SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Diajukan Oleh :
ARIEF HARTOKO 0311015003/FE/EP
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Disusun Oleh : ARIEF HARTOKO 0311015003/FE/EP
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh
Tim Penguji Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 29 Mei 2009
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Drs. Ec. Patrap Wiprapto, MS Dr. Hj. Muctholifah SE, MP Sekretaris
Drs. Ec. Patrap Wiprapto, MS Anggota
Drs. Ec. Arief Bacthiar, Msi
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, karunia dan anugerah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul :
“FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAERAH DARI SEKTOR PARIWISATA DIKOTAMADYA MALANG”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan pada Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuhan, bimbingan, serta saran-saran dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimah kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Drs. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
yang telah memberikan dorongan moril dan pengorbanan dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini.
6. Terima kasih kepada teman - teman yang telah memberi bantuan, doa dan waktunya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Semoga Allah SWT, melimpahkan rahmat, hidayah, karunia dan anugrahNya kepada kita semua atas segala bantuaan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua yang membutuhkan.
Surabaya, 29 Mei 2009
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI... x
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II :TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 5
2.2 Landasan Teori ... 9
2.2.1. Hakekat Pembangunan Pariwisata Indonesia ... 9
2.2.3. Penerimaan Pendapatan Daerah ... 13
2.2.4. Definisi Pasar Wisata... 15
2.2.5. Definisi Wisatawan... 16
2.2.6. Pengertian Usaha Jasa Pariwisata... 19
2.2.6.1. Peran Serta “Industri Pariwisata” dalam Pengembangan Pariwisata ... 20
2.2.7. Investasi ... 25
2.2.7.1. Investasi dalam Konteks Ekonomi Makro... 26
2.2.7.2. Kriteria Investasi... 27
2.2.7.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi ... 27
2.2.8. Obyek Wisata ... 28
2.2.9. Definisi Hotel……….. ... 31
2.2.10. Pengaruh Pariwisata Terhadap Perekonomian ... 33
2.2.11. Penerimaan Pendapatan Daerah dari Sektor Pariwisata…. ... 34
2.3 Kerangka Pemikiran ... 36
2.4 Hipotesis ... 38
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 40
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 41
3.4.1 Teknik Analisis ... 42
3.4.2 Uji Hipotesis ... 44
3.5. Pendekatan Asumsi Blue (Best Linear Unbiased Estimator)... 47
3.6. Asumsi Klasik... 48
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 51
4.1.1. Keadaan Geografis... 51
4.1.2. Kadar Udara ... 51
4.1.3. Keadaan Geologi... 51
4.1.4. Jenis Tanah ... 52
4.1.5. Batas wilayah administrasi ... 52
4.1.6. Pembagian wilayah administrasi... 53
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53
4.2.1. Perkembangan Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata.. 53
4.2.2. Perkembangan Jumlah Wisatawan... 55
vi
Mancanegara……….. 57
4.3. Pengujian Hasil Analisis Regresi Klasik BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) ... 59
4.3.1. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 63
4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan (Keseluruhan) ... 65
4.4.3. Uji Hipotesis Secara Parsial (Individu) ... 67
4.4. Pembahasan ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. 77
5.2. Saran………... 80 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Input Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata, Jumlah Wisatawan, Investasi Sarana Pariwisata, Usaha Jasa Pariwisata, Rata-rata Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara.
Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Variable Entered, Model
Summary).
Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (ANOVA) dan Hasil Analisis Linier Berganda (Coefficients).
Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Coeffisients Correlations) dan Hasil Analisis Linier Berganda (Collinearity Diagnostics).
Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Residuals Statistics) dan Hasil Analisi Regresi Linier Berganda (Nonparametic Correlations). Lampiran 6. Tabel Pengujian Nilai F
Lampiran 7. Tabel Pengujian Nilai t Lampiran 8. Tabel Durbin-Watson
ix
Oleh :
ARIEF HARTOKO
ABSTRAKSI
Dalam proses pembangunan sektor Pariwisata di Tingkat Daerah yang memperhatikan potensi dan prioritas tiap-tiap daerah memerlukan pengembangan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi untuk menambah keindahan dan manfaat ekonomi, sosial, kebudayaan, serta lingkungan dari suatu Daerah tujuan Wisata, dan secara tidak langsung ini bisa mempengaruhi pemasukan Devisa Negara, juga bisa digunakan sebagai sarana untuk menyerap tenaga kerja di Daerah sekitarnya.
Penelitan ini akan meneliti Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dipergunakan adalah variable Jumlah Wisatawan (X1), Investasi Sarana Pariwisata (X2), Usaha Jasa Pariwisata (X3), Rata-rata Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara (X4), dan Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata (Y) sebagai variable terikat. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan, Investasi Sarana Pariwisata, Usaha Jasa Pariwisata, Rata-rata Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara terhadap Pendapatan Daerah dari Sektor Pariwisata di Kota Malang. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data Sekunder yaitu data berkala (Time Series) yang diambil selama 10 tahun. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Regresi linier berganda menggunakan uji F dan uji t.
Dari hasil perhitungan analisis data dan Pengujian hipotesis secara simultan diperoleh hasil Fhitung = 136,269 > Ftabel = 5,19, berarti variabel X1, X2, X3, dan X4 secara simultan berpengaruh nyata terhadap variable Y. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat telah terbukti. Berdasarkan uji hipotesis secara parsial diperoleh thitung variabel X1 tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Variabel Y dengan diperoleh nilai thitung = 0,232 < ttabel = 2,571. Berdasarkan uji hipotesis
x
xi
2,571.
uji hipotesis secara parsial diperoleh thitung variabel X4 tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y dengan nilai thitung = -2,299 < ttabel =
1.1. Latar Belakang
Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh tanah air dan tidak hanya untuk suatu golongan atau sebagian masyarakat, serta harus benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai bagian untuk memperbaiki tingkat hidup yang berkeadilan sosial yang menjadi tujuan dan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Kegiatan pembangunan juga dilaksanakan diberbagai sektor termasuk diantaranya sektor pariwisata ditingkat daerah yang memperhatikan potensi dan prioritas tiap-tiap daerah.
Keinginan untuk meningkatkan pengembangan pariwisata di Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor seperti berkurangnya peranan migas sebagai penghasil devisa, karena itu pariwisata industri jasa merupakan salah satu yang potensinya menjanjikan harapan terciptanya kesejahteraan masyarakat pada masa mendatang. Selain itu pariwisata dirasakan cukup adil dalam pengembangan ekonomi, sehingga mendapat prioritas cukup tinggi untuk meningkatkan penghasilan Negara (Kodhyat ; 1997 ; 29).
Untuk mencapai keberhasilan program kepariwisataan yang dimaksud, diperlukan langkah-langkah yang serasi antar semua pihak terkait, baik pemerintah maupun masyarakat, sehingga terwujud keterpaduan lintas sektoral.
Banyak kegiatan yang terkait dengan industri pariwisata. Hal ini berarti banyak industri lain yang dapat digerakkan oleh industri pariwisata seperti kegiatan biro perjalanan, transportasi, perhotelan, restoran, kesenian dan budaya daerah, kerajinan rakyat, guider untuk memandu wisman, pameran dan olah raga internasional yang diselenggarakan di daerah-daerah, dan kegiatan-kegiatan lainnya.( Badrudin ; 2001 ; 385 ).
Adapun peningkatan Pendapatan daerah dari sektor pariwisata di kota Malang dari empat tahun terakhir yaitu, pada tahun 2003-2006. Pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp 20.175.000 ribu,- dan tahun 2004 sebesar Rp. 23.350.000 ribu,- sehingga mengalami peningkatan sebesar 15,73 %. Pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp. 25.461.800 ribu,- sehingga mengalami peningkatan sebesar 9,04 %, dan pada tahun 2006 sebesar Rp. 32.768.700 ribu,- sehingga mengalami peningkatan sebesar 28,69 %. (Dinas Pariwisata, Informasi dan Komunikasi Kota Malang ; 2009).
