• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAERAH DARI SEKTOR PARIWISATA DI KOTAMADYA MALANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAERAH DARI SEKTOR PARIWISATA DI KOTAMADYA MALANG."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Diajukan Oleh :

ARIEF HARTOKO 0311015003/FE/EP

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

Disusun Oleh : ARIEF HARTOKO 0311015003/FE/EP

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh

Tim Penguji Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 29 Mei 2009

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. Patrap Wiprapto, MS Dr. Hj. Muctholifah SE, MP Sekretaris

Drs. Ec. Patrap Wiprapto, MS Anggota

Drs. Ec. Arief Bacthiar, Msi

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(3)

Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, karunia dan anugerah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul :

“FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAERAH DARI SEKTOR PARIWISATA DIKOTAMADYA MALANG”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan pada Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuhan, bimbingan, serta saran-saran dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimah kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Drs. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(4)

yang telah memberikan dorongan moril dan pengorbanan dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini.

6. Terima kasih kepada teman - teman yang telah memberi bantuan, doa dan waktunya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Semoga Allah SWT, melimpahkan rahmat, hidayah, karunia dan anugrahNya kepada kita semua atas segala bantuaan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua yang membutuhkan.

Surabaya, 29 Mei 2009

(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI... x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 5

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1. Hakekat Pembangunan Pariwisata Indonesia ... 9

(6)

2.2.3. Penerimaan Pendapatan Daerah ... 13

2.2.4. Definisi Pasar Wisata... 15

2.2.5. Definisi Wisatawan... 16

2.2.6. Pengertian Usaha Jasa Pariwisata... 19

2.2.6.1. Peran Serta “Industri Pariwisata” dalam Pengembangan Pariwisata ... 20

2.2.7. Investasi ... 25

2.2.7.1. Investasi dalam Konteks Ekonomi Makro... 26

2.2.7.2. Kriteria Investasi... 27

2.2.7.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi ... 27

2.2.8. Obyek Wisata ... 28

2.2.9. Definisi Hotel……….. ... 31

2.2.10. Pengaruh Pariwisata Terhadap Perekonomian ... 33

2.2.11. Penerimaan Pendapatan Daerah dari Sektor Pariwisata…. ... 34

2.3 Kerangka Pemikiran ... 36

2.4 Hipotesis ... 38

(7)

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 40

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 41

3.4.1 Teknik Analisis ... 42

3.4.2 Uji Hipotesis ... 44

3.5. Pendekatan Asumsi Blue (Best Linear Unbiased Estimator)... 47

3.6. Asumsi Klasik... 48

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 51

4.1.1. Keadaan Geografis... 51

4.1.2. Kadar Udara ... 51

4.1.3. Keadaan Geologi... 51

4.1.4. Jenis Tanah ... 52

4.1.5. Batas wilayah administrasi ... 52

4.1.6. Pembagian wilayah administrasi... 53

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

4.2.1. Perkembangan Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata.. 53

4.2.2. Perkembangan Jumlah Wisatawan... 55

(8)

vi

Mancanegara……….. 57

4.3. Pengujian Hasil Analisis Regresi Klasik BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) ... 59

4.3.1. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 63

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan (Keseluruhan) ... 65

4.4.3. Uji Hipotesis Secara Parsial (Individu) ... 67

4.4. Pembahasan ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. 77

5.2. Saran………... 80 DAFTAR PUSTAKA

(9)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Input Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata, Jumlah Wisatawan, Investasi Sarana Pariwisata, Usaha Jasa Pariwisata, Rata-rata Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara.

Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Variable Entered, Model

Summary).

Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (ANOVA) dan Hasil Analisis Linier Berganda (Coefficients).

Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Coeffisients Correlations) dan Hasil Analisis Linier Berganda (Collinearity Diagnostics).

Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Residuals Statistics) dan Hasil Analisi Regresi Linier Berganda (Nonparametic Correlations). Lampiran 6. Tabel Pengujian Nilai F

Lampiran 7. Tabel Pengujian Nilai t Lampiran 8. Tabel Durbin-Watson

ix 

(10)

Oleh :

ARIEF HARTOKO

ABSTRAKSI

Dalam proses pembangunan sektor Pariwisata di Tingkat Daerah yang memperhatikan potensi dan prioritas tiap-tiap daerah memerlukan pengembangan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi untuk menambah keindahan dan manfaat ekonomi, sosial, kebudayaan, serta lingkungan dari suatu Daerah tujuan Wisata, dan secara tidak langsung ini bisa mempengaruhi pemasukan Devisa Negara, juga bisa digunakan sebagai sarana untuk menyerap tenaga kerja di Daerah sekitarnya.

Penelitan ini akan meneliti Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dipergunakan adalah variable Jumlah Wisatawan (X1), Investasi Sarana Pariwisata (X2), Usaha Jasa Pariwisata (X3), Rata-rata Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara (X4), dan Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata (Y) sebagai variable terikat. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan, Investasi Sarana Pariwisata, Usaha Jasa Pariwisata, Rata-rata Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara terhadap Pendapatan Daerah dari Sektor Pariwisata di Kota Malang. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data Sekunder yaitu data berkala (Time Series) yang diambil selama 10 tahun. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Regresi linier berganda menggunakan uji F dan uji t.

Dari hasil perhitungan analisis data dan Pengujian hipotesis secara simultan diperoleh hasil Fhitung = 136,269 > Ftabel = 5,19, berarti variabel X1, X2, X3, dan X4 secara simultan berpengaruh nyata terhadap variable Y. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat telah terbukti. Berdasarkan uji hipotesis secara parsial diperoleh thitung variabel X1 tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Variabel Y dengan diperoleh nilai thitung = 0,232 < ttabel = 2,571. Berdasarkan uji hipotesis

(11)

xi 

 

2,571.

uji hipotesis secara parsial diperoleh thitung variabel X4 tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y dengan nilai thitung = -2,299 < ttabel =

(12)

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh tanah air dan tidak hanya untuk suatu golongan atau sebagian masyarakat, serta harus benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai bagian untuk memperbaiki tingkat hidup yang berkeadilan sosial yang menjadi tujuan dan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Kegiatan pembangunan juga dilaksanakan diberbagai sektor termasuk diantaranya sektor pariwisata ditingkat daerah yang memperhatikan potensi dan prioritas tiap-tiap daerah.

Keinginan untuk meningkatkan pengembangan pariwisata di Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor seperti berkurangnya peranan migas sebagai penghasil devisa, karena itu pariwisata industri jasa merupakan salah satu yang potensinya menjanjikan harapan terciptanya kesejahteraan masyarakat pada masa mendatang. Selain itu pariwisata dirasakan cukup adil dalam pengembangan ekonomi, sehingga mendapat prioritas cukup tinggi untuk meningkatkan penghasilan Negara (Kodhyat ; 1997 ; 29).

Untuk mencapai keberhasilan program kepariwisataan yang dimaksud, diperlukan langkah-langkah yang serasi antar semua pihak terkait, baik pemerintah maupun masyarakat, sehingga terwujud keterpaduan lintas sektoral.

(13)

Banyak kegiatan yang terkait dengan industri pariwisata. Hal ini berarti banyak industri lain yang dapat digerakkan oleh industri pariwisata seperti kegiatan biro perjalanan, transportasi, perhotelan, restoran, kesenian dan budaya daerah, kerajinan rakyat, guider untuk memandu wisman, pameran dan olah raga internasional yang diselenggarakan di daerah-daerah, dan kegiatan-kegiatan lainnya.( Badrudin ; 2001 ; 385 ).

(14)

Adapun peningkatan Pendapatan daerah dari sektor pariwisata di kota Malang dari empat tahun terakhir yaitu, pada tahun 2003-2006. Pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp 20.175.000 ribu,- dan tahun 2004 sebesar Rp. 23.350.000 ribu,- sehingga mengalami peningkatan sebesar 15,73 %. Pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp. 25.461.800 ribu,- sehingga mengalami peningkatan sebesar 9,04 %, dan pada tahun 2006 sebesar Rp. 32.768.700 ribu,- sehingga mengalami peningkatan sebesar 28,69 %. (Dinas Pariwisata, Informasi dan Komunikasi Kota Malang ; 2009).

