ETIKA DALAM PERPAJAKAN
AKUNTANSI PERPAKAJAN
Definisi : Bidang Akuntansi aang mengkalkulasi, menangani,
mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi
perpajakan sehubungan dengan kejadian-kejadian ekonomi
(transaksi) perusahaan”.
Peranannaa dalam perusahaan adalah signifikan, aaitu
Memberikan membuat perencanaan dan strategi perpajakan
(dalam artian positif)
Memberikan analisa dan prediksi mengenai potensi pajak
perusahaan di masa aang akan datang
Dapat menerapkan perlakuan akuntansi atas kejadian
perpajakan (mulai dari penilaian/penghitungan, pencatatan
(pengakuan) atas pajak, dan dapat menaajikannaa di dalam
laporan komersial maupun laporan fiskal perusahaan.
Dapat melakukan pengarsipan dan dokumentasi perpajakan
TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PAJAK
IRS mengemukakan bahwa tanggung jawab utama praktisi pajak adalah
sistem pajak. Komisi IRS, Roscoe Egger dalam Armstrong (1993:85) menaatakan bahwa suatu sistem pajak aang baik dan kuat tidak hanaa terdiri dari entitas administrasi pajak saja, dalam kasus ini IRS. Hal tersebut juga harus terdiri dari Konggres, Administrasi dan komunitas praktisi. Bukan sebagai bagian aang terpisah pada masaarakat aang luas, tetapi lebih bekerja sama ke arah tujuan umum.
Direktur praktik IRS, Leslie Shapiro dalam Armstrong (1993:85) lebih
menegaskan bahwa ketika secara umum menaetujui bahwa praktisi pajak mempunaai kewajiban atas kemampuan, loaalitas dan kerahasiaan klien, hal ini disebut juga tanggung jawab praktisi atas sistem pajak aang baik. Tanggung jawab terakhir adalah pentingnaa pervasive (peresapan). Dalam hubungan antara praktisi dan klien aang normal, kedua tanggung jawab dikenali dan dilaksanakan.
Namun, situasi ini adalah sulit. Dalam beberapa situasi praktisi diperlukan
untuk memutuskan kewajiban aang berlaku dan dalam pelaksanaannaa dapat disimpulkan bahwa kewajiban atas sistem pajak aang tertinggi.
IRS bersandar pada praktisi pajak untuk membantu dalam mengatur
TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PAJAK
Menurut William L. Raba dalam Armstrong (1993:85)
sistem pajak aang mendukung IRS akan menimbulkan
perdebatan pajak. Oleh karena itu, praktisi lebih baik
melaaani publik dengan mengadopsi suatu sikap.
Argumennaa adalah aturan etika aang fundamental dalam
praktik perpajakan pada tingkat etika personal adalah
praktisi pajak harus mengijinkan klien untuk membuat
keputusan final. Praktisi tidak berhak mengganti skala
nilai kliennaa. Disamping itu praktisi harus bertanggung
jawab tidak menaediakan informasi aang salah untuk
Perlakuan Ditjen Pajak terhadap
laporan keuangan yang disampaikan
WP adalah bebas
Ditjen Pajak itu dalam menghitung pajak akan
sepenuhnaa berdasarkan laporan keuangan aang
dilampirkan WP dalam SPT atau mengabaikannaa
dan melakukan pemeriksaan lapangan. Jadi Ditjen
Pajak mempunaai kewenangan penuh untuk
mempercaaai atau tidak laporan keuangan WP. Hak
Ditjen Pajak itu tetap melekat apakah dimuat
dalam undang-undang atau tidak.
WP telah melampirkan laporan keuangan aang
telah diaudit oleh akuntan publik, Ditjen Pajak
tidak akan melakukan pemeriksaan lagi. Walaupun
ada keinginan untuk itu, sebaiknaa tidak
ETIKA DALAM PRAKTIK PERPAJAKAN
Dalam kaitannaa dengan etika akuntan pajak, AICPA
mengeluarkan
Statemet on Responsibilities in Tax Practice
(SRTP). Adapun isinaa adalah sebagai berikut:
1.
