• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN - Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN - Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco di Kota Medan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yaitu di Kecamatan Medan Tembung,

Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas. Daerah penelitian

ditentukan secara purposive yaitu berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan

mempertimbangkan bahwa agroindustri nata de coco di daerah tersebut dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.2 Metode Penetuan Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode snowball

sampling (bola salju), yaitu dengan menemui satu orang pengusaha nata de coco

untuk menunjuk responden/sampel berikutnya yang sesuai dengan karakteristik

yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Karakteristik yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah industri rumah tangga yang memproduksi nata de coco

lembaran (masih mentah). Besar sampel yang didapat adalah sebanyak 4 sampel.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer. Data

primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, dengan cara

melakukan wawancara langsung dengan pengusaha agroindustri nata de coco

(2)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 digunakan analisis deskriptif dan hipotesis 2 digunakan analisis

SWOT. Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar

keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai

berikut:

1. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal.

2. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal, eksternal, dan matrik

SWOT.

3. Tahap pengambilan keputusan.

Tahap pengambilan data ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi perusahaan dapat

dilakukan dengan wawancara terhadap ahli perusahaan yang bersangkutan.

Setelah mengetahui berbagai faktor dalam perusahaan maka tahap selanjutnya

adalah membuat matriks internal eksternal.

Tabel 3. Matrik Faktor Strategi Internal dan Eksternal

Faktor Strategi Internal & Eksternal Rating Bobot Skor (Rating x Bobot) Kekuatan/Kelemahan

1. 2. 3.

Total Skor Kekuatan/Kelemahan 100

Peluang/Ancaman 1.

2. 3.

Total Skor Peluang/Ancaman 100

(3)

Berdasarkan tabel tersebut, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor

strategi adalah menetukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan/kelemahan serta

peluang/ancaman dalam kolom 1, lalu beri peringkat (rating) untuk setiap faktor

pada kolom 2 berdasarkan respon sampel penelitian terhadap faktor-faktor

tersebut, yaitu:

Tabel 4. Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal

Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal

4 Sangat Besar Kekuatan Peluang

3 Besar Kekuatan Peluang

2 Kecil Kekuatan Peluang

1 Sangat Kecil Kekuatan Peluang

1 Sangat Besar Kelemahan Ancaman

2 Besar Kelemahan Ancaman

3 Kecil Kelemahan Ancaman

4 Sangat Kecil Kelemahan Ancaman

Sumber: Rangkutui, 1997.

Kemudian beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh

melebihi skor total 1 pada kolom 3 dengan rumus seperti berikut:

Bobot =rating x total bobot total rating

Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk

mendapatkan skoring dalam kolom 4 (Rangkuti, 1997).

Matrik SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman

eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini akan terbentuk empat kemungkinan

(4)

Tabel 5. Matrik SWOT - Tentukan 5-10 faktor

peluang eksternal

- Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

EKSTERNAL

(5)

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman

(Rangkuti, 1997).

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka

dibuat Defenisi dan Batasan Operasional sebagai berikut:

Defenisi:

1. Agroindustri, adalah industri yang berbahan baku utama dari produk

pertanian berupa limbah tanaman kelapa, yaitu air kelapa.

2. Nata de coco, adalah jenis komponen minuman yang merupakan senyawa

selulosa yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi.

3. Strategi pemasaran, adalah rencana tindakan yang hendak diikuti oleh

manajer pemasaran yang berdasarkan atas analisa situasi dan tujuan

perusahaan.

Batasan Operasional:

1. Tempat penelitian adalah perusahaan agroindustri nata de coco di Kota

Medan, yaitu di Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Johor,

dan Kecamatan Medan Amplas.

(6)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

AGROINDUSTRI

NATA DE COCO

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kota Medan terletak antara 3°.27' − 3°.47ʹ Lintang Utara dan 98°.35ʹ − 98°.44ʹ

Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota

Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22,49° C –

23,97° C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15° C – 34,21° C. Kelembaban

udara di wilayah Medan rata-rata 76 – 81 %. Kota Medan berbatasan dengan

Kabupaten Deli Serdang pada sebelah utara, selatan, barat, dan timur.

Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat I di Sumatera Utara

dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan

Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan

merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting,

yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Berikut adalah deskripsi kecamatan di Kota Medan yang merupakan lokasi

penelitian pada agroindustri nata de coco, yaitu Kecamatan Medan Tembung,

Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas.

