• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) – Tata Ruang Kota (TRK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) – Tata Ruang Kota (TRK)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(RTBL)

Tata Ruang Kota (TRK)

(RTBL-TRK)

Jonny Wongso

(2)

Pemahaman Umum

Kawasan

Di dalam proses penyusunan RTBL, dikenal adanya

Kawasan Kajian (Kawasan Study)

dan

Kawasan

Perencanaan

yang masing-masing dapat dibedakan

atas:

Cakupan dan luas area

Tingkat kedalaman analisis

Tingkat kedalaman pola penanganan

(3)

Sifat Kegiatan Kawasan

Kawasan Fungsi

Tunggal

Kawasan Fungsi

Campuran

1) Kawasan fungsi hunian

(perumahan)

2) Kawasan fungsi usaha

3) Kawasan fungsi social budaya

4) Kawasan fungsi keagamaan

5) Kawasan fungsi khusus

6) Kawasan sentra niaga (CBD)

7) Kawasan industry

(4)

Kawasan Fungsi Tunggal

1) Kawasan fungsi hunian (perumahan)

Kawasan yang didominasi oleh bangunan dengan fungsi

utama hunian dan dilengkapi dengan prasarana, sarana

dan utilitas lingkungan.

Kawasan hunian dapat berupa hunian tunggal, hunian

deret, huan susun, villa, asrama maupun campuran

diantaranya.

2) Kawasan fungsi usaha

Kawasan dengan dominasi kegiatan yang bersifat

komersial atau menjadi pusat suatu kegiatan usaha

berskala kecil hingga menengah.

Kawasan ini dapat berupa sentra industry kecil/kerajinan

rakyat hingga kawasan perdagangan dan jasa dengan

intensitas bangunan rendahsampai menengah dan

(5)

Kawasan Fungsi Tunggal

3) Kawasan fungsi social budaya

Kawasan yang berfungsi sebagai tempat

berlangsungnya kegiatan yang bersifat public dan

terkait dengan upaya menigkatkan kualitas budaya

manusia.

Termasuk di dalamnya adalah kawasan pendidikan,

peribdatan, kesehatan kebudayaan, dll.

4) Kawasan fungsi keagamaan

Kawasan yang didominasi dengan kegiatan

keseharian berkaitan pelaksanaan kegiatan

keagamaan.

(6)

Kawasan Fungsi Tunggal

5) Kawasan fungsi khusus

Kawasan dengan fungsi tertentu yang membutuhkan

penanganan dengan cara yang spesifik.

Misalnya: kawasan rawan bencana, kawasan nelayan,

kawasan pariwisata, kawasan tepi air, dll

6) Kawasan sentra niaga (CBD)

Kawasan yang didominasi dengan kegiatan komersial

berupa perkantoran dan perdagangan.

(7)

Kawasan Fungsi Tunggal

7) Kawasan industry

Kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang

yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan

kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha kawasan

Industri.

8) Kawasan bersejarah

Kawasan yang memiliki nilai kesejarahan tinggi dan

masih memiliki peninggalan fisik maupun non fisik

terkait sejarah. Kawasan ini memiliki objek yang telah

tetapkan atau belum sebagai cagar budaya.

Kawasan yang memiliki nilai budaya tradisional baik

secara fisik maupun non fisik. Kawasan ini

padaumumnya masih digunakan sebgai kawasan

(8)

Kawasan Fungsi Campuran

Kawasan dengan dua atau lebih fungsi yang tertung

dalam kawasan fungsi tunggal.

Kawasan fungsi campuran dapat memiliki lebih dari

satu fungsi pada saat yang bersamaan, namun juga

dapat menjadi kawasan fungsi campuran akibat

adanya

pergiliran waktu

.

Diperlukan penanganan yang lebih

berhati-hati, karena segala aturan

hingga disain kawasan yang akan

diberlakukan di kawasan tersebut

harus sesuai dengan kegiatan

(9)

Tematik Kawasan

a. kawasan baru berkembang cepat;

b. kawasan terbangun;

c. kawasan dilestarikan;

d. kawasan rawan bencana;

(10)

Kawasan Baru Berkembang

Cepat

a) Memiliki potensi untuk cepat tumbuh;

b) Mengalami pertambahan densitas penduduk

maupun fisik terbangun dalam waktu yang singkat;

c) Mengalami pertambahan intensitas volume kegiatan

d) Mengalami pertambahan densitas penduduk

maupun densitas bangunan dalam waktu relative

singkat maupun pertumbuhan ekonomi yang

(11)

Kawasan Terbangun

a) Sebuah kawasan yang didominasi leh fisik terbangun

b) Memiliki sarana dan prasarana lingkungan

c) Memiliki pertumbuhan densitas, jumlah dan kualitas

lingkungan binaan

d) Memiliki perubahan jumlah dan struktur penduduk,

ekonomi dan budaya

(12)

Kawasan Dilestarikan

Kawasan terbangun bilamana ditemukan indikasi

adanya kecenderungan kemerosotan nilai, makna dan

fungsi kawasan,hingga penurunan kualitas lingkungan

alamiah dan binaan.

