• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI DAN PERANAN rumah BAHASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FUNGSI DAN PERANAN rumah BAHASA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTITAS BUKU

Judul : Fungsi dan peranan bahasa sebuah pengantar

Pengarang : Khaidir Anwar

Penerbit : Gadjah Mada University Press

(2)

BAB 1

PENGKAJIAN BAHASA

Pengertian dasar

Apablia seorang mendengar tentang studi atau kajian bahasa, orang sering memahaminya sebagai belajar suatu bahasa, umpamanya belajar bahasa Indonesia, atau bahasa arab, inggris dan seterusnya. Yang kita maksud dengan kajian bahasa disini bukan itu, walaupun unsur belajar bahasa seperti itu biasanya merupakan syarat pula tetapi tujuannya adalah untuk digunakan sebgai titik tolak buat langkah-langkah selanjutnya. Seorang ahli bahasa atau linguist tidak wajib mempunyai kemampuan menggunakan bahasa yang dipelajarinya dalam hidupnya sehari-hari. Ada unsur-unsur pokok dalam sesuatu bahasa yang harus diketahuinya lebih dahulu sebelum dia bisa mempelajari bahasa itu secara ilmia. Namun ini tidak berati bahawa seorang ahli bahasa tidak bisa mempelajari sesuatu bahasa dari sebuah cabang linguistic apabila dia tidak mengerti bahasa itu. Orang dapat saja mempelajari sejarah suatu bahasa dari sebuah buku umpamanya walaupun dia tidak bisa menggunakan bahasa itu sedikpun karena dia memang tidak paham akan bahasaitu.

Linguistik yang banyak pula pembagiannya itu adalah suatu kajian tentang bahasa dengan menggunakan metode ilmu pengetahuan. Bahasa merupakan fenomena social dan fenomenal alam sekaigus. Dikatakan fenomena alam karena bahasa lisan umpamanya ada kaitannya dengan getaran-gertaran udara dan gerakan-gerakan alat-alat bicarakita seperti lidah, bibir dan sebagainya. Tujuan ilmu bahasa pada dasarnya sama dengan tujuan ilmu pengetahuan pada umumnya. Yaitu memberikan penjelasan yang sistematis selengkap mungkin terhadap objek kajian itu. Jadi linguistik bukanlah ilmu filsafat yang hendak mencari hakekat atau realita yang terletak di balik fenomena itu. Memang ada ilmu filsafat bahasa tetapi ini bukanlah linguistik. Ilmu bahasa membatasi diri pada hal-hal mengenai bahasa yang dapat diterangkan secara ilmiadengan tidak mengadakan spekulasi-spekulasi. Oleh Karena linguistik itu merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan, ia berusaha mempertahankan keobjektifan dalam menyatakan sesuatu terutama hal-hal yang dapat dibuktikan. Prinsip konsitensi merupakan salah satu syarat mutlak pula dalam memberikan penjelasan-penjelasan.

(3)

deduktif digunakan dalam ilmu bahasa dan untuk cabang-cabang tertentu dalam kajian bahasa metode sejarahpun dipakai. Oleh karena linguistic adalah sutu disiplin ilmia, maka seorang ahli bahasa sedikit banyak harus pula memahami teori dasar tentang ilmu pengetahuan pada umunya, sebab kalau tidak dia tentu tidak mengerti hubungan kajian bahasa tentang tingka laku manusia. tetapi ini tidak berarti bahwadia harus pula seorang yang ahli di bidang filsafat ilmu pengetahuan sebab yang terakhir ini amatlah luas dan dalam kajiannya.

Linguistik diharapkan dapat memberikan suatu wawasan kepada kita tentang bahasa dan kegiatan kebahasaan disampig pengetahuan yang sifatnya lebih teknis.dimasa yang lalu tentang bahasa sering sering dianggap sebagai kajian kesenian dan bikanlah kajian ilmiah. Sekarang pun unsur kesenian dalam pelajaran keterampilan bahasa merupakan hal yang penting. Di masa kejaan studi linguistik structural orang merupakan masalah wawasan ini sebab dianggap tidak ilmiah. Tetapi imu pengetahuan baik yang mengkaji fenomena alam maupun maupun fenomena sosial semaking berkembang dan berseluk-beluk sehingga kadang-kadang tidak mudah menarik garis pemisa tegas antara ilmu-ilmu sosial umpamanya dan kajian-kajian di bidang humaniora.

Kajian tentang bahasa sudah tua umumnya. Pada mulanya para ali bahasa memusatkan kegiatanya pada menemukan kaidah-kaidah untuk membedakan mana kalimat atau kata yang betul dan mana kaliamat yang salah. Di Eropa para sarjana bahasa berbeda dalam mempelajari bahasaklasik terutama latin untuk menemukan kaidah-kaidah yang benar mengenai betul tidaknya sesuatu bentuk bahasa. Di India sudah lebih dahulu para ahli mempelajari bahasa sangsekerta untuk memahami teks kitab suci.

Pelajaran bahasa seperti ini sering menimbulkan ketidak wajaran dalam pemakaian bahasa ibu atau bahasa nasional. Setelah lahir linguistic modern, sikap belajar cara lama itu ditinggalkan dan orang paham bahwa setiap bahasa mempunyai kaidah-kaidah sendiri di bidang tata bahasa.

Rumpun bahasa

(4)

serumpun dengan orang-orang melayu di tanah semenanjung misalanya, bahasa jawa dapat disebutserumpun denga bahasa melayu dan sebagainya.

Pengkajian pada permulaan abad yang lalu untuk jangka waktu yang cukup panjang didominasi oleh suatu pemikiran yang titik tolaknya mencari rumpung bahasa, menghubungkansatu bahasa dengan bahasa yang lain dengan mencari asal usul nenek moyang bahasa itu. Perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam berbagai bahasa itu dicoba menerangkan dengan memnbahas perubahan-perubahan bunyi. Fakta-fakta untuk dapat dijadikan sebagai landasan dalam menerangkan segalanya itu tidak mencukupi, para ahli lalu jatuh kepada spekulasi-spekulasi, yaitu penjelasan-penjelasan yang tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup. Pengaruh zaman itu ikut penyuburkan spkulasi-spekulasi yang beriorentasi kepada kegaiban bahasa itu.

Pada masa ini berkembanglah kajian bahasa perbandingan atau linguistik kompratif. Istilah filologi sering diartkan sebagai suatu cabang ilmu bahasa yang memuaskan telaahnya pada bahasa yang dipakai dalam teks-teks klasik, seperti teks dalam bahasa yunani, bahasa arab dan sebagainya.

Dalam membahas semua masalah kebahasaan yang menitikbaratkan pada menemukan rumpun ini, maka metode yang berdasa pada sejarahnya yang dominan. Seorang ahli bahasa bangsa jerman yang bernama Herman Paul, mengembangkan metode sejarah ini dalam kajian tata bahasa secara mendalam sekali.

Lahirnya linguistic modern

Metode-metode ilmu pengetahuan dipergunakan fenomena-fenomena alamiah, sekarang orang mulai menggunakan metode ilmu pengetahuan itu mempelajari fenomena sosial. Emile Durkheim menjelaskan bahwa fenomena sosial itu dapat pula dicari hokum-hukumnya dengan menyelidiknya secara induktif dan deduktif. Fenomena sosial itu teerlepas dari pelaku-pelakunya, ia berdiri sendiri.

(5)

diperlukan untuk memahami sebuah bahasa secara lengkap, akan tetapi orang boleh mempelajari suatu bahasa dengan memuaskan kepada suatu macam pendekatan saja.

Salah satu asumsi dalam ilmu pengetahuan ialah bahwa ada fenomena yang mempunyai keseragaman tingka laku, baik fenomena alam maupun fenomena sosial.salah satu contoh misalnya tingka laku benda cair. Skiranya tidak ada keseragaman tingka laku itu, tentu mungkin bagi kitauntuk meramalkan apa yang akan terjadi bila sesuatu dilakukan atas benda cair itu.

