• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI PANGAN DAN GIZI PADA KELOMPOK WANITA TANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI PANGAN DAN GIZI PADA KELOMPOK WANITA TANI"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI PANGAN

DAN GIZI PADA KELOMPOK WANITA TANI

(Studi Kasus pada Kelompok Wanita Tani di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta)

Oleh:

SUKOCO JOKOPUSPHITO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRACT

SUKOCO JOKOPUSPHITO - 2006. Relation Among Communications Behavior With Technological Adoption Storey Level Diversify Food And Gizi at Group of Farmer Woman (Case Study At Group of Farmer Woman In District of Pundong Regency Bantul Province of Special Region of Yogyakarta). Guidance by Dr. Nurmala K. Pandjaitan, M.S. D.E.A., Ir. Ida Yuhana, M.A. (alm.), and Ir. Gardjito M. Sc .

This research goals is: 1) Knowing pattern of communications of member KWT, 2) Knowing factors influencing pattern of communications of member KWT, 3) Knowing mount technological adoption of DPG by member KWT, 4) Behavioral Knowing relation of communications with technological adoption storey level of DPG.

This research conducted at two group of woman of farmer of executor of field school diversified food and gizi. Groups selected in purposif with consideration of exsistensi and continuity of group activity. All popula tion of group member become responder with independent variable of is caracteristic personal, communications network, and as dependent variable of technological adoption of DPG.

Result from this research is the following: 1) communications Pattern of exist in organization chart of KWT in District Pundong take place two direction that is the from the top of ( Leader) downwards (Member) conversely, whereabout communications about activity, technological, and the other message (arisan, packet division, recreation) good execute at level core management, while communications usher members of more amount concerning other message 2) factors influencing pattern of communications of member KWT is education, experience farm, cosmopolitan, knowledge about DPG, and domicile member (membership) in group, 3) mount technological adoption of DPG by member KWT still lower (adopting less than 4 technological element innovate DPG) because of since: a) expensive price of technological innovation input of DPG (seed, pesticide, manure), b) not yet owned definitive market or remain to, and c) not yet had an affair with used old technology, 4) communicated aspects and factors fastening group solidarity a lot of which not go together technological innovation of DPG, to result make an index to connection and make an index to solidarity in order to technological adoption innovation of DPG Low so that unable to improve storeylevel adopt technological innovation of DPG of member KWT.

(3)

RINGKASAN

SUKOCO JOKOPUSPHITO - 2006. Hubungan Antara Perilaku Komunikasi Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Diversifikasi Pangan Dan Gizi Pada Kelompok Wanita Tani (Studi Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Dibimbing oleh Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS., DEA., Ir. Ida Yuhana (alm.), M.A., dan Ir. Gardjito, M. Sc.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui pola komunikasi anggota KWT, 2) Mengetahui faktor -faktor yang mempengaruhi pola komunikasi anggota KWT, 3) Mengetahui tingkat adopsi teknologi DPG oleh anggota KWT, 4) Me-ngetahui hubungan perilaku komunikasi dengan tingkat adopsi teknologi DPG.

Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok wanit a tani pelaksana sekolah lapangan diversifikasi pangan dan gizi. Kelompok dipilih secara purposif dengan pertimbangan eksistensi dan kesinambungan kegiatan kelompok. Seluruh popu-lasi anggota kelompok menjadi responden dengan variabel bebasnya adalah ka-rakteristik personal, jaringan komunikasi, dan sebagai variabel terikatnya adalah adopsi teknologi DPG.

Hasil dari penelitian ini sebagai berikut: 1) Pola Komunikasi yang ada pada struktur organisasi KWT di Kecamatan Pundong berlangsung dua arah yaitu dari atas (Pengurus) ke bawah (Anggota) dan sebaliknya, di mana komunikasi tentang kegiatan, teknologi, dan pesan lainnya (arisan, pembagian paket, rekreasi) berlangsung baik pada tataran Pengurus Inti, sedangkan komunikasi antar ang-gota lebih banyak menyangkut pesan lainnya , 2) Faktor-faktor yang mempe-ngaruhi pola komunikasi anggota KWT adalah pendidikan, pengalaman bertani, kekosmopolitan, pengetahuan tentang DPG, dan kedudukan anggota (keanggo-taan) dalam kelompok, 3) Tingkat adopsi teknologi DPG oleh anggota KWT masih rendah (mengadopsi kurang dari 4 unsur teknologi inovasi DPG) dise-babkan oleh karena : a) harga input inovasi teknologi DPG (benih, pestisida, pupuk) yang cukup tinggi, b) belum me miliki pasar yang pasti atau tetap, c) be-lum mempunyai masalah dengan teknologi lama yang digunakan, 4) aspek-aspek yang dikomunikasikan dan faktor-faktor yang mengikat kekompakan kelompok banyak yang tidak berkaitan dengan inovasi teknologi DPG menghasilkan indeks keterhubungan dan indeks kekompakan yang rendah sehingga tidak mampu meningkatkan tingkat adopsi inovasi teknologi DPG anggota KWT.

(4)

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI PANGAN

DAN GIZI PADA KELOMPOK WANITA TANI

(Studi Kasus pada Kelompok Wanita Tani di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta)

SUKOCO JOKOPUSPHITO

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI PANGAN DAN GIZI PADA KELOMPOK WANITA TANI

(Studi Kasus pada Kelompok Wanita Tani di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta)

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang dipergunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor; Juli 2006

Sukoco Jokopusphito NRP. 98343 KMP

(6)

Judul Tesis : Hubungan Antara Perilaku Komunikasi Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Diversifikasi Pangan Dan Gizi Pada Kelompok Wanita Tani

(Studi Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta) Nama : Sukoco Jokopusphito

NRP : 98343

Program Studi : Komunikasi Pembangunan dan Pedesaan

MENYETUJUI:

1. Komisi Pembimbing

_____________________________________ Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS., DEA.

Ketua

____________________ Ir. Gardjito, M. Sc.

Anggota

MENGETAHUI:

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

______________________ _______________________________ Dr. Ir. Sumardjo, MS. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M. S.

(7)

KATA PENGANTAR

Pada kesempatan ini penulis pantas memanjatkan puji syukur kepada Allah swt. atas segala rakhmat Nya, sehingga kegiatan penelitian ini mulai dari penyusunan proposal hingga laporan akhir dapat penulis selesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan beribu-ribu terimakasih dan penghar-gaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS., DEA., selaku Ketua Komisi Pembimbing, atas segala bimbingan, nasehat, dan perhatian kepada penulis. Terimakasih dan penghargaan kepada yang terhormat Ibu Ir. Ida Yuhana, M. A. almarhumah yang tidak dapat membimbing penulis hingga penyelesaian tesis ini. Penulis berdo’a semoga almarhumah diterima di sisi Allah swt., diampuni segala dosanya dan diberikan surga sesuai dengan amalnya. Kemudian penghargaan dan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak Ir. Gardjito, M. Sc., selaku anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan kepada penulis hingga selesainya tesis ini. Demikian pula terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS. yang telah berkenan menjadi Penguji Luar Komisi.

Kemudian terimakasih atas kebijaksanaan administratif yang telah diberikan untuk studi dan kegiatan penelitian ini penulis haturka n kepada Bapak Dr. Ir. Khairil Anwar Notodipuro, M. S., selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan Bapak Dr. Ir. Sumardjo, MS. , selaku Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

(8)

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Kepala Badan, dan Kepala Pusat Pengembangan Petugas Pertanian Badan Pengembangan SDM Dan Penyu-luhan Pertanian Departemen Pertanian, Pemimpin Proyek P2SP Badan Diklat Pertanian sebagai penyandang beasiswa, Kepala Balai Pendidikan Dan Latihan Pertanian Sentani Papua yang telah memberi izin untuk mengikuti pendidikan S-2 kepada penulis di IPB Bogor hingga selesai. Selanjutnya terimakasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta beserta staf, PL-II, para anggota KWT di Keca-matan Pundong Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ucapan terima-kasih yang sangat mendalam teristimewa buat Ibunda Ny. Hj. Sampriyah, yang tercinta Ir. Murni Y Nasution, M. Si., Sylviaghani MP.; serta terimakasih pula untuk Ir. Ciptomartono, dan Udjiono, yang telah membantu penulis dengan tulus ikhlas baik bantuan yang berupa dana, tenaga, pikiran, dan doa.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kekurangan yang ada dalam tulisan ini menjadi tanggungjawab penulis sepenuhnya. Kemudian penulis berharap semoga semua yang terungkap dalam tulisan ini dapat berguna bagi upaya pengembangan KWT khususnya dan pertanian serta masyarakat pedesaan pada umumnya.

Akhir kata semoga Allah swt. sendirilah yang membalas segala budi baik yang sudah diberikan oleh semua pihak kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Institut Petanian Bogor.

