commit to user
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN
PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN
DI KABUPATEN KARANGANYAR
Skripsi
Program Studi Agribisnis (AGB)
Disusun Oleh :
AGUNG PRASETYO
H 0808003
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan segala puji syukur hanya kepada Allah
SWT atas segala petunjuk dan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
mendalam kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, yaitu kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Mohd. Harisudin, SP, MSi, selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP., selaku Pembimbing Akademis dan
Pembimbing Utama yang telah membimbing dan meluangkan waktu serta
memberikan masukan.
4. Widiyanto, SP., MSi., selaku Pembimbing Pendamping yang telah
membimbing dan meluangkan waktu serta memberikan masukan.
5. Bapak Agung Wibowo, SP, MSi selaku Penguji Tamu yang telah
membimbing dan meluangkan waktu serta memberikan masukan
6. Bapak Camat beserta para pegawai Kecamatan Colomadu, Gondangrejo,
Kebakkramat dan Tasikmadu yang telah banyak membantu dan memberikan
informasi serta data-data guna terselesaikannya skripsi ini.
7. Kepala Desa Ngijo, Pulosari, Nangsri, Kemiri, Selokaton, Wonorejo Paulan,
Blulukan, dan Klodran di kecamatan yang terkait beserta para pegawai
kelurahan yang telah banyak membantu dan memberikan informasi serta
data-data guna terselesaikannya skripsi ini.
8. Keluarga Penulis Bapak Wagiman, Ibu Suwarni dan Mbak Tini yang telah
memberikan doa, semangat serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Legimin, Ibu Sumarti, Mas Santo, Mas Sulis, Haris, Handoyo, Dina,
Tomo, Rachel, Jalu yang telah memberikan doa, semangat serta dukungan
commit to user
iv
10.Aprilia Yuanita Anwaristi yang telah memberikan semangat perhatian,
bantuan, dan dukungannya kepada penulis, dan semoga segera menjadi dokter
gigi yang baik.
11.Teman-teman Fusabi 2008 dan supporter setianya, Nandika, Tajudin, Lilik,
Heru, Bayu, Hendro, Rendi, Budi, Nova Gopel, Aziz, Nanda, Fatahu, Hendra,
Tata, Machalie, Ami, Abid, Nur, Ragil, Heri, Karyo, Bundo, Erlina, Gea, Fitri,
Wulan, Tami, dan kawan-kawan. Semoga Fusabi tetap exis saja
12.Teman-teman keluarga besar Si Joyo Anag Malayu, Sidik, Joko, Yosa, Angga,
Maryono, Alfin dan Yulia, terima kasih atas bantuan, dan dukungan, kepada
penulis, semoga kekeluargaan tetap terjalin diantara kita semua.
13.Teman-teman agribisnis 2008 yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
terima kasih atas persahabatannya, perhatian, bantuan, dan dukungannya
kepada penulis.
14.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini
yang tidak bisa disebut satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan dan
pengorbanan yang telah diberikan, Amin. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan
yang disebabkan keterbatasan penulis dan mengharapkan kritik dan saran
membangun. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Surakarta, Juli 2012
commit to user
v DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
RINGKASAN ... xi
SUMMARY ... xii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu ... 6
B. Tinjauan Pustaka ... 7
C. Kerangka Berpikir ... 16
D. Hipotesis ... 18
E. Asumsi ... 18
F. Pembatasan Masalah ... 19
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 19
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 21
B. Metode Pengumpulan Data ... 21
C. Jenis dan Sumber Data ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
commit to user
vi
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografis ... 32
B. Keadaan Penduduk ... 32
C. Keadaan Perekonomian ... 39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 41
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian .... 46
C. Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian ... 69
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Luas Wilayah, Tanah Sawah dan Tanah Kering di Kab.
Karanganyar Tahun 2009 ... 4
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten
Karanganyar, 2009 ... 22
Tabel 3 Luas Lahan Sawah, dan Lahan Tegal di Kabupaten Karanganyar
1998-2010 ... 23
Tabel 4 Penentuan Jumlah Sampel Responden di Kabupaten
Karanganyar ... 24
Tabel 5 Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian ... 25
Tabel 6 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 26
Tabel 7 Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut Jenis
Kelamin, 1990-2010... 33
Tabel 8 Penduduk Karanganyar Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin, 2010 ... 34
Tabel 9 Banyaknya Penduduk Lima Tahun ke atas Menurut Tingkat
Pendidikan di Kabupaten Karanganyar ... 35
Tabel 10 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten
Karanganyar, 2010 ... 37
Tabel 11 Banyaknya Pasar dan Jenis Pasar di Kabupaten Karanganyar ... 39
Tabel 12 Karakteristik Responden Alih Fungsi Lahan di Kabupaten
Karanganyar Berdasarkan Kelompok Umur, 2012 ... 41
Tabel 13 Karakteristik Responden Alih Fungsi Lahan di Kabupaten
Karanganyar Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 2012 ... 43
Tabel 14 Karakteristik Responden Alih Fungsi Lahan di Kabupaten
Karanganyar Berdasarkan Jenis Pekerjaan, 2012 ... 45
Tabel 15 Luas Lahan dan Perubahan Luas Lahan Sawah dan Tegal ... 46
Tabel 16 Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten
commit to user
viii
Tabel 17 PDRB Kabupaten Karanganyar Atas Dasar Harga Konstan
(dalam jutaan rupiah) ... 52
Tabel 18 Panjang Jalan Aspal dan Kerikil di Kabupaten Karanganyar ... 55
Tabel 19 Nilai Sewa Lahan Pertanian Sawah dan Tegal di Kabupaten
Karanganyar ... 56
Tabel 20 Harga Jual dan Alasan Menjual Lahan Pertanian Responden ... 58
Tabel 21 Kawasan Penggunaan Lahan Kabupaten Karanganyar Menurut
RTRW 1997-2006 ... 63
Tabel 22 Hasil Estimasi Faktor-Faktor Penentu Luas Lahan Sawah di
Kabupaten Karanganyar, 1996-2010 ... 70
Tabel 23 Hasil Estimasi Faktor-Faktor Penentu Luas Lahan Tegal di
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori Pendekatan Masalah untuk Meneliti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Sektor Non Pertanian di Kabupaten Karanganyar ... 18
Gambar 2 Prosentase Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .... 36
Gambar 3 Prosentase Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 38
Gambar 4 Prosentase Status Asal Tanah Responden ... 52
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Identitas Responden ... 83
Lampiran 2. Tabulasi Data ... 90
Lampiran 3. Output Perhitungan Analysis Regresi ... 94
Lampiran 4. Peta Kabupaten Karanganyar ... 103
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian ... 104
Lampiran 6. Foto Penelitian ... 111
commit to user
xi RINGKASAN
Agung Prasetyo H0808003, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Sektor Non Pertanian Di Kabupaten Karanganyar”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP dan Widiyanto, SP, MSi.