Penelitian ini mengambil obyek sebatas kepariwisataan di kota malang yang meliputi, jumlah wisatawan, investasi sarana pariwisata, usaha jasa pariwisata dan rata-rata lama tinggal wisatawan asing dalam upaya pembangunan daerah dengan Kota Malang sebagai jendela wisata di Jawa Timur.

1.2. Perumusan masalah

Sesuai dengan uraian diatas, serta langkah-langkah dan penyelesaian yang dimungkinkan untuk mengatasi pendapatan daerah dari sektor wisata yang dialami di Kota Malang, maka perumusan masalah yang diajukan ini adalah :

(15)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan perumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

“ Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan, Investasi Sarana Pariwisata, Usaha Jasa Pariwisata, Rata-rata Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara terhadap Pendapatan Daerah di Kota Malang “.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini :

1. Sebagai sumbangan pikiran terhadap pembuatan keputusan untuk menentukan pola kebijaksanaan selanjutnya.

2. Untuk mengembangkan kemampuan dalam menganalisis suatu masalah di bidang pendapatan daerah dari sektor pariwisata.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dipakai

sebagai bahan pengkajian yang berhubungan dengan upaya meningkatkan

pendapatan daerah sektor pariwisata dan beberapa faktor yang

mempengaruhinya dan dijadikan sebagai bahan masukan. Beberapa

penelitian terdahulu yang dipandang relevan untuk disampaikan disini

adalah sebagai berikut :

Budi, (2000:13), “Usaha untuk meningkatkan pendapatan

daerah-daerah sector pariwisata didaerah-daerah tingkat I Jawa Timur”. Beberapa faktor

yang dianggap berpengaruh adalah jumlah obyek wisata (X1), hotel (X2),

dan fasilitas tempat hiburan (X3). Permasalahan yang dikemukakan adalah

seberapa jauh peranan peningkatan pendapatan daerah dari sektor pariwisata

khususnya obyek wisata, hotel, dan tempat hiburan terhadap penerimaan

daerah tingkat I Jawa Timur. Secara parsial obyek wisata mempunyai

hubungan yang kurang kuat dan signifikan terhadap penerimaan pendapatan

daerah tingkat I Jawa Timur. Namun jumlah hotel dan tempat hiburan

mempunyai hubungan yang kuat dan positif terhadap penerimaan

pendapatan daerah tingkat I Jawa Timur sehingga dapat dikatakan bahwa

keduanya mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya penerimaan

(17)

pendapatan daerah tingakat I Jawa Timur. Dengan analisis korelasi

sederhana, ditunjukkan bahwa obyek wisata, hotel dan tempat hiburan

berperan dalam meningkatkan penerimaan sektor pariwisata didaerah

tingkat I Jawa Timur.

Mayangsari, (2002:ix), “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Penerimaan Devisa Pariwisata Propinsi Jawa Timur”.Variabel bebas (X)

yang digunakan adalah jumlah wisatawan mancanegara (X1), rata-rata lama

tinggal wisatawan mancanegara (X2), jumlah hotel (X3), dana promosi

pariwisata (X4), dan rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara (X5).

Variable terikat (Y) adalah penerimaan devisa pariwisata. Secara simultan

seluruh variabel bebas terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap

variable terikat. Hal ini diketahui dari uji F yang diperoleh Fhitung = 20,779 >

Ftabel = 4,76 pada level of significant sebesar α = 0,005. Sedangkan hasil

penelitian uji t pada level of significant α / 2 = 0,025. Maka hubungan

parsial variable (X1) berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif

terhadap penerimaan devisa pariwisata dengan thitung = 7,308 > ttabel = 1,943.

Untuk rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara (X2) diperoleh thitung =

3,386 > ttabel = 1,943 yang berarti bahwa rata-rata lama tinggal wisatawan

mancanegara berpengaruh positif terhadap penerimaan devisa pariwisata

dan rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara (X5) berpengaruh secara

nyata terhadap penerimaan devisa pariwisata dengan thitung =3,418 > ttabel

= 1,943.

(18)

Penerimaan Negara dari Sektor Pariwisata di Jawa Tengah”. Variabel bebas

(X) yang digunakan adalah jumlah wisatawan mancanegara (X1), jumlah

obyek wisata (X2), dan sarana hotel (X3). Variabel terikat (Y) yang

digunakan adalah penerimaan Negara dari sektor pariwisata. Secara

simultan variabel bebas (X) berpengaruh secara positif terhadap penerimaan

negara dari sektor pariwisata di Jawa Tengah (Y). Ditunjukkan dengan

Fhitung = 49,868 > Ftabel = 4,76 dan hasil penelitian secara parsial kunjungan

wisatawan mancanegara (X1) berpengaruh positif dengan penerimaan

devisa sektor pariwisata, dengan thitung = 5,501 > ttabel = 2,447. Obyek wisata

(X2) berpengaruh positif di mana thitung = 6,904 > ttabel = 2,447. Sarana hotel

berpengaruh positif terhadap penerimaan devisa sektor pariwisata dengan

thitung = 2,489 > ttabel = 2,447.

Putranty, (2001:ix), ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

Devisa Sektor Pariwisata Propinsi Jawa Timur”. Variabel bebas (X)

berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat (Y). jumlah

wisatawan mancanegara (X1) dengan nilai Fhitung = 9,225 > Ftabel = 4,76

menggunakan level of significant sebesar α = 0,005. Jumlah wisatawan

mancanegara berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat (Y) dengan

thitung = 3,405 > ttabel = 3,205, untuk rata-rata lama tinggal (X2) diperoleh

thitung = 0,360 < ttabel = 2,447 yang berarti bahwa jumlah obyek wisata

berpengaruh secara nyata terhadap penerimaan devisa sektor pariwisata.

Iswindarti, (2003:xi), “Beberapa Faktor-faktor yang Mempengaruhi

(19)

yang digunakan adalah jumlah wisatawan mancanegara (X1), jumlah obyek

wisata (X2), jumlah hotel (X3) dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar

(X4). Penerimaan devisa sektor pariwisata sebagai variabel terikat (Y).

secara simultan variabel bebas terbukti berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel terikat. Ditunjukkan dengan uji Fhitung = 37,7547 > Ftabel =

3,18. Sedangkan dari pengujian secara parsial menggunakan uji t dengan α

= 0,05. Jumlah wisatawan mancanegara (X1) berpengaruh secara positif

terhadap penerimaan devisa sektor pariwisata dengan thitung = 2,716 < ttabel =

2,1604. Jumlah obyek wisata (X2) berpengaruh secara positif terhadap

penerimaan devisa sektor pariwisata dengan nilai thitung = 3,174 > ttabel

2,1604. Jumlah hotel (X3) berpengaruh positif terhadap penerimaan devisa

sektor pariwisata dengan thitung = 0,130 < ttabel = 2,1604. Nilai tukar rupiah

terhadap US $ (X4) berpengaruh negative terhadap penerimaan devisa

sektor pariwisata dengan thitung = -2,631 < ttabel = 2,1604.

Berdasarkan Jurnal :

Badrudin, (KOMPAK no.3, 2001:385), “Menggali Sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Daerah Istemewa Yogyakarta Melalui

Pengembangan Industri Pariwisata”. Diperoleh kesimpulan bahwa dalam

mewujudkan kesejahteraan masyarakat di daerah, perlu dilaksanakan

pembangunan yang berasal dari alokasi belanja dari pusat ke daerah tidak

lagi dapat diandalkan karena kondisi keuangan Negara yang kritis

diakibatkan himpitan berbagai krisis. Oleh karena itu, dalam melaksanakan

(20)

berasal dari PAD. Salah satu sumber PAD yang dapat digali adalah

pendapatan dari industri pariwisata.

