• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN POTENSI EKONOMI DI KABUPATEN DELI SERDANG Marlina Mahdalena Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Parulian Simanjuntak Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Nancy Nopeline Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS SEKTOR BASIS DAN POTENSI EKONOMI DI KABUPATEN DELI SERDANG Marlina Mahdalena Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Parulian Simanjuntak Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Nancy Nopeline Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen A"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Nommensen Volume VI Januari 2015 16 society. Indicators of success of the development of an area can be seen by measuring the rate of change in the economic sectors of the region's gross Domestic Income. The development of regional economic development depends on the condition and potential resources of each region. Regional development more priority to the development and strengthening of sectors in the economy to develop, improve and utilize resources optimally to keep improving and utilize existing resources optimally while considering kesinergisan development among sectors of the economy, especially in Deli Serdang , The purpose of this study was to determine the economic sectors which form the basis for development of supporting economic growth in Deli Serdang and to know the relationship between the Deli Serdang district with the surrounding areas so that mutually supporting economic growth.

The analytical tool used in this research is the analysis Location Quotien (LQ) and Gravity Model. Under the Local Analysis Quotient (LQ) can be seen that the Deli Serdang has four sector base potential, namely (1) agricultural sector (2) processing industry (3) Trade, Hotels and Restaurants (4) Offices. Determination of the gravity model analysis Langkat, Simalungun, Regency Cliff High. Which have relevance to the weak economic interaction Deli Serdang. Areas that have strong linkages with the Deli Serdang is Karo, Medan, Binjai, Serdang Berdagai, can be developed as a cooperation partner in the development of the region.

Keywords : Gross Domestic Product (GDP) Sectors of Economy, Location Quotient (LQ), Gravity Model.

1. PENDAHULUAN

Pembangunan nasional di negara-negara berkembang pada umumnya, terfokus pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto ( PDB ) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) pada tingkat daerah baik Propinsi, Kabupaten maupun Kota. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Strategi pembangunan harus ditekankan pada bidang pembangunan sektor produksi maupun infrastruktur untuk memacu pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah dapat dilihat dengan mengukur tingkat perubahan sektor-sektor ekonomi wilayah tersebut melalui Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-masing wilayah.

(2)

17 Analisis Sektor Basis dan Potensi Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang

Perkembangan pembangunan perekonomian daerah tergantung dari kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki masing-masing daerah. Pembangunan daerah lebih memprioritaskan kepada membangun dan memperkuat sektor-sektor di bidang ekonomi dengan mengembangkan, meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya yang ada secara optimal dengan tetap memerhatikan kesinergisan antar sektor-sektor perekonomian.

Menurut prishardoyo (2008:1) Perjalanan pembangunan ekonomi telah menimbulkan berbagai macam perubahan terutama pada struktur perekonomian. Perubahan struktur ekonomi merupakan salah satu karakteristik yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi pada hampir setiap negara maju. Berdasarkan catatan sejarah, tingkat pertumbuhan sektoral ini termasuk pergeseran secara perlahan dan kegiatan-kegiatan pertanian menuju ke kegiatan non pertanian dan akhir-akhir ini dari sektor industri ke sektor jasa.

Pembangunan ekonomi secara nasional tidak bisa terlepas dari pembangunan ekonomi secara regional. Pada hakekatnya pembangunan regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan fisik, sosial ekonomi regional tersebut, serta harus tunduk pada peraturan tertentu. Demi keberhasilan pembangunan ekonomi regional itulah, maka pemerintah memberlakukan otonomi daerah. Menurut Sukirno (2004:423) Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. Namun, pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, akan tetapi lebih dari itu pembangunan mempunyai perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat tempat yang strategis dalam pembangunan.

Pembangunan daerah sebagai integral dari pembangunan nasional merupakan suatu proses perubahan yang terencana dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang di dalamnya melibatkan seluruh kegiatan yang ada melalui dukungan masyarakat di berbagai sektor. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka kemanfaatan sumber daya yang ada menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.

Proses lajunya pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sehingga tingkat perkembangan PDRB per kapita yang dicapai masyarakat sering kali sebagai ukuran kesuksesan suatu daerah dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan pembangunan ekonomi. Secara makro pertumbuhan dan peningkatan PDRB dari tahun ke tahun merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan daerah yang dapat dikategorikan dalam berbagai sektor ekonomi yaitu: Sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, perhotelan dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa lainnya.