Satu lagi yang di maksud oleh de Saussure ialah (faculte de) langage, yakni kemampuan yang melekat pada kitayang menyebabkan kita dapat mempergunakan bahasa/bicara. Pada masa ini sarjana Amerika Noam Chomsky berbicara tentang perbedaan antara competence dengan performance. Yang dikmsud oleh Chomsky lebih kurang sama dengan langage menurut istilah de Saussure dan performance itu lebih kurang sama dengan ia parole. Sebenarnya ini mempunyai implikasi yang jauh dalam ilmu bahasa pada umumnya.

Bahasa merupakan sebuah sistem tentang nilai-nilai dan bukan terdiri dari butir-butir yng ditentukan nilainya oleh subtansi atau materinya. Memang terdapat perbedaan. Perbedaan antara bunyi c dan s lahyang menyebabkan perbedaan antara kata sari dan cari. Akan tetapi sebenarnya perbedaan secara materi ini tidak penting bila kita bandikan dengan perbedaan nilai yang kita berikan kepada bunnyi c dan bunyi s tersebut.

Yang membedakan dari kata dalam pengertian biasa ialah bahwa kata-kata itusudah di ucapkan atau dituliskan, sedangkan tanda-tanda linguistic itu belum, ia masih bersarang dalam otak pemikiran kita.

Tanda-tanda linguistic ini belum bersifat arbitrair, ia juga bersifat di satu pihak tetap dan di lain pihak mengalami perubahan. Tanda-tanda linguistic ini bersifat linear. Ia memanjang dan tidak umpamanya seperti tanda atau signal lainnya, umpamanya tanda-tanda lalu lintas. Bila tanda-tanda linguistik ini di ucapkan atau dituliskan, maka jelasterlihat sifat alinearnya itu.

Aliran tingkah laku atau aliran mekanis

(6)

melihat peristiwa sebagai gejala tingkah laku, tak lebih dan tak kurang.metode yang digunakan dalam mengkaji tingkah-laku kebahasaan ini terutama ialah pengamatan atau obsevasi.

Aliran laku ini sangat dipengaruhi oleh cara pemikiran aliran tingkah-laku (behavioristic school) dalam kajian psikologi. Menurut ajaran ini tingkah-tingkah-laku manusia pada dasarnya sama dengan tingkah-laku hewan, hanya lebih complex.

Dibawakan kedalam bahasa dapatlah umpamanya dikatakan bahwa perkataan keras berbeda artinya dari beras karena tingkah laku kita dalam mengucapkan keras dan beras tidak sama. Perbedaan ini dapat dicari pada titik artikulasi dalam menghasilkan bunyi b dan k. unit yang paling kecil yang menyatakan perbedaan itu dijadikn titik tolak dalam mengklafikasi kesatuan-kesatuan yang terdapat dalam bahasa. Dengan menerankan perbedaan-perbedaan dalam kita menggerakkan alat bicara kita seperti lidah, mulut, dan lain-lain dapatlah kita jelaskan kita menjelaskan bahwa fonem yang satu berbeda dari fonem yang lain.

Fenomena itu sendiri tentu tidak mempunyai arti sebagaimana kata mempunyai arti tetapi ia dapat menimbulkanperbedaan arti jika ia diganti dengan fonem lain dalam suatu gabungan fonem. Seperti kita ketahui dalam bahasa Indonesia kata kabar sama saja artinya dengan khabar sehingga perbedaan perbedaan yang terdapat antara bunyi /k/ dan /kh/ tidak dapat dikatakan perbedaan yang bersifat fonemik.

Tata bahasa generatif

Linguistic struktural yang berdasar kepada taksonomi atau pengklafikasikan tidak banyak memberikan informasi kepada kita tentang bahasa. Sewatu Chomsky menerbitkan bukunya yang berjuduln Syntactic Structures dalam tahun 1957, maka linguistik struktural telah memasuki suatu fase baru.

(7)

BAB 2

KAJIAN BAHASA DENGAN ILMU SOSIAL

Pengertian dasar

Bahasa luas dan banyak sekali unsur dan kaitannya. Oleh karena itu kajian bahasa dapat melihat dan membahas bahasa dari banyak sudut pandangan. Bahkan dari satu sudut pandangan saja, yaitu pandanagan linguistik baik yang lamah maupun yang modern, cara-cara mempelajari bahasa banyak ragamnya dank arena itu pemikiran linguistik yang dihasilkan beraneka ragam pula.

Pada dasarnya linguistik mempelajari bahasa seolah-olah bahasa itu tidak ad hubungannya dengan masyarakat. Aliran linguistik seperti umpamanya aliran yang dipelopori oleh Professor Firth dari Universitas London, yang tidak mengabaikan kontekst dari situasi itu dalam cara menemukan kaedah-kaedah kebahasaan yang sedang dipelajari.

Sosiolinguistik

Bebrapa orang ahli linguistik dan juga ahli ilmu sosial lainnya mengambil inisiatif untuk mengembangkan suatu disiplin yang obyek penelitiannya adalah bahasa dalam hubungannya dengan masayarakat. Kajian ini deberi nama sosiolinguistik.

Sudah bisa dilakukan oleh bebrapa ahli dalam berbgai bidang untuk menyinggung soal bahasa yang relevant untuk digunakan sebagai penambah keteranagan guna memperjelas dan mempertajam kaedah-kaedah dan rumusan-rumusan di bidang masing-masing. Kajian seperti sosiologi, psikologi, politik dan sebagainya kadang-kadang menggunakan persoalan-persoalan bahasa yang relevant dalam pembahasan-pembahasan bidang-bidang yang bersangkutan. Para ahli sossiolinguistik umumunya mengakui bahwa kajiannya belum dapat dikatakan sebagai setingkat taraf keilmiahan dengan cabang linguistic lainnya seperti ilmu fonetik.

(8)

pelajari secara mendalam tanpa membahas faktor-faktor luar bahasa yang mempengaruhi kehidupan sebuah bahasa.

Sosiologi bahasa

Dalam sosiolinguistik ada ahli yang ambisinya adalah memperdalam pengetahuan kita tentang hakikat bahasa itu sendiri dan untuk inilah baginya gunua utama sosiolinguistik. Akan tetapi ada pulah ahli sosiolinguistik yang melihat fenomena adanya bahasa dalam masyarakat itu sebagai fenomena yang pantas dipelajri, yang harus diterangkan secara ilmiah.

Dalam kajian sosiologi masalah korelasi ini penting artinya jadi dalam sosiologi bahasa penelitian dapat dilakukan guna mencari kolerasi pemakaian bahasa dengan kelompok sosial yang menggunakan bahasa itu. Walaupun tujuan kajian mencari kolerasi antara kelmpok sosial tertentu dan ragam bahasa yang dipergunakannya, ita harus berhati-hati sekali dalam mengabil kesimpulan.

Dialektologi

Dialektologi sebagai bagian dari kajian bahasa sudah lama umumnya. Dipandang dari sosiolinguistik, maka dialektologi dapat dianggap sebagian dari sosiolinguistik itu sendiri. Keanekaragaman dalam raga bahasa itu buat sosiolinguistik merupakan suatu kanyataan.

Pada mulanya dialektologi menganggap bahwa dialek-dialek yang berbeda-beda itu ditentukan seluruhnya oleh faktor grafis. Dialektologi modern cenderung untuk mengikuti cara pemikiran sosiolinguistik dan mempelajari dialek bukan hanya yang ditentukan oleh geografis tetapi juga jenis-jenis dialek lainnya yang timbul disebabkan oleh hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat.