Sasongko, (LITBANG JAWA TIMUR, no.1, 2005:28). “Potensi Paket

Wisata Jawa Timur, Jawa Tengah Dan D.I. Yogyakarta Antar Propinsi”.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) Mengemas obyek wisata

Pantai Teleng Ria, Goa Gong, Goa Tabuhan dan Pantai Srau dalam satu

paket wisata yang terintegrasi dan terpadu dengan paket wisata lain di

Kabupaten Wonogiri dan Propinsi Jogjakarta ; (2) pemilihan media promosi

yang sesuai dengan pasar dan tepat sasaran ; (3) Kerjasama dengan dinas

pariwisata lain dan praktisi pariwisata, seperti : biro perjalanan wisata, hotel,

restoran dan TIC Jogjakarta ; (4) Menerapkan manajemen pemasaran yang

mumpuni dibidang pariwisata dengan menganalisa,merencanakan,

melaksanakan dan pengawasan program pemasaran ; (5) Meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia insan pariwisata (pengelola obyek wisata, jasa

wisata, sarana wisata, dan seni budaya) sehingga mempunyai kreativitas

yang tinggi ; (6) Mengembangkan rute paket wisata potensial, berdasarkan

analisa kuantitatif diketahui ada 15 (limabelas) rute paket wisata yang

kiranya masih bias dikembangkan lagi disesuaikan dengan tren wisatawan

yang dapat berubah.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Hakekat Pembangunan Pariwisata Indonesia

(21)

pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan

ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan yang dilakukan secara terintegrasi

dan menyeluruh.

Sektor pariwisata sangat besar peranannya dalam pembangunan

ekonomi, karena selain sebagai sumber perolehan devisa, investasi, juga

sebagai sektor cukup berperan dalam penciptaan lapangan pekerjaan.

Namun karena ambivalensinya pariwisata, pada saat yang sama juga dapat

menimbulkan dampak negatif yang apabila tidak dikelola dengan baik

seringkali mengalahkan manfaatnya. Aspek sosial, budaya dan lingkungan

adalah paling sering menerima dampak negatifnya.

Untuk mendapatkan keseimbangan, maka pembangunan pariwisata

hendaknya mengikuti prinsip-prinsip umum keberlanjutan, dengan

melestarikan nilai-nilai kelokalan sebagai jati diri yang membangun citra

pariwisata Indonesia.

2.2.1.2. Prinsip-Prinsip Dalam Kode Etik Pariwisata Dunia Dalam Pembangunan Pariwisata Dan Hak Azasi Manusia Indonesia

Universal Declaration of Human Right menyatakan bahwa kegiatan

berwisata merupakan kebutuhan dasar yang harus dihargai sebagai hak azasi

individu tanpa boleh membedakan suku, ras, jenis kelamin, cara hidup,

bahasa atau agama.

Oleh karena itu, pembangunan pariwisata Indonesia harus mampu

mempromosikan perdamaian dunia dan keharmonisan hubungan antar

(22)

antar masyarakat dan bangsa. Di samping itu, ia juga harus bisa

melestarikan warisan budaya dan melindungi peninggalan-peninggalan

bersejarah atau archeologi sehingga dapat diserahkan kepada generasi

penerus.

Pengembangan pariwisata juga harus berorientasi pada pemberdayaan

masyarakat. Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan

kepariwisataan dan secara adil menikmati keuntungan ekonomis, sosial dan

budaya yang mereka usahakan, khususnya dalam menciptakan lapangan

pekerjaan baik langsung maupun tidak langsung yang timbul dari

pariwisata. Pariwisata Indonesia juga memberikan hak kebebasan individu

seluas-luasnya untuk melakukan kegiatan kepariwisataan baik di dalam

maupun ke luar negeri.

Pariwisata merupakan gejala sosial kompleks yang menyangkut

manusia secara utuh baik aspek sosiologis, psikologis, ekonomis, maupun

ekologis. Namun selama ini aspek ekonomis yang terlihat paling banyak

diperhatikan dan diprioritaskan, sedangkan aspek lain terutama aspek

sosiologis dan aspek ekologis sangat kurang diperhatikan di dalam

pengembangan pariwisata. Aspek sosiologis dan ekologis termasuk di

dalamnya hak-hak wisatawan sebagai mahluk sosial dan bagian dari bagian

dari ekologi.

Melakukan perjalanan wisata saat ini menjadi kebutuhan dasar bagi

setiap orang, oleh karena itu berwisata harus diperlakukan sebagai hak asasi

(23)

menghormati dan memahami satu sama lain baik wisatawan, tuan rumah

yang dikunjungi, maupun para penyelenggara perjalanan (Global Code

Ethics for Tourism: article 1 (1)) dapat ditafsirkan sebagai bagian dari

penegakkan hak asasi manusia.

Oleh karena itu, Undang-undang kepariwisataan hendaknya memuat

aspek-aspek yang mengatur dan menjamin hak-hak individu sebagai hak

yang paling mendasar.

2.2.2. Definisi Pariwisata

Menurut rekomendasi PATA (Pacific Area Travel Association)

pariwisata diartikan sebagai berikut orang-orang yang sedang mengadakan

perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal 3 bulan

didalam suatu negeri yang bukan merupakan negeri dimana biasa ia

tinggal.diantaranya meliputi :

1. Orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk senang-senang,

untuk keperluan pribadi.

2. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk

menghadiri pertemuan, konfrensi, musyawarah dalam hubungan

organisasi.

(24)

4. Pejabat pemerintah dan orang-orang militer beserta keluarganya

yang diposkan pada suatu Negara lain hendakny jangan dimasukan

dalam kategori ini, tetapi apabila diantaranya mengadakan

perjalanan ke negara lain, maka hal ini dapat digolongkan sebagai

wisatawan ( Anonim,1989;7)

Menurut WTO (World Tourism Organisation) Pariwisata dapat

diartikan sebagai berikut pengunjung sementara yang tinggal

sekurang-kurangnya 24 jam di Negara (tempat) yang dikunjungi dengan maksud

tujuan perjalanan sebagai berikut :

1. Pesiar (leisure) yaitu untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan,

studi, kegiatan keagamaan, olah raga.

2. Kunjungan kepada sanak saudara, konfrensi dan misi

(Anonim,1989;24).

Kedua tujuan diatas merupakan tinjauan dari sudut yang

berbeda-beda namun pada prinsipnya saling melengkapi.

2.2.3. Penerimaan Pendapatan Daerah

Untuk pelaksanaan kegiatan pemerintahan pembangunan di suatu

daerah tertentu saja diperlukan adanya dana baik yang berasal dari

pemerintah pusat maupun digali sendiri oleh pemerintah daerah pemberian

otonom pada daerah ini merupakan pasal 18 Undang-undang Dasar 1945

yang menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban melaksanakan asas

(25)

daerah untuk melaksanakan tugas dan kewajiban telah di berikan pada

pemerintah daerah sumber yang cukup untuk mengurus rumah tangga

sendiri

Pemerintah kota Malang yang berstatus daerah otonom mempunyai

hak. Wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini

mengandung makna bahwa beberapa urusan pemerintah pusat diserahkan

pada pemerintah daerah sebagai pelaksana asas desentralisasi. Namun tidak

berarti semua tanggung jawab terakhir berada ditangan pemerintah daerah

(Brotodihardjo, 1982;96).

Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang nomor 5

tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintah didaerah, menjelaskan bahwa

sumber-sumber pendapatan daerah meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Pendapatan asli daerah terdiri dari :

1. Hasil Pajak Daerah

2. Hasil Retribusi Daerah

3. Hasil Perusahaan Daerah

4. Lain-lain hasil usaha daerah yang sah.

2. Pendapatan berasal dari pemberian pemerintah pusat, terdiri dari :

1. Sumbangan dari pemerintah pusat.

2. Sumbangan-sumbangan lain yang diatur dengan

(26)

3. Lain-lain pendapatan yang sah (sandjaja, 1983;123).

2.2.4. Definisi Pasar Wisata

Menurut wahab (1989;34) adalah permintaan yang nyata atau yang

masih potensial akan sesesuatu produk wisata tertentu yang didasarkan

pada suatu motivasi perjalanan.

Berdasarkan pengertian tersebut, seseorang akan menjelajahi banyak

pasar wisata yang serupa untuk menjelajahi berbagai jenis daerah atau

menyeberangi banyak tapal batas.

Beberapa contoh-contoh pasar wisata, antara lain :

1. Menurut maksud perjalanan

a. Pasar wisata berhari libur, ditandai oleh lama bermalam yang

relative lebih lama didaerah tujuan wisata.

b. Pasar wisata budaya, merupakan permintaan yang sngat besar

terhadap kegiatan-kegiatan budaya yang bermacam jenis, yaitu

orang-orang yang bermaksud memperkaya diri dengan informasi

pengetahuan.

c. Pasar wisata konvensi makin bertambah jumlah konggres maka

makin besar minat Negara pada pasar wisata

2. Menurut umur

Pariwisata modern tidak lagi merupakan monopoli bagi orang-orang

yang berumur setengah baya dan pensiunan yang biasanya mampu ikut

(27)

alasan yaitu : tingkat pendapatan meningkat, waktu kerja berkurang,

meluasnya usaha perjalanan, semangat wisata meningkat,

penyelenggaran makin aman dan sebagainya.

