1 1.1Latar Belakang Masalah
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Potensi diri yang dimiliki siswa perlu dikembangkan sebagai upaya melaksanakan pendidikan
nasional. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan
lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pembelajaran. Dalam UU
No. 20 Tahun 2003 tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan menyebutkan
bahwa pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
Berdasarkan Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi, kurikulum
SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.
Kedelapan mata pelajaran dalam kurikulum adalah pendidikan agama, PKn,
Bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, seni budaya dan keterampilan, dan
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Salah satu mata pelajaran yang
mendukung prinsip penyelenggaraan pendidikan tersebut ialah IPA.
Menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006), mata pelajaran yang
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam sistematis, sehingga
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep,
prinsip tetapi juga suatu proses penemuan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
sebagai salah satu mata pelajaran yang mengantarkan siswa dalam proses
perubahan perilaku sabagai hasil interaksi dengan lingkungannya untuk
pembelajaran di kelas sebagai upaya untuk memperoleh pengalaman. Dalam
KTSP pembelajaran secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) menekankan
pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP 2006:143).
Selain itu juga belum terlaksana pembelajaran yang konstruktivistik, yaitu
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) dan guru
sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar (Yamin 2012:10).
Berdasarkan hasil wawancara yang terdapat pada lampiran 5 halaman 131
bersama guru kelas IV SD Kristen Ngampin Kecamatan Ambarawa, proses
pembelajaran belum menggunakan pendekatan atau model maupun media
pembelajaran khususnya dalam proses pembelajaran IPA, materi disajikan
dengan ceramah. Ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa , tidak ada
satu siswa pun yang bertanya. Hal tersebut menunjukkan rasa keingintahuan
siswa yang masih rendah. Penggunaan metode konvensional yaitu metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan sehingga menjadikan aktivitas
siswa dalam pembelajaran IPA cenderung rendah. Pembelajaran yang masih
berpusat pada guru menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar
siswa. Hal tersebut diperkuat dengan data hasil ulangan IPA semester I,
dimana dari 16 siswa 44% siswa yaitu 6 orang memiliki nilai ketuntasan di
atas KKM, dan 56% siswa yaitu 10 orang berada di bawah KKM. Nilai
rata-rata nya adalah 6,6 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40.
Hasil belajar siswa SD Kristen Ngampin pada nilai ulangan harian IPA
Tabel 1.1
Hasil Belajar Siswa Prasiklus SD Kristen Ngampin Kec. Ambarawa
Mata Pelajaran IPA Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017
Nilai Jumlah Siswa Presentase Jumlah
Presentase
KKM 6 Siswa 43, 75 44%
Bawah KKM 10 Siswa 56,25 56%
Total Siswa 16 Siswa
Data Penelitian , 2017
Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA, yaitu
70 didapati data bahwa siswa yang berada di atas KKM pada kelas IV sebanyak
44% dan yang dibawah KKM sebanyak 56%. Jadi hasil belajar siswa kelas IV
dapat dikategorikan rendah. Selama proses pembelajaran IPA berlangsung,
sumber belajar yang digunakan adalah buku pelajaran IPA saja. Belum
menggunakan sumber belajar yang lain. Bukan hanya itu saja media pembelajaran
juga jarang digunakan di dalam proses pembelajaran berlangsung. Sehingga siswa
hanya menulis, membaca dan mendengarkan ceramah dari guru saja.
Pembelajaran yang masih berpusat pada masih sering terjadi, dimana siswa
kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian perlu adanya suatu pendekatan untuk meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA sehingga dapat memberi kemungkinan
hasil belajarnya meningkat. Pendekatan Inkuiri dapat menjadi pendekatan yang
sesuai untuk membantu siswa memahami pelajaran. Pendekatan inkuiri menurut
Gulo (2004: 84-85) mengatakan bahwa pendekatan inkuiri yaitu suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari tahu dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
percaya diri. Pembelajaran inkuiri menekankan pada pengembangan aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan secara seimbang. Melalui pendekatan inkuiri
siswa dibina agar dapat mengembangkan sikap rasa ingin tahu dan cara berpikir
objektif, kritis analitis baik secara individual maupun secara berkelompok.
Menurut Sumantri, (1998: 164) pendekatan inkuiri yaitu cara penyajian pelajaran
yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi
dengan bantuan guru. Peserta didik juga dapat menemukan sendiri
informasi-informasi yang diperlukan untuk tujuan belajar. Inkuiri berarti menanyakan,
meminta keterangan, atau penyelidikan dan inkuiri berarti penyelidikan (Ahmadi,
1997:76). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan inkuiri adalah suatu pendekatan yang menjadikan peserta didik
sebagai subjek dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dalam pendekatan ini
guru memberikan stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan sehingga siswa dapat
menemukan dan memecahkan masalah sendiri. Dengan demikian, siswa menjadi
lebih aktif dan guru hanya berusaha membimbing, melatih, dan membiasakan
siswa untuk terampil berpikir. Untuk membantu siswa menjadi lebih aktif dan
dapat menjadikan suasana belajar yang menyenangkan maka dibutuhkan media
pembelajaran. Media sangat penting untuk alat bantu yang membantu siswa dalam
proses belajar mengajar di kelas. Guru dalam hal ini harus terampil dalam
memilih media pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam
pembelajaran ini peneliti menggunakan media yang berisikan beberapa kartu yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik yang ingin mereka cari tahu.