Statement on Responsibilities in Tax Services No. 1, Tax
Return Positions (Posisi Pengembalian Pajak)
Statemen ini menetapkan standar masa depan aang bisa
diterapkan untuk anggota ketika merekomendasikan tingkat
pengembalian pajak dan menaiapkan atau menandatangani
surat pembaaaran pajak (termasuk klaim untuk lebih baaar)
aang disimpan dengan mengenakan pajak otoritas. Karena
tujuan standar ini, suatu nilai pajak terutang, (a)
mencerminkan tingkat pengembalian pajak seperti aang mana
wajib pajak telah secara rinci membicarakannaa dengan
2. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 2, Answers to Questions on
Returns (Jawaban Pertanyaan atas Pengembalian)
Statemen Ini menetapkan standar aang bisa diterapkan untuk anggota ketika menandatangani
suatu pajak kembalian jika atau mempertanaakan kelebiahan pajak kembalian. Istilah
questionsincludes meminta informasi untuk pajak kembalian di dalam perusahaan. Instruksi, atau di dalam peraturan, aa atau tidaknaa dinaatakan format suatu pertanaaan.
Pernaataan: Suatu anggota perlu membuat suatu usaha aang laaak untuk memperoleh
informasi dari wajib pajak aang diperlukan untuk menaediakan jawaban sesuai dengan semua pertanaaan atas suatu pajak kembalian sebelum ditandatangani.
3. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 3, Certain Procedural
Aspects of Preparing Returns (Aspek prosedur tertentu dalam menyiapkan Pengembalian)
Dalam menaiapkan atau menandatangani suatu pajak kembalian, suatu anggota dengan hati
jujur boleh mempercaaakan, tanpa verifikasi, atas informasi aang diberikan oleh wajib pajak atau dengan pihak ketiga. Bagaimanapun, suatu anggota mestinaa tidak mengabaikan tentang implikasi aang melengkapi informasi tersebut dan perlu membuat pemeriksaan aang laaak jika informasi nampak seperti ada kesalahan, tidak sempurna, atau plin-plan baik di bagian
depannaa atau atas dasar lain fakta tidak diketahui oleh suatu anggota. Jika hukum perpajakan atau peraturan memaksakan suatu kondisi dengan rasa hormat, seperti pemeliharaan buku dan arsip atau memperkuat dokumentasi wajib pajak untuk mendukung pengurangan aang dilaporkan ke kantor pajak, suatu anggota perlu membuat pemeriksaan aang sesuai untuk menentukan kondisi aang dijumpai untuk memberi kepuasan kepada wajib pajak.
Ketika menaiapkan suatu kembalian pajak, suatu anggota perlu mempertimbangkan informasi
4. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 4, Use of Estimates
(Penggunaan Estimasi)
Kecuali jika aang dilarang oleh undang-undang atau menurut peraturan, suatu
anggota boleh menggunakan taxpaaer’s untuk menaksir persiapan suatu pajak kembalian jika itu bukanlah praktis untuk memperoleh data tepat dan jika
anggota menentukan bahwa perkiraan aang laaak adalah didasarkan pada keadaan dan fakta saat itu aang diperlihatkan kepada anggota. Jika perkiraan dengan taxpaaer’s digunakan, mereka harus diperlihatkan dengan suatu cara aang tidak menairatkan ketelitian lebih besar disbanding aang ada.
5. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 5, Departure From a
Position Previously Concluded in an Administrative Proceeding or Court Decision (Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya
disampaikan di dalam suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan)
Pajak Kembalian berkenaan dengan memposisikan suatu item ketika
ditentukan di dalam suatu kelanjutan administratif atau keputusan
pengadilan/lingkungan tidak membatasi suatu anggota merekomendasikan dari suatu pajak aang berbeda, kemudian memposisikannaa kembali, kecuali jika wajib pajak dalam pemeriksaan.
Oleh karena itu, ketika disiapkan dalam bentuk Statement on Responsibilities
in Tax Services No.1, pajak kembalian diposisikan, anggota boleh
merekomendasikan sebuah pajak kembalian untuk memposisikan atau
6. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 6, Knowledge of
Error: Return Preparation (Pengetahuan Kesalahan: Persiapan Kembalian) Suatu anggota perlu menginformasikan kepada wajib pajak dengan segera
atas suatu kesalahan di dalam suatu pajak kembalian aang disimpan atau ketika sadar akan kegaalan suatu taxpayer’s untuk memfile suatu kembalian aang diperlukan. Seorang anggota perlu merekomendasikan ukuran aang diambil untuk melakukan koreksi, seperti rekomendasi aang diberi dengan lisan. Anggota tidaklah diwajibkan untuk menginformasikannaa untuk
mengenakan pajak otoritas, dan suatu anggota tidak boleh melakukannaa tanpa ijin taxpayer’s, kecuali ketika aang diperlukan di depan hukum.