Secara nasional sumberdaya pertanian mempunyai peranan penting dalam memproduksi bahan pangan untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. Namun, pada perkembangannya luas lahan sawah di Indonesia semakin menyusut, salah satu penyebabnya adalah konversi (alih fungsi) lahan pertanian menjadi non pertanian. Masalah konversi lahan yang semakin meningkat akan membawa dampak semakin sempitnya lahan pertanian, hal ini disebabkan sebagian besar lahan pertanain berubah fungsi ke sektor non pertanian seperti untuk industri, perumahan dan komplek perkantoran. Perkembangan sektor non pertanian yang semakin meningkat membutuhkan lahan yang tidak sedikit, maka untuk memenuhi kebutuhan lahan tersebut dilakukan dengan mengkonversi lahan pertanian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat perkembangan alih fungsi lahan pertanian (sawah dan tegal) ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar, dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar. Metode dasar yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survey. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Kabupaten Karanganyar. Penarikan sampel menggunakan metode judgment sampling sebanyak 40 responden dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Colomadu, Kebakkramat, Gondangrejo dan Tasikmadu. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda (Ordinary least Square).
commit to user
xii SUMMARY
Agung Prasetyo H0808003, "The Factors That Influencing Transfer Function Of Agriculture Land Into Non Agriculture Sector In Karanganyar Regency". Agricultural Faculty of Sebelas Maret University in Surakarta. Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP and Widiyanto, SP, MSi.
Nationally the agriculture resources has an important role in producing food to comply with the food of public need. However, the development of land area of rice fields in Indonesia is increasingly shrinking, one reason is the conversion (transfer function) agricultural land to non agricultural land. The problem of increasing land conversion will bring the limited impact agricultural land, it is because most of the existing agricultural land are transferred into non agriculture sector like industry, housing complex and office complex. The development of non agriculture sector which increasing are needs much land, so to fulfill of land needs has done with agriculture land conversion.
ABSTRAK
Perkembangan sektor non pertanian yang semakin meningkat membutuhkan lahan yang tidak sedikit, maka untuk memenuhi kebutuhan lahan tersebut dilakukan dengan mengkonversi lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat perkembangan alih fungsi lahan pertanian (sawah dan tegal) ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar, dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar. Metode dasar yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survey. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Kabupaten Karanganyar. Penarikan sampel menggunakan metode judgment sampling sebanyak 40 responden dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Colomadu, Kebakkramat, Gondangrejo dan Tasikmadu. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda (Ordinary least Square).
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial laju tingkat perkembangan rata-rata lahan sawah -0.31% per tahun dan tingkat perkembangan rata-rata luas lahan tegal 0,45% per tahun dan secara kontinu sejak tahun 1996-2010, laju tingkat perkembangan alih fungsi lahan sawah dan lahan tegal di Kabupaten Karanganyar sebesar -2.73% dan 0.55%. Artinya terjadi alih fungsi lahan sawah ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar, kemudian sebagai bagian dari proses alih fungsi lahan sawah tersebut, luas lahan tegal akan meningkat sebagai akibat pengurusan proses pengeringan (IPPT) dan izin mendirikan bangunan (IMB). Berdasarkan analisis regresi linier berganda (Ordinary least Square) dengan taraf kepercayaan 95% dapat diketahui adanya hubungan yang sangat signifikan antara luas lahan sawah dan tegal dengan PDRB, panjang jalan, sewa lahan dan kebijaksanaan pemerintah untuk mencegah alih fungsi lahan, secara individu luas lahan sawah di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh sewa lahan sawah dan secara individu luas lahan tegal di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh PDRB dan panjang jalan.
Kata Kunci : Alih fungsi, Lahan sawah, Lahan tegal, Sektor non pertanian
1. Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H 0808003
2. Pembimbing Utama dengan NIP 19480808 197612 2 001 3. Pembimbing Pendamping dengan NIP 19810221 200501 1 003
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN
DI KABUPATEN KARANGANYAR
Agung Prasetyo1
Prof. Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP2
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian memiliki arti yang sangat strategis, tidak hanya
untuk negara-negara berkembang, bahkan untuk negara maju pertanian tetap
mendapat perhatian dan perlindungan yang lebih mengingat arti penting
pertanian dalam menjaga kelangsungan hidup manusia di mana pertanian
sebagai penyedia bahan pangan, bahan sandang dan bahkan bahan papan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengedepankan sektor pertanian
sebagai salah satu sektor yang mendukung struktur perekonomian negara.
Pembangunan pada sektor pertanian di Indonesia pada dasarnya merupakan
bagian yang integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan yang
bekerja di sektor pertanian.
Salah satu kegiatan pertanian yang menjadi tumpuan hidup masyarakat
pedesaan adalah padi sawah. Selama periode 1990-2005 laju pertumbuhan
produksi padi cukup tajam, rata-rata 4,3% per tahun (Iqbal, 2007:287)
sehingga mampu menopang kebutuhan pangan nasional, namun pada
perkembangan selanjutnya pertumbuhan produksi tersebut tidak mampu
mengimbangi pertumbuhan kebutuhan konsumsi beras nasional, hal ini
disebabkan laju pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta aktivitas
pembangunan dalam berbagai bidang yang memungkinkan terjadinya
penyusutan lahan sawah.
Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat akan berimplikasi pada
peningkatan kebutuhan ruang untuk mewadahi kegiatan setiap penduduk
dalam suatu wilayah, dan salah satunya dimanifestasikan dalam wujud lahan.
Diatas lahan inilah kemudian penduduk melakukan berbagai kegiatan, baik
secara individual maupun kelompok, sehingga pertumbuhan penduduk yang
begitu cepat, tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan
akan lahan. Permintaan akan lahan tersebut terus bertambah, sedangkan untuk
memenuhi kebutuhan lahan tersebut terdapat keterbatasan-keterbatasan yang
commit to user
dimiliki suatu kota, baik secara fisik dan geografis, maupun kemampuan
pemerintah dalam penyediaan infrastruktur dan pelayanan kota. Usaha untuk
memenuhi permintaan akan lahan pertanian ini dilakukan dengan merubah
lahan di sektor pertanian menjadi lahan di luar sektor pertanian, misalnya
untuk industri, perumahan, dan komplek perkantoran pemerintahan. Kegiatan
alih fungsi lahan ini menuntut resiko yang lebih besar, sebab pada saat petani
memutuskan untuk melakukan kegiatan mengalihfungsikan lahan
pertaniannya ke luar sektor pertanian, mereka harus siap menghadapi resiko
kehilangan sumber pendapatan dari lahan yang mereka miliki dengan
ketidakpastian disektor industri maupun perumahan sebagai sektor tujuan alih
fungsi lahan yang mereka kehendaki.
Alih fungsi lahan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan
aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya. Alih fungsi
lahan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada
kenyataannya alih fungsi lahan menjadi masalah karena terjadi di atas lahan
sawah yang masih produktif. Sensus Pertanian Indonesia 2003 menunjukkan
hasil yang cukup mengejutkan, alih fungsi lahan sawah selama tahun
1995-2002 mencapai 563.000 hektar atau rata-rata sekitar 188.000 hektar per tahun.
Dengan luas sawah 7,75 juta hektar pada tahun 2002, pengurangan luas sawah
akibat alih fungsi lahan mencapai 7,27% selama 3 tahun atau rata-rata 2,42%
per tahun (Deptan, 2003:46).
Korbanan ekonomi dan sosial alih fungsi lahan pertanian dinilai sangat
besar mengingat tingginya biaya investasi yang harus dikeluarkan sejak awal
pembentukan lahan pertanian sampai timgkat produktivitas yang cukup tinggi,
baik itu pada areal lahan sawah maupun tegal ataupun pada areal lahan yang
lain. Beban alih fungsi lahan pertanian bagi pembangunan sektor pertanian
dirasa semakin berat karena menyangkut pemanfaatan lahan pertanian
produktif serta terjadi pada daerah dengan aksesbilitas fisik dan ekonomi yang
baik.