Bogor; Juli 2006 Penulis

(9)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN ………... 1 1.1. Latar belakang ………..………….. 1 1.2. Perumusan Masalah ………..……. 2 1.3. Tujuan Penelitian ……….. 3 1.4. Keguna an Penelitian ……….. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 4

2.1. Pengertian Komunikasi ……….….. 4

2.2. Komunikasi Interpersonal ………... 4

2.2.1. Individu dalam komunikasi interpersonal ……… 5

2.2.2. Memahami diri pribadi dalam komunikasi interpersonal ……….……….. 6 2.2.3. Memahami orang lain dalam komunikasi interpersonal ……… 6 2.2.4. Hubunga n antar pribadi dalam komunikasi interpersonal ………... 7 2.3. Pengertian Kelompok ……….. 7

(10)

2.3.2. Unsur dan dinamika kelompok ……… 8

2.2.3. Karakteristik dan fungsi kelompok ……… 11

2.4. Karakteristik Personal ………... 12

2.4.1. Pendidikan Nonformal ……….. 13

2.4.2. Pengalaman Bertani ………... 14

2.4.3. Kekosmopolitan ………... 14

2.4.4. Pengetahuan ……….. 16

2.4.5. Kedudukan Dalam Kelompok ………... 17

2.5. Perilaku Komunikasi ………. 18

2.5.1. Pengertian jaringan komunikasi ………. 18

2.5.2. Tujuan dan ciri analisis jaringan komunikasi …… 20

2.5.3. Variabel structural dan tipe hubungan …………. 21

2.6. Adopsi Inovasi ………. 29

2.6.1. Pengertian Inovasi ………. 29

2.6.2. Macam dan Jenis Saluran Komunikasi Inovasi .... 30

2.6.3. Waktu, Keinovasian Dan Kategori Adopter ……. 31

2.6.4. Adopsi Inovasi ………. 32

2.6.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi ………... 34 2.7. Diversifikasi Pangan Dan Gizi, SL-DPG ………. 37

2.7.1. Teknologi DPG sebagai inovasi ……….. 37

2.7.2. Pengertian, azas, ciri-cir i dan prinsip SL-DPG ….. 39

(11)

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ………. 42

3.1. Kerangka Pemikiran .………. 42

3.2. Hipotesis ..……….. 46

IV. METODOLOGI PENELITIAN ……….. 47

4.1. Lokasi Penelitian ………..……….. 47

4.2. Metode Pengumpulan Data ……… 47

4.3. Metode Pengambilan Sampel ………... 48

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ………..…………. 49

4.5. Definisi Operasional ………..……… 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 55

5.1. Keragaan Daerah Penelitian ………. 55

5.2. Keragaan Kelompok Wanita Tani ………. 58

5.3. Keragaan Responden …..……..……….. 69

5.4. Keragaa n Perilaku Komunikasi ……….. 85

5.5. Keragaan Adopsi Teknologi DPG ……….………. 93

5.6. Analisis Hubungan antar Variabel Penelitian ……..……… 98

VI. SIMPULAN DAN SARAN ……… 102

6.1. Simpulan ……….. 102

6.2. Saran ……… 103

DAFTAR PUSTAKA ……… 104 LAMPIRAN

(12)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman Nomor

1 Karakteristik Komunikasi Pribadi ……… 5 2 Norma Sosial, Norma Prosedural dan Norma Tugas Yang

Diharapkan dalam Sebuah Kelompok ……….

12

3 Peran Tugas dan Fungsi Pemeliharaan dari Kelompok ……… 12 4 Perbandingan Antara Saluran Media Massa Dengan Saluran

Antar Pribadi ………..

44

5 Teknologi Diversifikasi Pangan dan Gizi sebagai Inovasi Variatif ………

53

6 Jumlah Kelompok dan Responden Penelitian Pada Empat KWT SL-DPG Di Kabupaten Bantul DIY ………..

66

7 Batas Dan Luas Wilayah, Topografi Daerah Penelitian Di Kabupaten Bantul DIY ………..

74

8 Jenis Tanah Dan Pola Penggunaan Lahan Daerah Penelitian Di Kabupaten Bantul DIY ……….

76

9 Distribusi Luas Pemilikan Lahan Pertanian Daerah Pene-litian Di Kabupaten Bantul DIY ………..

76

10 Jumlah Penduduk, Jumlah Kepala Keluarga Daerah Penelitian Di Kabupaten Bantul DIY ……….

77

11 Distribusi Angkatan Kerja Berdasarkan Bidang Kerja Daerah Penelitian Di Kabupaten Bantul DIY ………..

77

12 Keadaan Sarana Komunikasi Dan Transportasi Daerah Penelitian Di Kabupaten Bantul DIY ……….

78

13 Tanggal Berdiri, Visi, Misi, Prinsip, Maksud dan Tujuan KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ……….

79

14 Umur Anggota KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………..

(13)

vii 15 Pendidikan Formal Anggota KWT Di Kecamatan Pundong Dan

Sanden Kabupaten Bantul DIY ………

(14)

viii 16 Usaha Non Pertanian Anggota dan Usaha Andalan KWT Di

Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………

81

17 Kesepakatan Dan Kegiatan KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ……….

82

18 Pandangan Terhadap Alam, IPTEK, Usaha Bersama, Orang Sukses, Peluang Orang Miskin, Orang Berusaha Menurut Responden KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………..

87

19 Dasar Dan Dorongan Menjadi Anggota KWT Di Keca-matan Pundong dan Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul DIY ……….

88

20 Penilaian Terhadap Masa Depan Dan Bantuan Paket DPG Menurut Anggota KWT Di Kecamatan Pundong dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………..

90

21 Rataan Arus Komunikasi Pesan Internal KWT Di Keca-matan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY …….

91

22 Sumber (Source/Komunikator) Pesan Eksternal Kelompok Menurut Responden KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………..

95

23 Persentasi Penerima (Receiver/Komunikan) Pesan Ekster-nal Kelompok Menurut Responden KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………

96

24 Distribusi Nilai Rataan Cara Menyampaikan/Menyebar-kan Informasi Responden KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………...

97

25 Deskripsi Kepala Keluarga Responden KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………..

99

26 Luas Pemilikan Lahan Keluarga Responden KWT Di Keca-matan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY …….

100

27 Rataan Luas Usahatani Keluarga Responden KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY

100

28 Pendidikan Non Formal Yang Pernah Diikuti Responden KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ……….

(15)
(16)

x 29 Lama Pengalaman Berusahatani Anggota Kelompok KWT Di

Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………

102

30 Pengalaman Berusahatani Responden KWT Di Keca-matan Pundong Dan Sanden Kabupaten DIY ………

103

31 Kunjungan Ke Sumber Informasi Oleh Responden KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ……….

104

32 Kunjungan Ke Pihak Terkait Oleh Responden KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY

105

33 Keterdedahan Media Massa Terhadap Responden KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY

107

34 Rataan Nilai Pengetahuan Tentang DPG Pada KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY

109

35 Pengetahuan Responden Tentang KWT Pada KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY

109

36 Pengetahuan Responden Tentang SL-DPG Pada KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY

111

37 Rataan Pelaksanaan Tugas Anggota Berdasar Kedudukan Keanggotaan Dalam Kelompok KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………..

112

38 Pelaksanaan Tugas Ketua KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ……….

113

39 Pelaksanaan Tugas Pengurus KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………..

114

40 Pelaksanaan Tugas Anggota KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY

115

41 Persentasi Responden Menurut Pilihan Hubungan Komu-nikasi KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabu-paten Bantul DIY ……….

117

42 Persentasi Arah Hubungan Komunikasi Anggota KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY

118

(17)

xi KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabu-paten Bantul

DIY ……….

44 Pemuka Pendapat (Opinion Leader) Kelompok KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY

120

45 Atmosfer KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabu-paten Bantul DIY ………..

124

46 Suasana (atmosfer) Kelompok KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………..

125

47 Delapan Perilaku Kepemimpinan Kelompok pada KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY

129

48 Gaya Kepemimpinan Kelompok KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………

130

49 Perilaku Tugas Kepemimpinan Kelompok KWT Di Keca-matan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ……..

132

50 Penyediaan Fasilitas Dan Pemberian Motivasi Kepada Anggota KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabu-paten Bantul DIY ……….

133

51 Membimbing Jalannya Diskusi/Aktivitas Anggota KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY

134

52 Penerimaan Kepemimpinan Oleh Anggota dan Pengurus KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ……….

136

53 Tingkat Penerapan Teknologi DPG Oleh Anggota KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY

138

54 Rata-rata Tingkat Penerapan Unsur Teknologi DPG (tanaman sayuran, perikanan, peternakan) Oleh Anggota KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ……….

139

55 Karakteristik Adopter Dan Tingkat Adopsi Unsur Tek-nologi Usahatani DPG (sayuran, perikanan, peternakan) Pada KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………..