Penelitian ini mengambil obyek sebatas kepariwisataan di kota malang yang meliputi, jumlah wisatawan, investasi sarana pariwisata, usaha jasa pariwisata dan rata-rata lama tinggal wisatawan asing dalam upaya pembangunan daerah dengan Kota Malang sebagai jendela wisata di Jawa Timur.
1.2. Perumusan masalah
Sesuai dengan uraian diatas, serta langkah-langkah dan penyelesaian yang dimungkinkan untuk mengatasi pendapatan daerah dari sektor wisata yang dialami di Kota Malang, maka perumusan masalah yang diajukan ini adalah :
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan perumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
“ Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan, Investasi Sarana Pariwisata, Usaha Jasa Pariwisata, Rata-rata Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara terhadap Pendapatan Daerah di Kota Malang “.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini :
1. Sebagai sumbangan pikiran terhadap pembuatan keputusan untuk menentukan pola kebijaksanaan selanjutnya.
2. Untuk mengembangkan kemampuan dalam menganalisis suatu masalah di bidang pendapatan daerah dari sektor pariwisata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dipakai
sebagai bahan pengkajian yang berhubungan dengan upaya meningkatkan
pendapatan daerah sektor pariwisata dan beberapa faktor yang
mempengaruhinya dan dijadikan sebagai bahan masukan. Beberapa
penelitian terdahulu yang dipandang relevan untuk disampaikan disini
adalah sebagai berikut :
Budi, (2000:13), “Usaha untuk meningkatkan pendapatan
daerah-daerah sector pariwisata didaerah-daerah tingkat I Jawa Timur”. Beberapa faktor
yang dianggap berpengaruh adalah jumlah obyek wisata (X1), hotel (X2),
dan fasilitas tempat hiburan (X3). Permasalahan yang dikemukakan adalah
seberapa jauh peranan peningkatan pendapatan daerah dari sektor pariwisata
khususnya obyek wisata, hotel, dan tempat hiburan terhadap penerimaan
daerah tingkat I Jawa Timur. Secara parsial obyek wisata mempunyai
hubungan yang kurang kuat dan signifikan terhadap penerimaan pendapatan
daerah tingkat I Jawa Timur. Namun jumlah hotel dan tempat hiburan
mempunyai hubungan yang kuat dan positif terhadap penerimaan
pendapatan daerah tingkat I Jawa Timur sehingga dapat dikatakan bahwa
keduanya mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya penerimaan
pendapatan daerah tingakat I Jawa Timur. Dengan analisis korelasi
sederhana, ditunjukkan bahwa obyek wisata, hotel dan tempat hiburan
berperan dalam meningkatkan penerimaan sektor pariwisata didaerah
tingkat I Jawa Timur.
Mayangsari, (2002:ix), “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Devisa Pariwisata Propinsi Jawa Timur”.Variabel bebas (X)
yang digunakan adalah jumlah wisatawan mancanegara (X1), rata-rata lama
tinggal wisatawan mancanegara (X2), jumlah hotel (X3), dana promosi
pariwisata (X4), dan rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara (X5).
Variable terikat (Y) adalah penerimaan devisa pariwisata. Secara simultan
seluruh variabel bebas terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap
variable terikat. Hal ini diketahui dari uji F yang diperoleh Fhitung = 20,779 >
Ftabel = 4,76 pada level of significant sebesar α = 0,005. Sedangkan hasil
penelitian uji t pada level of significant α / 2 = 0,025. Maka hubungan
parsial variable (X1) berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif
terhadap penerimaan devisa pariwisata dengan thitung = 7,308 > ttabel = 1,943.
Untuk rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara (X2) diperoleh thitung =
3,386 > ttabel = 1,943 yang berarti bahwa rata-rata lama tinggal wisatawan
mancanegara berpengaruh positif terhadap penerimaan devisa pariwisata
dan rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara (X5) berpengaruh secara
nyata terhadap penerimaan devisa pariwisata dengan thitung =3,418 > ttabel
= 1,943.
Penerimaan Negara dari Sektor Pariwisata di Jawa Tengah”. Variabel bebas
(X) yang digunakan adalah jumlah wisatawan mancanegara (X1), jumlah
obyek wisata (X2), dan sarana hotel (X3). Variabel terikat (Y) yang
digunakan adalah penerimaan Negara dari sektor pariwisata. Secara
simultan variabel bebas (X) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan
negara dari sektor pariwisata di Jawa Tengah (Y). Ditunjukkan dengan
Fhitung = 49,868 > Ftabel = 4,76 dan hasil penelitian secara parsial kunjungan
wisatawan mancanegara (X1) berpengaruh positif dengan penerimaan
devisa sektor pariwisata, dengan thitung = 5,501 > ttabel = 2,447. Obyek wisata
(X2) berpengaruh positif di mana thitung = 6,904 > ttabel = 2,447. Sarana hotel
berpengaruh positif terhadap penerimaan devisa sektor pariwisata dengan
thitung = 2,489 > ttabel = 2,447.
Putranty, (2001:ix), ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Devisa Sektor Pariwisata Propinsi Jawa Timur”. Variabel bebas (X)
berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat (Y). jumlah
wisatawan mancanegara (X1) dengan nilai Fhitung = 9,225 > Ftabel = 4,76
menggunakan level of significant sebesar α = 0,005. Jumlah wisatawan
mancanegara berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat (Y) dengan
thitung = 3,405 > ttabel = 3,205, untuk rata-rata lama tinggal (X2) diperoleh
thitung = 0,360 < ttabel = 2,447 yang berarti bahwa jumlah obyek wisata
berpengaruh secara nyata terhadap penerimaan devisa sektor pariwisata.
Iswindarti, (2003:xi), “Beberapa Faktor-faktor yang Mempengaruhi
yang digunakan adalah jumlah wisatawan mancanegara (X1), jumlah obyek
wisata (X2), jumlah hotel (X3) dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar
(X4). Penerimaan devisa sektor pariwisata sebagai variabel terikat (Y).
secara simultan variabel bebas terbukti berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel terikat. Ditunjukkan dengan uji Fhitung = 37,7547 > Ftabel =
3,18. Sedangkan dari pengujian secara parsial menggunakan uji t dengan α
= 0,05. Jumlah wisatawan mancanegara (X1) berpengaruh secara positif
terhadap penerimaan devisa sektor pariwisata dengan thitung = 2,716 < ttabel =
2,1604. Jumlah obyek wisata (X2) berpengaruh secara positif terhadap
penerimaan devisa sektor pariwisata dengan nilai thitung = 3,174 > ttabel
2,1604. Jumlah hotel (X3) berpengaruh positif terhadap penerimaan devisa
sektor pariwisata dengan thitung = 0,130 < ttabel = 2,1604. Nilai tukar rupiah
terhadap US $ (X4) berpengaruh negative terhadap penerimaan devisa
sektor pariwisata dengan thitung = -2,631 < ttabel = 2,1604.
Berdasarkan Jurnal :
Badrudin, (KOMPAK no.3, 2001:385), “Menggali Sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Daerah Istemewa Yogyakarta Melalui
Pengembangan Industri Pariwisata”. Diperoleh kesimpulan bahwa dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat di daerah, perlu dilaksanakan
pembangunan yang berasal dari alokasi belanja dari pusat ke daerah tidak
lagi dapat diandalkan karena kondisi keuangan Negara yang kritis
diakibatkan himpitan berbagai krisis. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
berasal dari PAD. Salah satu sumber PAD yang dapat digali adalah
pendapatan dari industri pariwisata.
