• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa Sebagai Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh (Studi Pada Rumah Susun Sederhana Sewa Ngelom Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo) . .

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa Sebagai Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh (Studi Pada Rumah Susun Sederhana Sewa Ngelom Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo) . ."

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA SEBAGAI PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH (Studi Pada Rumah Susun Sederhana Sewa Ngelom Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo). SKRIPSI Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Fiky Indra Abdillah 135030107111097. Dosen Pembimbing : Dr. Suryadi, MS UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2017. i.

(2) MOTTO. ‫ل ىِف َم َرم ْنَم‬ ‫ِِم ِ ِل َي ِمب ى ف ىوُهم ِ َ ِْ َب ِمْ ِب ِم‬ “Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah” (HR.Turmudzi). Biar Tidak Capek Itu Harus Ikhlas Ikhlas Itu Harus Sama Antara Hati, Pikiran Dan Perbuatan (Jusuf Kalla). ii.

(3) iii.

(4) iv.

(5) v.

(6) HALAMAN PERSEMBAHAN. Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tiada terhingga kupersembahkan ini kepada kedua orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan segala dukungan dan doa yang tiada terhingga. Alhamdulillah, karya sederhana ini telah aku susun. Skripsi, aku begitu sulit memposisikan dirinya. Entahlah, kadang aku menganggap dia sebagai lawanku yang harus aku taklukan. Namun, ia juga pernah menjadi teman diskusi yang menyenangkan. Bersamanya, aku menuangkan gagasan sederhanaku. Bersamanya pula, aku merasakan kejenuhan. Dia memang sangat spesial. Namun beruntung aku bisa berkenalan baik dengannya, dan menghabiskan hari-hari dengan penuh semangat. Hingga akhirnya, perpisahan kami pun menyiksakan kerinduan dan kenangan baik.. vi.

(7) Fiky Indra Abdillah. 2017. Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun sederhana Sewa sebagai Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh (Studi pada Rumah Susun Sederhana Sewa Ngelom Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo). Skripsi. Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. Dosen Pembimbing : Dr. Suryadi, MS. 164 halaman + xv. RINGKASAN Tingginya laju pertumbuhan penduduk pada kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014-2015 tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah tempat tinggal yang dibutuhkan. Dengan laju pertumbuhan yang meningkat dan ketersediaan tempat atau kawasan tempat tinggal yang tetap maka akan memicu adanya ketidakteraturan pola hunian. Sehingga keadaan yang seperti tersebut akan terbentuk permukiman liar yang mengakibatkan adanya permukiman kumuh di salah satu kawasan tempat tinggal yang ada. Adanya permukiman kumuh di suatu daerah dapat memberikan kesan kegagalan terhadap pemerintah sebagai pemberi dan penyedia pelayanan publik kepada masyarakatnya seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang berlokasi di Kabupaten Sidoarjo, sedangkan situsnya berada di Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. Sumber datanya primer diperoleh dari beberapa wawancara dari informan yang berkaitan, sedangkan data sekundernya diperoleh dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan tema tersebut. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri, dan beberapa alat penunjang seperti pedoman wawancara, dan alat bantu lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Rumah Susun Sederhana Sewa Ngelom Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo berjalan dengan baik. Aktor yang terlibat dalam pengelolaan Rumah Susun adalah Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Sidoarjo, Penghuni Rumah Susun, UPTD Kabupaten Sidoarjo, dan Koordinator serta Pengurus Rumah Susun Ngelom, Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. Masing-masing aktor menjalankan wewenangnya dengan baik dan saling berkoordinasi. Pengelolan Rumah Susun berjalan secara efektif, namun terdapat beberapa kendala teknis dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengelolaan Rumah Susun. Selain itu, Pemerintah dan Dinas masih harus mempertimbangkan prasarana dan fasilitas, serta permukiman kumuh lainnya sehingga masyarakat mendapatkan hunian yang layak. Kata Kunci : Permukiman, Rumah Susun, Kumuh. vii.

(8) Fiky Indra Abdillah. 2017. Implementation of Regional Regulation of Sidoarjo Regency Number 1 Year 2015 About Management of Simple Flats Rent as Handling of Slum Residential Area (Study on Simple Housing Association Ngelom Rent District Taman District of Sidoarjo). Undergraduate Thesis. Science Department of Public Administration, Faculty of Administration Science, Brawijaya University. Advisor Lecturer : Dr. Suryadi, MS. 164 pages + xv. SUMMARY The high rate of population growth in districts / cities in East Java Province in 2014-2015 will indirectly affect the number of shelters needed. With an increased rate of growth and the availability of a fixed place or area of residence it will trigger the existence of irregular pattern of occupancy. So that such conditions will form illegal settlements that resulted in slum settlements in one of the existing residence area. The existence of slums in a region can give the impression of failure to the government as a provider and provider of public services to the community as described in Law No. 25 of 2009 on Public Services. This research uses descriptive research type with qualitative approach located in Sidoarjo regency, while the site is in Taman District, Sidoarjo Regency. The primary data source was obtained from several interviews from the relevant informants, while the secondary data were obtained from documents relating to the theme. Techniques of collecting data through interviews, observation, and documentation. While the research instrument is the researcher himself, and some supporting tools such as interview guides, and other aids. The results showed that in a simple apartment rent Ngelom District Taman District Sidoarjo run well. Actors involved in the management of Flats are Housing and Settlements of Sidoarjo Regency, Residents of Flats, UPTD of Sidoarjo Regency, and Coordinator and Management of Ngelom Flats, Taman District Kabupaten Regency. Each actor exercises his authority well and coordinates with each other. The management of Flats runs effectively, but there are some technical constraints and no significant effect on the management of Flats. In addition, the Government and the Office still have to consider infrastructure and facilities, as well as other slums so that people get decent housing. Keywords : Settlements, Flats, Slums. viii.

(9) KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa sebagai Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh (Studi Pada Rumah Susun Sederhana Sewa Ngelom Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo)”. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Administrasi Publik pada prodi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak, khususnya kepada : 1. Orang tua penulis, Bapak Ir. H Mas’ud dan Ibu Isyatul Ulum S.E serta keluarga besar yang setia dan tidak ada henti-hentinya memberikan doa serta semangat bagi penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. 3. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. 4. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi. Publik. Fakultas. Ilmu. Administrasi. Universitas. Brawijaya. 5. Bapak Dr. Suryadi, MS selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan baik secara teoritis maupun moril sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.. ix.

(10) 6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 7. Keluarga Besar Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Sidoarjo yang senantiasa mengarahkan, mendampingi, membimbing, dan memberikan informasi selama penelitian berlangsung. 8. Sahabat- sahabat saya Mbak Dian, Sofi, Geng Alus, anak-anak Kemangi dan Basis Beringin. 9. Teman-teman. Publik. angkatan. 2013. yang. telah. membantu,. memberikan semangat serta doa kepada penulis. 10. Bagi semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.. Malang, 13 Juni 2017. Penulis. x.