Fenomena alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian secara
commit to user
sumber daya lahan sebagai faktor produksi, kemudian secara alamiah akan
terjadi persaingan dalam penggunaan lahan untuk aktivitas pertanian dan
aktivitas industri. Gejala alih fungsi lahan dari penggunaan persawahan
menjadi non persawahan semakin meningkat, khususnya bagi suatu kota yang
berpenduduk lebih dari satu juta jiwa. Gejala ini cenderung terjadi di
desa-desa di wilayah pinggiran kota dimana lahan persawahan masih tersedia cukup
luas (Bachriadi,1997:12).
Kabupaten Karanganyar yang terletak di Provinsi Jawa Tengah
mempunyai wilayah pedesaan yang berada dipinggiran perkotaan seperti
Kecamatan Colomadu, Kecamatan Kebakkramat dan Kecamatan Gondangrejo
yang masih memiliki banyak lahan pertanian yang produktif. Selama periode
tahun 1998-2010 pada Kecamatan Colomadu, Kecamatan Kebakkramat dan
Kecamatan Gondangrejo mengalami alih fungsi lahan pertanian secara
berturut-turut sebesar 231.830 Ha, 198.310 Ha dan 171.392 Ha. Hal ini
menunjukkan luasan lahan sawah dan tegal di Kabupaten Karanganyar yang
semakin berkurang dan disebabkan oleh semakin maraknya fenomena alih
fungsi lahan sawah dan tegal ke sektor industri maupun perumahan di wilayah
Kabupaten Karanganyar.
B. Perumusan Masalah
Alih fungsi lahan merupakan suatu kegiatan merubah fungsi sebidang
tanah atau lahan yang secara sengaja atau tidak sengaja dilakukan oleh
manusia. Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi selama ini merupakan faktor
yang sangat merugikan dalam sektor tersebut, sebab dalam kenyataannya
pertanian selalu membutuhkan lahan untuk berproduksi. Korbanan ekonomi
dan sosial alih fungsi lahan pertanian dinilai sangat besar mengingat tingginya
biaya investasi yang harus dikeluarkan sejak awal pembentukan lahan
pertanian sampai tingkat produktivitas yang cukup tinggi, baik itu pada areal
lahan sawah maupun tegal ataupun pada areal lahan yang lain. Beban alih
fungsi lahan pertanian bagi pembangunan sektor pertanian dirasa semakin
commit to user
pada daerah dengan aksesbilitas fisik yang dan ekonomi yang baik (Ani,
2009:12-21).
Pengalihfungsian lahan sawah produktif di Provinsi Jawa Tengah setiap
tahun mencapai luasan 2.000-2.500 hektar. Kondisi tersebut dinilai cukup
mengkhawatirkan lantaran dapat berdampak pada penurunan produksi pangan
lokal. Alih fungsi lahan sawah ke penggunaan non sawah dapat menimbulkan
dampak negatif secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Bagi ketahanan
pangan nasional, konversi lahan sawah merupakan ancaman yang sangat
serius, mengingat konversi lahan tersebut sulit dihindari. Kegiatan alih fungsi
lahan pertanian di Provinsi Jawa Tengah mengarah kepada daerah-daerah
dengan pertumbuhan ekonomi dan industri yang berlangsung dengan baik dan
Kabupaten Karanganyar termasuk ke dalam kabupaten yang menghadapi
ancaman serius alih fungsi lahan. Berikut ini adalah perkembangan luas lahan
di Kabupaten Karanganyar dalam beberapa tahun terakhir.
Tabel 1. Luas Wilayah, Tanah Sawah dan Tanah Kering di Kab. Karanganyar, 2010
2010 22.459,80 21.213,99 17.836,49 219.67 15.647,68 77.378,64
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar, 2011
Berdasarkan tabel tersebut luas lahan sawah di Kabupaten
Karanganyar semakin menurun dari tahun ke tahun. Menurut data statistic,
kondisi ini juga mengakibatkan penurunan produksi padi dan jagung dari
224.381 ton dan 31.827 ton pada tahun 2005 menjadi 223.284 ton dan 26.314
ton pada tahun 2006. Kemudian masalah alih fungsi lahan yang semakin
meningkat ini akan membawa dampak semakin sempitnya lahan sawah dan
commit to user
digunakan untuk keperluan industri dan perumahan. Perkembangan industri
dan perumahan yang semakin meningkat membutuhkan lahan yang tidak
sedikit dan guna mencukpi kebutuhan akan lahan tersebut maka lahan yang
dimanfaatkan adalah lahan persawahan dan lahan tegalan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Seberapa besar tingkat perkembangan alih fungsi lahan pertanian ke sektor
non pertanian di Kabupaten Karanganyar ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian ke
sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tingkat perkembangan alih fungsi lahan pertanian ke
sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian
ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilaksanakan untuk memberikan tambahan pengetahuan dan
pengalaman peneliti terkait bidang penelitian yang diteliti, di samping itu
untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bahan informasi bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan terkait alih
fungsi lahan di Kabupaten Karanganyar.
3. Memberikan tambahan informasi dan pengetahuan masyarakat sebagai
pertimbangan dalam memanfaatkan lahan sawah dan tegal yang mereka
miliki.
4. Memberikan bahan informasi dan referensi bagi penelitian lainnya yang
commit to user
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Afriani (2007:14-45) dengan judul ”Analisis
Pengaruh Beberapa Variabel Terhadap Alih Fungsi Lahan Perkebunan di Kota
Semarang (Kasus di PT. Karyadeka Alam Lestari)” bertujuan untuk
mengetahui beberapa variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan di PT.
Karyadeka Alam Lestari. Penelitian ini menggunakan analisis regresi untuk
mengindentifikasi dan mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi alih
fungsi lahan, sedangkan untuk menguji apakah variabel yang digunakan
secara bersama-sama mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian digunakan uji
F hitung dengan tingkat signifikansi 95%. Variabel-variabel penduga yang
mempengaruhi alih fungsi lahan perkebunan PT. Karyadeka Alam lestari
adalah land rent (harga lahan) (X1), produktivitas lahan (X2), Jumlah
penduduk Kota Semarang (X3), PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
Kota Semarang (X4). Untuk menguji masing - masing variabel X yang
mempengaruhi variabel alih fungsi lahan (Y) digunakan uji keberartian
koefisien regresi dengan uji t dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil
penelitian menunjukan bahwa variabel harga lahan, produktivitas lahan,
jumlah penduduk, dan PDRB Kota Semarang secara bersama-sama
berpengaruh terhadap alih fungsi lahan. Sedangkan variabel PDRB secara
individu berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan.
Tiger (2005:20-44) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah ke Non Sawah
di Kabupaten Karanganyar” bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga
lahan, jumlah penduduk, produktivitas lahan dan PDRB Kabupaten
Karanganyar terhadap alih fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten
Karanganyar. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa selama tahun
1991-2005 luas lahan sawah di Kabupaten Karanganyar mengalami penurunan.
Tahun 1991 luas lahan sawah di Kabupaten Karanganyar seluas 23.360,5678
commit to user
hektar, dan pada tahun 2005 berkurang menjadi 22.854,2957 hektar.