3. Menurut kecenderungan wisata internasional

Meskipun dalam beberapa tahun terakhir ini mulai mananjak suatu

kecenderungan yang luar biasa terhadap perjalanan wisata jarak jauh

namun faktor jarak dekat dengan pasar-pasar wisata sumber wisatawan

tetap menjadi faktor utama dalam pariwisata internasional (Wahab,

1989;39).

2.2.5. Definisi wisatawan

Berdasarkan rekomendasi International Union of OfficeTravel

Organization (IUOTO) dan World Tourism Organization (WTO),

Wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan

perjalanan ke sebuah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya

atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12

(dua belas) bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas

wisata. Terminologi ini mencakup penumpang kapal pesiar (cruise ship

passenger) yang datang dari negara lain dan kembali dengan catatan

bermalam.

Melihat sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana perjalanan wisata

itu dilakukan, maka jenis wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

(28)

Adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata yang dating

memasuki suatu Negara lain yang bukan merupakan negaranya

dimana bias mereka tinggal.

2. Wisatawan Domestic (Domestic Foreign Tourist)

Orang yang berdiam atau bertempat tinggal pada suatu Negara

yang melakukan perjalanan wisata di wilayah Negara dimana ia

tinggal.

3. Wisatawan Dalam Negeri (Domestik Tourist)

Seorang warga suatu Negara yang melakukan perjalanan dalam

batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan

negaranya.

4. Indegenous Tourist

Yaitu warga Negara suatu Negara tertentu yang karena tugasnya

atau jabatannya berda di luar negeri, pulang ke Negara asalnya dan

melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.

5. Transit Tourist

Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke suatu

Negara tertentu yang menumpang kapal laut, udara dan kereta api

yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu pelabuhan

airport/station (Yoeti, 1982;132).

Dengan banyaknya kunjungan wisatawan mancanegara otomatis uang

(29)

Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Jumlah kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

antara lain :

1. Faktor hukum dan perundang-undangan

faktor-faktor ini mempersiapkan semua peraturan yang menyangkut

pasar-pasar wisata yang sangat diperlukan untuk menetapkan

kemungkinan pemanfaatan pasar-pasar wisata itu,misal seandainya

pada suatu Negara tertentu peraturan yang ketat dalam membatasi

warga negaranya bepergian ke luar negeri karena alasan kesulitan

ekonomi dalam Negara, jelas Negara itu bukan menjadi suatu pasar

sumber wisatawan yang baik dan karena itu, tentu akan sia-sia

menyediakan anggaran promosi wisata ke Negara itu.

2. Faktor politik

Situasi politik sangat berperan dalam pariwisata, selain jumlah arus

wisatawan akan menurun secara drastis ke daerah atau tujuan

wisatawan yang terjadi krisis politik atau peperangan, juga

Negara-negara sumber wisatawan akan terkena akibatnya. Tambahan pula

juga hubungan baik secara politis antara Negara sumber wisatawan

dengan Negara kunjungan akan membawa dampak positif terhadap

peningkatan arus wisatawan antara ke dua Negara itu.

3. Faktor teknologi

Kemudahan-kemudahan pencapaian yang baik ke suatu daerah

(30)

sangat mempengaruhi pengembangan arus wisatawan. Otomatisasi

bidang informasi missal dan sarana computer akan membawa dampak

yang berguna dalam menyebarkan informasi untuk meningkatkan

minat berwisata dan merangsang peningkatan dan kedatangan

wisatawan.

4. Faktor budaya

Diantara kekuatan-kekuatan yang sangat efektif memberi bentuk arus

wisatawan yaitu faktor pendidikan, adat istiadat, dan ilmu

pengetahuan mengenai bidang-bidang lain dunia ini, dengan begitu

pantaslah kalau kita katakana bahwa kegiatan perjalanan wisata lebih

terasa dikalangan masyarakat berbudaya dan berpendidikan (Wahab,

1989;58).

2.2.6. Pengertian Usaha Jasa Pariwisata

Usaha jasa pariwisata meliputi penyediaan perencanaan,jasa

pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata. Di Indonesia, masalah ini telah

digodok dan ditata sedemikian rupa dengan ditetapkan dalam

undang-undang. Dalam UU RI No. 9 tahun 1990 itu diatur mengenai jasa pariwisata

berupa : jasa biro perjalanan wisata, jasa agen perjalanan wisata, jasa

konsultan dan lain-lain.

Termasuk dalam lingkup usaha jasa pariwisata ialah pramuwisata.

Pramuwisata merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan kegiatan

(31)

informasi dan pelayanan untuk memperkenalkan obyek-obyek wisata yang

diperlukan oleh wisatawan.

2.2.6.1. Peran Serta “Industri Pariwista” dalam Pengembangan Pariwisata

Ketika ditanyakan apa dan seberapa besar kontribusi industri terhadap

pembangunan kepariwisataan hampir semua pelaku industri mengaitkannya

dengan kegiatan ekonomi, yang berupa penyerapan tenaga kerja, pajak, dan

retribusi lainnya. Namun ketika ditanya seberapa besar manfaat langsung

yang diberikan kepada komunitas lokal dan ekosistemnya, seringkali

menjawab “itu tanggung jawab pemerintah”. Suatu daya tarik wisata

merupakan tanggung jawab semua pihak, terutama para pebisnis itu sendiri.

Oleh karena itu peran para pebisnis perlu mengikuti prinsip-prinsip

yang termuat dalam Agenda 21 for the Travel and Tourism Industry

merupakan kesepakatan bersama yang perlu dijalankan secara konsekuen.

Prinsip-prinsip yang disepakati secara internasional tersebut antara lain

adalah bahwa industri pariwisata hendaknya:

1. membantu orang-orang untuk memperoleh kepastian dalam kesehatan,

hidup yang produktif dan harmonisasi dengan lingkungan;

2. memberikan kontribusi untuk konservasi, proteksi dan restorasi untuk

kelangsungan sumberdaya alam dan ekosistem;

3. menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pola produksi dan

(32)

4. memperhatikan dan memberikan proteksi terhadap lingkungan yang

tercermin dalam proses perencanaan dan pengembangan

kepariwisataan;

5. memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk berpartisipasi

di dalam perencanaan dan pengembangan;

6. memberikan peringatan, kepada wisatawan yang merugikan atau

merusak objek dan daya tarik wisata, atau pengambilan keragaman

hayati;

7. menggunakan kapasitasnya untuk menciptakan kesempatan kerja bagi

perempuan dan masyarakat adat atau masyarakat tempatan secara

bijaksana;

8. menghargai dan mendorong identitas, budaya dan tradisi lokal dalam

mengembangkan bisnisnya;

9. memperhatikan dan menaati hukum-hukum International dalam

melindungi lingkungan.

Untuk memudahkan pemantauannya, maka persyaratan umum pelaku

‘industri pariwisata” adalah memiliki ijin usaha yang dikeluarkan oleh

Pemerintah, memiliki sertifikasi yang dipersyaratkan, memenuhi standar

persyaratan ramah lingkungan yang telah ditentukan, melibatkan masyarakat

dan/atau tenaga kerja lokal, memenuhi aturan keselamatan dan kesehatan

(33)

Undang-undang Kepariwisataan dalam Mengatur Pengguna Jasa Pariwisata

Tujuan idiil penyusunan UU. Kepariwisataan pada dasarnya adalah

mengatur hubungan Hak & Kewajiban antara perusahaan –perusahaan

kelompok industri pariwisata selaku produsen/suplier dan wisatawan

sebagai konsumen.

Tujuan praktisnya UU Kepariwisataan diharapkan sebagai pedoman

atau petunjuk bagaimana masing – masing perusahaan yang termasuk

kelompok industri pariwisata dapat memberikan pelayanan sesuai dengan

standard dan etika yang berlaku secara umum, sehingga perusahaan

memperoleh profit dan wisatawan mencapai kepuasan bila berkunjung pada

suatu DTW.