(11) DAFTAR ISI. MOTTO .............................................................................................................ii TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ...............................................................iii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................................iv TANDA PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................vi RINGKASAN ....................................................................................................vii SUMMARY .......................................................................................................viii KATA PENGANTAR .......................................................................................ix DAFTAR ISI ......................................................................................................xi DAFTAR TABEL..............................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1 A. Latar Belakang ..............................................................................................1 B. Rumusan Masalah .........................................................................................13 C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................14 D. Kontribusi Penelitian.....................................................................................14 E. Sistematika Penulisan....................................................................................16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................19 A. Administrasi Publik ........................................................................................19 B. Kebijakan Publik ............................................................................................23 1. Pengertian Kebijakan Publik ....................................................................23 2. Sifat Kebijakan Publik..............................................................................24 3. Tahap-Tahap Kebijakan Publik ................................................................25 C. Implementasi Kebijakan .................................................................................28 1. Pengertian Implementasi Kebijakan .........................................................28 2. Model-Model Implementasi Kebijakan....................................................30 3. Aktor-Aktor Implementasi .......................................................................45 D. Efektifitas Implementasi Kebijakan ...............................................................50 1. Pengertian Efektivitas...............................................................................50 2. Prinsip Pokok Implementasi Kebijakan yang Efektif ..............................52 E. Permukiman Kumuh.......................................................................................56 1. Pengertian Permukiman Kumuh ..............................................................56 2. Penanganan Permukiman Kumuh ............................................................60 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................64 A. Jenis Penelitian ...............................................................................................64 B. Fokus Penelitian .............................................................................................64 C. Lokasi dan Situs Penelitian ............................................................................66 D. Sumber Data ...................................................................................................67 E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................69. xi.

(12) F. Instrumen Penelitian ......................................................................................71 G. Analisis Data ..................................................................................................73 H. Keabsahan Data ..............................................................................................75 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................76 A. Gambaran Umum Lokasi dan Situs Penelitian...............................................76 1. Gambaran Umum Kabupaten Sidoarjo ....................................................76 2. Gambaran Umum Dinas Perumahan dan Permukiman Sidoarjo .............80 3. Gambaran Umum Rusunawa Ngelom Kecamatan Taman.......................92 B. Penyajian Data ................................................................................................96 1. Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo 1/2015 ..................96 a) Komunikasi ........................................................................................96 b) Sumber Daya ......................................................................................104 c) Disposisi Sikap ...................................................................................109 d) Struktur Birokrasi ...............................................................................112 2. Efektivitas Implementasi Perda Kabupaten Sidoarjo 1/2015 ...................115 a) Ketepatan Kebijakan ..........................................................................115 b) Pelaksanaan Kebijakan yang Tepat ....................................................116 c) Target yang Tepat ...............................................................................117 d) Lingkungan yang Tepat ......................................................................121 e) Proses yang Tepat ...............................................................................122 C. Analisis Data ..................................................................................................123 1. Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo 1/2015 ....................123 a) Komunikasi ........................................................................................124 b) Sumber Daya ......................................................................................130 c) Disposisi Sikap ...................................................................................137 d) Struktur Birokrasi ...............................................................................140 2. Efektivitas Implementasi Perda Kabupaten Sidoarjo 1/2015 ....................143 a) Ketepatan Kebijakan ..........................................................................143 b) Pelaksanaan Kebijakan yang Tepat ....................................................145 c) Target yang Tepat ...............................................................................148 d) Lingkungan yang Tepat ......................................................................150 e) Proses yang Tepat ...............................................................................150 BAB V PENUTUP .............................................................................................152 A. Kesimpulan .....................................................................................................152 B. Saran ...............................................................................................................157 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................161 LAMPIRAN .......................................................................................................164. xii.

(13) DAFTAR TABEL. Tabel 1. Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi 2014 ......................................2 Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk ............................3 Tabel 3. Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh ...................8 Tabel 4. Desa dan Kelurahan per Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo ................78 Tabel 5. Pendapatan Rusunawa Unit Ngelom Tahun 2015 ................................118 Tabel 6. Pendapatan Rusunawa Unit Ngelom Tahun 2016 ................................119. xiii.

(14) DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Tahap-Tahap Kebijakan Publik.........................................................26 Gambar 2. Model Van Meter dan Van Horn.......................................................31 Gambar 3. Model Grindle ...................................................................................33 Gambar 4. Model George Edward III .................................................................42 Gambar 5. Empat Model Implementasi Kebijakan .............................................46 Gambar 6. Hubungan Efektifitas.........................................................................52 Gambar 7. Komponen Analisis Data Model Interaktif .......................................73 Gambar 8. Peta Administratif Kabupaten Sidoarjo.............................................76 Gambar 9. Struktur Organisasi Dinas Perumahan dan Permukiman ..................82 Gambar 10. Lokasi Rusunawa Kabupaten Sidoarjo ...........................................92 Gambar 11. Rusunawa Ngelom Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ..........94 Gambar 12. Struktur UPTD Rusunawa Kabupaten Sidoarjo ..............................95 Gambar 13. Peneliti pada saat wawancara bersama Kepala Dinas .....................97 Gambar 14. Peneliti bersama dengan Koordinator Rusunawa............................101 Gambar 15. Peneliti melakukan wawancara dengan Ketua UPTD Rusunawa ...103 Gambar 16. Peneliti bersama dengan warga Rusunawa .....................................111 Gambar 17. Fasilitas Kebersihan ........................................................................120 Gambar 18. Fasilitas Dalam Rumah ...................................................................121. xiv.

(15) DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Interview Guide Lampiran 2. Dokumentasi Peneliti yang Dilakukan Lampiran 3. Surat Izin Melaksanakan Penelitian Lampiran 4. Peraturan Daerah Nomer 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa. xv.

(16) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Negara dapat dikatakan sebagai suatu organisasi dalam suatu wilayah tertentu yang memiliki kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Adapun beberapa unsur yang harus ada dalam suatu negara yaitu rakyat, wilayah, pemerintahan yang berdaulat dan pengakuan dari negara lain (Achmad, 2012:20). Keempat unsur tersebut harus dimiliki oleh setiap negara yang ada, tidak terkecuali negara Indonesia. Negara Indonesia adalah suatu negara yang memiliki warga negara yang cukup tinggi. Seperti yang dikutip oleh laman finance.detik.com (2014), bahwa pada tahun 2014 menunjuk Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat di dunia setelah China yang memiliki jumlah penduduk 1,355 miliar jiwa, India yang memiliki 1,236 miliar jiwa, Amerika Serikat yang memiliki jumlah penduduk 318.892 juta jiwa, dan Indonesia yang memiliki jumlah penduduk mencapai 253,60 juta jiwa. Sehingga angka tersebut menunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan, kesejahteraan, dan pelayanan yang diberikan oleh negara untuk masyarakat merupakan angka yang tidak sedikit. Adapun disajikan jumlah penduduk di Indonesia yang dalm rekap per provinsi pada tabel berikut :. 1.