4.1.1 Medan Tembung

Kecamatan Medan Tembung merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan

yang mempunyai luas sekitar 7,78 km². Kecamatan Medan Tembung berbatasan

(7)

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Selatan berbatas dengan : Kecamatan Medan Denai

- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Perjuangan

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang

Dari tujuh kelurahan di Kecamatan Medan Tembung, Kelurahan Bantan memiliki

luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 1,51 km² sedangkan Kelurahan Tembung

mempunyai luas terkecil yakni 0,64 km².

Kecamatan Medan Tembung dihuni oleh 133.784 orang dimana penduduk

terbanyak di Kelurahan Bantan yakni sebanyak 29.693 orang dan jumlah

penduduk terkecil di Kelurahan Tembung yakni sebanyak 9.821 orang.

Perusahaan industri di Medan Tembung sudah mulai ramai, terutama industri

rumah tangga. Tercatat pada tahun 2012 terdapat sebanyak 48 industri kecil dan

industri rumah tangga di Kecamatan Medan Tembung.

4.1.2 Medan Johor

Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang

mempunyai luas sekitar 16,96 km². Kecamatan Medan Johor berbatasan dengan:

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Medan Polonia

- Sebelah Selatan berbatas dengan : Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Selayang

(8)

Dari enam kelurahan di Kecamatan Medan Johor, Kelurahan Kwala Bekala

memiliki luas wilayah terluas yaitu sebesar 5,50 km² sedangkan Kelurahan Kedai

Durian memiliki luas wilayah terkecil yaitu 0,98 km².

Kecamatan Medan Johor dihuni oleh 123.851 orang dimana penduduk paling

banyak berada di Kelurahan Kwala Bekala yakni sebanyak 32.599 orang, jumlah

penduduk paling kecil berada di Kelurahan Kedai Durian yakni sebanyak 6.572

orang.

Perusahaan industri di Medan Johor sudah mulai banyak bermunculan, terutama

industri rumah tangga. Perusahaan industri besar banyak terdapat di Kelurahan

Kedai Durian, pada tahun 2012 tercatat sebanyak 23 industri besar dan sedang,

dan 247 industri kecil dan industri rumah tangga di Kecamatan Medan Johor.

4.1.2 Medan Amplas

Kecamatan Medan Amplas merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang

mempunyai luas sekitar 13,764 km². Kecamatan Medan Amplas berbatasan

dengan:

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Medan Denai

- Sebelah Selatan berbatas dengan : Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Johor

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang

Dari tujuh kelurahan di Kecamatan Medan Amplas, Kelurahan Harjosari II

memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 4,59 km², sedangkan Kelurahan

(9)

Kecamatan Medan Amplas dihuni oleh 115.543 orang dimana penduduk

terbanyak berada di Kelurahan Harjosari I yakni sebanyak 31.979 orang dan

jumlah penduduk terkecil ada di Kelurahan Bangun Mulia yakni sebanyak 2.259

orang.

Perusahaan industri di Medan Amplas sudah mulai banyak yang bermunculan,

terutama industri kecil. Tercatat pada tahun 2012 terdapat sebanyak 17 industri

besar dan sedang, 23 industri kecil, dan 21 industri rumah tangga di Kecamatan

Medan Amplas.

4.2 Karakteristik Agroindustri Nata De Coco

4.2.1 Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama

berusaha, serta luas lahan dan bangunan usaha. Secara rinci, karakteristik sampel

pengusaha agroindustri nata de coco dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Karakteristik Pengusaha Agroindustri Nata De Coco

Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range

Umur Tahun 32 22 – 38

Tingkat Pendidikan Tahun 13 12 – 16

Lama Usaha Tahun 2,75 2 – 3

Luas Lahan Usaha m² 887,5 150 – 2000

Luas Bangunan Usaha m² 167,5 70 – 400

Sumber: Analisis data primer, Lampiran 1.

Dari tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata umur pengusaha agroindustri nata de

coco adalah 32 tahun dengan rentang antara 22 − 38 tahun. Dilihat dari tingkat

(10)

menunjukkan bahwa pendidikan pengusaha nata de coco adalah tingkat

SMA/sederajat. Sedangkan pengalaman berusaha di bidang agroindustri nata de

coco tersebut rata-rata adalah 2,75 tahun dengan rentang antara 2 − 3 tahun. Rata

-rata luas lahan usaha nata de coco adalah 887,5 m² dengan rentang antara 150 −

2000 m², sedangkan luas bangunan untuk memproduksi nata de coco rata-rata

adalah 167,5 m² dengan rentang antara 70 − 400 m².