Perencanaan pembahasan

(9)
(10)

BAB 3

RAGAM-RAGAM BAHASA

Pengertian dasar

Dalam sosiolinguistik, kita berusaha untuk mendapatkan gamabaran yang lebih jelas mengenai perbedaan-perbedaan bahasa itu. Istilah ragam bahasa baik digunakan aleh karena istilah ini tidak mengandung pengertian bahwa ragam yang satu lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Ragam bahasa yang terdapat dikampung A sebelah utara umpamanya tidak lebih jelek dari pada ragam bahasa yang dipakai di bagian selatan, andaikata memang terdapat perbedaan itu (ini sering terdapat).

Bahasa Baku

Bahasa baku atau standard sering dijadikan patokan untuk menentukan baik-buruknya sebuah bahasa. Bahasa standard dianggap ragam terbaik dalam sebuah bahasa. Bahasa baku Indonesia berbeda dengan bahasa baku Malaysia.

Jadi bahasa baku itu adalah ibarat tanaman dalam kebun teratur itu, sedangkan ragam bahasa yang lain bagaikan tanaman tanaman liar itu. Pokoknya bahasa baku itu tidak hidup seenaknya saja tetapi diperindah, disempurnakan, dilengkapi dan seterusnya. Dalam kajian sosiolinguistik kita menerimah pandangan para pemakai bahasa kita dapat mengkaji bahasa itu sebagai hakikat bahasa itu sendiri.

Penyeragaman ini perlu sekali sebab bahasa baku antara lain digunakan untuk membahas masalah-masalah pemerintahan, masalah-masalah akademis, teknologi dan sebagainya. Karena bahasa baku ini dilengkapi dan disempurnakan maka daerah pemakaiannyalebih luas, ia tidak terbatas pada lingkungan geografis yang kecil. Ciri lain dari bahasa baku antara lain ialah bahwa ia digunakan baik secara lisan maupun bahasa tulisan.

(11)

Masyarakat bahasa

Yang dimaksud dengan masyarakat bahasa ialah suatu masyarakat yang didasarkan kepada penggunaan bahasa tertentu. Sesuatu masyarakat bahasa merasa bahwa bahasa yang dipakai dalam masyarakatnya itu sebagai alat komunikasi yang memadai, para anggota tidak merasa kekurangan akan bahasa yang mereka perlukan dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Hubunga sosial tertentu mungkin menghendaki digunakannya satu macam ragam bahasa sedangkan hubungan sosial yang lain menurut penggunaan ragam bahasa yang berbeda.

Dialek atau logat

Ragam bahasa yang dipakai dalam daerah geografis yang kecil itu, akan tetapi merupakan bagian yang jelas dari sebuah bahasa, sering dinamakan orang dengan istilah dialek atau logat. Sebenarnya istilah ini dalam masyarakat bahasa yang besar dan sudah berkembang sering mengandung nilai merendahkan. Biasanya orang yang menggunakan dialek itu sedikit banyak juga merasa bahwa bicara mereka tidak bisa dibawa ke tengah, pantas digunakan hanya didesanya saja. Bagaimana pun juga ada terdapat masalah mengenai hubungan bahasa baku atau bahasa umum dengan dialek-dialeknya. Adapun dilihat dari segi kualitas sulit untuk mengatakan bahwa yang satu lebih tinggi dari pada yang lain. Antara dialek dengan satu dengan yang lain juga terdapat penilaian subjektif mengenai kegunaan, kadang-kadang sebuah dialek lebih dapat diterimah dari pada yang lain.

Pentingnya peranan dialek itu dalam suatu masyarakat, ia terdapat memperkuat rasa solidaritas dan dapat pula memperenggang, ia bisa menjadikan orang kelihatan rendah hati dan begitu pula ia menyebabkan orang lain lebih mudah diterimah bila ia berusaha berbicara dengan dialek masyarakat yang ingin dimasukinya.

(12)

Pidgin dan creole

Ragam bahasa sangat sederhana yang digunakan oleh pendatang dan penduduk setempat itu dinamakan pidgin. Ragam bahasa pidgin ini boleh dikatan tidak mempunyai tatabahasa yang teratur sehingga sulit dipelajari. Ragam bahasa mereka itu dinamakan creole dan creole ini dapat dipelajari dan diuraikan secara ilmu bahasa. Dengan kata lain crole itu sudah berfungsi sebagai bahasa biasa dan yang membedakan dari bahasa ialah asal usulnya dan pertumbuhannya.

(13)

BAB 4

PENGGUNAAN BAHASA

Perpindahan kode

Dalam setiap masyarakat bahasa, tidak ada seorang pembicara yang menggunakan satu ragam bahasa dalam setiap kesempatan pembicara. Dalam kajian sosilinguistik sudah ditemukan bahwa pada umumnya orang berganti kode itu tidak seenaknya saja, melainkan mengikuti pola-pola tertentu. Ahli-ahli ilmu bahasa sudah memperingatkan bahwa setiap orang biasanya menggunakan bahasa, baik dalam pengucapan atau pemilihan kata-kata dan sebagainya bukan sebagaiman perkiraannya.

Pengamatan atas tingkah laku bicara penduduk umpamanya disumatra barat cenderung menunjukkan bahwa apabila bertemu dua orang dari daerah dialek yang jauh berlainan, maka mereka berbicara dalam satu ragam bahasa minang yang dapat dianggap ragam umum.

Ragam yang mana yang akan dipilih seseorang dalam suatu pembicaraan ditentukan antara lain oleh topic pembicaraan, tempat pembicaraan itu dilakukan, formal atau tidak formalnya pembicaraan, bagaimana penilaian si pembicara terhadap dirinya dalam hubungannya dengan lawannya pembicara berlangsung, biasa saja satu pihak atau kedua-duanya menukar ragam bahasa yang dipakai untuk tujuan-tujuan tertentu, umpamanya untuk menunjukkan kekesalan, kemesraan dan sebagainya.

Mengenai topik pembicara, tentu banyak pula ragamnya. Bila orang ahli ekonomi membahas suatu masalah yang bersangkut dengan keahliannya mungkin dia akan menggunakan ragam bahasa atau bahasa tertentu.

Tempat pembicaraan terjadi yang mempengaruhi ragam bahasa yang dipakai biasanya merupakan suatu lembaga. Rumha tangga sebagai lembaga membawa orang memilih ragam bahasa tertentu dalam pembicaraan. Lembaga-lembaga yang lain dapatlah disebut sekolah, rumah-rumah ibadat, kantor-kantor dan pasar. Istilah yang bisa dipakai untuk menunjuk tempat ini adalah domain.

(14)

Adapun gaya bahasanya dianggap terpisah dari ragam bahasa. Gaya bahasa lebih bersifat individual sedangkan ragam bahasa bersifat kelembagaan. Dalam perpindahan kode kita dapat melihat kapan ornag memperlihatkan kuasa atau wibawahnya tanpa dia mengumumkan hal itu. Perpindahan kode dapat digunakan untuk mengakrabatkan hubungan atau untuk merenggangkannya. Dalam karya sastra kita para penulis belum mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari masalah perpindahan kode ini dalam perckapan-percekapan tokoh-tokoh yang diciptakan. Suatu perpindahan kode tidak tepat antara lain dapat menimbulkan hal yang lucu yangmengelikkan lawan bicara dan pendengar lainnya dan tentu dapat pula menimbulkankesan lain.perpindahan dari kode yang biasa digunakan dalam situasi formal kepada kode yang biasa dipkai pada situasi informal atau akrab dapat menimbulkan bahwa sipembicara ingin mencapai tujuan bicaranya dengan meyakinkan lawan bicara bahwa diantara mereka banyak terdapat persamaan, bahwa mereka sebenarnya berkarib kerabat, senasib sepenanggunangan, dan sebagainya.

Konteks dan situasi

Istilah konteks dan situasi sering pula digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti bahasa. Situasi itu dapat formal dan dapat informal dan diantaranya kedua titik itu dapat pula diadakan gradasi. Pada dasarnya situasi formal menuntut digunakan ragam bahasa yang formal dan situasi informal menuntuk pengunaan ragam bahasa juga yang informal. Antara situasi formal dan penggunaan ragam bahasa formal itu biasanya terdpat hubungan timbal balik. Pengunaan bahasa formal membawa kepada keformalan situasi dan begitu pula sebaliknya.