Semakin besar sumbangan yang diberikan oleh masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB suatu daerah maka akan dapat melaksanakan pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi dilihat dari PDRB merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi melalui indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang berarti pula akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah peran pemerintah sangat diperlukan yaitu dalam pembuatan strategi dan perencanaan pembangunan daerah, dengan memperhatikan pergeseran sektor ekonomi dari tahun ke tahun.

(3)

17 Analisis Sektor Basis dan Potensi Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang

(4)

Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 18 Tabel 1

PDRB Kabupaten Deli Serdang Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Periode 2008-2012 (Milyar Rupiah)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian 2.164,63 2.273,24 2.386,45 2.499,58 2.621,78

Penggalian 175.12 179,96 192,73 205,76 219.37

Indutri 5.166,53 5.412,76 5.682,18 5.932,29 6.196,54

Listrik,gas,& A.Minum 28,01 29.42 31,71 34.53 37.54

Bangunan 341.49 388.01 408.63 455.64 500.55

asa Perusahaan 393.47 434.81 484.33 540.82 595.52

Jasa-Jasa 1.708,92 1.837,88 1.990,55 2.167,80 2.367,79

Sumber:- Badan Pusat Statistik ,Deli Serdang Dalam Angka,Tahun 2008 Badan Pusat Statistik,Deli Serdang Dalam Angka, Tahun 2009 Badan Pusat Statistik,Deli Serdang Dalam Angka, Tahun 2010 Badan Pusat Statistik,Deli Serdang Dalam Angka, Tahun 2011 Badan Pusat Statistik,Deli Serdang Dalam Angka, Tahun 2012

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu dari 33 Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Deli Serdang.

Dapat dilihat dari PDRB terlihat bahwa Kabupaten Deli Serdang memiliki Produk Domestik Regional Bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000 secara rata-rata dari tahun 2008-2012 sebesar Rp. 16.322.03 milyar. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang sangat dipengaruhi oleh sektor industri, terutama industri pengolahan. Selama kurung waktu 2008-2012, pertumbuhan ekonomi menunjukkan kecenderungan yang meningkat seiring dengan menaikkan pertumbuhan seluruh sub sektor pembentuk PDRB kecuali sub sektor perbankan dan jasa keuangan. Sejak tahun 2008 hingga tahun 2012 kondisi perekonomian Kabupaten Deli Serdang mengalami pertumbuhan yang selalu positif rata-rata 5,50%. Hal ini perlu terus ditingkatkan dengan perencanaan yang tepat menggunakan kaidah perencanaan yang ideal, terlebih lagi Kabupaten Deli Serdang berdekatan dengan Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, sehingga dengan perencanaan sektor-sektor unggulan akan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat antara lain dalam hal pendapatan perkapita.

(5)

Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 19

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Tarigan (2006:29) menyatkana bahwa kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal. Karena permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian, sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan di atas satu-satunya sektor yang bias meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari keberhasilan program pembangunan yang telah dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari seluruh sektor ekonomi dan juga menggambarkan tingkat perubahan struktur ekonomi yang terjadi pada suatu periode. Untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui perubahan PDRB atas dasar harga konstan di wilayah tersebut.

2. METODE PENELITIAN

2.1. Analisis Location Quotient (LQ)

Location Quotient (LQ) adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi yang dimiliki suatu daerah yaitu sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis atau non basis. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor antara daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Menggunakan LQ sebagai petunjuk adanya keunggulan komperatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama berkembang, sedangkan sektor yang baru atau sedang tumbuh apalagi yang selama ini belum pernah ada, LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum menggambarkan kapasitas rill daerah tersebut.

Rumus analisis Location Quotient (LQ) untuk penelitian skripsi ini adalah:

dimana :

PDRBis = Produk Domestik Regional Bruto sektor ke-i Kabupaten Deli Serdang

PDRBs = Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Deli Serdang . PDRBir = Produk Domestik Regional Bruto sektor ke-i Provinsi

Sumatera utara.