Dikategorikan dilestarikan, bila memiliki penetapan

sebagai cagar budaya dan atau bersejarah dan atau

revitalisasi. Penetapan tersebut dapat berskala

nasional, regional maupun lokal, sehingga dapat

(13)

Kawasan Rawan Bencana

a) Kawasan yang telah ditetapkan oleh instansi yang

berwenang sebaai kawasan yang pernah mengalami

atau mengandung atau diduga dapat meimbulkan

bahaya dikarenakan bencana alam maupun

bencana Yang diakibatkan kelalaian atau manusia.

(14)

Intervensi Penataan

Berdasarkan Jenis Kawasan

Jenis Kawasan

Gentrifikasi Konservasi Peremajaan Rehabilitasi Reklamasi Pembangunan

Sisipan Relokasi Perubahan stratifikasi sosial(dr permukiman kumuh di tengah kota menjadi permukiman golongan mapan) Pelestariandi seluruh kondisi struktur lingkungan & ruang eksisting di kaw. bersejarah Perbaikan kondisi lingkungan secara mendasar dan menyeluruh Perbaikan kerusakan-kerusakan besar karena usang atau bencana Pemba ngunan baru yang dilakukan di badan air dengan menimbun badan air untuk menciptakan daratan baru Pemba ngunan dengan menyisipkan 1 atau lebih bangunandgn memper hatikan konteks tualitasnya Pemindahan sebagian atau seluruh aktivitas dari 1 tempat ke tempat lain u mempertinggi faktor keamanan, kelayakan dan legalitas lahan Baru berkembang cepat √ √ √

Terbangun √ √ √ √ √ √

Dilestarikan √ √ √

Rawan Bencana

(15)

Contoh

Tipe

Pengembangan

Kawasan

Pertimbangan Kritis Pada Pengendalian Prasarana dan Utilitas Lingkungan

Kata Kunci

Pertimbangan Fisik

Pertimbangan Sosial

GENTRIFIKASI

Lingkungan kepadatan tinggi,

tidak ada sarana dan infrastruktur eksisting

• Keterbatasan ruang gerak bagi penempatan utilitas yang tidak leluasa.

• Keterbatasan kondisi jaringan utilitas eksisting yang acak2an dan tidak tertata.

• Kritis terhadap tanggapan

masyarakat yang kadang dikaitkan dengan permasalahan social kota.

• Kritis terhadap kesesuaian kegiatan sector informal yg umumnya

mendominasi lingkungan kepadatan tinggi

KONSERVASI

Pelestarian

bangunan/lingkungan,

ada/tidak terdapat infrastruktur eksisting

• Keterbatasan factor penentu ruang gerak bagi

penempatan utilitas sangat beragam dan ketat

• Keterbatasan pertimbangan kondisi jaringan utilitas

eksisting dari bangunan / lingkungan yang dikonservasi.

• Kritis dan sensitive terhadap tanggapan public secara luas tentang implementasi fisik pada bangunan/lingkungan konservasi.

• Kritis terhadap kesesuaiannya dengan kegiatan spesifik dalam

bangunan/lingkungan konservasi.

REHABILITASI

Lingkungan dengan kegiatan yang unik,

kemunduran/kehancuran fisik bangunan/lingkungan

• Permasalahan pertimbangan integrasi system utilitas

dengan kegiatan / aktifitas unik lingkungan

• Permasalahan keharusan untuk mempertahankan / menciptakan karakter khas lingkungan dari kegiatan unik yang ada.

Kritis terhadap pelaksanaan jangka pendek terutama semasa konstrusi berlangsung mengingat alokasinya selama masa itu tidak boleh

mengganggu pemenuhan kebutuhan warga ataupun kegiatan yang

berlangsung.

