• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISU PERBEDAAN JENIS KELAMIN DALAM MANAJE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ISU PERBEDAAN JENIS KELAMIN DALAM MANAJE"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ISU PERBEDAAN JENIS KELAMIN

DALAM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Disusun Oleh :

1. Heppy Setiawati

2. Mohammad Anindityo

3. Muhammad Dahri Zikri Purba

4. Nanda Yaumun Niam

5. Niken Dyah Wanodyanti

6. Sabilil Hakimi A

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN...3

1.1 Latar Belakang...3

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan...4

PEMBAHASAN...5

2.1 Motivasi...5

2.2 Orientasi...6

2.3 Skill...7

2.3.1 Skill Laki-laki...8

2.3.2 Skill Perempuan...9

2.4 Sikap...10

SIMPULAN DAN SARAN...12

3.1 Simpulan...12

3.2 Saran...12

(3)

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Dengan semakin berkembangnya informasi dan ilmu pengetahuan dari zaman ke zaman banyak perubahan-perubahan yang terjadi di segala aspek bidang kehidupan. Salah satunya adalah perubahan yang terjadi dibidang ekonomi dan manajemen. Hanya perusahaan yang inovatif yang dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat ini. Sebagai dampaknya, suatu organisasi dihadapkan pada perubahan eksternal yang serba tidak pasti, tingkat persaingan yang semakin kompertitif, dan berbagai keadaaan lain yang tidak bisa ditawar lagi, mau tidak mau harus dihadapai oleh para pelaku ekonomi. Adalah suatu keharusan bagi suatu organisasi perusahaan untuk memberikan respon yang baik dan tepat agar dapat menanggapi berbagai kondisi dan perubahan yang terjadi.

Perubahan eksternal yang dialami oleh pelaku ekonomi harus diikuti dengan perubahan internal agar organisasi ekonomi yang bersangkutan dapat berjalan selaras dalam menjalankan usahanya. Perubaahan internal tersebut ialah manajemen sumber daya manusia. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pada umumnya, yakni merupakan kunci utama dalam pencapaian tujuan organisasi (Rallahalo, 2009).

Pada era globalisasi ini, terdapat suatu tren yang sangat menarik, yaitu semakin banyaknya tenaga kerja usia muda/produktif yang memasuki dunia kerja, dan terutama adanya peningakatan jumlah tenaga kerja perempuan yang masuk ke dunia kerja profesional. Kondisi ini pada suatu sisi menggembirakan, karena hal ini menunjukkan semakin besarnya akses bagi kaum perempuan untuk masuk dalam dunia kerja, dan semakain terbukanya kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan diri dalam dunia kerja.

(4)

1.2

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka kami dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini, diantaranya:

1. Bagaimana perbedaan antara SDM Laki-laki dan Perempuan jika dilihat dari beberapa indikator yaitu motivasi kerja, orientasi, perilaku/sikap, dan skill?

2. Masalah manajemen apa yang mungkin timbul dari perbedaan antara SDM Laki-laki dan Perempuan?

3. Bagaimana solusi dalam bentuk tindakan manajemen untuk menyelesaikan permaslahan tersebut?

1.3

Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusunan makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi perbedaan antara SDM Laki-laki dan Perempuan jika dilihat dari beberapa indikator yaitu motivasi kerja, orientasi, perilaku/sikap, dan skill.

2. Mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul dari perbedaan antara SDM Laki-laki dan Perempuan

(5)

PEMBAHASAN

2.1

Motivasi

Motivasi merupakan keinginan seseorang melakukan sesuatu akibat dorongan dari diri sendiri maupun dari luar diri pegawai. Selain itu motivasi dapat pula diartikan sebagai dorongan pegawai untuk melakukan tindakan karena mereka ingin melakukannya. Motivasi karyawan dalam bekerja mempunyai peranan sangat penting dalam peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Motivasi dibutuhkan untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga motivasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan dalam melakukan pekerjaan.

