• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpedaan Perspeftif Masyarakat Pesisir DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perpedaan Perspeftif Masyarakat Pesisir DALAM"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PERSPEKTIF MASYARAKAT

PESISIR DALAM PEMBANGUNAN DESA PESISIR

DI KABUPATEN SIDOARJO

DIFFERENT PERSPECTIVE OF COASTAL COMMUNITY IN THE COASTAL VILLAGE DEVELOPMENT IN SIDOARJO REGENCY

PROPOSAL DISERTASI

TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF

OLEH

R U K I N

NIM : 140930101001

DOSEN PENGAMPU :

PROF. Drs. TATANG ARY GUMANTI, M.Buss.,Ph.D.

Dr. ZARAH PUSPITANINGTYAS,S.Sos.,S.E.,MM.

Dr. SASONGKO,M.Si.

Dr. PUJI WAHONO,M.Si.

PROGRAM DOKTOR ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembangunan desa seringkali diartikan dengan pembangunan berskala besar di wilayah pedesaan (Muhi, 2011). Padahal pembangunan desa yang sesungguhnya tidaklah terbatas pada pembangunan berskala besar saja, akan tetapi pembangunan dalam lingkup atau cakupan yang lebih luas. Pembangunan yang berlangsung di desa dapat saja berupa berbagai proses pembangunan yang dilakukan di wilayah desa dengan menggunakan sebagian atau seluruh sumber daya (biaya, material, dan sumber daya manusia) bersumber dari pemerintah (pusat atau daerah), selain itu dapat pula berupa sebagian atau seluruh sumber daya pembangunan bersumber dari desa.

(3)

berjalan dalam kecepatan yang relatif rendah. Kondisi ini yang menyebabkan pembangunan di desa terkesan lamban dan cenderung terbelakang.

Pembangunan desa pada era orde baru dikenal dengan sebutan Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) dan Pembangunan Desa (Bangdes). Kemudian di era reformasi peristilahan terkait pembangunan desa lebih menonjol yaitu “Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD)”. Dibalik semua itu, persoalan peristilahan tidaklah

penting, yang terpenting adalah substansinya terkait pembangunan desa.

Melihat fenomena pembangunan masyarakat desa pada masa lalu, terutama di era orde baru, pembangunan desa merupakan cara dan pendekatan pembangunan yang diprogramkan negara secara sentralistik. Di mana pembangunan desa dilakukan oleh pemerintah baik dengan kemampuan sendiri (dalam negeri) maupun dengan dukungan negara-negara maju dan organisasi-organisasi internasional. Pada masa orde baru secara substansial pembangunan desa cenderung dilakukan secara seragam (penyeragaman) oleh pemerintah pusat. Program pembangunan desa lebih bersifat top down.

(4)

pemerintah daerah cenderung mengambil posisi dan peran sebagai fasilitator, memberi bantuan dana, pembinaan dan pengawasan. Program pembangunan desa lebih bersifat bottom up atau kombinasi dari keduanya.

Top-down Planning adalah perencanaan pembangunan yang

lebih merupakan inisiatif pemerintah (pusat atau daerah). Pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pemerintah atau dapat melibatkan masyarakat desa di dalamnya. Namun demikian, orientasi pembangunan tersebut tetap untuk masyarakat desa. Sedangkan Bottom up Planning adalah perencanaan pembangunan dengan menggali potensi riil keinginan atau kebutuhan masyarakat desa. Masyarakat desa diberi kesempatan dan keleluasan untuk membuat perencanaan pembangunan atau merencanakan sendiri apa yang mereka butuhkan. Masyarakat desa dianggap lebih tahu apa yang mereka butuhkan. Pemerintah memfasilitasi dan mendorong agar masyarakat desa dapat memberikan partisipasi aktifnya dalam pembangunan desa.

Sementara itu kombinasi antara Bottom-up dan Top-dowm Planning adalah perencanaan oleh pemerintah (pusat atau daerah)

(5)

melaksanakan pembangunan yang baik dan komprehensif. Pelaksanaan pembangunan melibatkan dan menuntut peran serta aktif masyarakat desa dan pemerintah. Dalam menyusun perencanaan pembangunan desa yang harus diperhatikan adalah harus bertolak dari kondisi existing desa tersebut. Esensi dari pembangunan desa adalah “bagaimana desa dapat membangun/ memanfaatkan/ mengeksploitasi dengan tepat (optimal, efektif dan efisien) segala potensi dan sumber daya yang dimiliki desa untuk memberikan rasa aman, nyaman, tertib serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

(6)

Responsibility, hibah dan sebagainya), maupun organisasi-organisasi non-pemerintah (Lembaga Sosial Masyarakat) dalam negeri maupun internasional adalah merupakan stimulus pembangunan di daerah pedesaan. Semestinya yang dikedepankan adalah kemampuan swadaya masyarakat desa itu sendiri.

(7)

Peraturan Pemerintah tersebut mengatur sistem pemerintahan sampai dengan pembangunan, dengan berbagai macam dana pembangunan yang dikucurkan oleh pemerintah, di antarannya adalah ADD, PNPM Mandiri, KUR/KUK serta topangan dana lainnya yang semuanya digunakan untuk pembangunan masyarakat secara luas baik secara fisik maupun nun fisik (perekonomian). Secara keseluruhan, tampak bahwa situasi sosial yang terjadi di negeri masih memiliki kekurangan.

Saat ini masih ditemukannya banyak ketimpangan antara desa/kelurahan sesuai dengan data Kementrian Dalam Negeri Tahun 2013, tercatat jumlah administrasi desa mencapai 72.944 dan administrasi kelurahan sebanyak 8.309, sehingga total desa/kelurahan saat ini sejumlah 81.253 desa/kelurahan. Sebanyak kurang lebih 32 ribu desa dan di dalamnya termasuk desa maritim, masuk dalam arsiran daerah yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah. Oleh karena itu, Undang-Undang Desa ini memiliki dua tujuan besar yaitu, perluasan kesejahteraan dan mereduksi disparitas wilayah. Undang-Undang Desa ini, diharapkan menjadi salah satu lompatan sejarah dalam proses pembangunan yang sedang berlangsung.

(8)

wujud keberpihakan kepada kelompok masyarakat akar rumput yang dalam piramida kependudukan berada paling di bawah. Komitmen ini juga sudah banyak dirasakan sepanjang periode 2004-2013, seperti misalnya adanya program PNPM, KUR, Bantuan Siswa Miskin, BOS, Raskin, BPJS, dan lain sebagainya. Program-program ini didesain dengan memberi rasa keadilan serta memberi ruang bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menikmati hasil pembangunan yang telah dicapai selama ini, utamanya dalam memberdayakan masyarakat kelas menengah ke bawah.

(9)

bahan tambang serta pariwisata. Di daerah pesisir juga berdiam para nelayan yang sebagian besar masih miskin dan atau prasejahtera.

Pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat adalah pendekatan pengelolaan yang melibatkan kerja sama antara masyarakat setempat dalam bentuk pengelolaan secara bersama di mana masyarakat berpartisipasi aktif baik dalam perencanaan sampai pada pelaksanaan dan pengawasannya. Pusjianmar (2013) menyatakan bahwa kebijakan Kelautan Nasional merupakan kebijakan pemerintah Republik Indonesia yang menyangkut pengelolaan laut yurisdiksi nasional secara terpadu dan komprehensif. Hal tersebut akan bertumpu pada tiga bidang pokok, yaitu Politik, Ekonomi, dan Pertahanan Keamanan. Oleh karena itu langkah awal yang harus dilakukan adalah penciptaan coastal governance guna mewujudkan ketahanan nasional.

(10)

Karena bilamana ketiga hal itu terpenuhi semua sudah pasti kesejahteraan masyarakat akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Sementara itu, pembangunan desa pesisir/maritim merupakan suatu ide baru yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi pengembangan dan kemajuan desa-desa di Indonesia di wilayah pesisir/daerah pantai. Dan bila kita inginkan agar Indonesia menjadi pusat kemaritiman di Asia Tenggara, maka pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah bukan hanya berfokus pada area Pesisir /Pantai tapi juga harus berorintasi kepada Pesisir, laut serta daratan karena saling memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Pembangunan Pesisir, Laut dan daratan tanpa memperhitungkan sistem hubungan ketiga area ini maka pembangunan kemaritiman tidak akan mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat. (desamerdeka.co.id 3/3/2015).

(11)

yaitu sumberdaya manusianya masih marginal terutama dibidang pendidikan berdasarkan hasil penelitian di salah satu wilayah di Jawa Timur bahwa tingkat pendidikan masyarakat pesisir mayoritas masih tamat SD (sekitar 45 %), yang tidak tamat SD bisa mencapai 15 %, Bekerja di sektor nelayan dan pertanian 35 %, dan pengangguran mencapai 15 %. Bagi yang berpendidikan setingkat SMP mereka banyak yang memilih menjadi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri (TKI) sebagai pilihan hidupnya untuk berjuang keluar dari kemiskinannya. Sementara pekerjaan di sektor perikanan dan pertanian merupakan pekerjaan musiman, dan mereka sebagian berperan sebagai buruh nelayan dan buruh tani yang pendapatannya cukup minim.

(12)

mewujudkan pengelolaan program penanggulangan kemiskinan secara profesional dan berkelanjutan sehingga dapat mengembangkan pola-pola baru yang inovatif untuk penanggulangan kemiskinan.

(13)

pengelolaan sumberdaya alam yang lestari & berkelanjutan. (sumber: Bappenas Provinsi Jawa Timur).

Sedangkan kebijakan Pembangunan Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025 diarahkan pada masing-masing misi sebagai berikut:

1. Misi Pertama, mengembangkan perekonomian modern berbasis agrobisnis diarahkan pada transformasi sistem agrobisnis; pengembangan sistem informasi agrobisnis; pengembangan sumberdaya agrobisnis; pembinaan sumberdaya manusia; pembangunan fasilitas penelitian dan pengembangan pertanian; penguatan struktur perekonomian; penguatan struktur industri; optimalisasi perdagangan; pemberdayaan koperasi dan UMKM; optimalisasi peran lembaga keuangan dan perbankan, percepatan investasi, serta pengembangan pariwisata;

2. Misi Kedua, mewujudkan SDM yang handal, berakhlak mulia dan berbudaya diarahkan pada pembangunan pendidikan; pembangunan kehidupan beragama; pengembangan kebudayaan; pembangunan pemuda dan olah raga; pemberdayaan perempuan; sertapembangunan dan pemantapan jatidiri bangsa;

3. Misi Ketiga, mewujudkan kemudahan memperoleh akses untuk

meningkatkan kualitas hidup diarahkan pada pembangunan

(14)

ketenagakerjaan; pembangunan kesejahteraan sosial, serta

penanggulangan kemiskinan;

4. Misi Keempat, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam

dan buatan diarahkan pada pengembangan keanekaragaman

pemanfaatan sumber daya alam dan buatan; pengembangan

energi; pendayagunaan sumber daya alam,pendayagunaan sumber

daya alam tak-terbarukan; pengembangan potensi sumber daya

kelautan; serta penanganan kebencanaan;

5. Misi Kelima, mengembangkan infrastruktur bernilai tambah tinggi diarahkan pada pembangunan transportasi; pengelolan sumber daya air; perumahan dan permukiman; pengembangan wilayah; serta penyelenggaraan penataan ruang;

6. Misi Keenam, mengembangkan tata kelola pemerintahan yang baik diarahkan pada pembangunan hukum; penyelenggaraan pemerintahan; pembangunan politik; pembangunan komunikasi dan informasi; pembangunan keamanan dan ketertiban ; serta pembangunan keuangan daerah.

Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu kabupaten di Jawa

(15)

saling berkesinambungan. Secara berkesinambungan kabupaten ini melakukan pembangunan di bidang kemaritiman diantaranya adalah pemberdayaan masyarakat pesisir dalam berbagai bidang guna menuju swasembada dan peningkatan ekonomi kerakyatan. Dalam perencanaan pembangunan desa termasuk desa yang berada di pesisir pantai atau desa maritim, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sudah melakukan sosialisasi kepada semua komponen. Komponen masyarakat ini meliputi masyarakat secara individu, kelompok serta organisai yang ada di masing-masing desa seperti Karang Taruna, Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Organisasi Keagamaan (Pengurus Masjid/Majelis Ta’lim) agar selalu diikut sertakan dalam setiap proses pembangunan

desa. Untuk mengetahui secara jelas adanya perbedaan tentang pembangunan desa pesisir ini, maka akan di ambil dua desa yang akan dijadikan tempat penelitian adalah Dusun Kepetingan Desa Sawoan Kecamatan Buduran dan Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati dan keduanya ada diwilayah Kabupaten Sidoarjo.

Dusun Kepetingan Desa Sawohan merupakan desa terisolir dan tertinggal di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Hidup dengan akses yang terbatas sudah menjadi “makanan” sehari-hari warga Dusun

(16)

memakan waktu sekaligus mengeluarkan biaya yang relatif mahal. Bagi sebagian kalangan, nama dusun berpenduduk 150 kepala keluarga tersebut relatif akrab. Sebab, di sana ada makam Nyai Sekardadu, yang menurut sejarah merupakan ibu Sunan Giri dan biasanya menjadi salah satu tujuan wisata religi pada setiap perayaan nyadran menjelang bulan Ramadan tiba.

(17)

di pinggir sungai. Perahu baru bisa menepi ketika air sungai pasang. Sebab, bagian pinggir sungai cenderung dangkal dan berlumpur. Karena itu, perahu berisiko tersangkut.

Sedangkan Desa Segoro Tambak walaupun merupakan desa yang ada dipesisir pantai, desa ini cukup mudah untuk dijangkau. Selain akses jalan lingkar yang menghubungkan Sidoarjo dan Kota Surabaya melintasi desa ini, akses jalan di desa ini pun sudah relatif sempurna. Penerangan serta akses informasipun sudah tidak ada kendala dikarenakan desa ini angan berdekatan dengan bandara Internasional Juanda, selain itu proses pembangunanpun sudah berjalan dengan baik.

