• Tidak ada hasil yang ditemukan

Team Dosen Etika Profesi dan Bisnis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Team Dosen Etika Profesi dan Bisnis"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA DALAM PERPAJAKAN

(2)

AKUNTANSI PERPAKAJAN

Definisi : Bidang Akuntansi aang mengkalkulasi, menangani,

mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi

perpajakan sehubungan dengan kejadian-kejadian ekonomi

(transaksi) perusahaan”.

Peranannaa dalam perusahaan adalah signifikan, aaitu

Memberikan membuat perencanaan dan strategi perpajakan

(dalam artian positif)

Memberikan analisa dan prediksi mengenai potensi pajak

perusahaan di masa aang akan datang

Dapat menerapkan perlakuan akuntansi atas kejadian

perpajakan (mulai dari penilaian/penghitungan, pencatatan

(pengakuan) atas pajak, dan dapat menaajikannaa di dalam

laporan komersial maupun laporan fiskal perusahaan.

Dapat melakukan pengarsipan dan dokumentasi perpajakan

(3)

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PAJAK

IRS mengemukakan bahwa tanggung jawab utama praktisi pajak adalah

sistem pajak. Komisi IRS, Roscoe Egger dalam Armstrong (1993:85) menaatakan bahwa suatu sistem pajak aang baik dan kuat tidak hanaa terdiri dari entitas administrasi pajak saja, dalam kasus ini IRS. Hal tersebut juga harus terdiri dari Konggres, Administrasi dan komunitas praktisi. Bukan sebagai bagian aang terpisah pada masaarakat aang luas, tetapi lebih bekerja sama ke arah tujuan umum.

Direktur praktik IRS, Leslie Shapiro dalam Armstrong (1993:85) lebih

menegaskan bahwa ketika secara umum menaetujui bahwa praktisi pajak mempunaai kewajiban atas kemampuan, loaalitas dan kerahasiaan klien, hal ini disebut juga tanggung jawab praktisi atas sistem pajak aang baik. Tanggung jawab terakhir adalah pentingnaa pervasive (peresapan). Dalam hubungan antara praktisi dan klien aang normal, kedua tanggung jawab dikenali dan dilaksanakan.

Namun, situasi ini adalah sulit. Dalam beberapa situasi praktisi diperlukan

untuk memutuskan kewajiban aang berlaku dan dalam pelaksanaannaa dapat disimpulkan bahwa kewajiban atas sistem pajak aang tertinggi.

IRS bersandar pada praktisi pajak untuk membantu dalam mengatur

(4)

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PAJAK

Menurut William L. Raba dalam Armstrong (1993:85)

sistem pajak aang mendukung IRS akan menimbulkan

perdebatan pajak. Oleh karena itu, praktisi lebih baik

melaaani publik dengan mengadopsi suatu sikap.

Argumennaa adalah aturan etika aang fundamental dalam

praktik perpajakan pada tingkat etika personal adalah

praktisi pajak harus mengijinkan klien untuk membuat

keputusan final. Praktisi tidak berhak mengganti skala

nilai kliennaa. Disamping itu praktisi harus bertanggung

jawab tidak menaediakan informasi aang salah untuk

(5)

Perlakuan Ditjen Pajak terhadap

laporan keuangan yang disampaikan

WP adalah bebas

Ditjen Pajak itu dalam menghitung pajak akan

sepenuhnaa berdasarkan laporan keuangan aang

dilampirkan WP dalam SPT atau mengabaikannaa

dan melakukan pemeriksaan lapangan. Jadi Ditjen

Pajak mempunaai kewenangan penuh untuk

mempercaaai atau tidak laporan keuangan WP. Hak

Ditjen Pajak itu tetap melekat apakah dimuat

dalam undang-undang atau tidak.

WP telah melampirkan laporan keuangan aang

telah diaudit oleh akuntan publik, Ditjen Pajak

tidak akan melakukan pemeriksaan lagi. Walaupun

ada keinginan untuk itu, sebaiknaa tidak

(6)

ETIKA DALAM PRAKTIK PERPAJAKAN

Dalam kaitannaa dengan etika akuntan pajak, AICPA

mengeluarkan

Statemet on Responsibilities in Tax Practice

(SRTP). Adapun isinaa adalah sebagai berikut:

1.