Kemudian hasil penelitian menunjukan bahwa variabel harga lahan,
produktifitas lahan, jumlah penduduk, dan PDRB Kabupaten Karanganyar
secara bersama-sama berpengaruh terhadap alih fungsi lahan. Harga lahan,
produktivitas lahan, jumlah penduduk, dan PDRB Kabupaten Karanganyar
secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan.
Berdasarkan kedua penelitian diatas, variabel yang mempengaruhi alih
fungsi lahan yang akan diteliti dalam penelitian ini, meliputi jumlah
penduduk, PDRB, sewa lahan dan panjang jalan aspal dan kerikil agar
memberikan hasil yang berbeda dengan penelitian sebelumnya sehingga
faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan dapat ditinjau dari lebih
banyak aspek, kemudian dengan melihat pengaruh dikeluarkannya
kebijaksanaan mencegah alih fungsi lahan pertanian subur (PP No 16 tahun
2004 tentang penatagunaan lahan) oleh pemerintah terhadap perkembangan
alih fungsi lahan.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Lahan
Lahan pertanian adalah lahan yang digenangi air secara periodik
dan atau terus-menerus, atau lahan yang ditanami tanaman tebu, tembakau,
sayur-sayuran, buah-buahan atau tanaman semusim lainnya. Lebih lanjut
disebutkan lahan pertanian adalah lahan yang dipergunakan untuk kegiatan
pertanian, pada umumnya hanya meliputi pertanian lahan basah
(persawahan) dan pertanian lahan kering yaitu tegalan dan ladang (Iqbal,
2007:287).
Lahan merupakan kebutuhan manusia. Manusia dengan aktifitasnya
menggunakan dan memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Menurut Ritohardoyo (2002:121), lahan adalah bentang
permukaan bumi yang dapat bermanfaat bagi manusia baik yang sudah
ataupun belum dikelola. Lahan terdiri dari gabungan unsur-unsur
commit to user
kehidupan manusia meliputi seluruh kondisi lingkungan dimana tanah
merupakan salah satu bagiannya.
Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (landscape) yang
mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief,
hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial
akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (Sitorus, 2004:16). Swastika
et al. (2007:38), mendefinisikan lahan sebagai suatu wilayah di permukaan
bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau
bersifat siklik yang berbeda di atas dan di bawah wilayah tersebut,
termasuk atmosfer, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh manusia di
masa lalu dan sekarang, yang semuanya berpengaruh terhadap penggunaan
lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa mendatang.
2. Penggunaan Lahan
Lindger (1984:91) dalam Wardani (2000:11), mengemukakan
tentang penggunaan lahan adalah semua jenis penggunaan atas lahan oleh
manusia, yang meliputi antara lain penggunaan untuk pertanian, hingga
lapangan olah raga, rumah mukim hingga rumah makan, rumah sakit
hingga kuburan. Lebih lanjut penggunaan lahan menurut Karyana dalam
Wardani (2000:13), penggunaan lahan merupakan hubungan timbal balik
antara manusia dengan lingkungan tempat hidupnya, sehingga dalam
beberapa hal, penggunaan lahan mempunyai hasil akhir yang dapat
dimanfaatkan sebagai indikator dalam keseimbangan kebutuhan serta
kecakapan manusia dan keseimbangan lingkungan.
Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan
dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan
tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya
perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya
seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan
tingkat erosi yang telah terjadi. Penggunaan lahan juga tergantung pada
lokasi, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, lokasi industri,
commit to user
Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan-peraturan
pokok-pokok Agraria, terutama pasal 14 yang berbunyi:
a) Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 2 ayat 2 dan 3,
pasal 9 ayat 2 serta pasal 10 ayat 1 dan 2 Pemerintah dalam rangka
Sosialisasi Indonesia, membuat suatu rencana umum mengenai
persediaan, peruntukan, dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa
serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya:
1. Untuk keperluan Negara
2. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan-keperluan suci lainnya,
sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa
3. Untuk keperluan-keperluan pusat kehidupan masyarakat, sosial,
kebudayaan, dan lain-lain kesejahteraan
4. Untuk keperluan memperkembangkan produksi pertanian,
peternakan dan perikanan serta sejalan dengan itu
5. Untuk keperluan memperkembangkan industri, transmigrasi, dan
pertambangan.
b)Berdasarkan rencana umum tersebut pada ayat 1 pasal ini dapat
mengingat peraturan-peraturan yang bersangkutan, Pemerintah Daerah
mengatur persediaan, peruntukan, penggunaan bumi, air serta ruang
angkasa untuk daerahnya, sesuai dengan keadaan daerah masing-masing.
3. Sumber Daya Lahan
Lahan merupakan sumberdaya pembangunan yang memiliki
karakteristik, yaitu (1) memiliki luas yang relatif tetap, dan (2) memiliki
sifat fisik, kimia dan biologi serta jenis batuan, kandungan mineral,
topografi, iklim dan lain sebagainya. Lahan memerlukan arahan dalam
pemanfaatannya dengan kegiatan yang paling sesuai dengan sifat fisiknya,
kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa lahan merupakan bagian dari
bentang alam dimana lingkungan fisik seperti iklim, topografi, tanah,
hidrologi dan keadaan vegetasi alami yang meliputinya serta secara
potensial akan mempengaruhi penggunaan lahan. Penggunaan lahan
commit to user
tujuan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, baik material maupun
spiritual (Dardak, 2008:34).
Kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan
untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan
sumberdaya lahan sering kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan
aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya
semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi
menjadi berkurang dan manusia semakin bergantung pada sumberdaya
lahan yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini
berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan
intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya. Secara
keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan
sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun, di lain
pihak permintaan akan sumberdaya lahan terus meningkat akibat tekanan
pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita (Rustiadi
dalam Iqbal dan Sumaryanto, 2007:168)
4. Alih Fungsi Lahan
Menurut Kustiawan (1997:15-32) pengertian konversi atau alih
fungsi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian
sumber daya lahan dari satu penggunaan kepenggunaan lainnya. Konversi
lahan pertanian ini tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang (hanya mengejar pertumbuhan)
menyebabkan beberapa sektor ekonomi terutama industri tumbuh dengan
cepat namun disisi lain memperlambat sektor lain, yakni pertanian.
Pertumbuhan tersebut akan membutuhkan lahan yang lebih luas, apabila
lahan pertanian letaknya berada dekat sumber pertumbuhan ekonomi
seperti pinggiran perkotaan maka dengan pertumbuhan ekonomi tersebut
akan menggeser penggunaan lahan pertanian kebentuk lain seperti
perumahan, lokasi pabrik, jasa, perdagangan, perkotaan, jalan dan lain-lain.
Hal ini juga dipengaruhi karena rente lahan persatuan luas yang diperoleh
commit to user
kemudian hal ini biasanya memicu spekulasi lahan dan munculnya
percaloan, sehingga memicu pula peningkatan harga lahan secara cepat,
yang pada gilirannya justru menjadi pemikat bagi pemilik lahan pertanian
menjual dan melepas pemilikan lahannya untuk penggunaan non pertanian.