Oleh karena itu kiranya dianggap perlu untuk menegaskan : (1)

Perusahaan – perusahaan manasaja yang termasuk kelompok industri

Pariwisata (2) siapa saja diantara orang banyak yang melakukan perjalanan

itu/ dianggap sebagai wisatawan. Dengan demikian diharapkan akan

diketahui hak dan kewajiban masing-masing.

Perlindungan Wisatawan

Seorang wisatawan mempunyai hak yang harus dipenuhi oleh

penyelenggara jasa pariwisata, apabila dikaitkan dengan UU no 8 tahun

1999 tentang perlindungan konsumen, maka sesuai dengan pengertian yang

ada dalam UU tersebut seorang wisatawan dapat dikatakan sebagai

(34)

Hak–hak wisatawan : (Yang mempunyai hak–hak yang diatur dalam

pasal 4 UU No. 8 tahun 1999 yaitu: hak atas keamanan, kenyamanan, dan

keselamatan dalam menggunakan jasa pariwisata, hak atas informasi yang

benar, jelas dan jujur, hak untuk didengar pendapat dan keluhannya, hak

untuk dilayanani/ diperlakukan secara benar, jujur serta tidak diskriminatif.

Persengketaan

Mengingat perlindungan bagi pengguna jasa/wisatawan sangatlah

penting artinya apabila wisatawan tersebut telah memahami hak &

kewajibannya maka yang dilakukan adalah bagaimana menjamin hak &

kewajiban tersebut demikian sebaliknya apabila terjadi pelanggaran maka

perangkat hukum mana yang akan digunakan.

 Penyelesaian sengketa diluar peradilan sangat diperlukan, karena

untuk mempermudah wisatawan dalam memperoleh kembali

hak-haknya.

 Seorang wisatawan apabila dalam menggunakan jasa mengalami

kerugian atau hak-hak yang dilanggar sehingga menimbulkan

kerugian, maka pihak penyelenggara jasa wajib untuk memberikan

ganti rugi/ kompensasi.

 Dalam hal ini kompensasi digunakan sebagai jaminan terhadap

kerugian yang diderita oleh wisatawan sebagai konsumen.

 Ganti rugi yang diberikan dapat berupa penggantian uang atau

penggantian barang dan atau jasa yang sejenis atau setara nilainya.

(35)

1. Pada pasal 7 butir 1.b menjadi. Setiap wisatawan mempunyai hak

untuk diinformasikan sebelumnya tentang hak dan kewajibannya

sebagai pengguna jasa secara jelas dan terang –terangan dan

memperoleh informasi wisata yang jelas dan objektif dalam mengenal

dan menikmati objek dan daya tarik wisata. Atau dipisahkan menjadi

2 butir.

2. Pada pasal 7 butir 1.d ditambahkan menjadi: “Memperoleh pelayanan

dan kemudahan dalam keperluan administratif, perlakuan hukum yang

sama dan perlindungan hukum, pelayanan kesehatan dan pertukaran

mata uang, serta penggunaan alat komunikasi yang tersedia internal

dan eksternal.

3. Pada pasal 8 tentang kewajiban setiap pengusaha pariwisata:

“Keseluruhan isi pasal tentang hak wisatawan harus dimasukkan

menjadi kewajiban setiap pengusaha parwisata.

4. Kesimpulan bahwa kalimat-kalimat pasal 7 dan 8 dalam bab IV (R-7)

tentang hak & kewajiban perlu dikaji kembali karena belum cukup

mengatur secara tegas terhadap perlindungan pengguna jasa pariwisata

(wisatawan) sehingga mendapat kepastian hukum.

5. Dalam bab tentang ketentuan pidana agar dimasukan ketentuan sanksi

secara ekplisit terhadap pelanggaran atas wan prestasinya pengusaha

pariwisata menjadi saksi atas pelanggaran Bab IV khususnya

(36)

6. Sedangkan ketentuan tentang asuransi wisata, polisi wisata dan

penyelesaian sengketa disulkan dimasukkan dalam peraturan

pemerintah tersendiri sebagai penjabaran Undang – undang

kepariwisataan.

7. Didalam UU Kepariwisataan harus memasukan pengaturan mengenai

Badan Penyelesaian Sengketa yang khusus menangani masalah

Kepariwisataan, yang memenuhi kriteria dapat diakses (accessible),

keadilan murni (Natural justice), dan kualitas orang (quality of

personnal) yang ada duduk dalam badan penyelesaian sengketa

tersebut.

2.2.7. Investasi

Investasi yaitu segala sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan untuk menciptakan atau menambah nilai kegunaan hidup.

(Prathama & Mandala, 2004 : 50).Penanaman modal merupakan langkah

awal untuk kegiatan produksi.

Dengan adanya posisi semacam itu, investasi pada hakekatnya

merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Banyaknya

dinamika yang ada dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan

ekonomi, jadi semakin besar modal yang ditanamkan (investasi) akan

menghasilkan skala usaha yang semakin besar, dimana semakin besar skala

usaha maka akan meningkatkan tingkat pendapatan industry kecil. Sasaran

(37)

tetapi melainkan juga para investor-investor asing. Penggairahan iklim

investasi di Indonesia dimulai dengan diundangkannya Undang-undang

No.1/Tahun 1967 tentang penanaman modal asing (PMA) dan

Undang-undang No.6/Tahun 1698 tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN).

(Dumairy, 1997 : 133).

2.2.7.1. Investasi Dalam Konteks Ekonomi Makro

Dalam hal ini yang dibahas adalah investasi fisik, misalnya dalam

bentuk barang modal (pabrik dan peralatan), bangunan dan persediaan

barang (inventory).

Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena besarnya

dihitung selama satu interval tertentu. Tetapi investasi akan mempengaruhi

jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode

tertentu. Dalam hal ini investasi dibagi menjadi 2 yaitu :

 Investasi dalam bentuk barang modal dan bangunan

Yang tercakup dalam investasi barang modal (capital goods) dan

bangunan (construction) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk

pembelian pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatan-peralatan produksi dan

bangunan/gedung yang baru. Karena dengan adanya bahan barang modal

dan bangunan umumnya lebih dari setahun, investasi ini disebut sebagai

investasi dalam bentuk harta tetap (fixed investment). Fixed investment

(38)

 Investasi persediaan

Investasi persediaan bias juga dilakukan dalam bentuk persediaan

barang baku dan barang setengah jadi/sedang dalam proses penyelesiaan.

Tujuan kebijaksanaan persediaan ini juga tetap dalam konteks

meningkatkan pendapatan atau keuntungan dimasa mendatang.

2.2.7.2. Kriteria Investasi

a) Payback Period (periode pulang pokok) yaitu waktu yang dibutuhkan

agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang

dibutuhkan untuk mencapai titik impas.

b) Benefit/Cost Ratio (B / C Ratio) yaitu perhitungan yang dilakukan

dengan cara mengukur mana yang lebih besar anatara biaya yang

dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh.

c) Net Present Value (NPV) yaitu perhitungan nilai sekarang dari biaya

total dengan penerimaan bersih.

d) Internal Rate of Return (IRR) yaitu nilai tingkat pengembalian

investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. (Prathama dan

Mandala, 2004 : 54).

2.2.7.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi

 Tingkat pengembalian yang diharapkan (Expected rate of return)

1. Kondisi internal perusahaan

Kondisi internal yaitu faktor-faktor yang berada dibawah kontrol

perusahaan misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM, dan teknologi

(39)

2. Kondisi eksternal perusahaan

 Biaya investasi

Marginal efficiency of capital (MEC), tingkat bunga dan Marginal

efficiency of investasi (MEI).

2.2.8. Obyek Wisata

Definisi obyek wisata itu sebagai sesuatu yang dapat menjadi daya

tarik bagi seseorang atau calon wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah

tujuan wisatawan (Damardjati, 1989;40)

Beberapa sumber obyek wisata, sumber-sunber yang dapat dijadikan

sebagai daya tarik bagi seseorang untuk datang berkunjung ke daerah tujuan

wisata, antara lain :

1. Sumber yang bersifat alamiah

Misal : iklim, pemandangan alam, lingkungan hidup,flora, fauna,

kawah, danau, ikan di bawah laut, goa-goa tebing, lembah, gunung

dan sebagainya.

2. Sumber buatan manusia

Misal : sisa-sisa peradaban masa lampau, monument bersejarah,

ruma-rumah beribadah, pura, candi, masjid, gereja, museum, peralatan

musik, tempat pemakaman.

