! !
% &'&(
!)*&+&,-Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk memenuhi tujuan tertentu.
Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan penolong, barang dalam proses, dan
bisa juga berupa barang siap pakai. Inventory atau persediaan selalu dijadikan menjadi
sebuah investasi. Namun, investasi ini sering lebih besar daripada yang seharusnya.
Hal ini disebabkan suatu perusahaan lebih sering memiliki persediaan yang berguna
sebagai antisipasi daripada persediaan seharusnya digunakan untuk seperlunya.
Namun, sebenarnya jumlah uang yang tertanam dalam bentuk persediaan jauh lebih
besar dan secara signifikan dapat mempengaruhi biaya modal perusahaan. Untuk
mengatur pengeluaran agar tidak berlebihan diperlukan manajemen persediaan yang
dapat mengatur jumlah item yang harus disimpan.
Perkembangan industri yang dinamis pada saat ini membawa banyak
perubahan yang sangat drastis, mulai dari persaingan yang semakin tinggi antar
perusahaan, perubahan permintaan konsumen yang semakin kritis menuntut
penyediaan produk sesuai tempat dan tepat waktu, masa produk yang relatif singkat,
yang harus antisipasi dalam mendapatkan konsumen, yang merupakan perubahan
yang membawa pengaruh besar terhadap pengelolaan perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan selalu berusaha agar melakukan inovasi dan mencari alternatif solusi
dalam menghadapi persaingan antara lain dengan peningkatan profit melalui
penghematan biaya/ongkos khusunya total biaya persediaan.
Pada saat perusahaan memiliki kebutuhan untuk membeli suatu produk kepada
perusahaan lain, maka tercipta hubungan antara perusahaan yang membutuhkan
produk yang selanjutnya, dimana dalam hal ini disebut sebagai pembeli dan
perusahaan yang menyediakan produk yang dibutuhkan yang disebut sebagai
pemasok. Pada pendekatan klasik, penentuan ukuran lot optimal ditentukan secara
parsial yaitu berdasarkan kebijakan persediaan masing masing yang berbeda.
Frekuensi hubungan yang semakin meningkat antara pembeli dan pemasok
mendorong kedua belah pihak untuk melakukan sinergi dalam menentukan ukuran lot.
Hal ini disebabkan oleh dua hal yaitu mengurangi ongkos tanpa mengubah kebijakan
persediaan pembeli dan pemasok serta menentukan ukuran lot yang ideal bagi pembeli
dan pemasok dengan melakukan kesepakatan penentuan distribusi penghematan
ongkos kedua belah pihak. Dengan demikian, kunci keberhasilan perusahaan dalam
melakukan sinergi terletak pada kebijakan yang diterapkan dalam sistem keseluruhan
sebagai suatu kesatuan yang tidak hanya berfokus pada internal masing masing
perusahaan.
Selain biaya, jumlah permintaan dan waktu pengiriman juga mempengaruhi
pengoptimalan total biaya persediaan. Herjanto (1999, hal: 229) menyatakan bahwa
untuk permintaan konsumen yang diketahui besarnya dan seragam (uniform) dari satu
periode ke periode lain, ukuran jumlah barang yang dipesan atau lot yang optimal
dapat dicari dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) sehingga
memberikan total biaya optimal.
Dalam sistem terintegrasi antara pemasok dan pembeli, biaya pesan, biaya
pengiriman dan biaya simpan merupakan biaya yang sangat mempengaruhi total biaya
persediaan. Biaya pesan dan biaya pengiriman tidak tergantung pada jumlah pesanan
dan biaya pengiriman akan semakin meningkat. Sementara jumlah pesanan akan
mempengaruhi biaya simpan. Semakin banyak jumlah pesanan yang disimpan maka
biaya simpan akan semakin meningkat begitu juga sebaliknya. Pada umumnya, biaya
simpan pada pemasok berbeda dengan biaya simpan pada pembeli. Sehingga dengan
adanya kerja sama yang baik antara kedua belah pihak akan membantu pengoptimalan
total biaya persediaan.