Sasongko, (LITBANG JAWA TIMUR, no.1, 2005:28). “Potensi Paket
Wisata Jawa Timur, Jawa Tengah Dan D.I. Yogyakarta Antar Propinsi”.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) Mengemas obyek wisata
Pantai Teleng Ria, Goa Gong, Goa Tabuhan dan Pantai Srau dalam satu
paket wisata yang terintegrasi dan terpadu dengan paket wisata lain di
Kabupaten Wonogiri dan Propinsi Jogjakarta ; (2) pemilihan media promosi
yang sesuai dengan pasar dan tepat sasaran ; (3) Kerjasama dengan dinas
pariwisata lain dan praktisi pariwisata, seperti : biro perjalanan wisata, hotel,
restoran dan TIC Jogjakarta ; (4) Menerapkan manajemen pemasaran yang
mumpuni dibidang pariwisata dengan menganalisa,merencanakan,
melaksanakan dan pengawasan program pemasaran ; (5) Meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia insan pariwisata (pengelola obyek wisata, jasa
wisata, sarana wisata, dan seni budaya) sehingga mempunyai kreativitas
yang tinggi ; (6) Mengembangkan rute paket wisata potensial, berdasarkan
analisa kuantitatif diketahui ada 15 (limabelas) rute paket wisata yang
kiranya masih bias dikembangkan lagi disesuaikan dengan tren wisatawan
yang dapat berubah.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Hakekat Pembangunan Pariwisata Indonesia
pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan
ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan yang dilakukan secara terintegrasi
dan menyeluruh.
Sektor pariwisata sangat besar peranannya dalam pembangunan
ekonomi, karena selain sebagai sumber perolehan devisa, investasi, juga
sebagai sektor cukup berperan dalam penciptaan lapangan pekerjaan.
Namun karena ambivalensinya pariwisata, pada saat yang sama juga dapat
menimbulkan dampak negatif yang apabila tidak dikelola dengan baik
seringkali mengalahkan manfaatnya. Aspek sosial, budaya dan lingkungan
adalah paling sering menerima dampak negatifnya.
Untuk mendapatkan keseimbangan, maka pembangunan pariwisata
hendaknya mengikuti prinsip-prinsip umum keberlanjutan, dengan
melestarikan nilai-nilai kelokalan sebagai jati diri yang membangun citra
pariwisata Indonesia.
2.2.1.2. Prinsip-Prinsip Dalam Kode Etik Pariwisata Dunia Dalam Pembangunan Pariwisata Dan Hak Azasi Manusia Indonesia
Universal Declaration of Human Right menyatakan bahwa kegiatan
berwisata merupakan kebutuhan dasar yang harus dihargai sebagai hak azasi
individu tanpa boleh membedakan suku, ras, jenis kelamin, cara hidup,
bahasa atau agama.
Oleh karena itu, pembangunan pariwisata Indonesia harus mampu
mempromosikan perdamaian dunia dan keharmonisan hubungan antar
antar masyarakat dan bangsa. Di samping itu, ia juga harus bisa
melestarikan warisan budaya dan melindungi peninggalan-peninggalan
bersejarah atau archeologi sehingga dapat diserahkan kepada generasi
penerus.
Pengembangan pariwisata juga harus berorientasi pada pemberdayaan
masyarakat. Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan
kepariwisataan dan secara adil menikmati keuntungan ekonomis, sosial dan
budaya yang mereka usahakan, khususnya dalam menciptakan lapangan
pekerjaan baik langsung maupun tidak langsung yang timbul dari
pariwisata. Pariwisata Indonesia juga memberikan hak kebebasan individu
seluas-luasnya untuk melakukan kegiatan kepariwisataan baik di dalam
maupun ke luar negeri.
Pariwisata merupakan gejala sosial kompleks yang menyangkut
manusia secara utuh baik aspek sosiologis, psikologis, ekonomis, maupun
ekologis. Namun selama ini aspek ekonomis yang terlihat paling banyak
diperhatikan dan diprioritaskan, sedangkan aspek lain terutama aspek
sosiologis dan aspek ekologis sangat kurang diperhatikan di dalam
pengembangan pariwisata. Aspek sosiologis dan ekologis termasuk di
dalamnya hak-hak wisatawan sebagai mahluk sosial dan bagian dari bagian
dari ekologi.
Melakukan perjalanan wisata saat ini menjadi kebutuhan dasar bagi
setiap orang, oleh karena itu berwisata harus diperlakukan sebagai hak asasi
menghormati dan memahami satu sama lain baik wisatawan, tuan rumah
yang dikunjungi, maupun para penyelenggara perjalanan (Global Code
Ethics for Tourism: article 1 (1)) dapat ditafsirkan sebagai bagian dari
penegakkan hak asasi manusia.
Oleh karena itu, Undang-undang kepariwisataan hendaknya memuat
aspek-aspek yang mengatur dan menjamin hak-hak individu sebagai hak
yang paling mendasar.
2.2.2. Definisi Pariwisata
Menurut rekomendasi PATA (Pacific Area Travel Association)
pariwisata diartikan sebagai berikut orang-orang yang sedang mengadakan
perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal 3 bulan
didalam suatu negeri yang bukan merupakan negeri dimana biasa ia
tinggal.diantaranya meliputi :
1. Orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk senang-senang,
untuk keperluan pribadi.
2. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk
menghadiri pertemuan, konfrensi, musyawarah dalam hubungan
organisasi.
4. Pejabat pemerintah dan orang-orang militer beserta keluarganya
yang diposkan pada suatu Negara lain hendakny jangan dimasukan
dalam kategori ini, tetapi apabila diantaranya mengadakan
perjalanan ke negara lain, maka hal ini dapat digolongkan sebagai
wisatawan ( Anonim,1989;7)
Menurut WTO (World Tourism Organisation) Pariwisata dapat
diartikan sebagai berikut pengunjung sementara yang tinggal
sekurang-kurangnya 24 jam di Negara (tempat) yang dikunjungi dengan maksud
tujuan perjalanan sebagai berikut :
1. Pesiar (leisure) yaitu untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan,
studi, kegiatan keagamaan, olah raga.
2. Kunjungan kepada sanak saudara, konfrensi dan misi
(Anonim,1989;24).
Kedua tujuan diatas merupakan tinjauan dari sudut yang
berbeda-beda namun pada prinsipnya saling melengkapi.
2.2.3. Penerimaan Pendapatan Daerah
Untuk pelaksanaan kegiatan pemerintahan pembangunan di suatu
daerah tertentu saja diperlukan adanya dana baik yang berasal dari
pemerintah pusat maupun digali sendiri oleh pemerintah daerah pemberian
otonom pada daerah ini merupakan pasal 18 Undang-undang Dasar 1945
yang menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban melaksanakan asas
daerah untuk melaksanakan tugas dan kewajiban telah di berikan pada
pemerintah daerah sumber yang cukup untuk mengurus rumah tangga
sendiri
Pemerintah kota Malang yang berstatus daerah otonom mempunyai
hak. Wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini
mengandung makna bahwa beberapa urusan pemerintah pusat diserahkan
pada pemerintah daerah sebagai pelaksana asas desentralisasi. Namun tidak
berarti semua tanggung jawab terakhir berada ditangan pemerintah daerah
(Brotodihardjo, 1982;96).
Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang nomor 5
tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintah didaerah, menjelaskan bahwa
sumber-sumber pendapatan daerah meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Pendapatan asli daerah terdiri dari :
1. Hasil Pajak Daerah
2. Hasil Retribusi Daerah
3. Hasil Perusahaan Daerah
4. Lain-lain hasil usaha daerah yang sah.
2. Pendapatan berasal dari pemberian pemerintah pusat, terdiri dari :
1. Sumbangan dari pemerintah pusat.
2. Sumbangan-sumbangan lain yang diatur dengan
3. Lain-lain pendapatan yang sah (sandjaja, 1983;123).
2.2.4. Definisi Pasar Wisata
Menurut wahab (1989;34) adalah permintaan yang nyata atau yang
masih potensial akan sesesuatu produk wisata tertentu yang didasarkan
pada suatu motivasi perjalanan.
Berdasarkan pengertian tersebut, seseorang akan menjelajahi banyak
pasar wisata yang serupa untuk menjelajahi berbagai jenis daerah atau
menyeberangi banyak tapal batas.