140

56 Koefisien Korelasi Spearman Variabel Karakteristik Per-sonal, Pengetahuan Tentang DPG, Kedudukan Dalam Kelompok dan Perilaku Komunikasi Pada KWT Di Keca-matan Pundong Dan

(18)

xii Sanden Kabupaten Bantul DIY ……..

57 Koefisien Korelasi Spearman Variabel Perilaku Komu-nikasi Dan Adopsi Pada KWT Di Kecamatan Pundong Dan Sanden Kabupaten Bantul DIY ………..

(19)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman Nomor

1 Enam Format Komunikasi Kelompok Preskriptif ………. 17

2 Model Komunikasi Antar Manusia yang Memusat ……… 28

3 Jaringan komunikasi personal yang interlocking ……….. 30

4 Jaringan komunikasi yang radial ……….. 31

5 Indeks Keterhubungan Komunikasi yang Tinggi ………... 32

6 Kedominanan Klik ……….. 33

7 Jaringan Komunikasi Konfigurasi Bintang ……… 34

8 Jaringan Komunikasi Konfigurasi Penghubung …………. 35

9 Jaringan Komunikasi Konfigurasi Pemencil ………. 35

10 Jaringan Komunikasi Konfigurasi Neglectee ……… 35

11 Jaringan Komunikasi Konfigurasi Penjaga Pintu ……….. 36

12 Bentuk-bentuk Jaringan Komunikasi ……….. 37

13 Kategorisasi Adopter Berdasarkan Keinovatifan ………… 45

14 Paradigma Dari Berbagai Variabel Yang menentukan Tingkat Adopsi Inovasi ………. 46

15 Paradigma Proses Keputusan Inovasi ……….. 49

16 Kerangka Pemikiran ……… 63

17 Bagan Struktur Organisasi KWT ……… 81

18 Arus Penyampaian Pesan Internal KWT Di Kecamatan Pundong ……… 93

19 Arus Penyampaian Pesan Internal KWT Di Kecamatan Sanden ……….. 94

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul lampiran Nomor

1 Kusioner Penelitian Hubungan Antara Perilaku Komunikasi dengan Tingkat Adopsi Diversifikasi Pangan dan Gizi pada Kelompok Wanita Tani

2 Peta Kecamatan Pundong

3 Matriks Analisis Jaringan Komunikasi Anggota KWT di Kecamatan Pundong

4 Distribusi Penyampaian Pesan pada KWT di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul DIY Tahun 2001

5 Rekapitulasi Tingkat Penerapan Teknologi DPG oleh Anggota KWT di Kecamatan Pundong Kabupaaten Bantul DIY Tahun 2001

6 Kaarakteristik Adopter dan Tingkat Adopsi Unsur Teknologi Usahatani DPG pada KWT di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul DIY Tahun 2001

7 Tingkat Penerapan Teknologi DPG oleh Anggota KWT di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul DIY Tahun 2001

(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini ada tiga komoditas strategis yang menjadi isu global dunia, yaitu hak asasi, demokrasi, dan informasi. Dalam format yang lebih kecil, kurangnya informasi itu juga terjadi di Indonesia. Dalam situasi krisis ekonomi sekarang ini, informasi menjadi sangat mahal karena banyak masyarakat yang tidak mampu membelinya.

Komunikasi yang efektif sangat diperlukan dalam era pembangunan sekarang ini. Demikian pula halnya di sektor pertanian, kegiatan komunikasi perlu mendapat perhatian yang lebih baik. Departemen Pertanian (1999) menya -takan bahwa perspektif pembangunan pertanian dewasa ini adalah pele-takan dasar untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pertanian yang mempunyai kemampuan fisik dan daya nalar ya ng prima.

Peranan sektor pertanian hingga saat ini masih tetap strategis, karena harus memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Keter-gantungan penyediaan pangan terhadap impor yang terlalu besar dapat menu-runkan ketahanan pangan nasional, mengingat besarnya ketidakpastian dalam pa-sar pangan internasional tersebut. Oleh sebab itu; meningkatkan kemampuan petani dalam menguasai dan menerapkan teknologi pertanian menjadi salah satu tujuan dari pembangunan pertanian di Indonesia. Guna mewujudkan tujuan tersebut salah satu kebijakan yang diambil adalah memberdayakan petani dan kelembagaan taninya (tani dewasa, taruna tani, wanita tani). Dalam kegiatan pemberdayaan ini salah satu faktor yang memegang peranan penting adalah komunikasi inovasi pertanian.

(22)

2 Menurut Departemen Pertanian (1999) salah satu program utama pemba -ngunan pertanian saat ini adalah Program Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG). Program ini diarahkan untuk memelihara kemantapan swasembada pangan dan memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis pangan baik yang berasal dari tanaman, ternak, maupun ikan. Upaya untuk menunjang keberhasilan pengane karagaman pangan tersebut adalah dengan melaksanakan program pe -ngembangan pangan lokal yang telah lama biasa dikonsumsi secara turun temurun. Untuk sasaran pembinaannya adalah KWT dengan melibatkan penyu-luh, kader dan kontak tani sebagai motivator melalui pendekatan Pendidikan dan Latihan (Diklat) dengan pola Sekolah Lapangan (SL).

Potensi, peran dan partisipasi wanita di dalam pembangunan pertanian tidak perlu disangsikan lagi, antara lain dalam usahatani pertanian pangan, perke-bunan, peternakan dan perikanan. Pada umumnya usahatani tadi dilaksanakan secara individu. Untuk yang dilakukan secara kelompok, mereka bergabung ke dalam Kelompok Wanita Tani (KWT). Oleh karena itu, meningkatkan pengeta-huan, keterampilan dan sikap para wanita tani anggota KWT dalam rangka adopsi inovasi perlu diintensifkan pelaksanaanya. Kendatipun KWT saat ini kondisinya sudah jauh lebih baik, namun hingga saat ini penelitian tentang perilaku komunikasi kelompok tersebut belum banyak dilakukan sehingga menjadi menarik dan penting untuk diteliti.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam rangka adopsi inovasi teknologi DPG, pemerintah mengem-bangkan suatu pola komunikasi inovasi bagi KWT, yaitu pola SL-DPG. Pola ini

(23)

3 sekaligus sebagai pola pembinaan dan pengembangan KWT agar tercipta landas-an ylandas-ang kuat bagi wlandas-anita tlandas-ani untuk berswadaya. Namun dalam kenyatalandas-annya hasil pembinaan dan pengembangan tadi kurang menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Oleh karena itu; untuk mengetahui lebih jauh keadaan tersebut perlu dite laah berbagai permasalahan, namun dengan keterbatasan yang ada, maka peneliti hanya menelaah permasalahan:

1) Bagaimanaka h pola komunikasi anggota KWT ?

2) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pola komunikasi anggota KWT ? 3) Bagaimanakah tingkat adopsi teknologi DPG oleh anggota KWT ?

4) Bagaimanakah hubungan antara perilaku komunikasi dengan tringkat adopsi teknologi DPG?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui pola komunikasi anggota KWT

2) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola komunikasi anggota KWT

3) Mengetahui tingkat adopsi teknologi DPG oleh anggota KWT 4) Mengetahui hubungan perila ku komunikasi dengan tingkat DPG

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitan ini adalah sebagai sumbangan pemikiran dalam membina atau mengembangkan KWT dan dalam melakukan penelitian lebih jauh tentang komunikasi inovasi.

(24)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Komunikasi

Kincaid (1987) mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses saling membagi atau menggunakan informasi secara bersama dan ber-talian antara para pelaku dalam proses komunikasi. Definisi lainnya adalah dari De Vito (1997) bahwa komunikasi adalah mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih, yang mengirimkan dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

Komunikasi mempunyai multi makna dan memberikan cara pandang yang beragam, sehingga lahirlah berbagai paradigma. Salah satu paradigma komuni-kasi yang terkenal yaitu karya Laswell (Arifin, 1992) komunikomuni-kasi adalah “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ?”. Menurut Laswell dari perspektif mekanistis komunikasi mempunyai lima komponen untuk menja -wab pertanyaan tersebut yaitu komunikator, pesan, media, komu-nikan, dan efek. Jadi komunikasi adalah proses penyampaian pesa n oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Selain itu kasi juga dapat dilihat dari aspek bentuknya yaitu komunikasi persona, komuni-kasi kelompok, komunikomuni-kasi massa, dan komunikomuni-kasi media (Effendy, 1997).

2.2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal menurut Sendjaja (2002) adalah suatu proses pertukaran makna antara oirang-orang yang saling berkomunikasi. Adapun karakteristik komunikasi interpersonal dapat dilihat pada Tabel 1.