Dari kondisi yang berbeda inilah menjadikan peluang untuk diteliti tentang kemungkinan adanya perbedaan pandangan masyarakat pesisir dalam pembangunan desa pesisir ini. Dari sinilah yang menghantarkan peneliti untuk mengetahui secara signifikan tentang apakah ada perbedaan yang menonjol tentang pembangunan desa pesisir yang dilakukan oleh masyarakat di dua desa ini.

(18)

pegasimilasian sifat-sifat ketuhanan. Aqliyahnya dibangunkan dengan membebaskan dari belengggu tahyul, khurafat dan fahaman sesat lantas mengarahkannya memerhati dan meneliti semesta raya dengan segala fenomena dan panoramanya secara rasional dan saintifik.

Di samping itu manusia diinsafkan bahwa akal adalah anugerah istimewa yang mencirikan kemanusiaannya dan sekaligus amanah Tuhan yang harus dipelihara kewarasannya. Pembangunan insan tidak hanya terbatas pada tahap individu tetapi mencakup juga pembangunan insan pada tahap kolektif. Dengan ungkapan lain, pembangunan insan fardiah dan jamaiyyah. Diaturnya kehidupan berkeluarga dengan segala hukum hakamnya sehingga kehormatan keluarga terjamin dan terkawal. Seterusnya diatur pula kehidupan bermasyarakat dengan dasar-dasar persaudaraan dan keadilan, permuafakatan, dan ketaatan. Dengan prinsip-prinsip ini terbangunlah masyarakat unggul dengan rakyat yang sahih dan imam yang adil.

(19)

melakukan kerusakan di muka bumi; sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan”. Dari sinilah kita bisa melihat bahwa sesungguhnya pembangunan itu sulit terjadi tanpa adanya rasa kebersamaan. Partisipasi masyarakat secara luas diharapkan dapat menjadikan proses pembangunan berjalan dengan baik dan tujuan dari pembangunan desapun berhasil sesuai dengan perencanaan. Selain itu masyarakat bisa menjadi kontrol pelaksanaan pembangunan tersebut. Seperti yang terdapat di dalam Al Qur’an

Surat Al-Maidah ayat 2 telah diperintahkan kepada manusia "Bertolong menolonglah kamu di dalam berbuat kebajikan dan takwa dan janganlah bergolong royong dalam berbuat dosa dan perusuhan ". Hal inilah yang mendasari penulis untuk mengungkap beberapa fenomena tersebut secara mendalam.

B. Perumusan Masalah

Melihat berbagai hal yang terjadi dalam latar belakang masalah diatas, menghantarkan peneliti untuk melakukan pengkajian secara mendalam dan penelitian ini akan diarahkan untuk menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

(20)

2. Bagaimana sistem pembangunan desa pesisir yang telah dilakukan oleh kedua desa sasaran?

3. Bagimanakah keinginan masyarakat pesisir serta harapan apa agar dapat bermanfaat dalam peningkatan perekonomian, peningkatan pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat pesisir?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan perbedaan pandangan masyarakat pesisir dalam pembangunan desa pesisir.

2. Mendeskripsikan tentang proses sistem pembangunan desa pesisir yang diinginkan oleh kedua desa sasaran.

(21)

D. Manfaat Penelitian

Seperti apa yang dipaparkan Sugihastuti (2000) bahwa “tulisan ilmiah merupakan wujud buah pikiran penulis yang akan

dikomunikasikan kepada pembaca. Penyusunan karya ilmiah memberikan manfaat yang besar sekali, baik bagi penulis maupun bagi masyarakat pada umumnya. Sekurang-kurangnya ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penulisan tersebut diantaranya :

1. Secara Akademis penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya kajian tentang Pemahaman dan Partisipasi Masyarakat Pesisir dalam Pembangunan Desa Pesisir sebagai salah satu program utama pemerintahan Presiden Joko Widodo.

2. Dalam wilayah praktis, penelitian ini memberi manfaat bagi publik untuk melihat bagaimanakah sebenarnya kita membangun desa pesisir, serta bagaimana masyarakat pesisir membangun desa dan hasil apa yang telah dicapainya, bagaimana dukungan pemerintah diatasnya, bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan tersebut.

(22)

melihat kondisi yang diinginkan masyarakat agar proses pembangunan ini benar-benar tepat sasaran.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

PENGAJUAN HEPOTESIS

A.Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka merupakan hasil penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam berfikir serta sebagai gambaran dalam pengembangan penelitian yang sedang dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda. Penelitian yang berhubungan dengan Implementasi Kebijakan Publik dan Partisipasi Masyarakat yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut :

(24)

potensial, tingkat pendidikan dan ketekunan/motivasi; peluangnya, yaitu: potensi SDI, kesempatan kerja di bidang perikanan terbuka, keberadaan koperasi LEPP-M3 dan dukungan pemerintah daerah; kelemahannya, yaitu: keterbatasan teknologi, akses permodalan, akses pemasaran, tidak berkembangnya kelompok masyarakat pesisir dan keterbatasan fasilitas penunjang usaha perikanan; dan ancamannya, yaitu: harga ikan rendah, harga BBM tinggi, Cuaca dan musim yang buruk; dan Illegal Fishing. Prioritas strategi perbaikan pemberdayaan masyarakat nelayan di Kabupaten Halmahera adalah sebagai berikut: (1) pengembangan akses permodalan; (2) pengembangan teknologi dan skala usaha perikanan; (3) pengembangan akses pemasaran; (4) penguatan kelembagaan masyarakat pesisir; (5) pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat; (6) pembangunan sarana prasarana penunjang usaha perikanan; dan (7) pengembangan diversifikasi pengolahan ikan.

(25)

yang berdampak pada rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga nelayan. Organisasi sosial dan ekonomi dapat bermanfaat dalam peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat di desa ini. 3. Indarti, et al, (2013), menyimpulkan bahwa tugas pokok

(26)
(27)

untuk bergabung ke dalam suatu koperasi merupakan keputusan strategis untuk penguatan daya tawar di pasar input dan output, serta penguatan daya kerjasama dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal lainnya.

4. Othman, et.al (2011), menyimpulkan bahwa Masyarakat industri maritim Malaysia dapat dianggap sebagai cluster maritim dan menuju tingkatan yang kuat. Karena kekuatan industri maritim berubah dari waktu ke waktu, apabila kita menganalisis pola kekuatan industri ini maka akan sangat membantu dalam mengembangkan kebijakan nasional dan strategi industri. Kekuatan Model indikator dapat digunakan untuk mempelajari kekuatan klaster industri maritim. Metode ini untuk mengungkapkan kekuatan industri maritim Malaysia dan memiliki kemampuan untuk mengukur pengembangan kebijakan industri maritim ke arah yang lebih kompetitif dan berkelanjutan serta merangsang pemikiran seputar konsep cluster dan penggunaan model ini perlu diadakan penelitian lebih lanjut dan adanya upgrade dari penelitian ini.

(28)

berjalan dengan baik, tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap informasi masih rendah, dan masyarakat di kampung Paneki lebih mengutamakan melakukan aktifitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena kondisi ekonomi masyarakat Paneki pada umumnya kategori kurang mampu.

6. Sumiyarsono (2010), menghasilkan temuan bahwa keberhasilan dan kegagalan pembangunan dan pengelolaan prasarana air bersih pasca pembangunan di Desa Wawoosu dan Desa Mataiwoi Kecamatan Kolono dipengaruhi sangat dipengaruh ioleh: Ketersediaan Anggaran Pembangunan, Pemilihan Teknologi Tepat Guna dan Tahapan Proses Pembangunan dan Pengelolaan yang menyesuaikan dengan kapasitas masyarakat setempat.

7.

Adrianto (2006), menghasilakan kesimpulan dan temuan bahwa

(29)

diberikan oleh masyarakat juga semakin besar. Besarnya swadaya yang diberikan masyarakat masih sangat tergantung dengan kondisi kemampuan masyarakat dan partisipasi mereka terhadap pembangunan prasarana dasar permukiman. Disisi lain juga diperoleh kenyataan bahwa kelurahan dengan tingkat swadaya tinggi belum tentu dalam setiap tahapan pembangunan prasarana dasar permukiman berjalan lebih baik dari pada kelurahan yang memiliki tingkat swadayanya yang lebih rendah.

(30)

laporan, dan koordinasi antara pelaksana program berjalan cukup baik, namun dalam pelaksanaan sosialisasi, tim koordinasi tidak melibatkan mitra kerja yaitu tenaga kesejahteraan sosial masyarakat.

9. Sutami (2009), menyimpulkan bahwa penelitian ini menunjukkan adanya antusiasme keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan dalam berbagai bentuk. Keikutsertaan responden pada setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan menunjukkan bahwa responden sudah melakukan kerjasama yang baik dengan pemerintah sebagai penggagas adanya program PPMK. Indikasi adanya kerjasama ini, menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat telah berada pada tingkat kemitraan (partnership), sedang keberadaan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta Utara berada pada tingkat therapy. 10.Sugiana (2012), menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini

(31)

implementasi program ini, banyaknya jenis usaha macet. Masih terbatasnya kemampuan dan keterampilan anggota juga menjadi hambatan tersendiri dalam pelaksanaan program ini.

11.Deviyanti (2013), menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat

(32)

pembangunan dan ketersediaan waktu yang kurang untuk bisa ikut serta dalam kegiatan pembangunan karena adanya faktor kesibukan pekerjaan, sedangkan kendala eksternal yang dihadapi adalah kurangnya sosialisasi dari pihak-pihak terkait mengenai kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di lingkungan masyarakat.

Dari keseluruhan penelitian di atas sudah mencakup aspek pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pedesaan, akan tetapi belum ada satu pun penelitian yang menitik beratkan pada perbedaan antara pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pesisir yang dilakukan oleh desa satu dan desa lainnya. Oleh karena itu, di sinilah adanya celah yang menurut peneliti pantas untuk diteliti dengan pengkajian secara mendalam.

B.Landasan Teori

Dalam sebuah penelitian ilmiah, dituntut adanya alur berfikir yang sistematis, logis dan metodologis. Untuk menjawab berbagai hal tersebut diperlukan adanya pandangan teoritis yang akan mendasari pemikiran peneliti dalam memecahkan masalah dalam penelitian.

(33)

landasan teori yang akan dipakai untuk menentukan langkah-langkah penelitian, karena dalam memecahkan suatu masalah dalam penelitian sosial diperlukan adanya konsepsi dasar/landasan teori yang digunakan untuk menerangkan dan memecahkan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Dengan demikian tujuan dari konsepsi dasar/landasan teori adalah untuk menyederhanakan pemikiran kita dan memberi landasan pokok kerangka berfikir yang akan digunakan untuk membahas dan mengkaji masalah inti suatu penelitian.

Dalam penelitian ini maka konsepsi dasar/landasan teori yang akan digunakan adalah sebagai berikut : (1) Administrasi Pembangunan, (2) Pembangunan Kemaritiman dan Desa Pesisir, (3) Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat.

1.Administrasi Pembangunan

Administrasi Pembangunan merupakan salah satu disiplin ilmiah dalam rumpun “Administrasi Negara”. Fokus analisis

(34)

Administrasi Pembangunan mencakup dua pengertian, administrasi merupakan keseluruhan proses pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan pembangunan didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh satu negara menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Nations-building).

Dari beberapa pernyataan diatas maka dapat didefinisikan dari pengertian Administrasi Pembangunan sebagai “seluruh usaha yang dilakukan oleh satu negara bangsa untuk bertumbuh,

berkembang, dan berubah secara sadar dan terencana dalam semua

segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang bersangkutan

dalam rangka pencapaian tujuan akhirnya”.

Adanya sepuluh tantangan pembangunan di masa depan yang bisa diidentifikasikan diantaranya:

1) Globalisasi Ekonomi, fenomena ini merupakan tantangan

(35)

mendunia, dan tidak ada satupun negara yang bisa mengatasinya secara sendirian.

2) Masalah Pengangguran, hal ini merupakan masalah yang sangat

rumit, karena jenisnya yang beraneka ragam dan implikasinya yang bersifat multifaset dan pemecahannyapun menuntut pendekatan yang multifungsional dan lintas sektoral.

3) Tanggung Jawab Sosial Sebagai tantangan, dapat dinyatakan secara aksiomatika bahwa tidak ada satupun organisasi/pemerintahan manapun yang mampu tumbuh dan berkembang tanpa adanya dukungan dan kepercayaan dari masyarakat sekitar dan lingkungannya. Oleh karena itu, harus terdapat kesediaan untuk memikul tanggung jawab sosial tertentu yang dituntut daripadanya. 4) Pelestarian Lingkungan Hidup, tidak ada yang salah bila generasi yang hidup sekarang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup demi peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena pembangunan memang menuntut pemanfaatan tersebut. Untuk itu para pakar menyebutnya sebagai pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

(36)

6) Penerapan Norma-norma Moral dan Etika, salah satu hal yang membedakan antara manusia dari makhluk lainnya adalah daya pikir, akal, dan nalarnya. Hal tersebut menjadikan manusia mampu membedakan antara yang benar dan salah, antara yang baik dan buruk, antara yang halal dan haram, antara yang pantas dan tidak pantas dilakukan, antara yang wajar dan yang tidak wajar. Dengan perkataan lain, manusia dalam aksi dan interaksinya dengan manusia lain, terikat kepada norma-norma moral dan etika.

7) Keanekaragaman Tenaga Kerja, hal ini merupakan islah satu tantangan sentral dimasa depan dikarenakan adanya faktor emansipasi wanita, terbukanya akses pendidikan, kuatnya tuntutan agar tidak diskriminatif terhadap tenaga kerja berdasarkan SARA dan pergeseran dalam nilai-nilai budaya yang dianut oleh warga masyarakat.

8) Konfigurasi Demografi, banyak hal yang terjadi diantaranya adanya pekerja dibawah umur dan adanya masyarakat yang sudah lanjut usia atau purna kerja masih dipekerjakan. Semestinya pekerjaan-pekerjaan itu dipikul oleh masyarakat yang masih produktif.

9) Penguasaan dan Pemanfaatan IPTEK, telah umum terjadi bahwa

(37)

komunikasi, revolusi teknologi informasi serta perkawinan antara komunikasi dan teknologi informasi. Hal inilah yang telah dan akan terus merubah pola interaksi antara manusia secara fundamental. 10) Bidang Politik Sebagai Tantangan, perkembangan politik bermula dari keyakinan berbagai masyarakat bangsa bahwa pendekatan ideologis belum berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pada dekade tahu delapan puluhan dan awal dekade sembilan puluhan terjadi perkembangan geopolitik diberbagai bagian dunia dengan dampak yang sangat mendasar.

1.1 Perkembangan Ekonomi Sebagai Prioritas Pembangunan

Nasional

(38)

Selain itu dalam merumuskan kebijakan pembangunan ekonomi melalui proses industrialisasi perlu dipecahkan hal-hal sebagai berikut :

1. Sebagian besar masyarakat terdiri dari orang-orang yang tidak memiliki keterampilan teknis yang dituntut oleh pembangunan industrialisasi, karena kebanyakan mereka hanya memiliki kemampuan bertani dan ketrampilan lainnya secara tradisional. 2. Latar belakan pendidikan dan keterampilan menejerial

masyarakat yang kurang.

3. Terbatasnya modal yang mutlak diperlukan untuk mendirikan dan menjalankan usaha guna meningkatkan kesejahteraan mereka.

4. Tingkat kewirausahaan masyarakat yang sangat rendah serta kurangnya penguasaan teknis dalam bidang industri.

Hal-hal tersebut diataslah yang perlu diselesaikan agar pembangunan perekonomian masyarakat bisa berjalan dengan baik.

(39)

1.2 Pembangunan Soaial dan Budaya

Dapat dikatakan bahwa keseluruhan adat istiadat dan tradisi suatu masyarakat merupakan bagian terpenting dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Pada dasarnya budaya masyarakat merupakan persepsi bersama tentang tata cara berperilaku dalam masyarakat tersebut. Seorang masyarakat akan diterima sebagai warga yang terhormat apabila yang bersangkutan mampu melakukan penyesuaian tersebut. Sebaliknya, apabila masyarakat melanggar norma-norma adat istiadat dan tradisi dapat berakibat dikucilkannya seseorang dari lingkungan masyarakat. Pembangunan sosial budaya merupakan hal yang tidak mudah karena menyangkut antara lain filsafat hidup, pandangan hidup, persepsi, cara berfikir, sistem nilai, dan orientasi pada warga masyarakat.

(40)

1.3 Peranan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional

Dalam proses pembangunan nasional banyak hal yang harus dilakukan oleh negara yang berperan sebagai stabilisator, diantaranya peranan dalam bidang politik. Dalam hal ini pemerintah menjamin bahwa kehidupan politik bangsa tidak terjadi rong-rongan baik yang terjadi dari kekuatan politik dalam negeri maupun dari luar negeri. Berikutnya adalah menjaga stabilitas ekonomi yang menguntungkan bagi kepentingan nasional. Selanjutnya adalah stabilitas sosial budaya dimana negara dapat menjadikan masyarakat maju dan modern tanpa kehilangan jati dirinya.

Peran selaku inovator merupakan tugas negara yang menjadikan masyarakatnya dapat berinovasi dan berkreativitas dalam berbgai hal. Dengan demikian, dalam memainkan perannya selaku inovator pemerintah harus menjadi sumber dari berbagai hal baru yang ada. Hal yang sangat perlu mendapatkan perhatian serius adalah menerapkan inovasi birokrasi, inovasi yang bersifat konseptual, dan inovasi sistem, prosedur, serta inovasi metode kerja dalam pemerintahan.

(41)

Berbagai peranan diatas itulah yang senantiasa harus dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan secara berkelanjutan.

2.Pembangunan Kemaritiman dan Desa Pesisir

(42)
(43)

2.1. Sejarah Maritim Nusantara

Menelaah tentang Sejarah Maritim Nusantara menurut Anantatoer,Pramudya (2002) yang dikutip dalam Sarasehan ROAD MAP PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN KEMARITIMAN di UGM Yogyakarta (2014) menyatakan bahwa ; Nusantara menjadi saksi bisu, kehebatan kerajaan besar penguasa Arus Selatan hingga mampu menerjang penguasa kerajaan utara. Majapahit, menjadi kekuatan maritim terbesar pada abadnya (1350-1389 M). Majapahit mengusai hampir seluruh Indonesia saat ini, hingga Singapura (Tumasik), Malaysia (Malaka), dan beberapa negara ASEAN lainnya. Tetapi setelah keruntuhan Majapahit (1478 M) membuat Nusantara yang dulu menjadi mercusuar Selatan dan membawa arus ke arah Utara, akhirnya harus menerima kenyataaan bahwa arus telah berbalik, dan Nusantara sekian abad lamanya terjajah. Mangkatnya Mahapatih Gadjah Mada menjadi titik awal, kemudian berturut-turut peristiwa melemahkan kerajaan, dan akhirnya lenyap dengan kedatangan Islam.

(44)

menjadi tokoh yang ditunggu untuk mengusir penjajah, menghentikan peperangan saudara, mempersatukan Nusantara seperti Gadjah Mada. Di balik kejayaan Majapahit, novel itu juga menyiratkan kenyataan, bahwa dulu kita memiliki budaya maritim yang andal. Dari berbagai belahan penjuru Nusantara tersebar banyak bandar atau pelabuhan besar. Juga banyak peninggalan budaya yang melukiskan kegagahan nenek moyang orang Indonesia sebagai pelaut. Sejarah pun telah menyebutkan bahwa bersatunya Nusantara adalah karena kebesaran armada maritim.

(45)

pada kawasan yang lebih jauh, sampai perhubungan laut bagi pengangkutan barang dagangan.

Masyarakat Indonesia telah memiliki pranata hubungan perdagangan. Budaya kemaritiman bangsa Indonesia bukanlah fenomena baru. Sejarah menunjukkan, kehidupan kemaritiman, pelayaran dan perikanan beserta kelembagaan formal dan informalnya merupakan kontinuitas dari proses perkembangan kemaritiman Indonesia masa lalu. Buktinya, berdasarkan penelitian, terdapat tipe jukung yang sama yang digunakan oleh orang-orang Kalimantan untuk berlayar. Situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna, Seram dan Arguni yang dipenuhi oleh lukisan perahu layar, menggambarkan bahwa kita adalah keturunan bangsa pelaut sudah sekitar tahun 10.000 sebelum masehi.

(46)

2.2. Pudarnya Budaya Maritim

Negara kepulauan Indonesia memiliki wilayah perairan laut lebih luas dari pada wilayah daratannya, sehingga peranan wilayah laut menjadi sangat penting bagi kehidupan bangsa dan negara. sebagai negara kepulauan sepatutnya memiliki budaya maritim yang kuat, baik dalam cara hidup masyarakat maupun kebijakan pembangunan nasionalnya. Bila kita kembali melihat kepada sejarah, kerajaan Sriwijaya (Nusantara I) dan kerajaan Majapahit (Nusantara II) merupakan contoh kejayaan pemerintahan maritim di Nusantara.

(47)

2.3. Jagad Bahari Nusantara

Pernyataan Jero Wacik bahwa dalam mengamati eksistensi dan potensi lautan, maritim ataupun bahari Indonesia selalu memunculkan gagasan-gagasan baru pembangunan masyarakat Indonesia, sebab, lautan adalah sisi terpenting dalam wawasan teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan karena potensi budaya dan wisata bahari kita yang lebih unggul dibandingkan pesona pantai negara lain, telah memberikan inspirasi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir/pantai.

(48)

Dalam dunia pewayangan ada lakon “Banyu Suci Pawitra

Sari” yang menceritakan bahwa Dewa Ruci mengajarkan ilmu

kesempurnaan hidup kepada Bima di dasar samudra. Begitu pula dalam lakon wahyon yang berisi tentang “Wahyu Hastha Brata” yaitu delapan ajaran kepemimpinan yang menyatakan salah satunya bahwa sifat pemimpin hendaknya disesuaikan dengan keutamaan sifat samudra yang penuh kesabaran dan kasih sayang. Semua ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia menempatkan bahari sebagai bagian terpenting dari “makna tanah air Indonesia”.

Menelaah dunia bahari adalah suatu cara mengabadikan dan menghormati keberanian pelaut-pelaut ulung dan seniman budayawan pesisir pantai yang “mendamparkan” dirinya pada

kreativitas untuk membangkitkan keyakinan dirinya dan masyarakatnya bahwa “dari buih-buih gelombang lautan kehidupan”

dapat pula terlahir jiwa pejuang kehidupan di bidang kebudayaan, perekonomian dan pariwisata.

2.4. Pembangunan Masyarakat Pesisir Indonesia

(49)

semangat kemajuan bahari Indonesia. Pembangunan masyarakat pesisir sebagai bagian pengembangan negara maritim. Data dari BPS (2010) tercatat 10.639 desa pesisir dengan jumlah 1.132.152 RT, 1.870.468 jiwa. Jumlah penduduk yang miskin sebanyak 390.216 RT, 2.181.028 jiwa. Ini memberikan indikasi bahwa masyarakat maritim perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Setidaknya ada tiga alasan tentang urgensi mendiskusikan masyarakat maritim Indonesia.

(50)

tersebut membawa konsekuensi perubahan perilaku individu/masyarakat, perubahan struktur sosial, perubahan kelembagaan, hingga perubahan relasi kuasa ekonomi dan politik.

2.5. Pembangunan Desa Pesisir

Desa1 atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan) menyebutkan bahwa “Dalam territori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250

Zelfbesturende landschappen” dan “Volksgemeenschappen”,

seperti desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan Asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut”. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap

diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(51)

Keberagaman karakteristik dan jenis Desa, atau yang disebut dengan nama lain termasuk didalamnya adalah desa maritim atau bisa dikatan desa yang ada diwilayah pesisir pantai, tidak menjadi penghalang bagi para pendiri bangsa (founding fathers) ini untuk menjatuhkan pilihannya pada bentuk negara kesatuan. Meskipun disadari bahwa dalam suatu negara kesatuan perlu terdapat homogenitas, tetapi Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap memberikan pengakuan dan jaminan terhadap keberadaan kesatuan masyarakat hukum dan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya.

Dalam kaitan susunan dan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengaturan Desa atau disebut dengan nama lain dari segi pemerintahannya bahwa “Susunan dan tata cara

(52)

Dalam pelaksanaannya, pengaturan mengenai Desa tersebut belum dapat mewadahi segala kepentingan dan kebutuhan masyarakat Desa yang hingga saat ini sudah berjumlah sekitar 73.000 (tujuh puluh tiga ribu) Desa dan sekitar 8.000 (delapan ribu) kelurahan. Pelaksanaan pengaturan Desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, terutama antara lain menyangkut kedudukan masyarakat hukum adat, demokratisasi, keberagaman, partisipasi masyarakat, serta kemajuan dan pemerataan pembangunan sehingga menimbulkan kesenjangan antarwilayah, kemiskinan, dan masalah sosial budaya yang dapat mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(53)

Secara umum, pembangunan desa meliputi dua aspek utama, yaitu :

1. Pembangunan desa dalam aspek fisik, yaitu pembangunan yang objek utamanya dalam aspek fisik (sarana, prasarana dan manusia) di pedesaan seperti jalan desa, bangunan rumah, pemukiman, jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah, pendidikan (hardware berupa sarana dan prasarana pendidikan, dan software berupa segala bentuk pengaturan, kurikulum dan metode pembelajaran), keolahragaan, dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek fisik ini selanjutnya disebut Pembangunan Desa.

(54)

Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan pembangunan Desa kepada pemerintah daerah kabupaten/kota. Dalam hal tertentu, Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan pembangunan Desa kepada Pemerintah dan pemerintah daerah provinsi. Usulan kebutuhan pembangunan Desa sebagaimana harus mendapatkan persetujuan bupati/walikota. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan program sektoral dan program daerah yang masuk ke Desa. Program tersebut diinformasikan kepada Pemerintah Desa untuk diintegrasikan ke dalam pembangunan Desa. Pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar desa yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa melalui pendekatan pembangunan partisipatif.

(55)

berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa serta pengarus utamaan perdamaian dan keadilan sosial melalui pencegahan dampak sosial dan lingkungan yang merugikan sebagian dan/atau seluruh Desa di kawasan perdesaan.

Perencanaan, pemanfaatan, dan pendayagunaan aset Desa dan tata ruang dalam pembangunan kawasan perdesaan dilakukan berdasarkan hasil musyawarah Desa yang selanjutnya ditetapkan dengan peraturan Desa. Pembangunan kawasan perdesaan yang memanfaatkan aset Desa dan tata ruang Desa wajib melibatkan Pemerintah Desa. Pelibatan Pemerintah Desa dalam pembangunan ini diantaranya: a. memberikan informasi mengenai rencana program dan kegiatan pembangunan kawasan perdesaan; b. memfasilitasi musyawarah Desa untuk membahas dan menyepakati pendayagunaan aset Desa dan tata ruang Desa; dan c. mengembangkan mekanisme penanganan perselisihan sosial.

(56)

ketiga. Pemberdayaan masyarakat Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, forum musyawarah Desa, lembaga kemasyarakatan Desa, lembaga adat Desa, BUM Desa, badan kerja sama antar desa, forum kerja sama Desa, dan kelompok kegiatan masyarakat lain yang dibentuk untuk mendukung kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya.

3.Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat

Secara etimologi kata masyarakat dalam bahasa indonesia berasal dalam bahasa arab; syarikah, musyarakah, yang artinya saling besekutu, kelompok berhimpun dan bersama. Kata syarikah tersimpul unsur pengertian yang berhubungan dengan pembentukan suatu kelompok, golongan atau perkumpulan. (Sidi Gazalba, 1976; 1). Masyarakat merupakan suatu perkumpulan manusia yang berkesadaran dalam mempertahankan eksistensinya di dalam lingkungan.

(57)

organisasi kemasyarakatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup bersama. Oleh karena itu, masyarakat bukan hanya sekumpulan individu saling bersatu dan berkelompok tetapi mendiami tempat atau wilayah tertentu dengan sistem nilai dan pandangan hidup, dan kebudayaan yang dimilikinya. (Sudibyo Markus, 2009; 11)

Masyarakat dalam melakukan kerjasama dengan yang lain maka memerlukan sebuah struktur dalam menjalankan kegiatannya, struktur tersebut adalah organisasi kemasyarakatan. Organisasi kemasyarakatan tersebut merupakan suatu kesatuan kolektif individu yang berfungsi mempertahankan eksistensi, bekerjasama dan menjaga solideritas antar anggotanya. Solideritas tersebut terbentuk dikarenakan adanya rasa dan keinginan yang sama untuk tetap hidup dalam suatu lingkungan. Organisasi yang berjalan maka memiliki pemipimpin dalam rangka menjalankan kebijakan organisasi tersebut. Pemimpin biasanya dipilih berdasarkan dari salah satu anggota mereka yang menjol, dari segi tindakan maupun bentuk tubuhnya. (Ibn Khaldun, 2001; 74).

(58)

1. Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planing stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan rencana dan strategi dalam menyusunan kepanitian dan anggaran pada suatu kegiatan/proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran dan kritik melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan;

2. Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan pekerjaan suatu proyek. Masyarakat disini dapat memberikan tenaga, uang ataupun material/barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya pada pekerjaan tersebut;

(59)

Gagasan lain mengenai partisipasi masyarakat adalah merupakan kegiatan otonom individu sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Ada juga gagasan yang tidak memperhatikan otonom ataukah tidaknya, asal kegiatan itu terlaksana dalam segala proses kehidupan, maka sudah sah disebut partisipasi. Pandangan yang terakhir ini berdasar pada empirisme.2 Lebih jauh Milbrath memilah partisipasi menjadi tiga :

1. Partisipasi aktif berupa kegiatan warga masyarakat untuk mempengaruhi proses pembuatan keputusan seperti demonstrasi, kontak dengan pejabat publik, pengajuan petisi, dan lain-lain. 2. Partisipasi pasif berupa kegiatan warga bangsa dalam

melaksanakan setiap keputusan baik membayar pajak, mentaati hukum dan sebaginya.

3. Partisipasi tak aktif berupa kegiatan masyarakat yang mengarah pada apatisme atau enggan melakukan tindakan apapun3 Partisipasi masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan itu sendiri, sehingga nantinya seluruh lapisan masyarakat akan memperoleh hak dan kekuatan yang sama untuk menuntut atau mendapatkan bagian yang adil dari manfaat pembangunan.

2 Ramlan Surbakti, Pengantar Ilmu Politik I, Surabaya, 1983.

3 Lester W. Milbrath, Political Participation, dalam Calvin Larson dan Philo Wasburn

(60)

C. Pengajuan Hipotesis

Penelitian ini melibatkan responden dari dua desa yang berbeda situasi sosial, akses transportasi, komunikasi serta pola pikir. Dengan adanya perbedaan tersebut maka diyakini akan adanya perbedaan cara pandang dalam pembangunan desa pesisir. Oleh karena itu, akan diajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Terdapat perbedaan pandangan pembangunan desa pesisir antara

masyarakat Dusun Kepetingan Desa Sawohan dengan masyarakat

Desa Segoro Tambak.

Selain itu, dalam penelitian ini akan melibatkan responden baik laki-laki maupun perempuan dari dua desa yang berbeda. Melihat kondisi desa yang berbeda, situasi sosial yang berbeda maka akan diajukan hipotesis :

H2 : Adanya perbedaan pandangan pembangunan desa pesisir dari

pandangan kaum laki-laki dari dua desa tersebut.

(61)

Semakin tinggi pendidikan seorang tentunya akan mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam memandang sesuatu, termasuk pandangannya tentang pembangunan desa pesisir. Dari sinilah tentunya kita bisa melihat bagaimana pandangan masyarakat pesisir dalam pembangunan desa jika dilihat dari tingkat pendidikan. Ituk itu akan diajukan hipotesis :

H3 : Adanya perbedaan pandangan masyarakat tentang pembangunan

desa pesisir dilihat dari tingkat pendidikannya.

(62)

Untuk mendapatkan jawaban dalam penelitian ini, maka alur penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Alur Penelitian

VALID

MULAI

STUDI PENDAHULUAN

PENGAMBILAN DATA

DESA A DESA B

PENGOLAHAN DATA

PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI

(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini didesain dengan menggunakan pendekatan penelitian yang bersifat analisis deskriptif–kuantitatif untuk menggambarkan dan mengidentifikasi pandangan masyarakat pesisir dalam pembangunan desa pesisir.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sidoarjo sedangkan waktu yang digunakan adalah selama 12 bulan terhitung mulai 1 September 2015 sampai dengan 31 Agustus 2016

3. Populasi dan Sampel Penelitian

(64)

Sedangkan pada tabel 3.1 di bawah ini hanya menunjukkan jumlah responden dari dua desa dilihat dari jenis kelaminnya. Jumalah jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama dikarenakan responden adalah dari pasangan suami istri.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

DESA

RESPONDEN

Total

Laki-Laki Perempuan

Kepetingan Sawohan 100 100 200

Segoro Tambak 100 100 200

Jumlah 200 200 400

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuesioner yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data secara langsung dari responden penelitian.

b. Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk

(65)

5. Metode Analisis Data

Untuk menghasilkan keluaran penelitian yang akurat, relevan dengan tujuan penelitian, maka digunakan kombinasi peralatan analisis sebagai berikut:

a. Analisis uji beda

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Acta, 2013, Kemaritiman di Hulu, Kemakmuran di Hilir. Jurnal Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin Vol. 14 No. 2 ISSN 1411-2132 Adisa, 2012, Rural Development Contemporary Issues and Practices. InTech Janeza Trdine 9, 51000 Rijeka, Croatia.

Afiffuddin 2010, Pengantar Administrasi Pembangunan. Konsep, Teori, dan Implikasinya di Era Reformasi. Alfabeta Bandung

Agossou, et al, 2000, Village Participation in Rural Development. Royal Tropical Institute / World Bank ISBN 90 6832 136 6

Ambariyanto, et al, 2013, Kajian Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Kota Semarang. Riptek Vol. 6, No.II, Tahun 2012, Hal.: 29 – 38

Bappenes, 2014, Rencana Pembangunan Jangja Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Bengen, et al, 1998, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.

Berg, Bruce L (2001) Qualitative Research Methods The Social Sciences. California State University, Long Beach

Botes, et al, 2000, Community Participation in Development: Nine Plagues and Twelve Commandments. Oxford University Press and Community Development Journal.

Buwono,Hamengku, 2014, Budaya Maritim Indonesia, Peluang, Tantangan dan Strategi. Makalah dalam Sarasehan Road Map Pembangunan Kelautan dan Kemaritiman Indonesia, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

(67)

Dwipayana, et.al. 2003, Membangun Good Governance di Desa. Ire Press Yogyakarta.

Dean,Kenneth, 2008, A Comparative Study of Chinese Local Society in Historical Perspective: Lineage, Ritual, Economy and Material Culture in the Chinese Village. McGill University, Montreal.

Gren, 2013, Handbook of Rural Development. Edward Elgar Publishing Limited The Lypiatts 15 Lansdown Road Cheltenham Glos GL50 2JA UK

Hall, Kenneth R, 2011, A History of Early Southeast Asia : Maritime Trade and Societal Development. Published by Rowman & Littlefield Publishers, Inc.

Haswell, 1967, Economics of Development in Village India. The International Library of Sociology.

Indarti, et al, 2013, Metode Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Penguatan Kelembagaan di Wilayah Pesisir Kota Semarang. BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 17, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 75-88.

Miller, et al, 1999, Handbook of Research Methods in Public Administration. Marcel Dekker, Inc. New York. Basel. Hongkong.

Miller, et al, 2008, Handbook of Research Methods in Public Administration. CRC Press. Taylor & Francis Group, Boca Raton London New York.

Murcott, 2007, C0-Evolutionary Design for Development: Influences Shaping Engineering Disugn and Implementation in Nepal Aung The Global Village. Journal of International Development J. Int. Dev. 19, 123–144 (2007) Published online in Wiley InterScience (www.interscience.wiley.com) DOI: 10.1002/jid.1353

Nano, 2008, Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat Dian Desa Yogyakarta Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Utara Tegal Jawa Tengah. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

(68)

O'Keefe, et al, 1999, Public Participation and Marginalized Groups: The Community Development Model. Faculty of Environmental and Social Studies, University of North London.

Othmanb, et al, 2011, The Strength of Malaysian Maritime Cluster: The Development of Maritime Policy, Ocean & Coastal Management Journal. Elsevier Ltd. All rights reserved.

Rathod, 2010, Elements of Development-Administration (Theory and Practice). B-46, Natraj Nagar, Imliwala Phatak, Jaipur - 302 005 (Rajasthan) INDIA Phone: 0141-2594705,Fax:0141-2597527 e-mail: oxfordbook@sify.com website: www.abdpublishers.com.

Razali, 2004, Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Laut. Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Mei 2004, Volume 3, Nomor 2, Halaman 61 – 68 Universitas Sumatera Utara.

Sadanandan, et.al. 2011, Development Administration. University Of Calicut School Of Distance Education Thenjipalam, Calicut University P.O., Malappuram, Kerala - 693 635.

Salman, et al. 2011, Jagad Bahari Nusantara. Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indoonesia

Sara, 2014, Pengelolaan Wilayah Pesisir. Gagasan Memelihara Aset Wilayah Pesisir dan Solusi Pembangunan Bangsa. Alfabeta Bandung.

Setiadi, et al. 2011, Pengantar Sosiologi. Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Siagian 2007, Administrasi Pembangunan. Konsep, Dimensi, dan Strateginya. Bumi Aksara Jakarta.

(69)

Sidharta, et.al, 2005, Menuju Harmonisasi Sistem Hukum Sebagai Pilar

Pengelolaan Wilayah Pesisir Indonesia. Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bekerja sama dengan Mitra Pesisir/ Coastal Resources Management Project II. Jakarta.

Soesilo,Indroyono, 2014, Pembangunan Kemaritiman di Indonesia. Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia.

Stanis, et al, 2007, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta. Bandung.

Suhartono,Agus, 2010, Membangun Budaya Maritin dan Kearifan Lokal di Indonesia : Perspektif TNI Angkatan Laut. Makalah dalam acara International Conference on Indonesia Studies Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Sultana,Farhana, 2008, Community and Participation in Water Resources Management: Gendering and Naturing Development Debates from Bangladesh. Department of Geography, Maxwell School of Citizenship and Public Affairs, Syracuse University, Syracuse, NY 13244, USA.

Summerville, et al, 2008, Community Participation, Rights, and Responsibilities: The Governmentality of Sustainable Development Policy in Australia. Environment and Planning C: Government and Policy. Pion Ltd and its Licensors.

Trisbiantoro, et al, 2013, Model Pemberdayaan Masyarakat Kawasan Pesisir Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 4, No. 1, April 2013, 18-29 ISSN 2087-1090.

(70)

Tim, 2011, Kajian Penyusunan Keunggulan Kompetitif Bidang Perikanan di Kabupaten Sidoarjo. Bagian Administrasi Perekonomian dan SDA Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo.

Tim, 2013, Masyarakat Maritim di Indonesia; Kendala, Peluang Dan Tantangan Pengembangan. Konferensi Nasional Sosiologi 2 Universitas Hasanuddin Makasar.

Tim, 2013, Laporan Tahunan Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2013. Sekretariat Jendral Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Jakarta

Wasak, 2012, Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan dl Desa Kinabuhutan Kecamatan Likupang Barat. Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Pacific Journal. Januari 2012 Vol. 1 (7): 1339 - J3*2 ISSN 1907 – 9672.

Yiching, et.al. 2010, Seeds and Synergies. Innovation in rural development in China. International Development Research Centre. Ottawa • Cairo • Dakar • Montevideo • Nairobi • New Delhi • Singapore.

Gambar

Gambar 1. Alur Penelitian
Tabel 3.1 Sampel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Menjadi sangat kontradiktif di akhir kepemerintahannya, Perdana Menteri Ariel Sharon yang dikenal sebagai ketua Partai Likud, partai konservatif yang menekankan

Dalam projek penelitian ini telah dibuat sistem informasi untuk manajemen pembibitan dengan mengantisipasi adanya perkawinan inbreeding.Selain itu pada projek ini juga mencoba

kasus : Adanya kerusakan pada roda gigi-pinyon pompa tarum timur unit 6, Informasi dilapangan yang telah dikumpulkan diantaranya : Bahan, Gambar, Posisi Kerusakan, Buku

fleksibilitas panggul terhadap hasil kecepatan panjat tebing kategori speed. Dengan rumusan masalah penelitian

Kemandirian anak dalam berpakaian berdasarkan observasi yang bisa melakukan secara mandiri sebanyak 72 anak (92,30%) dan yang tidak 6 anak (7,70%) kedua yang bisa 52 anak (66,67%)

Pasca Perang Dingin, kemungkinan terjadinya perang nuklir antara Amerika Serikat dan Rusia lebih sedikit dibanding apa yang pernah terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet

Hasil pengolahan data penelitian diperoleh bahwa program pendidikan layanan khusus bagi anak berhadapan dengan hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II

merupakan salah satu jenis ikan kakap yang banyak dicari oleh konsumen. sebagai bahan konsumsi masyarakat yaitu sebagai lauk-pauk harian