BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yaitu di Kecamatan Medan Tembung,
Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas. Daerah penelitian
ditentukan secara purposive yaitu berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan
mempertimbangkan bahwa agroindustri nata de coco di daerah tersebut dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.2 Metode Penetuan Sampel
Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode snowball
sampling (bola salju), yaitu dengan menemui satu orang pengusaha nata de coco
untuk menunjuk responden/sampel berikutnya yang sesuai dengan karakteristik
yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Karakteristik yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah industri rumah tangga yang memproduksi nata de coco
lembaran (masih mentah). Besar sampel yang didapat adalah sebanyak 4 sampel.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, dengan cara
melakukan wawancara langsung dengan pengusaha agroindustri nata de coco
3.4 Metode Analisis Data
Untuk hipotesis 1 digunakan analisis deskriptif dan hipotesis 2 digunakan analisis
SWOT. Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar
keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai
berikut:
1. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal.
2. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal, eksternal, dan matrik
SWOT.
3. Tahap pengambilan keputusan.
Tahap pengambilan data ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi perusahaan dapat
dilakukan dengan wawancara terhadap ahli perusahaan yang bersangkutan.
Setelah mengetahui berbagai faktor dalam perusahaan maka tahap selanjutnya
adalah membuat matriks internal eksternal.
Tabel 3. Matrik Faktor Strategi Internal dan Eksternal
Faktor Strategi Internal & Eksternal Rating Bobot Skor (Rating x Bobot) Kekuatan/Kelemahan
1. 2. 3.
Total Skor Kekuatan/Kelemahan 100
Peluang/Ancaman 1.
2. 3.
Total Skor Peluang/Ancaman 100
Berdasarkan tabel tersebut, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor
strategi adalah menetukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan/kelemahan serta
peluang/ancaman dalam kolom 1, lalu beri peringkat (rating) untuk setiap faktor
pada kolom 2 berdasarkan respon sampel penelitian terhadap faktor-faktor
tersebut, yaitu:
Tabel 4. Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal
Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal
4 Sangat Besar Kekuatan Peluang
3 Besar Kekuatan Peluang
2 Kecil Kekuatan Peluang
1 Sangat Kecil Kekuatan Peluang
1 Sangat Besar Kelemahan Ancaman
2 Besar Kelemahan Ancaman
3 Kecil Kelemahan Ancaman
4 Sangat Kecil Kelemahan Ancaman
Sumber: Rangkutui, 1997.
Kemudian beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh
melebihi skor total 1 pada kolom 3 dengan rumus seperti berikut:
Bobot =rating x total bobot total rating
Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk
mendapatkan skoring dalam kolom 4 (Rangkuti, 1997).
Matrik SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini akan terbentuk empat kemungkinan
Tabel 5. Matrik SWOT - Tentukan 5-10 faktor
peluang eksternal
- Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST
Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
EKSTERNAL
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman
(Rangkuti, 1997).
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka
dibuat Defenisi dan Batasan Operasional sebagai berikut:
Defenisi:
1. Agroindustri, adalah industri yang berbahan baku utama dari produk
pertanian berupa limbah tanaman kelapa, yaitu air kelapa.
2. Nata de coco, adalah jenis komponen minuman yang merupakan senyawa
selulosa yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi.
3. Strategi pemasaran, adalah rencana tindakan yang hendak diikuti oleh
manajer pemasaran yang berdasarkan atas analisa situasi dan tujuan
perusahaan.
Batasan Operasional:
1. Tempat penelitian adalah perusahaan agroindustri nata de coco di Kota
Medan, yaitu di Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Johor,
dan Kecamatan Medan Amplas.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
AGROINDUSTRI
NATA DE COCO
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Kota Medan terletak antara 3°.27' − 3°.47ʹ Lintang Utara dan 98°.35ʹ − 98°.44ʹ
Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota
Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22,49° C –
23,97° C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15° C – 34,21° C. Kelembaban
udara di wilayah Medan rata-rata 76 – 81 %. Kota Medan berbatasan dengan
Kabupaten Deli Serdang pada sebelah utara, selatan, barat, dan timur.
Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat I di Sumatera Utara
dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan
Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan
merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting,
yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
Berikut adalah deskripsi kecamatan di Kota Medan yang merupakan lokasi
penelitian pada agroindustri nata de coco, yaitu Kecamatan Medan Tembung,
Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas.