Demikian juga menurut Cardenas (1995:24) transfer lahan dari
lahan pertanian selama tahun 1986-1994 adalah sebesar 45% dimana
transfer ke lahan industri, penggunaan campuran dan lahan untuk rekreasi,
komersial dam institusi sebesar 16, 21 dan 6 %, 2% untuk penggunaan lain
terjadi sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk kota secara alamiah
maupun karena urbanisasi. Uraian-uraian sebelumnya dapat menjelaskan
bahwa dengan meningkatnya kebutuhan lahan di luar sektor pertanian,
menyebabkan terjadinya pergeseran lahan pertanian, misalnya peningkatan
penggunaan lahan perkotaan seperti pemukiman, jasa, perdagangan,
perkantoran, industri, prasarana jalan dan sebagainya, menyebabkan makin
sempitnya areal pertanian di sekitar perkotaan. Situasi kegiatan
transformasi lahan pertanian yang terus berlanjut akan menyebabkan lahan
pertanian makin sempit bahkan kemungkinan habis.
Luas lahan pertanian yang ada di Inggris rata-rata berkurang sebesar
15.400 ha per tahun dari tahun 1993 sampai dengan 2008, atau sebesar 1
persen per dekade. Selama periode waktu yang sama luas lahan pertanian
menurun dengan cepat, luasnya sebanding dengan transfer lahan pertanian
ke sektor pertanian tanaman keras (Bibby, 2009:11-12).Menurut Nasoetion
dan Winoto (1996:71) ada dua faktor yang langsung menentukan proses
alih fungsi lahan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu: (1)
sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah,
dan (2) sistem non-kelembagaan yang berkembang secara alamiah dalam
masyarakat. Sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan
pemerintah antara lain direpresentasikan dalam bentuk terbitnya beberapa
peraturan mengenai konversi lahan.
Proses alih fungsi lahan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu
commit to user
perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang.
Perubahan yang dimaksud tercermin dengan adanya (1) pertumbuhan aktivitas
pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya jumlah penduduk dan
kebutuhan perkapitanya; serta (2) pergeseran kontribusi sektor-sektor pertanian
dan pengelolaan sumberdaya alam ke aktivitas sektor-sektor sekunder
(manufaktur) dan tersier (jasa). Menurut hukum ekonomi pasar, konversi
lahan berlangsung dari aktifitas dengan land rent yang lebih rendah ke aktivitas-aktivitas dengan land rent yang lebih tinggi. Land rent dapat diartikan sebagai nilai keuntungan bersih dari aktivitas pemanfaatan lahan
persatuan luas lahan dan waktu tertentu (Rustiadi dalam Iqbal dan
Sumaryanto, 2007:170).
5. Penduduk dan Lahan
Menurut Desman (2007:39-45) jumlah penduduk yang meningkat
berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan pangan dan perumahan.
Kebutuhan lahan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan perumahan
telah menyebabkan pergeseran pola penggunaan lahan seperti pertanian
semusim di daerah-daerah yang semestinya tidak diperbolehkan.
Penggunaan lahan yang tidak memperhatikan konservasi tanah dan
kesesuaian lahan menyebabkan dampak lingkungan yang kurang
menguntungkan, seperti terjadi erosi, menurunnya fungsi hidrologis hutan,
terjadinya degradasi lahan dan meningkatnya lahan kritis serta kerusakan
lingkungan.
Baker et al. (2010:255) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
perubahan skala dan agrerat jumlah penduduk secara mendasar akan
merubah estimasi kepadatan penduduk, akibatnya akan berpengaruh pada
perkiraan jumlah total penduduk yang tidak menyesuaikan pada batas skala
yang digunkan. Hal ini mengindikasikan bahwa metode perkiraan untuk
tidak memasukkan jumlah penduduk ke dalam agregat merupakan hal yang
penting dan akan menguntungkan dalam manajemen penggunaan lahan,
kemudian beberapa pengelola lahan diijinkan untuk menguasai area dimana
commit to user
penduduk dan mengizinkan pengelola sumber daya untuk fokus kepada
solusi alokasi sumber daya pada daerah yang membutuhkan aloksi dan
tersebut.
6. Pertumbuhan Ekonomi
Widodo (1983:18) menjelaskan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari perkembangan PDRB pada daerah
tersebut. Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya
perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah
pertumbuhan (growth). Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang
utama bagi pembangunan negara sedang berkembang adalah terjadinya
kekurangan modal. Lebih lanjut dijelaskan bahwa laju pertumbuhan
ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.
Penekanan pada proses pertumbuhan karena mengandung unsur dinamis,
perubahan, atau perkembangan diperlukan pemahaman indikator
pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tetentu,
misalnya tahunan. Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui
indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi
pada prinsipnya harus dinikmati penduduk, maka pertumbuhan ekonomi
yang tinggi belum tentu dapat dinikmati penduduk jika pertumbuhan
penduduk jauh lebih tinggi atau dengan kata lain mengkaitkan laju
pertumbuhan ekonomi dengan laju pertumbuhan penduduk akan memberi
indikator yang lebih realistis.
Faried W (1992) dalam Arsyad (2006:134) menerangkan dua
konsep pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan
pendapatan nasional riil. Perekonomian dikatakan tumbuh atau
berkembang apabila terjadi pertumbuhan output riil. Output riil suatu
perekonomian bisa juga tetap konstan atau mengalami penurunan.
Perubahan ekonomi meliputi pertumbuhan, statis ataupun penurunan,
dimana pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat positif sedangkan
commit to user
b. Pertumbuhan ekonomi terjadi apabila ada kenaikan output perkapita
dalam hal ini pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf
hidup yang diukur dengan output total riil perkapita. Oleh karena itu
pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tingkat kenaikan output total riil
lebih besar daripada tingkat pertambahan penduduk, sebaliknya terjadi
penurunan taraf hidup aktual bila laju kenaikan jumlah penduduk lebih
cepat daripada laju pertambahan output total riil. Pertumbuhan tidak
muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama, pertumbuhan hanya
terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan
intensitas yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu
proses pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola
sumberdaya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja baru dan
merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.
7. Sewa Lahan (Land Rent)
Nilai keuntungan yang dimiliki suatu lahan dapat dilihat dari jenis
penggunaan lahan tersebut dalam periode setahun seperti hasil penelitian
(Sitorus, et al., 2007:557-565) mengenai perhitungan nilai land rent
sembilan usaha dan perbandingannya terhadap nilai land rent terendah di
Kecamatan Karangpandan dan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.
Sembilan usaha yang dihitung antara lain : villa, tanaman hias, padi-padi,
padi-padi-padi, padi-palawija, padi-palawija-palawija, bawang
bawang merah-wortel-daun bawang, bawang
putih-wortel-kubis-sawi, dan bawang merah-wortel-bawang putih-wortel-bawang merah.
Penggunaan lahan dengan pola tanaman padi-padi memiliki nilai land rent
terendah karena biaya input seperti tenaga kerja, pestisida, pupuk dan
pengolahan tanah yang relatif tinggi dibandingkan dengan usaha lain.
Konversi mempunyai arti yang sama dengan perubahan. Menurut
konversi lahan sawah adalah suatu proses yang disengaja oleh manusia
(anthropogenic), bukan suatu proses alami. Konversi lahan merupakan
perubahan penggunaan tertentu dari suatu lahan menjadi penggunaan
commit to user
lahan dengan land rent yang lebih rendah ke penggunaan lahan dengan
land rent yang lebih tinggi. Land rent dalam hal ini diartikan sebagai nilai
keuntungan bersih dari aktifitas pemanfaatan lahan per satuan luas lahan
dalam waktu tertentu. Menurut Sitorus (2004:58) land rent secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai surplus ekonomi yaitu merupakan
kelebihan nilai produksi total di atas biaya total. Surplus ekonomi dari
sumberdaya lahan dapat dilihat dari surplus ekonomi dari kesuburan
tanahnya dan surplus ekonomi karena lokasi ekonomi.
