• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEI 5 Kebijakan Fiskal dan Moneter.ppt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEI 5 Kebijakan Fiskal dan Moneter.ppt"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Arah kebijakan Fiskal secara

teori:

Ketika lahir (1930-an), kebijakan fiskal diarahkan untuk

menstabilkan ekonomi makro, dalam perkembangan

terakhir, kebijakan fiskal lebih fokus pada cara untuk

mengurangi defisit anggaran (

Hall & Taylor, Macro

Economics

, Ed 4, 1992, Hal 122) pokok kebijakan fiskal

adalah :

(3)

Kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah

tercermin dalam APBN, merupakan pengelolaan

terhadap pengeluaran negara dan penerimaan negara

guna mencapai pertumbuhan, penciptaan lapangan

kerja, stabilitas harga, dan

stabilitas posisi

eksternal.

(4)

• Sebelum tahun 2000, APBN menerapkan anggaran

berimbang dan menerapkan prinsip

T-Account.

• Namun sesungguhnya APBN sebelum tahun 2000

menganut prinsip

anggaran defisit

mengingat bahwa

komponen pembiayaan yang berasal dari pinjaman

luarnegeri dan/atau adanya perolehan hasil divestasi

saham pemerintah pada sejumlah BUMN diperhitungkan

sebagai penerimaan negara.

• Tahun anggaran 2000, APBN telah menerapkan

Government Finance Statistics (GFS)

standar

internasional pelaporan keuangan pemerintah.

(5)

• Pembiayaan anggaran (below the line) secara eksplisit mulai

diperlihatkan pada APBN tahun 2000.

• Fungsi komponen pembiayaan anggaran adalah untuk

membiayai defisit atau menampung surplus APBN.

• Pembiayaan defisit adalah semua jenis pembiayaan yang

digunakan untuk menutup defisit belanja negara yang

bersumber dari pembiayaan dalam negeri dan pembiayaan

luar negeri bersih.

• Berperan sebagai alat untuk memperkirakan dampak operasi

keuangan pemerintah terhadap perekonomian.

• Perubahan di dalam kewajiban pemerintah, baik yang

berkaitan dengan pembayaran kembali segala kewajiban

pemerintah (repayment) di masa yang akan datang.

(6)

Konsep Defisit Anggaran

Defisit terjadi apabila pengeluaran pemerintah lebih besar

daripada penerimaan.

Ada 2 konsep defisit yang penting, yakni:

• Keseimbangan umum (

Overall Balance

) merupakan

selisih antara pengeluaran dan penerimaan negara.

(7)

Komposisi Pembiayaan Anggaran

Pembiayaan anggaran dikelompokkan menjadi dua:

Pembiayaan dalam negeri dan

Pembiayaan luar negeri

Pembiayaan dalam negeri:

a)

Sektor perbankan dalam negeri:

i.

Pembiayaan yang berasal dari perbankan dalam

negeri dapat berupa pinjaman atau kredit bank.

(8)

b)

Sektor nonperbankan dalam negeri

Penerimaan hasil divestasi saham pemerintah

pada BUMN dan penerimaan privatisasi BUMN.

Penjualan obligasi pemerintah (fiskalisasi)

Penjualan aset perbankan dalam program

restrukturisasi (penyehatan), dan

Penyertaan modal pemerintah

Note: Hasil Privatisasi maupun penjualan asset

restrukturisasi perbankan tidak dapat dianggap

sebagai unsur penerimaan negara karena

transaksi tersebut merupakan pemindahbukuan

asset dari yang kurang likuid ke bentuk yang

lebih likuid dalam upaya mempertahankan

likuiditas pada posisi keuangan pemerintah guna

menutup

kekurangan

dalam

pembiayaan

pengeluaran negara dan hal tersebut akan

berpengaruh pada posisi kekayaan pemerintah di

masa yang akan datang.

(9)

Pembiayaan Luar Negeri

Merupakan net penarikan pinjaman luar negeri, baik

pinjaman program maupun pinjaman proyek, dikurangi

dengan pelunasan pokok pinjaman luar negeri.

• Pinjaman program: berupa valuta asing yang

dapat dirupiahkan untuk membiayai berbagai

program pembangunan yang telah direncanakan.

Untuk mencairkan pinjaman program, pemerintah

biasanya

diharuskan

untuk

melaksanakan

berbagai kebijakan yang menjadi syarat pencairan

tersebut (policy matrix).