4.1.1 Medan Tembung
Kecamatan Medan Tembung merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan
yang mempunyai luas sekitar 7,78 km². Kecamatan Medan Tembung berbatasan
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah Selatan berbatas dengan : Kecamatan Medan Denai
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Perjuangan
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang
Dari tujuh kelurahan di Kecamatan Medan Tembung, Kelurahan Bantan memiliki
luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 1,51 km² sedangkan Kelurahan Tembung
mempunyai luas terkecil yakni 0,64 km².
Kecamatan Medan Tembung dihuni oleh 133.784 orang dimana penduduk
terbanyak di Kelurahan Bantan yakni sebanyak 29.693 orang dan jumlah
penduduk terkecil di Kelurahan Tembung yakni sebanyak 9.821 orang.
Perusahaan industri di Medan Tembung sudah mulai ramai, terutama industri
rumah tangga. Tercatat pada tahun 2012 terdapat sebanyak 48 industri kecil dan
industri rumah tangga di Kecamatan Medan Tembung.
4.1.2 Medan Johor
Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang
mempunyai luas sekitar 16,96 km². Kecamatan Medan Johor berbatasan dengan:
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Medan Polonia
- Sebelah Selatan berbatas dengan : Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Selayang
Dari enam kelurahan di Kecamatan Medan Johor, Kelurahan Kwala Bekala
memiliki luas wilayah terluas yaitu sebesar 5,50 km² sedangkan Kelurahan Kedai
Durian memiliki luas wilayah terkecil yaitu 0,98 km².
Kecamatan Medan Johor dihuni oleh 123.851 orang dimana penduduk paling
banyak berada di Kelurahan Kwala Bekala yakni sebanyak 32.599 orang, jumlah
penduduk paling kecil berada di Kelurahan Kedai Durian yakni sebanyak 6.572
orang.
Perusahaan industri di Medan Johor sudah mulai banyak bermunculan, terutama
industri rumah tangga. Perusahaan industri besar banyak terdapat di Kelurahan
Kedai Durian, pada tahun 2012 tercatat sebanyak 23 industri besar dan sedang,
dan 247 industri kecil dan industri rumah tangga di Kecamatan Medan Johor.
4.1.2 Medan Amplas
Kecamatan Medan Amplas merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang
mempunyai luas sekitar 13,764 km². Kecamatan Medan Amplas berbatasan
dengan:
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Medan Denai
- Sebelah Selatan berbatas dengan : Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Johor
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang
Dari tujuh kelurahan di Kecamatan Medan Amplas, Kelurahan Harjosari II
memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 4,59 km², sedangkan Kelurahan
Kecamatan Medan Amplas dihuni oleh 115.543 orang dimana penduduk
terbanyak berada di Kelurahan Harjosari I yakni sebanyak 31.979 orang dan
jumlah penduduk terkecil ada di Kelurahan Bangun Mulia yakni sebanyak 2.259
orang.
Perusahaan industri di Medan Amplas sudah mulai banyak yang bermunculan,
terutama industri kecil. Tercatat pada tahun 2012 terdapat sebanyak 17 industri
besar dan sedang, 23 industri kecil, dan 21 industri rumah tangga di Kecamatan
Medan Amplas.
4.2 Karakteristik Agroindustri Nata De Coco
4.2.1 Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama
berusaha, serta luas lahan dan bangunan usaha. Secara rinci, karakteristik sampel
pengusaha agroindustri nata de coco dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Karakteristik Pengusaha Agroindustri Nata De Coco
Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range
Umur Tahun 32 22 – 38
Tingkat Pendidikan Tahun 13 12 – 16
Lama Usaha Tahun 2,75 2 – 3
Luas Lahan Usaha m² 887,5 150 – 2000
Luas Bangunan Usaha m² 167,5 70 – 400
Sumber: Analisis data primer, Lampiran 1.
Dari tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata umur pengusaha agroindustri nata de
coco adalah 32 tahun dengan rentang antara 22 − 38 tahun. Dilihat dari tingkat
menunjukkan bahwa pendidikan pengusaha nata de coco adalah tingkat
SMA/sederajat. Sedangkan pengalaman berusaha di bidang agroindustri nata de
coco tersebut rata-rata adalah 2,75 tahun dengan rentang antara 2 − 3 tahun. Rata
-rata luas lahan usaha nata de coco adalah 887,5 m² dengan rentang antara 150 −
2000 m², sedangkan luas bangunan untuk memproduksi nata de coco rata-rata
adalah 167,5 m² dengan rentang antara 70 − 400 m².