PDRBr = Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan rumus di atas dapat dikemukakan besarnya nilai LQi , yaitu (1) apabila LQ = 1, artinya peranan sektor tersebut di daerah penelitian sama dengan peran sektor tersebut dalam daerah referensi. (2) apabila LQi < 1, maka peran sektor tersebut di daerah penelitian lebih kecil daripada peran sektor tersebut di daerah referensi dan daerah bersangkutan mempunyai kecenderungan dari daerah lain. Satu sektor mempuyai LQi < 1 berarti sektor tersebut dikatakan

sektor non basis. (3) jika LQi > 1, artinya peranan sektor tersebut di daerah penelitian lebih

(6)

Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 20 2.2. Model atau Teori Gravitasi

Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut.

Misalnya, ada dua kota (kota A dan B) yang berdekatan, ingin diketahui berapa besar interaksi yang terjadi antara dua kota tersebut. Interaksi itu ditentukan oleh beberapa faktor, faktor pertama adalah besarnya kedua kota tersebut. Sebuah kota dapat diukur dari jumlah penduduk, banyaknya lapangan kerja, total pendapatan (nilai tambah), jumlah atau luas bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan umum, dan lain-lain. Kemudahan dalam mendapatkan data membuat ukuran jumlah penduduk lebih sering digunakan sebagai alat ukur. Ukuran jumlah penduduk bukanlaharbiterkarena jumlah penduduk juga terkait langsung dengan berbagai ukuran lain yang dikemukakan di atas. Faktor kedua yang mempengaruhi interaksi adalah jarak antara kota A dan B. Jarak mempengaruhi orang untuk berpergian karena menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga, dan biaya.

Penelitian ini menggunakan analisis gravitasi untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini digunakan untuk melihat kaitan suatu potensi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Model gravitasi dapat digunakan untuk menghitung besarnya interaksi yang terjadi antara dua wilayah.

Dalam konteks penelitian ini, analisis gravitasi digunakan untuk mengidentifikasikan interaksi ekonomi atau keterkaitan antara Provinsi Sumatera Utara dengan kabupaten deli serdang sekitarnya. Menurut analisis ini daya tarik menarik antar pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya merupakan perbandingan terbalik antara besarnya pengaruh pusat wilayah dan kuadrat jarak antara dua wilayah.

T ij : Daya tarik-menarik antar daerah i dengan j

P i : Besarnya massa dari wilayah (i) yang menggunakan tolak ukur jumlah penduduk di daerah (i)

P j : Besarnya massa dari wilayah (j) yang menggunakan Tolak ukur jumlah penduduk di daerah (j).

d2ij : Jarak antara i dan j

Pengukuran dari analisis ini adalah:

1. Bila Tij nilainya semakin besar maka daya tarik menarik antara daerah (i) dan (j) semakin kuat dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi keduanya besar kaitannya. 2. Bila Tij nilainya semakin kecil maka daya tarik menarik antara daerah (i) dan (j) semakin

lemah dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi keduanya kecil kaitannya.

2.3. Definisi Operasional Penelitian

Untuk menyamakan pandangan tentang variabel-variabel yang digunakan dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberi batasan atau defenisi operasional sebagai berikut :

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga konstan(Milyaran rupiah).

2. Sektor Ekonomi adalah lapangan usaha yang terdapat dalam PDRB, yang mencakup 9 (sembilan) sektor utama menurut Badan Pusat Statistik.

(7)

Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 21

4. Location Quotient (LQ) adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional.

5. Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi.

3. PEMBAHASAN

Analisis gravitasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa kuat keterkaitan (inter linkage) antara Kabupaten Deli Serdang sebagai Ibu kota Lubuk Pakam dan pusat pertumbuhan dengan kabupaten-kabupaten sekitarnya yaitu: Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang, Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Serdang Berdagai. Dan Kota Medan, Kota Tebing, Kota Binjai.

Berdasarkan teori interaksi spasial keterkaitan yang lebih kuat mengindikasikan adanyainteraksi ekonomi baik berupa arus uang, barang dan manusia lebih besar (intensif). Dengan adanya interaksi antar wilayah maka suatu daerah(kota) akan saling melengkapi dan bekerjasama dengan daerah lain (Kabupaten) untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi masing-masing wilayah.Pertumbuhan ekonomi daerah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internatetapi juga faktor eksterna yaitu hubungan interaksi dengan daerah lainnya. Prosesnya ditandai dengan adanya interaksi antar daerah yang berupa aktifitas ekonomi, aktifitas sosial dan komunikasi antar penduduk.