4.2.2 Permodalan

Modal usaha bagi pengusaha skala besar ataupun kecil merupakan unsur yang

utama dalam mendirikan suatu usaha yang bertujuan untuk mendukung

peningkatan pendapatan (profit) yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf

hidup pengusaha itu sendiri. Modal usaha berasal dari modal sendiri, modal

keluarga, ataupun pinjaman dari lembaga keuangan (bank).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah

penelitian, rata-rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah modal

pinjaman pada bank.

4.2.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu kegiatan produksi.

Tenaga kerja dalam usaha agroindustri nata de coco di daerah penelitian

diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan produksi seperti pembelian

bahan baku, penyaringan bahan baku, pemasakan air kelapa, pencetakan,

(11)

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pengusaha nata de coco di

daerah penelitian, rata-rata jumlah tenaga kerja yang dipakai adalah 6 orang

dengan rentang antara 3 − 7 orang. Jam kerja untuk memproduksi nata de coco

rata-rata dari jam 8 pagi sampai 4 sore. Upah tenaga kerja pada industri ini adalah

sebesar Rp 30.000/hari atau sekitar Rp 900.000/bulan.

4.2.4 Bahan Baku

Bahan baku sangat penting bagi perusahaan agroindustri yang mengolah suatu

produk, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu kualitas dari

produk yang dihasilkannya. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi

nata de coco harus berkualitas, yaitu tidak kotor, tidak bau, dan tidak basi. Hal

tersebut dilakukan untuk mendapatkan kualitas nata de coco yang baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah

penelitian, penyediaan bahan baku berupa air kelapa cukup tersedia untuk

kebutuhan produksi yaitu rata-rata sekitar 1875 liter/hari dengan rentang antara

1000 − 3000 liter/hari. Umumnya pengusaha memperoleh bahan baku dari pas

ar-pasar yang berada di Kota Medan.

Tabel 7. Kebutuhan bahan baku pada agroindustri nata de coco di daerah penelitian tahun 2013.

Sampel Kebutuhan Air Kelapa per Hari

1 3000 liter

2 1500 liter

3 2000 liter

4 1000 liter

(12)

4.2.5 Fasilitas Perusahaan

Fasilitas perusahaan agroindustri nata de coco pada lokasi penelitian meliputi

seluruh peralatan dan perlengkapan yang terdapat dalam perusahaan untuk

memperlancar kegiatan produksi. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

pada agroindustri nata de coco di lokasi penelitian, fasilitas-fasilitas tersebut

adalah:

1. Fasilitas Produksi

Alat-alat yang digunakan untuk memproduksi nata de coco adalah:

- Jerigen air sebagai media penyimpanan air kelapa (bahan baku).

- Saringan untuk menyaring air kelapa yang masih kotor karena

tercampur material lain seperti serabut, pecahan tempurung, dll.

- Tangki air sebagai media penyimpanan air kelapa yang telah

disaring dan siap untuk dimasak.

- Panci ukuran besar dengan kapasitas 150 dan 300 liter serta

kompor untuk memasak air kelapa.

- Botol sirup sebagai media penyimpanan bibit nata.

- Gayung plastik untuk menuangkan air kelapa yang sudah dimasak

ke dalam loyang plastik.

- Loyang plastik untuk mencetak air kelapa yang akan difermentasi.

- Koran sebagai penutup air kelapa pada loyang plastik selama

(13)

2. Fasilitas Penyimpanan

Bibit nata yang difermentasi serta nata de coco yang sudah dicetak

disusun di rak dan disimpan di dalam gudang penyimpanan yang terdapat

di dalam pabrik. Sedangkan untuk nata de coco yang sudah jadi

dimasukkan ke dalam tong berukuran besar dan disimpan di dalam gudang

penyimpanan hingga nata de coco tersebut dijemput oleh agen.

3. Fasilitas Transportasi

Masing-masing industri nata de coco memiliki 1 mobil pick-up dengan

kapasitas 50 jerigen untuk mengangkut bahan baku berupa air kelapa ke

pasar.

4.3 Proses Pembuatan Nata De Coco

Proses pengolahan air kelapa menjadi nata de coco terdiri dari dua tahapan, yaitu

pembuatan bibit nata (starter) dan pembuatan nata de coco. Bahan baku yang

digunakan adalah air kelapa, air cuka, gula, dan pupuk urea/ZA.

1. Pembuatan bibit nata (starter)

- Penyaringan

Air kelapa yang akan dimasak terlebih dahulu disaring dengan

menggunakan kain saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan air kelapa

yang kotor karena masih tercampur dengan material lain seperti serabut,

pecahan tempurung, dll.