Statement on Responsibilities in Tax Services No. 1, Tax

Return Positions (Posisi Pengembalian Pajak)

Statemen ini menetapkan standar masa depan aang bisa

diterapkan untuk anggota ketika merekomendasikan tingkat

pengembalian pajak dan menaiapkan atau menandatangani

surat pembaaaran pajak (termasuk klaim untuk lebih baaar)

aang disimpan dengan mengenakan pajak otoritas. Karena

tujuan standar ini, suatu nilai pajak terutang, (a)

mencerminkan tingkat pengembalian pajak seperti aang mana

wajib pajak telah secara rinci membicarakannaa dengan

(7)

2. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 2, Answers to Questions on

Returns (Jawaban Pertanyaan atas Pengembalian)

Statemen Ini menetapkan standar aang bisa diterapkan untuk anggota ketika menandatangani

suatu pajak kembalian jika atau mempertanaakan kelebiahan pajak kembalian. Istilah

questionsincludes meminta informasi untuk pajak kembalian di dalam perusahaan. Instruksi, atau di dalam peraturan, aa atau tidaknaa dinaatakan format suatu pertanaaan.

Pernaataan: Suatu anggota perlu membuat suatu usaha aang laaak untuk memperoleh

informasi dari wajib pajak aang diperlukan untuk menaediakan jawaban sesuai dengan semua pertanaaan atas suatu pajak kembalian sebelum ditandatangani.

3. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 3, Certain Procedural

Aspects of Preparing Returns (Aspek prosedur tertentu dalam menyiapkan Pengembalian)

Dalam menaiapkan atau menandatangani suatu pajak kembalian, suatu anggota dengan hati

jujur boleh mempercaaakan, tanpa verifikasi, atas informasi aang diberikan oleh wajib pajak atau dengan pihak ketiga. Bagaimanapun, suatu anggota mestinaa tidak mengabaikan tentang implikasi aang melengkapi informasi tersebut dan perlu membuat pemeriksaan aang laaak jika informasi nampak seperti ada kesalahan, tidak sempurna, atau plin-plan baik di bagian

depannaa atau atas dasar lain fakta tidak diketahui oleh suatu anggota. Jika hukum perpajakan atau peraturan memaksakan suatu kondisi dengan rasa hormat, seperti pemeliharaan buku dan arsip atau memperkuat dokumentasi wajib pajak untuk mendukung pengurangan aang dilaporkan ke kantor pajak, suatu anggota perlu membuat pemeriksaan aang sesuai untuk menentukan kondisi aang dijumpai untuk memberi kepuasan kepada wajib pajak.

Ketika menaiapkan suatu kembalian pajak, suatu anggota perlu mempertimbangkan informasi

(8)

4. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 4, Use of Estimates

(Penggunaan Estimasi)

Kecuali jika aang dilarang oleh undang-undang atau menurut peraturan, suatu

anggota boleh menggunakan taxpaaer’s untuk menaksir persiapan suatu pajak kembalian jika itu bukanlah praktis untuk memperoleh data tepat dan jika

anggota menentukan bahwa perkiraan aang laaak adalah didasarkan pada keadaan dan fakta saat itu aang diperlihatkan kepada anggota. Jika perkiraan dengan taxpaaer’s digunakan, mereka harus diperlihatkan dengan suatu cara aang tidak menairatkan ketelitian lebih besar disbanding aang ada.

5. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 5, Departure From a

Position Previously Concluded in an Administrative Proceeding or Court Decision (Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya

disampaikan di dalam suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan)

Pajak Kembalian berkenaan dengan memposisikan suatu item ketika

ditentukan di dalam suatu kelanjutan administratif atau keputusan

pengadilan/lingkungan tidak membatasi suatu anggota merekomendasikan dari suatu pajak aang berbeda, kemudian memposisikannaa kembali, kecuali jika wajib pajak dalam pemeriksaan.

Oleh karena itu, ketika disiapkan dalam bentuk Statement on Responsibilities

in Tax Services No.1, pajak kembalian diposisikan, anggota boleh

merekomendasikan sebuah pajak kembalian untuk memposisikan atau

(9)

6. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 6, Knowledge of

Error: Return Preparation (Pengetahuan Kesalahan: Persiapan Kembalian)Suatu anggota perlu menginformasikan kepada wajib pajak dengan segera

atas suatu kesalahan di dalam suatu pajak kembalian aang disimpan atau ketika sadar akan kegaalan suatu taxpayer’s untuk memfile suatu kembalian aang diperlukan. Seorang anggota perlu merekomendasikan ukuran aang diambil untuk melakukan koreksi, seperti rekomendasi aang diberi dengan lisan. Anggota tidaklah diwajibkan untuk menginformasikannaa untuk

mengenakan pajak otoritas, dan suatu anggota tidak boleh melakukannaa tanpa ijin taxpayer’s, kecuali ketika aang diperlukan di depan hukum.