4.2.2 Permodalan
Modal usaha bagi pengusaha skala besar ataupun kecil merupakan unsur yang
utama dalam mendirikan suatu usaha yang bertujuan untuk mendukung
peningkatan pendapatan (profit) yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf
hidup pengusaha itu sendiri. Modal usaha berasal dari modal sendiri, modal
keluarga, ataupun pinjaman dari lembaga keuangan (bank).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah
penelitian, rata-rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah modal
pinjaman pada bank.
4.2.3 Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu kegiatan produksi.
Tenaga kerja dalam usaha agroindustri nata de coco di daerah penelitian
diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan produksi seperti pembelian
bahan baku, penyaringan bahan baku, pemasakan air kelapa, pencetakan,
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pengusaha nata de coco di
daerah penelitian, rata-rata jumlah tenaga kerja yang dipakai adalah 6 orang
dengan rentang antara 3 − 7 orang. Jam kerja untuk memproduksi nata de coco
rata-rata dari jam 8 pagi sampai 4 sore. Upah tenaga kerja pada industri ini adalah
sebesar Rp 30.000/hari atau sekitar Rp 900.000/bulan.
4.2.4 Bahan Baku
Bahan baku sangat penting bagi perusahaan agroindustri yang mengolah suatu
produk, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu kualitas dari
produk yang dihasilkannya. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi
nata de coco harus berkualitas, yaitu tidak kotor, tidak bau, dan tidak basi. Hal
tersebut dilakukan untuk mendapatkan kualitas nata de coco yang baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah
penelitian, penyediaan bahan baku berupa air kelapa cukup tersedia untuk
kebutuhan produksi yaitu rata-rata sekitar 1875 liter/hari dengan rentang antara
1000 − 3000 liter/hari. Umumnya pengusaha memperoleh bahan baku dari pas
ar-pasar yang berada di Kota Medan.
Tabel 7. Kebutuhan bahan baku pada agroindustri nata de coco di daerah penelitian tahun 2013.
Sampel Kebutuhan Air Kelapa per Hari
1 3000 liter
2 1500 liter
3 2000 liter
4 1000 liter
4.2.5 Fasilitas Perusahaan
Fasilitas perusahaan agroindustri nata de coco pada lokasi penelitian meliputi
seluruh peralatan dan perlengkapan yang terdapat dalam perusahaan untuk
memperlancar kegiatan produksi. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
pada agroindustri nata de coco di lokasi penelitian, fasilitas-fasilitas tersebut
adalah:
1. Fasilitas Produksi
Alat-alat yang digunakan untuk memproduksi nata de coco adalah:
- Jerigen air sebagai media penyimpanan air kelapa (bahan baku).
- Saringan untuk menyaring air kelapa yang masih kotor karena
tercampur material lain seperti serabut, pecahan tempurung, dll.
- Tangki air sebagai media penyimpanan air kelapa yang telah
disaring dan siap untuk dimasak.
- Panci ukuran besar dengan kapasitas 150 dan 300 liter serta
kompor untuk memasak air kelapa.
- Botol sirup sebagai media penyimpanan bibit nata.
- Gayung plastik untuk menuangkan air kelapa yang sudah dimasak
ke dalam loyang plastik.
- Loyang plastik untuk mencetak air kelapa yang akan difermentasi.
- Koran sebagai penutup air kelapa pada loyang plastik selama
2. Fasilitas Penyimpanan
Bibit nata yang difermentasi serta nata de coco yang sudah dicetak
disusun di rak dan disimpan di dalam gudang penyimpanan yang terdapat
di dalam pabrik. Sedangkan untuk nata de coco yang sudah jadi
dimasukkan ke dalam tong berukuran besar dan disimpan di dalam gudang
penyimpanan hingga nata de coco tersebut dijemput oleh agen.
3. Fasilitas Transportasi
Masing-masing industri nata de coco memiliki 1 mobil pick-up dengan
kapasitas 50 jerigen untuk mengangkut bahan baku berupa air kelapa ke
pasar.