(10)

• Pinjaman luar negeri yang dikenal sebagai penerimaan

pembangunan atau penerimaan luar negeri dalam konsep

T-Account

, sesuai dengan GFS tidak dapat dianggap sebagai

unsur penerimaan negara melainkan unsur pembiayaan

negara karena net penarikan pinjaman luar negeri

mempengaruhi posisi atau beban kewajiban pemerintah di

masa yang akan datang.

• Peranan pembiayaan dalam negeri diharapkan semakin

meningkat sebagai cermin peningkatan kemandirian dan

untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak luar negeri.

(11)

Pembiayaan Anggaran

dan Implikasi Ekonomi Makro

• Pinjaman dari Perbankan :

– Money creation

Inflation

• Pinjaman Luar Negeri :

– Terbatas (

creditworthiness

)

– Beban utang (defisit berarti penambahan utang)

– Beban generasi berikutnya (pokok + bunga)

• Obligasi Pemerintah (SUN)

(12)

• Privatisasi :

– Efisiensi,

– Memperbaiki posisi fiskal (

liquidity holding

),

– PHK,

– Kontrol pemerintah terhadap industri

• Penjualan asset : melalui PT PPA

optimalisasi nilai

asset dan strategi dan waktu penjualan asset secara

tepat.

(13)

Kondisi Fiskal Indonesia :

1.

Masalah Ekonomi Makro :

Pertumbuhan ekonomi yang belum

sustainable

.

Pertumbuhan ekonomi yang ada kurang

didorong oleh perkembangan investasi.

Investasi kurang bergairah

(14)

2.

Masalah APBN :

APBN mengalami defisit, karena :

Kebutuhan akan belanja negara yang tinggi

Indonesia terdiri atas teritorial yang luas dan ribuan

pulau.

Populasi penduduk yang besar (219,20 juta pada

tahun 2005)

Tingkat pendapatan per kapita yang rendah (US$

1,261.13 per tahun pada tahun 2005).

Tingkat pengangguran yang tinggi (9,5 persen)

Tingkat kemiskinan yang tinggi (15,11 persen)

Kebanyakan

Belanja

Negara

tidak

diskresioner (

non discretionary

)

(15)

Piranti Kebijakan

Ringkasan RAPBN-P 2006 & RAPBN 2007

dalam triliunan rupiah

Uraian

RAPBN-P 2006

RAPBN 2007

A.

Pendapatan Negara dan Hibah

Perpajakan

B.

Belanja Negara

Pusat

C. Keseimbangan Umum = (A-B)

(37,6)

(33,1)

(16)

Ringkasan Anggaran Belanja 2002-2007

(Rasio terhadap PDB)

2002

2003

2004

2005

2006

2007

A. Pendapatan Negara

dan Hibah

18.5

16.4

20.3

19.6

20.9

20.2

B. Belanja Negara

20.0

18.0

21.6

20.6

22.1

21.1

C. Defisit (A-B)

(1.5)

(1.7)

(1.3)

(1.0)

(1.2)

(0.9)

Note

:2002-2003

:PAN

2004-2005

:APBN-P

2006

:RAPBN-P

(17)

ARAH KEBIJAKAN FISKAL INDONESIA

JANGKA MENENGAH

Filosofi Arah Kebijakan Fiskal

Penerimaan Negara = Belanja Negara

(seperti yang kita hadapi saat ini)

Secara

lebih

sederhana

bisa

disebut

penanggulangan defisit, melalui tahap :

• Mencapai penurunan defisit

(18)
(19)

Ekonomi

(20)

FUNGSI KEBIJAKAN FISKAL

•Fungsi Alokasi

(21)

Prinsip APBN:

-Berimbang

Penerimaan = pengeluaran

-Surplus

Penerimaan > pengeluaran

-Defisit

Penerimaan < pengeluaran

Menutup defisit :

Cetak uang

Menerbitkan obligasi

(22)
(23)
(24)

Pengeluaran Negara:

-Konsumsi Pemerintah

-Investasi Pemerintah

-Pemberian subsidi

-Pemberian transfer

Penerimaan Negara

Pajak:

-Pajak penghasilan

-Pajak pertambahan nilai

-Pajak bumi dan bangunan

-Cukai

(25)
(26)
(27)

Kebijakan moneter adalah salah

satu kebijakan yang secara

langsung dapat

dikendalikan oleh pemerintah,

(28)