KotaMedan berkembang seiring dengan pesatnya pertumbuhan aktivitas perkotaan yangmenjalar ke wilayah sekitarnya.Perkembangan aktivitas ini telah membentuk suatukawasan metropolitan yang dikenal dengan Mebidang (Kota Medan, Kota Binjai, danKabupaten Deli Serdang).

Tabel 2

Peringkat atau Level Keterkaitan Gravitasi antara

Kabupaten Deli Serdang dengan Kabupaten-kabupaten dan Kota NO Kabupaten Nilai Indeks Gravitasi Makna

1. Kabupaten Langkat 17.369.069.54 Keterkaitan dengan

Kabupaten Deli Serdang lemah.

2 Kabupaten Karo 286.664.404.34 Keterkaitan dengan

Kabupaten Deli Serdang

5 Kota Medan 465.294.252.95 Keterkaitan dengan

Kabupaten Deli Serdang kuat

6 Kota Binjai 424.143.209.29 Keterkaitan dengan

Kabupaten Deli Serdang kuat

7 Kota Tebing 48.009.494.42 Keterkaitan dengan

(8)

Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 22

Dengan adanya Interaksi antar wilayah maka suatu kota akan saling melengkapi dan bekerjasama dengan kabupaten dalam satu wilayah geografis untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi masing-masing wilayah. Ditunjang dengan Kawasan Metropolitan Perkotaan pembentukan Kawasan Pengembangan Terpadu sebagai kawasan yang berpotensi untuk tumbuh cepat dengan saling meningkatkanpertumbuhan ekonomi dan interaksi Kabupaten Deli Serdang .

Berdasarkan, Tabel 2, bahwa yang memiliki Interaksi yang kuat dengan Kabupaten Deli Serdang adalah Kota Medan (456.294,252.95), Kota Binjai(424.143,209.29) Kabupaten Serdang Berdagai (376.605.084.13), Kabupaten Karo(286.66,404.34). Tinggi keterkaitan Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Serdang Berdagai, Kabupaten Karo, dengan Kabupaten Deli Serdang di sebabkan karena Kabupaten Karo memiliki daya tarik tersendiri berupa banyak fasilitas untuk pendidikan, jasa keuangan dan jasa kesehatan serta fasilitas-fasilitas lain seperti sentra-sentra atau pusat-pusat perbelanjaan.

Jasa-jasa atau fasilitas tersebut menjadi rujukan karena skala produksi maupun aspek teknologinya yang baik dibanding daerah-daerah sekitarnya.Ada banyak faktor yang mendorong timbulnya Interaksi yang kuat antara Kabupaten Karo dengan Kabupaten Deli Serdang.

Faktor tersebut adalah banyaknya peninggalan sejarah yaitu, Pura di B. Meriah, Legenda Gurda-gurdi, Tari-tari Ndurung, Tari tongkat erpangir kulau dan wisata alam yaitu, Air terjun sipiso-piso, Gunung sibayak, Gunung sipiso-piso,Gunung api sinabung, Danau lau kawar, Air panas lau sebuk-debuk, taman hutan raya bukti barisan, dan wisata kota yaitu , Kota Berastagi Desa Budaya Lingga.

Kabupaten Serdang Berdagai yang tercatat juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan Kabupaten Deli Serdang sektor pendorong adaah Pertanian, industri perdagangan dan jasa-jasa Kabupaten Deli Serdang Berdagai juga memiiki terkenal di bidang pariwisata yaitu, Pantai cermir, theme park, pantai klang, pantai gudang garam, pantai sialang buah , pantai pondok permai, kota pari, pantai kuala putrid, pantai mutiara, pulau berhala air terjun sampuran, sumur air tawar, mesjid’iliyah, mesjid raya sulaimanayah sisa peninggalan kesultanan Serdang.