8. Dampak Alih Fungsi Lahan
Menurut Sembiring (2004:33) yang melakukan penelitian di
wilayah Kecamatan Medan Tuntungan menunjukan bahwa alih fungsi
lahan yang terjadi di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan telah mampu
meningkatkan daya serap terhadap tenaga kerja yang ditandai dengan
berkembangnya atau bertambahnya unit-unit usaha baik di sektor jasa,
industri dan perdagangan. Kepadatan penduduk di kelurahan yang lebih
banyak mengalami perubahan lahan cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan kelurahan yang sedikit perubahan lahannya. Alih fungsi lahan
menggeser mata pencaharian penduduk dari bertani ke sektor dagang,
industri rumah tangga dan jasa, yang secara umum adalah dari penggunaan
lahan yang kurang produktif ke penggunaan lahan yang lebih
menguntungkan dari segi peningkatan pendapatan keluarga di wilayah
Kecamatan Medan Tuntungan.
Konversi lahan yang terjadi mengubah status kepemilikan lahan dan
penguasaan lahan. Perubahan penguasaan lahan di pedesaan membawa
implikasi bagi perubahan pendapatan dan kesempatan kerja masyarakat
yang menjadi indikator kesejahteraan masyarakat desa. Antara (2002:5-8)
menyatakan bahwa konversi lahan sawah untuk kepentingan non pertanian
(pariwisata, pemukiman, industri kecil, dan prasarana bisnis) saat ini sudah
berada pada titik yang sangat mengkhawatirkan. Tahun 1977 luas lahan
commit to user
dalam kurun waktu ± 20 tahun terjadi penyusutan lahan seluas 10 150 ha,
atau 11.5 %, bahkan selama lima tahun terakhir terjadi penyusutan seluas
727 ha/tahun. Terbatasnya akses untuk menguasai lahan menyebabkan
terbatas pula akses masyarakat atas manfaat lahan yang menjadi modal
utama mata pencaharian sehingga menjadi pergeseran kesempatan kerja ke
sektor non pertanian (sektor informal). Hal ini menjadi ancaman bagi
keberadaan budaya pertanian
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Sejak dimulainya era otonomi daerah sebagai bagian dari
pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur, setiap pemerintah daerah berhak untuk menentukan arah dan tujuan
pembangunan daerah diwilayahnya masing-masing, tujuannya agar manfaat
pembangunan yang berjalan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat dan
proses pembangunan dapat berjalan lebih cepat disetiap masing-masing
daerah. Diberlakukannya proses otonomi ini adalah disebabkan pemerintah
daerah lebih mengenal karakteristik dan potensi yang ada pada setiap
masing-masing daerah.
Peran pemerintah dalam pembangunan juga tertuang pada pasal 33
ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air serta kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pasal tersebut pemerintah
berhak menentukan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat terutama yang berada didaerah,
dalam hal ini, kebijakan yang dapat meningkatkan kemakmuran daerah adalah
kebijakan yang mengatur tata cara peningkatan pendapatan daerah dan
pengembangan wilayah daerah. Sebagai akibat dari kemajuan daerah
perhatian masyarakat dari luar daerah untuk bekerja dan menetap di derah
tersebut akan meningkat. Disatu sisi akan meningkatkan jumlah tenaga kerja
dan pada satu sisi yang lain akan meningkatkan jumlah penduduk di wilayah
commit to user
Meningkatnya jumlah penduduk disuatu wilayah tertentu akan
meningkatkan kebutuhan akan pangan, sandang dan papan. Dalam mencukupi
peningkatan kebutuhan tersebut diperlukan lahan untuk menghasilkan pangan
dan sebagai tempat untuk mendirikan pemukiman. Berbagai macam
kepentingan kebutuhan menyebabkan tarik menarik penggunaan lahan akan
semakin terasa, dan pada akhirnya lahan pertanian dikorbankan untuk
memenuhi kebutuhan pada sektor lain. Berkurangnya jumlah lahan pertanian
menyebabkan nilai ekonomi lahan akan meningkat dan petani dihadapkan
pada persoalan produktivitas pertanian yang semakin menurun karena
penurunan luas lahan akibat alih fungsi lahan ke sektor lain, kemudian petani
dihadapkan pada pilihan bertahan pada lahan dengan produktivitas yang
rendah atau merelakan lahan untuk dialihfungsikan ke sektor yang lain.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi aktivitas alih fungsi lahan
dikabupaten karanganyar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor dari
dalam petani dan faktor dari luar petani itu sendiri. Faktor dari dalam petani
yang dimaksud adalah faktor dari petani yang memicu alih fungsi lahan
karena keinginan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dari penggunaan
lahannya, sementara faktor yang dari luar petani yang dimaksud adalah faktor
yang memicu alih fungsi lahan karena kebutuhan pemukiman, industri dan
ruang untuk pembangunan fisik wilayah yang meliputi kebutuhan infrastruktur
serta sarana prasarana kegiatan penduduk.
Tingkat perkembangan alih fungsi lahan pertanian (sawah dan tegal)
ke sektor non pertanian dihitung dengan menggunakan metode analisis
pertumbuhan, adapun laju alih fungsi lahan secara parsial dapat dijelaskan
sebagai berikut:
V= Lt – Lt-1 X 100%
Lt-1
dimana:
V = Laju konversi lahan (%)
Lt = Luas lahan saat ini/tahun ke-t (ha)
commit to user
Laju konversi lahan secara kontinu dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah untuk Meneliti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Sektor Non Pertanian di Kabupaten Karanganyar
D. Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diduga tingkat perkembangan alih fungsi lahan sektor pertanian ke sektor
non pertanian di Kabupaten Karanganyar meningkat dari tahun ke tahun.
2. Diduga faktor jumlah penduduk, PDRB, sewa lahan, dan panjang jalan
aspal dan kerikil berpengaruh signifikan terhadap alih fungsi lahan di
Kabupaten Karanganyar.
E. Asumsi
Adapun asumsi ini yang digunakan untuk memberikan pemahaman di
lapangan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
Faktor Internal :
· Kebijaksanaan Pemerintah (PP. No. 16 Tahun 2004)
Tahap Analisis Faktor
· Tingkat Perkembangan alih fungsi lahan pertanian
· Estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan Variabel X
commit to user
1. Petani bertindak rasional, yakni memiliki motif ekonomi untuk
mendapatkan nilai sewa lahan dan keuntungan yang tertinggi.
2. Variabel-variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini diabaikan
pengaruhnya.
F. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan
pertanian ke non pertanian di Kabupaten Karanganyar dilakukan di daerah
wilayah Kabupaten Karanganyar yaitu Kecamatan Colomadu,
Kebabkramat, Gondangrejo dan Tasikmadu.
2. Objek yang menjadi penelitian adalah lahan sawah dan lahan tegal yang
dikonversikan menjadi lahan non pertanian selama kurun waktu 15 tahun
atau sejak tahun 1996 - 2010.
G. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini diberikan beberapa pengertian untuk mempermudah
pemahaman mengenai alih fungsi lahan adalah sebagai berikut :
1. Lahan sawah dan tegal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanah
yang berupa sawah dan tegal yang digunakan untuk budidaya tanaman dan
berada di wilayah Kabupaten Karanganyar. Lahan sawah dan tegal
dinyatakan dan diukur dengan satuan hektar (Ha).
2. Alih fungsi lahan yang dimaksud adalah perubahan penggunaan lahan
sawah dan tegal menjadi penggunaan lahan ke sektor non pertanian di
Kabupaten Karanganyar. Alih fungsi lahan dinyatakan dan diukur dengan
satuan hektar (Ha).
3. Jumlah penduduk yang dimaksud adalah jumlah seluruh manusia yang
tinggal dan menetap di wilayah Kabupaten Karanganyar. Jumlah
penduduk dinyatakan dan diukur dengan satuan jiwa.
4. Besarnya nilai sewa lahan merupakan besarnya biaya yang digunakan
petani untuk menyewa lahan pertanian yang berlaku selama tahun
penelitian. Sewa lahan sama dengan surplus ekonomi (residual income)
commit to user
hal ini perhitungan nilai sewa lahan sawah didekati dengan nilai residual
income usaha tani sawah dan perhitungan nilai sewa lahan tegal dihitung
dengan residual income usaha tani jagung pada tahun penelitian. Nilai
sewa lahan dinyatakan dan diukur dengan satuan rupiah (Rp).
5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah (NT)
seluruh sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Karanganyar. Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) besarnya dinyatakan dan diukur dengan
satuan rupiah (Rp).
6. Sarana infrastruktur yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
seluruh panjang jalan aspal dan kerikil yang berada diwilayah Kabupaten
Karanganyar selama tahun 1996-2010. Panjang jalan tersebut diukur dan
dinyatakan dalam satuan kilometer (km).
7. Kebijaksanaan pemerintah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
peraturan yang disahkan oleh pemerintah untuk mencegah alih fungsi
lahan pertanian subur (PP No 16 tahun 2004 tentang penatagunaan lahan)
yang dinyatakan dan diukur dengan nilai 0 apabila waktu penelitian
menunjukkan rentang waktu pada tahun 1996-2003 atau sebelum
dikeluarkannya PP No 16 pada tahun 2004 dan dengan nilai 1 apabila
waktu penelitian menunjukkan rentang waktu pada tahun 2004-2010 atau
setelah dikeluarkannya PP No 16 pada tahun 2004.
8. Tingkat perkembangan alih fungsi lahan yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah perubahan luas lahan pertanian dari tahun ke tahun yang
diakibatkan alih fungsi lahan. Besarnya dinyatakan dan diukur dalam
satuan persen dan dihitung dengan menggunakan rumus :
V= Lt – Lt-1 X 100%
Lt-1
dimana:
V = Laju konversi lahan (%)
Lt = Luas lahan saat ini/tahun ke-t (Ha)
commit to user
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Menurut Nazir (2003:54), metode deskriptif adalah suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi
suatu pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survai. Penelitian
survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok
(Singarimbun dan Effendi, 1995:3).
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan daerah sampel penelitian dilakukan secara purposive
(sengaja), yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai
dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995:155). Penelitian
ini dilaksanakan di Kabupaten Karanganyar dengan pertimbangan tertentu
yaitu Kabupaten Karanganyar dengan semboyan “Intanpari”-nya
merupakan kabupaten dengan sektor pertanian, industri dan pariwisata
sebagai sektor utama dalam mata pencaharian penduduknya sehingga
pergeseran antara sektor pertanian ke sektor non pertanian dalam kegiatan
pemenuhan akan lahan tidak dapat terhindarkan dan menuntut alih fungsi
lahan pertanian, kemudian pada masing-masing kecamatan di Kabupaten
Karanganyar dipilih kecamatan dengan nilai alih fungsi lahan yang
tertinggi. Berikut ini adalah jumlah penduduk menurut mata pencaharian
di Kabupaten Karanganyar.
commit to user
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar, 2010
No. Mata Pencaharian 2007 2008 2009 2010
1. Petani Sendiri 133.616 134.175 134.487 135.557
2. Buruh Tani 69.037 68.619 68.324 67.540
3. Pengusaha 8.985 9.384 9.846 10.312
4. Buruh Industri 104.204 104.798 105.536 107.063
5. Buruh Bangunan 49.099 49.362 49.619 50.349
6. Pedagang 34.314 34.762 35.320 36.468
7. Pengangkutan 6.546 6.501 6.427 6.269
8. PNS/TNI/POLRI 20.013 20.169 19.908 20.163
9. Pensiunan 9.593 9.764 9.976 10.293
10. Lain-lain 275.706 285.061 288.995 288.919
11. Tidak/Belum Bekerja 850655 864857 871028 145.277
Jumlah 851.366 865.580 871.756 878.210
Sumber : Kabupaten Karanganyar Dalam Angka, 2011
Berdasarkan Tabel 2 dapat lihat jumlah penduduk berdasarkan
mata pencaharian yang bekerja pada sektor pertanian sebagai petani
sendiri sebesar 133.616 orang pada tahun 2007 meningkat menjadi 135.557
orang pada tahun 2010, kemudian yang bekerja sebagai buruh tani cenderung
menurun dari 69.037 orang pada tahun 2007 menjadi 67.540 orang pada tahun
2010. Jumlah penduduk yang bekerja di sekor non pertanian misalnya
sebagai buruh industri dan pengusaha meningkat dari tahun 2007 sebesar
104.204 orang dan 8.985 orang menjadi 107.063 orang dan 10.312 orang
pada tahun 2010. Hal ini menunjukan terjadinya pergeseran peran antar
sektor, terutama dari sektor pertanian ke industri untuk mendukung
perkembangan ekonomi daerah yang tentu saja menuntut alih fungsi lahan
pertanian yang tidak sedikit di Kabupaten Karanganyar. Berikut ini adalah
tabel yang menunjukkan perkembangan luas lahan pertanian di Kabupaten
commit to user
Tabel 3. Luas Lahan Sawah, dan Lahan Tegal di Kabupaten Karanganyar, 1998-2010
Kecamatan
Luas Lahan (Ha)
Tahun 1998 Tahun 2010 alih fungsi Sawah Tegal Sawah Tegal (%) Jatipuro 1466.227 990.264 1510.160 973.320 -1.10 Jatiyoso 1318.753 2909.752 1319.050 2906.200 0.08 Jumapolo 1852.178 1591.832 1740.810 1589.010 3.32 Jumantono 1580.696 1754.680 1603.870 1875.140 -4.31 Matesih 1330.908 203.627 1272.020 217.580 2.93 Tawangmangu 713.394 1328.879 711.360 1316.820 0.69 Ngargoyoso 689.952 1272.248 690.300 1266.340 0.28 Karangpandan 1555.017 509.782 1491.400 535.260 1.85 Karanganyar 1872.440 575.580 1788.120 563.240 3.95 Tasikmadu 1520.563 85.166 1677.030 73.680 -9.03 Jaten 1294.431 54.791 1265.530 40.670 3.19 Colomadu 751.600 65.800 527.520 58.050 28.36 Gondangrejo 1165.523 2744.539 1073.780 2664.890 4.38 Kebakkramat 2289.913 234.487 2102.190 223.900 7.86 Mojogedang 2026.806 856.352 2018.820 843.230 0.73 Kerjo 1129.880 711.739 1129.240 701.750 0.58 Jenawi 539.123 1992.598 538.600 1987.410 0.23 Jumlah 23097.400 17882.120 22459.800 17836.490
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar, 2011
Berdasarkan data BPS tahun 2010 dapat diketahui bahwa
masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar memiliki karakteristik dan
luas lahan yang berbeda-beda. Berdasarkan prosentase alih fungsi lahan
dalam penelitian ini dipilih empat kecamatan yang digunakan sebagai
daerah pengambilan sampel, dengan alasan sampel yang diambil pada
masing-masing lokasi penelitian dapat mewakili sampel secara
keseluruhan yaitu merupakan daerah-daerah perkembangan industri dan
perumahan sehingga memungkinkan terjadinya tarik-menarik penggunaan
lahan di kabupaten tersebut. Kecamatan yang akan dijadikan lokasi
penelitian adalah Kecamatan Colomadu, Kecamatan Kebakkramat,
Kecamatan Gondangrejo dan Kecamatan Tasikmadu.