4.3 Proses Pembuatan Nata De Coco
Proses pengolahan air kelapa menjadi nata de coco terdiri dari dua tahapan, yaitu
pembuatan bibit nata (starter) dan pembuatan nata de coco. Bahan baku yang
digunakan adalah air kelapa, air cuka, gula, dan pupuk urea/ZA.
1. Pembuatan bibit nata (starter)
- Penyaringan
Air kelapa yang akan dimasak terlebih dahulu disaring dengan
menggunakan kain saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan air kelapa
yang kotor karena masih tercampur dengan material lain seperti serabut,
pecahan tempurung, dll.
- Proses memasak
Air kelapa yang telah disaring dimasukkan ke dalam panci besar yang
cuka, gula, dan pupuk urea/ZA. Proses perebusan dilakukan ± 2,5 jam
hingga air kelapa mendidih. Proses perebusan bertujuan untuk
menghancurkan mikroba-mikroba yang terdapat dalam air kelapa.
- Fermentasi
Dalam keadaan panas, air kelapa yang telah dimasak dimasukkan ke
dalam botol bekas sirup yang sebelumnya telah disterilkan lalu ditutup
dengan plastik. Selanjutnya bibit nata dibiarkan sampai dingin. Setelah
dingin, berikan cairan Acetobacter Xylinum dan disimpan di dalam
ruangan sampai 4 – 5 hari hingga bakteri tumbuh pada bibit nata tersebut.
2. Pembuatan nata de coco
- Penyaringan
Air kelapa yang akan dimasak terlebih dahulu disaring dengan
menggunakan kain saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan air kelapa
yang masih kotor.
- Proses memasak
Air kelapa yang telah disaring dimasukkan ke dalam panci besar lalu
dipanaskan dan dicampur dengan air cuka, gula, dan pupuk urea/ZA.
Proses perebusan dilakukan ± 2,5 jam hingga air kelapa mendidih.
- Fermentasi
Dalam keadaan panas, air kelapa yang telah dimasak dituang ke dalam
loyang yang sebelumnya telah disterilkan lalu ditutup dengan kertas koran.
Selanjutnya nata de coco didiamkan selama satu hari. Setelah dingin,
berikan cairan bibit nata (starter) dan diamkan selama 6 – 7 hari agar
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco
5.1.1 Kekuatan Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco
Adapun kekuatan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian
adalah:
1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco
Setiap perusahaan yang ingin masuk ke dalam agroindustri nata de coco
memerlukan modal yang besar untuk biaya investasi dan operasi. Modal tersebut
dapat menjadi ancaman bagi para pengusaha. Namun, di daerah penelitian modal
bukannlah menjadi ancaman bagi mereka dalam menjalankan usahanya. Modal
usaha bisa berasal dari modal sendiri, modal keluarga, ataupun pinjaman dari
lembaga keuangan/bank. Lembaga keuangan sangat dibutuhkan oleh dunia usaha
agribisnis, terutama bagi usaha kecil yang biasanya membutuhkan modal
tambahan sebagai modal investasi dan modal kerja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah
penelitian, rata-rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah modal
pinjaman pada bank yaitu pada Bank Mega dan BRI. Besarnya modal yang
digunakan pada usaha nata de coco tersebut rata-rata adalah Rp 125.000.000
2. Harga jual produk nata de coco per Kg
Dalam menetapkan harga produk, perusahaan tidak hanya menetapkan harga
berdasarkan kehendak perusahaan. Penetapan harga harus melihat penetapan
harga pesaing, sehingga perusahaan dapat mempertahankan pelanggan
(distributor) dan memperoleh keuntungan yang memuaskan. Penetapan harga
yang terlalu tinggi menyebabkan kehilangan pelanggan (distributor) karena
berpindah menjadi pelanggan dari perusahaan pesaing. Penetapan harga yang
terlalu rendah juga menyebabkan berkurangnya keuntungaan (profit) yang
diperoleh perusahaan, hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan usaha.