Dari pertanyaan-pertanyaan itu siswa membuktikan dengan melakukan percobaan
atau eksperimen pada kegiatan pembelajaran tersebut.
Dengan menerapkan pendekatan dan media pembelajaran yang relevan
dengan materi IPA, dapat memunculkan rasa tertarik siswa dalam mempelajari
IPA serta mencoba dan membuktikan sendiri. Sehingga akan memperkuat
kemampuan kognitifnya. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai. Media dapat mempertinggi proses
yang dicapainya (Sudjana, 2010: 2). Media dibutuhkan untuk menunjang proses
pembelajaran agar siswa tertarik dan tidak bosan dengan proses belajar ceramah,
tanya jawab dan penugasan.
Adapun penelitian yang mendukung pemecahan masalah tersebut adalah
penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Juniati dan I Wayan Widiana (2017)
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA”. Pada siklus I rata-rata hasil belajar IPA siswa sebesar 72,75% pada kategori sedang dan meningkat menjadi 80% pada siklus II yang berada pada
kategori tinggi. Terjadi peningkatan sebesar7,25%. Jadi model pembelajaran
inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD No. 5 Gulingan
tahun pelajaran 2016/2017
Penelitian yang dilakukan oleh Koida (2014) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Manggalai Dalam Pembelajaran IPA Khususnya Materi Gaya Melalui Pendekatan Inkuiri”. Hasil penelitian ini diperoleh data awal siswa yang kategori tuntas 4 orang atau persentase ketuntasan
klasikal 20%. Pada siklus 1 banyak siswa yang tuntas 10 orang persentase klasikal
50%. Sedangkan siklus II banyaknya siswa yang tuntas 19 orang, persentase
ketuntasan klasikal 95%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan dari beberapa penelitian di atas bahwa pendekatan inkuiri dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan tujuan dari proses
pembelajaran yang terdiri dari 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotoris.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan intelektual siswa yang menjadi
kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran. Ranah afektif berhubungan
dengan sikap, nilai, minat, motivasi dan apresiasi siswa. Ranah psikomotor
berhubungan dengan ketrampilan-ketrampilan yang dimiliki setiap individu. Jika
peneliti menggunakan pendekatan inkuiri dalam meningkatkan hasil belajar siswa
memecahkan masalah dan dapat memahami gagasan yang diberikan oleh guru
(cognitive). Dengan menggunakan pendekatan inkuiri nilai siswa dapat meningkat
dan memotivasi siswa untuk mencari dan menemukan apa yang menjadi
permasalahan yang diberikan oleh guru (afective). Sedangkan dalam psikomotor
anak dapat melakukan beberapa kegiatan atau keterampilan dari cara mereka
menemukan jawaban dari pertanyaan mereka. Dengan menggunakan pendekatan
inkuiri juga dapat meningkatkan ketrampilan-ketrampilan siswa misalnya
kegiatan diskusi dengan mempraktekkan perubahan wujud benda.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka peneliti akan mengkaji masalah tersebut melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Berbantu Papan Inkuiri kelas IV SD
Kristen Ngampin Kec. Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/2018”
1.2Identifikasi Masalah
1.2.1 Pembelajaran IPA lebih bersifat teacher-centered menjadikan
siswa pasif karena guru lebih mendominasi dalam proses
pembelajaran.
1.2.2 Kurangnya penggunaan pendekatan / model pembelajaran yang
inovatif
1.2.3 Penggunaan media yang masih kurang
1.2.4 Hasil belajar IPA siswa yang masih rendah
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembelajaran penerapan pendekatan inkuiri
berbantu papan inkuiri siswa kelas IV SD Kristen Ngampin Kec.
Ambarawa dalam mata pelajaran IPA?
2. Apakah penerapan pendekatan inkuiri berbantu papan inkuiri dapat
siswa kelas IV SD Kristen Ngampin Kec. Ambarawa dalam mata
pelajaran IPA ?
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui proses pembelajaran penerapan pendekatan inkuiri
berbantu papan inkuiri siswa kelas IV SD Kristen Ngampin Kec.
Ambarawa dalam mata pelajaran IPA.
b. Meningkatkan hasil belajar dari ranah kognitif,afektif,dan
psikomotor siswa kelas IV SD Kristen Ngampin Kec. Ambarawa
dalam mata pelajaran IPA.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah :
a. Bagi guru : Penelitian ini memberikan masukan bagi guru untuk
memperkaya pendekatan pembelajaran dalam menciptkan
pembelajaran yang inovatif dan kreatif
b. Bagi sekolah : Meningkatkan proses pembelajaran yang
berdampak pada peningkatan mutu pendidikan SD Kristen
Ngampin Kecamatan Ambarawa
c. Bagi siswa : Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat
menjadikan siswa menyukai mata pelajaran IPA dan