Berdasarkan jenis kelamin ada perbedaan antara Laki-laki dan Perempuan yang berkaitan dengan motivasi antara lain pola fikir Laki-laki yang fokus dan logis, sedangkan Perempuan lebih meluas dan mengandalkan perasaan. Dalam hal ini pola pikir seorang Laki-laki yang cenderung berpaku pada fakta, sementara pola pikir Perempuan yang cenderung mengacu pada konsep dan sesuatu yang saling berhubungan. Hal ini mampu menyebabkan bahwa pola pikir dari seorang Perempuan cenderung lebih luas daripada seorang Laki-laki yang straight to the point. Begitu pula terkait dengan mengatasi permasalahan, Laki-laki akan berpikir untuk mencari jalan keluarnya. Bagi Perempuan, tidak cukup hanya dengan memikirkan permasalahan yang dihadapi. Perempuan memerlukan seseorang untuk mendengarkan keluhannya walaupun orang tersebut tidak selalu harus memberi solusi. Laki-laki memerlukan solusi. Laki-laki senang memecahkan permasalahan, tidak hanya membicarakannya. Begitu pula saat memberi komentar, Laki-laki dapat memberikan komentar secara terus terang dan memotong pembicaraan orang lain bila ingin berkomentar, sementara Perempuan cenderung lebih peka dan berhati-hati.

Berdasarkan perbedaan yang telah dijelaskan pada paragraf di atas, umumnya akan menimbulkan beberapa masalah dalam organisasi kerja. Dalam hal pola fikir yang fokus dan meluas dapat terjadi perdebatan yang cukup lama saat rapat. Kondisinya Laki-laki berpendapat berdasarkan fakta, sementara Perempuan akan mengaitkan pendapat yang satu dengan yang lain. Jika pemimpin rapatnya kurang memiliki karakter

leadership, maka akan berdampak dengan kondisi waktu rapat yang panjang dan mengurangi efisiensi kerja. Sehingga untuk mengatasi permasalahan ini dibutuhkan karakter leadership yang baik pada atasan / pimpinan.

(6)

bisa sebagai bentuk pengkondisian awal penyamaan frekuensi. Dalam hal ini bisa memotivasi satu sama lain dan meningkatkan semangat kerja.

Berdasarkan hasil penelitian Analisis Perbandingan Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Antara Karyawan Laki-laki dan Perempuan Sebagai Model Peran Bagi Karyawan (Fajriati 2011). Penelitian ini dilakukan dengan sampel karyawan KOP SAE Pujon sebanyak 60 sampel (30 Laki-laki dan 30 Perempuan).

Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan motivasi kerja antara karyawan Laki-laki dan Perempuan, dan terdapat perbedaan yang signifikan disiplin kerja antara karyawan Laki-laki dan Perempuan. Dari hasil tersebut tingkat motivasi kerja karyawan Laki-laki lebih tinggi di bandingkan dengan karyawan Perempuan, sedangkan tingkat disiplin kerja karyawan Laki-laki lebih rendah di bandingkan dengan karyawan Perempuan.

Indikator Laki-laki Perempuan Problem Solusi 1. Motivasi Pola fikir fokus Pola fikir meluas Sulit mengambil

keputusan saat

Tabel Perbedaan Kinerja Berdasarkan Indikator Motivasi

2.2

Orientasi

Pada sisi orientasi, terdapat perbedaan antara Laki-laki dan Perempuan untuk beberapa aspek. Laki-laki pada umumnya mimiliki orientasi fokus pada hasil, berfikir objektif dan pemikiran bersifat long term, beda halnya dengan Perempuan pada umumnya memiliki orientasi fokus pada relasi, berfikir subjektif dan pemikiran bersifat short term. Perbedaan antara Laki-laki dan Perempuan menimbulkan konflik yang sering terjadi di dalam sebuah organisasi/perusahaan.

Seperti pandangan Perempuan pada umumnya yang lebih subjektif terhadap suatu hal dibanding Laki-laki yang lebih objektif, dapat menimbulkan Perempuan kurang inovatif dibandingkan dengan Laki-laki. Laki-laki memiliki pemikiran jangka panjang (long term) di bandingkan dengan Perempuan yang memiliki pemikiran jangka pendek (short term), hal tersebut menimbulkan Perempuan kurang cermat dalam hal pemecahan masalah dibandingkan dengan Laki-laki terutama pada saat rapat (meeting).

(7)

Satya Nadella dikritik karena memberikan karyawannya peringkat numerik berdasarkan evaluasi kerja. Peringkat yang diberikan secara rutin kepada pekerja perempuan lebih rendah dibandingkan Laki-laki dan lebih berdasarkan kriteria yang subjektif. Sumber: viva.co.id

Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa saat pertama kali seseorang bekerja di lingkungan yang baru, akan nampak bahwa orang tersebut tidak

familiar terhadap pekerjaannya. Situasi seperti itu juga terjadi pada Laki-laki dan Perempuan, suasana serba baru seperti lingkungan kerja baru, teman kerja baru, prosedur kerja baru dan sebagainya dapat membuat pegawai baru baik Perempuan dan Laki-laki membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Untuk mengatasi hal tersebut organisasi/perusahaan membuat program pengenalan yang disebut dengan orientasi.