Secara singkat grafis, pengaruh tersebut

dapat

digambarkan sebagai berikut :

KEBIJAKAN MONETER

Instrumen Dan

Indikator Moneter

Di Bank Sentral

Perekonomian Indonesia

(GDP, Inflasi, Tk Pengangguran,

Neraca pembayaran)

(29)
(30)

Jumlah uang beredar merupakan salah satu

indikator kebijakan moneter yang sangat

penting dan memiliki peranan yang besar

karena

dampak

langsungnya

pada

perekonomian Indonesia. Dampak tersebut

terjadi melalui beberapa jalur:

a. Jalur Biaya Modal

b. Jalur Kekayaan

(31)

Jalur Biaya Modal

Secara garis besar, pengaruh JUB terhadap

perekonomian melalui jalur biaya modal dapat

digambarkan sebagai berikut :

Kebijakan Moneter

BI (melalui Surat

Berhaganya)

sebagai harga dari

JUB, akan turun

Investasi sektor riil

akan naik

Kapasitas Produksi

(32)

Jalur Kekayaan

Secara garis besar, pengaruh JUB terhadap

perekonomian melalui jalur kekayaan dapat

digambarkan sebagai berikut

(33)

Jalur Harga Relatif

Secara garis besar, pengaruh JUB terhadap

perekonomian melalui jalur harga relatif dapat

digambarkan sebagai berikut;

Kebijakan

Moneter

Jumlah uang

beredar naik

Uang. kas dlm

portofolio kekayaan

masy. berlebih

Kelebihan tsb.

Akan ditukarkan

dng kekayaan lain

Produksi thd.

Bentuk kekayaan

tsb. Akan naik

Investasi naik

(34)
(35)

KEBIJAKAN MONETER

Upaya

Pemerintah

mencapai

sasaran ekonomi

Melalui

Suku

Bunga

Jumlah Uang

Beredar

Investasi

(36)

KEBIJAKAN MONETER

Kebijakan Ekspansi

Kebijakan yang ditujukan untuk

memperluas kegiatan ekonomi.

Easy Money Policy

Menambah jumlah uang beredar

Kebijakan Kontraksi

Kebijakan yang ditujukan untuk

(37)

KEBIJAKAN MONETER

Fungsi uang

Uang

Segala sesuatu yang secara umum diterima sebagai alat tukar

Sebagai alat pembayaran/alat tukar

Sebagai alat penyimpan kekayaan

Sebagai alat penilai

(38)

KEBIJAKAN MONETER

Permintaan

Uang

Untuk

Transaksi

Untuk

Berjaga-jaga

Untuk

Spekulasi

Pendapatan

Pendapatan

(39)

KEBIJAKAN MONETER

Penawaran

Uang

M1

Arti Sempit

M2

Kartal + Giral

(40)

KEBIJAKAN MONETER

INTERAKSI ANTARA PERMINTAAN

DAN PENAWARAN UANG

Suku Bunga

Jumlah Uang

MS

MD

0

i

(41)

Operasi

TRANSMISI MEKANISME

KEBIJAKAN MONETER

(42)
(43)

PERANAN PERBANKAN

PERANAN PERBANKAN

Perantara Keuangan

Perantara Keuangan

Pemilik

uang

Membutuhkan

uang

PERBANKAN

Bunga

Bunga

(44)

PERBANKAN DI INDONESIA

PERBANKAN DI INDONESIA

BANK

TIDAK TERMASUK BRI Unis =4,049 *)

BANK PEMBANGUNAN DAERAH

26 1,003

BANK

ASING DAN JOINT VENTURE

76 4,529

(45)

BANK INDONESIA

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

rupiah melalui pemeliharaan kestabilan

rupiah melalui pemeliharaan kestabilan

moneter dan pengembangan stabilitas

moneter dan pengembangan stabilitas

sistem keuangan untuk pembangunan

sistem keuangan untuk pembangunan

nasional jangka panjang yang

nasional jangka panjang yang

berkesinambungan.

berkesinambungan.