Beberapa contoh-contoh pasar wisata, antara lain :
1. Menurut maksud perjalanan
a. Pasar wisata berhari libur, ditandai oleh lama bermalam yang
relative lebih lama didaerah tujuan wisata.
b. Pasar wisata budaya, merupakan permintaan yang sngat besar
terhadap kegiatan-kegiatan budaya yang bermacam jenis, yaitu
orang-orang yang bermaksud memperkaya diri dengan informasi
pengetahuan.
c. Pasar wisata konvensi makin bertambah jumlah konggres maka
makin besar minat Negara pada pasar wisata
2. Menurut umur
Pariwisata modern tidak lagi merupakan monopoli bagi orang-orang
yang berumur setengah baya dan pensiunan yang biasanya mampu ikut
alasan yaitu : tingkat pendapatan meningkat, waktu kerja berkurang,
meluasnya usaha perjalanan, semangat wisata meningkat,
penyelenggaran makin aman dan sebagainya.
3. Menurut kecenderungan wisata internasional
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir ini mulai mananjak suatu
kecenderungan yang luar biasa terhadap perjalanan wisata jarak jauh
namun faktor jarak dekat dengan pasar-pasar wisata sumber wisatawan
tetap menjadi faktor utama dalam pariwisata internasional (Wahab,
1989;39).
2.2.5. Definisi wisatawan
Berdasarkan rekomendasi International Union of OfficeTravel
Organization (IUOTO) dan World Tourism Organization (WTO),
Wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan
perjalanan ke sebuah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya
atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12
(dua belas) bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas
wisata. Terminologi ini mencakup penumpang kapal pesiar (cruise ship
passenger) yang datang dari negara lain dan kembali dengan catatan
bermalam.
Melihat sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana perjalanan wisata
itu dilakukan, maka jenis wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata yang dating
memasuki suatu Negara lain yang bukan merupakan negaranya
dimana bias mereka tinggal.
2. Wisatawan Domestic (Domestic Foreign Tourist)
Orang yang berdiam atau bertempat tinggal pada suatu Negara
yang melakukan perjalanan wisata di wilayah Negara dimana ia
tinggal.
3. Wisatawan Dalam Negeri (Domestik Tourist)
Seorang warga suatu Negara yang melakukan perjalanan dalam
batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan
negaranya.
4. Indegenous Tourist
Yaitu warga Negara suatu Negara tertentu yang karena tugasnya
atau jabatannya berda di luar negeri, pulang ke Negara asalnya dan
melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.
5. Transit Tourist
Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke suatu
Negara tertentu yang menumpang kapal laut, udara dan kereta api
yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu pelabuhan
airport/station (Yoeti, 1982;132).
Dengan banyaknya kunjungan wisatawan mancanegara otomatis uang
Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Jumlah kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
antara lain :
1. Faktor hukum dan perundang-undangan
faktor-faktor ini mempersiapkan semua peraturan yang menyangkut
pasar-pasar wisata yang sangat diperlukan untuk menetapkan
kemungkinan pemanfaatan pasar-pasar wisata itu,misal seandainya
pada suatu Negara tertentu peraturan yang ketat dalam membatasi
warga negaranya bepergian ke luar negeri karena alasan kesulitan
ekonomi dalam Negara, jelas Negara itu bukan menjadi suatu pasar
sumber wisatawan yang baik dan karena itu, tentu akan sia-sia
menyediakan anggaran promosi wisata ke Negara itu.
2. Faktor politik
Situasi politik sangat berperan dalam pariwisata, selain jumlah arus
wisatawan akan menurun secara drastis ke daerah atau tujuan
wisatawan yang terjadi krisis politik atau peperangan, juga
Negara-negara sumber wisatawan akan terkena akibatnya. Tambahan pula
juga hubungan baik secara politis antara Negara sumber wisatawan
dengan Negara kunjungan akan membawa dampak positif terhadap
peningkatan arus wisatawan antara ke dua Negara itu.
3. Faktor teknologi
Kemudahan-kemudahan pencapaian yang baik ke suatu daerah
sangat mempengaruhi pengembangan arus wisatawan. Otomatisasi
bidang informasi missal dan sarana computer akan membawa dampak
yang berguna dalam menyebarkan informasi untuk meningkatkan
minat berwisata dan merangsang peningkatan dan kedatangan
wisatawan.
4. Faktor budaya
Diantara kekuatan-kekuatan yang sangat efektif memberi bentuk arus
wisatawan yaitu faktor pendidikan, adat istiadat, dan ilmu
pengetahuan mengenai bidang-bidang lain dunia ini, dengan begitu
pantaslah kalau kita katakana bahwa kegiatan perjalanan wisata lebih
terasa dikalangan masyarakat berbudaya dan berpendidikan (Wahab,
1989;58).
2.2.6. Pengertian Usaha Jasa Pariwisata
Usaha jasa pariwisata meliputi penyediaan perencanaan,jasa
pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata. Di Indonesia, masalah ini telah
digodok dan ditata sedemikian rupa dengan ditetapkan dalam
undang-undang. Dalam UU RI No. 9 tahun 1990 itu diatur mengenai jasa pariwisata
berupa : jasa biro perjalanan wisata, jasa agen perjalanan wisata, jasa
konsultan dan lain-lain.
Termasuk dalam lingkup usaha jasa pariwisata ialah pramuwisata.
Pramuwisata merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan kegiatan
informasi dan pelayanan untuk memperkenalkan obyek-obyek wisata yang
diperlukan oleh wisatawan.
2.2.6.1. Peran Serta “Industri Pariwista” dalam Pengembangan Pariwisata
Ketika ditanyakan apa dan seberapa besar kontribusi industri terhadap
pembangunan kepariwisataan hampir semua pelaku industri mengaitkannya
dengan kegiatan ekonomi, yang berupa penyerapan tenaga kerja, pajak, dan
retribusi lainnya. Namun ketika ditanya seberapa besar manfaat langsung
yang diberikan kepada komunitas lokal dan ekosistemnya, seringkali
menjawab “itu tanggung jawab pemerintah”. Suatu daya tarik wisata
merupakan tanggung jawab semua pihak, terutama para pebisnis itu sendiri.
Oleh karena itu peran para pebisnis perlu mengikuti prinsip-prinsip
yang termuat dalam Agenda 21 for the Travel and Tourism Industry
merupakan kesepakatan bersama yang perlu dijalankan secara konsekuen.
Prinsip-prinsip yang disepakati secara internasional tersebut antara lain
adalah bahwa industri pariwisata hendaknya:
1. membantu orang-orang untuk memperoleh kepastian dalam kesehatan,
hidup yang produktif dan harmonisasi dengan lingkungan;
2. memberikan kontribusi untuk konservasi, proteksi dan restorasi untuk
kelangsungan sumberdaya alam dan ekosistem;
3. menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pola produksi dan
4. memperhatikan dan memberikan proteksi terhadap lingkungan yang
tercermin dalam proses perencanaan dan pengembangan
kepariwisataan;
5. memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk berpartisipasi
di dalam perencanaan dan pengembangan;
6. memberikan peringatan, kepada wisatawan yang merugikan atau
merusak objek dan daya tarik wisata, atau pengambilan keragaman
hayati;
7. menggunakan kapasitasnya untuk menciptakan kesempatan kerja bagi
perempuan dan masyarakat adat atau masyarakat tempatan secara
bijaksana;
8. menghargai dan mendorong identitas, budaya dan tradisi lokal dalam
mengembangkan bisnisnya;
9. memperhatikan dan menaati hukum-hukum International dalam
melindungi lingkungan.
Untuk memudahkan pemantauannya, maka persyaratan umum pelaku
‘industri pariwisata” adalah memiliki ijin usaha yang dikeluarkan oleh
Pemerintah, memiliki sertifikasi yang dipersyaratkan, memenuhi standar
persyaratan ramah lingkungan yang telah ditentukan, melibatkan masyarakat
dan/atau tenaga kerja lokal, memenuhi aturan keselamatan dan kesehatan
Undang-undang Kepariwisataan dalam Mengatur Pengguna Jasa Pariwisata
Tujuan idiil penyusunan UU. Kepariwisataan pada dasarnya adalah
mengatur hubungan Hak & Kewajiban antara perusahaan –perusahaan
kelompok industri pariwisata selaku produsen/suplier dan wisatawan
sebagai konsumen.