(25)

5 Tabel 1 Karakteristik Komunikasi Pribadi

Aspek Komunikasi Pribadi

1. Kadar spontanitas dan struktur Sangat spontan dan tidak terstruktur 2. Kesadaran akan sasaran kelompok

dan ukuran kelompok

Peranan dan tanggungjawab rendah, ukuran tidak permanent

3. Dasar komunikasi Persepsi dan pengalaman pribadi

4. Sifat komunikasi Transaksional memberi dan menerima secara bersamaan, tidak dapat diubah atau diulang 5. Jarak komunikasi Adanya kedekatan fisik

De Vito (1997) menjelaskan dua karakteristik komunikasi interpersonal yaitu: 1) berlangsung melalui tiga tahap antara lain kontak, keterlibatan, keakrab-an, perusakan dan pemutuskeakrab-an, 2) hubungan berbeda -beda berdasarkan keluasan-nya atau jumlah topik pembicaraan dan kedalamankeluasan-nya atau derajat kepersonalan dalam membicarakan topik-topik yang dimaksud. Kemudian dalam mengem-bangkan hubungan lebih jauh diperlukan lima faktor yaitu daya tarik berupa fisik dan kepribadian, kedekatan, pengukuhan, kesamaan, dan komplementaritas. Menurut Rakhmat (1996), dalam sistem komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh faktor persepsi, konsep diri, atraksi dan hubungan interpersonal.

2.2.1. Individu dalam komunikasi interpersonal

Memahami komunikasi interpersonal dan hubungan interpersonal dari su-dut pandang individu adalah menempatkan pema haman mengenai komunikasi di dalam proses psikologis. Hal ini terjadi karena dalam komunikasi interpersonal para pelaku komunikasi mencoba menafsirkan makna yang menyangkut diri sendiri, diri orang lain dan hubungan yang terjadi. Kesemuanya itu terjadi melalui suatu proses pikir guna penarikan sebuah kesimpulan.

(26)

6 2.2.2. Memahami diri pribadi dalam komunikasi interpersonal

Diri pribadi adalah suatu ukuran atau kualitas yang memungkinkan sese-orang untuk dianggap dan dikenal sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Memahami diri pribadi yang sering disebut dengan konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya senmdiri. Diri pribadi menjadi pusat dari proses komunikasi, oleh karena itu dengan memahami diri pribadi ma ka akan lebih mengerti terhadap komunikasi interpersonal yang dilakukan.

2.2.3. Memahami orang lain dalam komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal yang efektif membutuhkan pemahaman terha-dap orang lain yang menjadi partner komunikasi. Memaha mi orang lain adalah untuk mengurangi ketidakpastian dan perbandingan, khususnya bagi orang yang baru saling mengenal. Proses mempersepsi orang lain untuk memahami orang tersebut mencakup implicit personality theory, proses atribusi dan respons. Implicit personality theory mengasumsikan kita sebagai psikolog amatir yang menggunakan perangkat psikologis untuk mempersepsi orang lain. Proses atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak. Sedangkan respons adalah tang-gapan tertentu yang dilakukan untuk menanggapi orang lain. Kemudian untuk mempengaruhi persepsi orang lain terhadap diri kita dalam komunikasi inter-personal dapat menggunakan tiga strategi yaitu: 1) impression management yaitu mengungkapkan diri dengan bermain peran untuk memberi kesan kepada orang lain, 2) attributional responses yaitu penggunaan proses atribusi melalui perilaku dalam bentuk ekspresi atau pernyataan sebagai reaksi atas tindakan orang lain.

(27)

7 2.2.4. Hubungan antarpribadi dalam komunikasi interpersonal

Hubungan antar pribadi sangat diperlukan oleh setiap orang yaitu untuk perasaan dan ketergantungan. Perasaan (attachment) adalah mengacu pada hu-bungan yang secara emosional berlangsung intensif. Sedangkan ketergantungan (dependency) adalah mengacu pada instrumen perilaku antarpribadi seperti membutuhkan pertolongan, memerlukan persetujuan, mencari kedekatan. Tahap-an hubungTahap-an Tahap-antarpribadi mencakup: 1) tahap pembentukTahap-an hubungTahap-an Tahap- antar-pribadi, 2) tahap peneguhan hubungan antarantar-pribadi, 3) tahap konfirmasi, 4) tahap diskonfirmasi, 6) tahap pemutusan hubungan antarpribadi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antar pribadi dalam komunikasi interperso-nal antara lain percaya, empati, kejujuran, dan sikap suportif.

2.3. Pengertian Kelompok

Vitayala (1995) mendefinisikan kelompok adalah suatu sistem yang berarti suatu keadaan yang tersusun dari berbagai unsur yang saling berkaitan dalam suatu ikatan keteraturan tertentu, yang melakukan atau mengandung sesuatu atau beberapa proses tertentu dalam rangka mewujudkan peranan atau fungsinya un-tuk mencapai tujuan tertentu. Sarwono (1999) menjelaskan bahwa kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka , yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, menyadari keberadaan anggota kelompok lainnya , dan menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama. Sebuah kelompok sosial mempunyai empat ciri antara lain: 1) dorongan (motif) yang sama, 2) reaksi-reaksi dan kecakapan yang berlainan, 3) penegasan struktur kelompok, dan 4) penegasan norma-norma kelompok.

(28)

8 Menurut Djuarsa (2002) ada tiga tipe kelompok yaitu: 1) kelompok bela -jar, 2) kelompok pertumbuhan, dan 3) kelompok pemecahan masalah. Kelompok belajar memusatkan perhatiannya dalam hal peningkatan kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap para anggotanya; ciri khasnya adalah terjadinya pertukaran informasi dua arah. Kelompok pertumbuhan memusatkan perhatiannya kepada hal-hal atau masalah-masalah pribadi yang dihadapi anggo-tanya, ciri khasnya adalah semua tujuan kelompok diarahkan untuk membantu dan mengarahkan para anggota untuk peduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi. Sedangkan kelompok pemecahan masalah memusatkan perhatiannya pada pemecahan persoalan yang dihadapi bersama, ciri khasnya adalah memiliki dua kegiatan yaitu pengumpulan informasi dan pembuatan keputusan.

Adapun ciri-ciri kelompok menurut Zanden (1984) antara lain : 1) di antara anggota kelompok itu me miliki ikatan satu dengan lainnya, 2) kelompok memi-liki tujuan yang nyata, 3) orang-orang itu pada umumnya menyadari dirinya merupakan bagian atau bukan bagian dari kelompok.

2.3.2. Unsur dan dinamika kelompok

Marzuki (1996) mengemukakan sepuluh unsur pokok sebuah kelompok sebagai sistem sosial yaitu tujuan (goal), keyakinan (belief), sentimen atau pera-saan (feeling), norma (norms) , sangsi (sanksi), peranan kedudukan (status roles), kewenangan atau kekuasaan (power/authority), jenjang sosial (social rank), fasi-litas (facility), tekanan dan ketegangan (stress and strain). Adjid (1980) menjelas-kan bahwa suatu kelompok sosial mempunyai “external structure” atau “socio group” dan “internal structure” atau “psycho group”. Yang dimaksud “external structure” adalah dinamika dari kelompok untuk menanggapi tugas yang timbul

(29)

9 karena adanya tantangan dari lingkungan dalam rangka mewujudkan cita-cita yang menjadi dasar terbentuknya kelompok tadi. Sedangkan “internal structure” adalah pranata atau norma yang mengatur hubungan antar anggota dalam kelom-pok sehingga setiap anggota mendapat kedudukan, peranan dan kewajiban terten-tu yang ada hubungannya dengan keten-terten-tuan distribusi fasilitas, kekuasaan dan prestasi kelompok. Dengan kata lain “internal structure” adalah dasar daripada solidaritas kelompok yang berkembang dari kesadaran adanya persamaan kepen-tingan dan tujuan bersama yang hanya bisa dicapai melalui kegiatan bersama.

Selain unsur-unsur kelompok tersebut sebagai dasar sebuah kelompok, maka di dalam tumbuhkembangnya sebuah kelompok dipe-ngaruhi oleh beberapa faktor yang disebut dengan unsur -unsur dinamika kelompok. Menurut Marzuki (1996); dinamika kelompok adalah kelompok yang selalu memiliki gairah dan semangat untuk bekerja. Jadi dinamika kelompok adalah suatu proses kehidupan kelompok yang merupakan fungsi dari kekuatan-kekuatan kelompok, yang diarah-kan pada pembentudiarah-kan perilaku kelompok dan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Orientasi dinamika kelompok adalah kepada peranan atau fungsi manusia (pemimpin, anggota) dalam bekerjasama menurut pola tertentu sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan kelompok yang ditetapkan. Lebih jauh dijelaskan bahwa ada delapan unsur dinamika kelompok ayaitu:

(a) Tujuan kelompok ; adalah gambaran suatu hasil yang diharapkan anggota akan dicapai oleh kelompok.

(b) Struktur kelompok adalah pola hubungan (interaksi) antar individu dalam kelompok yang disesuaikan dengan kedudukan dan peranan masing-masing anggota guna mencapai tujuan.