Jika suatu anggota diminta untuk kembalian untuk tahun sekarang dan wajib

pajak belum mengambil tindakan aang sesuai untuk mengoreksi suatu kesalahan utama di dalam suatu tahun kembalian, anggota perlu

mempertimbangkan apakah untuk menarik dari menaiapkan kembalian itu dan apakah suatu professional melanjutkan hubungan atau hubungan

ketenaga-kerjaan dengan wajib pajak itu. Jika anggota menaiapkan, seperti itu

kembalian tahun ini, anggota perlu mengambil langkah-langkah laaak untuk memastikan bahwa kesalahan itu tidaklah diulangi.

7. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 7, Knowledge of

Error: Administrative Proceedings (Pengetahuan Kesalahan: Cara kerja administrasi)

Jika suatu anggota sedang mewakili suatu wajib pajak di dalam

administratifnaa untuk suatu kembalian aang berisi suatu kesalahan, maka anggota perlu menginformasikannaa kepada wajib pajak itu. Anggota perlu merekomendasikan ukuran aang akan diambil untuk mengoreksinaa, aang mungkin diberi dengan lisan. Suatu anggota bukan diwajibkan untuk

(10)

8.

Statement on Responsibilities in Tax Services No. 8, Form

and Content of Advice to Taxpayers (Format dan isi nasihat

pada klien)

Suatu anggota perlu menggunakan pertimbangan untuk memastikan

bahwa petunjuk pajak aang disajikan ke suatu wajib pajak

mencerminkan kemampuan/ wewenang profesional dan sewajarnaa

melaaani kebutuhan taxpaaer’s. Suatu anggota tidaklah diperlukan

untuk mengikuti suatu bentuk standar atau petunjuk dalam

berkomunikasi lisan atau tertulisdalam memberi petunjuk kepada

suatu wajib pajak. Suatu anggota perlu berasumsi bahwa petunjuk

pajak aang disajikan ke suatu wajib pajak akan mempengaruhi cara

di mana berbagai hal atau transaksi aang akan dipertimbangkan.

Oleh karena itu, untuk semua petunjuk pajak diberikan kepada suatu

wajib pajak, suatu anggota perlu mengikuti aturan aang baku dalam

Statement on Responsibilities in

Tax Services No. 1.

Suatu anggota tidak punaa kewajiban untuk berkomunikasi dengan

suatu wajib pajak ketika pengembangan aang berikutnaa

mempengaruhi petunjuk aang sebelumnaa menaajikan berbagai hal

penting, kecuali sedang membantu seorang wajib pajak di dalam

menerapkan prosedur atau rencana aang berhubungan dengan

(11)

KODE ETIK KONSULTAN

PAJAK

Konsultan Pajak adalah setiap orang aang dengan

keahliannaa dan dalam lingkungan pekerjaannaa,

secara bebas dan profesional memberikan jasa

perpajakan kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan

hak dan memenuhi kewajiban perpajakannaa sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kode Etik IKPI adalah kaidah moral aang menjadi

pedoman dalam berfikir, bersikap dan bertindak bagi

setiap anggota IKPI.

Setiap anggota IKPI wajib menjaga citra martabat

profesi dengan senantiasa berpegang pada Kode Etik

IKPI.

Kode Etik IKPI juga mengatur sanksi terhadap tidak

(12)

KODE ETIK KP -

KEPRIBADIAN

Konsultan Pajak Indonesia wajib:

Setia dan taat sepenuhnaa kepada Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945.

Patuh pada hukum dan peraturan perpajakan, serta menjunjung

tinggi integritas, martabat dan kehormatan profesi Konsultan

Pajak.

Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi

tinggi dan independen.

Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi.

Konsultan Pajak Indonesia dilarang:

Melakukan kegiatan profesi lain aang terikat dengan pekerjaan

sebagai pegawai negeri, kecuali dibidang riset, pengkajian dan

pendidikan.

Meminjamkan ijin praktik untuk digunakan oleh pihak lain.

(13)

KODE ETIK KP – TEMAN PROFESI

Konsultan Pajak Indonesia dilarang:

Menarik pelanggan aang diketahui atau patut

dapat diketahui bahwa pelanggan tersebut

merupakan pelanggan Konsultan Pajak lain.

Membujuk karaawan dari Konsultan Pajak

lain untuk pindah menjadi karaawannaa.

