• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI ETIKA PAJAK

N/A
N/A
Radina Puspita Sari

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI ETIKA PAJAK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI ETIKA PAJAK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi

Disusun oleh:

Radina Puspita Sari (2022220027)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS

UNIVERSITAS BINA INSANI BEKASI

2023

(2)

Pendahuluan

Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, maka sistem pemungutan pajak di Indonesiadiubah menjadi Self Assessment System (Haq et al., 2015). Berdasarkan Self Assessment System wajib pajak lebih aktif sementara fiskus tidak ikut andil dalam menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak.

Diberlakukannya self assessment system ini bertujuan untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak, profesionalisme aparatur perpajakan, keterbukaan administrasi perpajakan dan kepatuhan sukarela wajib pajak. Namun dari banyaknya usaha yang telah dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara pada bidang perpajakan termasuk perbaikan Undang-Undang mengenai Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan ternyata belum dapat mengatasi banyaknya permasalahan yang ada, bahkan kepercayaan yang diberikan oleh undang-undang kepada wajib pajak melalui self assessment system belum dapat menambah partisipasi serta kesadaran wajib pajak untuk membayar pajaknya (Rizki, 2018). Sehingga disini sangat diperlukan peran dari seorang konsultan pajak untuk dapat menjembatani wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (Tirtana dan Sadiqin, 2021).

Perencanan pajak (tax planning) adalah suatu proses mengorganisasi usaha wajib pajak yang tujuan akhirnya menyebabkan utang pajak, baik berupa PPh ataupun pajak-pajak lainnya sehingga berada dalam posisi sekecil mungkin, sepanjang upaya ini masih berada di dalam bingkai ketentuan perpajakan yang berlaku (Aditama dan Purwaningsih, 2014).

(3)

PEMBAHASAN

Kantor Konsultan Pajak KKP X merupakan salah satu kantor penyedia pelayanan perpajakan. Saat ini KKP X merupakan anggota Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI). KKP X menawarkan fleksibilitas yang tinggi yang membawa manfaat yang signifikan bagi klien melalui bidang kegiatan/usaha yang ditawarkan yakni jasa akuntansi, perpajakan, jasa audit dan jasa perencanaan bisnis. Konsultan pajak pada KKP X kerap menemukan adanya klien yang ingin untuk pajaknya dikurangi tanpa mengindahkan peraturan perpajakan yang berlaku. Hal ini juga terjadi pada saat klien diberikan jasa perencanaan pajak sehingga kondisi ini menimbulkan suatu dilema pada diri seorang konsultan pajak. Pada situasi tersebut konsultan pajak kembali dihadapkan pada dua pilihan antara kode etik yang mengikatnya dan klien yang harus dijaga kepercayaannya. Sehingga perlu dilakukan suatu analisis atas kinerja dari konsultan pajak saat memberikan jasanya kepada klien dengan mengacu pada Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2014.

penerapan kode etik konsultan pajak dalam melakukan perencanaan pajak pada KKP X sudah sesuai dengan Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2014. Kesesuaian antara indikator dengan praktik yang dilakukan konsultan pajak ditunjukkan dengan konsultan pajak mematuhi peraturan perundang-undangan perpajakan, kode etik dan standar profesi konsultan pajak dengan cara menjunjung tinggi integritas, martabat serta kehormatan, bersikap profesional, tidak memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan klien serta tidak menerima permintaan klien atau pihak lain untuk melakukan rekayasa atau perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perpajakan.

(4)

Etika mempunyai beragam makna yang berbeda, salah satu maknanya adalah: “prinsip tingkah laku yang mengatur individu atau kelompok”. Etika berasal dari bahasa yunani, yang mempunyai arti adat istiadat, perilaku, dan kebiasaan.

Dalam pengertian ini etika menyangkut dengan kebiasaan hidup yang sangat baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau berkelompok.

Penggelapan pajak merupakan perilaku yang tidak beretika. Karena etika berkaitan erat dengan moral, moral untuk melakukan perbuatan baik dan menghindari tindakan yang tercela. Namun, pada kondisi tertentu penggelapan pajak dapat dianggap sebagai perilaku yang etis. penggelapan pajak dianggap menjadi perbuatan yang etis dikarenakan birokrasi pemerintah yang kurang baik sehingga akan menimbulkan persepsi wajib pajak yang akan cenderung untuk tidak patuh dalam kewajiban perpajakan.

Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan usaha meringankkan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang. Penggelapan pajak terjadi dikarenakan pandangan masyarakat terhadap pajak yang berbeda dengan pandangan pemerintah. Perbedaan persepsi tersebut terjadi karena minimnya informasi mengenai pengeluaran pemerintah terhadap penerimaan pajak yang didapat setiap tahunnya. Tidak adanya kejelasan yang pasti tentang uang yang mereka bayarkan setiap bulannya serta penggunaan uang tersebut. Tidak adanya transparansi tersebut menyebabkan masyarakat enggan untuk membayar pajak (Dharmayanti, 2017). Penggelapan pajak menjadi salah satu faktor tidak tercapainya target penerimaan pajak di Indonesia. Penggelapan pajak menyebabkan kurangnya penerimaan pajak yang dicapai dengan target yang telah ditetapkan. Umumnya wajib pajak enggan membayar pajak karena mereka menganggap bahwa membayar pajak akan mengurangi penghasilan mereka. Oleh karena itu, wajib pajak selalu berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin atau bahkan menghindarinya (Ayu and Hastuti, 2009).

(5)

Referensi

Arrazaqu Arestanti, M., Herawati, N., & Rahmawati, E. (2016). Faktor-Faktor Internal Individual dalam Pembuatan Keputusan Etis: Studi pada Konsultan Pajak di Kota Surabaya. Jurnal Akuntansi Dan Investasi, 17(2), 104–117.

https://doi.org/10.18196/jai.2016.0048.104-117.

Dewi, A. A. I. P., Sudarma, M., & Baridwan, Z. (2018). Dilema Etis Konsultan Pajak dalam Tax planning: Studi Fenomenologi. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, 4(2), 128–139. https://doi.org/10.21776/ub.jiap.2018.004.02.6.

Handayani, Nur. 2020. Persepsi calon wajib pajak dan wajib pajak tentang etika penggelapan pajak di Surabaya. Link : file:///C:/Users/L%20E%20G%20A

%20C%20Y/Downloads/7276-14696-1-PB.pdf

Ervana, Orin Ndari. 2019. PENGARUH PEMERIKSAAN PAJAK, KEADILAN PAJAK DAN TARIF PAJAK TERHADAP ETIKA PENGGELAPAN PAJAK (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten). Link : file:///C:/Users/L%20E%20G%20A%20C%20Y/Downloads/802-49-2635-1- 10-20190427.pdf.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh keadilan terhadap Persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak dan bagaimana pengaruh sistem

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dan wajib pajak mengenai etika atas penggelapan pajak di wilayah

Penggelapan pajak ( tax evasion ) merupakan upaya yang digunakan untuk menghindari kewajiban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak dan.. merupakan perbuatan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel keadilan perpajakan berpengaruh positif terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak, variabel

independen dari penelitian ini berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak, terkecuali sistem perpajakan dan kemungkinan terdeteksinya

Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak, Skripsi, UIN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Diskriminasi Pajak, Norma Subjektif dan Love of Money berpengaruh positif terhadap etika penggelapan pajak dalam persepsi wajib pajak orang pribadi,

Persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak adalah suatu asumsi seseorang tentang prinsip tingkah laku yang mengatur individu atau kelompok dalam penghindaran