3. Sumber-sumber yang bersifat manusiawi

Sumber manusiawi melekat pada penduduk dalam bentuk warisan

(40)

perkawinan, keagamaan,memperingati peristiwa penting (Anonim,

1986;27).

Jenis-jenis obyek wisata

1. Wisata budaya adalah suatu perjalanan yang dilakukan atas dasar

keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan

melakukan kunjungan ke tempat lain.

2. Wisata kesehatan adalah perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan

untuk menukar keadaan dan lingkungan dimana bertempat tinggal

untuk beristirahat dalam arti jasmani dan rohani.

3. Wisata olah raga adalah dimana sekelompok orang yang melakukan

perjalanan dengan tujuan untuk mengikuti tournament atau kejuaraan.

4. Wisata komersial adalah suatu perjalanan untuk melihat keindahan

atau kemajuan suatu Negara atau daerah dengan mengadakan pekan

raya atau pameran sekaligus menarik minat bagi pengunjung yang

ada.

5. Wisata industri adalah suatu wisata dimana wisatawan datang ke

suatu daerah industri untuk melihat dan mengadakan peninjauan atau

penelitian serta melihat perkembangan dari kemajuan teknologi

Negara tersebut.

6. Wisata politik atau konferensi adalah suatu perjalanan peserta

konggres atau konferensi secara organisasi dengan mewakili sebagai

duta.

(41)

bakti sosial bagi daerah-daerah atau Negara-negara yang masih

memerlukan peningkatan, sekaligus untuk memperbaiki kehidupan

daerah atau Negara yang ditujuh.

8. Wisata pertanian adalah suatu perjalanan bagi wisatawan dalam

rangka untuk studi baik pembibitan, pertanian ataupun perkebunan.

9. Wisata bahari dimana perjalanan bagi wisatawan untuk melihat

keindahan pesona laut dan pantainya, yang merupakan keindahan

tersendiri bagi suatu daerah atau Negara.

10. Wisata cagar alam adalah suatu perjalanan ke kebun binatang atau

pulau-pulau cagar alam, yang mana sekaligus menampilkan keindahan

kepulauan dari daerah-daerah atau negara yang ada.

11. Wisata buru adalah sekelompok wisatawan dalam rangka untuk

berburu atau menikmati hutan-hutan yang ada.

12. Wisata ziarah dimana wisatawan untuk melihat peninggalan nenek

moyang atau leluhur di zaman lampau, baik untuk keagamaan,

sejarah, adat kepercayaan atau obyek penelitian (Damardjati, 1989;

48-50).

Syarat-syarat yang harus dimiliki obyek wisata yang penting

diperhatikan dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah

tujuan wisata agar menarik untuk dikunjungi wisatawan yang nantinya akan

dapat meningkatkan pendapatan daerah maka harus memenuhi 3 syarat

yaitu :

(42)

artinya ditempat tersebut harus ada wisata yang berbeda dengan apa

yang dimiliki daerah lain.

2. Daerah tersebut harus mempunyai apa yang disebut sebagai

something to see”, yang artinya tempat tersebut selain dapat dilihat,

disaksikan harus disediakan fasilitas rekreasi sehingga para wisatawan

betah tinggal lebih lama.

3. Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut “something to buy”,

artinya ditempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk belanja

(shopping, terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat)

(Yoeti, 1982 ; 165 ;167).

2.2.9. Definisi Hotel

Hotel adalah suatu bidang usaha yang menggunakan suatu bangunan

atau sebagian banguna yang disediakan secara khusus, untuk setiap orang

yang menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas

lainnya dengan pembayaran. Ciri khusus dari hotel adalah mempunyai

restoran yang dikelola langsung di bawah manajemen hotel tersebut. Kelas

hotel ditentukan oleh Dinas Pariwisata Daerah (Diparda).

Hotel Berbintang

suatu bidang usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian

bangunan yang disediakan secara khusus, untuk setiap orang yang

menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas

(43)

berbintang seperti yang ditentukan oleh Dinas Pariwisata Daerah (Diparda).

Persyaratan tersebut antara lain mencakup:

Persyaratan Fisik, seperti lokasi hotel, kondisi bangunan.Bentuk

pelayanan yang diberikan (service).Kualifikasi tenaga kerja, seperti

pendidikan, dan kesejahteraan karyawan.Fasilitas olahraga dan rekreasi

lainnya yang tersedia, seperti lapangan tenis, kolam renang, dan

diskotik.Jumlah kamar yang tersedia.

Akomodasi Lainnya

suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian

bangunan yang disedikan secara khusus, di mana setiap orang dapat

menginap dengan atau tanpa makan dan memperoleh pelayanan serta

menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran. Akomodasi lainnya

meliputi: hotel melati yaitu hotel yang belum memenuhi persyaratan sebagai

hotel berbintang seperti yang ditentukan oleh Diparda, penginapan remaja,

pondok wisata, dan jasa akomodasi lainnya.

Hotel Melati/ Losmen/ Penginapan

usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan umum yang dikelola

secara komersial dengan menggunakan sebagian atau seluruh bagian

bangunan.

Penginapan Remaja

usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan yang ditujukan bagi

remaja sebagai akomodasi dalam rangka kegiatan pariwisata dengan tujuan

(44)

Pondok Wisata

usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan bagi umum dengan

pembayaran harian yang dilakukan secara individual dengan menggunakan

sebagian dari tempat tinggalnya.

2.2.10. Pengaruh Pariwisata Terhadap Perekonomian

Seperti telah dibahas didepan tadi, bahwa pariwisata merupakan suatu

perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, dari tempat ke tempat

lain dengan maksud tujuan bukan untuk berbisnis atau mencari nafkah

ditempat yang dikunjungi. Akan tetapi semata-semata sebagai konsumen

untuk menikmati perjalanan tersebut serta untuk memenuhi keinginan yang

bermacam-bermacam (Oka. 1997 ; 63).

Orang-orang yang melakukan perjalanan wisata dalam rangka untuk

memenuhi kebutuhan relatifnya yang lebih tinggi, yakni ingin mencapai

kemakmuran plus tersebut dengan melakukan perjalanan wisata, memberi-

pengaruh terhadap kehidupan perekonomian setempat atau Negara yang

dikunjungi (Oka. 1997 ; 63).

Apabila suatu Negara yang mengembangkan pariwisata sebagai suatu

industri di suatu negaranya, lalu lintas wisatawan tersebut ternyata member

keuntungan dan memberi hasil yang tidak sedikit bahkan memberikan

pendapatan utama melibihi ekspor bahan mentah, hasil tambang yang

dihasilkan suatu Negara.

Sebagai akibat lebih jauh, dengan adanya lalu lintas orang-orang yang

(45)

kemakmuran plus tadi ternyata member dampak terhadap perekonomian

dinegara yang dikunjungi. Bila disarikan uraian diatas adalah :

a. Memberikan kesempatan kerja atau memperkecil pengangguran.

b. Peningkatan penerimaan pajak atau retribusi daerah.

c. Meningkatkan pendapatan nasional (National income).

d. Memperkuat posisi neraca pembayaran.

e. Memberikan multiplier dalam perekonomian setempat.

Berdasarkan uraian diatas memberikan penjelasan bahwa

pengembangan industri pariwisata bertujuan untuk menggali dan

meningkatkan nilai-nilai ekonomi sebagai akibat adanya orang-orang yang

melakukan perjalanan wisata di Negara tertentu.

2.2.11. Penerimaan Pendapatan Daerah Dari Sektor Pariwisata

Dengan lahimya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah terjadi

perubahan kebijakan di tingkat nasional di mana sistem pemeiintahan

negara yang semula sentralistik mulai bergeser ke arah desentralisasi. Ini

berarti pemerintah pusat memberikan kewenangan dan keleluasaan yang

cukup besar kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan otonomi

daerah yang nyata, lugas dan bertanggung jawab. Fenomena tersebut sedikit

(46)

penerimaan daerah, khususnya yang berkaitan dengan Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Disadari atau tidak akibat langsung yang akan timbul dari pemberian

otonomi daerah ini adalah adanya daerah basah dan daerah kering. Hal ini

disebabkan potensi dan kondisi masing-masing daerah di Indonesia tidak

sama.

Daerah yang kaya akan sumber daya alam otomatis menjadi daerah

basah seiring dengan bertambahnya perolehan PAD-nya dari sektor migas

misalnya, sedangkan daerah yang minus sumber daya alam otomatis

menjadi daerah kering. Namun demikian tidak berarti daerah yang miskin

dengan sumber daya alam tidak dapat meningkatkan PAD-nya, karena jika

dicermati ada beberapa potensi daerah yang dapat digaii dan dikembangkan

dari sektor lain seperti sektor pariwisata. Dalam lingkup nasional, sektor

pariwisata dianggap sebagai sektor yang potensial di masa yang akan

datang. Menurut analisis /World Travel and Tourism Council /(WTTC),

industri pariwisata menyumbang 9,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB)

Indonesia pada saat ini dan diperkirakan pada tahun 2007 akan meningkat

menjadi 10,1%. Berdasarkan analisis tersebut wajar jika industri pariwisata

di Indonesia dinilai sebagai sektor andalan penyumbang devisa negara

terbesar dalam bidang nonmigas. Terlebih ketika pemerintah Indonesia

mencanangkan program otonomi daerah, maka industri pariwisata

merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai somber

(47)

Adalah suatu langkah jitu jika industri pariwisata dipergunakan oleh

daerah-daerah di Indonesia yang miskin akan sumber daya alam sebagai

suatu sarana untuk meningkatkan PAD. Namun sebagai konsekuensinya,

daerah-daerah tersebut harus melakukan pengembangan-pengembangan

terhadap potensi-potensi pariwisata masing-masing daerah dengan mencari

dan menciptakan peluang-peluang baru terhadap produkproduk pariwisata

yang diunggulkan. Yang perlu mendapat perhatian bahwa pengembangan

industri pariwisata daerah terkait dengan berbagai faktor yang mau tidak

mau berpengaruh dalam perkembangannya. Oleh karena itu perlu diketahui

dan dipahami apa saja yang sesuai fakta memegang peranan penting dalam

pengembangan industri pariwisata daerah khususnya dalam rangka

penerapan otonomi daerah, sehingga pada akhirnya pengembangan industri

pariwisata daerah diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup

besar bagi peningkatan PAD dan mendorong program pembangunan daerah.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, maka terdapat

beberapa faktor yang relevan berpengaruh terhadap pendapatan daerah dari

sektor pariwisata di kota malang, diantaranya yaitu : jumlah wisatawan,

investasi sarana pariwisata, usaha / industri jasa pariwisata, dan rata-rata

lama tinggal wisatawan mancanegara. Lebih detailnya pengaruh tersebut

(48)

Wisatawan adalah konsumen utama di dalam industri kepariwisataan.

Mereka melakukan perjalanan sementara secara suka rela untuk tujuan

bersenang-senang (travel for leisure) dari suatu tempat ketempat lain dalam

waktu lebih dari 24 jam, tanpa mencari nafkah ditempat yang dikunjungi.

Investasi yaitu segala sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan untuk menciptakan atau menambah nilai kegunaan hidup.

Usaha jasa adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik

wisata, usaha sarana wisata dan usaha lainnya yang terkait di bidang

pariwisata.

Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara di Kota Malang.

Semakin lama Wisatawan Mancanegara tinggal di Kota Malang untuk

berkunjung, maka semakin banyak pengeluaran yang dilakukan oleh

Wisatawan Mancanegara dalam bentuk mata uang asing yang dapat

memberikan pemasukan Pendapatan Daerah menjadi lebih besar.

Kerangka pemikiran konseptual diatas dapat digambarkan dalam

(49)

Gambar 1 : Skema hubungan antara pendapatan daerah dengan jumlah wisatawan,

investasi sarana pariwisata, usaha / industri jasa pariwisata, rata-rata

lama tinggal wisatawan mancanegara.

Sumber : Peneliti.

2.4. Hipotesis

Dari perumusan masalah serta landasan teori yang dikemukakan,

maka dapat ditarik kesimpulan sementara atau hipotesis. Adapun hipotesis

yang dikemukakan dalam penelitian “Diduga Jumlah Wisatawan, Investasi

Sarana Pariwisata, Usaha Jasa Pariwisata, Rata-rata Lama Tinggal

Wisatawan Mancanegara berpengaruh terhadap pendapatan daerah dari

sektor pariwisata di kota Malang”.

Jumlah Wisatawan (X1) Kecenderungan

Untuk Mengunjungi

Usaha Jasa Pariwisata

(50)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran variable 3.1.1. Definisi Operasional

Yang dimaksud dengan definisi operasional adalah pernyataan tentang

definisi dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional

berdasarkan teori yang ada,maupun pengalaman-pengalaman empiris.

Dalam skripsi ini definisi operasional dari masing-masing variabel

yang diteliti dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Variabel Tidak Bebas (Y)

Pendapatan daerah dari sektor pariwisata adalah pendapatan yang

berasal dari wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik dalam

melakukan kunjungan wisatanya ke Kota Malang. Pengukurannya dengan

menggunakan jumlah pendapatan daerah dari sektor pariwisata (dalam

satuan rupiah).

b. Variabel Bebas (X)

1. Jumlah wisatawan adalah konsumen utama di dalam industri

kepariwisataan. Mereka melakukan perjalanan sementara secara suka

rela untuk tujuan bersenang-senang (travel for leisure) dari suatu

tempat ketempat lain dalam waktu lebih dari 24 jam,tanpa mencari

nafkah ditempat yang dikunjungi. Dan pengukuran variabelnya

(51)

2. Investasi Sarana Pariwisata adalah penanaman modal yang dilakukan

oleh investor dalam negeri untuk menyediakan sarana dalam

menunjang perkembangan pariwisata di kota Malang. Variabel ini

dinyatakan dalam Ribu Rupiah (Rp ribu).

3. Usaha jasa adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik

wisata, usaha sarana wisata dan usaha lainnya yang terkait di bidang

pariwisata. Variabel ini dinyatakan dalam Ribu Rupiah (Rp ribu).

4. Rata-rata lama tinggal wisatawan Mancanegara di Kota Malang

adalah Rata-rata jangka waktu mereka melakukan wisata di Kota

Malang. Variabel ini dihitung berdasarkan lama tinggal dan

pengukurannya adalah menggunakan hari (Hari).

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder yaitu

data yang sudah diterbitkan oleh sasaran penelitian (Dinas pariwisata Kota

Malang) maupun penunjang lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi

Jawa Timur. Untuk memperoleh gambaran yang akurat tentang

perkembangan Tingkat Pendapatan Daerah Sektor Pariwisata di Kota

Malang. Maka data yang bersifat data berkala (time series) yang diambil

(52)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan faktor yang paling penting dalam setiap melakukan

penelitian. Untuk menjamin obyektifitas, penyusunan skripsi ini diperlukan

suatu prosedur dalam pengumpulan data, yaitu melalui :

a. Studi Pustaka

Dilakukan dengan melakukan kunjungan ke instansi terkait seperti

Dinas Pariwisata Daerah Tingkat I Jawa Timur,Dinas Pariwisata Kota

Malang, Badan Pusat Statistik serta mempelajari literature-literature

guna menunjang data-data yang diperlukan untuk diolah dan

dianalisis.

b. Studi Lapangan

Teknik ini dengan menggunakan penelitian di lapangan guna

memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi yang

dilakukan dengan cara.

1. Observasi, mengadakan pengamatan langsung kepada objek yang

diteliti, sehingga mendapatkan kenyataan terhadap eksistensi data.

2. Dokumentasi, yaitu meminta dan mengambil catatan berupa

laporan, catatan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Pada analisis penelitian ini digunakan dua metode, yaitu :

(53)

Penyusunan metode dengan menganalisis serta membahas

permasalahan dalam bentuk kalimat atau kata-kata yang kemudian

dilakukan analisis guna mendapatkan kesimpulan.

b. Metode Kuantitatif

Yaitu dengan mengadakan analisis statistic terhadap data angka yang

telah tersedia dalam bentuk tabel untuk membuktikan kebenaran analisa

kualitatif dalam penelitian ini.