RENEWAL

Secara ekonomi kinerja lingkungan telah menurun, secara fisik lingkungan masih dapat dipertahankan,

restrukturisasi penyediaan infrastruktur kota

• Permasalahan restrukturisasi infrastruktur secara

menyeluruh dan menyisipkan dalam fisik terbangun.

Kritis terhadap tanggapan masyarakat yang kadang dikaitkan dengan

(16)

ELEMEN

KRITERIA PENATAAN PADA TIAP FUNGSI KAWASAN

FUNGSI HUNIAN (hunian tunggal, deret, susun, villa, asrama, dll)

FUNGSI USAHA

(usaha kantor, hotel, industry, terminal, penyimpanan, dll)

FUNGSI SOSIAL BUDAYA & PERIBADATAN

(pendidikan, layanan kesehatan, kebudayaan, dll) KONSEP PERANCANGAN LINGKUNGAN KOTA MENYELURUH

• Skenario: berjati diri, mengapresiasi konteks lokal.

• Menciptakan pusat-pusat aktifitas sebagai generator

• Membenahi lingkungan dengan penyuntikan aktifitas

• Lingkungan sebagai bagian struktur setempat dan saling bertautan

• Indikasi penanganan sesuai potensi setempat.

• Berjati diri mengacu pada kekhasan setempat.

• Lingkungan hunian yang menyatu dengan sekitar dan tidak mengotak-kotakkan golongan ekonomi.

• Berorientasi padaruang terbuka lingkungan sebagai pusat interaksi masyarakat.

• Mengkatalis kehidupan ruang kota dengan aktifitas ekonomi sebagai alat.

• Mengangkat dan

memberdayakan aktifitas ekonomi dan jasa setempat.

• Bertautan dan berintegrasi dengan pusat ekonomi lain.

• Zonasi merunut pada keragaman aktifitas ekonomi

• Indikasi penanganan merunut pertimbangan investasi dan tahapan pembangunan.

• Mengkatalis kehidupan ruang kota dengan aktifitas social-budaya sebagai alat.

• Mengangkat dan

memberdayakan aktifitas kegiatan social-budaya setempat.

• Mendukung image kota

• Merupakan titik

pengembangan kehidupan social-budaya sekitar.

• Zonasi merunut pada

keragaman potensi budaya

• Indikasi penanganan merunut padakehidupan social-budaya yang telah/akan berkembang.

KONSEP PERUNTUKAN LAHAN

• Menghidupkan kegiatan berskala PEJALAN KAKI

• Manajemen RUANG TRANSISI (Interface) antar AKTIFITAS PUBLIK dan PRIVAT

• Mendukung atifitas lingungan

• Penyuntikan aktifitas ekonomi berskala pejalan kaki (lantai dasar)

• Aktifitas 24 jam pada spot tertentu

• Penyuntikan aktifitas spesifik dan tematikalberskala pejalan kaki (lantai dasar)

(17)

ELEMEN

KRITERIA PENATAAN PADA TIAP FUNGSI KAWASAN

FUNGSI HUNIAN

(hunian tunggal, deret, susun, villa, asrama, dll)

FUNGSI USAHA

(usaha kantor, hotel, industry, terminal, penyimpanan, dll)

FUNGSI SOSIAL BUDAYA & PERIBADATAN

(pendidikan, layanan kesehatan, kebudayaan, dll)

KONSEP INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN

• Mempertimbangkan system Unit Perancangan kawasan setempat

• Mempertimbangkan Daya Dukung kawasan

• Mempertimbangkan penataan zona kepadatan kawasan

• Mempertimbangkan keterjangkauan konsep TOD

• Penerapan KDB, KLB, KDH untuk memperjelas bata ruang privat dan ruang publik

• Penerapan KDB, KLB, KDH untuk memaksimalkan ruang public kegiatan usaha

• Penerapan KDB, KLB, KDH untuk memaksimalisasi ruang public kegiatan social-budaya.

KONSEP TATA BANGUNAN

• Mempeertimbangkan pembetukan Karakter/Identitas Visual kaasan

• Memaksimalkan penataan ruang dan visual bagi pejalan kaki

• Menjaga privasi ruang dan fungsi pribadi hunian dengan fungsi public

• Menjaga kualitas ekologis untuk kenyamanan

lingkungan hunian.

• Memprioritaskan tata guna lahan fungsi campuran (mixed use)

• Mendefinisikan ruang public dengan jelas.

• Mengoptimalkan wajah jalan/street scape untuk orientasi visual.