Orientasi adalah program yang dirancang untuk menolong pegawai baru (yang lulus seleksi) mengenal pekerjaan dan perusahaan tempatnya bekerja. Memperkenalkan para karyawan dengan peranan atau kedudukan mereka, dengan organisasi dan dengan karyawan lain. Orientasi dilaksanakan karena semua pegawai baru membutuhkan waktu untuk dapat menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan kerjanya yang baru.

Perusahaan/organisasi dihimbau untuk mengadakan seminar atau pelatihan kepada karyawannya, baik itu tentang status ketenaga kerjaan, sosial, budaya yang berlaku di perusahaan, professionalitas dan lain-lain yang sesuai dengan kebutuhan penyesuaian diri. Kegiatan tersebut berguna untuk menyetarakan pemikiran para karyawannya baik Laki-laki dan Perempuan dalam berkerja, meningkatkan kinerja dan semangat karyawan, menanamkan prinsip yang kuat kepada karyawan, dan dapat menurunkan tingkat turn over karyawan.

Indikator Laki-laki Perempuan Problem Solusi 3. Orientasi Fokus pada

hasil

General Detail Kurang teliti

terhadap hal Tabel Perbedaan Kinerja Berdasarkan Indikator Orientasi

2.3

Skill

Secara umum soft skills diartikan sebagai kemampuan di luar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal (Prastiwi, 2011: 3).

(8)

interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia. Sedangkan menurut Putra dan Pratiwi (2005: 5) soft skills adalah kemampuan-kemampuan tak terlihat yang diperlukan untuk sukses, misalnya kemampuan berkomunikasi, kejujuran/integritas dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa soft skills merupakan kemampuan yang ada pada diri seseorang yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata jika tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan-kemampuan ini hanya dapat dilihat jika orang tersebut mau menerapkannya dalam kehidupannya.

Kemampuan-kemampuan yang dimaksud bukan kemampuan akademis yang tinggi, tetapi kemampuan interaksi sosial yang baik, kemampuan untuk bergaul, mampu berbicara di depan umum, dan lain-lain. Soft skills merupakan jenis keterampilan yang lebih banyak terkait dengan sensitivitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Karena itu dampak yang diakibatkan lebih abstrak namun tetap bisa dirasakan seperti perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan untuk dapat bekerjasama, membantu orang lain, dan sebagainya.

Dengan memiliki soft skills, setiap individu akan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dan tanggap terhadap kondisi dan situasi sekitarnya sehingga dapat berfikir, berucap dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dimana seseorang hidup dan juga di lingkungan kerjanya.

2.3.1 Skill Laki-laki

Pada umumnya seorang laki-laki dalam organisasi memiliki leadership, karena Laki-laki cenderung memiliki emosi yang stabil dalam beberapa keadaan dan bisa berpikir jernih dalam suasana keruh. Harus diakui pula bahwa Laki-laki memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi ketimbang dipengaruhi, oleh karena itu, laki-laki menjadi syarat utama seorang pemimpin. Karena bagaimanapun juga laki-laki adalah pemimpin bagi kaum Perempuan.

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum Perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka Perempuan yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “(mereka; maksudnya, Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik). (QS An-Nisaa’/ 4:34). Ayat ini menegaskan tentang kaum lelaki adalah pemimpin atas kaum Perempuan.

(9)

tampil menjadi pemimpin, karena mereka tersisihkan oleh dominasi laki-laki dengan male chauvinistic-nya.

Dengan semakin menjamurnya jumlah organisasi pada saat ini, bahwa semakin minimnya jumlah tenaga kerja berkualitas yang dimiliki oleh negara, menyebabkan bahwa perluasan spesifikasi tenaga kerja yang diminta pun semakin meluas guna menjaga kualitas kerja dari sebuah organisasi. Beberapa divisi atau jabatan kerja tertentu seperti yang dapat diperhatikan akan diduduki oleh seseorang dengan gender tertentu, apabila diperhatikan pada umumnya divisi keamanan suatu organisasi kebanyakan didominasi oleh Laki-laki.