- Proses memasak

Air kelapa yang telah disaring dimasukkan ke dalam panci besar yang

(14)

cuka, gula, dan pupuk urea/ZA. Proses perebusan dilakukan ± 2,5 jam

hingga air kelapa mendidih. Proses perebusan bertujuan untuk

menghancurkan mikroba-mikroba yang terdapat dalam air kelapa.

- Fermentasi

Dalam keadaan panas, air kelapa yang telah dimasak dimasukkan ke

dalam botol bekas sirup yang sebelumnya telah disterilkan lalu ditutup

dengan plastik. Selanjutnya bibit nata dibiarkan sampai dingin. Setelah

dingin, berikan cairan Acetobacter Xylinum dan disimpan di dalam

ruangan sampai 4 – 5 hari hingga bakteri tumbuh pada bibit nata tersebut.

2. Pembuatan nata de coco

- Penyaringan

Air kelapa yang akan dimasak terlebih dahulu disaring dengan

menggunakan kain saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan air kelapa

yang masih kotor.

- Proses memasak

Air kelapa yang telah disaring dimasukkan ke dalam panci besar lalu

dipanaskan dan dicampur dengan air cuka, gula, dan pupuk urea/ZA.

Proses perebusan dilakukan ± 2,5 jam hingga air kelapa mendidih.

- Fermentasi

Dalam keadaan panas, air kelapa yang telah dimasak dituang ke dalam

loyang yang sebelumnya telah disterilkan lalu ditutup dengan kertas koran.

Selanjutnya nata de coco didiamkan selama satu hari. Setelah dingin,

berikan cairan bibit nata (starter) dan diamkan selama 6 – 7 hari agar

(15)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

5.1.1 Kekuatan Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

Adapun kekuatan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian

adalah:

1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco

Setiap perusahaan yang ingin masuk ke dalam agroindustri nata de coco

memerlukan modal yang besar untuk biaya investasi dan operasi. Modal tersebut

dapat menjadi ancaman bagi para pengusaha. Namun, di daerah penelitian modal

bukannlah menjadi ancaman bagi mereka dalam menjalankan usahanya. Modal

usaha bisa berasal dari modal sendiri, modal keluarga, ataupun pinjaman dari

lembaga keuangan/bank. Lembaga keuangan sangat dibutuhkan oleh dunia usaha

agribisnis, terutama bagi usaha kecil yang biasanya membutuhkan modal

tambahan sebagai modal investasi dan modal kerja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah

penelitian, rata-rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah modal

pinjaman pada bank yaitu pada Bank Mega dan BRI. Besarnya modal yang

digunakan pada usaha nata de coco tersebut rata-rata adalah Rp 125.000.000

(16)

2. Harga jual produk nata de coco per Kg

Dalam menetapkan harga produk, perusahaan tidak hanya menetapkan harga

berdasarkan kehendak perusahaan. Penetapan harga harus melihat penetapan

harga pesaing, sehingga perusahaan dapat mempertahankan pelanggan

(distributor) dan memperoleh keuntungan yang memuaskan. Penetapan harga

yang terlalu tinggi menyebabkan kehilangan pelanggan (distributor) karena

berpindah menjadi pelanggan dari perusahaan pesaing. Penetapan harga yang

terlalu rendah juga menyebabkan berkurangnya keuntungaan (profit) yang

diperoleh perusahaan, hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan usaha.

Dalam penentuan harga jual produknya pengusaha terlebih dahulu menghitung

beberapa biaya seperti biaya tenaga kerja, biaya material/bahan baku, dan biaya

lain-lain seperti biaya administrasi, biaya pemasaran, dan sebagainya setelah itu

baru ditentukan berapa keuntungan yang ingin diperoleh.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah

penelitian, rata-rata harga jual produk nata de coco dalam bentuk lembaran adalah

Rp 1.500/Kg. Harga tersebut diperoleh berdasarkan total biaya untuk

memproduksi produk nata de coco adalah Rp 850/Kg kemudian pengusaha ingin

mengambil keuntungan sebesar 80%, maka besar harga jual yang ditetapkan

adalah sebesar Rp 1.500. Harga tersebut merupakan kekuatan perusahaan

agroindustri dan dianggap sesuai dengan permintaan akan nata de coco mentah di

Kota Medan yang cenderung tinggi.

(17)

3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco

Dari segi sosial, usaha nata de coco menyerap tenaga kerja lokal yang besar baik

perusahaan menengah, besar, kecil maupun rumah tangga. Usaha ini hanya

menggunakan teknologi yang sederhana tanpa perlu pengetahuan yang spesifik.