Tujuan praktisnya UU Kepariwisataan diharapkan sebagai pedoman
atau petunjuk bagaimana masing – masing perusahaan yang termasuk
kelompok industri pariwisata dapat memberikan pelayanan sesuai dengan
standard dan etika yang berlaku secara umum, sehingga perusahaan
memperoleh profit dan wisatawan mencapai kepuasan bila berkunjung pada
suatu DTW.
Oleh karena itu kiranya dianggap perlu untuk menegaskan : (1)
Perusahaan – perusahaan manasaja yang termasuk kelompok industri
Pariwisata (2) siapa saja diantara orang banyak yang melakukan perjalanan
itu/ dianggap sebagai wisatawan. Dengan demikian diharapkan akan
diketahui hak dan kewajiban masing-masing.
Perlindungan Wisatawan
Seorang wisatawan mempunyai hak yang harus dipenuhi oleh
penyelenggara jasa pariwisata, apabila dikaitkan dengan UU no 8 tahun
1999 tentang perlindungan konsumen, maka sesuai dengan pengertian yang
ada dalam UU tersebut seorang wisatawan dapat dikatakan sebagai
Hak–hak wisatawan : (Yang mempunyai hak–hak yang diatur dalam
pasal 4 UU No. 8 tahun 1999 yaitu: hak atas keamanan, kenyamanan, dan
keselamatan dalam menggunakan jasa pariwisata, hak atas informasi yang
benar, jelas dan jujur, hak untuk didengar pendapat dan keluhannya, hak
untuk dilayanani/ diperlakukan secara benar, jujur serta tidak diskriminatif.
Persengketaan
Mengingat perlindungan bagi pengguna jasa/wisatawan sangatlah
penting artinya apabila wisatawan tersebut telah memahami hak &
kewajibannya maka yang dilakukan adalah bagaimana menjamin hak &
kewajiban tersebut demikian sebaliknya apabila terjadi pelanggaran maka
perangkat hukum mana yang akan digunakan.
Penyelesaian sengketa diluar peradilan sangat diperlukan, karena
untuk mempermudah wisatawan dalam memperoleh kembali
hak-haknya.
Seorang wisatawan apabila dalam menggunakan jasa mengalami
kerugian atau hak-hak yang dilanggar sehingga menimbulkan
kerugian, maka pihak penyelenggara jasa wajib untuk memberikan
ganti rugi/ kompensasi.
Dalam hal ini kompensasi digunakan sebagai jaminan terhadap
kerugian yang diderita oleh wisatawan sebagai konsumen.
Ganti rugi yang diberikan dapat berupa penggantian uang atau
penggantian barang dan atau jasa yang sejenis atau setara nilainya.
1. Pada pasal 7 butir 1.b menjadi. Setiap wisatawan mempunyai hak
untuk diinformasikan sebelumnya tentang hak dan kewajibannya
sebagai pengguna jasa secara jelas dan terang –terangan dan
memperoleh informasi wisata yang jelas dan objektif dalam mengenal
dan menikmati objek dan daya tarik wisata. Atau dipisahkan menjadi
2 butir.
2. Pada pasal 7 butir 1.d ditambahkan menjadi: “Memperoleh pelayanan
dan kemudahan dalam keperluan administratif, perlakuan hukum yang
sama dan perlindungan hukum, pelayanan kesehatan dan pertukaran
mata uang, serta penggunaan alat komunikasi yang tersedia internal
dan eksternal.
3. Pada pasal 8 tentang kewajiban setiap pengusaha pariwisata:
“Keseluruhan isi pasal tentang hak wisatawan harus dimasukkan
menjadi kewajiban setiap pengusaha parwisata.
4. Kesimpulan bahwa kalimat-kalimat pasal 7 dan 8 dalam bab IV (R-7)
tentang hak & kewajiban perlu dikaji kembali karena belum cukup
mengatur secara tegas terhadap perlindungan pengguna jasa pariwisata
(wisatawan) sehingga mendapat kepastian hukum.
5. Dalam bab tentang ketentuan pidana agar dimasukan ketentuan sanksi
secara ekplisit terhadap pelanggaran atas wan prestasinya pengusaha
pariwisata menjadi saksi atas pelanggaran Bab IV khususnya
6. Sedangkan ketentuan tentang asuransi wisata, polisi wisata dan
penyelesaian sengketa disulkan dimasukkan dalam peraturan
pemerintah tersendiri sebagai penjabaran Undang – undang
kepariwisataan.
7. Didalam UU Kepariwisataan harus memasukan pengaturan mengenai
Badan Penyelesaian Sengketa yang khusus menangani masalah
Kepariwisataan, yang memenuhi kriteria dapat diakses (accessible),
keadilan murni (Natural justice), dan kualitas orang (quality of
personnal) yang ada duduk dalam badan penyelesaian sengketa
tersebut.
2.2.7. Investasi
Investasi yaitu segala sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan untuk menciptakan atau menambah nilai kegunaan hidup.
(Prathama & Mandala, 2004 : 50).Penanaman modal merupakan langkah
awal untuk kegiatan produksi.
Dengan adanya posisi semacam itu, investasi pada hakekatnya
merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Banyaknya
dinamika yang ada dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan
ekonomi, jadi semakin besar modal yang ditanamkan (investasi) akan
menghasilkan skala usaha yang semakin besar, dimana semakin besar skala
usaha maka akan meningkatkan tingkat pendapatan industry kecil. Sasaran
tetapi melainkan juga para investor-investor asing. Penggairahan iklim
investasi di Indonesia dimulai dengan diundangkannya Undang-undang
No.1/Tahun 1967 tentang penanaman modal asing (PMA) dan
Undang-undang No.6/Tahun 1698 tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN).
(Dumairy, 1997 : 133).
2.2.7.1. Investasi Dalam Konteks Ekonomi Makro
Dalam hal ini yang dibahas adalah investasi fisik, misalnya dalam
bentuk barang modal (pabrik dan peralatan), bangunan dan persediaan
barang (inventory).
Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena besarnya
dihitung selama satu interval tertentu. Tetapi investasi akan mempengaruhi
jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode
tertentu. Dalam hal ini investasi dibagi menjadi 2 yaitu :
Investasi dalam bentuk barang modal dan bangunan
Yang tercakup dalam investasi barang modal (capital goods) dan
bangunan (construction) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk
pembelian pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatan-peralatan produksi dan
bangunan/gedung yang baru. Karena dengan adanya bahan barang modal
dan bangunan umumnya lebih dari setahun, investasi ini disebut sebagai
investasi dalam bentuk harta tetap (fixed investment). Fixed investment
Investasi persediaan
Investasi persediaan bias juga dilakukan dalam bentuk persediaan
barang baku dan barang setengah jadi/sedang dalam proses penyelesiaan.
Tujuan kebijaksanaan persediaan ini juga tetap dalam konteks
meningkatkan pendapatan atau keuntungan dimasa mendatang.
2.2.7.2. Kriteria Investasi
a) Payback Period (periode pulang pokok) yaitu waktu yang dibutuhkan
agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai titik impas.
b) Benefit/Cost Ratio (B / C Ratio) yaitu perhitungan yang dilakukan
dengan cara mengukur mana yang lebih besar anatara biaya yang
dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh.
c) Net Present Value (NPV) yaitu perhitungan nilai sekarang dari biaya
total dengan penerimaan bersih.
d) Internal Rate of Return (IRR) yaitu nilai tingkat pengembalian
investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. (Prathama dan
Mandala, 2004 : 54).
2.2.7.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi
Tingkat pengembalian yang diharapkan (Expected rate of return)
1. Kondisi internal perusahaan
Kondisi internal yaitu faktor-faktor yang berada dibawah kontrol
perusahaan misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM, dan teknologi
2. Kondisi eksternal perusahaan
Biaya investasi
Marginal efficiency of capital (MEC), tingkat bunga dan Marginal
efficiency of investasi (MEI).
