1. Sengketa pajak
Hak Wajib Pajak dalam Sengketa Pajak:
Mengajukan Keberatan
Mengajukan Permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan
Mengajukan permohonan pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar. Direktur Jenderal Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar
Mengajukan Banding dan Gugatan ke Pengadilan Pajak Keberatan Pajak
Pengertian : adanya ketidak setujuan WP atas ketetapan Fiskus yang secara materiil di tuangkan dalam SKP.
Suatu upaya administrasi yang dilakukan oleh WP , sesuai dengan UU KUP Pasal 25 dan 26 dan diajukan ke DJP.
Salah satu sarana penyelesaian sengketa pajak antara fiskus dan wajib pajak pada tingkat internal Ditjen Pajak.
yang menangani keberatan wajib pajak adalah seksi penerimaan dan keberatan. Permintaan Penjelasan
Wajib Pajak berhak minta penjelasan atau keterangan untuk keperluan penyusunan pengajuan keberatannya tentang hal-hal :
1. yang menjadi dasar pengenaan pajak, 2. penghitungan rugi,
3. pemotongan atau pemungutan pajak.,
Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis yang diminta oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permintaan Wajib Pajak di terima.
Jangka waktu pemberian keterangan oleh Direktur Jenderal Pajak atas permintaan Wajib Pajak tidak menunda jangka waktu pengajuan keberatan
Pengajuan Keberatan
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu: Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan; Surat Ketetapan Pajak Nihil;
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Syarat Pengajuan Keberatan
Diajukan kepada direktur jenderal pajak atas SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, pemotongan dan pemungutan oleh pihak ketiga
Surat keberatan diajukan tertulis dalam bahasa indonesia
Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan wajib pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan dan dilampirkan dengan fotokopi surat ketetapan pajak, bukti pemungutan, atau bukti pemotongan
Diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak 1 (satu) surat keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak
Ditandatangani oleh wajib pajak, dan dalam hal surat keberatan ditandatangani oleh bukan wajib pajak, surat keberatan tersebut wajib dilampiri dengan surat kuasa khusus
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan proses pelaksanaan Penagihan
Prosedur
Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
Wajib Pajak yang bersangkutan harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut. Membuat persandingan atau matriks, sehingga dapat diperbandingkan perhitungan , koreksi serta sanksi
administrasi, seperti dituangkan dalam surat ketetapan pajak
Persandingan harus disertakan bukti2 yang menjadi dasar penghitungan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi pajak
yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan
tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud di atas bukan merupakan surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan
Cara penyampaian keberatan
Surat keberatan disampaikan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan melalui;
a. penyampaian secara langsung; b. pos dengan bukti pengiriman surat; Yang diperlukan
Pembukuan, catatan, data,
informasi atau keterangan lain yang tidak diberikan pada saat pemeriksaan tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan,
kecuali pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain tersebut berada di pihak ketiga dan belum diperoleh Wajib Pajak pada saat pemeriksaan
Pencabutan dan Untuk Hadir
Pencabutan surat keberatan, kehilangan hak untuk mengajukan pengurangan, pembatalan SKP yang tidak benar (Pasal 36)
Surat Pemberitahuan untuk hadir
(1) Direktur Jenderal Pajak meminta keterangan, data, dan/atau informasi tambahan dari Wajib Pajak; (2) Wajib Pajak menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis untuk melengkapi dan/atau
memperjelas surat keberatan yang telah disampaikan baik atas kehendak Wajib Pajak yang bersangkutan maupun dalam rangka memenuhi permintaan Direktur Jenderal Pajak
(3) Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka keberatan untuk mendapatkan data dan/atau informasi yang objektif yang dapat dijadikan dasar dalam
mempertimbangkan keputusan keberatan
Sebelum menerbitkan Surat Keputusan Keberatan, Direktur Jenderal Pajak harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Untuk Hadir kepada Wajib Pajak guna memberi keterangan atau memperoleh
penjelasan mengenai keberatannya
Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir pada waktu yang ditentukan dalam Surat Pemberitahuan Untuk Hadir proses keberatan tetap diselesaikan tanpa menunggu kehadiran Wajib Pajak.
Jangka Waktu Penyelesaian :
Ditjen pajak harus sudah memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan wajib pajak dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal surat keberatan diterima. Apabila melewati jangka waktu tersebut, ditjen pajak tidak memberi keputusan, maka permohonan yang diajukan tersebut dianggap diterima.
Surat Keputusan Keberatan :
Untuk menanggapi surat keberatan, fiskus mengeluarkan surat keputusan keberatan. SK keberatan dapat berupa menerima seluruhnya, menerima sebagian, menolak atau bahkan menambah jumlah pajak yang terutang. SK keberatan hanya diberikan kepada surat keberatan yang memenuhi syarat formal.
