DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Maksud Penulisan ... 2
1.3 Sasaran dan Tujuan Penulisan... 2
1.4 Ruang Lingkup Studi ... 2
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 2
1.4.2 Ruang Lingkup Kegiatan ... 3
1.4.3 Ruang Lingkup Substansi ... 4
1.5 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN ... 6
2.1 Rencana tata ruang provinsi jawa timur tahun 2011-2031 ... 6
2. 1. 1 Rencana Struktur Ruang ... 6
2. 1. 2 Rencana Pola Ruang ... 8
2.2 Tinjauan Kebijakan Berdasarkan Rtrw Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011-2031... 14
2.2.1 Azas Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro ... 15
2.2.2 Visi, Misi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro ... 16
2.2.3 Isu-Isu Strategi Wilayah Kabupaten Bojonegoro ... 18
2.2.4 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro ... 19
2.2.5 Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro ... 19
2.2.6 Kecamatan Kapas Sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (Ppk) ... 21
2.3 Tinjauan Kebijakan Peraturan Minyak Dan Gas ... 21
2.3.1 Tinjauan Perda No.23 Tahun 2011 Kabupaten Bojonegoro ... 21
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 23
3. 1. 1 Wilayah Administratif ... 23
3. 1. 2 Topografi ... 25
3. 1. 3 Jenis Tanah ... 25
3. 1. 4 Hidrologi Dan Klimatologi ... 26
3. 1. 5 Penggunaan Lahan ... 26
3. 1. 6 Kependudukan ... 27
3. 1. 7 Fasilitas Pendidikan ... 28
3. 1. 8 Fasilitas Perdagangan Dan Jasa ... 28
3. 1. 9 Jaringan Listrik, Air Bersih Dan Telekomunikasi ... 28
3. 1. 10 Jaringan Transportasi ... 29
3. 1. 11 Perekonomian... 30
3. 2 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro ... 31
3.2.1 Wilayah Administratif... 31
3. 2. 2 Klimatologi ... 32
3. 2. 3 Kependudukan ... 32
3. 2. 3 Perekonomian ... 32
3. 2. 4 Infrastruktur ... 32
3. 2. 5 Transportasi ... 33
3.3 Potensi Dan Permasalahan ... 33
3.3.1 Potensi ... 33
3.3.2 permasalahan ... 34
3.4 Isu Strategis pengembangan agro dan migas di kecamatan kapas ... 35
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 36
4. 1 Metode Pendekatan Perencanaan ... 36
4. 2 Metode Pengumpulan Data ... 37
4. 2. 1 Identifikasi Kebijakan, Strategi, dan Rencana Pengembangan ... 37
4. 2. 2 dentifikasi Penggunaan Lahan ... 37
4. 2. 3 Identifikasi Fisik dan Lingkungan ... 38
4. 2. 5 Identifikasi Sarana dan Prasarana ... 40
4. 2. 6 Identifikasi Transportasi ... 41
4. 2. 7 Identifikasi Ekonomi ... 41
4. 3 Metode Analisis ... 43
4. 3. 1 Analisis Kebijakan dan Visi Pengembangan ... 44
4. 3. 2 Analisis Tata Guna Lahan dan Sumber Daya ... 44
4. 3. 3 Analisis Fisik Dasar dan Lingkungan ... 45
4. 3. 4 Analisis Sosial Demografi ... 47
4. 3. 5 Analisis Sarana dan Prasarana ... 47
4. 3. 6 Analisis Transporatasi ... 48
4. 3. 7 Analisis Ekonomi ... 49
BAB V TAHAPAN PERENCANAAN DAN RENCANA KERJA ... 51
5.1 Tahapan Perencanaan ... 51
5.1.1 Tahap Perencanaan dan Lingkup Kegiatan ... 51
5.1.2 Tahap Persiapan ... 51
5.2 Rencana Kerja ... 52
5.2.1 Tahap Survei dan Penelitian ... 52
5.2.2 Tahap Kompilasi Data ... 52
5.2.3 Tahap Pengolahan Data dan Analisis ... 53
5.2.4 Tahap Penyusunan Rencana ... 54
5.2.5 Tahap Penyusunan Kegiatan Rencana Akhir ... 54
5.2.6 Tahap Kegiatan Penyusunan Album Peta ... 55
5.3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ... 55
BAB VI STRUKTUR ORGANISASI ... 58
6.1 Kualifikasi Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan ... 58
6.2 Struktur Organisasi Pelaksana Kegiatan ... 58
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Kemiringan Tanah Kabupaten Bojonegoro ... 25
Tabel 2 Ketinggian Lahan Kabupaten Bojonegoro ... 25
Tabel 3 Tabel Jenis Tanah Kabupaten Bojonegoro ... 26
Tabel 4 Tabel Penggunaan Lahan Kabupaten Bojonegoro ... 26
Tabel 5 Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Bojonegoro ... 27
Tabel 6 Jumlah Sekolah, Kelas, Guru dan Murid Menurut Jenjang Pendidikan ... 28
Tabel 7 Tabel Kondisi Jalan Kabupaten Bojonegoro ... 29
Tabel 8 Jumlah Kendaraan yang ada di Kabupaten Bojonegoro ... 30
Tabel 9 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Kapas ... 32
Tabel 10 Jenis Data dan Perolehan Data Kebijakan, Strategi dan Rencana Pengembangan ... 37
Tabel 11 Jenis Data dan Perolehan Data Penggunaan Lahan ... 38
Tabel 12 Jenis Data dan Perolehan Data Fisik Dasar dan Lingkungan ... 38
Tabel 13 Jenis Data dan Perolehan Data Sosial Demografi ... 39
Tabel 14 Jenis Data dan Perolehan Data Sarana dan Prasarana ... 40
Tabel 15 Jenis Data dan Perolehan Data Transportasi ... 41
Tabel 16 Jenis Data dan Perolehan Data Ekonomi ... 42
Tabel 17. Komposisi tenaga ahli dalam penyusunan RTR Kecamatan Kapas ... 59
Tabel 18. Tabel pembagian tugas dan tanggung jawab tenaga ahli ... 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Batas Administrasi Kabupaten Bojonegoro ... 24Gambar 2 Peta Batas Administrasi Kawasan Perencanaan, Kecamatan Kapas ... 31
Gambar 3 Bagan Alur Analisis Kebijakan dan Visi Pengembangan ... 44
Gambar 4 Bagan Alur Analisis Penggunaan Lahan ... 45
Gambar 5 Bagan Alur Analisis Fisik Dasar dan Lingkungan ... 46
Gambar 6 Bagan Alur Analisis Sosial Demografi ... 47
Gambar 7 Bagan Alur Analisis Sarana dan Prasaraa ... 48
Gambar 8 Bagan Alur Analisis Transportasi ... 49
Gambar 9 Bagan Alur Analsisi Ekonomi ... 50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap wilayah mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisinya masing-masing. Perbedaan kondisi tersebut mengakibatkan ketidaksamaan kecepatan pengembangan dan pembangunan di masing-masing wilayah, kondisi tersebut dikenal dengan istilah disparitas/kesenjangan (perbedaan) wilayah (Dumairy,1996).
Dalam konteks pengembangan wilayah kesenjangan adalah suatu keadaan yang tidak seimbang atau terjadinya kesenjangan atau “gap” diantara bagian-bagian pada suatu wilayah (Tanjung Suharso dan Wara Indira Rukmi, 2003). Mengurangi kesenjangan wilayah adalah salah satu tema pokok dalam pembangunan wilayah (Firman,2000).
Perkembangan antar kabupaten di Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu pertimbangan dalam perencanaan pembangunan dimana isu kesenjangan perekonomian dan distribusi pendapatan antar daerah berkaitan dengan pengentasan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan harmonisasi spasial. Dengan tingkat pendapatan tertentu, kenaikan kesenjangan akan selalu berimplikasi pada kenaikan kemiskinan dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Dalam level provinsi, Tambunan (2001) dan Firman (1995) menjelaskan bahwa terdapat sejumlah faktor penyebab kesenjangan wilayah antara lain distribusi PDRB, konsumsi rumah tangga perkapita, kontribusi sektoral terhadap PDRB dan tingkat kemiskinan. Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa Timur dengan luas wilayahnya yang mencapai 30.706 hektar.
Sebagai salah satu kawasan berkembang di Jawa Timur, Kabupaten Bojonegoro memiliki sisi kesenjangan wilayah, dimana kesenjangan yang terjadi pada umumnya berasal dari kesenjangan finansial dan sosial. Hal ini dibuktikan dari masih banyaknya infrastruktur sosial seperti pelayanan pendidikan dan kesehatan yang masih kurang dalam hal pemerataan penyebaran dan kualitas pelayanan, serta masalah kemiskinan dimana masih rendahnya mutu kehidupan masyarakat dan penyebaran penduduk miskinnya yang masih mencapai angka 212,90 ribu jiwa (BPS, 2012). Selain itu, adanya isu permasalahan lingkungan juga makin memperparah keadaan wilayah, dimana masih banyaknya angka perusakan lingkungan yang belum disertai dengan penegakan hukum lingkungan secara tegas.
kesenjangan wilayah sekaligus sebagai instrumen pengendalian pembangunan di kawasan-kawasan lindung di wilayah perencanaan
1.2 Maksud Penulisan
Adapun maksud dari penyusunan Laporan Pendahuluan Perencanaan Pengembangan Wilayah Kecamatan Kapas di Kabupaten Bojonegoro adalah sebagai langkah awal penyusunan dokumen Rencana Pengembangan Wilayah Kecamatan Kapas untuk 20 tahun kedepan, dimana dokumen ini akan berfungsi sebagai pedoman bagi para pemangku kepentingan di wilayah tersebut sekaligus sebagai acuan dalam merumuskan penyusunan rencana rinci wilayah Kecamatan Kapas
1.3 Sasaran dan Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan dokumen Perencanaan Pengembangan Wilayah Kecamatan Kapas adalah sebagai acuan awal berbagai pihak dalam menentukan kegiatan pengembangan wilayah di Kecamatan Kapas sesuai dengan potensi yang terdapat di wilayah tersebut. Dengan tersusunnya dokumen ini diharapkan dapat tercipta sinkronisasi dan integrasi program-program pembangunan wilayah yang akan dikembangkan, dapat mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah serta sebagai instrument pengendalian pembangunan di kawasan lindung,
Adapun sasaran dalam kegiatan pengembangan wilayah Kabupaten Bojonegoro adalah sebagai berikut:
Mengidentifikasi gambaran umum Kecamatan Kapas di Kabupaten Bojonegoro secara rinci yang berfungsi sebagai basis data pengembangan wilayah
Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang ada di Kecamatan Kapas sesuai dengan rencana pengembangan wilayah di Kabupaten Bojonegoro
Merumuskan analisa dan konsep pengembangan wilayah yang sesuai dengan wilayah Kecamatan Kapas
Merumuskan tujuan, arahan kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kecamatan Kapas Menyusun rencana struktur ruang, rencana pola ruang, rencana kawasan strategis, dan rencana
pengembangan wilayah Kecamatan Kapas dalam mendorong pertumbuhan kawasan tersebut
1.4 Ruang Lingkup Studi
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Kecamatan Kapas merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bojonegoro yang terletak di jalur antara Bojonegoro-Surabaya. Kecamatan Kapas terletak antara 111o98’ dan 112o08’ Bujur Timur dan antara 7o25’ dan 7o35’ Lintang Selatan. Berikut merupakan batas-batas Kecamatan Kapas yaitu sebagai berikut.
Timur : Kecamatan Balen Barat : Kecamatan Bojonegoro Selatan : Kecamatan Dander
Kecamatan Kapas memiliki luas wilayah sebesar 46,38 km2 yang terbagi dalam 21 desa yaitu Desa Bakalan, Bangilan, Bendo, Bego, Kalianyar, Kapas, Kedaton, Klampok, Kumpurejo, Mojodeso, Ngampel, Padang Mentoyo, Plesungan, Sambiroto, Sembung, Semenpinggir, Sukowati, Tanjungharjo, Tapelan, Tikusan dan Wedi.
1.4.2 Ruang Lingkup Kegiatan
Adapun untuk ruang lingkup kegiatan dalam proses penyusunan rencana pengembangan wilayah Kecamatan Kapas terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
1. Kegiatan Penyusunan Laporan Pendahuluan
Kegiatan ini merupakan salah satu proses awal yang dilakukan sebagai persiapan sebelum melaksanakan kegiatan survei untuk mengumpulkan data. Dengan disusunnya laporan pendahuluan ini, diharapkan akan diketahui konsep dan kerangka dasar dari kegiatan penyusunan rencana pengembangan wilayah Kecamatan Kapas, yang dimulai dari tahap input, tahap analisa, hingga tahap output nantinya.
Pada dasarnya, substansi laporan pendahuluan terdiri atas: latar belakang, maksud, tujuan, dan ruang lingkup perencanaan; tinjauan kebijakan pembangunan dan pengembangan wilayah; gambaran umum karakteristik wilayah perencanaan, metodologi pendekatan perencanaan dan teknik analisa; jadwal pelaksanaan pekerjaan perencanaan; serta struktur organisasi pelaksana pekerjaan dan desain survei
2. Kegiatan Pelaksanaan Survei
Dalam hal ini, kegiatan survei dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
Survei instansional, merupakan survei dengan proses pengumpulan data secara sekunder ke instansi-instansi pemerintah terkait, baik yang berasal dari Kabupaten Bojonegoro maupun dari luar kabupaten tersebut. Selain itu, survei ini juga dilakukan dengan cara pengumpulan data dari dokumen-dokumen terkait perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kapas
Survei lapangan, merupakan survei dengan proses pengumpulan data secara primer, dimana kegiatannya dilakukan langsung pada lokasi perencanaan untuk mengidentifikasi karakteristik, potensi, dan permasalahan di wilayah perencanaan. Bentuk dari kegiatan ini dapat berupa observasi lapangan, wawancara dengan masyarakat, ataupun penyebaran formulir survei
Kegiatan ini dimulai dengan mengumpulkan dan mengevaluasi data-data yang sudah terkumpul pada kegiatan survei sebelumnya. Dalam hal ini, kegiatan pokok pada tahap pengolahan data dan analisa adalah mentabulasikan dan menyusun data berupa fakta dan informasi sesuai dengan aspek perencanaan, yang kemudian akan dinilai dengan berdasarkan prinsip-prinsip pendekatan dan metode teknik analisa perencanaan pengembangan wilayah. 4. Kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Wilayah
Kegiatan penyusunan rencana merupakan bagian akhir dari proses penyusunan rencana pengembangan wilayah Kecamatan Kapas ini, dimana pada tahap ini akan dikelurkan dokumen produk perencanaan (buku rencana) sebagai output utama dari proses perencananaan pengembangan wilayah.
Pada dasarnya substansi yang ada pada buku rencana terdiri atas: latar belakang, tujuan, metode pendekatan dan ruang lingkup perencanaan; tinjauan kebijakan pembangunan dan pengembangan wilayah; gambaran detail karakteristik wilayah perencanaan; kebijakan, konsep, dan strategi penataan ruang pada wilayah perencanaan; rencana tata ruang wilayah perencanaan; serta implementasi dari rencana tata ruang pada wilayah perencanaan
1.4.3 Ruang Lingkup Substansi
Adapun untuk ruang lingkup pembahasan dalam penyusunan laporan ini terdiri atas aspek-aspek yang terkait dan berpengaruh dalam penyusunan rencana pengembangan suatu wilayah, seperti aspek tata ruang, aspek biogeofisik dan lingkungan, aspek infrastruktur (transportasi, utilitas, fasilitas), aspek ekonomi dan kelembagaan, aspek demografi dan sosial budaya, serta aspek-aspek lainnya yang dianggap penting dalam proses pengembangan wilayah di Kecamatan Kapas. Untuk ruang lingkup dari penyusunan rencana pengembangan wilayah ini terdiri atas:
Tinjauan kebijakan penataan ruang pada produk perencanaan yang terkait dengan wilayah proyek
Gambaran detail wilayah proyek dari tiap aspek perencanaan Potensi dan permasalahan yang terdapat pada wilayah perencanaan Konsep, kebijakan, dan strategi penataan ruang pada wilayah perencanaan Rencana tata ruang wilayah perencanaan
Implementasi dalam rencana tata ruang wilayah perencanaan (indikasi program, kelembagaan penataan ruang, pembiayaan pembangunan, dan pengendalian pemanfaatan ruang)
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang, maksud penulisan, tujuan dan sasaran penulisan, ruang lingkup perencanaan serta sistematika penulisan dalam dokumen laporan pendahuluan ini
BAB II TINJAUAN PUSAKA
Bab ini berisikan mengenai review kebijakan yang terkait dengan wilayah perencanaan, yaitu Kecamatan Kapas di Kabupaten Bojonegoro beserta review literatur terkait teori-teori pengembangan wilayah yang berpotensi dapat diterapkan pada wilayah perencanaan
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini berisikan mengenai gambaran umum di wilayah perencanaan, yaitu Kecamatan Kapas di Kabupaten Bojonegoro
BAB IV METODOLOGI DAN TEKNIK ANALISIS PERENCANAAN
Bab ini berisikan mengenai metode-metode serta teknik-teknik analisis yang akan digunakan dalam penyusunan dokumen perencanaan pengembangan wilayah di Kecamatan Kapas
BAB V JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bab ini berisikan mengenai jadwal pelaksanaan penyusunan dokumen perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kapas
BAB VI STRUKTUR ORGANISASI DAN DESAIN SURVEY PEKERJAAN
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 Rencana tata ruang provinsi jawa timur tahun 2011-2031
Arahan yang tertuang dalam Rencana TataRuang Wilayah Kabupaten Tulungagung Tahun 2011-2031 yang terkait dalam penyusunan RDTR Kecamatan Boyolangu beserta Peraturan Zonasinya meliputi :
2. 1. 1
Rencana Struktur Ruang
2. 1. 1. 1 Rencana Sistem Pusat Pelayanan
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Bojonegoro termasuk dalam pusat kegiatan yang akan dipromosikan untuk dikemudian hari dapat ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Propinsi Jawa Timur. Kemudian dilihat dari pembagian perwilayahan Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Bojonegoro termasuk dalam Wilayah Pengembangan (WP) Gerbangkertasusilo Plus. Adapun Gerbangkertasusilo Plus meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep, dengan pusat pelayanan di Kota Surabaya dengan penjelasan pengembangan sistem perwilayahan sebagai berikut:
Fungsi WP Germakertosusila Plus adalah: pertanian tanaman pangan, perkebunan,
hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri.
Fungsi pusat pengembangan/perkotaan adalah: pusat pelayanan, perdagangan, jasa, industri, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan prasarana wisata.
Struktur pusat permukiman perkotaan Gerbangkertasusilo Plus terbagi atas enam satuan wilayah. Kabupaten Bojonegoro merupakan satuan wilayah tersendiri. Wilayah Bojonegoro merupakan wilayah yang berkembang disebabkan adanya embrio kegiatan perekonomian, yang memungkinkan adanya konurbasi/penyatuan antarwilayah dan akan berdampak pada kawasan perkotaan Padangan, Ngasem hingga Sooko. Perkembangan perkotaan ini cenderung didominasi kegiatan industri, tambang dan perdagangan. Sedangkan pusat perkembangan wilayah cluster ini adalah perkotaan Bojonegoro.
a. Fasilitas jasa:
Lembaga keuangan (bank, koperasi) b. Fasilitas perdagangan:
Peningkatan pasar tradisional Pengembangan ruko dan pertokoan c. Fasilitas industri:
Kawasan eksplorasi migas d. Fasilitas pendidikan:
SMA/MA/SMK e. Fasilitas kesehatan:
Pengembangan rumah sakit tipe B
Peningkatan Puskesmas ke Puskesmas rawat inap f. Fasilitas wisata:
Pengembangan dan peningkatan fasilitas daya tarik wisata
Letak Perkotaan Bojonegoro yang berada di Selatan Bengawan Solo menyebabkan perlunya pengendalian kegiatan industriyang berlokasi di bantaran sungai Bengawan Solo. Hal ini untuk menghindari berbagai efek negatif dari aktivitas industri, termasuk dari industri pengolahan berbasis kerajinan ke area DAS Bengawan Solo, terutama ke bagian hilir DAS. Adapun Perkotaan Bojonegoro diarahkan pengembangan pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta kegiatan produksi pertanian. Selain itu juga diarahkan pengembangan industri pengolahan minyak bumi.
Strategi pengembangan wilayah akan diarahkan sebagai sub pusat koleksi dan distribusi di Perkotaan Bojonegoro, sub pusat industri migas di Padangan dan Kasiman. Sub-sub pusat ini akan melayani wilayah yang termasuk pada Kabupaten Bojonegoro.
Adapun untuk sistem pedesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan perdesaan secara berhierarki yaitu sebagai berikut:
1. Pusat pelayanan antardesa (PPL), merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa dalam satu kecamatan.
2. Pusat pelayanan setiap desa (PPd), merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala desa.
3. Pusat pelayanan pada satu atau beberapa dusun atau kelompok permukiman (PPds), merupakanpusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala satu atau beberapa dusun atau kelompok permukiman.
Pengelolaan sistem perdesaan merupakan upaya untuk mempercepat efek pertumbuhan di kawasan perdesaan. Sistem pelayanan perdesaan dikembangkan seiring dengan pengembangan sistem agropolitan meliputi pertanian dalam arti seluas-luasnya, termasuk pengembangan minapolitan sebagai bagian dari sistem perdesaan.
Pengelolaan sistem pedesaan di Jawa Timur konsisten pada konsep pengembangan desa-desa agropolis. Pengembangan desa agropolis secara struktural akan tekait pula dengan pengembangan interaksi desa-kota, dan membuat keterkaitan antarpusat-pusat permukiman tersebut dalam pola sistem jaringan (network system), sesuai dengan konsep penataan struktur tata ruang wilayah Jawa Timur dan pola pengembangan kegiatan ekonomi lokal yang diarahkan dapat memicu perkembangan wilayah yang berbasis pada sektor primer.
2.1.1.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Penjabaran mengenai sistem jaringan prasarana untuk Kabupaten Bojonegoro yang tertuang dalam Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang RTRW Propinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031 adalah :
Pengembangan jaringan jalan tembus/jalur alternatif Terminal angkutan kelas A
Pengembangan bandara khusus (bandara pengumpan) Pembangunan jalan bebas hambatan
Pengembangan jalan arteri primer
Pengembangan jalan kolektor primer sebagai Jalan Nasional yang meliputi ruas jalan Babat – Bojonegoro – Padangan – Ngawi
Pengembangan terminal tipe A Rajegwesi
Rencana konservasi jaringan jalur kereta api mati Bojonegoro – Jatirogo Pengembangan dam/embung penampungan air
Pengembangan energi baru dan terbarukan dari air Pengembangan gardu induk 150/20
Pengembangan sumber dan prasarana minyak dan gas bumi
2. 1. 2 Rencana Pola Ruang
Arahan rencana pola ruang untuk Kabupaten Bojonegoro berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang RTRW Propinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031 meliputi:
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
A. Kawasan Hutan Lindung
Arahan penanganan kawasan hutan lindung meliputi:
Pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan kawasan hutan lindung;
Mempertahankan luasan kawasan hutan lindung; Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;
Pengembangan kerja sama antarwilayah dalam pengelolaan kawasan lindung;
Percepatan rehabilitasi hutan dan lahan yang termasuk kriteria kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon lindung yang dapat digunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya yang dapat dimanfaatkan hasil hutan nonkayunya;
Pemanfaatan jalur wisata alam jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa memiliki terhadap alam; dan
Pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam.
B. Kawasan Perlindungan Setempat
Arahan pengelolaan kawasan sempadan sungai meliputi:
Pembatasan dan pelarangan pengadaan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas sungai;
Pembatasan dan pelarangan penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai;
Reorientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan pada kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan; dan
enetapan wilayah sungai sebagai salah satu bagian dari wisata perairan dan transportasi sesuai dengan karakter masing-masing.
Arahan pengelolaan kawasan danau/waduk meliputi:
Pembatasan dan pelarangan pengadaan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas sungai;
Perlindungan sekitar danau atau waduk dari kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
Pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air.
C. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Arahan pengelolaan kawasan cagar alam dan budaya meliputi:
Mendirikan musium purbakala sebagai sarana penelitian dan pendidikan bagi masyarakat;
Pengembangan kawasan sebagai obyek daya tarik wisata sejarah; peningkatan fungsi lindung cagar alam;
Pengembangan kegiatan secara lebih spesifik berdasarkan karakteristik kawasan dengan mengedepankan fungsi lindungnya.
D. Kawasan Rawan Bencana Alam
Arahan penanganan kawasan rawan tanah longsor meliputi: Pengidentifikasian lokasi rawan longsor
Perbaikan drainase tanah, seperti perbaikan sistem drainase menggunakan penyemprotan bibit tanaman (hydroseeding), dan pemasangan beton penahan tanah (soil nailing).
Pembangunan terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras-teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapnya air ke dalam tanah).
Pembuatan tanggul penahan, khusus untuk runtuhan batu baik berupa bangunan konstruksi, tanaman maupun parit.
Peningkatan dan pemeliharaan drainase baik air permukaan maupun air tanah
Arahan penanganan kawasan rawan banjir meliputi: Identifikasi wilayah rawan banjir,
pembangunan sistem dan jalur evakuasi yang dilengkapi sarana dan prasarana; penyuluhan kepada masyarakat mengenai mitigasi dan respons terhadap kejadian
bencana banjir
Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai
Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai baik secara saluran terbuka maupun tertutup atau terowongan dapat membantu mengurangi terjadinya banjir.
Arahan penanganan kawasan rawan kebakaran hutan meliputi: pengembangan sumber air untuk pemadaman api
pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara ketat;
2. RENCANA KAWASAN BUDI DAYA A. Kawasan Hutan Produksi
Arahan pengelolaan kawasan hutan produksi meliputi:
Pengusahaan hutan produksi dilakukan oleh Perum Perhutani dengan menerapkan sistem silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB).
Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas tebangan dan tidak dapat dialih fungsikan ke budi daya nonkehutanan.
Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya.
Pengembalian pada fungsi hutan semula dengan reboisasi bila pada kawasan ini terdapat perambahan atau bibrikan
B. Kawasan Peruntukan Pertanian
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan pertanian meliputi: Pengembangan holtikultura komoditas salak
Area lahan sawah beririgasi harus dipertahankan agar tidak berubah fungsi menjadi peruntukan yang lain.
Pengalihan fungsi areal wajib disediakan lahan pengganti.
Jika suatu areal terpaksa harus berubah fungsi maka harus disediakan lahan areal baru yang menggantikannya dengan ditambah biaya investasi pembangunan prasarana irigasi di lokasi tersebut, penggantiannya mengikuti peraturan:
- Apabila yang dialihfungsikan adalah lahan beririgasi (sawah beririgasi teknis, sawah beririgasi teknis, sawah beririgasi semi teknis, sawah beririgasi sederhana, sawah pedesaan) maka penggantiannya paling sedikit sebanyak 3 (tiga) kali luas lahan;
- Apabila yang dialihfungsikan adalah lahan reklamasi rawa pasang surut dan nonpasang surut maka penggantiannya paling sedikit 2 (dua) kali luas lahan; dan
- Apabila yang dialihfungsikan adalah lahan tidak beririgasi (lahan kering) maka penggantiannya paling sedikit adalah 1 (satu) kali luas lahan
Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan pertanian terpadu (cooperative farming), dan hortikultura dengan mengembangkan kawasan budi daya pertanian ramah lingkungan (good agriculture practices);
C. Kawasan Peruntukan Perkebunan
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan perkebunan meliputi: pengembangan komoditas tembakau, tebu, dan kelapa pemertahanan luasan lahan perkebunan saat ini;
peningkatan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing produk perkebunan;
pewilayahan komoditi sesuai dengan potensinya yakni pengembangan wilayah Madura, Pantura, wilayah tengah, dan wilayah selatan; dan
pengembangan kelembagaan kelompok tani ke arah kelembagaan ekonomi/koperasi.
D. Kawasan Peruntukan Peternakan
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan peternakan meliputi: Sentra peternakan besar
pengembangan kawasan peternakan yang mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi pakan ternak dan sektor industri pendukung lainnya;
pemertahanan ternak plasma nuftah sebagai potensi daerah;
pengembangan kawasan peternakan diarahkan pada pengembangan komoditas ternak unggulan;
E. Kawasan Peruntukan Perikanan
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Pasuruan meliputi: Pemertahanan, perehabilitasian, dan perevitalisasian tanaman bakau/mangrove dan
terumbu karang;
Pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budi daya;
Penjagaan kelestarian sumber daya air terhadap pencemaran limbah industri; Pengembangan sarana dan prasarana pendukung perikanan;
Peningkatan nilai ekonomi perikanan dengan meningkatkan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan;
Pengembangan kelembagaan kelompok nelayan ke arah kelembagaan ekonomi/koperasi.
Pemertahanan luasan dan sebaran kawasan tambak garam agar tidak berubah fungsi; Pembukaan peluang pengembangan tambak garam baru dalam rangka meningkatkan
produksi garam dan membuka peluang investasi;
Pengembangan teknologi dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi garam; dan
Pengembangan kawasan tambak garam dengan mempertimbangkan aspek lingkungan hidup yang keberlanjutan.
Arahan penanganan kawasan pertambangan meliputi:
Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan;
Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas (top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan;
Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan, sekaligus disertai pengendalian yang ketat
B. Kawasan Peruntukan Industri
Arahan penanganan kawasan peruntukan industri meliputi:
Pengembangan kawasan industri dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekologis;
Pengembangan kawasan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau sebagai penyangga antar fungsi kawasan;
Setiap kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau teknologi ramah lingkungan, dan harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap kemungkinan adanya bencana industri.
F. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata meliputi:
pelengkapan sarana dan prasarana pariwisata Pantai Popoh, Gunung Wilis dan Waduk Wonorejo sesuai dengan kebutuhan, rencana pengembangan, dan tingkat pelayanan setiap kawasan daya tarik wisata;
Pengembangan koridor wisata yakni jalur pengembangan koridor C di Candi Penampihan dan Pantai Popoh
pengembangan daya tarik wisata baru di destinasi pariwisata yang belum berkembang kepariwisataannya; dan
pengembangan pemasaran pariwisata melalui pengembangan pasar wisatawan, citra destinasi wisata, kemitraan pemasaran pariwisata, dan perwakilan promosi pariwisata. G. Kawasan Peruntukan Permukiman
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman perdesaan Pasuruan meliputi: Pengelompokan lokasi permukiman perdesaan yang sudah ada.
Penanganan kawasan permukiman kumuh di perdesaan melalui perbaikan rumah tidak layak huni.
Arahan pengelolaan kawasan permukiman perkotaan meliputi:
Pengaturan perkembangan pembangunan permukiman perkotaan baru.
Pengembangan permukiman perkotaan dengan memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk, sarana, dan prasarana yang dibutuhkan.
Penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan dapat dilakukan melalui pembangunan rumah susun (rusun).
2.2
Tinjauan Kebijakan Berdasarkan Rtrw Kabupaten Bojonegoro Tahun
2011-2031
Penataan Ruang pada dasarnya adalah proses, yang meliputi proses perencanaan, proses pemanfaatan dan proses pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai suatu sistem. Salah satu bagian penting dari proses menerus tersebut adalah perencanaan tata ruang yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, mulai dari proses penyusunan sampai penetapan dalam bentuk peraturan daerah.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah memiliki dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah pada tahun 1993/1994 – 2003/2004 dan telah dilakukan proses peninjauan kembali (revisi) Rencana Tata Ruang Wilayah pada Tahun 1999/2000 – 2009/2010, tetapi belum sempat ditetapkan dalam bentuk Perda (berstatus hukum).
Selama periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2009, telah banyak kebijakan baik yang berskala lokal, regional sampai nasional yang berubah, termasuk gambaran perkembangan pemanfaatan sumber daya baik alam maupun buatan.
Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 26 Tahun 2010 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti Undang-undang 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, membawa perubahan yang cukup mendasar bagi pelaksanaan kegiatan penataan ruang, salah satunya pada aspek pengendalian pemanfaatan ruang, selain pemberian insentif dan disinsentif juga pengenaan sanksi yang merupakan salah satu upaya sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pengenaan sanksi ini tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Disamping itu dengan lahirnya Undang-undang 26 Tahun 2010 memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab pembagian wewenang antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang.
perencanaan yang lebih rinci yakni Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan, dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten. Rencana rencana ini merupakan perangkat operasional dari produk RTRW.
2.2.1 Azas Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Sesuai Pasal 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2010, maka dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bojonegoro, akan didasarkan pada azas-azas sebagai berikut :
a) Azas Keterpaduan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah dan lintas pemangku kepentingan (pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat).
b) Azas Keserasian, Keseimbangan dan Keselarasan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan.
c) Azas Berkelanjutan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
d) Azas Keberdayagunaan dan Keberhasilgunaan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas.
e) Azas Keterbukaan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
f) Azas Kebersamaan dan Kemitraan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengedepankan kepentingan masyarakat.
h) Azas Kepastian Hukum dan Keadilan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.
i) Azas Akuntabilitas,
Adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaannya maupun hasilnya.
2.2.2 Visi, Misi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Secara umum visi misi Pembangunan Wilayah Kabupaten Bojonegoro, mengacu pada visi misi Kabupaten Bojonegoro yang tercantum dalam Rencana Program Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Berdasarkan kondisi Kabupaten Bojonegoro serta tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun mendatang maka Visi Pembangunan Kabupaten Bojonegoro Tahun 2006-2025 adalah : Kebangkitan Menuju Bojonegoro Yang Sejahtera, Mandiri, Dan Berdaya Saing.
Visi ini memiliki makna sebagai berikut :
1. Kabupaten Bojonegoro memiliki kemampuan untuk bangkit dan berdaya dalam memanfaatkan segenap potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang dimiliki;
2. Kebangkitan tersebut semata-mata untuk mewujudkan masyakarat Kabupaten Bojonegoro yang sejahtera lahir dan batin secara merata dan berkeadialan;
3. Masyarakat yang sejahtera lahir dan batin akan menjadi modal utama untuk mewujudkan masyarakat madani, yakni masyarakat sipil yang berdaya dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungannya sehingga senantiasa berpartisipasi aktif dalam setiap aktivitas pembangunan;
Dengan demikian maka Kabupaten Bojonegoro akan dapat bersaing secara sehat dengan daerah lain melalui keunggulan kompetitif yang dimiliki. Berlandaskan pada visi Pemerintah Kabupaten Bojonegoro tersebut maka visi penataan ruang wilayah Kabupaten Bojonegoro adalah : Terwujudnya Kabupaten Bojonegoro Yang Mampu Mendorong Optimalisasi Peran Investasi Produktif, Dengan Mengedepankan Kelestarian Lingkungan Dan Berkeadilan”. Untuk mendukung visi tersebut, maka misi penataan ruang wilayah Kabupaten Bojonegoro sebagai berikut :
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk terciptanya keharmonisan, keselarasan antar berbagai program yang akan dilaksanakan di Kabupaten Bojonegoro.
2) Mewujudkan stuktur ruang yang berimbang guna mendorong pertumbuhan wilayah sekaligus mengurangi kesenjangan antar wilayah guna meningkatkan kemandirian masyarakat yang berdaya saing tinggi
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk meningkatkan sarana dan prasarana/infrastruktur yang ada di Kabupaten Bojonegoro, sehingga masyarakat di Kabupaten Bojonegoro dapat menikmati sarana dan prasarana yang sama di setiap kecamatan, terciptanya aksesibilitas yang mudah sehingga dapat lebih menumbuhkan dan meningkatkan potensi yang ada di masing-masing kecamatan dan menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan.
3) Mewujudkan pola ruang yang produktif guna menunjang produktifitas wialyah secara berkelanjutan.
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk melakukan penataan terhadap kawasan lidung dan kawasan budidaya yang ada di Kabupaten Bojonegoro, sehingga lebih sinergis dalam pemanfaatannya, tetap terjaga fungsi lindungnya, berwawasan lingkungan dan terakomodir dalam penataan ruang yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungannya.
4) Mewujudkan program pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang secara konsisten guna mendukung manfaat ruang dan mensejahterakan masyarakat.
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk memberikan kemudahan di dalam melakukan investasi di Kabupaten Bojonegoro dengan memberikan kemudahan di dalam perijinan, ketersediaan sarana dan prasarana/infrastruktur yang memadai serta iklim yang kondusif.
5) Meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat Kabupaten Bojonegoro
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia di Kabupaten Bojonegoro dalam menerima perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga diharapkan dapat bersaing dengan wilayah lain, mampu menumbuhkan pendapatan, menumbuhkan perekonomian di wilayahnya sehingga tercipta kemandirian.
6) Meningkatkan akses, kesadaran, partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam pengembangan wilayah Kabupaten Bojonegoro
Misi penataan ruang wilayah ini diperlukan untuk menumbuhkan pusat dan sub-sub pusat pertumbuhan baru di Kabupaten Bojonegoro yang sekaligus menjadi generator
pertumbuhan bagi wilayah belakangnya dan diharapkan akan memberikan “Multiplier Effec” sehingga dapat mengurangi ketimpangan atau kesenjangan pertumbuhan antar wilayah.
8) Mewujudkan Keseimbangan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bojonegoro.
Misi penataan ruang ini diperlukan untuk menggerakkan dan menumbuhkan perekonomian masyarakat melalui pembangunan sektor agro dalam kerangka pencapaian visi pengembangan wilayah di Kabupaten Bojonegoro, serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
2.2.3 Isu-Isu Strategi Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Isue-isue strategis yang ada di wilayah Kabupaten Bojonegoro, adalah :
1) Kabupaten Bojonegoro merupakan wilayah yang berpengaruh dan terpengaruh terhadap Kawasan Pengembangan Ratubangnegoro (Blora-Tuban-Rembang-Bojonegoro) di Perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Kawasan Pengembangan Gerbang Kertasusila Plus (Gresik-Jombang-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan dan Plus Tuban-Bojonegoro) sebagai Pusat Kegiatan Nasional
2) Kabupaten Bojonegoro memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang besar, disamping lahan pertanian, air dan hutan juga berupa pertambangan baik berupa bahan
galian C maupun minyak dan gas bumi , yang diprediksi mencapai 20 % kandungan candangan migas nasional, dan sekarang telah terdapat dua operator pengeboran minyak atas nama Mobil Cepu Ltd (Exxon Mobil) dan Petro china.
3) Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kawasan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, yang membawa dampak terjadi bencana banjir, serta terjadinya penurunan kualitas air, sedimentasi dan kepadatan pemukiman sekitar bantaran sungai.
4) Ilegal Logging menyebabkan berkurangnya lahan hutan jati dan bertambahnya lahan kritis, yang membawa dampak angin topan/beliung serta terjadinya longsor dan banjir bandang. 5) Kesenjangan pembangunan antara wilayah utara Kabupaten Bojonegoro dengan wilayah
selatan Kabupaten Bojonegoro, baik ekonomi dan infrastruktur wilayah.
6) Terdapat keanekaragaman potensi wisata (alam dan peninggalan sejarah/kerajaan Majapahit, Demak, Pajang dan Mataram) di kabupaten Bojonegoro ini belum dikembangkan secara optimal.
7) Pengembangan kawasan agroindustri beserta agropolitan di Kecamatan Kapas, Dander dan Kalitidu
9) Kondisi/ jenis dan tekstur tanah yang mudah ekspansif (bergerak)
2.2.4 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Bojonegoro, meliputi :
a) pengembangan lahan pertanian dan sistem agropolitan yang produktif dan ramah lingkungan.
b) pengembangan dan peningkatan potensi pariwisata yang ramah lingkungan serta berbasis masyarakat.
c) pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro, yang ramah lingkungan serta bernilai ekonomis.
d) pemerataan pembangunan sektor ekonomi dan infrastruktur wilayah. e) pengendalian secara ketat pada kawasan hutan.
f) peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara
2.2.5
Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Strategi pengembangan lahan pertanian dan sistem agropolitan yang produktif dan ramah lingkungan, meliputi :
a. mengembangkan sistem pemasaran hasil pertanian sesuai tingkat skala layanan sampai ekspor;
b. mengembangkan lumbung desa modern;
c. memulihkan lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi perkebunan; d. mengembangkan pusat penyuluhan tani;
e. mengembangkan pusat ekonomi agropolitan dan pusat bisnis; f. mengembangkan sistem pemasaran hasil perkebunan sampai ekspor;
g. mengembangkan prasarana dan sarana pengangkutan barang dari dan ke pusat pemasaran dan wilayah pelayanannya;
h. meningkatkan status fungsi sawah secara bertahap;
i. mempertahankan kawasan pertanian pangan berkelanjutan;
j. meningkatkan produktivitas, diversifikasi, dan pengolahan hasil pertanian; dan
k. mengendalikan secara ketat fungsi lahan yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Strategi pengembangan dan peningkatan potensi pariwisata yang ramah lingkungan serta berbasis masyarakat, meliputi :
a. mengembangkan obyek wisata andalan prioritas;
b. membentuk zona wisata dengan disertai pengembangan paket wisata;
d. melakukan diversifikasi program dan produk wisata;
e. mengembangkan sarana dan prasarana mendukung budaya lokal; f. mengembangkan pusat sentra industri kerajinan; dan
g. meningkatkan potensi agroekowisata dan ekowisata.
Strategi pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro, yang ramah lingkungan serta bernilai ekonomis meliputi :
a. mengembangkan dan memberdayakan industri kecil dan industri rumah tangga;
b. mengembangkan industri agrobisnis yang mendukung komoditas agrobisnis unggulan dengan teknologi ramah lingkungan;
c. mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil; d. mengembangkan kawasan industri menengah – besar;
e. menangani dan mengelola limbah yang dihasilkan industri dengan penyediaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL), secara individual maupun komunal;
f. menyediakan sarana dan prasarana pendukung pengelolaan kegiatan industri; g. mengembangkan zona industri polutif;
h. menyediakan jalur hijau sebagai zona penyangga pada tepi luar kawasan industri; dan i. mengembangkan kawasan peruntukan industri yang saling bersinergi dan terpadu.
Strategi pemerataan pembangunan sektor ekonomi dan infrastruktur wilayah, meliputi :
a. meningkatkan produktivitas kegiatan budidaya;
b. mendorong pemenuhan pelayanan kebutuhan masyarakat; dan
c. mengembangkan dan meningkatkan prasarana dan sarana wilayah dibagian utara dan selatan.
Strategi pengendalian secara ketat pada kawasan hutan, meliputi : a. mengendalikan dan memulihkan fungsi hutan;
b. mengelola hutan yang berorientasi pada seluruh potensi sumberdaya kehutanan dan berbasis pada pemberdayaan masyarakat dengan sistem pengelolaan hutan bersama; c. mengembangkan zona penyangga pada kawasan hutan produksi yang berbatasan dengan
hutan lindung; dan
d. mengolah hasil hutan produksi yang memiliki nilai ekonomi tinggi tanpa mengabaikan fungsi perlindungan.
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan budidaya terbangun; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
2.2.6 Kecamatan Kapas Sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (Ppk)
Menurut arahan kebijakan yang direncanakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Bojonegoro bahwa Kecamatan Kapas termasuk dalam rencana pengembangan sistem pusat – pusat kegiatan berada di Perkotaan Trucuk, Kapas, Sukosewu, Malo, kalitidu, Balen, kanor, Kepohbaru, Purwosari, Margomulyo, Ngambon, Tambakrejo, Kasiman, Kedewan, Bubulan, Gondang, Sekar dan Sugihwaras.
Selanjutnya Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau ibukota Kecamatan atau beberapa desa/kelurahan yakni seluruh ibukota kecamatan yang tidak termasuk dalam PKLp. Fungsi dari masing-masing ibukota kecamatan tersebut antara lain :
a) Pusat pelayanan umum, dan pemerintahan bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya.
b) Pusat perdagangan dan jasa bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya. c) Pusat pelayanan antar desa/kelurahan (PPL).
2.3
Tinjauan Kebijakan Peraturan Minyak Dan Gas
2.3.1 Tinjauan Perda No.23 Tahun 2011 Kabupaten Bojonegoro Terkait Percepatan
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dalam Pelaksanaan Eksplorasi Dan Eksploitasi
Serta Pengelolaan Migas
Berdasarkan perkembangannya wilayah kabupaten bojonegoro melakukan percepatan pertumbuhan
ekonomi daerah dengan menanggapi aspirasi dari masyarakat untuk secara lebih aktif dalam pelaksanaan
eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi yang dimana diharapkan semaksimal mungkin menggunakan
sumberdaya yang ada.
Dalam peraturan UU No.22 Tahun 2001 terkait minyak dan gas dijelaskan bahwa dalam kegiatan migas
ditetapkan rantai suplai (Supply Chain) yaitu kegiatan penyediaan dan pendayagunaan barang dan jasa yang
negeri. Untuk di Kabupaten Bojonegoro untuk pengelolaannya diselenggarakan Kontraktor KKS (Kontraktor
Kontrak Kerja Sama) sebagai badan usaha atau badan usaha tetap dengan ruang lingkup sebagai berikut :
a. Mengatur dan melindungi serta memberdayakan potensi kandungan lokal di daerah.
b. Keterlibatan kontraktor KKS dan Mitra K-KKS golongan besar serta pengelola MIGAS dalam
memberdayakan kandungan Lokal di Daerah.
c. Tanggung Jawab sosial Kontrak KKS dan Mitra K-KKS Golongan Besar serta Pengelola MIGAS
dalam pemenuhan dana CSR dalam kerangka percepatan pembangunan daerah.
Dalam merumuskan program Corporate Sosial Responsibility (CSR), pihak operator harus melakukan
kordinasi dengan badan perencanaan pembangunan daerah kabupaten bojonegoro dalam rangka sinkronisasi
sebagai langkah preventif mengantisipasi munculnya overlapping/tumpang tindih dengan program/atau kegiatan
pembangunan pemerintah kabupaten. Melalui poin-poin penting kerjasama ,yaitu :
1. Pihak Kontraktor KKS dan Mitra K-KKS serta pengolah MIGAS wajib bertanggung jawab dalam
mengembangkan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat setempat, melalui pelaksanaan CSR.
2. Program Corporate Sosial Responsibility (CSR) dari masing-masing kontraktor KKS dan Mitra
K-KKS serta pengelolah MIGAS harus dirumuskan berdasar kebutuhan riil masyarakat Bojonegoro
dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar masyarakat, yang pelaksanaannya dapat melibatkan
organisasi masyarakat sipil local.
3. Program CSR wajib merujuk pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan/atau Rencana
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
3. 1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bojonegoro
3. 1. 1 Wilayah Administratif
Kabupaten Bojonegorosecara secara geografis terletak pada koordinat 111º25' BT - 112º09' BT dan 6º59' LS - 7º37' LS. Secara administrasi terdiri dari 27 kecamatan. Kabupaten Bojonegoromemiliki luas sejumlah 230.706 Ha, merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Timur dengan jarak ± 110 Km dari ibukota Propinsi Jawa Timur. Batas-batas administrasi Kabupaten Bojonegoro adalah: Sebelah Utara: Kabupaten Tuban
Sebelah Timur: Kabupaten Lamongan
Sebelah Selatan: Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang Sebelah Barat: Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah)
Secara administrasi Kabupaten Bojonegoro dibagi menjadi 27 kecamatan dengan 419 desa dan 11 kelurahan. Luas wilayah keseluruhan adalah 230.706 Ha. Sebagian wilayah bojonegoro merupkan wilayah hutan Negara sebesar 40,15 % yang berasa di wilayah Selatan Bojonegoro, 32, 58 % berikutnya berupa lahan sawah yang sebagian besar berada di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Dan sebanyak 22,42 % merupakan tanah kering dan sisanta sebesar 4,85% adalah perkebunan dan lain-lain.
Sungai Bengawan Solo mengalir dari selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tenggah, kemudian mengalir ke arah timur, di sepanjang wilayah utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian utara merupakan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif. Kawasan pertanian umumnya ditanami padi pada musim penghujan, dan tembakau pada musim kemarau. Bagian selatan adalah pegunungankapur, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian barat laut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara.
Sumber : Hasil Olahan, 2015
3. 1. 2 Topografi
Keberadaan sungai bengawan solo mempengaruhi toografi kabupaten bojonegoro. Topografi Kabupaten Bojonegoro menunjukan bahwa di sepanjang daerah aliran sungai Bengawan Solo sebelah utara (Pegunungan Kapur Utara) merupakan daerah dataran rendah, sedangkan di bagian Selatan merupakan dataran tinggi disepanjang kawasan Gunung Pandan, Kramat dan Gajah (Pegunungan Kapur Selatan). Bengawan Solo mengalir dari Selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tengah, kemudian mengalir ke arah Timur, di sepanjang wilayah Utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian Utara merupakan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif. Secara garis besar, gambaran luas wilayah menurut permukaan/kemiringan tanah disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1 Tabel Kemiringan Tanah Kabupaten Bojonegoro
No Kemiringan Tanah Luas (Ha) Persen (%)
1 0% - 2% 127.109 55,10
2 2% - 14,99% 83.429 36,16
3 15% - 39,99% 17.312 7,50
4 >40% 2.856 1,24
JUMLAH 230.706 100
Sumber: Bojonegoro Dalam Angka, 2010
Dari Tabel di atas, terlihat bahwa wilayah Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh kemiringan kurang dari 2% sebesar 55,10%, adapun kemiringan di atas 40% sebesar 1,24%.
Ketinggian tempat di atas permukaan laut juga merupakan faktor yang menentukan perubahan iklim suatau wilayah, sehingga sangat berpengaruh terhadap usaha-usaha di bidang pertanian. Keadaan topografi wilayah Kabupaten Bojonegoro menurut ketinggian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2 Ketinggian Lahan Kabupaten Bojonegoro
No Ketinggian Tempat
(mdpl) Luas (Ha) Persen (%)
1 11 m – 25 m 43.155 18,71
2 25 m – 99,99 m 104.629 45,35
3 100 m – 499,99 m 82.348 35,69
4 >500 m 574 0,25
JUMLAH 230.706 100
Sumber: Bojonegoro Dalam Angka, 2010
3. 1. 3 Jenis Tanah
Tabel 3 Tabel Jenis Tanah Kabupaten Bojonegoro
No Jenis Tanah Luas (Ha) Persen (%)
1 Alluvial 46.349 20,09
2 Grumosol 88.937 38,55
3 Litosol 50.871 22,05
4 Mediteran 44.549 19,31
JUMLAH 230.706 100
Sumber: Bojonegoro Dalam Angka, 2010
3. 1. 4 Hidrologi Dan Klimatologi
curah hujan di Kabupaten Bojonegoro tidak terlalu tinggi. Kecamatan Baureno dan Sukosewu mempunyai curah hujan rata-rata paling tinggi dibandingkan kecamatan lain. Untuk pola air sungai dan irgasi Kabupaten Bojonegoro dilalui Bengawan Solo yang mengalir ke arah Timur melintasi bagian Utara. Selain sungai, sistem hidrologi di wilayah Kabupaten Bojonegoro ditentukan dengan ketersedian waduk dan embung. Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah tropis dengan suhu rata-rata 27,8 C, suhu udara berkisar 24,2 C – 31,4 C. Penyinaran tertinggi terjadi pada bulan Agustus atau September, sedangkan penyinaran terendah terjadi pada bulan Desember - Februari. Dari 15 kecamatan, hujan paling sering terjadi di Kecamatan Sukosewu yaitu sebanyak 127 hari, hujan paling sedikit muncul di Kecamatan Ngraho yaitu hanya 48 hari.
3. 1. 5 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan pada Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 Tabel Penggunaan Lahan Kabupaten Bojonegoro
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1. Hutan Lindung 1.456,47
2. Sempadan Sungai 1.242,04
3. Danau dan Waduk 967,2
4. Hutan Produksi 98.833,36
5. Hutan Rakyat 645,98
6. Perkebunan 1.522,66
7. Tanah Sawah 76.848,17
8. Permukiman 23.970,35
9. Ladang 23.439,73
10. Lain – Lain 6.779,97
Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro
dan lain-lain. Sementara itu, untuk menanggulangi kekurangan air untuk keperluan pengairan lahan pertanian di musim kemarau, dilakukan dengan menaikan air dari Sungai Bengawan Solo melalui pompanisasi yang tersebar di 8 kecamatan yang meliputi 24 desa.
3. 1. 6 Kependudukan
Kabupaten Bojonegoro memilki jumlah penduduk sebesar 1.430.316 jiwa atau 403.468 KK yang terdiri dari 721.444 laki-laki dan 708.869 perempuan. Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bojonegoro sehinga penduduk Kabupaten Bojonegoro sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Berikut ini kondisi kependudukan Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2014.
Tabel 5 Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Bojonegoro
No. Kecamatan Jumlah RT Jumlah Penduduk Luas (Km2)
Kepadatan Penduduk
(/Km2)
1. Margomulyo 7.792 25.539 139,68 18,284
2. Ngarho 14.957 51.512 71,48 72,065
3. Tambakrejo 18.501 60.755 209,52 28,997
4. Ngambon 4.230 13.219 48,65 27,172
5. Sekar 10.113 30.179 130,24 23,172
6. Bubulan 5.235 16.766 84,73 19,788
7. Gondang 9.147 28.075 107,01 26,236
8. Temayang 12.766 40.654 124,67 32,609
9. Sugihwaras 16.205 51.453 87,15 59,040
10. Kedungadem 27.720 91.341 145,15 62,929
11. Kepohbaru 20.788 72.691 79,64 91,274
12. Baureno 24.690 87.700 66,37 132,138
13. Kanor 20.304 65.943 59,78 110,309
14. Sumberejo 25.480 77.944 76,58 101,781
15. Balem 22.255 70.678 60,52 116,785
16. Sukosewu 15.144 47.165 47,48 99,337
17. Kapas 16.356 56.326 46,38 121,45
18. Bojonegoro 29.743 97.764 25,71 380,257
19. Trucuk 13.629 44.505 36,71 121,234
20. Dander 28.130 92.092 118,36 77,807
21. Ngasem 21.419 68.284 180,20 46,385
22. Kulitidu 16.874 55.470 83,01 84,109
23. Malo 10.289 35.604 65,41 54,432
24. Purwosari 10.328 33.484 62,32 53,729
25. Padangan 15.140 50.363 42,00 119,912
26. Kasiman 10.175 34.855 51,80 67,288
27. Kadewan 4.242 14.665 56,51 25,951
28. Gayam 11.028 35.863 50,05 71,654
Meskipun konsentrasi penduduk sebagian besar berada pada kelompok usia diatas 60 tahun, namun pada usia produktif yaitu 19 – 25 tahun juga tidak sedikit. Struktur penduduk dengan usia produktif yang melimpah ini merupakan modal utama untuk meningkatkan produktiftas wilayah. Dengan terus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia maka potensi yang dimilki Kabupaten Bojonegoro dapat dimanfatkan dengan maksimal dan berdaya saing.
3. 1. 7 Fasilitas Pendidikan
jumlah fasilitas pendidikan yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro. pada setiap jenjang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6 Jumlah Sekolah, Kelas, Guru dan Murid Menurut Jenjang Pendidikan
No. Jenjang Pendidikan Jumlah
Sekolah
Jumlah Kelas Jumlah Guru Jumlah
Murid
1. TK/RA 680 1.252 1.571 47.591
2. SD/SDLB/MI 774 5.132 7.158 85.101
3. SMP/SMPLB/MTs 108 1.186 2.595 41.087
4. SMA/SMK/SMALB/MA 91 1.041 2.482 34.232 Sumber: Bojonegoro Dalam Angka 2014
3. 1. 8 Fasilitas Perdagangan Dan Jasa
Fasilitas perdagangan dan jasa memiliki peranan penting dalam hal pemenuhan kebutuhan masyarakat. Keberadaan fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di Kabupaten Bojonegoro dapat dikatakan sudah variatif, misalnya adalah pasar umum, toko/warung, supermaket/swalayan, rumah makan, bank, hotel, bengkel, reparasi alat elektronik, usaha foto copy, persewaan alat pesta, pasar hewan, dan agen wisata. Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu daerah pemasok pupuk terbanyak di Indonesia. Pupuk tersebut diantaranya adalah pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk ZA, pupuk NPK dan pupuk Petroganik. Alokasi pupuk bersubsidi pada tahun 2014 tersedia urea sebanyak 41.302 ton, SP 36 12.537 ton, ZA 12.363 ton, dan Petroganik 17.834 ton. Terjadi peningkatnya kebutuhan pupuk di Bojonegoro yang melampaui alokasi pupuk yang diatur di dalam Pergub Jatim No. 84 tahun 2014 dalam empat bulan terakhir, hal ini disebabkan karena banyak petani di tanah tegalan dan hutan yang ikut menanam tanaman padi.
3. 1. 9 Jaringan Listrik, Air Bersih Dan Telekomunikasi
Kontribusi sub sektor air bersih dalam pembentukan PDRB mungkin tidak terlalu besar dibandingkan sektor lainya, namun tanpa adanya sub sektor tersebut, bukan tidak mungkin kegiatan perekonomian tidak akan berjalan. Dalam menjalankan proses produksinya, sektor industri membutuhkan air, baik untuk bahan baku, menghasilkan uap, kebersihan air minum dan sebagainya. Untuk Kabupaten Bojonegoro berdasarkan data yang dicatat oleh kantor PDAM Bojonegoro, pada tahun 2013 total produksi air minum sebesar 7.924 m3. Dari besaran tersebut, total air yang terjual sebanyak 5.791 ribu m3 dan yang hilang atau terbuang sebanyak 2.112 ribu m3. Dengan total pelanggan sebanyak 23,963 orang
3. 1. 10 Jaringan Transportasi
Transportasi memilki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, oleh karena itu untuk memacu perkembangan sosial ekonomi yang tinggi di Kabupaten Bojonegoro, keadaan prasarana dan sarana transportasi perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Bojonegoro saat ini akan sulit dikembangkan bila tidak disertai dengan penyediaan prasarana dan sarana transportasi juga sesuai. Jalan – jalan yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro diantaranya adalah jalan arteri primer, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
Konektivitas wilayah yang baik akan mempermudah pelaksanaan pembangunan ekonomi. Konektivitas wilayah dengan kondisi infrastruktur yang memadai akan mampu meningkatkan kapasitas dan kapabilitas suatu wilayah. Mobilitas masyarakat yang mudah dan lancar akan mempermudah masyarakat untuk beraktivitas ekonomi yang akan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, selain itu juga sebagai pendukung perpindahan komoditas yaitu barang, jasa, dan lain-lain. Hal ini diperlukan trasportasi yang lancar yang menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan utama untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman. Memperluas pertumbuhan dengan menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan inter-modal supply chain systems. Menghubungkan daerah terpencil dengan insfrastruktur dan. pelayanan dasar dalam menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang inklusif).
Tabel 7 Tabel Kondisi Jalan Kabupaten Bojonegoro
Kondisi Jalan Panjang Jalan (Km) Pada Tahun
2012 2013
Baik 444.599 496.107
Sedang 49.290 92.877
Rusak Ringan 75.009 23.877
Rusak Berat 59.891 15.922
Sumber: Bojonegoro Dalam Angka 2014
Moda transportasi yang terdapat pada Kab. Bojonegoro diantaranya adalah, mobil
barang. Tersedianya jumlah moda transportasi yang tercukupi dapat menunjang aspek sosial ekonomi yang ada pada Kabupaten Bojonegoro.
Tabel 8 Jumlah Kendaraan yang ada di Kabupaten Bojonegoro
Uraian Jumlah
Mobil Penumpang 49
Mobil Bus 734
Mobil Barang (Truk dan Pick Up) 6.166
Kereta Gandeng 45
sumber: Bojonegoro Dalam Angka 2014
3. 1. 11 Perekonomian
tanpa migas) dan 32.785.329,66 (dengan migas). Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014 yang tertinggi dibandingkan dengan seluruh Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur dan juga tertinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang sebesar 7,2% dan Nasional yang tumbuh sebesar 6,5%. Namun hal ini masih perlu dilakukan upaya peningkatan terutama untuk pertumbuhan ekonomi non migas melalui optimalisasi sektor basis yaitu pertanian. Sektor unggulan dan komoditas ungulan yang dimilki oleh Kabupaten Bojonegoro yaitu:
a) Sektor Pertanian, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan b) Sektor industri kreatif
3. 2 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro
3.2.1 Wilayah Administratif
Kapas merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bojonegoro yang terletak di jalur antara Bojonegoro-Surabaya. Kecamatan Kapas terletak antara 111o98’ dan 112o08’ Bujur Timur dan antara 7o25’ dan 7o35’ Lintang Selatan. Kecamatan Kapas merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian ±39 mdpl. Batas Kecamatan Kapas adalah sebagai berikut.
Utara : Kecamatan Bojonegoro Timur : Kecamatan Balen Barat : Kecamatan Bojonegoro Selatan : Kecamatan Dander
Kecamatan Kapas memiliki luas wilayah sebesar 46,38 km2 yang terbagi dalam 21 desa yaitu Desa Bakalan, Bangilan, Bendo, Bego, Kalianyar, Kapas, Kedaton, Klampok, Kumpurejo, Mojodeso, Ngampel, Padang Mentoyo, Plesungan, Sambiroto, Sembung, Semenpinggir, Sukowati, Tanjungharjo, Tapelan, Tikusan dan Wedi.
Sumber : Hasil Olahan, 2015
3. 2. 2 Klimatologi
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat besar perannta terhadap berbagai kegiatan usaha khususnya pertanian. Curah hujan baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi jenis dan pola tanam serta pola identitas penggunaan lahan dan tersedianya air pengairan. Pada kecamatan Kapas sendiri memilih tinggi terhadap permukaan laut sebesar 18 m, dengan hari hujan sebanyak 106 hari dan rata-rata curah hujan 7 mm.
3. 2. 3 Kependudukan
Jumlah penduduk dan kepadata penduduk pada suatu wilayah dapat digunaka sebagai tolak ukur untuk mengetahui kecenderungan penyebaran penduduk. Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2013, jumlah penduduk Kecamatan Kapas sebanyak 56.626 jiwa. Menurut data yang didapatkan di BPS Kabupaten Bojonegoro, jumlah penduduk pada Kecamatan Kapas mengalami kenaikan pada tahun 2012, namun mengalami penurunan pada tahun 2013.
Penduduk Kecamatan Kapas terdiri dari 28662 jiwa penduduk laki-laki dan penduduk perempuan sebanyak 27664 jiwa.. Sebagian besar penduduk Kecamatan Kapas bermata pencaharian sebagai petani padi dimana luas lahan sawah yang ada mencapai 2.960 Hektar, jauh lebih banyak dibandingkan dengan luas tanah kering yang hanya sebesar 1.678 Hektar. Untuk lebih jelasnya data kependudukan pada Kecamatan Kapas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 9 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Kapas
Kecamatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Lak-Laki Perempuan Sex Ratio
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
Kapas 28172 29045 28662 27157 28066 27664 104 103 104 Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro
3. 2. 3 Perekonomian
Kabupaten Bojonegoro terkenal sebagai kawasan yang kaya akan minyak dan merupakan penyuplai 20% dari produksi minyak nasional. Kecamatan kapas merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di kabupaten Bojonegoro yang menghasilkan minyak dan gas . Kecamatan Kapas sendiri tergolong pada kelompok kecamatan dengan pertumbuhan ekonomi tinggi. Dengan adanya potensi migas yang saat ini dikelola oleh JOBP-PETROCHINA EAST JAVA di lapangan Sukowati-Desa Sukowati- Kecamatan Kapas menjadikan pertumbuhan ekonomi pada Kecamatan Kapas ini sangat dioengaruhi oleh kegiatan minyak dan gas (migas).