(30)

10 (c) Fungsi tugas adalah memfasilitasi dan mengkoordinasi aktivitas kelompok

dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

(d) Pembinaan dan pengembangan kelompok adalah sebagai usaha untuk menjaga atau mempertahanakan kehidupan kelompok.

(e) Kekompakan kelompok adala h daya lekat yang terjadi sebagai “resultante” dari segala kekuatan kegiatan seluruh orang yang terlibat di dalam kelompok tersebut untuk tetap tinggal di dalamnya.

(f) Suasana kelompok adalah keadaan sikap mental, moral dan perasaan-perasaan yang pada umumnya ada dalam kelompok.

(g) Tekanan pada kelompok adalah tekanan (baik dari luar maupun dari dalam) yang terjadi di dalam kelompok yang menimbulkan tegangan pada kelompok, sehingga menimbulkan dorongan untuk berbuat sesuatu guna tercapainya tujuan kelompok.

(h) Efektivitas kelompok ; adalah keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas dengan cepat dan memuaskan setiap anggota kelompok.

Sedangkan agenda tersembunyi merupakan unsur ke sembilan menurut Vitayala (1995) adalah program, tugas atau tujua n yang tidak diketahui oleh para anggota kelompok. Sumber dari maksud terselubung dapat berasal dari anggota, pimpinan atau dari kelompok itu sendiri.

Salah satu kelompok sosial yang ada di Indonesia adalah kelompok tani-nelayan. Mengacu dari pengertian-pengertian tentang kelompok seperti di muka, maka menurut Departemen Pertanian (1999), yang dimaksud dengan kelompok tani adalah kumpulan petani nelayan (dewasa, wanita, taruna) yang terikat secara nonformal atas dasar keserasian, kesamaan kondisi lingkungan sosial-ekonomi-

(31)

11 sumberdaya, keakraban, kepentingan bersama dan saling percaya mempercayai, serta mempunyai pimpinan, untuk mencapai tujuan bersama.

Dengan demikian yang dimaksud dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) adalah sejumlah atau sekumpulan wanita tani yang terikat secara informal dengan bentuk struktur organisasi formal di suatu wilayah kelompok berdasarkan domi-sili. Sedangkan ciri-ciri KWT yaitu: (1) selu-ruh anggotanya adalah wanita, (2) memiliki tujuan atau kepentingan yang sama, (3) adanya dorongan (motif ) yang sama, (4) mempunyai reaksi-reaksi dan kecakapan yang berbeda, (5) mempunyai struktur organisasi yang jelas, (6) mempunyai norma-norma pedoman tingkah laku yang jelas, (7) adanya interaksi diantara sesama anggota, (8) adanya kegiatan kelompok yang nyata.

2.3.3. Karakteristik dan fungsi kelompok

Mengetahui karakteristik kelompok merupakan langkah pertama untuk dapat lebih memahami komunikasi kelompok. Menurut Sendjaja (2002) ada dua karakteristik yang melekat pada sebuah kelompok ya itu norma dan peran. Contoh norma-norma kelompok dapat diikuti pada Tabel 2.

Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana berperilaku dengan sesama anggota kelompok. Norma sering disebut hukum (law) atau aturan (rule) , yaitu perilaku apa sa ja yang pantas dan yang tidak pantas dibeda -kan menjadi tiga kategori yaitu norma sosial mengatur hubungan antar anggota kelompok, norma prosedural yang berupa uraian rinci prosedur operasional kelompok, seperti pengambilan keputusan secara aklamasi atau voting, dan norma tugas yang memusatkan perhatian pada bagaimana tugas dapat dilaksanakan.

(32)

12 Tabel 2 Norma Sosial, Norma Prosedural dan Norma Tugas Yyng Diharapkan

dalam Sebuah Kelompok

SOSIAL PROSEDURAL TUGAS

Mendiskusikan persoalan yang tidak kontrovers ial

Meperkenalkan para ang-gota kelompok

Mengkritik “ide” nya bukan “orang” nya

Menceritakan gurauan yang lucu

Membuat agenda pertemuan Mendukung gagasan yang terbaik

Menceritakan kebenaran yang tidak dapat dibantah

Duduk saling bertatap muka Memiliki kepedulian untuk pemecahan persoalan

Jangan merokok (jika me-mungkinkan)

Memantapkan tujuan kelom-pok

Berbagi beban pekerjaan Jangan dat ang terlambat Jangan meninggalkan

perte-muan tanpa alasan

Jangan memaksakan gagasan sendiri dalam kelompok Tidak hadir tanpa alasan Jangan memonopoli

perca-kapan

Jangan berkata kasar jika tidak setuju

Sumber: Djuarsa, 2002.

Sedangkan peran adalah pola -pola perilaku yang diharapkan dari setiap anggota kelompok. Ada dua peranan fungsional dari sebuah kelompok yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan (lihat Tabel 3).

Tabel 3 Peran Fungsional dari Kelompok

Fungsi Tugas Fungsi Pemeliharaan

1. Pemberi Informasi 1. Pendorong Partisipasi 2. Pemberi Pendapat 2. Penyelaras

3. Pencari Informasi 3. Penurun Ketegangan 4. Pemberian Aturan 4. Penengah Persoalan Pribadi Sumber: Djuarsa, 2002.

2.4. Karakteristik Personal

Karakterisitik personal menurut Rogers (1983) adalah meliputi status sosial-ekonomi, ciri kepribadian dan perilaku komunikasi. Secara lebih rinci karakteristik personal tersebut dijabarkan lagi ke dalam umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, usaha keluar-ga, penghasilan keluarkeluar-ga, kekos -mopolitan, partisipasi, kelembagaan masyarakat,

(33)

13 partisipasi dalam kelompok, dan kontak media. Profil petani dan kelompoknya menentukan tingkat penerimaan inovasi dan kemampuan adopsinya. Mengingat terbatasnya sumberdaya waktu, tenaga dan biaya maka karakteristik personal yang diteliti terbatas pada pendidikan nonformal, pengetahuan, dan kekosmopolitan anggota kelompok.

2.4.1. Pendidikan Nonformal

Menurut Sudjana (2004) sistem pendidikan nasional Indonesia terdiri dari subsistem pendidikan formal yang berlangsung di sekolah, subsistem pendidikan informal yang berlangsung di dalam keluarga dan lingkungannya , dan subsistem pendidikan nonformal yang berlangsung secara optional dapat dimana saja. Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem sekolah yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan nonformal tersebut mempunyai beragam nama misalnya kursus, pelatihan, penataran, upgrading, bimbingan belajar, tutorial. Dengan memiliki tingkat pendidikan tertentu baik itu pendidikan formal, informal, ataupun nonformal; maka seseorang akan meningkat pengetahuannya, sikapnya dan keterampilannya. Hal ini pada gilirannya akan bermuara pada tingkat penerimaan seseorang terhadap perubahan.

Menurut Soekartawi (1988) pengalaman kursus yang dimiliki seseorang akan ikut mempengaruhi kecepatan dalam mengambil keputusan. Dari kursus atau pelatihan pertanian diperoleh penambahan pengeta huan, kecakapan dalam pengelolaan usahatani, ketrerampilan dalam pelaksanaan tugas operasional, kreativitas, dan percaya diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat

(34)

14 pendidikan seseorang akan sangat mempengaruhi terhadap tingkat penerimaan inovasi, baik yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media. Prayitnohadi (1987) menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan petani mempengaruhi kecepatan dalam mengambil keputusan terhadap teknologi pertanian. Abdurachman (1998) juga mengemukakan bahwa pengalaman meng-ikuti kursus mempunyai korelasi nyata dengan tingkat adopsi PHT. Pendidikan nonformal dapat diketahui dengan cara mengukur frekuensi seseorang dalam mengikuti pendidikan nonformal yang berupa kursus, penataran, pelatihan.

2.4.2. Pengalaman Bertani

Pengalaman adalah yang mana individu mewujudkan pemahamannya dalam bentuk ucapan, tindakan, perilaku, dan sikap. Pengalaman bagi seseorang mengandung arti yang mendalam serta mempunyai nilai tersendiri dalam kehidup-annya. Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat adopsi inovasi. Menurut Soekartawi (1988) petani yang berpengalaman lebih cepat mengadopsi teknologi pertanian dibandingkan dengan petani yang belum atau kurang pengalaman bertaninya. Tamarli (1994) menyimpulkan bahwa pengalaman bertani mempunyai korelasi nyata dengan penerapan program Supra Insus. Abdurachman (1998) mengemukakan bahwa pengalaman bertani nyata hubungannya dengan tingkat adopsi PHT. Pengalaman bertani dapat diketahui dengan cara mengukur berapa lama seseorang pernah melaksanakan usahatani.

2.4.3. Kekosmopolitan

Kekosmopolitan menurut Rogers (1995) adalah orang yang memiliki sifat keterbukaan, mudah bepergian ke berbagai tempat, banyak kenalan, mencari

(35)

15 informasi da n digunakan dalam pekerjaannya, serta responsif terhadap inovasi. Kekosmopolitan seseorang untuk mencari informasi atau ide baru adalah tingkat keterbukaan seseorang dalam menerima pengaruh dari luar.

Ada tiga kriteria tentang sifat kosmopolitan seseora ng yang dapat disim-pulkan dari pendapat Roger (1995) yaitu: (a) intensitas kontak dengan banyak orang, masyarakat, bangsa, organisasi atau negara, (b) intensitas penggunaan berbagai media massa dalam berkomunikasi dan mencari informasi, dan (3) ber-orientasi ke masyarakat dunia. Seseorang yang kosmopolit adalah bersedia mencari ide-ide baru atau terbuka terhadap inovasi, selalu melakukan dialog atau komunikasi yang menimbulkan kesadaran kritis, mempunyai kemampuan em-pati yang tinggi sehingga membuahkan komunikasi yang tepat, mempunyai tingkat innovativeness, motivasi, dan aspirasinya yang tinggi, selalu mengalami perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap proses adopsi suatu inovasi. Tamarli (1994) menyimpulkan bahwa kekosmopolitan petani mempu-nyai hubungan yang nyata dengan penerapan program Supra Insus. Kemudian Abdurachman (1998) juga menyimpulkan bahwa kekosmopolitan petani memi-liki hubungan yang nyata dengan tingkat penerimaan PHT. Kekosmopolitan seseorang dapat diketahui dengan cara mengukur: (a) Jumlah sumber informasi inovasi yang dikunjungi, (b) frekuensi kontak dengan orang-orang di luar ke-lompoknya, (c) jarak dari tempat tinggal ke sumber informasi, (d) lama waktu menonton televisi, mendengarkan Radio, dan (e) frekuensi membac a surat kabar. Dari pengertian dan beberapa hasil penelitian tersebut, karakteristik perso-nal anggota yang berupa pendidikan nonformal, pengalaman bertani, dan kekos-mopolitan diduga memiliki hubungan dengan perilaku komunikasi anggota KWT.

(36)

16 2.4.4. Penge tahuan

Menurut Rakhmat (1995) pengetahuan adalah persepsi yang jelas tentang apa yang dipandang sebagai fakta atau nyata, obyektif, kebenaran, atau kewajiban. Pengetahuan dibedakan kedalam tiga golongan: (a) pengetahuan teoritis, (b) pengetahuan praktis, dan (c) pengetahuan produktif. Pengetahuan merupakan sejumlah tumpukan pengalaman selama perjalanan hidup manusia sejak kanak-kanak sampai dewasa dan pengetahuan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang sengaja untuk menemukan suatu yang baru.

Pengetahuan mengacu kepada pengenalan fakta, terutama sejumlah fakta yang disusun menjadi dasar-dasar perilaku manusia. Menurut Albrecht (1985) pengetahuan dibedakan menjadi tiga macam yaitu: (a) pengetahuan populer, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pengalama n sehari-hari, (b) pengetahuan ima-jinasi atau literer yaitu pengetahuan yang diciptakan dalam proses abstraksi orang, dan (c) pengetahuan ilmiah, adalah diperoleh dengan cara memadukan pengujian sebagai ciri pengetahuan populer dengan penyusunan teori sebagai ciri dari pengetahuan literer. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh dari pengalaman, pendidikan, dan penelitian. Seran (1997) mengemukakan bahwa pengetahuan gizi anggota meningkatkan perilaku komuni-kasi dan mempunyai hubungan yang nyata terhadap kesinambungan program intervensi diversifikasi konsumsi pangan dan gizi pada kelompok Mitra di Bogor. Pengetahuan seseorang dapat diketahui dengan cara menguji atau memberikan pertanyaan terhadap materi-materi yang te lah diajarkan kepadanya. Berdasar pengertian dan hasil penelitian tersebut di atas, diduga pengetahuan tentang DPG yang dimiliki anggota memiliki hubungan dengan perilaku komunikasi KWT.

(37)

17 2.4.5. Kedudukan Dalam Kelompok

Kedudukan (status) dan peranan (role) menurut Sukanto (1990) adalah unsur-unsur baku dan penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbale balik antar individu dalam masyarakat dan antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-indiv idu ter-sebut. Status adalah kedudukan sosial seseorang dalam kelompok serta dalam masyarakat yaitu aspek struktural dan fungsional. Aspek struktural adalah bersifat hierarkhis tinggi atau rendah, sedang aspek fungsional yang dimaksud adalah peranan sese orang. Status yang dimaksud adalah status sosial dimana tempat seseorang secara umum dalam masyarakat yang dapat dihubungkan dengan “pergaulannya, prestisenya, hak dan kuajibannya”. Status sosial berbeda dengan kedudukan sosial. Kedudukan sosial adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial yang dihubungkan dengan orang lain dalam kelom-pok tersebut. Posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat merupakan unsur yang statis yang menunjukkan tempat dalam organisasi masyarakat. Kedudukan secara abstrak adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Jika dipisahkan dari individu yang memilikinya kedudukan hanya merupa-kan kumpulan hak-hak dan kewajiban. Karena hak dan kewajiban itu hanya dapat terlaksana melalui individu, maka agak sulit memisahkannya secara tegas. Jadi orang yang mempunyai kedudukan, maka ia mempunyai hak dan kewajiban melaksanakan tugas. Ada tiga macam kedudukan dalam sistem sosial yaitu: 1) Dibebankan (Ascribed-status) adalah kedudukan seseorang dalam sistem sosial

atau kelompok atau masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.

(38)

18 2) Diperjuangkan (Achieved-status) adalah kedudukan yang dicapai seseorang

dengan usaha -usaha yang disengaja.

3) Diberikan (Assigned-status); adalah kedudukan yang diberikan karena hal-hal tertentu (misalnya karena berjasa).

Kedudukan dalam kelompok adalah perilaku individu di dalam dimensi tugas dan sosial pada proses interaksi kelompok. Kedudukan dalam kelompok terkait erat denga n pelaksanaan tugas dan kewajiban seseorang sesuai dengan keanggotaannya. Dengan mengacu pada pengertian di atas maka kedudukan atau keanggotaan dalam kelompok pada penelitian ini adalah jabatan yang dipegang atau yang diberikan kepada seseorang yaitu sebagai Ketua, Pengurus, Anggota hubungannya dengan hak-hak, tugas dan kewajiban dalam kelompok. Tamarli (1994) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara keanggotaan dalam kelompoktani dengan adopsi program Supra Insus.

Dari pengertian dan hasil penelitian tersebut, diduga kedudukan dalam kelompok memiliki hubungan dengan perilaku komunikasi KWT.

2.5. Perilaku Komunikasi

Perilaku komunikasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah tentang jaringan komunikasi anggota KWT. Beberapa hal tentang jaringan komunikasi dapat diikuti dalam uraian berikut ini.

2.5.1. Pengertian jaringan komunikasi

Perkembangan analisis jaringan komunikasi diawali dengan model komu-nikasi linear yang dikembangkan oleh Shannon and Weaver pada tahun 1949. Kemudian kritik-kritik dengan pandangan kritis terhadap model komunikasi linear

(39)

19 tersebut dan berkembanglah model komunikasi Konvergensi oleh Kincaid dan Schramm (1987).

Menurut pandangan linear, komunikasi adalah penyampaian informasi dari sumber kepada komunikan mela lui saluran tertentu yang menimbulkan efek. Jadi komunikasi bersifat satu arah yaitu dari komunikator kepada komunikan dan selalu diperoleh efek oleh penerima. Model ini memperoleh kritikan, bahwa dalam setiap komunikasi para pelakunya adalah aktif melakukan pertukaran infor-masi dengan tujuan untuk memperoleh kesamaan pengertian. Kesamaan penger-tian inilah yang disebut dengan konvergensi. Komunikasi konvergensi adalah memusat atau mengarah pada saling pengertian, dimana terdapat daerah yang bertumpukan (overlapping) antara komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi atau pengunaan informasi bersama. Konvergensi di antara pelaku komunikasi tidak pernah lengkap atau sempurna, oleh karena itu terjadilah proses konvergensi yang bersifat dinamis. Model komunikasi memusat dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2 Model Komunikasi Antar Manusia yang Memusat (Diadopsi dari Kincaid dan Schramm, 1977).

(40)

20 Pada hakekatnya perilaku manusia adalah berinteraksi atau berkomunikasi dengan atau melalui seseorang atau lebih. Setiap individu dalam sebuah sistem senang berhubungan dengan orang-orang tertentu, dan mengabaikan yang lainnya. Oleh sebab itu arus komunikasi antar pribadi terbentuk di dalam rentang waktu dan tumbuhlah suatu jaringan komunikasi yang relatif stabil dan perilaku orang-nya dapat diprediksikan. Menurut Rogers (1995) jaringan komunikasi adalah suatu jaringan yang terdiri atas individu-individu yang saling berhubungan, dan dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Sedang menurut Knoke (1982) jaringan komunikasi adalah semacam hubungan yang secara khusus merangkai individu-individu, obyek-obyek dan kejadian-kejadian.

2.5.2. Tujuan analisis dan ciri jaringan komunikasi

Tujuan dari analisis jaringan komunikasi adalah untuk mengetahui gam-baran umum tentang interaksi individu dalam sebuah sistem sosial, dan untuk mengidentifikasi struktur komunikasi yang ada dalam sebuah sistem sosial. Ciri analisis jaringan komunikasi terletak pada analisis hubungan antara dua orang atau lebih dalam sebuah struktur jaringan komunikasi, sehingga unit analisisnya adalah tidak pada individu tetapi pada tingkat komunikasi interpersonal, klik dan sistem yang besar. Analisis jaringan komunikasi adalah sebuah metode untuk mengetahui struktur komunikasi dalam sebuah sistem, di mana data hubungan arus komunikasi dianalisis dengan memakai beberapa tipe hubungan interpersona sebagai unit analisis (Kincaid, 1981).

Analisis jaringan komunikasi bisa terdiri dari satu atau lebih dari ketiga prosedur berikut: 1) mengidentifikasi klik-klik yang ada pada ke-seluruhan sistem kemudian menetapkan bagaimana klik ini mempengaruhi perilaku komunikasi

(41)

21 dalam sistem, 2) mengidentifikasi peranan khusus individu dalam jaringan komu-nikasi antara lain bridge, liaison, isolated, 3) mengukur indikator -indikator struk-tur komunikasi yaitu derajat keterhubungan, derajat kekompakan, dan derajat keragaman dalam sebuah sistem.

2.5.3. Variabel struktural dan tipe hubungan

Variabel struktural komunikasi adalah tipe hubungan dalam jaringan komunikasi yang menjelaskan keadaan hubungan antar orang, antar klik maupun antar orang dan klik dalam sebuah sistem jaringan komunikasi. Struktur komu-nikasi adalah susunan dari unsur-unsur yang berbeda yang dapat dikenal melalui pola arus komunikasi dalam sebuah sistem. Variabel struktural terdiri atas tiga tingkatan yaitu tingkat individual, tingkat klik, dan tingkat sistem. Oleh karena itu ada tiga tipe analisis hubungan perilaku komunikasi yang dapat dipakai yaitu: 1) analisis hubungan komunikasi pada tingkat personal atau pribadi, 2) analisis hubungan komunikasi pada tingkat klik atau beberapa orang yang menyatu menjadi satu kesatuan, 3) analisis hubungan komunikasi pada tingkat sistem atau kesatuan yang sangat besar.

1) Hubungan komunikasi pada tingkat personal

Cirinya adalah derajat di mana seseorang terintegrasi dengan individu-indi-vidu lainnya di dalam jaringan komunikasinya. Integrasi jaringan komunikasi adalah derajat di mana hubungan-hubungan komunikasi ada di antara anggo-ta-anggota jaringan individual atau jaringan komunikasi personal. Makin besar jumlah hubungan ini makin besar pula derajat integrasi jaringan komu-nikasi khusus individual. Jaringan komukomu-nikasi model ini antara lain: a) ja-ringan personal yang saling mengunci (interlocking) yang mempunyai derajat

(42)

22 integrasi yang tinggi (lihat Gambar 2), b) jaringan personal jari-jari (radial) , mempunyai derajat integrasi yang rendah (lihat Gambar 3).

INDIVIDU

Gambar 2 Jaringan komunikasi personal yang interlocking

INDIVIDU

Gambar 3 Jaringan komunikasi yang radial

Jaringan personal radial, tingkat integrasinya rendah, karena mereka tidak saling berteman atau teman seseorang tidak menjadi teman orang lainnya.

A C B A B C

(43)

23 Tipe jaringan radial lebih terbuka dengan lingkungannya, dan informasi yang diterima oleh individu yang mempunyai tipe jaringan radial ini akan menye-bar relatif lebih cepat di dalam sistemnya sendiri jika dibandingkan dengan tipe jaringan interlocking. Jadi semakin tinggi tingkat integrasi jaringan per-sonal, maka semakin kurang informasi yang dapat diterimanya. Dalam jaringan personal terdapat peranan khusus komunikasi yang disebut liaison, yaitu individu yang mempunyai derajat integrasi lebih tinggi dibandingkan dengan non liaison dan mempunyai posisi marjinal yang menjadi Penghu-bung antara dua klik atau lebih dalam sistemnya. Demikian pula halnya dengan pemuka pendapat (opinion leader) dalam suatu organisasi, kurang terintegrasi dengan jaringan personalnya tetapi mempunyai banyak informasi. Jaringan personal yang terintegrasi lebih banyak memuat topik-topk pembi-caraa n yang sensitif atau issue yang tabu daripada yang biasa-biasa. Jadi jaringan komunikasi personal terkait dengan dua hal yaitu: (a) peranan khusus komunikasi dalam sebuah sistem (bridge, liaison, isolated), (b) topik-topik percakapan yang berbeda.

2) Hubungan komunikasi pada tingkat klik

Pada tingkat klik, variabel struktural yang dapat diukur antara lain:

(a) keterhubungan klik (clique connectedness) adalah derajat para anggota suatu klik berhubungan satu sama lain melalui arus komunikasi (lihat Gambar 4).

(44)

24 Gambar 4 Indeks keterhubungan komunikasi yang tinggi

(Keterangan: Indeks Keterhubungan = kontak nyata dibagi kemungkinan hubungan = 10 : 10 = 100 %)

Keterhubungan klik dapat dihitung dengan menggunakan indeks keterhubungan klik dengan rumus sebagai berikut:

Jadi dalam hal ini klik menjadi unit analisis. Indeks ini memungkinkan untuk meneliti derajat hubungan suatu klik dengan sistem variabel lain misalnya kecepatan sistem difusi inovasi dalam satu klik dibandingkan dengan klik yang lain.

(b) kedominanan klik (clique dominance) adalah derajat di mana pola -pola hubungan komunikasi antar klik tidak memungkinkan kesamaan. Model hubungan roda memiliki derajat kedominanan yang tinggi, karena seluruh arus komunikasi harus melalui seorang individu. Pemusatan tersebut menimbulkan kurangnya informasi dan cenderung mengurangi keterbukaan (Gambar 5).

Kontak-kontak nyata (actual contact) Indeks keterhubungan =

(45)

25 B C A D E

Gambar 5 Kedominanan Klik

(c) sistem keterbukaan klik (clique openness) adalah derajat di mana anggo-ta-anggota suatu klik saling bertukar informasi dengan klik -klik yang ada di luarnya. Suatu gagasan baru akan lebih mudah masuk ke dalam suatu klik yang lebih terbuka.

(d) keintegrasian klik (clique integration) dalam sistem yang lebih besar da-pat diukur dengan ada tidaknya penghubung yang menghubungkan klik dengan jaringan yang lebih luas tersebut.

3) Hubungan komunikasi pada tingkat sistem

Pada tingkat sistem misalnya suatu unit yang disebut desa , maka analisis yang dapat dilakukan adalah pada:

(a) Keterhubungan sistem yaitu derajat di mana klik-klik dalam suatu sistem berkaitan satu sama lain melalui arus komunikasi. Indeks ini memung-kinkan digunakannya matematika untuk memperhitungkan derajat saling keterhubungan klik dalam sistem sosial. Pada umumnya ada sebuah harapan bahwa derajat hubungan dalam jaringan komunikasi berkaitan secara positif dengan tingkat difusi inovasi

(46)

26 (b) Kedominanan sistem adalah derajat di mana pola -pola hubungan antar

klik dalam suatu sistem sosial tidak mempunyai kesamaan. Hal ini ber-arti sebuah pengukuran terhadap derajat pemusatan yang menguasai komunikasi antar klik. Makin besar kontrol dilakukan oleh suatu klik terhadap arus informasi pada sekelompok klik, makin tinggi kedomi-nanan sistem tersebut.

(c) Keterbukaan sistem adalah derajat di mana suatu sistem saling bertukar informasi dengan lingkungannya. Suatu sistem yang derajat keterbuka -annya besar adalah inovatif.

4) Konfigurasi sosiometri

Bentuk atau konfigurasi sosiometri sangat berguna untuk melihat peranan seseorang dalam sebuah jaringan, sehingga dapat lebih memperjelas sosok jaringan komunikasinya. Ada lima konfigurasi sosiometri dalam analisis jaringan komunikasi sebagai berikut:

(a) Bintang (Star); adalah seseorang yang merupakan pemusatan jalur komunikasi dari beberapa orang (lihat Gambar 6).