Keputusan Keberatan Menerima seluruhnya Menerima sebagian Menolak
Menambah besarnya pajak terutang Sanksi atas Keberatan
Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan
2. Latar belakang dan dasar hokum Pengadilan pajak
Dasar Hukum Pengadilan Pajak
1. Proses Sengketa Pajak melalui Pengadilan Pajak (Penjelasan UU No. 14 tahun 2002)
2. Penyelesaian Sengketa Pajak harus dilakukan dengan adil melalui prosedur dan proses yang cepat, murah, dan sederhana
3. putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir yang mempunyai kekuatan hukum tetap 4. Pengadilan pajak bersifat peradilan khusus
Mengapa ada Pengadilan Perpajakan ? • Terjadi Sengketa Perpajakan
• Keadilan, kepastian hukum,
• Proses dan prosedur cepat,murah, sederhana • Perlu jenjang pemeriksaan
• Ulang vertikal
• Pemungutan Pajak tidak sesuai dengan per-U2-an Pengadilan Pajak
Adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi Wajib Pajak atau penanggung Pajak yang mencari keadilan terhadap Sengketa Pajak.
Fungsi Pengadilan Pajak
1. Sebagai pengadilan tingkat pertama dan terakhir pemeriksaan atas Sengketa Pajak hanya dilakukan oleh Pengadilan Pajak.
2. Putusan Pengadilan Pajak tidak dapat diajukan Gugatan ke Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, atau Badan Peradilan lain, kecuali putusan berupa “tidak dapat diterima“ yang menyangkut kewenangan/kompetensi.
3. Upaya hukum luar biasa /Peninjauan Kembali (Pasal 91 UU Pengadilan Pajak) Peradilan Perpajakan = pelaksana kekuasaan kehakiman
Memeriksa perkara sengketa pajak Mengadili berdasar fakta dan bukti Membuat putusan berdasar pertimbangan
Menyelesaikan sengketa secara adil, berkepastian hukum
Didasarkan kepada pendapat dan pertimbangan atas data dan fakta KEKUASAAN PENGADILAN PAJAK
Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus Sengketa Pajak. Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan
keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengadilan Pajak dalam hal Gugatan memeriksa dan memutus sengketa atas pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000, undang-undang Nomor 28 tahun 2007 dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Pengadilan Pajak mengawasi kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum kepada pihak-pihak
yang bersengketa dalam sidang-sidang Pengadilan Pajak. Kedudukan dan Pembinaan Pengadilan Pajak
Kedudukan atau posisi Pengadilan Pajak seperti yang diatur oleh Pasal 5 ayat (1) dan (2) UU Nomor 14 tahun 2002 menyatakan bahwa pembinaan teknis peradilan bagi Pengadilan Pajak dilakukan oleh Mahkamah Agung. Sedangkan pembinaan organisasi, administrasi, dan keuangan bagi Pengadilan Pajak dilakukan oleh Departemen Keuangan.
Pasal 33 ayat (1) UU No. 14 tahun 2002 menyatakan bahwa Pengadilan Pajak merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam memeriksa dan memutus sengketa pajak.
Pasal 77 ayat (1) UU No.14 Tahun 2002 menyatakan bahwa putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 77 ayat (3) UU No.14 Tahun 2002 menyatakan bahwa pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan pengadilan pajak kepada Mahkamah Agung. Kekuasaan Kehakiman
kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh:
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara. Mahkamah Konstitusi
Peradilan Syariah Islam di Provinsi Aceh, yang merupakan pengadilan khusus dalam Lingkungan Peradilan Agama (sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan agama) dan Lingkungan Peradilan Umum (sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan umum).
3. PENINJAUAN KEMBALI ATAS KETETAPAN PAJAK
Fungsi Surat Ketetapan Pajak
a. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan. c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang
Surat Tagihan Pajak
• Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan dalam hal : 1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar
2. Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis dan atau salah hitung Sebab diterbitkannya STP:
Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
berdasarkan penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung;
Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga;
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak mengisi faktur secara lengkap
PKP melaporkan faktur tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian pajak masukan Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat :
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan suart ketetapan pajak yang tidak benar;
c. mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang tidak benar;atau
d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa :
1. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan;atau 2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.
(1a) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling
(1b) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak 1 (satu) kali.
(1c) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterima, harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan.
(1d) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1c) telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu
keputusan, permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap dikabulkan. (1e) Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi
dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1c).