Tenaga kerja untuk memproduksi nata de coco tidak membutuhkan pendidikan

formal atau pengetahuan khusus, tetapi lebih memerlukan ketrampilan dan

ketekunan. Hal ini merupakan kekuatan bagi perusahaan agroindustri karena

apabila terjadi peningkatan permintaan, pengusaha tidak mengalami kesulitan

untuk mencari tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja juga dapat dipenuhi dari

keluarga sendiri atau dari tetangga sekitar. Tenaga kerja biasanya ada yang tetap

dan tidak tetap (borongan).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah

penelitian, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam industri nata de coco skala

kecil-rumah tangga rata-rata adalah 6 orang dengan jam kerja kurang lebih 8

jam/hari yaitu mulai dari jam 8 pagi – 4 sore.

5.1.2 KelemahanAgroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

Adapun kelemahan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah

penelitian adalah:

1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pengusaha nata de coco di

daerah penelitian, agroindustri pada sampel penelitian hanya memproduksi nata

(18)

minuman yang terbuat dari nata de coco. Tidak adanya variasi produk pada

agroindustri ini dianggap sebagai kelemahan perusahaan karena keuntungan yang

diperoleh hanya berasal dari penjualan produk mentah. Padahal dengan memiliki

kekuatan perusahaan seperti modal dan tenaga kerja, nata de coco mentah

tersebut dapat diolah menjadi berbagai minuman dan agar-agar dalam kemasan

yang menarik yang tentunya dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan hanya menghasilkan produk mentah saja.

2. Jumlah produksi nata de coco per hari

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah

penelitian, jumlah produksi nata de coco per hari rata-rata adalah 800 Kg/hari

dengan rentang antara 500 – 1.000 Kg/hari. Dalam skala industri kecil/rumah

tangga, produksi harian nata de coco dengan jumlah tersebut dianggap masih

kecil karena dengan adanya kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan seharusnya

dapat memproduksi hingga 3 – 5 ton/hari. Namun, perusahaan agroindustri nata

de coco di daerah penelitian tidak dapat memproduksi dalam jumlah besar karena

jumlah produksi ditentukan oleh agen/distributor yang membeli hasil produk

perusahaan tersebut. Dengan dibatasinya jumlah produksi tersebut merupakan

kendala bagi usaha nata de coco dalam mendapatkan profit yang lebih tinggi.

3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco

Akses ke saluran distribusi merupakan kendala dalam agroindustri nata de coco,

karena saluran distribusi untuk produk nata de coco umumnya sudah dikuasai

oleh perusahaan-perusahaan besar nata de coco, sehingga para pengusaha nata de

(19)

produknya. Promosi/sistem penjualan produk yang dijalankan agroindustri nata

de coco di daerah penelitian lebih banyak ditujukan ke agen (distributor), karena

para pengusaha nata de coco tidak memiliki akses (link) ke industri besar. Hal ini

merupakan kendala bagi usaha tersebut untuk memperluas jaringan pemasaran

produknya.

5.1.2 PeluangAgroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

Adapun peluang agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian

adalah:

1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco

Bahan baku sangat penting bagi perusahaan agroindustri yang mengolah suatu

produk, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu kualitas dari

produk yang dihasilkannya. Keberlangsungan input juga merupakan hal yang

penting dalam manajemen agribisnis termasuk nata de coco.

Air kelapa merupakan bahan baku yang mudah didapat, tersedia sepanjang tahun,

dan harganya murah. Pada mulanya air kelapa kebanyakan hanya merupakan

limbah dari industri pembuatan kopra atau minyak goreng. Dalam hal penyediaan

bahan baku, perusahaan agroindustri nata de coco sudah dapat mengkoordinir

dengan baik sehingga proses produksi akan terus berjalan dan dapat mencapai

target produksi yang dibutuhkan. Hal ini merupakan peluang bagi pengusaha

(20)

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah

penelitian, penyediaan bahan baku berupa air kelapa cukup tersedia untuk

kebutuhan produksi yaitu rata-rata sekitar 1875 liter/hari dengan rentang antara

1000 − 3000 liter/hari dengan harga Rp 4.000 – Rp 6.000/jerigen (1 jerigen = 25

liter). Umumnya pengusaha memperoleh bahan baku tersebut dari pasar-pasar

yang berada di Kota Medan.

