflection)

Cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima. g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)

Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata hasil dengan berbagai cara.19Berikut model-model pembelajaran kontekstual learning:

18 Yatim Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik dalam

implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas, ( Jakarta : Kencana, 2014). 168

(15)

a. Problem Based Learning, yaitu aktivitas belajar mengajar yang menggunakan contoh kongkret / nyata sebagai suatu konteks bagi siswa saat belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran.

b. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif learning), yaitu memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama.

Bekerja sama adalah strategi yang paling efektif untuk belajar menulis. Siswa tidak dapat melakukannya kemajuan signifikan di kelas ketika mereka bekerja secara individual. Di sisi lain, siswa yang bekerja dalam kelompok kecil dapat menangani masalah rumit itu dengan sedikit bantuan dari luar (Pintrich & Schunk, 1996). Itu ditegaskan kembali oleh data dari pengamatan bahwa pembelajaran kooperatif membuat siswa mudah untuk belajar tata bahasa dari teks teman mereka dan bisa mendiskusikan kesalahan dengan teman-teman mereka dalam kelompok20.

c. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL), Mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata. Suatu pembelajaran komperhensif dimana lingkungan belajar siswa di desain agar siswa dapat melakukan penyelidikan dalam masalah autentik termasuk dalam pendalaman materi suatu materi pelajaran dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.

d. Model Pembelajaran Konsep (Concept Learning) setiap mata pelajaran mengandung muatan konsep-konsep yang harus dipahami siswa. Pendekatan konseptual menghendaki konsep-konsep tersebut di konstruk dan ditemukan oleh siswa sendiri melalui keterkaitannya dengan realita kehidupan dan pengalaman siswa.

(16)

e. Model pembelajaran berbasis kerja merupakan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali ditempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali ditempat kerja dan berbagai aktivitas dipadukan dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa.21

Ciri-ciri pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :

1. Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Peserta didik harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka.

2. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan di beri begitu saja oleh guru.

3. Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

4. Mengkombinasikan tujuh unsur utama pembelajaran efektif : kontruktivisme, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, penilaian sesungguhnya.22

D. Model Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inquiry (inkuiri), Merupakan pembelajaran yang populer. Model inquiry (inkuiri) bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun keterampilan, kognitif, dan sikap.

Tujuan inquiry learning menurut bruner adalah Melalui kegiatan tersebut peserta didik akan menguasai, menerapkan, dan menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. Guru memberikan kesempatan bagi siswanya untuk menjadi problem solver, saintis, ahli matematika dan sebagainya.

Karakteristik yang paling jelas tentang inquiry sebagai model pembelajaran ialah sesudah tingkat inisial (permukaan) pembelajaran, Bahwa siswa sebagai

21Kokom Komalasari, Pembelajaran kontekstual…,75-80.

22 Ali Mudlofir & Evi Fatimatur Rusydiyah. Desain Pembelajaran Inovatif ; Dari Teori dan

(17)

subjeknya sehingga peran guru tidak terlalu banyak melakukan aktivitas.23Menurut Sanjaya, ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model

pembelajaran inkuiri. Pertama, inkuiri menekankan kepada aktifitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Kedua, seluruh aktifitas yang dilakukan siswa mulai bertanya, mengamati, menalar, mencoba dari keseluruhan itu diharapkan dapat menumbuhkan percaya diri siswa. Ketiga, mengembangkan kemampuan intelektual sebagai dari proses mental.

Akibatnya dalam penerapan pembelajaran inkuiri peserta didik tidak hanya di dorong supaya menguasai pelajaran, tetapi bagaimana mereka dapat menemukan sendiri potensinya.24 Beberapa macam model pembelajaran inquiry

yang dikemukakan oleh paara ahli diantaranya:

1. Guide Inquiry

Pembelajaran inquiri terbimbing, yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada peserta didik. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, peserta didik tidak merumuskan masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Dalam proses, siswa dan guru bekerja bersama merumuskan masalah dan mengembangkan jawaban. Kegiatannya bisa melatih siswa mengembangkan sikap tanggung jawab dan kemampuan kognitif (Bilgin, 2009)25.

2. Modified Inquiry

Model pembelajaran inkuiri ini memiliki ciri guru hanya memberikan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur

23 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik,(Jakarta: Prestasi

Pustaka Publiser, 2011), 129.

24Muhammad Fathurrahman, Model-model Pembelajatan Inovatif: Alternatif Desain

Pembelajaran Yang Menyenangkan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2015),106.