SASARAN UTAMA

(46)

MASALAH UTAMA YANG

MASALAH UTAMA YANG

DIHADAPI

DIHADAPI

Inflasi yang meninggi

Inflasi yang meninggi

(47)

BEBERAPA

BEBERAPA

KEBIJAKAN YANG DIAMBIL

KEBIJAKAN YANG DIAMBIL

Memberlakukan kebijakan moneter ketat

Memberlakukan kebijakan moneter ketat

Menaikkan tingkat suku bunga

Menaikkan tingkat suku bunga

(48)

Perkembangan Kredit Perbankan

Perkembangan Kredit Perbankan

(49)

ARSITEKTUR

ARSITEKTUR

PERBANKAN NASIONAL

(50)
(51)

ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA

Strategi membangun Industri Perbankan yang kuat

Kerangka Dasar Arsitektur Perbankan Indonesia:

Pilar 1

Struktur Perbankan yang sehat

Pilar 2

Sistem Pengaturan yang efektif

Pilar 3

Sistem Pengawasan yang independen dan efektif

Pilar 4

Industri Perbankan yang kuat

Pilar 5

Instruktur Pendukung yang mencukupi

(52)

Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional

:

- Memperkuat permodalan Bank

modal minimum bank umum Rp 100 miliar

modal pendirian bank baru Rp 3 triliun

- Memperkuat daya saing BPR

- Meningkatkan akses kredit

Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan

- Memformalkan proses sindikasi dalam membuat

kebijakan perbankan

melibatkan pihak III/panel ahli/riset di daerah/pusat

(53)

Program Peningkatan Fungsi Pengawasan

- Koordinasi antar lembaga pengawasan

- Konsolidasi sektor perbankan Bank Indonesia

- Meningkatkan kompetensi pemeriksa Bank

- Mengembangkan sistem pengawasan berbasis risiko

- Meningkatkan efektivitas penegakan peraturan

Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional

- Meningkatkan Good Corporate Governance

(54)

Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan

- Mengembangkan lembaga pengelolaan kredit

- Mengoptimalkan penggunaan lembaga pemeringkat

kredit (credit bureau)

Program Peningkatan Perlindungan Nasabah

- Menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah

- Pendirian lembaga mediasi perbankan yang independen

- Menyusun transparansi informasi produk

(55)

VISI PERBANKAN KEDEPAN

RASI RITEL LAINNYA

BANK DENGAN FOKUS:

PERMODALAN

(Rp Triliun)

10

50

2 sampai 3 bank

3 sampai 5 bank

(56)
(57)

Sebuah kegiatan yang dibantu subsidi secara terus menerus sangat

tidak baik, karena membuat kegiatan tersebut tidak mandiri.

Jika pemberi subsidi mampu belum ada masalah, namun jika

pemberi subsidi sudah tidak kuat lagi, akan muncul masalah besar

pada pihak penerima dan pemberi subsidi.

Ekonomi tanpa subsidi adalah ekonomi yang sehat. Jika

subsidi dihilangkan, secara bertahap, akan tercipta ekonomi

yang sehat dan mandiri.

Cukup sulit merubah kebiasaan dari tergantung subsidi

(58)

Jika harga BBM

Rp 1.810 per liter

harga BBM luar negeri Rp 3.240 per liter,

berarti ada Subsidi

Rp 1.430 per liter

Kebutuhan BBM di Indonesia 242 juta liter per hari.

produksi dalam negeri hanya

178 juta liter per hari.

kekurangannya diimpor

64 juta liter per hari

Maka uang yang harus dipakai mensubsidi 64 juta liter tersebut berjumlah

Rp 91.520.000.000 per hari dan dalam

satu tahun berjumlah Rp 33.404.800.000.000.

Subsidi selama ini dianggap kurang mencapai sasaran karena sebagian besar

hanya dinikmati langsung oleh mereka yang memiliki kendaraan bermotor saja,

dan para pengusaha angkutan atau pemilik industri. Sekitar 84% dari

(59)

DAMPAK SUBSIDI DALAM

DAMPAK SUBSIDI DALAM

PEREKONOMIAN

Kerugian Produsen= PdEBPw

Surplus Konsumen = PdEAPw

(60)

KENAIKAN HARGA BAHAN

KENAIKAN HARGA BAHAN

BAKAR MINYAK (BBM)

BAKAR MINYAK (BBM)

Jenis BBM

Jenis BBM

Harga

Harga

Lama

Premium

Rp 1.810

Rp 1.810

Rp. 2.400

Rp. 2.400

Rp 4.500

Rp 4.500

Minyak Tanah

Minyak Tanah

Rp 700

Rp 700

Rp. 700

Rp. 700

Rp 2.000

Rp 2.000

Solar

(61)
(62)

Sejak tahun 2000 pemerintah menghentikan

subsidi BBM secara bertahap. Dana subsidi BBM

dialokasikan untuk program kompensasi yang

diperuntukan bagi masyarakat miskin dengan

perincian sebagai berikut:

(63)
(64)

Pada dasarnya

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM

mengambil dua bentuk, yaitu:

•bentuk pemberian bantuan langsung seperti beras

murah, Bantuan makanan, dan bantuan tunai;

(65)

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM tahun 2005

meliputi empat bidang yaitu:

1.Bidang Pendidikan dialokasikan dana sebesar Rp. 6,27

trilyun untuk pemberian Biaya Oprasional Sekolah (BOS) dan

beasiswa reguler untuk tingkat SMA/SMK/MA serta menjamin

siswa miskin tetap sekolah.

2.Bidang Kesehatan dialokasikan dana sebeasr Rp. 3,87

trilyun untuk pemberian pelayanan kesehatan gratis di

(66)

3.

3.

Bidang Infrasturktur Perdesaan dialokasikan dana

Bi

sebesar Rp. 3,34 trilyun yang difokuskan kepada

desa tertinggal yang membutuhkan penyedian,

peningkatan dan perbaikan di bidang perasarana

jalan dan jembatan perdesaan, prasarana irigasi

perdesaan dan prasarana air bersih di perdesaan.

4. Bidang Bantuan Langsung Tunai dialokasikan

(67)

BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA

RUMAH TANGGA MISKIN

PENERIMA

-

Keluarga miskin hasil survei BPS.

-

Menjaga persepsi bahwa garis kemiskinan yang

digunakan adalah garis kemiskinan yang selama ini

dikenal.

Makanan setara 2.100 kilo kalori + non makanan.

(68)

KRITERIA KELUARGA PENERIMA BLT

Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pen-cacahan orang miskin

dengan melibatkan berbagai pihak/sumber, antara lain dari:

1.

Pemerintah Daerah.

2.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

3.

Daftar Keluarga Miskin yang menerima pembebasan biaya

sekolah dan perawatan kesehatan.

(69)

KRITERIA KEMISKINAN:

-

Luas dan jenis lantai bangunan.

-

Jenis dinding bangunan.

-

Fasilitas jamban/kakus.

-

Sumber air minum.

-

Sumber penerangan utama.

-

Jenis bahan bakar untuk masak.

-

Kemampuan membeli daging/ ayam/ susu dalam

seminggu.

-

Frekuensi makan dalam sehari.

-

Kemampuan membeli pakaian baru dalam setahun.

-

Kemampuan berobat ke puskemas/poliklinik.

(70)

Garis Kemiskinan

Garis Kemiskinan

(Setiap Orang/Bulan)

(Setiap Orang/Bulan)

Jumlah

Jumlah

Rp.

120.000,-Rp. 120.000,-

16 juta jiwa

16 juta jiwa

4 juta KK

4 juta KK

Rp.

Rp.

150.000,-(garis kemiskinan yang biasa digunakan)

(garis kemiskinan yang biasa digunakan)

40 juta jiwa

40 juta jiwa

10 juta KK

10 juta KK

Rp.

175.000,-- Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah sebesar Rp.100.000,175.000,--/rumah

tangga/bulan.

- Bila ingin mencakup

near poor

untuk bulan Oktober, November, dan Desember

2005 dibutuhkan Rp.4,65 triliun (15,5 juta KK x Rp.300.000,-).

(71)

BESARNYA BANTUAN

-

Rp.100.000,-/bulan/rumah tangga.

-

Dibayarkan per 3 bulan 

Rp.300.000,--

Garis kemiskinan ± Rp.150.000,-/bulan/orang

≈ Rp.600.000,-/bulan/rumah tangga.

(72)
(73)

PERUBAHAN HARGA:

Income & Substitution Effects

• Substitution Effect

– Pengaruh perubahan konsumsi pada suatu

barang terkait dengan perubahan pada harga

(

relative price)

yaitu

slope

dari budget line.

• Income Effect

(74)

Harga barang X turun

Harga barang X turun

(75)

Mengukur Perubahan Kemakmuran

Akibat Perubahan Harga

• Ketika harga turun (naik) akan membuat

individu semakin membaik (memburuk)

tingkat kemakmurannya.

• Menghitung

perubahan

kemakmuran

(76)

Compensating Variation (CV)

(77)

Kenaikan Harga BBM

(barang yang terkait dengan BBM)

Barang

Kenaikan harga BBM (barang yang

Terkait BBM) membawa kemakmuran

Turun Dari U1 ke U 2. Untuk

memper-Tahankan tingkat kemakmuran di U 1

Diperlukan dana kompensasi

(Compensation Variation).