(17) 2. Tabel 1. Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi 2014 Kepadatan. Nama. No.. Penduduk. Provinsi. 1.. Aceh. 2.. Nama. No.. Provinsi. (jiwa/km2). Kepadatan Penduduk (jiwa/km2). 85. 18.. Nusa Tenggara Barat. 257. Sumatera Utara. 189. 19.. Nusa Tenggara Timur. 103. 3.. Sumatera Barat. 122. 20.. Kalimantan Barat. 32. 4.. Riau. 71. 21.. Kalimantan Tengah. 16. 5.. Jambi. 67. 22.. Kalimantan Selatan. 101. 6.. Sumatera Selatan. 87. 23.. Kalimantan Timur. 26. 7.. Bengkulu. 93. 24.. Sulawesi Utara. 8.. Lampung. 232. 25. Sulawesi Tengah. 46. 9. Kepulauan Riau. 234. 26.. Sulawesi Barat. 75. 172. 10.. DKI Jakarta. 15174. 27.. Sulawesi Selatan. 11.. Jawa Barat. 1301. 28.. Sulawesi Tenggara. 64. 12.. Jawa Tengah. 1022. 29.. Gorontalo. 99. 13.. D.I. Yogyakarta. 1161. 30.. Maluku. 35. 14.. Jawa Timur. 808. 31.. Maluku Utara. 36. 15.. Banten. 1211. 32. Papua Barat. 16.. Kalimantan Utara. 8. 33.. Papua. 82. 34.. Bali. 17.. Kepulauan Bangka Belitung. Sumber : bps.go.id, 20 Desember 2016. 180. 9 10 710.

(18) 3. Tabel tersebut menunjukkan bahwa persebaran penduduk yang ada di Indonesia tidak merata antar setiap daerah. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian kepadatan penduduk yang ada di Indonesia terdapat di sebagian wilayah tertenju saja terutama di kota-kota besar. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa hidup di kota akan memberikan jaminan yang lebih baik kepada setiap penduduknya,. seperti. lapangan. pekerjaan,. pendidikan. dan. kesehatan. (liputan6.com, 10 Juni 2017). Anggapan inilah yang menjadikan salah satu faktor adanya kesenjangan disetiap daerah yang ada di Indonesia tidak terkecuali Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa timur adalah salah satu kawasan yang memiliki penduduk yang besar, ini dibuktikan dengan adanya data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011, yaitu:. Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur 2014 dan 2015 Jumlah Penduduk. Laju. (ribu). Pertumbuhan. No. Kabupaten/Kota. Penduduk per 2014. 2015. Tahun (%). 1.. Pacitan. 549.481. 550.986. 0,27. 2.. Ponorogo. 865.809. 867.393. 0,18. 3.. Trenggalek. 686.781. 689.200. 0,25. 4.. Tulungagung. 1.015.974. 1.021.190. 0,51. 5.. Blitar. 1.140.793. 1.145.396. 0,40. 6.. Kediri. 1.538.929. 1.546.883. 0,52.

(19) 4. Laju. No. Kabupaten/Kota. Jumlah. Jumlah. Pertumbuhan. Penduduk. Penduduk. Penduduk per. 2014. 2015. Tahun (%). 7.. Malang. 2.527.087. 2.544.315. 0,68. 8.. Lumajang. 1.023.378. 1.030.193. 0,37. 9.. Jember. 2.394.608. 2.544.315. 0,62. 10.. Banyuwangi. 1.588.082. 1.549.083. 0,38. 11.. Bondowoso. 756.989. 761.205. 0,56. 12.. Situbondo. 666.013. 669.731. 0,56. 13.. Probolinggo. 1.132.690. 1.140.480. 0,69. 14.. Pasuruan. 1.569.507. 1.581.787. 0,78. 15.. Sidoarjo. 2.083.924. 2.117.279. 1,60. 16.. Mojokerto. 1.070.486. 1.080.389. 0,93. 17.. Jombang. 1.234.501. 1.240.985. 0,53. 18.. Nganjuk. 1.037.723. 1.041.716. 0,38. 19.. Madiun. 673.988. 676.087. 0,31. 20.. Magetan. 626.014. 627.413. 0,13. 21.. Ngawi. 827.829. 828.783. 0,12. 22.. Bojonegoro. 1.232.386. 1.236.607. 0,34. 23.. Tuban. 1.147.097. 1.152.915. 0,51. 24.. Lamongan. 1.187.084. 1.187.795. 0,06. 25.. Gresik. 1.241.613. 1.256.313. 1,18. 26.. Bangkalan. 945.821. 954.305. 0,90. 27.. Sampang. 925.911. 936.801. 1,18. 28.. Pamekasan. 836.224. 845.314. 1,90. 29.. Sumenep. 1.067.22. 1.072.113. 0,46.

(20) 5. Kota 30.. Kediri. 278.072. 280.004. 0,69. 31.. Blitar. 136.903. 137.908. 0,73. 32.. Malang. 845.973. 851.298. 0,63. 33.. Probolinggo. 226.777. 228.013. 0,99. 34.. Pasuruan. 193.329. 195.815. 0,77. 35.. Mojokerto. 124.719. 125.706. 0,79. 36.. Madiun. 174.373. 174.995. 0,36. 37.. Surabaya. 2.833.924. 2.848.583. 0,52. 38.. Batu. 198.608. 200.486. 0,95. Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur 2015. Tingginya laju pertumbuhan penduduk pada kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014-2015 tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi. jumlah. tempat. tinggal. yang. dibutuhkan.. Dengan. laju. pertumbuhan yang meningkat dan ketersediaan tempat atau kawasan tempat tinggal yang tetap maka akan memicu adanya ketidakteraturan pola hunian. Sehingga keadaan yang seperti tersebut akan terbentuk permukiman liar yang mengakibatkan adanya permukiman kumuh di salah satu kawasan tempat tinggal yang ada. Adanya permukiman kumuh di suatu daerah dapat memberikan kesan kegagalan terhadap pemerintah sebagai pemberi dan penyedia pelayanan publik kepada masyarakatnya seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, terlebih kegagalan dalam mengatur pola tata ruang yang proporsional. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H.

(21) 6. menjelaskan dengan tegas yang menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak mendapatkan tempat tinggal dan lingkungan hidup yang baik, sehat serta mendapatkan pelayanan kesehatan”. Berdasarkan amanat tersebut, jelas bahwasanya hak masyarakat adalah dilayani dan disediakan sarana prasarana dalam hal permukiman oleh pemerintah. Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman pasal 1 menjelaskan bahwa yang dimaksud Permukiman Kumuh adalah “permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat”. Sedangkan Sadyohutomo (2008:99) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa penyebab munculnya permukiman kumuh diantaranya pertumbuhan kota yang tinggi yang tidak diimbangi oleh tingkat pendapatan yang cukup dan keterlambatan pemerintah kota dalam merencanakan dan membangun sarana dan prasarana umum. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat populasi penduduk yang tinggi, salah satu kota besar yang ada di Jawa Timur adalah Kota Surabaya (jatimprov.go.id, 20 Desember 2016). Kota Surabaya memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan sabagai tempat hunian, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah penduduk yang ada di daerah pinggiran Kota Surabaya maupun perbatasan Kota Surabaya (surabaya.go.id, 20 Desember 2016) . Seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo, banyaknya.

(22) 7. populasi yang tinggal dan bekerja di Kota Surabaya membuat penduduk Kota Surabaya cenderung untuk menghindari kepadatan yang ada di Kota Surabaya dan memilih Kabupaten Sidoarjo sebagai pilihan, sehingga secara tidak langsung lonjakan populasi di Kabupaten Sidoarjo semakin pesat (sidoarjokab.go.id, 20 Desember 2016). Kabupaten Sidoarjo adalah salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan. Kota. Surabaya. yang. mengalami. perkembangan. cukup. pesat.. Keberhasilan ini dicapai karena berbagai potensi yang ada seperti industri dan perdagangan, usaha kecil dan menengah serta pariwisata (sidoarjokab.go.id, 20 Desember 2016). Dengan adanya berbagai potensi daerah serta dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai, maka dalam perkembangannya Kabupaten Sidoarjo mampu menjadi salah satu daerah strategis bagi pengembangan perekonomian regional (radarjatim.com, 20 Desember 2016). Namun keadaan tersebut tidak berbanding lurus dengan kualitas kenyamanan hunian atau tempat tinggal yang ada, masih banyak ditemukan tempat tinggal yang kurang memadai di Kabupaten Sidoarjo. Seperti yang dipaparkan pada laman kompasiana.com, 20 Desember 2016 yang menyebutkan bahwa : “Menurut Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman dan Perumahan Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Sidoarjo, Kecamatan Sidoarjo sebagai pusat pemerintahan di Kabupaten Sidoarjo menempati peringkat kedua setelah Kecamatan Waru yang tergolong sebagai daerah yang mempunyai permukiman kumuh dengan jumlah cukup tinggi. Permukiman kumuh di Kecamatan Sidoarjo ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu ketidakseimbangan jumlah lahan yang tersedia dengan jumlah penduduk yang ada, lemahnya pelayanan infrastruktur, dan rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Penyebab utama timbulnya permukiman kumuh ini.

(23) 8. adalah kurangnya lahan yang tersedia untuk kebutuhan tempat tinggal. Oleh karena itu, penduduk banyak yang beranggapan untuk membangun permukiman illegal saja seperti di daerah bantaran rel kereta api di daerah Sidokare, Kecamatan Sidoarjo. Permukiman illegal cenderung menjadi permukiman kumuh yang dapat menyebabkan terjadinya banyak dampak negatif, seperti timbulnya tindak kejahatan, disfungsi daerah sekitar bantaran rel kereta api, dan merusak wajah kota.”. Kabupaten Sidoarjo masih belum terbebaskan oleh permukiman kumuh seperti yang sudah dijelaskan pada paparan di atas. Masih perlunya adanya penangan lebih terkait permasalah tersebut seperti halnya pembangunan Rusunawa yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Adapun tabel yang menunjukkan bahwa lokasi lingkungan perumahan dan permukiman kumuh di Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :. Tabel 3. Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Di Kabupaten Sidoarjo Lokasi No Kecamatan 1.. Krian. Kelurahan/D esa. Lokasi Luas Luas Kasawasan No. Kawasan Kecamatan Kelurahan/Desa (Ha) (Ha). Krian. 1.36. Tambak Kemerakan. Tambaksalisogo. 7.21. 1.30. Kadungpandan. 8.57. Sidomojo. 2.26. Semambung. 10.86. Terung Kulon. 2.88. Permisan. 2.70. 2.. Balongbendo. Kemangsen. 20.00. 3.. Taman. Bringinbendo. 1.84. Ngelom. 2.66. 7.. 8.. 9.. Jabon. Tanggulangin Kalitengah. 7.47. Gempolsari. 2.74. Balongdowo. 12.55. Candi.

(24) 9. 4.. 5.. 6.. Waru. Sedati. Gedangan. Wadungsari. 1.60. Tenggulunan. 5.00. Tambak Sumur. 0.38. Bligo. 8.33. Ngingas. 15.00. Tambakrejo. 20.00. Cangkringansari. 7.79. Brebek. 5.00. Kloposepuluh. 15.17. Wedoro. 5.00. Pekarungan. 3.35. Waru. 5.00. Pesawahan. 1.50. Tambaksawah. 15.00. Wunut. 2.00. Segorotambak. 6.11. Porong. 2.35. Banjar Kemuning. 8.00. Kebonagung. 3.32. Tambak Cemandi. 9.75. Pucang. 20.00. Gresik Cemandi. 5.14. Lemahputro. 15.00. Sruni. 2.36. Bluru. 10.00. Sawotratap. 6.53. Sumberrejo. 14.05. 10.. 11.. 12.. 13.. Sukodono. Porong. Sidoarjo. Wonoayu. Padengmonegoro 6.84. Total Sumber : Keputusan Bupati Sidoaro Nomor 188/452/404.1.3.2/2015 (2015). Tabel lokasi permukiman kumuh di Kabupaten Sidoarjo yang dipaparkan pada setiap kecamatan dan kelurahan atau desa tersebut menunjukkan angka 301.08 Ha. Hal ini dikarenakan pesatnya pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sidoarjo sebagai dampak urbanisasi yang kurang diimbangi kemampuan pelayanan kota sehingga berakibat pada semakin meluasnya lingkungan permukiman kumuh. Keadaan inilah yang memicu Pemerintah Kabupaten. 301.08.