25 International Journal of Research & Review, Scientific Literacy of Students

(18)

penelitian untuk memperoleh jawaban. Di samping itu, guru merupakan narasumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yanh diperlukan untuk menghindari kegagalan dan memecahkan masalah.

3. Free Inquiry

Pada model ini peserta didik harus mengidentifikasikan dan merumuskan macam problem yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model ini guru memberikan masalah saja, sedangkan prosedur dan pemecahan masalah tergantung kepada peserta didik. Jadi, pembelajaran aktif akan terbentuk dalam model ini.

4. Inquiry Role Approach

Yaitu melibatkan peranan peserta didik dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat orang untuk memecahkan masalah yang diberikan. Masing-masing anggota memegang peranan berbeda, yaitu sebagai koordinator tim, penasihat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.

5. InvitationInto Inquiry

Yaitu melibatkan peserta didik dalam proses pemecahan masalah dengan cara-cara lain yang ditempuh para ilmuwan. Suatu invitasi memberikan problem kepada peserta didik melalui pertanyaan yang telah direncanakan dengan hati-hati dan mendorong peserta didik untu melakukan beberapa kegiatan diantaranya: a. Merancang eksperimen, b. Merumuskan hipotesis, c. Menetukan sebab akibat, d. Mengintsrpretasikan data, e. Membuat grafik, f. Menentukan peranan dalam diskusi dan kesimpulan, g. Mengenal bagaimana kesalahan eksperimental mungkin dapat dikurangi atau diperkecil.

6. Pictorial Riddle

(19)

tulis, poster, atau diproyeksikan dari suatu transparasi kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi itu.

7. Synectics Lesson

Pada jenis ini guru hendaknya memusatkan keterlibatan peserta didik untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreatifitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena kiasan dapat membantu peserta didik dalam berfikir untuk memandang suatu problem sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.

8. Value Clarification

Value Clarification, yaitu peserta didik lebih difokuskan pada pemberian kejelasan tentang suatu tata aturan atau nilai-nilai pada suatu proses pembelajaran. Model pembelajaran yang satu ini merupakan bagian dari model pembelajaran inkuiri yang mengarah pada internalisasi nilai-nilai yang telah menjadi budaya. Praktiknya adalah peserta didik diajak untuk mengenal nilai-nilai yang ada di sekitar lalu diarahkan untuk mencari maksud dari nilai tersebut dan berusaha untuk diterapkan .

Beberapa prosedur dalam mengaplikasikan pembelajaran inkuiri di kelas adalah:26

1. Stimulation (stimulasi/pemberi rangsangan) atau orientasi

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki. Disamping itu, guru dapat memulai dengan apersepsi terlebih dahulu sebelum memulainya kegiatan pembelajaran.

2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan

26Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja

(20)

dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pernyataan masalah).

3. Data collection (pengumpulan data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atautidaknya hipotesis

4. Data processing (pengolahan data)

Kegiatan mengolah data dan informasi yang di peroleh peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, bahkan bila perlu dihitung dengan cara ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

5. Verisication (pembuktian)

Peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang di tetapkan dengan temuan alternatif lalu dihubungkan dengan hasil data processing.

6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Proses penarikan kesimpulan yang dijadikan landasan sebagi tujuan dam kegiatan pembelajaran serta sebagai hasil penarikan kesipulan sebagai verivikasi.

(21)

sarana untuk menemukan nilai-nilai apa untuk hidup oleh. Model ini menganalisis hubungan antara nilai dan perilaku27.

27 IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS), Comparative Effectiveness of

(22)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang mana terdapat pada kurikulum 2013, pendekatan yang di implemantasikan dengan kurikulum yang berkarakter karena pendekatan telah dianggap sebagai pendekatan yang dapat menerapkan nilai-nilai karakter peserta didik, dalam implementasinya saintifik memiliki beberapa model-model pembelajaran yang digunakan ataupun dianggap sesuai diterapkan pada K13, yaitu Problem Based Learning, Project Besed Learning, dan Inquiri.

Pendekatan pembelajaran tematik integratif sesungghnya pendekatan ini selalu berkolaborasi dengan pendektan saintifikkarena dalam penerapannya mengutamakan hubungan pengetahuan siswa dangan lingkungan masyarakat dan metode-metode pembelajaran siswa dituntut untuk aktif pada setiap kegiatan pembelajaran. Tematik integratif adalah pembelajaran terpadu yangmana mengaitkan tema dengan subtema dalam seluruh matapelajaran.