Dalam penentuan harga jual produknya pengusaha terlebih dahulu menghitung
beberapa biaya seperti biaya tenaga kerja, biaya material/bahan baku, dan biaya
lain-lain seperti biaya administrasi, biaya pemasaran, dan sebagainya setelah itu
baru ditentukan berapa keuntungan yang ingin diperoleh.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah
penelitian, rata-rata harga jual produk nata de coco dalam bentuk lembaran adalah
Rp 1.500/Kg. Harga tersebut diperoleh berdasarkan total biaya untuk
memproduksi produk nata de coco adalah Rp 850/Kg kemudian pengusaha ingin
mengambil keuntungan sebesar 80%, maka besar harga jual yang ditetapkan
adalah sebesar Rp 1.500. Harga tersebut merupakan kekuatan perusahaan
agroindustri dan dianggap sesuai dengan permintaan akan nata de coco mentah di
Kota Medan yang cenderung tinggi.
3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco
Dari segi sosial, usaha nata de coco menyerap tenaga kerja lokal yang besar baik
perusahaan menengah, besar, kecil maupun rumah tangga. Usaha ini hanya
menggunakan teknologi yang sederhana tanpa perlu pengetahuan yang spesifik.
Tenaga kerja untuk memproduksi nata de coco tidak membutuhkan pendidikan
formal atau pengetahuan khusus, tetapi lebih memerlukan ketrampilan dan
ketekunan. Hal ini merupakan kekuatan bagi perusahaan agroindustri karena
apabila terjadi peningkatan permintaan, pengusaha tidak mengalami kesulitan
untuk mencari tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja juga dapat dipenuhi dari
keluarga sendiri atau dari tetangga sekitar. Tenaga kerja biasanya ada yang tetap
dan tidak tetap (borongan).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah
penelitian, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam industri nata de coco skala
kecil-rumah tangga rata-rata adalah 6 orang dengan jam kerja kurang lebih 8
jam/hari yaitu mulai dari jam 8 pagi – 4 sore.
5.1.2 KelemahanAgroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco
Adapun kelemahan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah
penelitian adalah:
1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pengusaha nata de coco di
daerah penelitian, agroindustri pada sampel penelitian hanya memproduksi nata
minuman yang terbuat dari nata de coco. Tidak adanya variasi produk pada
agroindustri ini dianggap sebagai kelemahan perusahaan karena keuntungan yang
diperoleh hanya berasal dari penjualan produk mentah. Padahal dengan memiliki
kekuatan perusahaan seperti modal dan tenaga kerja, nata de coco mentah
tersebut dapat diolah menjadi berbagai minuman dan agar-agar dalam kemasan
yang menarik yang tentunya dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hanya menghasilkan produk mentah saja.
2. Jumlah produksi nata de coco per hari
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah
penelitian, jumlah produksi nata de coco per hari rata-rata adalah 800 Kg/hari
dengan rentang antara 500 – 1.000 Kg/hari. Dalam skala industri kecil/rumah
tangga, produksi harian nata de coco dengan jumlah tersebut dianggap masih
kecil karena dengan adanya kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan seharusnya
dapat memproduksi hingga 3 – 5 ton/hari. Namun, perusahaan agroindustri nata
de coco di daerah penelitian tidak dapat memproduksi dalam jumlah besar karena
jumlah produksi ditentukan oleh agen/distributor yang membeli hasil produk
perusahaan tersebut. Dengan dibatasinya jumlah produksi tersebut merupakan
kendala bagi usaha nata de coco dalam mendapatkan profit yang lebih tinggi.
3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco
Akses ke saluran distribusi merupakan kendala dalam agroindustri nata de coco,
karena saluran distribusi untuk produk nata de coco umumnya sudah dikuasai
oleh perusahaan-perusahaan besar nata de coco, sehingga para pengusaha nata de
produknya. Promosi/sistem penjualan produk yang dijalankan agroindustri nata
de coco di daerah penelitian lebih banyak ditujukan ke agen (distributor), karena
para pengusaha nata de coco tidak memiliki akses (link) ke industri besar. Hal ini
merupakan kendala bagi usaha tersebut untuk memperluas jaringan pemasaran
produknya.
5.1.2 PeluangAgroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco
Adapun peluang agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian
adalah:
1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco
Bahan baku sangat penting bagi perusahaan agroindustri yang mengolah suatu
produk, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu kualitas dari
produk yang dihasilkannya. Keberlangsungan input juga merupakan hal yang
penting dalam manajemen agribisnis termasuk nata de coco.