Dalam hal ini terdapat beberapa pendekatan yang digunakan dalam
memanfaatkan teknologi informasi pada hubungan kontrak antara lain Information
Sharing, Vendor Managed Inventory, dan Consignment. Pendekatan Information
Sharing (IS) merupakan pendekatan yang memanfaatkan teknologi informasi untuk
dapat berbagi informasi antara pemasok dan pembeli. Pendekatan Vendor Managed
Inventory (VMI) melibatkan pemasok dalam melakukan monitoring terhadap status
persediaan pembeli dan pemasok bertanggung jawab terhadap ketersediaan produk
sehingga pembeli tidak perlu melakukan pemesanan. Adapun pendekatan consignment
merupakan pengaturan kepemilikan produk, yaitu pemasok sebagai pemilik produk
(consignor) mengirimkan produk kepada pembeli (consignee) untuk dimanfaatkan
oleh pembeli. Proses penjualan atau perpindahan kepemilikan produk berlaku pada
saat produk dimanfaatkan oleh pembeli. Apabila dua pendekatan di atas disatukan,
maka pemasok melakukan Vendor Managed Inventory dengan Consignment (VMI C)
yang berarti di samping melakukan monitoring terhadap status persediaan pembeli,
pemasok juga bertanggung jawab terhadap kepemilikan produk hingga produk
dimanfaatkan oleh pembeli. Pada hubungan kontrak, ukuran lot pengiriman ditentukan
oleh pemasok baik dengan pendekatan VMI maupun dengan VMI C. Hal ini
menunjukkan bahwa sinergi hubungan antara pemasok dan pembeli belum
dimanfaatkan secara optimal. Penentuan ukuran lot pemesanan belum dilakukan
berdasarkan integrasi fungsi total ongkos persediaan pemasok dan pembeli. Oleh
karena itu, pemasok cenderung mendorong pembeli untuk bersinergi meningkatkan
kinerja total ongkos persediaan melalui hubungan kemitraan. Pendekatan dengan
metode ini sudah banyak diterapkan oleh beberapa perusahaan, diantaranya
perusahaan manufaktur, industri elektronik, grosir, food manufacturing, industry besi
dan sebagainya. Oleh sebab itu, berdasarkan permasalahan tersebut dan dalam konteks
penulisan ini “Model Pengendalian Persediaan EOQ Dengan Pendekatan Vendor
Managed Inventory Consignment (VMI C).”
% )(./.0&, &0&*&1
Permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana merumuskan masalah persediaan
dengan metode EOQ dengan membentuk suatu model matematika berdasarkan
integrasi fungsi total ongkos persediaan pemasok dan pembeli dengan pendekatan
VMI C untuk menentukan ukuran lot gabungan keduanya sehingga memperoleh biaya
minimum.
% 2,3&.&, .0'&+&
Istilah persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala
sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap
pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya mungkin internal ataupun
eksternal. Ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi
atau produk akhir, bahan bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen komponen
lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan (Handoko, 1984).
Keterbatasan sumber daya mengakibatkan adanya bahan/ barang tertentu
yang tidak bisa diperoleh dengan segera ketika bahan/ barang tersebut dibutuhkan.
Sehingga, untuk menjamin ketersediaannya diperlukan persediaan yang siap
digunakan ketika dibutuhkan (Ginting, 2007). Assauri (1998) menyatakan bahwa
persediaan diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut
(terjadinya kelancaran usaha) lebih besar daripada biaya biaya yang ditimbulkannya.
Jadi, ada dua keputusan yang perlu diambil dalam hal ini, yaitu berapa jumlah yang
harus dipesan setiap kali pemesanan, dan kapan pemesanan itu harus dilakukan
Salah satu jenis persediaan berdasarkan fungsinya adalah batch stock/ lot size
inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan/
barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu. Lot
didefenisikan sebagai kelompok satuan hasil produksi yang dibuat dengan kondisi
yang sama dan berasal dari bahan yang sama. Persediaan ini timbul di mana bahan/
barang yang dibeli, dikerjakan, dibuat atau diangkut dalam jumlah yang besar (bulk),
sehingga barang diperoleh lebih banyak dan cepat dibandingkan penggunaan atau
pengeluarannya (Assauri, 1998).