2. Pangsa pasar produk nata de coco

Produk kelapa yang biasanya dijual oleh masyarakat adalah kopra, minyak

goreng, gula merah, dan kelapa butiran. Padahal banyak sekali produk-produk

yang bisa diturunkan dari buah kelapa. Salah satunya adalah nata de coco yang

menggunakan bahan baku air kelapa. Dari segi skala perusahaan, usaha nata de

coco dilakukan oleh beberapa perusahaan besar-menengah dan juga perusahaan

kecil-rumah tangga. Tentu saja mereka memiliki segmentasi pasar sendiri-sendiri.

Perusahaan besar-menengah memiliki pasar yang relatif lebih luas mencangkup

pasar domestik dan pasar ekspor. Sedangkan perusahaan kecil-rumah tangga

memiliki pasar lokal dan daerah sekitar.

Di pasar domestik, permintaan nata de coco biasanya meningkat tajam pada saat

menjelang hari raya Natal, Lebaran, Tahun Baru dan peristiwa-peristiwa penting

lainnya. Begitu banyaknya permintaan pada waktu-waktu tersebut, agroindustri

nata de coco pada daerah penelitian memproduksi nata de coco dalam jumlah

yang lebih besar. Hal ini merupakan peluang bagi pengusaha nata de coco dalam

(21)

5.1.4 AncamanAgroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

Adapun ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian

adalah:

1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco

Pola konsumsi terhadap nata de coco dan potensi pasarnya mempunyai prospek

cerah. Keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh industri penghasil produk ini.

Agroindustri nata de coco terus berkembang dan menghasilkan produk untuk

memenuhi kebutuhan konsumen. Semakin meingkatnya permintaan terhadap

produk nata de coco, maka banyak industri yang bergerak dibidang nata de coco.

Dampak yang ditimbulkan dari industri tersebut adalah terjadinya persaingan

dengan industri sejenis dalam memperebutkan konsumen dan dan mendapatkan

bahan baku. Besar kecilnya ancaman masuknya pendatang baru/pesaing ke dalam

agroindustri nata de coco tergantung pada rintangan masuk yang ada dan reaksi

dari para pengusaha agroindustri.

2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco

Ancaman produksi utama yang dihadapi oleh industri nata de coco adalah

musim/cuaca yaitu musim penghujan. Selain pada musim penghujan input air

kelapa mengalami penurunan supply, musim hujan juga akan mengganggu suhu

udara yang bisa sangat mempengaruhi proses fermentasi. Kestabilan suhu ruangan

28º - 31ºC dibutuhkan dalam proses fermentasi. Selain berpengaruh pada proses

produksi, musim/cuaca juga berpengaruh dalam proses pemasaran. Pada saat

musim hujan, permintaan akan nata de coco menurun sehingga produsen harus

(22)

5.2 Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco

Perusahaan dalam menghadapi berbagai masalah dalam mencapai tujuan harus

dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat agar menempatkan diri pada

posisi yang menguntungkan. Dalam menetapkan strategi pemasaran yang tepat

bagi perusahaan, dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan

eksternal yang berpengaruh bagi perusahaan. Melalui faktor internal dapat

diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, sedangkan melalui

faktor-faktor eksternal dapat diketahui peluang dan ancaman yang dihadapi

perusahaaan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh

dari agroindustri nata de coco di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor

internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan

ancaman) yang mempengaruhi pemasaran Nata De Coco di Kota Medan sebagai

berikut:

Tabel 8. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan

Faktor – Faktor Parameter

Faktor Internal

- Kekuatan 1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco

2. Harga jual produk nata de coco per Kg 3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri

nata de coco

- Kelemahan 1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco

2. Jumlah produksi nata de coco per hari

3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco Faktor Eksternal

- Peluang 1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco

2. Pangsa pasar produk nata de coco

- Ancaman 1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco 2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap

agroindustri nata de coco

(23)

Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal pada pemasaran agroindustri

nata de coco di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan

data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal/Internal

Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi

Eksternal/Eksternal Strategic Factors Analysis Summary (EFAS).

Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan,

rating, dan pembobotan dipindahkan ke tabel matrik IFAS untuk diberi skoring

(rating x bobot) seperti pada tabel berikut:

Tabel 9. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan)

1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco

3 18,75 56,25

2. Harga jual nata de coco per Kg 3 18,75 56,25

3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco

2 12,5 25

Weakness (Kelemahan)

1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco

2 20 40

2. Jumlah produksi nata de coco per hari 1 10 10

3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco

2 20 40

TOTAL 13 100 227,5

Sumber: Analisis data primer, Lampiran 5.