2.2.8. Obyek Wisata
Definisi obyek wisata itu sebagai sesuatu yang dapat menjadi daya
tarik bagi seseorang atau calon wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah
tujuan wisatawan (Damardjati, 1989;40)
Beberapa sumber obyek wisata, sumber-sunber yang dapat dijadikan
sebagai daya tarik bagi seseorang untuk datang berkunjung ke daerah tujuan
wisata, antara lain :
1. Sumber yang bersifat alamiah
Misal : iklim, pemandangan alam, lingkungan hidup,flora, fauna,
kawah, danau, ikan di bawah laut, goa-goa tebing, lembah, gunung
dan sebagainya.
2. Sumber buatan manusia
Misal : sisa-sisa peradaban masa lampau, monument bersejarah,
ruma-rumah beribadah, pura, candi, masjid, gereja, museum, peralatan
musik, tempat pemakaman.
3. Sumber-sumber yang bersifat manusiawi
Sumber manusiawi melekat pada penduduk dalam bentuk warisan
perkawinan, keagamaan,memperingati peristiwa penting (Anonim,
1986;27).
Jenis-jenis obyek wisata
1. Wisata budaya adalah suatu perjalanan yang dilakukan atas dasar
keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan
melakukan kunjungan ke tempat lain.
2. Wisata kesehatan adalah perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan
untuk menukar keadaan dan lingkungan dimana bertempat tinggal
untuk beristirahat dalam arti jasmani dan rohani.
3. Wisata olah raga adalah dimana sekelompok orang yang melakukan
perjalanan dengan tujuan untuk mengikuti tournament atau kejuaraan.
4. Wisata komersial adalah suatu perjalanan untuk melihat keindahan
atau kemajuan suatu Negara atau daerah dengan mengadakan pekan
raya atau pameran sekaligus menarik minat bagi pengunjung yang
ada.
5. Wisata industri adalah suatu wisata dimana wisatawan datang ke
suatu daerah industri untuk melihat dan mengadakan peninjauan atau
penelitian serta melihat perkembangan dari kemajuan teknologi
Negara tersebut.
6. Wisata politik atau konferensi adalah suatu perjalanan peserta
konggres atau konferensi secara organisasi dengan mewakili sebagai
duta.
bakti sosial bagi daerah-daerah atau Negara-negara yang masih
memerlukan peningkatan, sekaligus untuk memperbaiki kehidupan
daerah atau Negara yang ditujuh.
8. Wisata pertanian adalah suatu perjalanan bagi wisatawan dalam
rangka untuk studi baik pembibitan, pertanian ataupun perkebunan.
9. Wisata bahari dimana perjalanan bagi wisatawan untuk melihat
keindahan pesona laut dan pantainya, yang merupakan keindahan
tersendiri bagi suatu daerah atau Negara.
10. Wisata cagar alam adalah suatu perjalanan ke kebun binatang atau
pulau-pulau cagar alam, yang mana sekaligus menampilkan keindahan
kepulauan dari daerah-daerah atau negara yang ada.
11. Wisata buru adalah sekelompok wisatawan dalam rangka untuk
berburu atau menikmati hutan-hutan yang ada.
12. Wisata ziarah dimana wisatawan untuk melihat peninggalan nenek
moyang atau leluhur di zaman lampau, baik untuk keagamaan,
sejarah, adat kepercayaan atau obyek penelitian (Damardjati, 1989;
48-50).
Syarat-syarat yang harus dimiliki obyek wisata yang penting
diperhatikan dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah
tujuan wisata agar menarik untuk dikunjungi wisatawan yang nantinya akan
dapat meningkatkan pendapatan daerah maka harus memenuhi 3 syarat
yaitu :
artinya ditempat tersebut harus ada wisata yang berbeda dengan apa
yang dimiliki daerah lain.
2. Daerah tersebut harus mempunyai apa yang disebut sebagai
“something to see”, yang artinya tempat tersebut selain dapat dilihat,
disaksikan harus disediakan fasilitas rekreasi sehingga para wisatawan
betah tinggal lebih lama.
3. Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut “something to buy”,
artinya ditempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk belanja
(shopping, terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat)
(Yoeti, 1982 ; 165 ;167).
2.2.9. Definisi Hotel
Hotel adalah suatu bidang usaha yang menggunakan suatu bangunan
atau sebagian banguna yang disediakan secara khusus, untuk setiap orang
yang menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas
lainnya dengan pembayaran. Ciri khusus dari hotel adalah mempunyai
restoran yang dikelola langsung di bawah manajemen hotel tersebut. Kelas
hotel ditentukan oleh Dinas Pariwisata Daerah (Diparda).
Hotel Berbintang
suatu bidang usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian
bangunan yang disediakan secara khusus, untuk setiap orang yang
menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas
berbintang seperti yang ditentukan oleh Dinas Pariwisata Daerah (Diparda).
Persyaratan tersebut antara lain mencakup:
Persyaratan Fisik, seperti lokasi hotel, kondisi bangunan.Bentuk
pelayanan yang diberikan (service).Kualifikasi tenaga kerja, seperti
pendidikan, dan kesejahteraan karyawan.Fasilitas olahraga dan rekreasi
lainnya yang tersedia, seperti lapangan tenis, kolam renang, dan
diskotik.Jumlah kamar yang tersedia.
Akomodasi Lainnya
suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian
bangunan yang disedikan secara khusus, di mana setiap orang dapat
menginap dengan atau tanpa makan dan memperoleh pelayanan serta
menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran. Akomodasi lainnya
meliputi: hotel melati yaitu hotel yang belum memenuhi persyaratan sebagai
hotel berbintang seperti yang ditentukan oleh Diparda, penginapan remaja,
pondok wisata, dan jasa akomodasi lainnya.
Hotel Melati/ Losmen/ Penginapan
usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan umum yang dikelola
secara komersial dengan menggunakan sebagian atau seluruh bagian
bangunan.
Penginapan Remaja
usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan yang ditujukan bagi
remaja sebagai akomodasi dalam rangka kegiatan pariwisata dengan tujuan
Pondok Wisata
usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan bagi umum dengan
pembayaran harian yang dilakukan secara individual dengan menggunakan
sebagian dari tempat tinggalnya.
2.2.10. Pengaruh Pariwisata Terhadap Perekonomian
Seperti telah dibahas didepan tadi, bahwa pariwisata merupakan suatu
perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, dari tempat ke tempat
lain dengan maksud tujuan bukan untuk berbisnis atau mencari nafkah
ditempat yang dikunjungi. Akan tetapi semata-semata sebagai konsumen
untuk menikmati perjalanan tersebut serta untuk memenuhi keinginan yang
bermacam-bermacam (Oka. 1997 ; 63).
Orang-orang yang melakukan perjalanan wisata dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan relatifnya yang lebih tinggi, yakni ingin mencapai
kemakmuran plus tersebut dengan melakukan perjalanan wisata, memberi-
pengaruh terhadap kehidupan perekonomian setempat atau Negara yang
dikunjungi (Oka. 1997 ; 63).
Apabila suatu Negara yang mengembangkan pariwisata sebagai suatu
industri di suatu negaranya, lalu lintas wisatawan tersebut ternyata member
keuntungan dan memberi hasil yang tidak sedikit bahkan memberikan
pendapatan utama melibihi ekspor bahan mentah, hasil tambang yang
dihasilkan suatu Negara.
Sebagai akibat lebih jauh, dengan adanya lalu lintas orang-orang yang
kemakmuran plus tadi ternyata member dampak terhadap perekonomian
dinegara yang dikunjungi. Bila disarikan uraian diatas adalah :
a. Memberikan kesempatan kerja atau memperkecil pengangguran.
b. Peningkatan penerimaan pajak atau retribusi daerah.
c. Meningkatkan pendapatan nasional (National income).
d. Memperkuat posisi neraca pembayaran.
e. Memberikan multiplier dalam perekonomian setempat.
Berdasarkan uraian diatas memberikan penjelasan bahwa
pengembangan industri pariwisata bertujuan untuk menggali dan
meningkatkan nilai-nilai ekonomi sebagai akibat adanya orang-orang yang
melakukan perjalanan wisata di Negara tertentu.
2.2.11. Penerimaan Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata
Dengan lahimya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah terjadi
perubahan kebijakan di tingkat nasional di mana sistem pemeiintahan
negara yang semula sentralistik mulai bergeser ke arah desentralisasi. Ini
berarti pemerintah pusat memberikan kewenangan dan keleluasaan yang
cukup besar kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah yang nyata, lugas dan bertanggung jawab. Fenomena tersebut sedikit
penerimaan daerah, khususnya yang berkaitan dengan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Disadari atau tidak akibat langsung yang akan timbul dari pemberian
otonomi daerah ini adalah adanya daerah basah dan daerah kering. Hal ini
disebabkan potensi dan kondisi masing-masing daerah di Indonesia tidak
sama.
Daerah yang kaya akan sumber daya alam otomatis menjadi daerah
basah seiring dengan bertambahnya perolehan PAD-nya dari sektor migas
misalnya, sedangkan daerah yang minus sumber daya alam otomatis
menjadi daerah kering. Namun demikian tidak berarti daerah yang miskin
dengan sumber daya alam tidak dapat meningkatkan PAD-nya, karena jika
dicermati ada beberapa potensi daerah yang dapat digaii dan dikembangkan
dari sektor lain seperti sektor pariwisata. Dalam lingkup nasional, sektor
pariwisata dianggap sebagai sektor yang potensial di masa yang akan
datang. Menurut analisis /World Travel and Tourism Council /(WTTC),
industri pariwisata menyumbang 9,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia pada saat ini dan diperkirakan pada tahun 2007 akan meningkat
menjadi 10,1%. Berdasarkan analisis tersebut wajar jika industri pariwisata
di Indonesia dinilai sebagai sektor andalan penyumbang devisa negara
terbesar dalam bidang nonmigas. Terlebih ketika pemerintah Indonesia
mencanangkan program otonomi daerah, maka industri pariwisata
merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai somber
Adalah suatu langkah jitu jika industri pariwisata dipergunakan oleh
daerah-daerah di Indonesia yang miskin akan sumber daya alam sebagai
suatu sarana untuk meningkatkan PAD. Namun sebagai konsekuensinya,
daerah-daerah tersebut harus melakukan pengembangan-pengembangan
terhadap potensi-potensi pariwisata masing-masing daerah dengan mencari
dan menciptakan peluang-peluang baru terhadap produkproduk pariwisata
yang diunggulkan. Yang perlu mendapat perhatian bahwa pengembangan
industri pariwisata daerah terkait dengan berbagai faktor yang mau tidak
mau berpengaruh dalam perkembangannya. Oleh karena itu perlu diketahui
dan dipahami apa saja yang sesuai fakta memegang peranan penting dalam
pengembangan industri pariwisata daerah khususnya dalam rangka
penerapan otonomi daerah, sehingga pada akhirnya pengembangan industri
pariwisata daerah diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup
besar bagi peningkatan PAD dan mendorong program pembangunan daerah.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, maka terdapat
beberapa faktor yang relevan berpengaruh terhadap pendapatan daerah dari
sektor pariwisata di kota malang, diantaranya yaitu : jumlah wisatawan,
investasi sarana pariwisata, usaha / industri jasa pariwisata, dan rata-rata
lama tinggal wisatawan mancanegara. Lebih detailnya pengaruh tersebut
Wisatawan adalah konsumen utama di dalam industri kepariwisataan.
Mereka melakukan perjalanan sementara secara suka rela untuk tujuan
bersenang-senang (travel for leisure) dari suatu tempat ketempat lain dalam
waktu lebih dari 24 jam, tanpa mencari nafkah ditempat yang dikunjungi.
Investasi yaitu segala sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan untuk menciptakan atau menambah nilai kegunaan hidup.
Usaha jasa adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik
wisata, usaha sarana wisata dan usaha lainnya yang terkait di bidang
pariwisata.
Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara di Kota Malang.
Semakin lama Wisatawan Mancanegara tinggal di Kota Malang untuk
berkunjung, maka semakin banyak pengeluaran yang dilakukan oleh
Wisatawan Mancanegara dalam bentuk mata uang asing yang dapat
memberikan pemasukan Pendapatan Daerah menjadi lebih besar.
Kerangka pemikiran konseptual diatas dapat digambarkan dalam
Gambar 1 : Skema hubungan antara pendapatan daerah dengan jumlah wisatawan,
investasi sarana pariwisata, usaha / industri jasa pariwisata, rata-rata
lama tinggal wisatawan mancanegara.
Sumber : Peneliti.
2.4. Hipotesis
Dari perumusan masalah serta landasan teori yang dikemukakan,
maka dapat ditarik kesimpulan sementara atau hipotesis. Adapun hipotesis
yang dikemukakan dalam penelitian “Diduga Jumlah Wisatawan, Investasi
Sarana Pariwisata, Usaha Jasa Pariwisata, Rata-rata Lama Tinggal
Wisatawan Mancanegara berpengaruh terhadap pendapatan daerah dari
sektor pariwisata di kota Malang”.
Jumlah Wisatawan (X1) Kecenderungan
Untuk Mengunjungi
Usaha Jasa Pariwisata
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran variable 3.1.1. Definisi Operasional
Yang dimaksud dengan definisi operasional adalah pernyataan tentang
definisi dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional
berdasarkan teori yang ada,maupun pengalaman-pengalaman empiris.
Dalam skripsi ini definisi operasional dari masing-masing variabel
yang diteliti dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Variabel Tidak Bebas (Y)
Pendapatan daerah dari sektor pariwisata adalah pendapatan yang
berasal dari wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik dalam
melakukan kunjungan wisatanya ke Kota Malang. Pengukurannya dengan
menggunakan jumlah pendapatan daerah dari sektor pariwisata (dalam
satuan rupiah).
b. Variabel Bebas (X)
1. Jumlah wisatawan adalah konsumen utama di dalam industri
kepariwisataan. Mereka melakukan perjalanan sementara secara suka
rela untuk tujuan bersenang-senang (travel for leisure) dari suatu
tempat ketempat lain dalam waktu lebih dari 24 jam,tanpa mencari
nafkah ditempat yang dikunjungi. Dan pengukuran variabelnya
2. Investasi Sarana Pariwisata adalah penanaman modal yang dilakukan
oleh investor dalam negeri untuk menyediakan sarana dalam
menunjang perkembangan pariwisata di kota Malang. Variabel ini
dinyatakan dalam Ribu Rupiah (Rp ribu).
3. Usaha jasa adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik
wisata, usaha sarana wisata dan usaha lainnya yang terkait di bidang
pariwisata. Variabel ini dinyatakan dalam Ribu Rupiah (Rp ribu).
4. Rata-rata lama tinggal wisatawan Mancanegara di Kota Malang
adalah Rata-rata jangka waktu mereka melakukan wisata di Kota
Malang. Variabel ini dihitung berdasarkan lama tinggal dan
pengukurannya adalah menggunakan hari (Hari).
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder yaitu
data yang sudah diterbitkan oleh sasaran penelitian (Dinas pariwisata Kota
Malang) maupun penunjang lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi
Jawa Timur. Untuk memperoleh gambaran yang akurat tentang
perkembangan Tingkat Pendapatan Daerah Sektor Pariwisata di Kota
Malang. Maka data yang bersifat data berkala (time series) yang diambil
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan faktor yang paling penting dalam setiap melakukan
penelitian. Untuk menjamin obyektifitas, penyusunan skripsi ini diperlukan
suatu prosedur dalam pengumpulan data, yaitu melalui :
a. Studi Pustaka
Dilakukan dengan melakukan kunjungan ke instansi terkait seperti
Dinas Pariwisata Daerah Tingkat I Jawa Timur,Dinas Pariwisata Kota
Malang, Badan Pusat Statistik serta mempelajari literature-literature
guna menunjang data-data yang diperlukan untuk diolah dan
dianalisis.
b. Studi Lapangan
Teknik ini dengan menggunakan penelitian di lapangan guna
memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi yang
dilakukan dengan cara.