Pada kasus lot size inventory biaya pengadaan (set up) dibebankan pada
setiap komponen yang diproduksi. Biaya produksi komponen per unit akan berbeda
apabila jumlah produksi berbeda, sehingga perlu ditentukan jumlah produksi yang
optimal. Jumlah produksi optimal ditentukan oleh struktur biaya set up dan biaya
penyimpanan, bukan jumlah permintaan, sehingga diperlukan persediaan. Pada
beberapa kasus, membeli dengan jumlah lebih besar akan lebih ekonomis daripada
membeli sesuai kebutuhan. Jadi, memiliki persediaan dalam beberapa kasus bisa
merupakan tindakan yang ekonomis (Baroto, 2002).
Penelitian yang melibatkan kebijakan persediaan terintegrasi antara pemasok
dan pembeli telah diawali Goyal (1976). Model ongkos persediaan yang dikemukakan
melibatkan pemasok dan pembeli tunggal untuk pola permintaan dengan pendekatan
kontinu pada kondisi pengiriman tunggal dengan laju produksi tanpa batas. Goyal
(1988) mengemukakan kebijakan untuk menentukan ukuran lot produksi dengan
ukuran lot pengiriman yang tidak sama tetapi meningkat oleh suatu faktor yang
merupakan rasio laju produksi terhadap laju permintaan. Selanjutnya Goyal (1988)
memformulasikan model joint total relevant cost untuk pemasok tunggal dan pembeli
tunggal dalam sistem persediaan dengan ukuran lot pemasok yang merupakan
kelipatan integer dari ukuran pesanan pembeli.
Dong dan Xu (2002) mengamati manfaat Vendor Manged Inventory (VMI)
dalam jangka pendek dan jangka panjang pada sistem persediaan terintegrasi. Model
EOQ merupakan kebijakan persediaan pemasok tunggal dan pembeli tunggal. VMI
sebagai VMI C, dimana pemasok mengirimkan produknya ke pembeli untuk
dimanfaatkan oleh pembeli dan proses pembayaran terjadi hanya sesudah produk
dimanfaatkan. Dalam hal ini, pemasok memonitor posisi persediaan pembeli dan
membuat keputusan penggantian (replenishment) tanpa harus menunggu pemesanan
dari pembeli. Braglia dan Zavanella (2003) menunjukkan bahwa pendekatan
consignment memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem persediaan
yang konvensional, dalam hal ini tidak hanya dengan penghematan ongkos
persediaan, dan juga memberikan manfaat yang bersifat intangible diantaranya
fleksibilitas dan peningkatan service level.
Gumus, dkk (2008) menyatakan bahwa konsep VMI memungkinkan
keputusan replenishment dilakukan oleh pemasok mewakili pembeli, sedangkan
dengan CI walaupun pemasok diberi informasi mengenai permintaan produk oleh
pembeli, pembeli tetap yang menentukan waktu dan ukuran pemesanan. Sehingga
Gumus, dkk (2008) mengambil kesimpulan bahwa penggabungan kedua konsep
(VMI C) ini dapat saling memberi keuntungan antara pemasok dan pembeli.
Saraswati Docky dkk (2011) membahas mengenai penentuan ukuran lot
gabungan untuk pembeli dan pemasok melibatkan sistem persediaan pemasok tunggal
dan pembeli tunggal secara bersamaan dengan pengiriman dapat segera dilakukan
apabila ukuran lot telah terpenuhi. Dalam upaya memperoleh solusi optimal maka
digunakan pendekatan Vendor Managed Inventory Consignment (VMI C) dengan
model EOQ.