M

1

M

1

(78)

BANTUAN TUNAI LANGSUNG

Agar Bantuan Tunai Langsung Tidak mengurangi

Agar Bantuan Tunai Langsung Tidak mengurangi

tingkat kemakmuran (kemiskinan)

tingkat kemakmuran (kemiskinan)

maka besarnya

maka besarnya

dana Bantuan Tunai Langsung minimal adalah

dana Bantuan Tunai Langsung minimal adalah

sebesar garis M0 – M1.

sebesar garis M0 – M1.

Apakah Rp 100.000 sudah memadai dengan M0 –

Apakah Rp 100.000 sudah memadai dengan M0 –

M1?

M1?

M0 – M1 tidak dimaksudkan untuk menjadikan

M0 – M1 tidak dimaksudkan untuk menjadikan

orang miskin menjadi tidak miskin, namun sekedar

orang miskin menjadi tidak miskin, namun sekedar

menjadikan orang miskin tidak menjadi lebih miskin

menjadikan orang miskin tidak menjadi lebih miskin

dari sebelumnya.

(79)

APAKAH yang terpikir di dalam hati kita ketika menyaksikan kejadian

ketika ada niat pemerintah membantu mereka yang paling miskin dengan

bantuan 100 ribu rupiah per kepala?

Kita menyaksikan Waginem (80), Wadiman (70), dan Kasipah (80)

menghembuskan napas terakhir secara mengenaskan saat antre untuk

mendapatkan dana bantuan langsung tunai?

Atau ketika seorang Ketua RT ditikam mati oleh massa yang tidak puas

dengan cara pembayaran bantuan langsung tunai?

(80)

- Contagion effect (multiuplier effect) dari kenaikan harga BBM

mengatrol harga-harga barang lain ikut naik khususnya

transportasi

membawa inflasi kepada double digit (17,89

persen Oktober 2005 year to year).

Ditakutkan akan marak terjadi pemutusan hubungan kerja,

yang selanjutnya menambah jumlah penduduk

miskin,

yang pada gilirannya akana menambah jumlah

bantuan

tunai langsung

mengurangi kemampuan stimulus fiscal.

Penurunan investasi ditakutkan akan terjadi karena mahalnya

biaya investasi (tingginya suku bunga)

menghambat

(81)

DISTRIBUSI PENGELUARAN UNTUK BBM

MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

Kelompok Pendapatan

Kelompok Pendapatan

Distribusi Subsidi

Distribusi Subsidi

BBM

BBM

Dalam Trilliun

Dalam Trilliun

Rupiah

Rupiah

20% teratas

20% teratas

43%

43%

48,9

48,9

20% kedua teratas

20% kedua teratas

23%

23%

26,2

26,2

20% di tengah

20% di tengah

16%

16%

18,2

18,2

20% kedua terbawah

20% kedua terbawah

11%

11%

12,5

12,5

20% terbawah

20% terbawah

7%

7%

7,9

7,9

Jumlah

(82)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan tingkat signifikansi antara suku bunga deposito, nilai tukar, penerimaan pajak dan pengeluaran

Bagaimanakah Dampak Kebijakan Fiskal pada variabel Pengeluaran Pemerintah, Penerimaan Pajak, Ekspor, Nilai Tukar dan Kebijakan Moneter pada variabel Jumlah Uang beredar,

Kemudian dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak, optimalisasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan membuka investasi dari investor asing maupun dalam

Untuk terus menjaga momentum percepatan pemulihan ekonomi nasional dan stabilitas perbankan serta kinerja debitur restrukturisasi Covid-19 yang sudah mulai mengalami

Dalam struktur ekonomi konvensional, unsur utama dari kebijakan fiskal adalah unsur-unsur yang berasal dari berbagai jenis pajak sebagai sumber penerimaan pemerintah dan

Penurunan suku bunga perbankan, baik dari sisi DPK maupun kredit tersebut diharapkan dapat mendorong pemulihan aktivitas ekonomi yang lebih cepat.. Namun demikian,

Sesuai Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, pengertian Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun

Kedua, dalam jangka panjang, perkembangan ouput atau transaksi ekonomi riil (T) yang pada umumnya dapat dianggap konstan dan tidak dipengaruhi oleh perkembangan jumlah uang