Kontekstual sesungguhnya model pembelajaran ini menuntut peserta didik selalu berkelompok dalam aktivitas pembelajaran serta guru terjun langsung mengarahkan dan membimbing jalannya kegiatan pembelajaran kelompok pesert didik, dibuatnya belajar kelompok ini bertujuan agar para siswa dapat aktif dalam pembeljaran dan dapat selalu berkomunikasi dengan temanya serta bertukar pikiran, sehingga dapat menambah pengalaman peserta didik.

(23)

B. Saran

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Khadir dan Hanun Asrohah, 2014. Pembelajaran Tematik, ( Jakarta: Rajagrafindo Persada)

Alfin, Jauharoh, 2013. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik : Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI, ( Jakarta. PT Fajar Interpratama Mandiri).

Ali Mudlofir & Evi Fatimatur Rusydiyah. 2017. Desain Pembelajaran Inovatif ; Dari Teori dan Praktik, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada). Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, 2015. Teori Belajar & Pembelajaran,

( Yogyakarta : Ar-Ruzz Media 2015)

Daryanto & Syaiful Karim, 2017. Pembelajaran Abad 21, ( Yogyakarta : Gava Media)

Faad Maonde dkk, 2015. The Discrepancy of Student’s Mathematic Achievement Through Cooperative Learning Model and The Ability in Mastering Language and Science, Vol. 3 No. 1.

Fathurrahman, Muhammad, 2015. Model-model Pembelajatan Inovatif: Alternatif Desain Pembelajaran Yang Menyenangkan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media).

Indonesian Journal of Applied Linguistics, 2012. Contextual Teaching And Learning Approach Toteaching Writing. Vol. 2 No. 1.

International Journal of Education and Psychological Research (IJEPR), 2014.

Thematic Approach for effective communication in ECCE, Volume 3,

(25)

International Journal of Education and Research, 2016. “Effect of Problem Based Learning (PBL) Models of Critical Thinking Ability Student on The Early Mathematics Abilitiy”. Vol. 4. 2016.

International Journal of Higher Education, 2015. A “New” Thematic, Integrated Curriculum for Primary Schools of Trinidad and Tobago: A Paradigm Shift, Vol. 4, No. 3.

International Journal of Research & Review, 2017. Scientific Literacy of Students Learned Through Guided Inquiry. Vol 4, No 5 ;.

International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 2012. Contextual Teaching and Learning for Practitioners. Vol 6, No 4. IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS), 2014.

Comparative Effectiveness of Value Clarification and Role Playing Value Development Models for Selected Values for Primary School Students. Vol 19, No 1,.

Komalasari, Kokom, 2013. Pembelajaran kontekstual: Konsep dan Aplikasi, (Bandung :PT. Refika Aditama)

Musfiqon dan Nurdiansyah, 2015. Pendekatan Pembelajaran Scientific, (Sidoarjo:Nazamia Learning Center)

Mustakim, Bagus, 2011. Pendidikan Karakter, Membangun Delapan Karakter Emas, Menuju Indonesia Bermartabat, (Yogyakarta : Samudra Biru) Riyanto, Yatim. 2014. Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi Bagi

Guru/Pendidik dalam implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas, ( Jakarta : Kencana).

Syah, Muhibbin, 2005. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,), 244.

Gambar

Gambar : Lima Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Gambar : Tahapan Pembelajaran model PBL
Gambar : Wabbed Model

Referensi

Dokumen terkait

China merupakan salah satu Negara yang berhasil membangun perekonomian negaranya dengan baik selama 40 terakhir. Meski didera kesulitan ekonomi, Cina

Menguraikan dan menjelaskan Fisiologi dan metabolism pada tenaga kerja kebutuhan Gizi pada tenaga kerja, penentuan Status Gizi pada Tenaga kerja masalah Gizi pada tenaga

maklumat yang disimpan dalam memori hidup tidak boleh dibawa ke memori

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Aplikasi

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) nilai rata-rata pretest siswa adalah 64,04, dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 32, (2) nilai rata-rata posttest adalah

(2007), pada saat diuji locus of control menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. Sedangkan self esteem setelah diuji walaupun menunjukkan hubungan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, variabel ukuran perusahaan, kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan dan reputasi auditor berpengaruh terhadap opini audit

Dan hasil dari penelitian ini, dengan penggunaan supply chain management yang intensif maka dapat menghasilkan keunggulan kompetitif yang baik dan meningkatkan