Walaupun kata konteks dan situasi itu sering diseiringkan pemakaian, sebaliknya diadakan juga perbedaan antara kedua kata itu. Kata konteks lebih luas jangkauannya. Konteks itu mencakup pengertian situasi tetapi ditambah dengan pengertian lain. Konteks dari sebuah kata atau bicara dapat meliputi seruluh latar belakang sosial budaya dari masyarakat bahasa itu. Dapatlah dikatakan bahwa konteks daripada kata-kata itu tadi adalah semua kata-kata yang dgunakan dalam satu buku.

(15)

memahaminya tanpa memahami konteksnya. Konteks itu biasa berupa bahasa dan bukan bahasa, kudua-duanya dapat mempengaruhi arti bahasa itu.

Istilah kolokasi kadang-kadang dipakai untuk menunjukkan kata-kata yang mengiringi kata tertentu. Ada kata yang sering terjadiya menjadi pengiring kata tertentu da nada pula yang jarang atau hamper tidak mungkin untuk menjadi pengiring itu.

Basa basi

Bahasa yang digunakan bukan hanya untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahas suatu masalah, untuk mebujuk dan merayu dan sebagainya. Sejemput kata-kata dipakai pula untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya. Penggunaan bahasa untuk keperluan seperti ini dapat disebut pengunaan basa basi. Dalam bahasa inggris ada ahli yang menyebut istilah phatic communion untuk jenis kegunaan seperti ini. Fungsi bahasa yang seperti ini tak dapat dianggap penting kadang-kadang bersifat menentukan dalam hubungan manusia selanjutnya.

Mentera

Penggunaan bahasa tertentu oleh orang tertentu dianggap dapat menyelamatkan atau merusak kehidupan, dapat merubah gerak alam, menghentikan hujan, mendinginkan api dan sebagainya.

Kita tidak hendak bersepkulasi tentang asal usul penggunaan mentera ini, tetapi cukuplah dikatakan bahwa dalam masyarakat berorientasi mentera ada semacam kepercayaan bahwa antara nama dan benda terdapat hubungan keramat.

Kadang-kadang dalam suatu masyarakat yang sudah dianggap berbudaya tinggi, banyak anggota masyarakat yang penggunaan bahasanya masih dipegaruhi oleh kepercayaan kepadamentera tadi tanpa disadari. Salah satu akibat dari sikap seperti ini ialah bahwa nama yang dianggap jelek mengakibatkan kejelekan pada yang diberi nama. Jadi untuk menghilangkan kejelekan maka dihindari penyebutan kejelekan itu dan kalau perlu diganti dengan dengan sebutan kebaikan.

(16)

Pendidikan dan bahasa mempunyai hubungan yang erat sekali dan pengunaan yang amat penting bagi perkembangan intelktual dari sipelajar.

Ada pendapat mengatakan bahwa pengunaan ragam bahasa yang serupa dengan bahasa ibu si murid amat menolong dalam pendidikan. Seandainya pendapat ini benar, maka maka pendidikan yang baik tentulah haru dilakukan dalam bahasa ibu si anak, lebih baik lagi dalam ragam bahasa untuk dialek si ibu. Seperti kita ketahui dialek si ibu itu biasanya belum tentu sama dengan bahasa umum yang dipakai di masyarakat yang luas.

Adapun bahasa yang digunakan dalam usaha-usaha pendidikan dekat sekali dengan ragam bahasa yang digunakan oleh golongan menengah itu. Suatu kenyataan disekolah-sekolah ialah bahwa anak-anak dari golongan menengah ini jauh lebih cepat kemajuan belajarnya dari pada anak-anak golongan bawah. Seandainya ragam bahasa yang dipakai dalam pendidikan adalah ragam bahasa yang digunakan golongan bawah ini, maka hasil pendidikan akan jadi lain, anak-anak golongan bawah tidak akan ketinggalan lagi.

Professor Bernstein membagi pengunaan bahasa atas dua golongan utama, yaitu penggunaan bahasa atau kode disebut kode lengkap dan penggunaan bahasa yang disebut kode ringkas. Perbedaan penggunaan kedua macam kode ini mempunyai implikasi yang jauh. Kode lengkap sifatnya banyak ditentukan oleh gaya bahasa yang banyak menuntut pemikiran, kalimat-kalimatnya mengikuti jalan logika dan eksplisit. Sebaliknya kode ringkas kurang memperhatikan unsur intelektual ini, menekankan emosi dan bukan menekannya.

Masalah penggunaan bahasa pada perguruan tinggi jelas merupakan suatu masalah yang berat dinegeri kita, walaupun nampaknyaorang cerderung menganggapnya soal enteng saja. Penggunaan bahasa oleh banyak mahasiswa kita memberikan petunjuk bahwa dalam soal menganalisa dan berpikir menurut logika ini para mahasiswa lemah pada umumnya.

Reklame dan propaganda

(17)

yang hendak dijual dan pada propanganda untuk membujuk agar orang yang dituju mau mempercayai sesuai pendapat dan mengaambil sikap atau berbuat sperti yang dikehendaki oleh sipembuat propaganda. Penggunaan bahasa guna keperluan reklame dan propaganda itu menghendaki pemilihan kosa kata tertentu, susunan kaliamt tertentu dan gaya tertentu.

Penggunaan bahasa reklame tidak segan-segan memperlakukan orang yang dijadikan sasaran sebagai makhluk-mahluk dungu tetapi membutuhkan semacam hiburan. Pada reklame biasanya maksud si pembicara tidak disembunyikan akan tetapi pada proganda maksud yang disembunyikan, si pembuat proganda berusaha meyakinkan orang bahwa yang dikemukakan adalah kebenaran sejati bukan tipuan.

Dalam hal proganda, hasilnya tidak selalu seperti yang dikehendaki. Propaganda kosong sering berhasil karena hanya bila diikuti dengan ancaman-acaman yang nyata. Tetapi suatu propaganda yang dilakukan berdasar prinsip-perinsip ilmiah sering juga berhasil, walaupun gagasan yang hendak dijual sama sekali tidak berharga. Dalam pengguna bahasa reklame dan propaganda, bahasa dianggap tak lebih daripada alat senjata.

Sastra

Penggunaan bahasa untuk keperluan sastra pada dasarnya memperlakukan bahasa itu sebagai suatu benda kesanyangan, sesuatu milik manusia yang indah. Bahasa tidak dilihat hanya sebagai alat untuk mencapai satu tujuan, betapapun baiknyatujuan itu. Menggunakan bahasa itu sendiri dianggap sebagai sesuatu yang bermanfaat, yang mengadung nilai-nilai luhur. Penggunaan bahasa dalam berpantun berseloka nilainyasudah terkandung dalam tingka laku berbahasa itu sendiri.

(18)

BAB 5

BAHASA DAN KEHIDUPAN SOSIAL POLITIK

Pendahuluan

Hubungan antara bahasa dan Negara sering erat dan kokoh, akan tetapi tidak selalu satu Negara hanya mempunyai satu bahasa. Pola-pola hubungan itu terlalu berbeda. Walaupun demikikian, hubungan antara sesuatu Negara dengan bahasa atau bahasa-bahasa yang dipakai dalam Negara itu dapat diterangkan dan diuraikan. Tidak disangsikan lagi bahwa terdapat hubungan yang erat antara bahasa dan suku-suku bangsa, walaupun harus diingat bahwa hubungan itu tidak bersifat genetic, ,elainkan bersifat budaya.

Kesetiaan bahasa

Sesuatu masyarakat bahasa mengikat anggota-anggotanya antara lain dengan rasa kesetiakawanan diantara orang-orang yang mempunyai bahasa yang sama itu, karena mereka yang memakai bahasa yang sama. Rasa kesetiaan bahasa ini cukup tebal dan seolah-olah dibawa semenjak lahir. Ini disebabkan karena pengenalan bahasa dimulai sejak masa kecil sekali, pelajaran bahasa tidak disarankan sebagai pelajaran, tetapi bagian yang wajar dari kehidupan.

Kesetiaan bahasa yang penting adalah apabila diterjamahkan kepada sesuatu yang melembaga. Kesetiaan bahasa yang tidak menjelma menjadi lembaga tinggal sebagai kesetiaan yang bersifat pribadi dan pengaruhnya atas perkembangan suatu bahasa. Kesetiaan yang melembaga membawa ke arah tindakan-tindakan nyata yang bermuara pada pembinaan bahasa, perluasan fungsi serta daerah pemakaian. Lembaga yang didirikan sebagai terjemahan dari kesetiaan bahasa dapat memperkuat suatu bangsa bahkan dapat menjadikan bahasa sebagai alat untuk mendominasi orang lain. Pada masa modern ini kurang kuat tidaknya sesuatu bahasa lebih banyak ditemukan oleh penggunaan bahasa itu di bidang ilmu dan teknologi dari pada dibidang sastra dan filsafat.

(19)

Kesetiaan akan bahasa yang melembaga bila diperkuat dengan perundang-undangan biasanya semakin lama tidak didukung pihak resmi itu. Tetapi perlindungan undang-undang ini kurang efektifnya bila bila lembaga-lembaga yang mendukung dan meperthankan sesuatu bahasa yang tidak dapat mengatasi persoalan-persoalan bahasa dengan baik.

Kesetiaan bahasa yang melembaga jarang dilepaskan orang tanpa melihat ada keuntungan dibidang lain. Apabila terlihat keuntungan yang dirasa lebih besar dibidang lain, kesetiaan bahasa dapat menjadi lemah. Dimasa modern ini pun merasakan bahwa ada sesuatu Negara sebaiknya mampu mempunyai bahasa nasional sendiri dan bukan bahas pinjaman.

Bahasa politik

Hubungan antara bahasa dan kehidupan politik dalam suatu Negara penting sekali. Politik bertalian dengan masalah pengaturan masyarakat secara berkekuasaan dan untuk dipergunakan pengorganisasian rakyat banyak. Di Negara dan rakyatnya dianggap harus mengikuti perintah para penguasa saja pun, bahasa politik yang harus dipakai tetap bahasa ajakan dan seruan dan bukan bahasa perintah yang kasar dan kejam. Bahkan dalam system seperti ini bahasa politik yang mencapai tingkat kehalusan yang cukup tinggi, yaitu dapat membungkus yang busuk menjadi tidak busuk, yang jelek menjadi baik, ancaman dinyatakan dengan halus dan beradab.

Golongan-golongan politik yang berneda dan bertentangan dalam suatu masyarakat menggunakan dan memahami kata-kata sering secara berbeda-beda pula. Hal ini dapat kita pelajari umpamanya berita-berita dan surat kabar.

(20)

bahasanya dia terikat oleh tatacara yang berlaku dan tentu boleh pula menganalisa tetapi untuk komsumsi sendiri.

Bahasa politik di negara-negara komunis cendrung kepada polemic yang keras tajam, tetapi dilakukan secara pihak. Sebagaimana kita ketahui orang politik cendrung mempolitikkan apa saja yang dapat dipolitikkan. Bahasa jelas dapat dipolitikkan dank arena itu orang politik jarang yang mengabaikan kesempatan mempolitikkan bahasa itu. Banyak jalan yang dapat ditempu dalam usaha yang penting ini seperti menggunakan kata-kata tertentu dan menghindarkan kata-kata lain. Penggunaan bahasa secara netral dan objektif biasanya dihindari jauh-jauh, sebab politik praktis bukan bagian bukan dari bagian ilmu sosial murni atau sosiologi bahasa. Politik adalah politik dan ia mempunyai cara-cara tertentu yang dapat dibenarkan secara perhitungan politik praktis.

Bila dikaji benar-benar, akhirnya dapat disimpulkan bahwa politik atau permainan politik cederung untuk berkisar pada permainan kata-kata. Karena itu ahli sosiolinguistik menaruh minat kepada bahasa politik baik politik dimasyarakat tradisional maupun dimasyarakt modern.

Bahasa dan agama

Hubungan bahasa dan kehidupan beragama erat dan sering pula mesra sifatnya. Jumlah agama-agama besar tidak banyak di dunia dank arena itu bahasa-bahasa yang merupakan kendaraan kitab suci juga tidak banyak. Adapun naskah kitab-kitab suci itu dirasakan lebih agung dan syahdu sifatnya bila tertulis dalam bahasa aslinya, jadi bukan dalam bentuk terjamahan. Bahkan ada setengah pendapat yang mengatakan bahwa peterjamahan kitab-kitab suci sebenarnya kurang berfaedah, sebab hasil terjamahan itu tidak betul-betul membawakan makna dari kitab suci itu.

(21)

Penilaian orang terhadap kehidupan beragama sering pula mempengaruhi gaya bahasa sesorang. Orang islam yang merasa agama itu sebagai barang impor cederung untuk menghindari kata-kata tertentu yang bisa digunakan oleh kaum santri sebab mungkin pada pikirannya dengan jalan demikian dia berbeda dari golongan santri bukan hanya dalam hidup keagamaan tetapi dalam gaya hidupnya sehari-hari pula. Bahasa bukan hanya alat untuk berkomunikasi tetapi juga merupakan petunjuk sosial dari para pemakainya.

Politik bahasa

Setiap Negara mengambil sikap tertentu terhadap penggunaan suatu bahasa di daerah kekuasaannya. Jarang atau hampir tidak ada Negara yang tidak peduli bahasa apa yang akan digunakan sebagai alat komunikasi resmi di daerah kekuasaannya. Dengan perkataan lain Negara pada umumnya menjalankan politik bahasa tertentu.

Di masa yang lalu Negara-negara kolonial menjalankan politik bahasa yang dianggap mengutungkan Negara colonial itu. Politik kolonial bahasa merupakan bagian dari politik kolonial yang dilakukan terhadap rakyat jajahan. Pengembangan bahasa yang dapat membawa persatuan dari rakyat jajahan sering ditekan-tekan. Di zaman modern pemerintah kolonial melihat keuntungan dari peluasan pemakaian bahasanya oleh penduduk jajahan. Diharapkan bahwa penduduk yang sering menggunakan bahasa Negara kolonial di daerah-daerah jajahan dapat memperkecil jarak antara bangsan dipertuakan dan bangsa yang dijajah.

Politik bahasa kolonial dizaman belanda di Indonesia tidak dilakukan dengan gegabah tetapi berdasarkan neshat-nasehat dari pejabat-pejabat bahasa yang memang diangkat oleh pemerintah.

Politik bahasa kolonial dengan sendirinya mendapat perlawanan dari politik bahasa kaum nasionalis yang ingin memperoleh kemerdekaan buat bangsanya. Negara-negara komunis juga mempunyai politik bahasa yang terarah. Hanya biasanya dinegara komunis peranan ideologi jauh lebih penting daripada peranan bahasa. Memang idologi itu dinyatakan dalam bahasa juga akan tetap dalam bahasa apa yang tidak selalu menjadi ukuran terpenting.

(22)

Mengenal politik bahasa nasional dinegara kita, ada dua hal yang dapat kita perhatikan . pertama apa yang dikatakan sebagai politik bahasa dan kedua apa yang terlihat oleh kita yang dijalankan dan dikerjakan. Kedua hal ini belum tentu sama dan jika terdapat demikian kita berusaha menerangkan perbedaan itu.

Bahasa dan media masa

Hubungan bahasa dan media massa erat sekali dan ini diketahui semua orang. Peranan guru bahasa terhadap bentuk dan gaya bahasa yang umum dipakai dalam masyarakat kecil sekali bila dibandingkan dengan peranan wartawan atau pembawa berita diradio dan televise. Mengenai bahasa surat kabar, pengaruhnya tidak akan kurang dari pada radio dan televisi sebab bahasa tertulis kadang-kadang lebih lama teringat oleh orang.

(23)

BAB 6

BICARA SEBAGAI INTERAKSI

Pengantar

Masalah yang harus kita bahas ialah yang berkenaan dengan keseimbangan antara individu dan masyarakat. Tanpa ada kehidupan sosial sulit untuk membayangkan timbulnya bahasa sebab arti bahasa adalah milik sosial. Bicara merupakan milik individu pula. Kita sudah melihat bahwa De Saussure membedakan bahasa dari pada bicara akan tetapi kita disini tidak akan mengikuti pembedaan menurut De Saussure itu.

Berbicara memungkinkan manusia berkomunikasi pada kepada tingkat yang lebih tinggi dan lebih sempurnah dari pada tidak menggunakan bicara. Berkomunikasi merupakan kegiatan sosial dan dari sini jelas berbicara merupakan kegiatan sosial. Kegiatan sosial tentu ada norma dan polanya dan pengetahuan akan norma ini memperlengkap pengetahuan orang akan bahasa. Dalam penggunaan bahasa ada tekanan-tekanan (constraints) dan tekanan-tekanan ini ada yang bersifat linguistic da nada pula yang bersifat sosial.

Tekanan-tekana yang bersifat sosial ini dapat dianalisa dengan mengadakan penelitian pada bermacam-macam kegiatan sosial yang melibatkan bicara. Di Indonesia orang jarang berkamu atau berengkau kepada orang yang lebih tua dan orang agak merendahkan suaranya serta melambatkan bicaranya bila dia berhadapan dengan orang yang dianggapnya mempunyai status sosial tertentu. Pemilihan sinonim kata biasanya dipaksakan oleh tekanan sosial dan kadang-kadang oleh tuntunan linguistic.

Bicara dalam intraksi sosial

(24)

Ahli-ahli bahasa dan kaum filsafat banyak menaruh perhatian terhadap masalah yang berkaitan dengan arti bahasa. Ahli sosiolinguistik dan juga aliran filsafat tentu mencoba menerangkan arti bahasa dengan mempelajari fungsi bahasa dalam tingkah-laku bicara yaitu, sebagai interaksi sosial.

Intraksi sosial dapat diklasifikasikan, seperti bekerja, bermain-main, bertengkar dan sebagainya. Demikian pula konsep-konsep yang bersifat budaya dapat pula diklasifikasi, dan semua ini ada pula namanya, yakni menggunakan bahasa.

Ahli filsafat inggris J.L. Austin memperkenalkan perbedaan antara apa yang disebut Illocutionry Force dari satu tingka-laku berbicara dan Perlocutionary Force dari tingkat bicara itu. Istilah yang pertama tidak mudah membuat batasanya tetapi ia dalam suatu pengertian merupakan fungsi dari tingka-laku bicara. Yang dimkasud dengan istilah perlocutionary force berkenaan dengan efek dari tingkah-laku tadi, yang dimaksud dengan prelocutionay force dari ucapan “dia tidak akan tidur disini mungkin untuk menyenangkan yang dituju bicara.

Bicara sebagai keahlian

Salah satu faktor merupakan penekan terhadap bicara ialah yang bersangkut dengan keahlian. Bicara merupakan kerja yang memerlukan keterampilan dank arena itu mutunya tergantung pula pada usaha seseorang untuk memperoleh keterampilan itu. Keterampilan tadi akan lebih tinggi apabila sipembicara banyak berusaha dan berperaktek.

Keterampilan bicara ini dapatlah kita analogikan dengan keterampilan lain seperti umpamanya keterampilan niak sepeda atau menjalankan mobil. Ada orang lebih cakap dan terampil naik sepeda dari pada orang lain da nada pula orang yang rendah sekali keterampilannya dibidang ini.

Bicara satu jenis dari pada interaksi sosial. Ada orang yang tinggi kecakapannya dalam intraksi sosial ini da nada pula yang rendah. Keterampilan bicara jelas kita pelajari secara sosial. Kita memperhatkan orang menggunakan bicara dalam pergaulan dan kita lalu memicu, baik secara sadar ataupun secara tidak sadar.

(25)

bahasa. Norma-norma ini walaupun ada yang bersifat universal, ada pula yang khusus terdapat dalam masyarakat bahasa tertentu. Karena adanya perbedaan-perbedaan itulah maka kita dengan mudah dapat melihat bahwanorma-norma itu ada. Ia dikatakan norma karena ia mengatur tingkah-laku manusia, namun pelanggaran atas norma-norma itu sanksinya tidak spesifik.

Salah satu norma bicara ialah yang mengenai jumlah bicara yang dihasilkan manuasia, ada masyarakat yang mendorong supaya banyak berbicara da nada pula yang medorong sedikit berbicara. Ahli-ahli antrophologi sudah mengadakan penelitian-penelitian mengenai hal ini dan sudah mengumumkan hasil-hasil penelitian itu, tetapi tidak akan kita kutip disini.

Apabila dua orang yang berasal dari masyarakat bicara yang normanya sangat berbeda, maka biasanyatentulah timbul masalah dan ini dapat pula yang bersifat lucu. Norma lain tentang bicara ialah yang mengenai beberapa jumlah orang yang boleh berbicara pada waktunya. Tentu ada norma-norma lain yang mengenal isi bicara, peserta bicara dan sebagainya.

Bicara sebagai petunjuk sosial

Untuk memanggil lawan bicara dan bahasa mempunyai banyak perkataan, terutama bahasa-bahasa timur. Pemilihan kata yang tepat dilakukan dengan mengingat status sosioal, umur, dan sebagainya dari pembaca dalam hubungan dengan status sosial, umur dan sebagainya dari lawan bicara.

Dalam hubungan ini antara si pembicara dan lawan bicara ini terdapat dua hal yang menonjol, yaitu yang berkenaan dengan kekuasaan dan solidaritas. Untuk menunjukkan kekuasaanya si pembicara dalam suatu bahasa biasanya dapat menggunakan kata atau bentuk kata tertentu.

(26)

BAB 7

BEBERAPA CONTOH KEBIJAKSANAAN BAHASA

Pendahuluan

Dalam sosiolingistik kita melihat para individu sebagai anggota dari sesuatu kelompok sosial dalam mana mereka memainkan peranan dalam berbagai dominan atau wadah dan untuk ini mereka mangadakan tingkah-laku yang pantas dan cocok. Tingkah-laku bahasa adalah salah satu dari hal mereka memainkan peranan itu. Salah satu topic yang penting dalam sosiolingistik tentulah untuk menemukan dan mencari batasan tentang kelompok-kelompok sosial dan korelasi dari peranan-peranannya yang relevant dalam bentuk pemilihan bicara. Akan tetapi terhadap dua cara untuk mengkaji masalah ini, yaitu cara mikro dan satu lagi cara makro. Pengkajian secara micro berkisar pada tingkah-laku individu sedangkan pengkajian secara macro menganalisa tingkahlaku-tingkahlaku kelompok sebagai kesatuan-kesatuan. Apabila kita membahas masalah perpindahan kode atau ragam bahasa, kedua cara itu dapat dipakai. Dengan cara makro kita memusatkan perhatian pada individu yang berbahasa ganda dan bagaimana dia menggunakan ragam bahasa atau bahasa yang berbeda untuk dapat berperanan dengan baik dalam masyarakat. Dengan cara macro kita berusaha memahami bagaimana bahasa digunakan buat keperluan kerja sama atau perenggan sosial, bagaimana golongan elit menguasai masyarakat dan sebagainya.

Suatu masyarakat bahasa dimana untuk sesuatu keperluan orang menggunakan ragam atau bahasa tertentu sedangakan untuk keperluan lain menggunakan ragam bahasa lain, dinamakan diglosia. Pada masyarakat yang berdiglosia bahasa atau ragam bahasa yang dipakai untuk sehari-hari agak jauh bedanya daripada bahasa yang dipakai untuk berbicara tentang soal-soal budaya dan ilmu pengetahuan.

(27)

sebagainya. Golongan elite ini guna dapat mempertahankan dan kekuasaan atau pengaruhnya memerlukan alat komunikasi untuk mencapai rakyat banyak.

Endo dan exo-glossia

Pemilihan bahasa yang mana akan dijadikan bahasa resmi dalam suatu negarayang terbilang bahasa tentu banyak soalnya, akan tetapi yang lebih penting ialah sumber bahasa yang akan dipakai itu. Bentuk endoglosia yang yang dapat disebut agak murni ialah dalam Negara dimana bahasa resmi/nasional merupakan bahasa ibu dari sebagian terbesar dari penduduk.

Negara-negara yang dalam situasi exoglossic kebanyakan adalah daerah-daerah yang dulunya adalah jajahan inggris atau perancis di afrika. Di Negara-negara itu terdapat bahasa yang bermacam-macam sekali dan bahasa yang sudah mengalami pembekuan hampir tidak ditemukan. Bahasa-bahasa itu biasanya erat kaitannya dengan system kesukuan dan walaupun ada bahasa yang sudah lebih luas penggunaannya, sedikit saja yang dapat digunakan secara memuaskan sebagai bahasa pemerintahan modern.

Sekilas tentang masalah bahasa

Politik bahasa bertitik tolak kepada suatu pengertian dari Professor Fishman disebut sebagai tradisi besar. Yang dimaksud dengan tradisi besar itu adalah adanya terdapat anggapan bahwa sesuatu bangsa tertentu dulunya pernah memilki unsur-unsur budaya tertentu seperti hokum, pemerintah, sejarah dan ini disarankan menjadi landasan persatuan mereka.

Apabila golongan elite dalam masyarakat seperti ini sudah sampai kepada pengakuan bahwa mereka sebagai bangsa tidak memiliki tradisi besar, maka politik bahasa yang dianut biasanya ialah yang bersifat eksoglosic, yaitu bahasa resmi/nasional didatangkan dari luar, diimport.

(28)

Jenis dan bentuk ketiga dari politik bahasa terdapat dalam masyarakat yang memang mempunyai tradisi beasr, akan tetapi ada lebih dari satu tradisi besar yang bersaing satu sama lain. Tiap-tiap tradisi besar itu dapat menujukkan bahwa yang satu tidak kalah dari yang lain baik secara budaya maupun secara dari segi linguistik.

(29)

BAB 8

BAHASA, BUDAYA DAN PIKIRAN

Pendahuluan

Masalah hubungan antara bahasa, budaya dan pikiran pelik sekali dan menjadi bahan perdebatan yang tak habis-habisnya diantara ahli-ahli. Mengenai pengertian bahasaitu saja sudah banyak perbedaan pendapat. Pemahaman orang tentang budaya berbeda-beda pula dan tidak sedikit buah pikiran yang sudah dituliskan yang mencoba menerangkan apa dan bagaimana budaya itu.

Apabila kita mencari hubungan antara ketiga pengertian ini, yaitu bahasa, budaya dan pikiran, maka kita berarti memasuki suatu lapangan yang penuh dengan ranjau, onak dan duri. Oleh sebab itu apapun bentuk pikiran yang dilontarkan mengenai masalah beasar tersebut harus diterimah atau ditolak dengan sangat hati-hati.

Hipotesa sapir-whorf

Hipotesa sapir-Whorf tidak membatasi perbedaan budaya yang ada hubungannya dengan perbedaan bahasa pada masalah. Menurut hipotesa ini berbedaan berpikirpun disebabkan oleh perbedaan bahasa.

Bila pendapat ini diterimah, maka sungguh jauh impilkasinya buat ilmu pengetahuan sebab ilmu pengetahuan menekankansatunya jalan pikiran manusia. dalam ilmu pengetahuan bahasa dianggap hanya sebagai alat menyatakan pikiran.

Bahasa budaya dan pengetahuannya

(30)

dipakai bisa saja sekedar lambang-lambang seperti huruf-huruf dengan lambang X, Y, dan Z.

Tetapi mengapa hipotesa Sapir Whorf menganggap bahwa peranan bahasa dalam menentukan pembentukan pembentukan pikiran bersifat mutlak menentukan? Alasannya yang utama rupanya ialah bahwa kajian antropologi menunjjukkan kepada kedua sarjana itu bahwa pembentukan konsep-konsep tidak sama disemua kultur.

Masalah pengertian

Masalah arti sebenarnya merupakan masalah pokok dalam kajian tentang bahasa pada umumnya. Ilmu semantik yang memusatkan studinya pada masalah arti ini sudah sangat berkembang pula. Pada kajian sosiolinguistik, kita hanya menyinggung saja sedikit masalah arti ini, yaitu sepanjang yang ada kaitannya dengan kehidupan sosial.

Seperti kita ketahui ada terdapat dua buah masyarakat bahasa yang bahasanya amat berdekatan, sebab dahulunya berasal dari satu induk bahasa yang sama. Yang agak menarik dalam hal ini ialah bahwa biasayan memakai bahasa A umpamanyan sering mengatakan bahwa mereka sukar sekali untuk dapat memahami bahasa tetangganya, yaitu bahasa B. sebaliknya bahasa mereka dengan mudah dapat dipahami oleh tetangga tersebut. Apabila dinyatakan kepada pemakai bahasa B, jawabannya biasanya ialah kebalikannya. Untuk dapat memahami bahasa orang lain, diperlukan lebih dari penguasa bahasa, yaitu kemauan untuk dapat mengerti, prasangka bahasa menutup jalan kearah kemauan untuk mengerti ini.

Terdapat dalam masyarakat Indonesia orang-orang tua dari satu suku bercakap-cakap dalam bahasa daerahnya dengan kenalannya dari suku lain hanya mengerti bahasa daerahnya saja pula. Mereka terlihat bercakap-cakap masing-masing dengan bahasa sendiri. Sampai kemana mereka mengerti satu sama lain untuk mengetahuinya tanpa penelitian yang cermat.

Sebaliknya kadang-kadang melihat orang yang berdebatn bersitegang urat leher. Mereka tidak mau mengerti ucapan orang lain, mereka tidak menghiraukan ucapan oran lain itu.

(31)

Pemakainya bahasa dengan penuh pengertian mempertinggi draja manusia, menyuburkan budaya dan memurnikan pikiran. Sebaliknya membiarkan kekacauan pengertian dapat membahayakan masyarakat, mendorong silang sengketa dan menghambat pertumbuhan budaya serta serta menurungkan derajat khidupan.

Masalah pengertian tentulah melibatkan si pembaca dan si pendengar. Pembicara seharusnya lebih mengerti apa yang ingin disampaikan, jangan hendaknya hal-hal yang masih kabur baginya dicobanya menerangkan kepada orang lain. Juga akan menolong mempertinggi tingkat pengertian apabila si pembicara atau menulis tidak menghasilkan bahasa yang artinya mudah diputar balikkan. Pemakaian kata-kata bersayap tidak membantu kejernihan jalan pikir dan tidak menyumbang kepada pembinaan bahasa.

(32)

BAB 9

KETIMPANAGN LINGUISTIK DAN SOSIAL

Pengantar

Semasa belum lahir linguistik modern, orang sering mengaggap bahwa ada bahasa yang baik dan teratur da nada pula bahasa yang tidak atau kurang baik. Bahasa bertinggi berendah sebagaimana perkembangan manusia bertinggi renda. Akan tetapi dengan lahirnya dengan lahirnya linguistic modern, pendapat seperti itu tak dapat diterimah secara ilmia. Menurut linguistik, semua jenis bahasa yang dipakai oleh manusia sama saja tingkatnya, tidak ada yang tinggi dan tidak ada pula yang rendah.

Akan tetapi orang kadang-kadang tidak sadar bahwa linguistik modern tidak tiba-tiba saja ada. Kajian bahasa untuk merasa yang panjang ada kaitannya dengan bahasa baku da nada kalahnya ahli bahasa yang merasa membuat deskripsi ternyata menghasilkan deskripsi yang mengandung preskripsi atau kaedah-kaedah yang dianjurkan di anggap demikian oleh masyarakat umum.

Parah ahli bahasa menekangkan adanya persamaan linguistik dalam masyarakat, tetapi orang awan tidak melihat persamaan itu. Hal ini timbul karena apa yang dikatakan bahasa oleh ahli linguistik sering berbeda dari apa yang di anggap bahasa oleh orang awan. Bagaimana pu juga, dengan menekankan adanya persamaan linguistik ini, orang melupakan bahwa bahasa bisa merupakan salah satu sumber ketimpangan sosial, sumber ketidak samaan.

Ketimpangan linguistik

(33)

Ketimpangan linguistik yang pertama ialah yang berkaitan dengan sikap dari banyak pemakaian bahasa, yaitu sikap subjektif. Di beberapa masyarakat, orang sering di nilai tentang sifat-sifatnya yang baim seperti cerdas, ramah-tamah dan sebagainya dengan memandang kepada cara bicaranya.

Ketimpangan linguistik yang kedua ialah yang berhubunga langsung dengan bahasa, jadi bersifat linguistik betul. Ketimpangan ini timbul karena tidak samanya manusia dalam kemampaunnya menguasai dan menggunakan bahasa.

Memang mengenai kosa kata pengetahuan dan pengalaman serta lingukngan seseorang sangat menentukan. Dalam sosiolinguistik, kita lebih memperhatikan perbedaan-perbedaan bahasa pada bidang-bidang kehidupan yang dianggap penting.

Walaupun ada kaitannya dengan penguasaan bahasa, namun kemampuan mengkomunikasikan ide atau gagasan dapat dianggap sebagai keterampian tersendiri. Sudah jelas bahwa orang yang tidak terampil ini mempunyai kekurangan yang sangat dirasakan atau yang dapat merugikan yang bersangkutan. Walaupun barangkali dia mempunyai gagasan yang bagus, akan tetapi kerena tidak mempunyai keterampilan menyampaikan gagasan itu tetap terpendam, tidak diketahui atau digunakan oleh orang lain. Jadi sebagai keterampilan linguistik yang ketiga dapatlah kita namakan sebagai ketimpangan komunikatif.

Prasangka bahasa

Prasangka bahasa umum terdapat dimana-mana bahkan ia sangat meninjol dari bermacam-macam prasangka yang terdapat dalam masyarakat. Cara orang berbicara berbeda-beda kadang terasa aneh bagi kita. Ada kalanya kita lebih cepat menerimah cara berpakaian orang lain itu. Secara otomatis kita memberikan reaksi asal usulnya adalah prasangka bila mendengar bahasa atau ragam bahasa yang berbeda daripada ragam atau bahasa sehari-hari. Ragam bahasa yang kita pakai tetap merupakan ragam bahasa yang cocok untuk kita dan sekitarnya orng lain itu ikut mempergunakan ragam bahasa kita itu dengan sempurna, maka takpelak lagi kita akan dengan segera menerimah orang itu dikalangan kita sendiri, menganggapnya sebagai orang kita saja.

(34)

jadi korbannya adalah murid-muri yang berprasangka bahasa atas ragam bahasa gurunya maka pelajaran dapat terganggu jalannya.

Prasangka bahasa timbul dalam masyarakat karena beberapa faktor. Salah satu faktor penting yang menyebabkan orang berprasangka bahasa terhadap orang lainilah faktor ketidak-pastian kita tentang keadaan orang lain itu. Apabila kita dengar orang asing itu memakai bahasa tertentu yang tidak kita pahami, maka kita lalu menilai orang itu berdasarkan bahasa yang dipakainya itu. Ini tentu dapat pula berlaku tentang suku-suku yang ada ditanah air.

Keanggotaan kita dalam suatu masyarakat bahasa ikut memperkuat rasa prasangka bahasa kita. Apa yang kita sebut kesetiaan bahasa walaupun tidak sama dengan prasangka bahasa dapat diperkuat atau diperlemah kadarnya oleh prasangka bahasa. Dalam kajian sosiolinguistik kita dapat pula mencarikan korelasi antara prasangka bahasa ini dengan variable-variable sosial.

Kajian kuantitatif

Pengkajian bahasa atau bicara secara kuantitatif sangat penting. Ada ahli sosiolinguisik yang menganggap bahwa hanya kajian kuantitatif ini saja yang dapat diterimah betul-betul sebagai kajian sosiolinguistik yang ilmiah.

Untuk mengadakan kajian-kajian yang bersifat kuantitatif, maka kita lebih dahulu menentukan variable-variable linguistik yang akan dipelajari. Apabila kita akan mempelajari teks, baik tertulis maupun yang berasal dari bicara lisan, kita menmpuh hal-hal sebagai berikut:

a. Memilih pembicara, situasi-situasi dan variable-variable linguistik. b. Mengumpulkan teks itu.

c. Mengidentifikasikan variabel-variabel linguistik dan varant-variantnya dalam teks itu.

d. Memproses angka-angka.

e. Membuat interpretasi hasil-hasil hitungan itu.

Ketimpangan bahasa yang disengajakan

(35)

dari masa yang silam dan umumnya tak diciptakan dengan sengaja. Akan tetapi terdapat pula ketimpangan-ketimpangan linguistik yang sengaja diciptakan.

Ketimpangan linguistik yang disengajakan memang tidak banyak terlihat lagi dalam masyarakat mana pun. Akan tetapi perbedaan-perbedaan tingkat bahasa dalam satu masyarakat yang sudah melembaga, dalam satu pengertian , dapat digolongkan kepada ketimpangan linguistik yang disengajakan itu. Oleh karena pertimbangan-pertimbangan tertentu ada golongan yang ingin melestarikan ketimpangan tersebut.

(36)

Komentar:

1. Buku ini terlalu banyak contoh-contohnya dan pembahasanya terlalu sempit atau lebih banyak contohnya dari pada penjelasanya.

2. Dalam memahami buku ini kita harus betul-betul teliti ketika kita membacanya karena banyak pengukangan-pengulanga katanya.

Saran:

1. Lebih bagus kalau buku ini penjelasannya lebih simple atau penjelasannya dispesifikkan agar si pembaca mudah memahaminya.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami

Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji pemakaian bahasa ragam lisan oleh para khatib di Kotamadia Bandung, yang dikaitkan dengan empat aspek, yaitu lawan.. bicara, situasi,

pergantian (perpindahan) dari satu varian bahasa ke bahasa yang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa alih kode merupakan peralihan atau pergantian kode baik dari satu varian

Mencari nilai limit untuk fungsi dapat dilakukan dengan teknik Aljabar seperti penfaktoran, pembagian aljabar, rationalisasi.. (perkalian dengan lawan akar),

Untuk dapat mengembangkan kemahiran ber- bicara BA, mahasiswa juga dituntut untuk secara nyata menggunakan bahasa target dalam tindak komunikasi sosial. Hal itu

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan terhadap lawan bicara dosen tidak akrab baik JNS maupun SNS dalam keadaan dirinya bersalah sama-sama menggunakan 3 jenis

Salah satu tujuan penggunaan ragam sopan dalam pembicaraan adalah agar hubungan baik dengan lawan bicara dapat terjaga. Apalagi dalam bahasa Jepang, hal ini menjadi

Apabila bank memperoleh dana sebagian besar berupa deposito berjangka dan dana-dana mahal lainnya, tentu akan menimbulkan pula biaya yang tinggi. Apabila biaya ini