2.3.2 Skill Perempuan

Fenomena yang terjadi di Indonesia mengenai peminat konsentrasi Public Relations yang didominasi perempuan memang kerap terjadi di berbagai organisasi. Public relations memang erat kaitannya dengan publik, karena fungsi Public relations salah satunya menjadi jembatan komunikasi antara organisasi dan publiknya. Oleh karena itu, menurut jurnal yang berjudul Perempuan Dalam Dunia Public Relations, terdapat stereotype yang menyatakan bahwa Public Relations lebih cocok dilakukan oleh perempuan (Kurnia, Nova, dan I Gusti Ngurah Putra, 2004: 394).

Hal ini memang membawa dampak adanya kecenderungan tinggi tingkat minat perempuan dalam memasuki bidang kerja humas. Perempuan diidentikkan sebagai makhluk yang ramah, luwes, fleksibel dalam bergaul dan mungkin juga lebih mudah dalam membujuk orang lain (konsumen). Terdapat kecenderungan perempuan diletakkan di posisi yang dapat memberikan keramahan dan keluwesan agar konsumen dapat terbujuk.

Seorang Perempuan yang cenderung lebih komunikatif dan lebih mudah untuk melakukan hubungan keluar akan menjadi senjata yang cukup ampuh untuk meningkatkan hubungan eksternal dari organisasi anda, inilah salah satu alasan mengapa seringkali anda temui seorang customer service adalah seorang Perempuan.

Perbedaan dari masing-masing gender dapat menjadi faktor pemicu kesuksesan pada suatu organisasi namun dapat pula menjadi “boomerang” bagi organisasi apabila pemimpin organisasi memberikan bentuk penanganan maupun penempatan yang salah.

(10)

technical,

strategic relationship optimal, jika salahpenempatan selektif dalampenempatan bidang kerja Tabel Perbedaan Kinerja Berdasarkan Indikator Skill

2.4

Sikap

Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2004) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.

Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi

Pada indikator sikap ini, Laki-laki cenderung lebih tegas namun fleksibel dibandingkan Perempuan yang cenderung membawa perasaan/emosional, biasanya Laki-laki cenderung lebih tegas dalam memberikan sebuah perintah (order) disebabkan oleh sifat seorang Laki-laki pada umumnya yang tidak suka bertele-tele, sedangkan Perempuan akan lebih mengutarakan perintah mereka dengan kata-kata yang lebih halus dan lebih mudah diterima. Perempuan cenderung membawa perasaan/emosional disatu sisi mereka berusaha mempertahankan keharmonisan, tetapi di sisi lain mereka memberi penekanan seperti kata-kata yang diucapkan di akhir kalimat, seperti, “Kamu bisa, kan?” selain itu pada umumnya Perempuan memiliki respon yang lebih kuat dan lebih intensif emosional dari kaum Laki-laki. Apalagi jika mereka dihadapkan dengan masalah yang rumit yang melibatkan mereka, mereka cenderung untuk emosi. Sedangkan Laki-laki lebih sulit untuk mengekspresikan emosi dan tekanan hati.

(11)

Perempuan lebih sensitif dalam hal emosional sedangkan Laki-laki lebih mengedepankan profesionalitas dalam bekerja.

Laki-laki cenderung lebih objektif daripada Perempuan yang cenderung subjectif dalam segala hal karena Perempuan cenderung melihat segala sesuatu dari sudut pandang pribadi (subjektif), sedangkan Laki-laki tidak banyak terpengaruh oleh perasaan pribadinya (objektif).

Berdasarkan dari keterangan dan contoh diatas sehingga timbul masalah ketidakprofesionalan dalam bekerja yang dapat menimbulkan kecemburuan sosial antar karyawan, timbul keresahan dalam perusahaan tersebut, dan mengakibatkan pekerjaan yang diharapkan dapat selesai menjadi terabaikan atau terbengkalai karena kurang adanya kepedulian terhadap pekerjaan tersebut. Sehingga dalam menghadapi permasalahan ini seharusnya perusahaan menghidupkan kembali nilai-nilai dan budaya dalam perusahaan tersebut dan pemimpin memberi contoh teladan bagi bawahan dalam sikap dan perilaku mereka.