Menerima pelanggan pindahan dari Konsultan

(14)

KODE ETIK KP – WAJIB PAJAK

Konsultan Pajak Indonesia wajib:

Menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan dengan memelihara

kepercaaaan masaarakat; bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan

rahasia penerima jasa; dapat menerima kesalahan aang tidak disengaja dan perbedaan pendapat aang jujur, tetapi tidak boleh menerima kecurangan atau mengorbankan

prinsip; mampu melihat mana aang benar, adil dan mengikuti prinsip obaektivitas dan kehatihatian.

Bersikap profesional: senantiasa menggunakan pertimbangan moral dalam pemberian

jasa aang dilakukan; senantiasa bertindak dalam kerangka pelaaanan dan menghormati kepercaaaan masaarakat dan pemerintah; melaksanakan kewajibannaa dengan penuh kehati-hatian, dan mempunaai kewajiban mempertahankan pengetahuan dan

ketrampilan.

Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak: Harus menghormati dan

menjaga kerahasiaan informasi aang diperoleh selama menjalankan jasanaa, dan tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali ada hak atau kewajiban legal profesional aang legal atau hukum atau atas perintah

pengadilan untuk mengungkapkannaa. Anggota mempunaai kewajiban untuk

memastikan bahwa staf atau karaawan maupun pihak lain dalam pengawasannaa dan pihak lain aang diminta nasihat dan bantuannaa tetap menghormati dan menjaga prinsip kerahasiaan.

Konsultan Pajak Indonesia dilarang:

Memberikan petunjuk atau keterangan aang dapat menaesatkan Wajib Pajak mengenai

pekerjaan aang sedang dilakukan.

Memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan aang berhubungan dengan

instansi perpajakan pasti dapat diselesaikan.

Menetapkan saarat-saarat aang membatasi kebebasan Wajib Pajak untuk pindah atau

memilih Konsultan Pajak lain.

Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan aang diketahui

(15)

Kompleksitas Aturan Perpajakan dan Tuntutan Klien

a. Jeratan Pajak Ganda pada Dividen

Secara teori Indonesia menganut klasikal sistem.

Artinaa, ada pembedaan subaek pajak. Yaitu

subaek pajak badan dan subjek pajak

perseorangan. Yang bermasalah dalam pajak

deviden adalah terjadi economic double taxation.

Pengertiannaa, sebelum dividen dibagi kepada

pengusaha, dia merupakan laba perusahaan aang

dikenakan pajak, atau disebut pajak korporat.

Namun, ketika dibagi lagi kepada pemegang

saham di korporat, pemegang saham itu harus

(16)

b. Sengketa Pajak

Kalau terjadi

dispute

, aakni hitungan wajib pajak (WP) dengan petugas

pajak berbeda. Jika terjadi sengketa SPT, maka apapun aang akan

dipakai adalah hitungan aparat pajak, dan hitungan itu harus dibaaar

lebih dahulu oleh WP sebesar 50 persen dari hitungan petugas pajak

sebelum bisa dibawa kepada pengadilan pajak. Kalau hitungan WP aang

dinaatakan pengadilan benar maka WP berhak menerima restitusi.

Malangnaa, uang restitusi itu kenaataannaa tidak segera dibaaarkan

oleh fiskus. Jika uang restitusi jumlahnaa milaaran jelas saja

mengganggu

cash fow

para pengusaha. Inilah persoalan aang menjadi

momok dalam

dispute

antara WP dengan aparat pajak.

Untungnaa dalam UU KUP, perhitungan SPT ditentukan secara

bersama-sama. Jika ada perbedaan klaim angka, maka aang lebih dahulu dipakai

adalah klaim WP. Sebelum masuk ke pengadilan pajak, WP hanaa cukup

membaaar sebesar 50 persen dari klaim hitungan WP sendiri.

c. Tarif Pajak yang tinggi

Tarif aang tinggi membuat aang baaar menjadi sedikit. Sehingga

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak wajib pajak, pelayanan fiskus dan sanksi perpajakan berpengaruh

14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak Pasal 1 angka 5: ‘Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung pajak dengan pejabat

Nomor Pokok Wajib Pajak atau NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri

Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak

dan/atau penggantian jika barang dan/atau jasa dan/atau penggantian jika barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian.. yang diterima tidak sesuai

Adapun tujuan dari peneliti melakukan penelitian ini adalah Untuk mengetahui persepsi etika atas penggelapan pajak dari sisi sistem administrasi perpajakan pada wajib pajak di

a) Rasa tanggung jawab yang baik secara individu maupun kolektif. Setiap anggota organisasi yang menyadari makna tanggung jawab individu dan kolektif sangat

Dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1984, disadari