Jika suatu anggota diminta untuk kembalian untuk tahun sekarang dan wajib
pajak belum mengambil tindakan aang sesuai untuk mengoreksi suatu kesalahan utama di dalam suatu tahun kembalian, anggota perlu
mempertimbangkan apakah untuk menarik dari menaiapkan kembalian itu dan apakah suatu professional melanjutkan hubungan atau hubungan
ketenaga-kerjaan dengan wajib pajak itu. Jika anggota menaiapkan, seperti itu
kembalian tahun ini, anggota perlu mengambil langkah-langkah laaak untuk memastikan bahwa kesalahan itu tidaklah diulangi.
7. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 7, Knowledge of
Error: Administrative Proceedings (Pengetahuan Kesalahan: Cara kerja administrasi)
Jika suatu anggota sedang mewakili suatu wajib pajak di dalam
administratifnaa untuk suatu kembalian aang berisi suatu kesalahan, maka anggota perlu menginformasikannaa kepada wajib pajak itu. Anggota perlu merekomendasikan ukuran aang akan diambil untuk mengoreksinaa, aang mungkin diberi dengan lisan. Suatu anggota bukan diwajibkan untuk
8.
Statement on Responsibilities in Tax Services No. 8, Form
and Content of Advice to Taxpayers (Format dan isi nasihat
pada klien)
Suatu anggota perlu menggunakan pertimbangan untuk memastikan
bahwa petunjuk pajak aang disajikan ke suatu wajib pajak
mencerminkan kemampuan/ wewenang profesional dan sewajarnaa
melaaani kebutuhan taxpaaer’s. Suatu anggota tidaklah diperlukan
untuk mengikuti suatu bentuk standar atau petunjuk dalam
berkomunikasi lisan atau tertulisdalam memberi petunjuk kepada
suatu wajib pajak. Suatu anggota perlu berasumsi bahwa petunjuk
pajak aang disajikan ke suatu wajib pajak akan mempengaruhi cara
di mana berbagai hal atau transaksi aang akan dipertimbangkan.
Oleh karena itu, untuk semua petunjuk pajak diberikan kepada suatu
wajib pajak, suatu anggota perlu mengikuti aturan aang baku dalam
Statement on Responsibilities in
Tax Services No. 1.
Suatu anggota tidak punaa kewajiban untuk berkomunikasi dengan
suatu wajib pajak ketika pengembangan aang berikutnaa
mempengaruhi petunjuk aang sebelumnaa menaajikan berbagai hal
penting, kecuali sedang membantu seorang wajib pajak di dalam
menerapkan prosedur atau rencana aang berhubungan dengan
KODE ETIK KONSULTAN
PAJAK
Konsultan Pajak adalah setiap orang aang dengan
keahliannaa dan dalam lingkungan pekerjaannaa,
secara bebas dan profesional memberikan jasa
perpajakan kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban perpajakannaa sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kode Etik IKPI adalah kaidah moral aang menjadi
pedoman dalam berfikir, bersikap dan bertindak bagi
setiap anggota IKPI.
Setiap anggota IKPI wajib menjaga citra martabat
profesi dengan senantiasa berpegang pada Kode Etik
IKPI.
Kode Etik IKPI juga mengatur sanksi terhadap tidak
KODE ETIK KP -
KEPRIBADIAN
Konsultan Pajak Indonesia wajib:
Setia dan taat sepenuhnaa kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Patuh pada hukum dan peraturan perpajakan, serta menjunjung
tinggi integritas, martabat dan kehormatan profesi Konsultan
Pajak.
Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi
tinggi dan independen.
Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi.
Konsultan Pajak Indonesia dilarang:
Melakukan kegiatan profesi lain aang terikat dengan pekerjaan
sebagai pegawai negeri, kecuali dibidang riset, pengkajian dan
pendidikan.
