• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Uji Penetrasi dengan Alat Sondir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Uji Penetrasi dengan Alat Sondir"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar isi ……… i

2.3 kekuatan geser tanah ... 1

2.4 konus ... 1

2.5 penetrometer konus ganda ... 1

2.6 penetrometer konus tunggal ... 1

2.7 penyondiran ... 1

2.8 perlawanan geser (fs) ... 2

2.9 perlawanan konus atau perlawanan daya dukung (qc) ……… 2

2.10 selimut (bidang) geser ... 2

2.11 tegangan geser tanah ... 2

3 Ketentuan dan persyaratan ... 2

3.1 Peralatan penetrometer konus ... 2

3.1.1 Konus ……… 2

3.1.2 Selimut bidang geser ……… 2

3.1.3 Bahan baja ……… 3

3.1.4 Pipa dorong ……… 3

3.1.5 Batang dalam ……… 3

3.1.6 Mesin pembeban hidraulik ……… 3

3.2 Pengujian ... 5

3.2.1 Batasan peralatan dan pengujian... 5

3.2.2 Kalibrasi ……... 5

3.2.3 Petugas ... 5

(2)

4.2.2 Pembacaan hasil pengujian ……… 6

4.2.3 Pengulangan langkah-langkah pengujian ……… 7

4.2.4 Penyelesaian pengujian ……… 7

5 Perhitungan ……… 7

5.1 Rumus-rumus perhitungan……… 7

5.1.1 Perlawanan konus (qc) ……… 7

5.1.2 Perlawanan geser (fs) ……… 8

5.1.3 Angka banding geser (Rf)……….. 8

5.1.4 Geseran total (Tf) ………. 10

5.2 Prosedur perhitungan ………. 10

5.2.1 Cara perhitungan ……….. 10

5.2.2 Cara penggambaran hasil uji penetrasi konus ………. 10

6 Laporan uji ………... 10

Lampiran A Bagan alir cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir (normatif) …………. 11

Lampiran B Contoh formulir uji penetrasi konus statik (sondir) (informatif) ... 12

Lampiran C Tabel daftar deviasi teknis dan penjelasannya (informatif) ... 16

(3)

Prakata

Standar berjudul Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir merupakan revisi dari SNI 03-2827-1992, Metode Pengujian Lapangan dengan alat sondir, dengan perubahan pada judul, penambahan Istilah dan definisi, penambahan dan revisi beberapa materi mengenai Persyaratan dan Ketentuan serta cara pengujian, penjelasan rumus, pembuatan bagan alir, perbaikan gambar dan pembuatan contoh formulir.

Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Sub Panitia Teknik Bidang Sumber Daya Air.

(4)

Pendahuluan

Dalam desain struktur tanah fondasi sering dilakukan analisis stabilitas dan perhitungan desain fondasi suatu bangunan dengan menggunakan parameter tanah baik tegangan total maupun tegangan efektif. Parameter perlawanan penetrasi dapat diperoleh dengan berbagai cara. Dalam melakukan uji penetrasi lapangan ini digunakan metode pengujian lapangan dengan alat sondir (SNI 03-2827-1992) yang berlaku baik untuk alat penetrasi konus tunggal maupun ganda yang ditekan secara mekanik (hidraulik). Peralatan uji penetrasi ini antara lain terdiri atas peralatan penetrasi konus, bidang geser, bahan baja, pipa dorong, batang dalam, mesin pembeban hidraulik, dan perlengkapan lainnya. Mengingat diperlukannya parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan untuk keperluan interpretasi perlapisan tanah dan bagian dari desain fondasi suatu bangunan, perlu disusun revisi standar berjudul “Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir”.

Cara uji ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan dalam uji laboratorium geser dengan cara uji langsung terkonsolidasi dengan drainase pada benda uji tanah. Tujuannya adalah untuk memperoleh parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan, dengan alat sondir (penetrasi quasi statik). Parameter tersebut berupa perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs), angka banding geser (Rf), dan geseran total tanah (Tf ), yang dapat dipergunakan untuk interpretasi perlapisan tanah dan bagian dari desain fondasi.

Standar ini diharapkan bermanfaat bagi para laboran atau tenaga teknisi yang berhubungan dengan penyelidikan geoteknik, para pendesain bangunan dan pihak-pihak terkait lainnya.

(5)

BAB I

Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir

1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir, untuk memperoleh parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan, dengan alat sondir (penetrasi quasi statik). Parameter tersebut berupa perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs), angka banding geser (Rf), dan geseran total tanah (Tf), yang dapat digunakan untuk interpretasi perlapisan tanah yang merupakan bagian dari desain fondasi.

Standar ini menguraikan tentang prinsip-prinsip cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir meliputi: sistem peralatan uji penetrasi di lapangan dan perlengkapan lainnya; persyaratan peralatan dan pengujian; cara uji; perhitungan parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah; laporan uji; dan contoh uji. Cara uji ini berlaku baik untuk alat penetrasi konus tunggal maupun ganda yang ditekan secara mekanik (hidraulik).

2 Istilah dan definisi

Istilah dan definisi yang berkaitan dengan standar ini adalah sebagai berikut. 2.1 Angka banding geser (Rf)

perbandingan antara perlawanan geser dan perlawanan konus (fs/qc), dinyatakan dalam persen.

2.2 Gigi dorong

gigi yang mendorong penekan hidraulik melalui suatu roda gigi yang merupakan bagian dari alat ukur penetrasi.

2.3 Kekuatan geser tanah

(6)

ujung alat penetrasi yang berbentuk kerucut untuk menahan perlawanan tanah.

2.5 Penetrometer konus ganda

alat penetrasi konus dengan sondir untuk mengukur komponen perlawanan ujung dan perlawanan geser lokal terhadap gerakan penetrasi.

2.6 Penetrometer konus tunggal

alat penetrasi konus dengan sondir untuk mengukur komponen perlawanan ujung terhadap gerakan penetrasi.

2.7 Penyondiran

serangkaian pengujian penetrasi yang dilakukan di suatu lokasi dengan menggunakan alat penetrasi konus.

2.8 Perlawanan geser (fs)

nilai perlawanan terhadap gerakan penetrasi akibat geseran yang besarnya sama dengan gaya vertikal, yang bekerja pada bidang geser dibagi dengan luas permukaan selimut geser; perlawanan ini terdiri atas jumlah geseran dan gaya adhesi.

2.9 Perlawanan konus atau perlawanan daya dukung (qc)

nilai perlawanan terhadap gerakan penetrasi konus yang besarnya sama dengan gaya vertikal yang bekerja pada konus dibagi dengan luas ujung konus.

2.10 Selimut (bidang) geser

bagian ujung alat ukur penetrasi ganda, tempat terjadinya perlawanan geser lokal.

2.11 Tegangan geser tanah

(7)

3 Ketentuan dan persyaratan

3.1 Peralatan penetrometer konus 3.1.1 Konus

Konus yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (lihat Gambar 1):

a) keadaan tertekan b) keadaan terbentang

Gambar 1 Rincian konus ganda

1) Ujung konus bersusut 600 ± 50 ;

2) Ukuran diameter konus adalah 35,7 mm ± 0,4 mm atau luas proyeksi konus = 10 cm2;

3) Bagian runcing ujung konus berjari-jari kurang dari 3 mm. Konus ganda harus terbuat dari baja dengan tipe dan kekerasan yang cocok untuk menahan abrasi dari tanah;

3.1.2 Selimut (bidang) geser

(8)

b) Proyeksi ujung alat ukur penetrasi tidak boleh melebihi diameter selimut geser;

c) Luas permukaan selimut geser adalah 150 cm2 ± 3 cm2;

d) Sambungan-sambungan harus didesain aman terhadap masuknya tanah. e) Selimut geser pipa harus mempunyai kekasaran sebesar 0,5 μ m AA ± 50

%.

3.1.3 Pipa dorong

Batang-batang yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Pipa terbuat dari bahan baja dengan panjang 1,00 m;

b) Pipa harus menerus sampai konus ganda agar penampang pipa tidak tertekuk jika disondir/didorong;

c) Ukuran diameter luar pipa tidak boleh lebih besar daripada diameter dasar konus ganda untuk jarak minimum 0,3 m di atas puncak selimut geser; d) Setiap pipa sondir harus mempunyai diameter dalam yang tetap;

e) Pipa-pipa tersambung satu dengan yang lainnya dengan penyekrupan, sehingga terbentuk rangkaian pipa kaku yang lurus;

f) Pipa bagian dalam harus dilumasi untuk mencegah korosi.

3.1.4 Batang dalam

Batang-batang dalam yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Batang dalam terbuat dari bahan baja dan terletak di dalam pipa dorong; b) Batang-batang dalam harus mempunyai diameter luar yang konstan;

c) Panjang batang-batang dalam sama dengan panjang pipa-pipa dorong dengan perbedaan kira-kira 0,1 mm;

d) Batang dalam mempunyai penampang melintang yang dapat menyalurkan perlawanan konus tanpa mengalami tekuk atau kerusakan lain;

e) Jarak ruangan antara batang dalam dan pipa dorong harus berkisar antara 0,5 mm dan

(9)

f) Pipa dorong dan batang dalam harus dilumasi dengan minyak pelumas untuk mencegah korosi;

g) Pipa dorong dan batang dalam harus bersih dari butiran-butiran untuk mencegah gesekan antara batang dalam dan pipa dorong.

3.1.5 Mesin pembeban hidraulik

Mesin pembeban yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (lihat Gambar 2 dan Gambar 3):

a) Rangka mesin pembeban harus dijepit oleh 2 buah batang penjepit yang diletakkan pada masing-masing jangkar helikoidal agar tidak bergerak pada waktu pengujian;

b) Rangka mesin pembeban berfungsi sebagai dudukan sistem penekan hidraulik yang dapat digerakkan naik/turun;

c) Sistem penekan hidraulik terdiri atas engkol pemutar, rantai, roda gigi, gerigi dorong dan penekan hidraulik yang berfungsi untuk mendorong/menarik batang dalam dan pipa dorong;

(10)

Gambar 2 Rangkaian alat penetrasi konus (sondir Belanda) 3.2 Pengujian

3.2.1 Batasan peralatan dan perlengkapan

Persyaratan yang diperlukan adalah sebaga berikut: a) Ketelitian peralatan ukur dengan koreksi sekitar 5 %; b) Deviasi standar pada alat penetrasi secara mekanik:

1) untuk perlawanan konus (qc) adalah 10 %; 2) untuk perlawanan geser (fs ) adalah 20 %;

(11)

Gambar 3 Rincian penekan hidraulik

d) Alat perlengkapan mesin pembeban harus mempunyai kekakuan yang memadai, dan diletakkan di atas dudukan yang kokoh serta tidak berubah arah pada waktu pengujian;

e) Pada alat sondir ringan (< 200 kg) biasanya tidak dapat tembus untuk 2 m s.d 3 m sehingga datanya tidak bermanfaat;

f) Pada alat sondir berat (> 200 kg) digunakan sistem angker; namun di daerah tanah lunak tidak dapat digunakan kecuali dengan pemberian beban menggunakan karungkarung pasir.

3.2.2 Kalibrasi

(12)

3.2.3 Petugas

Petugas pengujian ini adalah laboran atau teknisi yang memenuhi persyaratan kompetensi yang berlaku dalam pengujian penetrasi lapangan dengan alat sondir, dan diawasi oleh ahli geoteknik.

4 Cara pengujian

4.1 Persiapan pengujian

Lakukan persiapan pengujian sondir di lapangan dengan tahapan sebagai berikut: a) Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali dengan

linggis sedalam sekitar 5 cm;

b) Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai dengan letak rangka pembeban;

c) Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal;

d) Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa untuk penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan manometer 0

MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;

e) Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan kunci piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung udara dalam sistem;

f) Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di atasnya;

g) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat kuat pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian, tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit;

(13)

4.2 Prosedur pengujian

4.2.1 Pengujian penetrasi konus

Lakukan pengujian penetrasi konus ganda dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada kedudukan yang tepat;

b) Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;

c) Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20 cm sesuai interval pengujian;

d) Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang dalam saja (kedudukan 1, lihat Gambar 5);

e) Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5. Selama penekanan batang pipa dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan data. 4.2.2 Pembacaan hasil pengujian

Lakukan pembacaan hasil pengujian penetrasi konus sebagai berikut: 1) Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam

kira-kira 4 cm pertama (kedudukan 2, lihat Gambar 4) dan catat pada formulir (Lampiran C) pada kolom Cw ;

(14)

Gambar 4. Kedudukan pergerakan konus pada waktu pengujian sondir 4.2.3 Pengulangan langkah-langkah pengujian

Ulangi langkah-langkah pengujian tersebut di atas hingga nilai perlawanan konus mencapai batas maksimumnya (sesuai kapasitas alat) atau hingga kedalaman maksimum 20 m s.d 40 m tercapai atau sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berlaku baik untuk sondir ringan ataupun sondir berat.

4.2.4 Penyelesaian pengujian

a) Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan mendorong/ menarik kunci pengatur pada posisi cabut dan putar engkol berlawanan arah jarum jam.

(15)

5 Perhitungan

5.1 Rumus-rumus perhitungan

Prinsip dasar dari uji penetrasi statik di lapangan adalah dengan anggapan berlaku hukum Aksi Reaksi (persamaan 10), seperti yang digunakan untuk perhitungan nilai perlawanan konus dan nilai perlawanan geser di bawah ini.

5.1.1 Perlawanan konus (qc)

Nilai perlawanan konus (qc) dengan ujung konus saja yang terdorong, dihitung dengan menggunakan persamaan : terdorong bersamaan, dan dihitung dengan menggunakan persamaan :

(16)

5.1.3 Angka banding geser (Rf)

Angka banding geser diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan geser lokal (fs) dengan perlawanan konus (qs), dan dihitung dengan menggunakan persamaan:

Rf = (fs / qs ) x 100 ... (9)

5.1.4 Geseran total (Tf)

Nilai geseran total (Tf) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan geser lokal (fs) yang dikalikan dengan interval pembacaan, dan dihitung dengan menggunakan persamaan :

Tf = (fs x interval pembacaan) ... (10)

dengan :

Cw : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (kPa);

Tw : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser (kPa); Kw : selisih dengan (kPa);

Pkonus : gaya pada ujung konus (kN); Ppiston : gaya pada piston (kN); qc : perlawanan konus (kPa); fs : perlawanan geser lokal (kPa); Rf : angka banding geser (%);

(17)

Gambar 5 Sistem gaya waktu pengujian sondir

5.2 Prosedur perhitungan

Lakukan perhitungan perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs), angka banding geser (Rf), dan geseran total (Tf) tanah dan penggambaran hasil pengujian dengan tahapan berikut.

5.2.1 Cara perhitungan

a) Hitung perlawanan konus (qc) bila ujung konus saja yang terdorong dengan menggunakan persamaan (1) s.d (4).

(18)

5.2.2 Cara penggambaran hasil uji penetrasi konus

a) Gambarkan grafik hubungan antara variasi perlawanan konus (qc) dengan kedalaman (meter).

b) Untuk uji sondir dengan konus ganda gambarkan hubungan antara perlawanan geser (fs) dengan kedalaman dan geseran total (Tf) dengan kedalaman.

c) Apabila diperlukan rincian tanah yang diperkirakan dari data perlawanan konus dan perlawanan geser, gambarkan grafik hubungan antara angka banding geser dengan . kedalaman.

d) Tempatkan grafik-grafik dari sub butir a), b) dan c) di atas pada satu lembar gambar dengan skala kedalaman yang sama.

6 Laporan uji

Hasil uji sondir dilaporkan dalam bentuk formulir seperti diperlihatkan dalam Lampiran C, yang memuat hal-hal sebagai berikut:

a) Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian;

b) Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab hasil uji dengan disertai tanda tangan (paraf) yang jelas;

c) Jumlah pengujian, koordinat lokasi atau sketsa situasi letak, elevasi tanah dan muka air tanah (bila memungkinkan);

d) Tipe ujung alat penetrasi yang digunakan, tipe mesin bercabang, informasi kalibrasi ujung alat dan cabang atau kedua-duanya;

(19)
(20)

7,00 90 13

Cara Pengisian Data dan Perhitungan pada Tabel 1.7 : a. Kolom (2) : Diperoleh dari pembacaan alat sondir b. Kolom (3) : Diperoleh dari pembacaan alat sondir c. Kolom (4) : [Kolom (3) - kolom (2)] x luas plunyer

Luas material bikonus d. Kolom (5) : [Kolom (3) – Kolom (2)] x 20/10 e. Kolom (6) : Jumlah kumulatif dari kolom (5) f. Kolom (7) : Kolom (4) / Kolom (2) x 100

Penjelasan Perhitungan:

Menentukan Tekanan Hambatan Lekatan (Fs) → kolom (4)

(21)
(22)

Kedalaman 5.40 m = (95−65)x10

Menentukan Hambatan Lekatan (HP) → Kolom (5) Hp = [Jumlah Perlawanan – Perlawanan Konus] x 20/10

(23)

 Kedalaman 2.40 = (8 – 5) x 2 = 6

Jumlah Hambatan Lekatan JHP → (kolom 6) JHP =Jumlah kumulatif dari HP

 Kedalaman 0.20 = 8 + 0 = 8

(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)

Cn = 75 Fs = 3,5 ( dari hasil perhitungan ) Fr = (3,5 : 75) x 100%

= 4,67%

Pada kedalaman 6.80

Cn = 70 Fs = 3 ( dari hasil perhitungan ) Fr = (3 : 70) x 100%

= 4,29 %

Pada kedalaman 7.00

Cn = 90 Fs = 4 ( dari hasil perhitungan ) Fr = (4 : 90) x 100%

= 4,44 %

Pada kedalaman 7.20

Cn = 120 Fs = 3 ( dari hasil perhitungan ) Fr = (3 : 120) x 100%

= 2,50 %

Pada kedalaman 7.40

Cn = 150 Fs = 3 ( dari hasil perhitungan ) Fr = (3 : 150) x 100%

(30)
(31)

KESIMPULAN

 Berdasarkan grafik Perlawanan Conus, nilai conus terbesar pada kedalaman 7 meter. Hal ini disebabkan adanya batuan yang keras sehingga nilai conus menjadi naik, maka kondisi tanah tersebut memiliki daya dukung tanah yang tidak baik terhadap beban yang diberikan dan tidak cocok untuk pondasi dalam. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaaan tanah atau 2 – 3 meter dibawah permukaaan tanah. Dalam hal ini pondasinya adalah pondasi telapak (spread foundation)

 Berdasarkan perhitungan perlawanan JHP diketahui nilai JHP naik secara konstan mulai kedalaman 0.20 m – 7.40 m.

 Berdasarkan perhitungan Tekanan Hambatan Lekatan (Fs) nilai Fs terbesar adalah 4 yaitu pada kedalaman 7 m.

(32)

BAB II

BORING

2.1. DASAR TEORI

Merupakan metode penyelidikan lapangan untuk mengetahui jenis lapisan tanah serta kedalaman muka air tanah.

Metode eksplorasi tanah dengan menggunakan metode boring dilakukan untuk mengambil sampel jenis tanah pada kedalaman tertentu dan pula digunakan untuk mengetahui kedalaman muka air tanah serta sifat fisik dan profil tanah di lapangan. Dalam metode pengeboran yang merupakan prosedur yang paling murah dan paling baik dalam pemboran adalah wash boring, rotary drilling dan auger drilling.

Pengertian

(33)

pada tanah terganggu (disturbe sample) dan tanah tidak terganggu (undisturbed sample). Tanah yang diambil untuk sample pengujian merupakan tanah asli, yaitu bebas dari akar-akar tumbuhan.

Kualitas contoh dan praktek teknik

Disturbed sample didapatkan apabila ingin mengetahui sifat fisis dan indeks konsistensi tanah dimana keadaan struktur tanah di lapangan yang sebenarnya, tidak diperlukan. Pengambilan sampel tanah terganggu terlebih dahulu dilakukan pembersihan terhadap permukaan tanah yang akan digali dengan kedalaman kira-kira 10 - 30 cm. Hal ini bertujuan untuk menghindari lapisan tanah humus dan akar rerumputan yang tidak diinginkan pada tanah tersebut. Sampel yang diambil kira-kira 5 kg. Tanah dibersihkan dari sampah-sampah dan kotoran lainnya. Tanah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk mengurangi penguapan air dan diikat rapi.

 Undisturbed sample yang berkualitas baik dibutuhkan untuk penentuan sifat-sifat teknis tanah kohesif untuk analisis kekuatan dan stabilitas serta studi aliran air, ingin mengurangi peruntuhan-peruntuhan dalam struktur tanah.

3. Alat pengambil, contoh dari kertas logam.

Metode Pengeboran: 1. Wash Boring

(34)

terkandung dalam tanah sehingga dengan mengamati perubahan warna air maka akan dapat ditentukan jenis tanah tersebut secara kasar.

2. Rotary Drilling

Dalam rotary drilling sejenis dengan pengeboran air.Perbedaannya hanya pada mata bor diputar secara mekanik dan mata bor memiliki wadah air tempat keluarnya air dari mata bor masuk kedalam ruang di luar mata bor. Dalam rotary drilling sirkulasi fluida seringkali bukan oleh air tetapi olehlumpur pemboran (drilling mud) yang biasanya merupakan suspense bertonik dengan konsistensi berwarna krem dan berat spesifik antara 1,09 – 1,15. Metode ini bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan penentuan tinggi piezometric yang barkaitan dengan berbagai lapisan yang sebelumnya dilewati oleh lubang tersebut.

3. Auger Drilling

Pengeboran yang dangkal biasanya dikerjakan dengan menggunakan auger boring yang mata bornya direndamkan tidak terlalu dalam ke tanah dan biasanya ditarik beserta tanah yang melekat padanya.Tanah tersebut diambil untuk diteliti. Sehingga tanah kohesif yang terangkat ke permukaan tanah oleh auger mengandung semua unsur-unsur padat pembentuknya, tetapi struktur tanah tersebut sudah rusak sama sekali dan kadar airnya cenderung lebih besar daripada kadar air semula. Dengan demikian penggunaan auger sebagai alat pembor bertujuan untuk mendapatkan contoh tanah dengan split-spoon apabila lubang bor mencapai lapisan tanah baru.Contoh tanah tersebut mewakili karakter tanah tak terganggu.Namun jika tanah tersebut relatih kokoh misalnya tanah kerikil berada di atas tanah yang lunak makaauger tidakdapat menembusnya dan menangkap posisi sebenarnya dari batas antara kedua lapisan tanah tersebut.

Selain itu, daya dukung, koefisien, jenis tanah serta berat volume kering sangat berpengaruh padatanah tempat perletakan dasar pondasi.Dibawah ini sebagian contoh klasifikasi tanah tempat perletakkan dasar pondasi.

Jenis tanah yang baik untuk pondasi karena mempunyai daya dukung yang baik antara lain :

(35)

dengan koefisien > 10-2 dan berat volume kering 2,00 - 2,16 (mewakili contoh tanah tempat perletakkan dasar pondasi dari tanah kerikil yang berasal dari pecahan kerikil).

 Pasir yang mempunyai pembagian ukuran butir yang baik, atau pasir dari pecahan kerikil, sedikit atau tanpa butiran halus, sangat stabil digunakan untuk bagian yang tidak kedap air, tetapi perlu untuk pelindung lereng dengan koefisien >10-3 dan mempunyai berta volume kering 1,70 - 2,08 (mewakili contoh jenis tanah tempat perletakan dasar pondasi pasir dan tanah berpasir).

Sedangkan menurut penelitian Ir. Suyono jenis tanah lanau dan lempung dengan LL<50 dan LL>50 mempunyai daya dukung yang buruk namun ada pula yang mempunyai daya dukung yang tidak stabil sehingga pada jenis tanah seperti iilah tidak baik dipakai sebagai tanah tempat perletakkan dasar pondasi.

Cara – cara mengambil contoh tanah (sample) : a. Undisturbed

Percobaan ini dilaksanakan untuk pengamnbilan sample undisturbed (asli) dan dikerjakan setelah terlebih dahulu diambil sample disturbed (tidak asli) setiap kedalaman 50 cm.

Tabung untuk mengambil sample undisturbed diambungkan pada batang pipa sesuai dengan kedalaman yag dikehendaki.

Kemudian tabung ini dimasukkan ke dalam bekas pengambilam sampel disturbed, kemudian pada ujung pipa bagian tas diberi landasan unutk pemukulan, setelah dipukul tabung masuk kedalam tanah kira-kira 2-40 cm. Selanjutnya seluruh alat bor diputar 360º kekanan, maksudnya supaya contoh

tanah bagian bawah tabung terpotong, kemudian tabung sample diangkat keluar dengan menggunakan kunci.

b. Disturbed

o Pengambilan contoh tanah tidak asli (disturbed) ini dilakukan sebelum pengambilan sample undisturbed.

(36)

o Untuk setiap kedalaman 50 cm bor diangkat dan tanah yang diangkut, diamati jenis dan warna tanahnya.

o Kemudian sebagian dari contoh tanah diambil dan dimasukkan kedalam kantong plastik supaya terlindungi dan setiap contoh dalam plastic diberi tanda supaya tidak terjadi kekliruan susunan tanah antara bagian atas dan bawah.

2.2. MAKSUD dan TUJUAN

Pengujian ini digunakan untuk mendapatkan keterangan mengenai tanah, jenisnya, kedalaman muka air tanah serta sifat-sifat fisis dan keadaan tanah dari contoh tanah asli (Undisturbed samples) dan contoh tanah tidak asli (Disturbed samples).

2.3. PELAKSANAAN 2.3.1 Peralatan

Dalam pengujian ini digunakan beberapa peralatan antara lain : 1. Bor jenis Iwan;

2. Satu set stang bor dan pemutar stang bor;

3. Tabung contoh;

4. Kunci pipa dan obeng;

5. Kop tabung;

6. Satu set pipa pelindung (casing) dengan sepatu dan dongkrak pencabut pipa;

7. Pita ukur; lilin atau paravin;

8. Hammer/pemukul; pisau pemotong contoh; kantong plastik;

KETERANGAN:

- Kunci Pipa dua buah digunakan untuk menyambung pipa dan untuk mengambil keluar daei dari samoling.

(37)

Gambar 2.3.a Bor Spiral Gambar 2.3.b Bor Puls

Gambar 2.3.c Bor Iwan Auger Gambar 2.3.d Bor “Pipa”

- Namun, yang dipakai dalam praktikum ini adalah mata boor Iwan Auger yang kecil. Kami hanya melakukan penilitian sampai ada kedalaman 3 m, dan hanya meneliti tanah disturbed saja.

Prosedur Pelaksanaan

Sebelum Melakukan pengujian perlu diketahui beberapa hal antara lain :

1. Menentukan letak titik atau tempat yang akan diselidiki deskripsi tanahnya;

(38)

selanjutnya dicatat jenis tanah beserta warnanya. Setelah melakukan pencatatan, mata bornya dibersihkan.

4. Percobaan no.3 diulang terus menerus sampai tercapai kedalaman yang diinginkan (biasanya sampai kedalaman 1,00 meter);

5. Apabila sudah mencapai kedalaman yang diinginkan maka mengganti mata bornya dengan kop bor yang selanjutnya dipasang dengan tabung contoh;

6. Setelah tabung contoh sudah terpasang, maka tabung contoh tersebut dimasukkan pada lubang bor yang telah dibuat pada no.3 untuk mengambil contoh tanah asli. Caranya, stang bor bagian atas diganti dengan alas penumbuk kemudian dipukul sehingga tabung contoh masuk kedalam tanah. Perlu diperhatikan pada waktu memukul, kedalaman pipa yang masuk harus dijaga jangan sampai melebihi panjang tabung contoh dan diperkirakan tabung sudah isi minimum 80% dari panjang tabung;

7. Apabila diperkirakan tabung contoh sudah berisi 80% - 95%, maka pemukulan dihentikan selanjutnya putar 2 (dua) kali kearah kanan untuk memotong antara tanah dasar dengan tanah di dalam tabung. Setelah putus, bor supaya diangkat dan kemudian melepas tabung yang berisi contoh tanah tersebut.

8. Selanjutnya tanah yang menempel diluar dinding tabung dibersihkan, kemudian memasang lakban pada ujung-ujung dari tabung atau di cor dengan paravin atau lilin (sebagai isolator) untuk menghindari penguapan air dari contoh tanah tersebut;

9. Setelah tabung yang berisi contoh tanah tersebut di beri isolator maka tempatkan pada tempat yang terlindung.

(39)

Kedalaman

(m) Profil Booring MAT Diskripsi Tanah

0 - 0.5 lempung berlanau

(abu-abu)

0.5 – 1 lempung berlanau

(abu-abu)

1 - 1.5 lempung (cokelat)

1.5 – 2 lempung (cokelat)

2 - 2.5 lempung berlanau berpasir

halus (cokelat)

2.5 – 3 lempung berlanau berpasir

halus (cokelat)

Keterangan : :Lempung

:Lanau

:Pasir

(40)

Gambar

Gambar 1    Rincian konus ganda
Gambar 2    Rangkaian alat penetrasi konus (sondir Belanda)
Gambar 3 Rincian penekan hidraulik
Gambar 4. Kedudukan pergerakan konus pada waktu pengujian sondir
+5

Referensi

Dokumen terkait

Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang tersusun dari butiran batubara halus dengan sedikit bahan campuran seperti tanah liat dan

&amp;entuk butir ukuran kerakal atau ang lebih besar dipengaruhi oleh bentuk asalna dari batuan sumber, namun demikian butiran dengan ukuran ini akan lebih

L-8 Tipe 2 Pantai berpasir hitam, pasir, lepas, hitam ukuran butir halus-sedang, mineral hitam 75%, kuarsa 20%, pecahan cangkang moluska 5% morfologi pantai depan 5 o –10 o

Sedangkan garam pada awalnya dalam bentuk butir-butiran berwarna putih saat memanaska garam tidak terjadi perubahan baik berupa leburan atau arang, hal ini

Batupasir,  berwarna  putih  kecoklatan  atau  abu­abu  gelap,  ukuran  butir  pasir  sangat  halus  hingga  pasir  sedang,  semen  non­karbonatan  dan 

Berdasarkan hal tersebut, maka kandungan mineral kasiterit dengan kandungan yang tinggi terdapat pada sedimen dengan ukuran butir kerikil pasiran dan pasir kerikilan, serta

Berdasarkan hal tersebut, maka kandungan mineral kasiterit dengan kandungan yang tinggi terdapat pada sedimen dengan ukuran butir kerikil pasiran dan pasir kerikilan, serta

Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75