Hasil pembobotan faktor internal yang paling tinggi pada kekuatan adalah

penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco dan harga jual nata de

coco per Kg, sedangkan hasil yang paling tinggi pada kelemahan adalah produk

yang dihasilkan agroindustri nata de coco dan promosi/sistem penjualan produk

(24)

Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dan

ancaman, rating, dan pembobotan dipindahkan ke tabel matrik EFAS untuk diberi

skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut:

Tabel 10. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Rating Bobot Skor Opportunity (Peluang)

1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco

4 28,57 114,28

2. Pangsa pasar produk nata de coco 3 21,42 64,26

Threats (Ancaman)

1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco

2 25 50

2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco

2 25 50

TOTAL 11 100 278,54

Sumber: Analisis data primer, Lampiran 6.

Hasil pembobotan faktor eksternal yang paling tinggi pada peluang adalah

ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco, sedangkan hasil yang

paling tinggi pada ancaman adalah perusahaan pesaing agroindustri nata de coco

dan pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco.

Selanjutnya dilakukan penggabungan antara faktor strategis internal dan faktor

(25)

Tabel 11. Penggabungan matriks evaluasi faktor strategis internal dan eksternal pemasaran agroindustri nata de coco

Faktor - Faktor Strategis Rating Bobot Skor Faktor Strategis Internal

Strength (Kekuatan)

1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco

3 18,75 56,25

2. Harga jual nata de coco per Kg 3 18,75 56,25

3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco

2 12,5 25

Total Skor Kekuatan 8 50 137,5

Weakness (Kelemahan)

1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco

2 20 40

2. Jumlah produksi nata de coco per hari 1 10 10

3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco

2 20 40

Total Skor Kelemahan 5 50 90

Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 47,5

Faktor Strategis Eksternal Opportunity (Peluang)

1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco

4 28,57 114,28

2. Pangsa pasar produk nata de coco 3 21,42 64,26

Total Skor Peluang 7 50 178,54

Threats (Ancaman)

1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco

2 25 50

2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco

2 25 50

Total Skor Ancaman 4 50 100

Selisih (Peluang – Ancaman) 78,54

Sumber: Analisis data primer, Lampiran 7.

Tabel 11 menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan–

kelemahan) adalah sebesar 47,5 yang artinya pengaruh kekuatan lebih besar

dibandingkan pengaruh kelemahan terhadap pemasaran agroindustri nata de coco

di Kota Medan. Sedangkan selisih faktor strategis eksternal (peluang−ancaman)

sebesar 78,54 yang artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh

(26)

Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut,

maka dapat diketahui posisi strategi pemasaran agroindustri nata de coco di Kota

Medan. Posisi strategi pemasaran dianalisis menggunakan matriks posisi,

sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih

faktor internal (kekuatan−kelemahan) dan nilai y diperoleh dari sel isih faktor

eksternal (peluang−ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai

berikut:

78,54

47,5

Gambar 3. Matriks Posisi Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco.

Posisi perusahaan agroindustri dalam pemasaran produk nata de coco di daerah

penelitian berada di kuadaran I, artinya posisi ini menandakan bahwa situasi

perusahaan sangat menguntungkan, perusahaan tersebut memiliki peluang dan

kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Kuadran I

Strategi Agresif Kuadran III

Strategi Turn Around

Kuadran II

Strategi Diversifikasi Kuadran IV

Strategi Defensif

Faktor Eksternal

Faktor Internal Y (+)

Y (−)

(27)

Setelah mengetahui hasil pada gambar di atas, maka perlu dilakukan analisis

dengan menyusun faktor-faktor strategis dalam matriks SWOT. Matriks ini

menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yaitu Strategi SO

(Strengths-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), Strategi WO

(Weakness-Opportunities), dan Strategi WT (Weakness-Threats).

Tabel 12. Matrik SWOT

STRENGTHS (S) 3. Jumlah tenaga kerja

pada agroindustri nata de coco. (S3)

WEAKNESS (W) 1. Variasi produk yang

dihasilkan agroindustri nata de coco. (W1) 2. Jumlah produksi nata

de coco per hari. (W2)

(28)

Keempat berbagai kemungkinan strategi di atas tidak digunakan seluruhnya

dalam pemasaran agroindustri nata de coco di daerah penelitian, melainkan

disesuaikan dengan posisi yang telah diketahui dalam matrik posisi SWOT. Di

daerah penelitian, posisi perusahaan agroindustri dalam pemasaran nata de coco

berada pada kuadaran I, sehingga strategi yang tepat digunakan dalam posisi

tersebut adalah strategi agresif.