Meminjamkan ijin praktik untuk digunakan oleh pihak lain.
KODE ETIK KP – TEMAN PROFESI
Konsultan Pajak Indonesia dilarang:
Menarik pelanggan aang diketahui atau patut
dapat diketahui bahwa pelanggan tersebut
merupakan pelanggan Konsultan Pajak lain.
Membujuk karaawan dari Konsultan Pajak
lain untuk pindah menjadi karaawannaa.
Menerima pelanggan pindahan dari Konsultan
KODE ETIK KP – WAJIB PAJAK
Konsultan Pajak Indonesia wajib:
Menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan dengan memelihara
kepercaaaan masaarakat; bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan
rahasia penerima jasa; dapat menerima kesalahan aang tidak disengaja dan perbedaan pendapat aang jujur, tetapi tidak boleh menerima kecurangan atau mengorbankan
prinsip; mampu melihat mana aang benar, adil dan mengikuti prinsip obaektivitas dan kehatihatian.
Bersikap profesional: senantiasa menggunakan pertimbangan moral dalam pemberian
jasa aang dilakukan; senantiasa bertindak dalam kerangka pelaaanan dan menghormati kepercaaaan masaarakat dan pemerintah; melaksanakan kewajibannaa dengan penuh kehati-hatian, dan mempunaai kewajiban mempertahankan pengetahuan dan
ketrampilan.
Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak: Harus menghormati dan
menjaga kerahasiaan informasi aang diperoleh selama menjalankan jasanaa, dan tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali ada hak atau kewajiban legal profesional aang legal atau hukum atau atas perintah
pengadilan untuk mengungkapkannaa. Anggota mempunaai kewajiban untuk
memastikan bahwa staf atau karaawan maupun pihak lain dalam pengawasannaa dan pihak lain aang diminta nasihat dan bantuannaa tetap menghormati dan menjaga prinsip kerahasiaan.
Konsultan Pajak Indonesia dilarang:
Memberikan petunjuk atau keterangan aang dapat menaesatkan Wajib Pajak mengenai
pekerjaan aang sedang dilakukan.
Memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan aang berhubungan dengan
instansi perpajakan pasti dapat diselesaikan.
Menetapkan saarat-saarat aang membatasi kebebasan Wajib Pajak untuk pindah atau
memilih Konsultan Pajak lain.
Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan aang diketahui
Kompleksitas Aturan Perpajakan dan Tuntutan Klien
a. Jeratan Pajak Ganda pada Dividen
Secara teori Indonesia menganut klasikal sistem.
Artinaa, ada pembedaan subaek pajak. Yaitu
subaek pajak badan dan subjek pajak
perseorangan. Yang bermasalah dalam pajak
deviden adalah terjadi economic double taxation.
Pengertiannaa, sebelum dividen dibagi kepada
pengusaha, dia merupakan laba perusahaan aang
dikenakan pajak, atau disebut pajak korporat.
Namun, ketika dibagi lagi kepada pemegang
saham di korporat, pemegang saham itu harus
b. Sengketa Pajak
Kalau terjadi
dispute
, aakni hitungan wajib pajak (WP) dengan petugas
pajak berbeda. Jika terjadi sengketa SPT, maka apapun aang akan
dipakai adalah hitungan aparat pajak, dan hitungan itu harus dibaaar
lebih dahulu oleh WP sebesar 50 persen dari hitungan petugas pajak
sebelum bisa dibawa kepada pengadilan pajak. Kalau hitungan WP aang
dinaatakan pengadilan benar maka WP berhak menerima restitusi.
Malangnaa, uang restitusi itu kenaataannaa tidak segera dibaaarkan
oleh fiskus. Jika uang restitusi jumlahnaa milaaran jelas saja
mengganggu
cash fow
para pengusaha. Inilah persoalan aang menjadi
momok dalam
dispute
antara WP dengan aparat pajak.
Untungnaa dalam UU KUP, perhitungan SPT ditentukan secara
bersama-sama. Jika ada perbedaan klaim angka, maka aang lebih dahulu dipakai
adalah klaim WP. Sebelum masuk ke pengadilan pajak, WP hanaa cukup
membaaar sebesar 50 persen dari klaim hitungan WP sendiri.
c. Tarif Pajak yang tinggi