(25) 10. Sidoarjo untuk segera menindaklanjutinya agar tercapainya visi yang ada pada rencana stategis Kabupaten Sidoarjo Tahun 2016-2021 yaitu “Mewujudkan Lingkungan Perumahan dan Permukiman yang Sehat, Handal, Tertib dan Berkelanjutan yang didukung oleh Good Governance” (sidoarjokab.go.id, 20 Desember 2016). Menurut H Usman, M.Kes selaku ketua komisi D di DPRD Kabupaten Sidoarjo selama ini dalam menangani hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memberikan bantuan langsung tunai kepada masyarakat di permukiman kumuh untuk tambahan biaya hidup. Namun dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memberikan terobosan baru dalam menangani permasalahan permukiman kumuh yang ada yaitu dengan penyelenggaraan rumah susun sebagai hunian yang lebih layak daripada sebelumya bagi masyarakat. Ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa penanganan permukiman kumuh yang dapat dilakukan yaitu adanya pencegahan dan peningkatan kualitas. Pola peningkatan kualitas inilah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo yaitu dengan menyelenggarakan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa). Ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Saiful Ilah selaku. Bupati. Kabupaten. Sidoarjo. yang. termuat. pada. laman. economy.okezone.com, 21 Desember 2016 yang menyatakan bahwa : “Urbanisasi yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo tidak dapat dibendung karena banyaknya para pendatang sehingga dibuatlah penataan kawasan permukiman yang dilengkapi sarana prasarana penunjangnya dengan baik. Dia mengakui,.

(26) 11. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah memiliki beberapa rusunawa, diantaranya Rusun Tambaksawah, Rusun Bulusidokare, dan Rusun Pucang, Wonocolo. Namun, rusunawa- rusunawa ini belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Bahkan, banyak penyewa rusunawa tersebut adalah warga yang bekerja di luar Kabupaten Sidoarjo. Disisi lain, lahan yang tersedia di Kabupaten Sidoarjo untuk mengembangkan perumahan sudah sangat terbatas. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidoarjo pendatang di Kabupaten Sidoarjo mencapai 1.000 orang per bulan. Jumlah pendatang sesungguhnya sangat mungkin lebih besar karena banyak yang bermukim di Kabupaten Sidoarjo, tetapi masih ber-KTP luar Kabupaten Sidoarjo. Kepala Dispendukcapil Kabupaten ,Sidoarjo Medi Yulianto mengakui migrasi masuk ke Kabupaten Sidoarjo cukup besar, rata-rata 1.135 orang per bulan berdasarkan data 2015. Ini terjadi karena Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah yang sangat berkembang.” Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa menyebutkan bahwa Rumah Susun yang selanjutnya disebut Rusun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah vertikal dan merupakan satuansatuan yang masing-masing. dapat. dimiliki dan digunakan secara terpisah,. terutama untuk hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun menjelaskan juga bahwa Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) termasuk rumah susun umum. Adapun beberapa rumah susun yang telah diselenggarakan dan berjalan hingga saat ini di Kabupaten Sidoarjo yaitu Rumah Susun Ngelom Kecamatan Taman, Rumah Susun Bulusidokare Kecamatan Sidoarjo, Rumah Susun Pucang Kecamatan Sidoarjo, dan Rumah Susun Wonocolo Kecamatan Sidoarjo (sidoarjokab.go.id, 20 Desember 2016)..

(27) 12. Keempat Rumah Susun tersebut memiliki biaya sewa masing-masing yang berbeda-beda sesuai klasifikasi dan tipe setiap rumah susun yang ada. Penyelenggaraan Rumah Susun dilakukan dalam rangka mengurangi kawasan kumuh terutama diperkotaan, dengan tujuan meningkatan kualitas lingkungan permukiman. Penyelenggaraan rumah susun ini dijadikan sebagai solusi oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk menangani permasalahan pemukiman kumuh yang harapannya mampu memberikan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni (radarjatim.com, 20 Desember 2017). Namun dalam kenyataannya, harapan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk dapat menfasilitasi permukiman yang layak huni dan berkualitas bagi masyarakat ini tidak diterima dengan baik oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang mengaku lebih memiliki tinggal di permukiman yang kumuh daripada tinggal di rumah susun yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Masyarakat menganggap bahwa harga sewa yang disediakan terlalu mahal, sehingga rumah susun yang ada di kawasan Sidoarjo inipun sepi peminat (sidoarjoterkini.com, 21 Desember 2016). Masyarakat berharap harga sewa rumah susun yang ada bisa dibawah harga sewa rumah kost, karena bagi masyarakat keberadaan rumah susun bukan semata-mata bisnis tetapi untuk pemenuhan kebutuhan rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) (sidoarjoterkini.com, 21 Desember 2016)..

(28) 13. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu adanya penanganan yang cepat dan cermat sesuai dengan keadaan dan permasalahan yang dihadapi. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang implementasian Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo tentang Rumah Susun untuk dapat mengetahui yang sebenarnya terjadi demi terwujudnya Kabupaten Sidoarjo yang bebas permukiman kumuh. Sehingga judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa sebagai Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh (Studi Pada Rumah Susun Sederhana Sewa Ngelom Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo)”.. B. Rumusan Masalah 1.. Bagaimanakah implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa sebagai penanganan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo?. 2.. Bagaimanakah efektivitas implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa sebagai penanganan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo?.

(29) 14. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu menjawab rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.. Mengetahui, Memahami. dan Menganalisis. tentang Implementasi. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa sebagai penanganan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. 2.. Mengetahui,. Memahami. dan. Menganalisis. tentang. Efektivitas. implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa sebagai penanganan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.. D. Kontribusi Penelitian Kontribusi penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu kontribusi yang bersifat teoritis dan kontribusi yang bersifat praktis. Dengan melihat segala aspek yang ada maka kontibusi yang ingin dicapai antara lain : 1. Kontribusi Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran sebagai sumber referensi untuk penelitian lebih lanjut kedepannya tentang implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun.

(30) 15. 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa sebagai penanganan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. 2. Kontribusi Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk mengetahui implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa sebagai penanganan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. Adapun beberapa kontribusi praktis dalam penelitian ini : a) Bagi Pemerintah Dapat digunakan sebagai kontribusi pemikiran dalam perumusan konsep tentang implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa sebagai penanganan kawasan. permukiman kumuh di Kecamatan Taman. Kabupaten Sidoarjo. b) Bagi Masyarakat Sebagai bahan pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan secara maksimal tentang implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa sebagai penanganan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo..

(31) 16. c) Bagi Peneliti Sebagai sarana peneliti untuk memperluas pengetahuan terutama dalam hal praktik tentang implementasi peraturan daerah sehingga peneliti mampu menganalisis pengembangan disiplin ilmu dalam kehidupan nyata.. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dimaksudkan agar sesuatu yang dibahas dalam penulisan ini dapat diketahui dan dipahami secara mudah dan jelas disetiap masing-masing bab. Secara garis besar sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa bab, yang disusun sebagai berikut : 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang penjelasan sub bab pendahluan yang berisi : latar belakang masalah yang menjelaskan tentang pentingnya penelitian yang merupakan bentuk pernyataan secara singkat dan jelas tentang permasalahan dalam penelitian. Selain itu bab ini juga menyajikan adanya perumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan yang berisi pemadatan isi dari masing-masing bab yang akan ditulis. 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan tentang kerangka teoritis yang membahas tentang landasan teori yang digunakan dalam pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan judul atau tema yang diangkat oleh peneliti. Hal tersebut dilakukan agar bab ini memiliki acuan yang jelas dalam melakukan penelitian.

(32) 17. yang berkaitan dengan implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa sebagai penanganan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Taman Kabupaten. Sidoarjo,. sehingga. dapat. membantu. peneliti. dalam. menghubungkan antara konsep dan teori dengan fakta yang terjadi di lapangan. Adapun beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Administrasi Publik, Kebijakan Publik, Implementasi Kebijakan Publik dan Konsep tentang permukiman kumuh. 3. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini dan mencakup beberapa sub bab dengan penjelasan yang ringkas yang terdiri dari: jenis penelitian, lokasi dan situs penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis data, dan keabsahan data. 4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi uraian gambaran umum yang meliputi data dan fokus pembahasan yang diperoleh selama penelitian. Dalam bab ini juga diuraikan mengenai hasil dan pembahasan berupa data-data yang disesuaikan dengan fokus penelitian dan telah dianalisa beserta interpretasinya. 5. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan dan saran merupakan masukan yang diberikan. Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan atas analisa data dalam.

(33) 18. suatu pembahasan dan berisi saran-saran yang bisa disampaikan oleh peneliti berdasarkan analisa data sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang berkepentingan..

(34) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Administrasi Publik Sjamsuddin (2010:1) dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar dan Teori Administrasi Publik menjelaskan bahwa Administrasi berasal dari kata latin yang berarti administrare (ad = pada, ministare = melayani), pengertian tersebut dianalogikan sebagai suatu pelayanan yang diberikan kepada (baik kepada individu, kelompok ataupun lembaga). Sedangkan Administrasi dalam Bahasa Inggris berarti “administration” (to administer, to manage, dan to direct) . To administer berarti mengurus , to manage berarti mengelola, dan to direct yang berarti menggerakkan. Dan dalam Bahasa Belanda administrasi berarti “administratie” yang menunjukkan arti stelselmatige verkrijging en verwerking van gegeven (tata usaha), bestuur (manajemen organisasi) dan baheer (manejemen sumber daya). Sehingga dapat disimpulkan bahwa administrasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengelola atau menggerakkan untuk memberikan suatu pelayanan kepada individu, kelompok maupun lembaga. Menurut John M. Pfiffner yang dikutip oleh Sjamsudin (2010:10) mengatakan bahwa “administrasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengorganisasi dan menggerakkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan material untuk mencapai tujuan yang diinginkan”. Dalam referensi yang sama Robert Calkins yang dikutip. 19.

(35) 20. oleh Sjamsuddin (2010:10) menyebutkan bahwa “administrasi adalah kombinasi antara pengambilan keputusan dengan pelaksanaan dari keputusan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Sedangakan menurut Pasolong (2008:3) berpendapat bahwa administrasi merupakan sebuah pekerjaan atau kegiatan yang terencana yang dilakukan sekelompok orang bersama-sama untuk mencapai tujuan secara efektif, efisien, dan rasional. Sehingga dari beberapa pengertian tentang administrasi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa administrasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menggerakkan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, yang didalamnya terdapat proses pengambilan suatu keputusan demi terciptanya efisiensi dan efektifitas dari adanya suatu pelayanan. Kata publik merupakan terjemah dari bahasa Inggris yang berarti “public”. Dalam pustaka Kamus Besar Bahasa Indonesia kata publik diartikan sebagai orang banyak (umum), semua orang yang datang (menonton, mengunjungi, dan sebagainya). Sementara dalam kamus Indonesia-Inggris, Jhon M. Echols dan Hassan Saddily yang dikutip oleh Sjamsudin (2010:110), berpendapat bahwa kata publik didefinisikan sebagai public life (di muka umum), public utility (keperluan umum), public work (pekerjaan umum), dan public knowledge (sudah diketahui umum). Dalam bukunya yang berjudul Ilmu Administrasi Publik, Syafiie (2006:24) mengatakan bahwa publik memiliki beberapa arti seperti umum, masyatakat, atau negara. Yang dimaksudkan dengan kata umum misalnya.

(36) 21. milik umum, tempat umum, perusahaan umum dan lain-lain yang bersifat digunakan untuk umum. Menurut Rando yang dikutip oleh Sjamsuddin (2010:111) mengartikan bahwa publik adalah “Pertaining to, or affecting a population or a community as a whole; open to all person; owned by community; performed on behalf of a community; serving a community as official.” (Berkaitan dengan, atau mempengaruhi populasi atau masyarakat secara keseluruhan; terbuka untuk semua orang; milik masyarakat; dilakukan atas nama masyarakat; melayani masyarakat secara resmi). Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa publik merupakan sesuatu yang bersifat umum, dimana dalam keadaan umum tersebut semua yang berinteraksi dapat mengetahui, mengakses dan memilikinya. Dalam Kamus Webster administrasi publik berarti public administration yang diartikan sebagai “branch of political science dealing primarily with the structure and workings of agencies charged with the administration of goverment fuction” (cabang ilmu politik yang berurusan dengan struktur dan cara kerja lembaga yang dibebankan pada. administrasi fungsi pemerintah). Adapun. beberapa istilah administrasi publik yang diungkapkan oleh beberapa ahli : 1.. John M. Pfinner & Robert V. Presthus menyebutkan administrasi publik yaitu (1) “public administration inolves the implementation of public policy which has been determine by representative political bodies” (administrasi publik meliputi kebijakan pemerintahan yang telah ditetapkan oleh badanbadan perwakilan politik); (2) “public administration may be defined as the coordination of individual and group efforts to carry out public policy, it is mainly accuped with the daily work of govemment” (administrasi publik dapat didefinisikan sebagai koordinasi usaha-usaha perorangan dan.