Bintangnya A

Gambar 6 Jaringan komunikasi konfigurasi Bintang

(b) Penghubung (Liaison) adalah orang yang menghubungkan dua atau le-bih klik dalam suatu sistem jaringan komunikasi (lihat Gambar 7), tetapi

(47)

27 orang tersebut tidak menjadi anggota klik. Sedangkan Bridge adalah penghubung yang sekaligus menjadi anggota klik).

LIAISON

Gambar 7 Jaringan komunikasi konfigurasi Penghubung

(c) Pemencil (Isolated) adalah orang yang berada dalam lingkungan suatu sistem, tetapi tidak menjadi anggota jaringan komunikasi (Gambar 8).

PEMENCIL

Gambar 8 Jaringan komunikasi konfigurasi Pemencil

(d) Negelctee adalah orang yang memilih tetapi tak dipilih (Gambar 9)

NEGLECTEE

(48)

28 (e) Penjaga pintu (Gate Keeper) adalah seseorang yang berada da lam suatu

struktur jaringan komunikasi yang memungkinkan dia me-ngontrol arus informasi (lihat Gambar 10).

GATE KEEPER

Gambar 10 Jaringan komunikasi konfigurasi Penjaga Pintu

Jaringan komunikasi berhubungan dengan kecepatan tersebarnya sua tu informasi dan kecepatan untuk mendapatkan kesamaan penger-tian. Kedua hal tersebut dapat diperoleh pada komunikasi yang konvergen, yaitu komunikasi yang dapat mengakomodasikan kepentingan berbagai pihak. Lebih jauh menurut De Vito (1997), dari berbagai bentuk jaringan komuniksi kelompok (lihat Gambar 11) ternyata jaringan jenis roda, rantai, Y, lingkaran atau bintang sangat menentukan dalam efektifitas komunikasinya.

Lingkaran Roda Y Semua Saluran

Rantai Gambar 11 Bentuk-bentuk jaringan komunikasi

(49)

29 Yang paling ideal adalah jaringan komunikasi dengan tipe tersebar atau komunikasi terbuka dengan semua saluran seperti yang dikemukakan oleh Rogers (1995) bahwa jaringan komunikasi dengan tipe roda adalah sangat penting dalam penyebarserapan inovasi karena memilki jangkauan hubungan yang jauh di luar sistemnya. Anty (2002) mengemukakan bahwa struktur jaringan komunikasi bentuk roda semi tertutup adalah kurang baik di dalam difusi teknologi SUTPA, karena struktur ini menyebabkan semangat kerja rendah. Sementara itu Setyanto (1993) menyimpulkan bahwa semakin luas jaringan komunikasi petani semakin banyak pula petani mengadopsi paket teknologi Supra Insus. Demikian pula halnya dengan Yanti (2003) bahwa makin tinggi derajat keterhubungan atau jaringan komunikasi individunya dan kekompakannya makin tinggi pula adopsi inovasi Kredit Usaha Tani (KUT) mereka. Kemudian faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap jaringan komunikasi petani menurut Azis (2002) antara lain usia, kekosmopolitan, status sosial, dan sikap terhadap inovasi.

2.6.. Adopsi Inovasi 2.6.1. Pengertian Inovasi

Inovasi menurut Rogers (1995) adalah suatu idea, penerapan atau praktek, teknologi atau sesuatu hal yang dianggap baru oleh seseorang. Sebuah inovasi biasanya terdiri dari dua komponen, yaitu komponen ide dan komponen obyek yang berupa aspek material atau produk fisik dari ide tersebut). Inovasi menurut Harper (1989) ada tiga yaitu: 1) variasi yang merupakan modifikasi bentuk sesua -tu yang telah ada, 2) substi-tusi adalah di mana ide atau bahan baru digunakan untuk mengganti yang lama, dan 3) mutasi adalah kombinasi dan reorganisasi elemen-elemen yang telah ada atau lama dengan yang baru. Ukuran dari

(50)

30 kebaharuan suatu inovasi adalah bersifat subyektif menurut pandangan individu, sehingga diterima atau ditolaknya suatu inovasi merupakan suatu proses mental sejak ia mengetahui sampai dengan keputusan yang diambil untuk menolak atau menerima inovasi tadi. Inovasi menurut Rogers (1995) mempunyai lima karakteristik:

1) Keuntungan relatif (relative advantage), yaitu ketika suatu inovasi lebih menguntungkan dibandingkan dengan yang lama,

2) Kecocokan/Keserasian (compatibility), yaitu ketika suatu inovasi masih tetap konsisten dengan nilai-nilai budaya yang ada,

3) Kerumitan (complexity) , yaitu ketika suatu inovasi mempunyai sifat-sifat yang rumit sulit dipahami dan diikuti,

4) Keujicoba an (trialability) , yaitu ketika suatu inovasi dapat diuji coba dengan mudah sesuai situasi dan kondisi setempat,

5) Kekasatmataan (observability), yaitu ketika suatu inovasi segera dapat dilihat atau kasatmata dan dirasakan hasilnya.

2.6.2. Macam dan jenis saluran komunikasi inovasi

Penyebarserapan (difusi) inovasi merupakan bentuk khusus komunikasi yaitu berupa penyampaian pesan-pesan inovasi, di mana suatu inovasi dikomu-nikasikan melalui saluran tertentu dalam suatu jangka waktu di kalangan warga suatu sistem sosial. Komunikasi diartikan sebagai proses di mana partisipan men-ciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapau sutau pengertian bersama. Sedangkan saluran komunikasi adalah suatu alat di mana pesan atau informasi inovasi dapat sampai da ri seorang individu ke individu lainnya. Ada dua saluran komunikasi yang dikenal secara luas yaitu: saluran media massa, dan

(51)

31 saluran antarpribadi. Kedua saluran komunikasi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing di mana karakteristik keduanya lihat Tabel 4.

Tabel 4 Perbandingan Antara Saluran Media Massa Dengan Saluran Antar Pribadi

Karakteristik Saluran Antar pribadi Saluran Media Massa

1. Arus pesa Cenderung dua arah Cenderung satu arah 2. Konteks komunikasi Tatap muka Interposed 3. Jumlah feedback yang siap sedia Tinggi Rendah 4. Kemampuan mengatasi proses

selektif

Tinggi Rendah

5. Kecepatan menjangkau massa Relatif lambat Relatif cepat 6. Efek yang mungkin terjadi Pembentukan dan

perubahan sikap

Perubahan pengetahuan

2.6.3. Waktu, keinovasian dan kategori adopter

Waktu merupakan elemen penting dalam proses difusi inovasi, karena dimensi waktu terkait dalam:

1) proses keputusan inovasi di mana seorang individu sejak pertama kali menge-tahui sebuah ionovasi kemudian menerima atau menolaknya.

2) keinovatifan seorang individu atau unit adopsi, yaitu dalam hal kecepatan atau kelambatan relatif dalam mengadopsi dibandingkan dengan anggota lain dari suatu sistem.

3) tingkat adopsi suatu inovasi di lingkungan sustu sistem, yang diukur melalui jumlah anggota sistem yang mengadopsi dalam jangka waktu tertentu.

Ada lima kategori adopter keinovatifan yaitu innovator, early adopters, early majority, late majority, laggards. Lima kategori adopter tersebut secara grafis (lihat Gambar 12. Keinovasian adalah tingkat di mana seseorang individu atau unit adopsi lain lebih awal dalam mengadopsi inovasi dibanding dengan anggota lain suatu sistem sosial. Penyebutan dengan istilah-istilah yang khusus misalnya innovator, late majority membantu memperjelas pengertian, karena

Gambar

Gambar 2 Jaringan komunikasi personal yang interlocking
Gambar 5 Kedominanan Klik
Gambar 6 Jaringan  komunikasi  konfigurasi Bintang
Gambar 7 Jaringan  komunikasi  konfigurasi Penghubung
+7

Referensi

Dokumen terkait

5 Saya merasa, hubungan antara bawahan dengan atasan dapat meningkatkan lingkungan kerja yang lebih baik. 6 Saya dapat berhubungan baik dengan sesama rekan kerja saya

Memperoleh kebebasan (mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana,

Hal ini dikarenakan aroma kopi yang mengundang selera membuat konsumen menginginkannya lagi, walaupun pada awalnya tidak berniat melakukan pembelian ulang, namun dengan

Proses pencocokkan dilakukan setelah data-data citra wajah yakin telah di-training dan telah tersimpan dalam basis data, sehingga data-data tersebut dapat digunakan

Jadi li’an ialah suatu pernyataan. Bahwa bersedia dilaknat Allah setelah mengucapkan persaksian empat kali oleh diri sendiri dan dikuatkan dengan sumpah yang dilakukan oleh

Untuk mengetahui sistem penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat yang meliputi pengaturan tata ruang, cara penyimpanan obat,

Dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan apapun, selain pengembangan beragam kemampuan matematik yang telah diuraikan di atas, terdapat satu kemampuan

Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua berupa data dari BMG Negara, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jembrana, Bappeda Kabupaten Jembrana, PPI