3.4.1. Teknik Analisis

Untuk menguji hipotesis pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat, maka dilakukan analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melakukan analisis regresi untuk menentukan arah dan besarnya

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, menggunakan model

matematika sebagai berikut :

Y = f (X1,X2,X3,X4) (Sudrajat, 1988:75)

Dimana :

Y = Pendapatan daerah dari sektor pariwisata

X1 = Jumlah wisatawan

X2 = Investasi sarana pariwisata

X3 = Usaha jasa pariwisata

X4 = Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara

b. Dari bentuk dasar tersebut kemudian dapat ditentukan model yang lebih

akurat. Model tersebut adalah regresi berganda penerapan beberapa

(54)

Model tersebut adalah regresi linier berganda dengan persamaan :

Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + ε ………(Gujarati, 1999 :

a a :

dari Sektor Pariwisata

sata

ggal Wisatawan Mancanegara

1…B3 = Koefisien – Koefisien regresi

= Variabel Pengganggu, merupakan wakil dari semua

ka perlu diketahui 99)

Dit ny

Y = Pendapatan Daerah

X1 = Jumlah Wisatawan

X2 = Investasi Sarana Pariwi

X3 = Usaha Jasa Pariwisata

X4 = Rata-rata Lama Tin

B0 = Elemen Konstanta

B

ε

faktor lain yang dapat mempengaruhi variabel terikat

Selanjutnya apakah model aanalisis tersebut cukup layak

dipergunakan dalam pembuktian serta untuk mengetahui sejauh nama

(55)

R2 [ an]dengan menggunakan rumus :

terhadap Y. pengujian ini ditentukan dengan

……….(sudrajat,1988:123)

ubungan lilier antara variable independent terhadap variable Koefisien Determin

JK = Jumlah Kuadrat

Karakteristik utama dan R2 ada

a. Tidak mempunyai nila

b. Nilainya 0_<

3.4.2. Uji Hipo

Uji F

Diduga untuk menguji pengaruh secara simultan, yaitu pengaruh X1, X2,

X3, X4 secara simultan

rumus sebagai berikut :

Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (tidak ada pengaruh)

(model regresi linier berganda tidak signifikan atau dengan kata lain

tidak ada h

depeden).

(56)

(model regresi linier berganda signifikan ayau dengan kata lain ada

edent).

an derajat kebebasan = (n-k-1)

bebas

b. Jika F hitung≤ F tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak

Gambar 2. Kurva Distribusi F

odar, 1999, Ekonometrika Dasar, Penerbit

rlangga, Jakarta, hal 80.

2.

parsial terhadap hubungan linier antar variable terhadap variable dep

Dengan menggunak

Digunakan untuk mengetahui dan menguji hubungan regresi secara

terpisah atau menguji hipotesis minor. Pengujian dilakukan untuk

(57)

variabel tidak bebasnya dengan rumus sebagai berikut :

Gambar 3. Kurva Distribusi t

odar, 1999, Ekonometrika Dasar, Penerbit Dengan ketentuan :

Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho

(58)

Erlangga, Jakarta. hal 79.

a, berarti

erarti

tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.5 Pende

keputusan yang BLUE, maka harus

gu ui harus konstan dan harus

3.

gi bersifat blue, sehingga

keput .

sifat ini bisa diterapkan dalam uji signifikan Kaidah pengujian :

a. Apabila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterim

ada pengarunh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

b. Apabila t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak, b

katan asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator)

Persamaan regresi tersebut diatas bersifat BLUE (Best Linier

Unbiassed Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan Uji

t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan

dipenuhi oleh regresi berganda, yaitu :

1. Tidak terjadi multikolinierty antara variabel eksplanatori.

2. variabel dari komponen penggang

memenuhi syarat homokedastisitas.

tidak terjadi autokorelasi antara komponen pengganggu ui.

Apabila salah satu dari ketiga asumsi tidak dapat dipenuhi, maka

persamaan regresi yang diperoleh tidak la

usan melalui uji F dan Uji t menjadi bias

Adapun sifat – sifat BLUE antara lain :

a. Best yaitu perhitungan

(59)

b. Linier yaitu sifat yang dibutuhkan untuk memudahkan dalam

ari data yang

narnya.

d. stimasi yaitu E diharapkan sekecil mungkin.

,

dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF)

bih besar dari 10 maka terjadi multikolinier pada

adanya multikolinieritas dapat dilihat cirri = cirnya

) tinggi.

tinggi.

satupun (atau sedikit sekali) diantara variable bebas yang penafsiran.

c. Unbiased yaitu penafsiran parameter yang diperoleh d

besar kira –kira mendekati parameter yang sebe

E

3.6. Asumsi Klasik

1. Multikolinier adalah adanya hubungan yang sempurna antara semua

atau beberapa variable eksplanotori dalam model regresi yang bias

diartikan secara statistik mengenai ada atau gejala multikolinerity

dapat dilakukan

VIF = 1/1 – R2

VIF (Variance Inflation Factor) menyatakan tingkat pembekakan

varian apabila VIF le

persamaan tersebut.

Untuk mendeteksi

sebagai berikut :;

a. Koefisien determinan berganda (R square

b. Koefisien kolerasi sederhananya

c. Nilai F hitung tinggi (signifikan).

Tapi tidak

(60)

2. Autokolerasi, adanya kolerasi antara anggota sample yang urutkan

berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada

observasi yang menggunakan data time series. Kosekuensi dari

adanya autokolerasi dalam suatu model regresi adalah varians sample

tidak dapat menggambarkan varians populasinya lebih jauh lagi,

model regresi yag dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menafsir

nilai variable dependent pada nilai variable independent tertentu.

Untuk mendiagnosis adanya otokolerasi dalam sesuatu model regresi

dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin – Watson

W).

Gambar 4 : statistik d Durbin – Watson

-dL 4

umarno, 1999,

Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta, hal 216 (D

0 dL dU 2 4-dU 4

Sumber : Gujarati, Damodar, terjemahan Zain, S

(61)

. heterokedastisitas

penyimpangan asumsi model klasik yang ketiga adalah

heterokonstitas. Artinya varians variable dalam model tidak sama

[konstan]. Kosensuensi adanya heterokedastisitas dalam model regresi

adalah penaksiran (esimator) yang diperoleh tidak efisien, beik dalam

sample kecil maupun sample besar, walaupun penaksiran yang

diperoleh menggambarkan populasinya (tidak bias) dan

bertammbahnya sample yang digunakan akan mendekati nilai

sebenarnya (konsisten ini disebabkan variansnya yang tidak minimum

(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis

Terletak pada ketinggian antara 440 - 667 dpl, serta 112,06 Bujur Timur

dan 7,06 - 8,02 Lintang Selatan, dengan dikelilingi gunung-gunung :

* Gunung Arjuno di sebelah Utara

* Gunung Tengger di sebelah Timur

* Gunung Kawi di sebelah Barat

* Gunung Kelud di sebelah Selatan

4.1.2. Kadar Udara

Berhawa sejuk dan kering, curah hujan rata-rata tiap tahun 1.833 mm dan

kelembaban udara rata-rata 72 %

4.1.3 Keadaan Geologi

Keadaan tanah di wilayah Kotamadya Daerah Tingkat I Malang adalah

sebagai berikut:

* Bagian selatan termasuk dataran tinggi yang cukup luas,cocok untuk

industri

* Bagian utara termasuk dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian

* Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang subur

Gambar

Gambar 1 : Skema hubungan antara pendapatan daerah dengan jumlah wisatawan,
Gambar 2. Kurva Distribusi F
Gambar 3. Kurva Distribusi t
Gambar 4 : statistik d Durbin – Watson
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA. BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN BAB IV

Tingkat keberhasilan jaringan untuk pengujian suara untuk 5 data latih yang telah dilatih dengan fungsi aktivasi sigmoid bipolar mencapai 100% dan tingkat keberhasilan

Histopatologi biopsi renal sangat berguna untuk menentukan penyakit glomerular yang mendasari (Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2008). Bukti

Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja

Jawab : Setelah penyusunan SKI selesai, karyawan akan melakukan negosiasi dengan atasan untuk menyesuaikan antara SKI yang telah dibuat dengan Kontrak Manajemen unit

“Nasabah harus melengkapi syarat-syarat yg telah diajukan pihak BMT kemudian pihak marketing akan melakukan survey terhadap usaha dan jaminan yang dijaminkan, lalu

Metode pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling) dengan pertimbangan bahwa Desa Gadingharjo merupakan salah satu desa di Kabupaten Bantul yang

Hal ini berarti setiap butir pernyataan yang digunakan dalam peneliatian ini adalah reliabel atau dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian yang digunakan dalam