(37) 22. 2.. 3.. kelompok untuk melaksanakan kebijakan pemerintah. Hal ini meliputi pekerjaan sehari-hari pemerintah); Felix A. Nigro & Lioyd G. Nigro mengatakan administrasi adalah : (1) “cooperative group effort in public setting” (suatu kerjasama kelompok dalam lingkungan pemerintahan) (2) “covers all there brances: executice, legislative and judicial, and their interelaionship” (meliputi ketiga cabang pemerintahan : eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta hubungan diantaranya); George J. Gordon : administrasi publik merupakan seluruh proses baik yang dilakukan organisasi maupun perorangan yang berkaitan dengan penerapan atau pelaksanaan hukum dan peraturan yang dikeluarkan oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan peradilan (Sjamsuddin, 2010:114).. Beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa administrasi publik adalah serangkaian proses yang dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok yang berhubungan dengan pelaksanaan suatu kebijakan tertentu dari pemerintah, dengan adanya administrasi publik yang dilakukan harapannya serangkaian proses yang dilakukan tersebut akan semakin baik, efektif dan efisien. Sehingga dengan adanya administrasi publik dalam hal penanganan permukiman kumuh melalui implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo ini, harapannya proses implementasi yang dilakukan dapat terlaksana dengan efektif dan efisien sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang diberlakukan oleh beberapa pihak yang berwenang..

(38) 23. B. Kebijakan Publik 1.. Pengertian Kebijakan Publik Winarno (2016:19) dalam bukunya yang berjudul Kebijakan Publik Era Globalisasi Teori, Proses dan Studi Kasus Komparatif, berpendapat bahwa secara umum, istiah kebijakan atau policy digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam bidang kegiatan tertentu. Dalam referensi yang sama Robert Eyestone yang dikutip oleh Winarno (2016:19) mengatakan bahwa “Secara luas kebijakan publik dapat didefinisikan. sebagai. hubungan. suatu. unit. pemerintah. dengan. lingkungannya”. Sedangkan menurut Dye yang dikutip oleh Winarno (2016:19) mengatakan dengan tegas bahwa “kebijakan publik adalah studi tentang apa yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa pemerintah mengambil tindakan tersebut, dan apa akibat dari tindakan tersebut”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara luas segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah suatu kebijakan publik. Kemudian lebih spesifik dapat diartikan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian proses dari pengambilan keputusan hingga tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, dan setiap keputusan ataupun tindakan yang dilakukan memiliki dampaknya masing-masing..

(39) 24. 2.. Sifat Kebijakan Publik Winarno (2016:23) menjelaskan bahwa sifat kebijakan publik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu diantaranya Policy Demands (tuntutan-tuntutan kebijakan), Policy Decisions (keputusankeputusan kebijakan), Policy Statements (pernyataan-pernyataan kebijakan), Policy Outputs (hasil-hasil kebijakan), dan Policy Outcomes (dampakdampak kebijakan). Adapun penjelasan dari beberapa sifat kebijakan publik tersebut adalah, pertama ; Policy Demands (tuntutan-tuntutan kebijakan) adalah suatu tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah, yang ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik untuk mengambil suatu tindakan tertentu. Kedua ; Policy Decisions (keputusan-keputusan kebijakan) adalah suatu keputusan-keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberikan arah kebijakan publik, seperti undangundang dan beberapa peraturan-peraturan yang dibutuhkan. Ketiga; Policy Statements (pernyataan-pernyataan kebijakan) adalah pernyataan-pernyataan resmi tentang kebijakan publik, seperti undang-undang dan peraturanperaturan pemerintah yang menunjukkan suatu maksud dan tujuan pemerintah dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Keempat ; Policy Outputs (hasil-hasil kebijakan) adalah suatu hal yang sebenarnya yang dilakukan menurut keputusan-keputusan dan pernyataanpernyataan suatu kebijakan. Dan kelima; Policy Outcomes (dampak-dampak.

(40) 25. kebijakan) adalah suatu akibat yang diperoleh masyarakat, baik akibat tersebut yang diinginkan maupun tidak diinginkan dari suatu hal yang telah dilakukan oleh pemerintah. Jadi dari beberapa pemaparan terkait sifat kebijakan publik tersebut dapat diketahui bahwa kebijakan yang baik haruslah memiliki sifat-sifat tersebut, diantaranya Policy Demands (tuntutan-tuntutan kebijakan), Policy Decisions (keputusan-keputusan kebijakan), Policy Statements (pernyataanpernyataan kebijakan), Policy Outputs (hasil-hasil kebijakan), dan Policy Outcomes (dampak-dampak kebijakan). Sebuah kebijakan publik itu dijalankan maka salah satu dari kelima sifat tersebut haruslah ada, dan tentunya setiap sifat kebijakan publik yang dimaksud tersebut telah ditetapkan dan disepakati bersama oleh setiap aktor yang terkait dari suatu kebijakan publik yang ada.. 3.. Tahap-Tahap Kebijakan Publik Proses pembuatan kebijakan publik merupakan suatu proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji didalamnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mengkaji suatu kebijakan publik maka dibuatlah beberapa tahapan kebijakan publik. Adapun Dunn yang dikutip oleh Winarno (2016:31) menggambarkan bahwa tahapantahapan kebijakan publik adalah :.

(41) 26. Penyusunan Agenda. Formulasi Kebijakan. Adopsi Kebijakan. Implementasi Kebijakan. Evaluasi Kebijakan Gambar 1. Tahap-Tahap Kebijakan Publik Sumber : Winarno (2016:31). Adapun beberapa penjelasan dari gambar di atas adalah, pertama ; penyusunan agenda adalah suatu tahap menempatkan suatu permasalahan menjadi agenda publik yang dilakukan para pejabat. Dimana dalam penyusunannya. masalah-masalah. yang. dirumuskan. telah. diseleksi. sebelumnya, dalam tahap ini terdapat suatu masalah yang mungkin tidak disentuh sama sekali namun juga terdapat suatu masalah lainnya yang ditetapkan dan menjadi fokus pembahasan. Kedua ; dalam tahap formulasi kebijakan ini masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh pembuat kebijakan yang kemudian ditetapkan pemecahan masalah tersebut..

(42) 27. Ketiga ; dalam tahap adopsi kebijakan ini dilakukan pemilahan dari sekian banyak pemecahan masalah atau alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, maka ditentukan salah satu alternatif kebijakan tersebut yang diadopsi dengan dukungan dari legislatif yang berdasarkan konsensus bersama. Keempat ; dalam tahap implementasi kebijakan ini keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan oleh badan administratif ataupun badan pemerintah lainnya. Karena bagaimanapun juga suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan para birokrat jika program yang telah dibuat tidak diimplementasikan. Dan keempat ; tahap evaluasi kebijakan publik, dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai dan dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan suatu permasalahan tentunya dengan indikator tersendiri untuk menilai dan mengevaluasi suatu kebijakan tersebut. Setiap kebijakan publik terdapat beberapa tahapan yang ada didalamnya. Dengan adanya tahapan-tahapan tersebut, maka kebijakan publik yang dibuat harapannya akan mampu mengatasi permasalahan yang ada dengan teratur dan terarah. Seperti halnya kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa yang digunakan sebagai penanganan permukiman kumuh di Kabupaten Sidoarjo. Peraturan Daerah ini telah dibuat melalui tahap penyusunan agenda, yang kemudian dari beberapa objek permasalahan.