2. Metode Pengambilan Populasi dan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
adalah metode Judgement sampling. Menurut Indriantoro, N dan Supomo,
B (2002:126), metode Judgement sampling merupakan pemilihan sampel
commit to user
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Populasi merupakan sekelompok atau kumpulan berbagai
macam sumber informasi yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen
yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan. Populasi
yang dipilih dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan kegiatan
alih fungsi lahan pertanian selama beberapa tahun terakhir di Kabupaten
Karanganyar. Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan
sebagai sumber informasi dalam penelitian ini. Sampel yang dipilih dalam
penelitian ini adalah petani yang mengalihfungsikan lahannya ke sektor
non pertanian dan petani yang menyewakan lahan pertaniannya untuk
sektor pertanian maupun sektor non pertanian.
Penentuan jumlah petani responden untuk masing-masing
kecamatan sebanyak 40 responden ditentukan dengan rumus :
ni = n L Al
Keterangan :
ni = Jumlah responden dari masing-masing kecamatan (orang)
Al = Jumlah alih fungsi lahan dari tiap kecamatan (Ha)
L = Jumlah seluruh alih fungsi lahan kecamatan yang diamati (Ha)
n = Jumlah total petani responden yang diambil (orang)
Tabel 4. Penentuan jumlah sampel responden di Kabupaten Karanganyar.
No Kecamatan Jumlah petani yang
mengkonversi lahan Sampel
1. Colomadu 135 15
2. Kebakkramat 98 9
3. Gondangrejo 45 8
4. Tasikmadu 33 8
Jumlah 341 40
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar, 2011
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat populasi petani yang mengkonversi
lahan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Pada
Kecamatan Colomadu, Kebakkramat, Gondangrejo dan Tasikmadu secara
commit to user
diambil diharapkan dapat mewakili populasi secara keseluruhan pada
maaing-masing kecamatan.
C. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari petani
yang mengalihfungsikan lahan pertanian yang mereka miliki maupun
pegawai pemerintah sebagai informan yang terkait dengan penelitian, baik
melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah
dipersiapkan maupun observasi.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh dengan cara
mencatat laporan atau dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan
dengan penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik,
Departemen Pertanian, dan Badan Pemerintah Daerah Kabupaten
Karanganyar.
Tabel 5. Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian
Data yang digunakan Sifat Data Sumber
commit to user
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara berpatokan, yaitu merupakan wawancara secara langsung
dengan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur
(kuisioner) agar pertanyaan lebih terarah.
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data dan
mengambil gambar yang diperoleh dari segala sumber yang berkaitan
dengan penelitian, baik dari hasil wawancara maupun hasil pengamatan
langsung di lokasi.
Tabel 6. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
No Teknik Pengumpulan Data Data yang Akan Dicari
1. Wawancara Luas lahan
2. Observasi Identitas Responden
Pendapat perspektif Petani Luas lahan
3. Dokumentasi Luas lahan
commit to user
E. Metode Analisis Data
1. Identifikasi tingkat alih fungsi lahan pertanian
Analisis untuk mengetahui tingkat perkembangan alih fungsi
lahan pertanian (sawah dan tegal) ke sektor non pertanian dihitung
dengan menggunakan metode analisis pertumbuhan, adapun laju alih
fungsi lahan secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut:
V= Lt – Lt-1 X 100%
Lt-1
dimana:
V : Laju konversi lahan (%)
Lt : Luas lahan saat ini/tahun ke-t (ha)
Lt-1 : Luas lahan tahun sebelumnya (ha)
Analisis untuk mengetahui laju alih fungsi lahan secara kontinu
dihitung dengan menggunakan persamaan:
Ln yt = ln yo + rt atau yt = yoert
Dimana:
yt : Luas lahan pertanian (sawah dan tegal) pada tahun t (Ha)
yo : Nilai intersep (Ha)
r : Laju alih fungsi lahan lahan (sawah dan tegal (%))
t : Waktu (tahun)
2. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi lahan pertanian
Analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi alih
fungsi lahan pertanian di Kabupaten Karanganyar digunakan model
regresi linier berganda dengan empat variabel kuantitatif dan satu
variabel kualitatif/dummy. Untuk mengestimasi faktor-faktor yang
mempengaruhi alih fungsi lahan sawah digunakan model :
Yts = a + (a1D) + β1PEND + β2PDRB + β3JLN + β4 SS + µ
Keterangan:
Yts : Luas lahan sawah tahun t (ha)
a, : Konstanta
commit to user
PEND : Jumlah penduduk tahun t
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto tahun t
JLN : Panjang jalan aspal dan kerikil tahun t
SS : Sewa lahan sawah tahun t
D : Dummy kebijaksanaan mencegah alih fungsi
lahan pertanian subur (PP No 16 tahun 2004
tentang penatagunaan lahan)
D = 0 (sebelum dikeluarkannya PP),
D = 1 (setelah dikeluarkannya PP)
µ : Variabel pengganggu
Analisis untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi
alih fungsi lahan tegal digunakan model :
Yts = a + (a1D) + β1PEND + β2PDRB + β3JLN + β4 ST + µ
Keterangan:
Yts : Luas lahan tegal tahun t (ha)
a, : Konstanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi
PEND : Jumlah penduduk tahun t
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto tahun t
JLN : Panjang jalan aspal dan kerikil tahun t
ST : Sewa lahan tegal tahun t
D : Dummy kebijaksanaan mencegah alih fungsi
lahan pertanian subur (PP No 16 tahun 2004
tentang penatagunaan lahan)
D = 0 (sebelum dikeluarkannya PP),
D = 1 (setelah dikeluarkannya PP)
µ : Variabel pengganggu
Beberapa uji yang dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian
model regresi yang telah didapatkan secara statistika dan ekonometrika.
commit to user
a. Uji R2 adjusted R2
Uji R2 dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi pengaruh
variabel-variabel bebas terhadap perubahan luas lahan pertanian
(sawah dan tegal) di Kabupaten Karanganyar. Nilai R2 antara 0 sampai
dengan 1.
R2 = (1- (1-R2)) /(N-k)
N-k-1
Keterangan : R2 = Koefisien determinasi
N = Jumlah observasi
k = Jumlah variabel
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen
perubahan luas lahan pertanian (sawah dan tegal). Rumus F hitung
adalah sebagai berikut:
F hitung = R2 / (k-1) .
(1-R2)/(N-k)
Keterangan : R2 = Koefisien determinasi
N = Jumlah observasi
k = Jumlah variabel
Pengujian hipotesis :
H0 : β1 = β= … = βi = 0, berarti tidak terdapat variabel independen
terhadap variabel dependen.
H1 : β1 ≠ 0, berarti terdapat pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
c. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen yaitu perubahan luas lahan