Air kelapa merupakan bahan baku yang mudah didapat, tersedia sepanjang tahun,
dan harganya murah. Pada mulanya air kelapa kebanyakan hanya merupakan
limbah dari industri pembuatan kopra atau minyak goreng. Dalam hal penyediaan
bahan baku, perusahaan agroindustri nata de coco sudah dapat mengkoordinir
dengan baik sehingga proses produksi akan terus berjalan dan dapat mencapai
target produksi yang dibutuhkan. Hal ini merupakan peluang bagi pengusaha
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah
penelitian, penyediaan bahan baku berupa air kelapa cukup tersedia untuk
kebutuhan produksi yaitu rata-rata sekitar 1875 liter/hari dengan rentang antara
1000 − 3000 liter/hari dengan harga Rp 4.000 – Rp 6.000/jerigen (1 jerigen = 25
liter). Umumnya pengusaha memperoleh bahan baku tersebut dari pasar-pasar
yang berada di Kota Medan.
2. Pangsa pasar produk nata de coco
Produk kelapa yang biasanya dijual oleh masyarakat adalah kopra, minyak
goreng, gula merah, dan kelapa butiran. Padahal banyak sekali produk-produk
yang bisa diturunkan dari buah kelapa. Salah satunya adalah nata de coco yang
menggunakan bahan baku air kelapa. Dari segi skala perusahaan, usaha nata de
coco dilakukan oleh beberapa perusahaan besar-menengah dan juga perusahaan
kecil-rumah tangga. Tentu saja mereka memiliki segmentasi pasar sendiri-sendiri.
Perusahaan besar-menengah memiliki pasar yang relatif lebih luas mencangkup
pasar domestik dan pasar ekspor. Sedangkan perusahaan kecil-rumah tangga
memiliki pasar lokal dan daerah sekitar.
Di pasar domestik, permintaan nata de coco biasanya meningkat tajam pada saat
menjelang hari raya Natal, Lebaran, Tahun Baru dan peristiwa-peristiwa penting
lainnya. Begitu banyaknya permintaan pada waktu-waktu tersebut, agroindustri
nata de coco pada daerah penelitian memproduksi nata de coco dalam jumlah
yang lebih besar. Hal ini merupakan peluang bagi pengusaha nata de coco dalam
5.1.4 AncamanAgroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco
Adapun ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian
adalah:
1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco
Pola konsumsi terhadap nata de coco dan potensi pasarnya mempunyai prospek
cerah. Keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh industri penghasil produk ini.
Agroindustri nata de coco terus berkembang dan menghasilkan produk untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Semakin meingkatnya permintaan terhadap
produk nata de coco, maka banyak industri yang bergerak dibidang nata de coco.
Dampak yang ditimbulkan dari industri tersebut adalah terjadinya persaingan
dengan industri sejenis dalam memperebutkan konsumen dan dan mendapatkan
bahan baku. Besar kecilnya ancaman masuknya pendatang baru/pesaing ke dalam
agroindustri nata de coco tergantung pada rintangan masuk yang ada dan reaksi
dari para pengusaha agroindustri.
2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco
Ancaman produksi utama yang dihadapi oleh industri nata de coco adalah
musim/cuaca yaitu musim penghujan. Selain pada musim penghujan input air
kelapa mengalami penurunan supply, musim hujan juga akan mengganggu suhu
udara yang bisa sangat mempengaruhi proses fermentasi. Kestabilan suhu ruangan
28º - 31ºC dibutuhkan dalam proses fermentasi. Selain berpengaruh pada proses
produksi, musim/cuaca juga berpengaruh dalam proses pemasaran. Pada saat
musim hujan, permintaan akan nata de coco menurun sehingga produsen harus
5.2 Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco
Perusahaan dalam menghadapi berbagai masalah dalam mencapai tujuan harus
dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat agar menempatkan diri pada
posisi yang menguntungkan. Dalam menetapkan strategi pemasaran yang tepat
bagi perusahaan, dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan
eksternal yang berpengaruh bagi perusahaan. Melalui faktor internal dapat
diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, sedangkan melalui
faktor-faktor eksternal dapat diketahui peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaaan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh
dari agroindustri nata de coco di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan
ancaman) yang mempengaruhi pemasaran Nata De Coco di Kota Medan sebagai
berikut:
Tabel 8. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan
Faktor – Faktor Parameter
Faktor Internal
- Kekuatan 1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco
2. Harga jual produk nata de coco per Kg 3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri
nata de coco
- Kelemahan 1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco
2. Jumlah produksi nata de coco per hari
3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco Faktor Eksternal
- Peluang 1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco
2. Pangsa pasar produk nata de coco
- Ancaman 1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco 2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap
agroindustri nata de coco
Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal pada pemasaran agroindustri
nata de coco di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan
data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal/Internal
Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi
Eksternal/Eksternal Strategic Factors Analysis Summary (EFAS).
Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan,
rating, dan pembobotan dipindahkan ke tabel matrik IFAS untuk diberi skoring
(rating x bobot) seperti pada tabel berikut:
Tabel 9. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)
Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan)
1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco
3 18,75 56,25
2. Harga jual nata de coco per Kg 3 18,75 56,25
3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco
2 12,5 25
Weakness (Kelemahan)
1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco
2 20 40
2. Jumlah produksi nata de coco per hari 1 10 10
3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco
2 20 40
TOTAL 13 100 227,5
Sumber: Analisis data primer, Lampiran 5.
Hasil pembobotan faktor internal yang paling tinggi pada kekuatan adalah
penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco dan harga jual nata de
coco per Kg, sedangkan hasil yang paling tinggi pada kelemahan adalah produk
yang dihasilkan agroindustri nata de coco dan promosi/sistem penjualan produk
Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dan
ancaman, rating, dan pembobotan dipindahkan ke tabel matrik EFAS untuk diberi
skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut:
Tabel 10. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Rating Bobot Skor Opportunity (Peluang)
1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco
4 28,57 114,28
2. Pangsa pasar produk nata de coco 3 21,42 64,26
Threats (Ancaman)
1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco
2 25 50
2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco
2 25 50
TOTAL 11 100 278,54
Sumber: Analisis data primer, Lampiran 6.
Hasil pembobotan faktor eksternal yang paling tinggi pada peluang adalah
ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco, sedangkan hasil yang
paling tinggi pada ancaman adalah perusahaan pesaing agroindustri nata de coco
dan pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco.
Selanjutnya dilakukan penggabungan antara faktor strategis internal dan faktor
Tabel 11. Penggabungan matriks evaluasi faktor strategis internal dan eksternal pemasaran agroindustri nata de coco
Faktor - Faktor Strategis Rating Bobot Skor Faktor Strategis Internal
Strength (Kekuatan)
1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco
3 18,75 56,25
2. Harga jual nata de coco per Kg 3 18,75 56,25
3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco
2 12,5 25
Total Skor Kekuatan 8 50 137,5
Weakness (Kelemahan)
1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco
2 20 40
2. Jumlah produksi nata de coco per hari 1 10 10
3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco
2 20 40
Total Skor Kelemahan 5 50 90
Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 47,5
Faktor Strategis Eksternal Opportunity (Peluang)
1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco
4 28,57 114,28
2. Pangsa pasar produk nata de coco 3 21,42 64,26
Total Skor Peluang 7 50 178,54
Threats (Ancaman)
1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco
2 25 50
2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco
2 25 50
Total Skor Ancaman 4 50 100
Selisih (Peluang – Ancaman) 78,54
Sumber: Analisis data primer, Lampiran 7.
Tabel 11 menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan–
kelemahan) adalah sebesar 47,5 yang artinya pengaruh kekuatan lebih besar
dibandingkan pengaruh kelemahan terhadap pemasaran agroindustri nata de coco
di Kota Medan. Sedangkan selisih faktor strategis eksternal (peluang−ancaman)
sebesar 78,54 yang artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh
Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut,
maka dapat diketahui posisi strategi pemasaran agroindustri nata de coco di Kota
Medan. Posisi strategi pemasaran dianalisis menggunakan matriks posisi,
sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih
faktor internal (kekuatan−kelemahan) dan nilai y diperoleh dari sel isih faktor
eksternal (peluang−ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai
berikut:
78,54
47,5
Gambar 3. Matriks Posisi Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco.
Posisi perusahaan agroindustri dalam pemasaran produk nata de coco di daerah
penelitian berada di kuadaran I, artinya posisi ini menandakan bahwa situasi
perusahaan sangat menguntungkan, perusahaan tersebut memiliki peluang dan
kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Kuadran I
Strategi Agresif Kuadran III
Strategi Turn Around
Kuadran II
Strategi Diversifikasi Kuadran IV
Strategi Defensif
Faktor Eksternal
Faktor Internal Y (+)
Y (−)
Setelah mengetahui hasil pada gambar di atas, maka perlu dilakukan analisis
dengan menyusun faktor-faktor strategis dalam matriks SWOT. Matriks ini
menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yaitu Strategi SO
(Strengths-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), Strategi WO
(Weakness-Opportunities), dan Strategi WT (Weakness-Threats).