Indikator Laki-laki Perempuan Problem Solusi 7. Sikap Tegas, objektif,

dan fleksibel

Mengandalkan perasaan dan subjektif

(12)

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat dirumuskan perbedaan dan masalah yang akan timbul antara SDM Laki-laki dan Perempuan jika dilihat dari beberapa indikator yaitu motivasi kerja, orientasi, perilaku/sikap, dan skill sebagai berikut :

Indikator Laki-laki Perempuan Problem

Motivasi Pola fikir fokus Pola pikir meluas

Sulit mengambil keputusan saat rapat

Berdasarkan logika Berdasarkan perasaan Profesionalisme kerja

Orientasi

Fokus pada hasil Fokus pada relasi Kurang profesional

General Detail Kurang teliti terhadap halkecil

Long term Short term Kurang inovatif Sikap Tegas, objektif, dan

fleksibel

Mengandalkan

perasaan dan subjektif Tidak profesional Skill Leadership, technical,

strategic

Administration,

relationship

Kinerja tidak optimal, jika salah penempatan

Tabel Perbedaan Kinerja dan Problem

3.2 Saran

Dari perbedaan dan masalah yang mungkin timbul antara SDM Laki-laki dan Perempuan, dapat pula dirumuskan solusi manajemen untuk mengatasinya. Solusi tersebut antara lain terangkum dalam tabel di bawah ini :

Indikator Problem Solusi

Motivasi

Sulit mengambil keputusan saat rapat

Pengaruh leadership atasan terhadap bawahan pada saat rapat

Profesionalitas kerja Briefing sebelum mulai kerja

Orientasi

Kurang profesional Adanya pelatihan Management Trainee karyawan Kurang teliti terhadap hal

kecil

Adanya sistem / format pada setiap kegiatan di organisasi

Kurang inovatif Sering mengikuti seminar / pelatihan

Sikap Tidak profesional Hidupkan nilai-nilai dan budaya di organisasi perusahaan

Skill Kinerja tidak optimal, jika

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan di Dunia Kerja.

http://nasional.kompas.com/read/2008/10/11/09065775/perbedaan.Laki-laki.dan.Perempuan.di.dunia.kerja [diakses tanggal 14 Januari 2016]

Fajriati, Ike. 2011. Analisis Perbandingan Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Antara Karyawan Laki-laki dan Perempuan Sebagai Model Peran Bagi Karyawan [skripsi]. Malang: Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang.

Kustiana, Fenny. 2009. Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Karyawan di PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung [skripsi]. Bandung: Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Bandung.

Wahyono, Kevin. 2012. Laki-laki dan Perempuan dalam Pekerjaan. http://www.puncakbukit.net/2012/01/Laki-laki-dan-Perempuan-dalam-pekerjaan.html.

[diakses tanggal 12 Januari 2016 pukul 21:57 WIB]

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/675378-diduga-diskriminasi-pekerja-Perempuan--microsoft-digugat [diakses tanggal 11 Januari 2016 pukul 20:14 WIB]

Sarwono, S. W. 2004 . Psikologi remaja. Edisi revisi 8. Jakarta : Raja Grafindo Pustaka, 2004.

Azwar, Saifuddin 2003. Sikap Manusia.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Gambar

Tabel Perbedaan Kinerja Berdasarkan Indikator Skill
Tabel Perbedaan Kinerja Berdasarkan Indikator Sikap
Tabel Problem dan Solusi

Referensi

Dokumen terkait

Secara ekonomi masyarakat memandang kebutuhan pangan dengan alasan asalkan dapat terpenuhi tanpa melihat dampak jangka panjang ke depannya, makanan yang masyarakat awam tidak

Perhitungan ini digunakan untuk menguji perbedaan dua rata-rata pada skor angket awal dan angket akhir kedua sampel yang menggunakan model Word Square dan model

Tabel IV.8 Besar Suhu Lampu 15 Watt Terhadap Perubahan Kedudukan Sensor Suhu Robot B ...81.. Tabel IV.9 Pengiriman Data dari Robot A ke Robot B

Woolfolk (2004) menambahkan bahwa aktivitas mencatat membantu siswa untuk memfokuskan perhatian selama proses belajar dan membantu untuk mengkodekan informasi dalam

Air hujan yang turun dapat mengalir ke rain garden melewati daerah hamparan, melalui sengkedan yang terbuka yang dihiasi dengan tanaman dan bebatuan atau melalui

In order to solve this problem, we propose the second FP method, named FP2, to add the contrapositives into grids as fol- lows. In the new method, all grids, say , are associated with

Menurut terapis wicara AL orang-orang di sekitar anak dapat melakukan berbagai upaya dalam menangani hambatan berbicara pada anak agar anak dapat berkembang

Ribath artinya benteng, ia adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan mengkonsentrasikan diri untuk ibadah