Notasi notasi yang digunakan dalam pembuatan model EOQ dengan
pendekatan Vendor Managed Inventory Consignment (VMI C) adalah:
D = jumlah permintaan produk per tahun (unit)
y = jumlah kebutuhan bahan baku per tahun
CB = harga bahan baku yang disepakati oleh pembeli (Rp/unit)
p = harga jual produk (Rp/unit)
n = jumlah periode
hB = ongkos simpan pembeli per tahun
A = ongkos pesan pembeli (Rp/pesan)
S = ongkos setup pemasok (Rp/setup)
c(y) = fungsi ongkos produksi dan distribusi (Rp)
QB = ukuran lot pemesanan pembeli
QV = ukuran lot pengiriman pemasok
TCB 4total ongkos persediaan pembei (Rp)
TC
'
B = total ongkos persediaan pembeli dengan VMI (Rp)TC
"
B = total ongkos persediaan pembeli denganVMI-C
(Rp)TCV = total ongkos persediaan pemasok (Rp)
TC
'
V = total ongkos persediaan pemasok dengan VMI (Rp)Dan asumsi asumsi yang harus dipenuhi mendapatkan biaya persediaan (total
cost) yang minimum:
a. Pembahasan hanya pada pemasok tunggal dan pembeli tunggal
b. Pola permintaan bersifat deterministik.
c. Tidak adanya diskon dalam pembelian barang
d. Tdak diijinkan terjadi shortage (stock out).
e. Pembeli dan pemasok menerapkan model persediaan Economic Order
Quantity (EOQ)
f. Ongkos persediaan pembeli dan pemasok tidak sama ! "# ≠ ℎ%#ℎ
g. Fungsi Ongkos produksidan distribusi pemasok ditentukan berdasarkan
persamaan polynomial orde dua, yaitu
&(') = () + (+' + (,',, dimana (), (+, dan (, merupakan konstanta.
Biaya persediaan pada model yang akan dikembangkan meliputi beberapa
a. Ukuran lot ditentukan oleh pembeli
Total ongkos persediaan pembeli adalah:
-. (/ ) = . ' + 01" '/ 2 + 1ℎ /2 24
Total ongkos persediaan pemasok adalah:
-. (/ ) = &(') + 01! '/ 2 + 1ℎ 2 24 /
b. Ukuran lot ditentukan oleh pemasok VMI
Total ongkos persediaan pemasok adalah:
-.′ (/ ) = &(') + 67(89:);<= > + 7?=, <=>@
Total ongkos persediaan pembeli adalah:
-.′ (/ ) = . ' + 7?A <= , >
c. Ukuran lot ditentukan oleh pemasok dengan VMI C
Total ongkos persediaan pemasok adalah:
-." (/ ) = &(') + 7< ;=> (" + !) + <,=( ℎ + ℎ8)
Total ongkos persediaan pembeli adalah:
-." = . × '
%5 .3.&, ),)*2'2&,
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh ukuran lot pengiriman yang optimal
menggunakan model EOQ dengan pendekatan Vendor Managed Inventory
Consignment (VMI C) sehingga diperoleh total biaya persediaan keduanya minimum.
%6 7,'(28.02 ),)*2'2&,
Dari penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mengetahui ukuran
lot pengiriman yang optimal sehingga total biaya persediaan keduanya minimum.
Penelitian ini bersifat literatur dan disusun berdasarkan rujukan pustaka, dengan
pendekatan sebagai berikut:
a. Menjelaskan sistem produksi dan hubungan antara pemasok pembeli.
b. Menentukan ukuran lot optimal pembeli dengan model EOQ.
c. Menentukan model persediaan EOQ dengan pendekatan Vendor Managed
Inventory (VMI).
d. Menentukan model persediaan EOQ dengan pendekatan Vendor Managed
Inventory Consignment (VMI C).
e. Menyelesaikan contoh masalah persediaan untuk mendapatkan solusi
optimal yang sesuai dengan model yang dikembangkan (Model EOQ
dengan pendekatan Vendor Managed Inventory Consignment (VMI C)).
f. Menarik kesimpulan dan saran.
! !