1. Observasi, mengadakan pengamatan langsung kepada objek yang
diteliti, sehingga mendapatkan kenyataan terhadap eksistensi data.
2. Dokumentasi, yaitu meminta dan mengambil catatan berupa
laporan, catatan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
Pada analisis penelitian ini digunakan dua metode, yaitu :
Penyusunan metode dengan menganalisis serta membahas
permasalahan dalam bentuk kalimat atau kata-kata yang kemudian
dilakukan analisis guna mendapatkan kesimpulan.
b. Metode Kuantitatif
Yaitu dengan mengadakan analisis statistic terhadap data angka yang
telah tersedia dalam bentuk tabel untuk membuktikan kebenaran analisa
kualitatif dalam penelitian ini.
3.4.1. Teknik Analisis
Untuk menguji hipotesis pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat, maka dilakukan analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Melakukan analisis regresi untuk menentukan arah dan besarnya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, menggunakan model
matematika sebagai berikut :
Y = f (X1,X2,X3,X4) (Sudrajat, 1988:75)
Dimana :
Y = Pendapatan daerah dari sektor pariwisata
X1 = Jumlah wisatawan
X2 = Investasi sarana pariwisata
X3 = Usaha jasa pariwisata
X4 = Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara
b. Dari bentuk dasar tersebut kemudian dapat ditentukan model yang lebih
akurat. Model tersebut adalah regresi berganda penerapan beberapa
Model tersebut adalah regresi linier berganda dengan persamaan :
Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + ε ………(Gujarati, 1999 :
a a :
dari Sektor Pariwisata
sata
ggal Wisatawan Mancanegara
1…B3 = Koefisien – Koefisien regresi
= Variabel Pengganggu, merupakan wakil dari semua
ka perlu diketahui 99)
Dit ny
Y = Pendapatan Daerah
X1 = Jumlah Wisatawan
X2 = Investasi Sarana Pariwi
X3 = Usaha Jasa Pariwisata
X4 = Rata-rata Lama Tin
B0 = Elemen Konstanta
B
ε
faktor lain yang dapat mempengaruhi variabel terikat
Selanjutnya apakah model aanalisis tersebut cukup layak
dipergunakan dalam pembuktian serta untuk mengetahui sejauh nama
R2 [ an]dengan menggunakan rumus :
terhadap Y. pengujian ini ditentukan dengan
……….(sudrajat,1988:123)
ubungan lilier antara variable independent terhadap variable Koefisien Determin
JK = Jumlah Kuadrat
Karakteristik utama dan R2 ada
a. Tidak mempunyai nila
b. Nilainya 0_<
3.4.2. Uji Hipo
Uji F
Diduga untuk menguji pengaruh secara simultan, yaitu pengaruh X1, X2,
X3, X4 secara simultan
rumus sebagai berikut :
Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (tidak ada pengaruh)
(model regresi linier berganda tidak signifikan atau dengan kata lain
tidak ada h
depeden).
(model regresi linier berganda signifikan ayau dengan kata lain ada
edent).
an derajat kebebasan = (n-k-1)
bebas
b. Jika F hitung≤ F tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak
Gambar 2. Kurva Distribusi F
odar, 1999, Ekonometrika Dasar, Penerbit
rlangga, Jakarta, hal 80.
2.
parsial terhadap hubungan linier antar variable terhadap variable dep
Dengan menggunak
Digunakan untuk mengetahui dan menguji hubungan regresi secara
terpisah atau menguji hipotesis minor. Pengujian dilakukan untuk
variabel tidak bebasnya dengan rumus sebagai berikut :
Gambar 3. Kurva Distribusi t
odar, 1999, Ekonometrika Dasar, Penerbit Dengan ketentuan :
Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho
Erlangga, Jakarta. hal 79.
a, berarti
erarti
tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
3.5 Pende
keputusan yang BLUE, maka harus
gu ui harus konstan dan harus
3.
gi bersifat blue, sehingga
keput .
sifat ini bisa diterapkan dalam uji signifikan Kaidah pengujian :
a. Apabila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterim
ada pengarunh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
b. Apabila t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak, b
katan asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator)
Persamaan regresi tersebut diatas bersifat BLUE (Best Linier
Unbiassed Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan Uji
t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan
dipenuhi oleh regresi berganda, yaitu :
1. Tidak terjadi multikolinierty antara variabel eksplanatori.
2. variabel dari komponen penggang
memenuhi syarat homokedastisitas.
tidak terjadi autokorelasi antara komponen pengganggu ui.
Apabila salah satu dari ketiga asumsi tidak dapat dipenuhi, maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak la
usan melalui uji F dan Uji t menjadi bias
Adapun sifat – sifat BLUE antara lain :
a. Best yaitu perhitungan
b. Linier yaitu sifat yang dibutuhkan untuk memudahkan dalam
ari data yang
narnya.
d. stimasi yaitu E diharapkan sekecil mungkin.
,
dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF)
bih besar dari 10 maka terjadi multikolinier pada
adanya multikolinieritas dapat dilihat cirri = cirnya
) tinggi.
tinggi.
satupun (atau sedikit sekali) diantara variable bebas yang penafsiran.
c. Unbiased yaitu penafsiran parameter yang diperoleh d
besar kira –kira mendekati parameter yang sebe
E
3.6. Asumsi Klasik
1. Multikolinier adalah adanya hubungan yang sempurna antara semua
atau beberapa variable eksplanotori dalam model regresi yang bias
diartikan secara statistik mengenai ada atau gejala multikolinerity
dapat dilakukan
VIF = 1/1 – R2
VIF (Variance Inflation Factor) menyatakan tingkat pembekakan
varian apabila VIF le
persamaan tersebut.
Untuk mendeteksi
sebagai berikut :;
a. Koefisien determinan berganda (R square
b. Koefisien kolerasi sederhananya
c. Nilai F hitung tinggi (signifikan).
Tapi tidak
2. Autokolerasi, adanya kolerasi antara anggota sample yang urutkan
berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada
observasi yang menggunakan data time series. Kosekuensi dari
adanya autokolerasi dalam suatu model regresi adalah varians sample
tidak dapat menggambarkan varians populasinya lebih jauh lagi,
model regresi yag dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menafsir
nilai variable dependent pada nilai variable independent tertentu.
Untuk mendiagnosis adanya otokolerasi dalam sesuatu model regresi
dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin – Watson
W).
Gambar 4 : statistik d Durbin – Watson
-dL 4
umarno, 1999,
Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta, hal 216 (D
0 dL dU 2 4-dU 4
Sumber : Gujarati, Damodar, terjemahan Zain, S
. heterokedastisitas
penyimpangan asumsi model klasik yang ketiga adalah
heterokonstitas. Artinya varians variable dalam model tidak sama
[konstan]. Kosensuensi adanya heterokedastisitas dalam model regresi
adalah penaksiran (esimator) yang diperoleh tidak efisien, beik dalam
sample kecil maupun sample besar, walaupun penaksiran yang
diperoleh menggambarkan populasinya (tidak bias) dan
bertammbahnya sample yang digunakan akan mendekati nilai
sebenarnya (konsisten ini disebabkan variansnya yang tidak minimum
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis
Terletak pada ketinggian antara 440 - 667 dpl, serta 112,06 Bujur Timur
dan 7,06 - 8,02 Lintang Selatan, dengan dikelilingi gunung-gunung :
* Gunung Arjuno di sebelah Utara
* Gunung Tengger di sebelah Timur
* Gunung Kawi di sebelah Barat
* Gunung Kelud di sebelah Selatan
4.1.2. Kadar Udara
Berhawa sejuk dan kering, curah hujan rata-rata tiap tahun 1.833 mm dan
kelembaban udara rata-rata 72 %
4.1.3 Keadaan Geologi
Keadaan tanah di wilayah Kotamadya Daerah Tingkat I Malang adalah
sebagai berikut:
* Bagian selatan termasuk dataran tinggi yang cukup luas,cocok untuk
industri
* Bagian utara termasuk dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian
* Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang subur