Strategi agresif merupakan strategi yang fokus pada strategi SO

(Strengths-Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Sehingga strategi-strategi yang tepat digunakan perusahaan agroindustri dalam

pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah:

1. Menghasilkan variasi produk. (S1, S2, S3, O1, O2)

Saat ini produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco di daerah

penelitian hanya berupa lembaran nata yang merupakan bahan baku bagi

industri makanan dan minuman. Seharusnya dengan memiliki kekuatan

seperti modal dan tenaga kerja, agroindustri ini diharapkan dapat

menghasilkan berbagai produk seperti minuman dan agar-agar dalam

kemasan.

2. Meningkatkan modal usaha. (S1, O2)

Modal merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan suatu

usaha. Dengan adanya pinjaman dari lembaga keuangan/bank, pengusaha

agroindustri nata de coco dapat membeli alat dan teknologi untuk

mengembangkan produknya serta menambah tenaga kerja yang terampil

(29)

3. Memanfaatkan peluang pasar untuk memperluas jaringan pemasaran

produk. (S2, O2)

Tingginya permintaan akan nata de coco sebagai bahan baku industri

makanan dan minuman merupakan peluang bagi para pengusaha nata de

coco untuk meningkatkan produksinya serta menjual hasil produksinya ke

perusahaan besar. Untuk itu perlu adanya kerja sama dengan pemerintah

agar perusahaan agroindustri skala kecil-rumah tangga memiliki akses

(30)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. a. Kekuatan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian

adalah penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco, harga jual

nata de coco, dan jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco.

b. Kelemahan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian

adalah variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco, jumlah

produksi nata de coco, dan promosi/sistem penjualan produk nata de coco.

c. Peluang agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian

adalah ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco dan pangsa

pasar produk nata de coco.

d. Ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian

adalah perusahaan pesaing agroindustri nata de coco dan pengaruh

musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco.

2. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri nata de

coco di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO

(Strengths-Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

yang ada dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Menghasilkan variasi produk.

2. Meningkatkan modal usaha.

(31)

6.2 Saran

1. Kepada pengusaha agroindustri nata de coco

- Perusahaan agroindustri nata de coco dapat meningkatkan penggunaan

teknologi dalam proses produksi seperti pengolahan nata hingga menjadi

minuman dalam kemasan yang menarik konsumen.

- Perusahaan agroindustri diharapkan dapat memperluas jaringan distribusi

produk seperti bekerja sama dengan idustri makanan dan minuman lokal

maupun luar daerah.

2. Kepada pemerintah

- Pemerintah diharapkan dapat melakukan pembinaan mengenai industri

skala kecil-rumah tangga, untuk itu pemerintah (Dinas Perindustrian dan

Perdagangan) perlu mendata ulang guna mendapatkan informasi yang

akurat mengenai profil dan karakteristik agroindustri nata de coco di Kota

Medan.

- Diperlukan kebijakan pemerintah agar mampu mendorong lembaga terkait

seperti lembaga keuangan/bank untuk pembiayaan serta pemerintah daerah

yang dapat memberikan pelatihan mengenai manajemen usaha, teknologi

produksi, penanganan limbah, dll.

3. Kepada peneliti selanjutnya

Disarankan agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemasaran

Gambar

Tabel 3. Matrik Faktor Strategi Internal dan Eksternal
Tabel 4. Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal
Tabel 5. Matrik SWOT
Tabel 6. Karakteristik Pengusaha Agroindustri Nata De Coco
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menguji apakah hubungan atau perbedaan antara dua kelompok atau beberapa kelompok yang terkait dengan variabel eksis atau tidak, hipotesis dapat disusun sebagai

Perkara mengenai kebebasan diri telah diperuntukan dalam Fasal 1, Perkara 5 Perlembagaan Persekutuan yang memperuntukkan tidak seorang pun boleh

23,26 Hasil penelitian ini justru menguatkan beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa pada tikus yang diinduksi STZ dengan dosis rendah yaitu 35 mg/kgBB yang

Dalam analisis kualitatif senyawa organik dapat diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer, jika tersedia data yang direkam, dan

Jika fungsi faktor produksi (tenaga kerja) sama atau produktivitas dan efisiensi di dua negara sama, maka tentu tidak akan terjadi perdagangan internasional karena harga barang

Tabel 1 menunjukkan bahwa secara konsisten pada semua level kadar air substrat, meningkatnya dosis inokulum jamur tiram putih dari 10 sampai 25g kg -1 substrat diikuti oleh

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dengan menggunakan data responden serta pengujian hipotesis mengenai pengaruh

a) Besarnya investasi pada aktiva tetap dibandingkan dengan seluruh dana jangka panjang.. Pemakain dana untuk aktiva tetap adalah salah satu sebab utama dari keadaan tidak