2) Ketentuan pelaksanaan ayat (1), ayat (1a), ayat (1b), ayat (1c), ayat (1d), ayat (1e) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Banding dan Gugatan Ruang Lingkup Banding
• Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak dalam hal Wajib Pajak tidak dapat menerima keputusan keberatan atas suatu surat ketetapan pajak. Dengan demikian ketentuan mengenai banding mengatur tatacara dalam hal terdapat sengketa mengenai materi atau dasar pengenaan pajak antara Wajib Pajak dan fiskus yang telah melalui proses keberatan.
• Wajib pajak yang merasa bahwa keputusan keberatan tidak memuaskan masih diberi hak untuk mengajukan banding atau gugatan ke pengadilan pajak.
Syarat-syarat pengajuan suatu banding Suatu permohonan banding dapat diterima untuk dipertimbangkan (sah) apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Diajukan secara tertulis :
Artinya diajukan dengan media tulisan, tidak secara lisan; b. Dalam bahasa Indonesia :
Artinya menggunakan bahasa Indonesia, tidak diperkenankan menggunakan bahasa lain; c. Dikemukakan alasan dari banding :
Dalam surat banding harus dikemukakan alasan mengapa Wajib Pajak tidak dapat menerima atau menyanggah keputusan keberatan.
d. Satu surat banding untuk satu keputusan keberatan dan melampiran salinan keputusan yang dibanding. Satu surat banding hanya berisi keberatan atas satu keputusan keberatan tidak boleh untuk beberapa keputusan keberatan. Oleh sebab itu perlu dilampiran salinan Surat Keputusan Keberatan.
e. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima keputusan yang dibanding. Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat mengajukan banding dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan karena sebab luar biasa (diluar kekuasaan Wajib Pajak) harus disertai bukti pendukung adanya keadaan luar biasa
(force majeur) tersebut.
f. Dalam hal banding banding diajukan terhadap besarnya jumlah pajak yang terutang, Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% (lima puluh persen).
g. Pengajuan Banding
• Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa hukumnya. • Apabila selama proses Banding, pemohon Banding meninggal dunia, Banding dapat dilanjutkan oleh ahli
warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau pengampunya dalam hal pemohon Banding pailit. • Apabila selama proses Banding pemohon Banding melakukan penggabungan, peleburan,
pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak yang menerima pertanggungjawaban karena penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud.
Ruang Lingkup Gugatan
Gugatan merupakan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap keputusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Obyek Gugatan yang dapat diajukan ke Pengadilan Pajak oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak : a. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang;
b. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26;
c. Keputusan pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 yang berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak;
Suatu gugatan dapat diterima untuk
dipertimbangkan (sah) apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Diajukan secara tertulis :
Artinya diajukan dengan media tulisan, tidak secara lisan; b. Dalam bahasa Indonesia :
Artinya menggunakan bahasa Indonesia, tidak diperkenankan menggunakan bahasa lain; c. Dikemukakan alasan dari gugatan :
Dalam surat gugatan harus dikemukakan alasan-alasan yang jelas.
d. Satu surat gugatan dicantumkan tanggal diterima, pelaksanaan penagihan, atau keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen yang digugat.
e. Gugatan diajukan dalam jangka waktu
• 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan; • 30 (tiga puluh) hari sejak diterima keputusan yang digugat.
1. Dalam hal Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak dapat mengajukan gugatan dalam jangka waktu yang ditentukan karena sebab luar biasa (diluar kekuasaan Wajib Pajak) harus disertai bukti pendukung adanya keadaan luar biasa (force majeur) tersebut.
2. Jangka waktu tersebut mengandung arti bahwa surat gugatan sudah diterima oleh Pengadilan Pajak, dengan ketentuan tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan diterima secara langsung
f. Pengajuan gugatan
• Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, sorang pengurus, atau kuasa hukumnya dengan disertai alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima, pelaksanaan penagihan, atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen yang digugat;
• Apabila selama proses Gugatan, penggugat meninggal dunia, Gugatan dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau pengampunya dalam hal penggugat pailit.
• Apabila selama proses Gugatan, penggugat melakukan penggabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi, permohonan dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak .yang menerima
pertanggungjawaban karena penggabungan, peleburan, pemecahan/ pemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud.
3. Persiapan Persidangan (Pasal 44) Banding
Yang berhak mengajukan banding adalah wajib pajak. Sedangkan yang mengajukan gugatan adalah penggugat. Dalam hal ini tidak dibatasi apakah penggugat tersebut wajib pajak atau bukan. Pengajuan banding maupun gugatan dapat diwakili oleh ahli waris, pengurus atau kuasa hukum