• Memperhatikan keserasian dan kelestarian lingkungan social-budaya

KONSEP SISTEM SIRKULASI DAN JALUR

PENGHUBUNG

• Mengoptmalkan kontinuitas lingkungan pejalan kaki dan aksesibiltas penyandang cacat

• Mempertimbangkan jangkauan konsep TOD pada penataan kawasan

• Mempertimbangkan moda transportasi dan system sirkulasi bagi transportasi informal setempat

• Sirkulasi terpusat dalam jangkauan pelayanan tiap blok/cluster hunian.

• Sistem transit pada pusat pelayanan usaha

• Fasilitas padaode moda transportasi dapat

berintegrasi dengan fungsi usaha

• Sirkulasi terpusat dalam jangkauan pelayanan tiap blok/cluster hunian

(18)

ELEMEN

KRITERIA PENATAAN PADA FUNGSI KAWASAN

FUNGSI HUNIAN

(hunian tunggal, deret, susun, villa, asrama, dll)

FUNGSI USAHA

(usaha kantor, hotel, industry, terminal, penyimpanan, dll)

FUNGSI SOSIAL BUDAYA & PERIBADATAN

(pendidikan, layanan kesehatan, kebudayaan,

dll) KONSEP RUANG TERBUKA

DAN TATA HIJAU

• Mempetimbangkan jangkaua Pejalan Kaki

• Mengoptimalkan Ruang Terbuka sebagai elemen system tautan kawasan

• Mengoptimalkan Ruang Terbuka dan RTH sebagai identitas dan orientasi kaasan (vs beautifikasi)

• Pengolahan RT dan RTH sebagai dasar perencanaan vs sekedar pengisi ruang sisa pada kawasan.

• RTH merupakan pusat cluster

• Merupakan pusat

layanan ekonomi untuk satu satuan jangkauan pelayanan.

• Merupakan pusat layanan social-budaya untuk satu satuan jangkauan pelayanan KONSEP KUALITAS

LINGKUNGAN: IDENTITAS LINGKUNGAN

• Sistem media penanda, media luar ruang dan perabot jalan terpadu

• Mengolah karakter lingkungan setempat: tengeran, vista, focal point

• Manajemen interaksi dan konflik ruang public yang tegas bagi kegiatan pendukung.

• Menonjolkan tengaran, vista, focal point

setempat lebih sebagai orientasi sekuensial.

• Pembatasan jumlah, bentuk dan ekspresi fisik media penanda /luar ruang.

• Manajemen interaksi kegiatan social komunitas.

• Menonjolkan

tengaran,vista, focal point setempat lebih sebagai orientasi pusat aktifitas usaha.

• Pembatasan jumlah dan bentuk fisik media

penanda/luar ruang.

• Manajemen konflik kegiatan sector formal-informal.

• Menonjolkan tengaran, vista, focal point

setempat lebih sebagai orientasi dan identitas pusat ktifitas social-budaya

• Pembatasan tegas ekspresi dan bentuk fisik media penanda/luar ruang

Referensi

Dokumen terkait

4.4.1 Pemetaan Layanan Bisnis, Proses Bisnis, dan Fungsi Bisnis di Dinas Tata Kota Bangunan dan Permukiman Kota Tangerang Selatan. Pemetaan layanan bisnis, proses bisnis, dan

yaitu jalur perjalanan yang menerus (termasuk jalan ke luar, koridor/selasar umum dan sejenis) dari setiap bagian bangunan gedung termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat

Berdasarkan kondisi tersebut di atas diperlukan kajian untuk melihat sejauh mana perkebangan kawasan melalui intensitas pemanfaatan lahan oleh bangunan-bangunan dan

Rencana sistem jaringan jalan pada Kawasan Malioboro ini adalah dengan menetapkan dua hirarki koridor yaitu : koridor jalan kolektor sekunder meliputi Jl. Pasar Kembang,

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama belum optimal, karena belum dapat mencapai

Proyek RPJMD Anggaran Tahun 2012 mengagendakan banyak kegiatan, salah satunya adalah pembuatan Rencana Tata Bangunan & Lingkungan (RTBL) Kawasan Bandara Baru

PENUTUP DAN LAMPIRAN-LAMPIRAN, merupakan sebuah bab pelengkap yang berisikan mengenai penutup kegiatan Penyusunan LAPORAN PENDAHULUAN dari keseluruhan rangkaian kegiatan

12 data kemampuan keuangan pembangunan daerah; 13 data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan daerah; 14 data terkait kawasan dan bangunan kualitas, intensitas blok eksisting,