Tabel 12. Matrik SWOT
STRENGTHS (S) 3. Jumlah tenaga kerja
pada agroindustri nata de coco. (S3)
WEAKNESS (W) 1. Variasi produk yang
dihasilkan agroindustri nata de coco. (W1) 2. Jumlah produksi nata
de coco per hari. (W2)
Keempat berbagai kemungkinan strategi di atas tidak digunakan seluruhnya
dalam pemasaran agroindustri nata de coco di daerah penelitian, melainkan
disesuaikan dengan posisi yang telah diketahui dalam matrik posisi SWOT. Di
daerah penelitian, posisi perusahaan agroindustri dalam pemasaran nata de coco
berada pada kuadaran I, sehingga strategi yang tepat digunakan dalam posisi
tersebut adalah strategi agresif.
Strategi agresif merupakan strategi yang fokus pada strategi SO
(Strengths-Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Sehingga strategi-strategi yang tepat digunakan perusahaan agroindustri dalam
pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah:
1. Menghasilkan variasi produk. (S1, S2, S3, O1, O2)
Saat ini produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco di daerah
penelitian hanya berupa lembaran nata yang merupakan bahan baku bagi
industri makanan dan minuman. Seharusnya dengan memiliki kekuatan
seperti modal dan tenaga kerja, agroindustri ini diharapkan dapat
menghasilkan berbagai produk seperti minuman dan agar-agar dalam
kemasan.
2. Meningkatkan modal usaha. (S1, O2)
Modal merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan suatu
usaha. Dengan adanya pinjaman dari lembaga keuangan/bank, pengusaha
agroindustri nata de coco dapat membeli alat dan teknologi untuk
mengembangkan produknya serta menambah tenaga kerja yang terampil
3. Memanfaatkan peluang pasar untuk memperluas jaringan pemasaran
produk. (S2, O2)
Tingginya permintaan akan nata de coco sebagai bahan baku industri
makanan dan minuman merupakan peluang bagi para pengusaha nata de
coco untuk meningkatkan produksinya serta menjual hasil produksinya ke
perusahaan besar. Untuk itu perlu adanya kerja sama dengan pemerintah
agar perusahaan agroindustri skala kecil-rumah tangga memiliki akses
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. a. Kekuatan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian
adalah penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco, harga jual
nata de coco, dan jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco.
b. Kelemahan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian
adalah variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco, jumlah
produksi nata de coco, dan promosi/sistem penjualan produk nata de coco.
c. Peluang agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian
adalah ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco dan pangsa
pasar produk nata de coco.
d. Ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian
adalah perusahaan pesaing agroindustri nata de coco dan pengaruh
musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco.
2. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri nata de
coco di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO
(Strengths-Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
yang ada dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Menghasilkan variasi produk.
2. Meningkatkan modal usaha.
6.2 Saran
1. Kepada pengusaha agroindustri nata de coco
- Perusahaan agroindustri nata de coco dapat meningkatkan penggunaan
teknologi dalam proses produksi seperti pengolahan nata hingga menjadi
minuman dalam kemasan yang menarik konsumen.
- Perusahaan agroindustri diharapkan dapat memperluas jaringan distribusi
produk seperti bekerja sama dengan idustri makanan dan minuman lokal
maupun luar daerah.
2. Kepada pemerintah
- Pemerintah diharapkan dapat melakukan pembinaan mengenai industri
skala kecil-rumah tangga, untuk itu pemerintah (Dinas Perindustrian dan
Perdagangan) perlu mendata ulang guna mendapatkan informasi yang
akurat mengenai profil dan karakteristik agroindustri nata de coco di Kota
Medan.
- Diperlukan kebijakan pemerintah agar mampu mendorong lembaga terkait
seperti lembaga keuangan/bank untuk pembiayaan serta pemerintah daerah
yang dapat memberikan pelatihan mengenai manajemen usaha, teknologi
produksi, penanganan limbah, dll.
3. Kepada peneliti selanjutnya
Disarankan agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemasaran