• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : DIMAS BETEGA

NIM : F 1107503

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

2 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN

Skripsi ini telah disetujui dan diterima oleh pembimbing dan siap untuk dipertahankan dalam ujian skripsi oleh tim penguji skripsi Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Februari 2010 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing

(3)

3 HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Februari 2010 Tim Penguji Skripsi

1. Dr. AM. Susilo, MSc (.………...) NIP. 195903281988031001 Ketua

2. Drs. BRM. Bambang Irawan, MSi (………...) NIP. 196705231994031002 Pembimbing

(4)

4

MOTTO

“Orang yang percaya diri, yakin akan usahanya, walau

kepandaiannya tak seberapa, tetapi ia memiliki daya pendorong yang

kuat. Orang itupun akan lebih cepat melampaui yang kuat”

(Penulis)

“ Sesuatu yang terlihat sulit, ternyata tidak sesulit yang diduga.

Sesuatu yang terlihat mudah, ternyata tidak semudah yang diduga,

kemauan adalah kata kuncinya”

(Bpk. Drs.BRM. Bambang Irawan, Msi)

“Orang yang dapat memimpin orang lain adalah orang yang kuat,

sedangkan orang yang dapat memimpin dirinya sendiri adalah orang

yang maha kuat”

(5)

5

PERSEMBAHAN

Sebuah karya yang sederhana ini aku persembahkan untuk :

Thank’s for my lovely saviour Jesus Crist, You are my word, my life and my everything. I really love You Lord...

Mbahti yang ada di Surga...

Bapak dan Mamah terkasih yang senantiasa sabar, berkorban dan memberikan kasih sayang serta Doa yang tiada batasan kepadaku. Thank’s for everything...

Mas Iwan dan Mba Ayu, Kyla dan Mothy, serta Momy yang banyak memberikan dukungan dan doa nya...

Mamah Bemby dan Pa’ Uyo, serta Mas Bimo Setyawan dan Mba Resty, Budhe, Padhe, mba Dewi, mas Herman atas dukungan dan doanya...

Keluarga besar Soedarto, dan Keluarga besar Poernomo...

Mutiara untuk semua inspirasi dan semangatnya...

Semua teman dan sahabatku...

(6)

6 KATA PENGANTAR

Segala puji syukur yang tiada batas penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan ilmu yang senantiasa diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN”

Seperti diketahui bahwa skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program S1 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak bisa lepas dari dukungan moril, materiil, waktu dan tenaga yang senantiasa diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Maka dalam kesempatan ini ijinkanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Keluarga, Bapak dan Ibu penulis yang selalu memberi dorongan, semangat,do’a, restu serta limpahan kasih sayang yang tiada batas.

3. Drs. BRM. Bambang Irawan, Msi selaku dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNS.

5. Bapak Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan FE UNS.

6. Ibu Dwi Prasetyani selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Non-Reguler UNS.

(7)

7 8. Teman-teman EP Non-Reguler angkatan 2007, Alfian, Aar, Yani, Wega, Tisa, Shanty, Phego, Ryan, Putri, Ariasta, Devita, Dhani, Puryanti dan Riris. Terimakasih untuk semua kenangan manis semasa kuliah, kebersamaan kita tak akan terlupakan.

9. Bapak serta ibu Kepala Dinas dan Staff pegawai Pemda ( Dinas Pariwisata, Bappeda, Dipenda, dan Biro Pusat Statistik) Kabupaten Klaten.

10. Sancoko Handayono.SE dan Alit Warasto.ST atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman- teman dan sahabat yang banyak mendukung dalam penyusunan skripsi yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa banyak ketidak sempurnaan dalam penyusunan skripsi ini, baik materi maupun esensi. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis hargai. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

Surakarta, Februari 2010

(8)

8 DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

ABSTRAKSI ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Pemikiran... 6

(9)

9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pariwisata ... 8

1. Pengertian Dan Definisi Pariwisata ... 8

2. Jenis Dan Macam Pariwisata ... 10

3. Definisi Industri Pariwisata ... 14

4. Definisi Wisatawan ... 17

5. Produk Industri Pariwisata ... 18

6. Peran Sektor Pariwisata Terhadap PAD ... 21

7. Prinsip Perencanaan Pengembangan Pariwisata Daerah .... 22

8. Identifikasi Terhadap Karakteristik dearah... 24

B. Peran Perekonomian Dalam Pengembangan Sektor Pariwisata 30 1. Pengaruh Ekonomi Internasional... 31

2. Neraca Pembayaran... 32

3. Pariwisata Dan Pendapatan Nilai Tukar... 32

4. Keuntungan Dan Kerugian Industri Pariwisata... 32

C. Hasil Penelitian Terdahulu ………... 34

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 37

B. Data Sumber Data ... 37

C. Teknik Pengumpulan Data... 37

D. Variabel Penelitian ... 38

(10)

10 BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Daerah Penelitian... 46

1. Luas Dan Letak Geografis ... 46

2. Keadaan Sosial... 51

B. Tinjauan Mengenai Industri Pariwisata ... 56

1. Keadaan Dan Potensi Kepariwisataan... 56

2. Potensi Wisata Alam... 56

3. Wisata Budaya ... 62

4. Obyek Wisata Buatan... 68

5. Wisatawan... 69

6. Hotel... 70

C. Gambaran Umum Variabel penelitian ... 72

D. Hambatan Penelitian ... 76

E. Analisa Data... 77

1. Data Penelitian... 77

2. Pemilihan Model Analisis... 77

3. Model Analisis... 79

4. Hasil Analisis Data... 80

5. Uji Statistik... 81

6. Uji Asumsi Klasik... 84

(11)

11 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(12)

12 DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ………. 6

Gambar 2.1 Model Pariwisata Sebagai Industri ………... 16

Gambar 3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji t ……… 34

Gambar 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji t ……….. 81

(13)

13 DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan Pendapatan Sektor Pariwisata Nasional... 3

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kepemerintahan Kabupaten Klaten Tahun 2007………... 49

Tabel 4.2 Jarak Terdekat dari Kota Kabupaten ke Obyek Wisata ... 50

Tabel 4.3 Keadaan dan Status Jalan Kabupaten Klaten Tahun 2007... 54

Tabel 4.4 Obyek Wisata dan Pengunjungnya tahun 2007 ………... 70

Tabel 4.5 Jumlah Penginap Hotel di Kabupaten Klaten Tahun 2007... 71

Tabel 4.6 Pendapatan Pariwisata Kabupaten Klaten Tahun 1998- 2007.. 73

Table 4.7 Jumlah Wisatawan di Kabupaten Klaten Tahun 2002- 2007.. 74

Tabel 4.8 Jumlah Arus Kendaraan Masuk Obyek Wisata... 75

Tabel 4.9 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar... 76

Tabel 4.10 Hasil Regresi Linear Double Log... 80

Tabel 4.11 Variabel penjelas Pendapatan Pariwisata ………... 81

Tabel 4.12 Uji Heteroskedastisitas Park ………... 84

Tabel 4.13 Uji White Heteroskedastisitas... 85

Tabel 4.14 Penjelas Uji Heteroskedastisitas Park... 86

Tabel 4.15 Uji Multikolinearitas Kliens ………... 86

Table 4.16 Koefisien Hasil Regresi ………... 88

(14)

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian Lampiran 2 Data Penelitian Lampiran 3 Data Penelitian Lampiran 4 Data Penelitian Lampiran 5 Data Penelitian Lampiran 6 Data Penelitian Lampiran 7 Data Penelitian Lampiran 8 Data Penelitian Lampiran 9 Data Penelitian Lampiran 10 Data Penelitian Lampiran 11 Hasil MWD Test

(15)

15 ABSTRAKSI

Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten

Pendapatan Pariwisata sebagai bagian dari Pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial melihat banyaknya obyek wisata yang masih dapat dikembangkan untuk hasil yang optimal, walau pada kenyataannya sektor ini masih belum bisa dikelola secara maksimal karena kurangnya kesadaran bahwa pengaruh dan kontribusi Pendapatan Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pendanaan untuk pembangunan, maka dari itu penulis berusaha meneliti hal tersebut dengan menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten pada kurun waktu Januari 1997 sampai dengan Desember 2007.

Tujuan dalam penelitian ini terkait dengan hal diatas, yaitu untuk menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah wisatawan, arus kendaraan, dan tingkat hunian kamar hotel terhadap Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten. Untuk menguji hipotesis yang penulis ajukan, akan dilakukan analisis data yang dibantu program komputer Economic Views (E-Views). Analisis data yang digunakan adalah analisa regresi Linear Double Log. Dari hasil uji t statistik menunjukkan bahwa variabel jumlah wisatawan berpengaruh positif terhadap Pendapatan Pariwisata, variabel arus kendaraan dan tingkat hunian kamar hotel secara nyata tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Pariwisata, pada taraf signifikasi 5% dan dari uji ekonometrik dapat disimpulkan tidak terjadi gangguan asumsi klasik, yaitu heteroskedastisitas, multikolinearitas, maupun autokorelasi.

Melihat hasil penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hanya variabel jumlah wisatawan yang berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap Pendapatan Pariwisata, sedangkan variabel arus kendaraan dan tingkat hunian kamar bukan merupakan variabel yang baik untuk menjelaskan Pendapatan Pariwisata. Dari kesimpulan diatas penulis memiliki saran bahwa Kabupaten Klaten dalam arti masyarakat dan pemerintah harus terus berupaya mengembangkan pariwisata di Kabupaten Klaten dengan menambah kelebihan dan kekhasan obyek wisata yang bertujuan untuk menarik minat calon wisatawan untuk datang ke obyek wisata serta bersama pihak swasta memasarkan keindahan obyek wisata dan kelebihan fasilitas pendukungnya dengan media massa dan media elektronik, mempermudah akses menuju obyek wisata di Kabupaten Klaten. Memperbaiki dan lebih menertibkan sistem pemungutan pajak dan retribusi yang telah ada sehingga tidak terjadi kebocoran yang dapat mengurangi Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten. Dalam penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel lain untuk menjelaskan Pendapatan Pariwisata secara signifikan, karena terbukti bahwa arus kendaraan dan tingkat hunian kamar tidak berpengaruh positf terhadap Pendapatan Pariwisata.

(16)

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak diberlakukannya UU No. 22 Th 1999 dan telah disempurnakan dalam UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur tentang Otonomi Daerah, sepertinya program nasional tersebut tidak lagi dibiarkan hanya sebagai pelengkap yang hanya terus menerus dilewatkan tanpa evaluasi dan realisasi nyata. Saat ini pemerintah Indonesia benar- benar bertekad untuk mewujudkan sistem desentralisasi tersebut. Optimalisasi pembangunan segala sektor dilimpahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah. Setiap daerah dioptimalkan untuk menggali, mengolah dan mengusahakan sendiri potensi dan sumber- sumber ekonomi daerahnya masing- masing. Hal ini mempunyai tujuan agar tiap daerah dapat lebih mandiri dan dapat mengurangi ketergantungannya terhadap pemerintah pusat. Walaupun hal tersebut tidak mudah dilakukan,tetapi pada hakekatnya sudah saatnya tiap daerah menopang kegiatan pembangunan dengan kemampuan sendiri, mengingat potensi yang ada sangat memungkinkan tiap daerah untuk melakukan hal tersebut.

(17)

17 langsung maka akan didapat balas jasa pembangunan yang secara langsung pula oleh masyarakat, walaupun dalam kondisi real potensi sumberdaya manusia tiap daerah pastilah berbeda baik dalam hal kemampuan maupun profesionalisme dalam keikutsertaannya dalam pembangunan. Pemerintah daerah harus memiliki kebijaksanaan yang benar- benar merakyat untuk mengatasi masalah- masalah ini, contohnya untuk daerah yang latar belakang pendidikan dan kemampuannya yang kurang hendaknya pemerintah daerah mengambil kebijakan yang berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja yang besar.

Salah satu usaha dalam sektor ekonomi yang digunakan oleh pemerintah untuk mendukung pembangunan ekonomi adalah mengembangkan industri pariwisata. Industri pariwisata adalah salah satu potensi sumber daya yang cukup menjanjikan untuk sumber pendapatan daerah karena secara langsung maupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja yang cukup besar, selain itu baik tenaga kerja formal maupun informal sangat diperlukan untuk industri pariwisata. Disamping itu sektor pariwisata juga menciptakan tenaga kerja dibidang – bidang yang tidak langsung berhubungan dengan pariwisata, yang terpenting di bidang kontruksi bangunan dan jalan. Banyak bangunan yang didirikan untuk hotel, rumah makan, toko- toko dan jalan – jalan harus dibuat dan ditingkatkan kondisinya.

(18)

18 para wisatawan. Hal ini berarti pengembangan sektor pariwisata dapat menggerakkan dan memicu pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainya dengan jangkauan yang sangat luas dimana tenaga kerja akan terserap dalam kegiatan pariwisata baik sebagai tenaga kerja maupun yang bekerja disektor pendukung dibidang pariwisata. Dengan demikian dikatakan bahwa industri pariwisata dapat memajukan dan memeratakan tingkat perekonomian masyarakat serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan diharapkan dapat menciptakan tingkat kesejahteraan sehingga pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah akan berjalan dengan lancar.

Tabel 1.1 Perkembangan Pendapatan Sektor Pariwisata Nasional

TAHUN Y ( US $ ) 1997 3.278,20 1998 2.986,58 1999 4.785,30 2000 5.288,30 2001 5.321,46 2002 4.329,36 2003 4.710,22 2004 5.748,80 2005 5.396,26 2006 4.305,57 2007 4.037,02

(19)

19 Dilihat dari perkembangan sektor pariwisata dalam skala nasional, prospek pariwisata sebenarnya sudah memperlihatkan peningkatan secara konsisten walaupun dalam kasus tahun tertentu ada sedikit penurunan, contohnya pada tahun 1998, saat krisis ekonomi melanda dunia, terutama Negara kita. Melihat kondisi tersebut sebenarnya tidak berlebihan jika sektor industri pariwisata yang oleh para ahli dikatakan sebagai invisible export memerlukan perhatian yang lebih dalam pengelolaannya. Untuk wilayah Kabupaten Klaten sendiri, menurut data dari Dinas Pariwisata ada 35 potensi obyek pariwisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten ini, dan sudah dikelola baik oleh Dinas Pariwisata, Pemerintah Daerah, maupun pihak swasta. Melihat potensi yang begitu besar, maka dalam penelitian ini penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang dapat diberikan oleh sektor industri pariwisata Kabupaten Klaten terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten, melalui variabel jumlah wisatawan, arus kendaraan, dan tingkat hunian kamar dari bulan Januari 1997- Desember 2007.

Berdasar gambaran umum tersebut diatas maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten”

B. Perumusan Masalah

(20)

20 berbagai koordinasi dan fasilitasi di dalam sektor industri pariwisata ini adalah jumlah wisatawan, arus kendaraan ke lokasi obyek wisata dan tingkat hunian kamar hotel- hotel di Kabupaten Klaten.

Dengan latar belakang permasalahan diatas maka dapat diambil suatu perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh jumlah wisatawan, arus kendaraan, tingkat hunian kamar terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah wisatawan terhadap sektor pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten.

2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh arus kendaraan terhadap sektor pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten.

3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh tingkat hunian kamar terhadap sektor pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten.

D. Manfaat penelitian

(21)

21 1. Sebagai salah satu sarana penerapan teori- teori yang telah dipelajari di bangku kuliah dan sebagai wahana dalam pelatihan penulisan karya ilmiah.

2. Memberikan gambaran tentang potensi pariwisata di Kabupaten Klaten. 3. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang seberapa jauh

perkembangan pariwisata di Kabupaten Klaten.

4. Diharapkan dapat memberikan informasi dalam membuat suatu kebijakan yang tepat untuk meningkatkan pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten.

5. Dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya dalam menghadapi masalah yang serupa.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini akan dicari pengaruh jumlah wisatawan, arus kendaraan yang masuk ke lokasi obyek wisata, dan tingkat hunian kamar yang dimiliki hotel- hotel di Kabupaten Klaten terhadap pendapatan sektor pariwisata, yang jika digambarkan dalam suatu gambar kerangka adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Jumlah Wisatawan

Pendapatan Pariwisata Arus Kendaraan

(22)

22

F. Hipotesis

Untuk membuat suatu kesimpulan tentang permasalahan yang ada dalam perumusan masalah diatas, maka kami susun hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga jumlah wisatawan berpengaruh positif signifikan terhadap

Pendapatan Pariwisata.

2. Diduga arus kendaraan berpengaruh positif signifikan terhadap Pendapatan Pariwisata.

3. Diduga tingkat hunian kamar berpengaruh positif signifikan terhadap Pendapatan Pariwisata.

4. Diduga jumlah wisatawan, arus kendaraan, tingkat hunian kamar secara bersama- sama berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan Pariwisata.

(23)

23 TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pariwisata

Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olah raga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah, dan lain-lain. Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. (Spillane, 1994). Pariwisata juga merupakan suatu proses berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan berpergian dikarenakan karena adanya berbagai kepentingan atau alasan baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, maupun kepentingan lain yang bersifat ingin tahu untuk menambah pengalaman atau belajar. Menurut Undang-undang nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut.

(24)

24 mendapatkan perhatian paling besar dan merupakan aspek yang penting adalah aspek ekonomis (Soekadijo, 2000). Dengan kata lain untuk melakukan suatu perjalanan wisata seseorang harus mengeluarkan biaya yang nanti akan diterima oleh orang-orang yang menyelenggarakan kegiatan pariwisata antara lain : angkutan, menyediakan berbagai jasa-jasa, menjual sovenir, rumah makan, penginapan dan lain sebagainya.

Banyak pendapat yang telah dikemukakan para ahli, namun batasan-batasan yang jelas dalam definisi pariwisata adalah adanya kesamaan, yaitu dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor penting, yang mau atau tidak mau harus ada dalam batasan definisi pariwisata. Batasan definisi pariwisata menurut ( Yoeti, 1980) adalah sebagai berikut :

a. Perjalanan itu dilakukan dari satu tempat ke tempat lain.

b. Perjalanan itu walau apapun bentuknya harus selalu dikaitkan dengan rekreasi.

c. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat itu.

Berdasarkan pengertian pariwisata yang sangat luas dan dapat didefinisikan secara luas pula, pengertian pariwisata seharusnya mengandung unsur :

a. Orang sebagai pelaku. b. Perjalanan.

(25)

25 e. Daerah tujuan atau aktifitas yang dilakukan di tempat tujuan.

Berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk menikmati perjalanannya, dan tidak bertujuan untuk menetap dalam waktu lama serta tidak mencari pekerjaan di tempat yang dikunjunginya.

B. Definisi Wisatawan

Seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan (tourist), jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excursionist). Pengunjung (visitor) yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Jika dilihat dari sifat perjalanan dan ruang lingkup di mana perjalanan wisata itu dilakukan, maka dapat diklasifikasikan jenis wisatawan sebagai berikut :

a. Wisatawan Asing / Mancanegara (Foreign Tourist)

(26)

26 jenis mata uang yang dibelanjakannya, karena pada umumnya golongan wisatawan ini selalu menukarkan uangnya lebih dahulu pada Bank atau Money Changer sebelum menggunakannya.

b. Wisatawan Domestik / Nusantara (Domestic Foreign Tourist)

Wisatawan domestik / nusantara (domestic foreign tourist) adalah wisatawan dalam negeri, yaitu seseorang warga suatu negara yang melakukan perjalanan wisata pada batas wilayahnya sendiri, tanpa melewati perbatasan negaranya. Jadi di sini tidak ada unsur asingnya, baik kewarganegaraannya, uangnya, ataupun dokumen yang dimilikinya (Yoeti, 1997)

Orang-orang yang dianggap sebagai wisatawan :

a. Orang yang melakukan perjalanan untuk kesenangan, karena alasan keluarga, alasan kesehatan, dan sebagainya.

b. Orang yang melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan, atau dalam kapasitasnya sebagai perwakilan (ilmu pengetahuan, diplomatik, keagamaan, atletik, dan sebagainya).

c. Orang yang melakukan perjalanan karena alasan-alasan bisnis.

d. Orang yang tiba dengan kapal laut, bahkan meskipun mereka tinggal kurang dari 24 jam (yang terakhir ini hendaknya dianggap sebagai kelompok yang terpisah, tanpa menghiraukan tempat tinggal yang biasa mereka pergunakan).

(27)

27 Gambar di bawah ini akan membantu menjelaskan bagaimana perbedaan secara jelas akan orang yang disebut wisatawan dan yang tidak diklasifikasikan sebagai wisatawan. Klasifikasi ini yang dipakai oleh Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) dalam membedakan antara wisatawan dan orang yang melakukan perjalanan tetapi tidak dianggap sebagai seorang wisatawan.

Gambar 2.1. Klasifikasi Pelaku Perjalanan (Yosrizal, 2000)

C. Dasar Pendekatan Mempelajari Pariwisata

Pariwisata dapat dipelajari dengan banyak cara dan metode, namun sampai saat ini belum ada kesepakatan bagaimana mempelajari pariwisata harus dilakukan. Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk mempelajari pariwisata, misalnya dari segi sejarahnya, segi manajemennya,

(28)

28 segi hukum, politik, ekonomi dan masih banyak lagi pendekatan yang dapat dilakukan. Pariwisata merupakan multidisiplin ilmu, sebab banyak sekali pendekatan yang dapat dilakukan untuk mempelajarinya. Pariwisata terdiri dari banyak bagian yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, menjadikan pariwisata dalam pengembangannya membutuhkan studi dari berbagai aspek. Hal ini yang membedakan pariwisatadengan jenis ilmu yang lain.

Pariwisata sebenarnya mencakup seluruh aspek masyarakat, Masyarakat mempunyai budaya, kekayaan alam, fasilitas khusus yang dapat dijadikan daya tarik wisata. Bentuk pemasaran pariwisata yang baik, bagaimana hukum yang mengaturnya, dan masih banyak lagi pendekatan dalam mempelajari pariwisata.

Hal yang paling dibutuhkan dalam studi pariwisata adalah system pendekatannya. Sistem pendekatan inilah yang dapat menyatukan berbagai macam pendekatan yang dipakai menjadi kajian yang komprehensif serta berhubungan dengan pokok persoalan makro dan mikro.

D. Aplikasi Ilmu Ekonomi Dalam Pariwisata

(29)

29 dibuat manusia dalam upaya menggunakan sumber-sumber ekonomi yang terbatas untuk dapat memenuhi kebutuhan yang selalu berkembang dan tidak terbatas.

Pilihan-pilihan tertentu harus dihadapi dalam sebuah perekonomian, mulai dari barang apa yang harus diproduksi, bagaimana pilihan-pilihan tersebut sebaiknya diproduksi, oleh siapa sebaiknya barang tersebut diproduksi dan untuk siapa hasil kegiatan ekonomi tersebut dibuat. Pilihan-pilihan tersebut haruslah dihadapi dan hal ini yang melatarbelakangi kegiatan ekonomi.

Penerapan ilmu ekonomi dalam pariwisata juga tidak jauh dari pilihan-pilihan. Orang akan bertanya mengapa seseorang memilih pergi kesuatu tempat dibanding dengan tempat yang lain, apa yang melatarbelakangi pilihan itu. Mengapa orang membelanjakan uang untuk melakukan kegiatan wisata? Pilihan-pilihan yang dibuat merupakan pilihan ekonomi karena mempertimbangkan banyak hal, dari keterbatasan dana hingga sebuah kegiatan itu tidak dapat dilakukan secara bersama-sama. Sumber yang terbatas menyebabkan manusia harus memilih dan juga mengukur dirinya dengan pilihan yang paling tepat dengan pertimbangan dalam banyak hal.

(30)

30 perekonomian skala besar khususnya pengeluaran atau belanja agregat wisatawan, pengaruh multiplier, dan dampak ekonomi makro dari adanya kegiatan pariwisata

Pariwisata merupakan gabungan dari aktivitas pelayanan dan industri yang memberikan pengalaman baru dalam perjalanan, maka menjadi penting untuk mengetahui dan mengelompokkan penawaran dan permintaannya. Hal ini akan berguna untuk memetakan pariwisata dengan lebih jelas, yang akan berguna dalam pembangunan dan keberhasilan pariwisata di masa yang akan datang.

a. Komponen Penawaran ( Supply )

Penawaran adalah sejumlah produk tertentu yang mana perusahaan bersedia dan dapat menawarkan produk untuk dijual pada harga tertentu selama periode waktu yang di berikan. Penawaran dalam pariwisata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian besar yaitu : 1. Sumber Daya Alam ( Natural Resources )

(31)

31 keberlanjutan berdampak lebih baik pada pariwisata untuk tetap menarik pada waktu yang akan datang. Kualitas dari sumber daya alam harus dipelihara untuk tetap mempertahankan permintaannya. Tingkat kualitas harus selalu dijaga baik dalam dalam perencanaan pembangunan maupun perawatannya, untuk tetap memberikan kepuasan kepada pengunjung. Pariwisata sangat erat hubungannya dengan kualitas dari sumber daya alam, menjadikan pertimbangan ekologi dan lingkungan sangat penting.

2. Infrastruktur ( Infrastructure )

Prasarana atau Infrastruktur terdiri dari seluruh pengembangan konstruksi permukaan dan bawah tanah seperti sistem pelayanan air, sistem komunikasi, stasiun, terminal dll. Ketersediaan dari pelayanan instalasi dasar ini sangat menentukan keberhasilan dari pariwisata. Prasarana pendukung memang menjadi kebutuhan dasar dalam pengembangan pariwisata, infrastruktur harus dibangun dengan sebaik mungkin dengan kondisi senyaman mungkin agar wisatawan merasa nyaman yang akan berimbas pada pariwisata kedepan.

3. Transportasi ( Transportation )

(32)

32 4. Keramah–Tamahan dan Sumber Daya Budaya ( Hospitality and

Cultural Resources )

Terdiri atas semua kekayaan budaya dari sebuah daerah yang berperan untuk menjadikan pariwisata berhasil dan mampu menjadi tuan rumah yang baik bagi tamunya. Keramahan dapat berbentuk banyak hal seperti kesopanan, rasa hormat dll. Pembangunan dari keramah– tamahan adalah suatu hal yang penting dalam pariwisata.

b. Komponen Permintaan ( Demand )

Permintaan jika didefinisikan secara ekonomi adalah rencana sejumlah barang dan jasa yang mana orang bersedia untuk membeli pada harga yang mungkin dalam waktu tertentu. Berawal dari itu maka akan ada hubungan tertentu antara harga pasar dengan jumlah permintaannya, sejumlah permintaan pada perjalanan adalah perhatian yang besar terhadap semua orang yang terlibat dalam pariwisata. Permintaan dalam pariwisata yaitu :

1. Berapakah pengunjung yang datang. 2. Sarana apa yang dipakai pengunjung.

3. Berapa lama tinggalnya dan jenis akomodasinya apa yang dipakai pengunjung.

4. Berapakah pengeluaran yang dibelanjakan oleh pengunjung.

(33)

33 pariwisata.Perhitungan permintaan akan membantu dalam pembangunan pariwisata yang lebih baik.

c. Keseimbangan ( Equilibrium )

Pariwisata bila dianggap sebuah pasar maka penawaran dan permintaan merupakan dua sisi yang berbeda. Interaksi antara penawaran dan permintaan dapat terjadi dalam sebuah pasar. Interaksi keduanya akan menghasilkan sebuah keseimbangan pasar, dengan harga dan jumlah sebagai hasil yang nyata. Keseimbangan pasar dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana jumlah penawaran dan jumlah permintaan adalah sama, dalam keseimbangan tidak ada kecenderungan harga untuk berubah (Yosrizal, 2004)

(34)

34 rendah, maka harga akan turun.( Fatmawati, 2005). Keseimbangan dalam pariwisata dapat digambarkan sebagai berikut :

P S PE E

D 0 QE Q

Gambar 2.2. Keseimbangan Pasar Keterangan :

S = Supply ( Penawaran ) D = Demand ( Permintaan ) E = Equlibrium ( Keseimbangan) P = Price ( Harga)

Q = Quantity ( Jumlah )

PE = Price Equlibrium ( Harga Keseimbangan )

QE= Quantity Equlibrium ( Jumlah Keseimbangan)

Perhitungan pertemuan antara penawaran dan permintaan dalam pariwisata mempunyai faktor kesulitan dengan kata lain perhitungannya tidaklah mudah. Kesesuaian antara permintaan dan penawaran dapat dihitung dengan Task Analysis, yaitu prosedur yang digunakan untuk penyesuaian penawaran dan permintaan. Terdapat enam langkah yang disarankan dilakukan, yaitu :

(35)

35 2) Pencatatan kualitas dan kuantitas penawaran yang menarik.

3) Kecukupan penawaran dan permintaan saat ini. 4) Mengkaji pasar saat ini dan trend ekonomi sosial. 5) Meramalkan permintaan pariwisata.

6) Menyesuaikan penawaran dengan antisipasi permintaan

Langkah-langkah tersebut dapat dilakukan untuk memperkirakan kesesuaian antara penawaran dan permintaan, hanya saja dalam penerapannya harus berhati-hati. Hasil dari perhitungan tersebut dapat digunakan untuk perencanaan pariwisata di masa mendatang.

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Pariwisata

Hukum penawaran dan permintaan menunjukkan bahwa hubungan antara penawaran dan permintaan tidak dapat diubah. Perubahan pada yang satu menyebabkan perubahan pada yang lain. Oleh karena itu, walaupun hukum permintaan dan penawaran menggunakan asumsi bahwa segala sesuatu harus tetap sama untuk berlakunya hokum itu, dalam kenyataan dunia bisnis ini tidaklah tetap sama. Pengaruh eksternal terhadap jumlah suatu jasa yang ditawarkan selalu ada.

(36)

36 Bukannya penawaran dan permintaan yang menentukan biaya suatu produk,akan tetapi pengaruh Veblen itu menempatkan kurva-kurva permintaan baru berdasarkan eksklusivitas dan gengsi.

Kurva permintaan Veblen seperti ditunjukkan pada gambar 2.3 menunjukkan jika harga P1 ditetapkan, maka jumlah Q1 adalah yang terjual. Jika harga dinaikkan menjadi P2 menurut kurva permintaan D1, jumlah yang dibeli akan menurun ke Q2. Hal ini tidak terjadi dalam kurva Veblen oleh karena pembeli-pembeli memberi suatu arti penting baru pada produk itu, dan kenyataannya membeli suatu kuantitas yang lebih besar Q3. Dalam pengaruhnya, harga baru itu telah menambah nilai kesenangan kualitas pelayanan itu atau pengalaman yang ditawarkan. Kurva permintaan bukannya bergeser ke bawah, melainkan bergeser ke D2 akibat pengaruh Veblen itu. Penurunan harga hanya meningkatkan sedikit jumlah yang dibeli oleh Karen pergerakannya hanya menurut kurva permintaan baru D2. Jika harga terus dinaikkan lagi ke P3, maka harga itu akan bergeser lagi. Bukannya suatu penurunan permintaan ke Q4, permintaan kenyataan meningkat ke Q5.

(37)

37 lebih cepat daripada pendapatan. Gejala ini digambarkan secara lebih rinci dalam gambar berikut :

P3 D3

P2 D2

P1 D1

Q2 Q4 Q1 Q3 Q5

Gambar 2.3. Kurva Permintaan Veblen

F. Elastisitas Permintaan Untuk Pariwisata

Permintaan mana yang elastis ( peka terhadap perubahan harga) dan mana yang inelastis (tidak peka) sangat bervariasi, tergantung sebagian dari kekayaan wisatawan dan alasan melakukan perjalanan. Dari sudut pandang ekonomi, elastisitas permintaan adalah penting untuk pemasok produk-produk pariwisata, oleh karena itu ia bisa berdampak terhadap nasil penerimaan. Penerimasan total penjual di suatu pasar sama dengan harga dari barang atau jasa dikalikan kuantitas total yang terjual.

(38)

38 kenaikan dalam kuantitas lebih tinggi daripada persentase penurunan dalam harga.

Berdasarkan logika di atas, (Yosrizal, 2004) jika elastisitas harga dari suatu produk diketahui, seorang pemasok produk wisata dapat meningkatkan penerimaan totalnya dengan cara mengadakan penyesuaian yang secepatnya atas harga barangnya itu. Dalam prakteknya hal ini tidaklah sesederhana itu, oleh karena elastisitas harga sangat berbeda dan berubah dalam perjalanan waktu. Elastisitas harga dipengaruhi sejumlah besar faktor yang sulit dibuat modelnya. Penentu-penentu utama elastisitas harga adalah tersedianya produk-produk pengganti yang ekuivalen (sama nilainya) pentingnya produk itu secara relative dalam anggaran yang akan dibelanjakan, waktu yang ada untuk menyesuaikan dengan perubahan harga dan keberadaan produk itu sebagai suatu keharusan atau barang mewah.

G. Dampak Pariwisata Terhadap Ekonomi

(39)

39 Pengembangan industri pariwisata di suatu negara akan dapat membawa hasil yang tidak sedikit dan merupakan penghasil devisa yang utama bahkan dapat melebihi nilai ekspor dari suatu negara tersebut. Aspek ekonomi pariwisata tidak hanya berhubungan dengan kegiatan pariwisata seperti usaha perhotelan, restoran dan penyelenggaraan paket wisata, melainkan banyak kegiatan ekonomi lainya yang berhubungan erat dengan pariwisata separti transportasi, telekomunikasi dan bisnis eceran (Suwantoro, 1997). Industri pariwisata merupakan bentuk ekspor yang sangat menguntungkan terutama bagi ekonomi nasional suatu negara. Keuntungan yang nyata dan mempunyai pengaruh dalam perekonomian adalah sebagai berikut (Yoeti, 1983) :

1. Meningkatnya kesempatan kerja dan dapat mengurangi pengganguran. 2. Meningkatkan penerimaan pendapatan nasional dan menambah income

per kapita.

3. Menambah penghasilan dari sektor pajak.

4. Semakin kuatnya posisi Neraca Pembayaran luar negeri.

(40)

40 menyewakan alat transportasi yang semuanya itu sangat berguna bagi para wisatawan.

Akan tetapi penerimaan dari pariwisata menambah besarnya volume uang di dalam masyarakat, dan ini dapat menimbulkan inflasi kalau produksi komoditi di dalam negeri tidak bertambah. Inilah sebabnya maka kawasan pariwisata harga–harga biasanya lebih mahal dari pada di daerah lain. Banyaknya barang tidak dapat mengimbangi laju pertambahan uang yang beredar (Soekadijo, 2000)

H. Jenis dan Macam Pariwisata

Adapun jenis dan macam pariwisata adalah sebagai berikut (Yoeti, 1985) :

a. Menurut letak geografisnya dimana kegiatan pariwisata berkembang. 1. Pariwisata Lokal (Local Tourism)

Yaitu pariwisata setempat yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas pada tempat tertentu saja.

2. Pariwisata Regional (Regional Tourism)

Yaitu kegiatan pariwisata yang berkembang di suatu tempat atau daerah yang ruang lingkupnya lebih luas dari pariwisata lokal tetapi lebih sempit dari pariwisata nasional.

(41)

41 a. Pariwisata nasional dalam arti sempit yaitu kepariwisataan yang berkembang dalam wilayah suatu negara dimana adalah orang yang melakukan perjalanan wisata adalah warga negara sendiri. b. Pariwisata nasional dalam arti luas yaitu kegiatan kepariwisataan

yang berkembang di suatu negara selain kegiatan wisatawan domestik juga terdapat wisatawan asing.

4. Pariwisata Regional–Internasional (Regional – International Tourism) Yaitu kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas pada negara tertentu seperti pariwisata ASEAN.

5. Pariwisata Internasional (International Tourism)

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh negara. b. Menurut Pengaruhnya Terhadap Neraca Pembayaran.

1. Pariwisata Aktif (In Bound Tourism)

Yaitu pariwisata yang ditandai dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara yang dikunjungi.

2. Pariwisata Pasif (Out Going Tourism)

Yaitu pariwisata yang ditandai dengan gejala keluarnya wisatawan keluar negeri atau ke suatu negara asing dikunjungi.

c. Menurut Alasan atau Tujuan Dari Perjalanan Wisata. 1. Pariwisata Bisnis (Business Tourism)

Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung datang untuk tujuan usaha dagang, dinas, seminar, simposium dan lain-lain.

(42)

42 Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung datang dengan tujuan berlibur, cuti dan lain-lain.

3. Widya Wisata ( Educational Tourism )

Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung datang dengan tujuan untuk melakukan studi atau mempelajari ilmu pengetahuan.

d. Menurut waktu berkunjung.

1. Pariwisata Musiman ( Seasional Tourism )

Yaitu jenis pariwisata dimana kegiatanya berlangsung waktu tertentu.

2. Occational Tourism

Yaitu pariwisata yang kegiatanya dihubungkan dengan acara tertentu. e. Menurut obyeknya

1. Pariwisata Budaya ( Cultural Tourism )

Yaitu jenis pariwisata dimana motivasi orang untuk melakukan perjalanan wisata disebabkan karena daya tarik seni budaya suatu tempat atau daerah.

2. Pariwisata Kesehatan ( Recuperational Tourism )

Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan wisata adalah untuk penyembuhan suatu penyakit.

(43)

43 Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan wisata dilibatkan dengan kegiatan-kegiatan dagang nasional maupun internasional.

4. Pariwisata Olahraga ( Sport Tourism )

Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan wisata bertujuan untuk menyaksikan suatu pentas atau kegiatan olah raga.

5. Pariwisata Politik ( Political Tourism )

Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan untuk meyaksikan suatu peristiwa yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara.

6. Pariwisata Agama ( Religion Tourism )

Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan untuk menyaksikan atau menjalankan kegiatan keagamaan.

I. Definisi Industri Pariwisata

(44)

44 pariwisata terdapat industri perhotelan, industri rumah makan, industri kerajinan / cendera mata, industri perjalanan, dan sebagainya. Dengan kata lain industri pariwisata adalah kumpulan dari berbagai perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para wisatawan selama dalam perjalanan wisata dan memperkerjakan banyak orang dalam berbagai jenis pekerjaan.

Pengertian industri pariwisata merupakan batasan yang mewakili semua perusahaan yang bergerak dalam bidang pariwisata, produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut serta pelayanan yang diberikan oleh para wisatawan diharapkan dapat memberikan kepuasan terhadap para wisatawan yang sedang berkunjung. Dengan tujuan ini akan terlihat tahap-tahap dimana para wisatawan akan memerlukan layanan tertentu, pendekatan ini beranggapan bahwa produk dari pariwisata adalah semua jasa yang diberikan oleh perusahaan semenjak para wisatawan meninggalkan kediamannya atau rumahnya sampai di tempat tujuan hingga kembali ketempat asalnya atau rumahnya.

Harus diperhatikan bahwa meskipun kita berbicara tentang industri pariwisata, akan tetapi industri di sini tidak dalam arti ekonomi biasa, ada perbedaan-perbedaan yang nyata dengan industri lainnya, yaitu :

a. Produk tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan, akan tetapi harus dinikmati di tempat di mana produk itu tersedia

(45)

45 akhirnya tersusun menjadi suatu produk wisata yang utuh, pada dasarnya wisatawanlah yang menyusun. Atraksi yang dipilihnya, angkutan apa yang akan digunakannya, berapa lama dan di hotel mana ia akan singgah, itu semua wisatawan sendiri yang menentukan.

c. Apa yang diperoleh oleh wisatawan sebagai konsumen kalau ia membeli produk pariwisata adalah tidak lebih dari sebuah pengalaman dari perjalanan wisata.

Gambar 2.4. Model Pariwisata sebagai Industri (Soekadijo, 2000) Konsume

n Demand

Motif Perjalanan

Kebutuhan dalam Perjalannan

Angkutan

Atraksi Wisata

Jasa Angkutan

Wisata

Supply

(46)

46

J. Produk Wisata

1. Pengertian Produk Wisata

Pada umumnya yang dimaksud dengan product adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Dalam pengertian ini ditekankan bahwa tujuan akhir dari proses produksi tidak lain adalah suatu barang (produk) yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia.

Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Produk ini merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis, dan alam, walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi. Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial / psikologis) dan jasa alam. (Suwantoro, 1997)

a. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, dan sebagainya. b. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai

prasarana utilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat istiadat, seni budaya, dan sebagainya.

(47)

47 Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen antara lain :

a. Atraksi suatu Daerah Tujuan Wisata. b. Fasilitas / amenities yang tersedia.

c. Aksesbilitas ke dan dari daerah tujuan wisata. 2. Ciri suatu produk wisata :

a. Hasil suatu produk wisata tidak dapat dipindahkan, karena itu dalam penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa ke konsumen. Sebaliknya, konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ke tempat di mana produk itu dihasilkan. Hal ini berlainan dengan industri barang di mana hasil atau produknya dapat dipindahkan ke mana barang tersebut diperlukan oleh konsumen.

b. Produksi atau konsumsi terjadi pada tempat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk / jasa maka tidak akan terjadi produksi.

c. Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik tetapi mengguna-kan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu kriteria tertentu.

d. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya.

(48)

48 f. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar

Perubahan situasi perekonomian, politik, sikap suatu masyarakat, akan mempengaruhi investasi di bidang pariwisata. Citra wisata dan kesan perjalanan seorang wisatawan pada hakikatnya tergantung pada produk wisata yang tersedia. Produk industri pariwisata adalah semua jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan sejak berangkat meninggalkan rumah sampai kembali kerumah lagi. Setiap lokasi atau obyek wisata mempunyai berbagai unsur yang saling tergantung atau berhubungan, unsur-unsur tersebut semuanya diperlukan oleh para wisatawan agar dapat menikmati liburan sehingga mereka mendapatkan pengalaman yang memuaskan. Jadi produk parwisata merupakan rangkaian dari berbagai hal yang saling terkait yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan, jasa masyarakat dan jasa alam (Suwantoro, 1997). Suatu obyek pariwisata meliputi empat unsur yang penting yaitu sebagai berikut (Spillane, 1994) :

a. Atraksi

(49)

49 dikunjungi ketika sedang menuju ketempat tujuan primer. Tempat semacam ini hanya memuaskan para wisatawan hanya selama beberapa hari saja.

b. Fasilitas

Fasilitas adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh para wisatawan untuk melayani selama melakukan perjalanan wisata. Fasilitas cenderung berorientasi pada atraksi disuatu lokasi karena fasilitas harus terletak pada obyeknya. Fasilitas cenderung mendukung kegiatan pariwisata bukan mendorong pertumbuhan, fasilitas berkembang pada saat yang sama atau sesudah atraksi berkembang. Hal ini didasarkan apabila suatu obyek wisata berkembang maka wisatawan akan bertambah banyak dan secara otomatis fasilitas wisata juga dapat ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas.

c. Infrastuktur

Infrastruktur adalah keseluruhan semua kontruksi di bawah dan di atas dari suatu wilayah atau daerah. Atraksi dan fasilitas tidak akan dapat di capai dengan mudah apabila belum ada infrastruktur dasar, sehingga infrastruktur merupakan suatu dasar atau komponen penting yang mendukung industri pariwisata. Yang termasuk infrastruktur antara lain : jaringan komunikasi, listrik dan energi, terminal angkutan, jalan raya dll.

(50)

50 Transportasi merupakan sesuatu yang penting bagi para wisatawan untuk berpindah dari tempat satu ketempat yang lain. Selain itu tranportasi merupakan pendukung utama industri pariwisata, karena tranportasi adalah alat yang mendukung kelancaran kegiatan pariwisata dan merupakan sesuatu yang mutlak digunakan oleh para wisatawan untuk mengantar sampai tempat atau obyek wisata yang dituju.

K. Pendapatan Asli Daerah.

Sesuai dengan Pasal 157 UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas :

1. Pendapatan Asli Daerah 2. Dana Perimbangan

3. Lain-lain Pendapatan yang Sah

Uraian secara rinci tentang komponen-komponen pendapatan asli daerah adalah

1) Pendapatan Asli Daerah

(51)

51 yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, jadi pengertian pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangannya untuk membiayai tugas-tugas dan tanggung jawabnya, yang terdiri dari:

a) Hasil Pajak Daerah

Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku , yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah ( pasal 1 UU No. 34 Tahun 2000). Penentuan tarif dan tata cara pemungutan pajak daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) sesuai perundang-undangan yang berlaku. Sebenarnya tidak ada perbedaan yang begitu mendasar antara pajak negara dan pajak daerah, karena pengertian pajak daerah memang sama seperti pajak negara hanya perbedaannya terletak pada :

(52)

52 daerah adalah pajak yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah atau pajak negara yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan kepada daerah.Pajak daerah tidak boleh merupakan rintangan akan keluar masuknya atau pengangkutan barang ke dalam dan ke luar daerah.Dalam peraturan pajak daerah tidak boleh diadakan pembedaan atau pemberian keistimewaan yang menguntungkan perseorangan, golongan dan keagamaan.Duta atau konsul asing, demikian pula orang-orang yang termasuk kedutaan atau konsulat asing tidak boleh diberi pembebasan dari pajak daerah selain dengan keputusan presiden (Sukirno, 1988)

b) Hasil Retribusi Daerah

(53)

53 ini dikenakan kepada masyarakat. Hal pembayaran kembali kepada pemerintah oleh masyarakat atas pemakaian barang dan jasa yang telah disediakan ini dikenal dengan retribusi.

Antara retribusi dengan pajak mempunyai perbedaan sifat yang dimiliki. Perbedaan tersebut terletak pada balas jasa yang diberikan kepada wajib pajak atas pungutan tersebut. Pada pungutan pajak, wajib pajak tidak mendapatkan imbalan langsung, namun untuk retribusi mendapatkan balas jasa langsung.

Semakin berkembangnya suatu daerah akan banyak pula jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah itu. Karena makin berkembangnya suatu daerah maka makin banyak fasilitas atau jasa yang disediakan oleh pemerintah setempat untuk kegiatan masyarakat. Pemerintah Daerah memang mempunyai kebebasan yang telah banyak dalam memungut retribusi lebih besar dari pada pajak, karena lapangan retribusi daerah berhubungan dengan pengganti jasa atau fasilitas yang dibebani oleh daerah.

c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ditetapkan dengan Perda berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

(54)

54 Sumber-sumber PAD yang sah antara lain bersumber dari hasil penjualan asset tetap daerah dan jasa giro.

2) Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sumber-sumber dana yang berasal dari pos Dana Perimbangan, antara lain:

a) Bagian Bagi Hasil

Bagian Bagi Hasil dapat berasal dari penerimaan pajak bumi dan bangunan ( PBB ), Bea Peroleh Hak Atas Tanah ( BPHTP) dan penerimaan dari sumber daya alam.

b) Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya daklam rangka pelaksanaan desentralisasi.

c) Dana Alokasi Khusus

(55)

55 Kebutuhan khusus menggunakan kriteria yaitu kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus Dana Alokasi Umum dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

3) Lain-lain Pendapatan yang Sah

Lain-lain penerimaan daerah yang sah, antara lain bersumber dari hibah, dana darurat dan penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari Pemerintah, masyarakat dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri. Pendapatan dana darurat merupakan bantuan Pemerintah dari APBN kepada pemerintah daerah untuk mendanai keperluan mendesak yang diakibatkan peristiwa tertentu yang tidak dapat ditanggulangi APBD.

L. Peranan Industri Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah

(56)

56 Untuk meningkatkan penerimaan dari pendapatan wisata harus dilakukan dengan cara menggali potensi–potensi sumber pendapatan wisata yang ada pada daerah tersebut. Industri pariwisata merupakan bagian yang melibatkan berbagai macam kegiatan seperti obyek wisata pantai yang menyumbang retribusi, atraksi wisata dan hiburan serta pendukung kegiatan pariwisata seperti penginapan, biro perjalanan wisata, rumah makan atau restoran, dan lain-lain. Berkembangkan pariwisata akan berdampak terhadap sektor lain seperti pertanian, kerajinanan rakyat, usaha kecil dan sektor lainya. Perkembangan pariwisata selain akan meningkatkan penerimaan dari sektor pariwisata juga akan meningkatkan aktifitas di luar sektor pariwisata yang akhirnya akan menambah peningkatan pendapatan masyarakat dan penerimaan pendapatan pariwisata.

(57)

57 Industri pariwisata selain membutuhkan fasilitas–fasilitas pariwisata juga membutuhkan sarana yang bersifat pelayanan umum seperti listrik, air bersih, tempat olah raga, bank, telekomunikasi dan lain–lain. Dengan sarana tersebut maka akan timbul pengenaan pajak dan retribusi baik secara langsung maupaun tidak langsung. Dengan berkembangnya pariwisata maka pajak dan retribusi yang masuk kedaerah tersebut akan semakin meningkat, yang dapat membantu pemerintah daerah sebagai masukan yang semuanya itu digunakan untuk membiayai kegiatan serta pembangunan pada daerah atau wilayah tersebut.

M. Keuntungan Dan Kerugian Industri Pariwisata

Pariwisata masa kini adalah produk dari kemajuan sosial. Dengan pengelolaan yang sehat serta pengertian yang tepat ,maka pariwisata bisa merupakan wahana yang baik dalam mencapai kemajuan sosial, serta hubungan damai antara bangsa-bangsa di dunia. Pariwisata memberikan pengaruh besar pada peningkatan serta pemerataan pendapatan penduduk setempat, disamping sering berperan pula sebagai katalisator kemajuan sosial (Spillane, 1987)

Adapun keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan adanya industri pariwisata sebagai berikut :

1. Membuka kesempatan kerja.

(58)

58 3. Menambah devisa negara.

4. Merangsang pertumbuhan kebudayaan asli Indonesia. 5. Menunjang gerak pembangunan di daerah.

Namun ada beberapa pihak yang ragu-ragu akan keuntungan pariwisata dan pengaruhnya terhadap pembangunan, terutama penduduk di negara-negara yang sedang berkembang yang mayoritas miskin dan tertindas oleh penguasa setempat. Mereka harus puas dengan keuntungan apa saja dari program-program pemerintah seperti halnya industri pariwisata (Spillane, 1987)

Adapun kerugian-kerugian yang diperoleh dengan adanya industri pariwisata sebagai berikut :

1. Sumbangan terhadap Neraca Pembayaran tidak setinggi yang diharapkan.

2. Pariwisata merusak lingkungan.

3. Pariwisata dimiliki para pemodal asing. 4. Terjadinya pencurian benda-benda kuno.

5. Berubahnya tujuan kesenian dan upacara tradisional. 6. Timbulnya industri sex.

N. Penelitian Terdahulu

Berikut ini hasil penelitian sejenis mengenai pariwisata yang diambil dari penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :

(59)

59 penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan, jumlah angkutan pariwisata, tingkat hunian kamar dan jumlah restoran dan rumah makan terhadap pendapatan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarata. Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis Regresi Semi Ln dari hasil diketahui bahwa uji t yang dilakukan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh tidak penting atau tidak signifikan adalah jumlah wisatawan, jumlah angkutan wisata sedangkan variabel jumlah restoran dan rumah makan dan tingkat hunian kamar mempunyai pengaruh yang signifikan pada t tabel a : 10% dan N : 10. Dari hasil uji F diketahui bahwa semua variabel secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang penting atau signifikan pada F tabel a : 10 % N : 10 dan K : 4, nilai R2 diketahui sebesar 0,749131. Dari uji Asumsi Klasik diketahui bahwa baik dari uji Multikolinieritas dan Heterokedastisitas tidak terjadi masalah keduanya hanya saja pada uji Multikolinieritas antara variabel jumlah restoran dan rumah makan dan variabel jumlah angkutan wisata ada Multikolinieritas sedangkan pada uji autokorelasi terletak pada daerah ragu–ragu.

(60)

60 variabel jumlah wisatawan mempunyai pengaruh signifikan sedangkan variabel arus kendaraan dan jumlah kamar tidak signifikan padaa : 5 % . Uji F bahwa semua koefisien regresi tersebut secara signifikan berpengaruh padaa : 5 % nilai R2 diketahui sebesar 0,223124. Dari uji Asumsi Klasik uji Multikolinieritas hanya antara variabel jumlah kamar dan jumlah wisatawan yang tidak terjadi masalah Multikolinieritas. Pada uji Heterokedastisitas semua variabel terdapat masalah Heterokedastisitas dan pada uji autokorelasi disimpulkan tidak ada masalah autokorelasi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di Kabupaten Klaten yang memiliki obyek pariwisata, sehingga dapat dilihat dan diteliti seberapa jauh kontribusinya terhadap Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten.

B. Data Dan Sumber Data

(61)

61 1997 sampai Desember 2007 data diperoleh dari instansi atau dinas yang berhubungan dengan judul penelitian yaitu dinas pariwisata dan kebudayaan, BPS, dinas pendapatan daerah dan instansi yang terkait lainnya. Selain itu data juga diperoleh dari membaca buku, referensi atau informasi yang berkaitan dengan tema atau judul penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah :

1. Studi Pustaka

Yaitu teknik untuk mengumpulkan data skunder dari dinas atau instansi yang terkait dengan masalah yang diteliti selain itu juga membaca dari literatur atau sumber yang lain yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

2. Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung pada obyek daerah penelitian yaitu tempat – tempat wisata yang ada di Kabupaten Klaten untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai obyek wisata di Kabupaten Klaten.

D. Variabel Penelitian

1. Pendapatan Pariwisata

(62)

62 rekreasi dan olah raga, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, dan lainnya dengan satuan rupiah.

2. Jumlah Wisatawan

Jumlah Wisatawan adalah semua orang dari dalam maupun luar negeri yang datang ke lokasi wisata dengan tujuan menikmati dari kunjungan tersebut, diketahui dari tiket yang terjual, dengan satuan orang.

3. Arus Kendaraan

Arus Kendaraan adalah banyaknya kendaraan yang masuk ke lokasi obyek pariwisata dengan mengetahui dari tiket masuk kendaraan, baik itu roda dua maupun roda empat. Dalam satuan unit.

4. Tingkat Hunian Kamar

Tingkat Hunian Kamar adalah prosentase kamar yang dihuni / dipakai tamu terhadap jumlah kamar yang tersedia.Tingkat hunian kamar dihitung berdasarkan jumlah kamar yang dihuni / dipakai tamu dibagi dengan banyaknya kamar yang tersedia, dikali dengan 100 %, dengan satuan persen.

E. Tehnik Analisis 1. Uji Hipotesis I

(63)

63 㿸 PP=bo+ b₁㿸 WISt + b2㿸 AKt + b3㿸 THKt + ei ...(1.1)

Dimana :

PPt = Pendapatan Pariwisata pada periode t

WISt = Jumlah wisatawan pada periode t

AKt = Arus kendaraan ke lokasi obyek wisata pada

periode t

THKt = Tingkat hunian kamar hotel di Kabupaten Klaten

periode t

ei = Residu

b0 = Konstanta atau intersep

b1,b2,b3,b4= Koefisien jangka panjang

a) Uji Statistik

Uji Statistik terdiri dari pengujian secara individual, pengujian secara serentak dan uji koefisien determinasi.

1. Pengujian secara individual (Uji t)

(64)

64 sendiri-sendiri dengan menganggap variabel lain tetap dan konstan.

Dalam uji t ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

a. Ho : β1 = 0 variabel independent secara individu tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : β1≠ 0 variabel independent secara individu berpengaruh

terhadap variabel dependen.

b. Nilai t hitung diperoleh dengan rumus (Gujarati, 1995) :

(65)

65 Gambar 3.1 Daerah Terima dan Tolak Uji t

d. Kriteria pengujian

i. Apabila hasil penghitungan menunjukkan nilai t hitung lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak yang berarti variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

ii. Sebaliknya apabila t hitung lebih kecil dari t tabel, maka Ho diterima yang berarti variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

2. Pengujian Uji Serentak (Uji F)

Uji F dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara serentak variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

(1) Menentukan hipotesa :

Ho : β1 = β2 = β3 = 0

Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0

(66)

66

(3) Menentukan tingkat signifikasi sehingga diperolah nilai F-tabel. Membandingkan F hit dengan F tabel :

(a) Jika F hit < F tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak, Artinya variabel-variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

(b) Jika F hit >F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, Artinya variabel – variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen.

3. Koefesien Determinasi ( R²)

Apabila estimansi koefesien determinasi semakin besar (mendekati 100%) menunjukan bahwa hasil estimansi akan mendekati keadaan yang sebenarnya , atau variabel yang di pilih dapat menerangkan dengan baik variabel terikatnya atau sebaliknya.

(67)

67 1. Heteroskedastisitas

Diuji untuk mengetahui varian dari variabel ganguan (disturbance term) mempunyai penyebaran yang sama atau berbeda. Heteroskedastisitas adalah suatu kondisi dimana varian setiap variabel independen tertentu tidak bernilai konstan yang

sama dengan ²(varian).

Cara mendeteksi adalah : dengan menggunakan uji Park yakni dengan melogkan nilai e² (residu/ disturbance term dikuadratkan). Kemudian di regres dengan variabel-variabel independen. Pernyataan-pernyataan tersebut bisa ditulis :

㿸 ei2 = a + 㿸 X1 + ₁ Ln X2 + ...+ Ui

Kondisi Heteroskedastisitas diderita jika dari regresi tersebut nilai t individual terbukti signifikan (t hitung < t tabel). 2. Multikolinearitas

(68)

68 (Gujarati, 1995). Untuk menguji ada tidaknya multikonearitas pada model, pertama menggunakan metode Klein, yakni membandingkan nilai r²xi, xj (korelasi antar masing-masing

variabel) dengan nilai R2y.xi xj…..xn (koefisien determinasi).

Multikolinearitas dianggap sebagai masalah bila :

r2 xi, xj > R2y. xi, xj ……..xn

3. Autokorelasi

Autokorelasi menunjukan korelasi atau hubungan antara anggota gangguan serangkaian observasi yang diurutkan, bisa menurut waktu seperti data dalam deret waktu atau menurut suatu tempat seperti data dalam cross sectional.

(69)

69 Apabila Ho menyatakan tidak ada autokorelasi maka:

d < dI = menolak Ho dan menerima adanya Autokorelasi Positif

d > (4-dI) = menolak Ho dan menerima adanya Auto korelasi Negatif

du<d<(4-du) = menerima Ho ,tidak terjadi autokorelasi dI ≤d ≤ = tidak meyakinkan (ragu-ragu)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Luas dan letak Geografis

Kabupaten Klaten yang juga dikenal dengan Kabupaten Seribu Candi, merupakan salah satu dari 35 kabupaten di propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Klaten terbentang diantara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Surakarta yang dilewati jalan raya Yogya- Solo.

Gambar

Tabel 1.1      Perkembangan Pendapatan Sektor Pariwisata Nasional
Gambar 2.1. Klasifikasi Pelaku Perjalanan (Yosrizal, 2000)
Gambar 2.3. Kurva Permintaan Veblen
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kepemerintahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian terkait penggunaan pewarna alami yang menggunakan pigmen tanin dari buah pinang ditujukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam pengamatan

dinarnakan alat SMS Sirkulasi Mixing Sistem, alat ini diarahkan sebagai alat teknologi tepat guna yang diharapkan dapat digunakan bagi petani atau rnasyrakat sebagai

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui

Sedangkan ke 7 karakteristik jiwa kewirausahaan yang lainnya seperti dorongan berprestasi, rasa tanggung jawab, sikap terhadap risiko, rasa percaya diri,

Tingkat keberhasilan jaringan untuk pengujian suara untuk 5 data latih yang telah dilatih dengan fungsi aktivasi sigmoid bipolar mencapai 100% dan tingkat keberhasilan

Badan Pemberdayan Masyarakat Desa Kabupaten Boyolali yang dibentuk menurut Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata

Kualitas layanan, kepercayaan, reputasi, kebiasaan, kepuasan berpengaruh signifikan terhadap Kepercayaan dan kepuasan nasabah tidak berpengaruh signifikan terhadap

tetap biaya untuk membeli bahan baku, upah tenaga kerja langsung, biaya transportasi, biaya. pemasaran,