Sedangkan Kota Binjai memiliki sektor unggulan adalah Pertanian, perdagangan,hotel, restoran, dan jasa-jasa dan objek wisata yaitu, Mesjid angung binjai, taman balita, pantai SB(Sei Bingei) tugu perjuangan 1945. Sektor unggulan Kota Medan adalah Jasa-jasa, perdagangan,hotel,restoran, bangunan dan objek wisata Kota Medan yaitu Istana maimun, mesjid raya Medan, danau linting, penangkaran buaya asam kumbang medan, Rahmad gallery.

Selain memiliki keterkaitan yang kuat Kabupaten Deli Serdang juga memiliki keterkaitan yang lemah dengan beberapa daerah pana penelitian seperti Kabupaten Langkat, Kabupaten Simalungun, Kota Tembing Tinggi.Hal ini di sebabkan karena kurangnya fasilitas seperti jasa pendidikan, jasa keuangan dan jasa kesehatan serta fasilitas-fasiitas seperti sentra-sentra atau pusat perbelanjaan.

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan antara lain.

1. Berdasarkan Hasil analisis Location Quotient sektor-sektor potensial yang paling diandalkan selama 2008-2012 adalah Sektor industri pengolahan, Sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa

(9)

Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 23

wilayah sekitarnya. Perkembangan aktivitas ini telah membentuk suatukawasan metropolitan

4.2. Saran

1. Memberikkan perhatian yang lebih pada sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran yang sangat potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Deli Serdang pemberian izin yang selektif bantuan permodalan, perbaikan infrastuktur pasar tradisional disertai dengan dukungan dan implementasi regulasi yang lebih nyata di lapangan sebagai upaya untuk meningkatkan PDRB Kabupaten Deli Serdang.

2. Peraturan daerah yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang hendaknya perlu sosialisasi agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat yang optimal meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan menindak dengan tegas pelanggaran-pelanggaran yang terjadi melalui pemberian sanksi yang menimbulkan efek jera.

(10)

Marlina Mahdalena, Parulian Simanjuntak & Nancy Nopeline 24 DAFTAR PUSTAKA

Nurfatimah, Annisa, Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi bali, Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Tahun 2013. Skripsi S-1( tidak terbitkan)

Prishardoyo, Bambang, Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Potensi Ekonomi Terhadap Poduk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pati Tahun 2002-2005. Jurnal Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, 2008

Sjafrizal, Ekonomi Wilayah Dan Perkotaan, Cetakan Pertama Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012

Sukirno, Sadono, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan, Edisi Kedua, Cetakan Keempat, Jakarta: Kencana, 2010.

Sukirno, Sadono, Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Cetakan Kelima belas Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

Tarigan, Robinson, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, Cetakan Ketiga, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Todaro, Michael P. Smith dan Stephen C Smith. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan, Jilid I, Alih Bahasa: Haris Munandar dan Puji A. L, Jakarta: Erlangga, 2004. Purba F. Elvis dan Santi R. Siahaan, Pengantar Ekonomi Pembangunan, Edisi Kedua,Cetakan

Gambar

Tabel 1PDRB Kabupaten Deli Serdang Atas Harga Konstan 2000 Menurut
Tabel 2Peringkat atau Level Keterkaitan Gravitasi antara

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti : Materi apa saja yang diberikan dalam pembinaan keagamaan bagi remaja Putus Sekolah di Balai Rehabilitasi Sosial “Wira Adhi Karya” Ungaran Informan : Secara

Lakukan pengamatan pemeriksaan atas pemeriksaan/pengujian yang dilakukan oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan apakah telah sesuai dengan pedoman

Ada empat elemen dasar yang bersifat void yang mempunyai kecenderungan untuk berfungsi sebagai sistem yang memiliki hubungan erat dengan massa, yaitu sistem penutup yang linear,

Hubungan Antara Perilaku Komunikasi Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Diversifikasi Pangan Dan Gizi Pada Kelompok Wanita Tani (Studi Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Di Kecamatan

BT : Belum terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator) 18 Format penilaian observasi pada kompetensi

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat dan kuasanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis skripsi ini dalam memenuhi persyaratan

Prosesi ritual kliwonan ini dilakukan untuk memperoleh berkah dan perlindungan dari Allah yang akan memberikan keselamatan dan rejeki, (2) Bentuk doa yang