(43) 28. yang diagendakan maka diformulasikan mana objek permasalahan yang secepatnya perlu dirumuskan kebijakan untuk penangannya, kemudian setelah dirumuskan maka diadopsi kebijakan mana yang sesuai cara penangannya melalui suatu kebijakan. Jika telah diadopsi tentang kebijakan mana yang sesuai, maka suatu kebijakan tersebut dapat diimplementasikan. Sehingga setelah diimplementasikan barulah suatu kebijakan tersebut dapat dinilai baik dan buruknya atau dengan kata lain dapat dievaluasi. Namun dalam penulisan skripsi ini peneliti memberikan batas yakni tentang tahap implementasi, karena objek yang dibahas dalam penulisan skripsi ini belum dapat dievaluasi disebabkan rentan waktu yang kurang dari 3 tahun. Selain itu tahapan implementasi dalam suatu kebijakan publik menjadi penting untuk dilakukan guna untuk mengetahui posisi keberlanjutan dari sebuah kebijakan yang telah telah diambil sebelum berlanjut pada tahap selanjutnya.. C. Implementasi Kebijakan 1.. Pengertian Implementasi Kebijakan Ripley dan Franklin yang dikutip oleh Winarno (2016:134) berpendapat bahwa implementasi merupakan apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Sedangkan menurut Grindle dalam Winarno (2015:135) memiliki pandangan tentang implementasi secara umum yaitu tugas implementasi adalah membentuk.

(44) 29. suatu kaitan (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak suatu pemerintahan. Jadi menurut pengertian diatas implementasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan setelah adanya perintah dari atasan yang dibentuk dalam suatu program tertulis dan telah disahkan serta dituangkan menjadi sebuah kegiatan dan memiliki suatu tujuan tertentu. Winarno (2016:133) menyatakan bahwa implementasi kebijakan publik adalah suatu tahapan yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu kebijakan publik harus diimplementasikan supaya dapat mengetahui dampak yang terjadi dan tujuan yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Dalam pengertian yang luas, Implementasi kebijakan dipandang sebagai tahap dari proses kebijakan setelah penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang yang dilakukan oleh banyak aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja secara bersamasama untuk menjalankan kebijakan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar tujuan-tujuan dari suatu kebijakan atau program-program dapat tercapai. Dalam sudut pandang yang lain, implementasi merupakan fenomena yang kompleks yang dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome). Implementasi dapat diartikan sebagai konteks keluaran, atau sejauh mana tujuan-tujuan yang telah direncanakan mendapat dukungan, sehingga akhirnya implementasi mampu memberikan dampak perubahan yang bisa diukur dalam masalah yang luas.

(45) 30. yang dikaitkan dengan program, undang-undang publik, dan keputusan yudisial. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu konsep dari suatu kegiatan yang didasarkan pada peraturan-peraturan atau undang-undang atau programprogram yang telah dibuat berdasarkan suatu fenomena yang kompleks, dan melibatkan sejumlah aktor-aktor dalam keberlangsungannya, yang mana dalam setiap kegiatan yang dilangsungkan tersebut memiliki tujuan dan maksud tertentu demi tercapainya dampak perubahan keadaan yang lebih baik lagi dari sebelumnya.. 2.. Model Implementasi Kebijakan Dari beberapa pengertian dan penjelasan mengenai implementasi kebijakan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat diketahui bahwa dalam proses implementasi kebijakan ketika dilakukan maka secara tidak langsung akan mempengaruhi tentang cara implementasi kebijakan dilangsungkan, sehingga muncul beberapa cara atau model implementasi kebijakan yang dilakukan. Adapun beberapa model implementasi kebijakan diantaranya adalah : a) Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Nugroho (2009:219) menyatakan bahwa model implementasi kebijakan yang digunakan adalah.

(46) 31. pengembangan. dari. model. implementasi. klasik.. Model. ini. mengasumsikan bahwa implementasi kebijakan berjalan dengan proses kebijakan.. Adapun. beberapa. variabel. yang. ada. dalam. model. implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn adalah adanya sumber daya dan tujuan standar. Dua variabel tersebut bertujuan untuk mendorong komunikasi antar organisasi dan penegak aktivitas atau pelaksana dari suatu kebijakan tersebut, mengetahui mana saja badanbadan yang bertugas mengimplementasikan beserta karakteristiknya. Tujuan yang dimaksudkan tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, sosial, dan politik, sehingga dapat diketahui model yang tepat dalam pengimplementasian agar dapat tercapai kinerja kebijakan yang dimaksudkan. Adapun lebih jelasnya adalah gambar di bawah ini :. KEBIJAKAN. SUMBER DAYA. Karakteristik lembagalembaga yang diimplementasikan. Pelaksanaann Kegiatan. STANDAR DAN TUJUAN Kondisi ekonomi, sosial, dan politik. Gambar 2. Model Van Meter dan Van Horn Sumber: Nugroho (2009:220). KINERJA. Komunikasi antar organisasi dan melaksanakan aktivitas.

(47) 32. b) Model Implementasi Kebijakan Grindle Merilee S. Grindle yang dikutip oleh Nugroho (2009:221) dalam bukunya yang berjudul Kebijakan Publik di Negara-Negara Berkembang menyatakan bahwa keberhasilan impementasi kebijakan tergantung pada isi kebijakan dan konteks implementasinya yang disebut sebagai derajat kemampuan implementasi. Adapun yang dimaksud dalam hal isi yaitu yang terkait dengan kepentingan publik yang berusaha dipengaruhi oleh kebijakan, jenis keuntungan yang dihasilkan, derajat perubahan yang dimaksud, posisi pembuat kebijakan dan pengimplementasi kebijakan, serta sumber daya yang dihasikan. Sedangkan yang dimaksud dalam hal konteks dalam model implementasi kebijakan Grindle, yaitu adanya tiga variabel penting yang harus diperhatikan. Pertama; kekuatan dalam kepentingan aktor yang terlibat, kedua; karakter institusi dan penguasa, ketiga; tingkat kepatuhan dan daya tanggap. Model implementasi kebijakan Grindle ini lebih menekankan pada konteks kebijakan, khususnya yang terkait dengan implementor (aktor yang melakukan implementasi), sasaran dan arena konflik yang mungkin terjadi diantara para aktor implementasi serta kondisi-kondisi sumber daya implementasi yang diperlukan..

(48) 33. Permasalahan. Agenda Kebijakan. Tahaptahap Putusan. Karakteristik Kebijakan. Arena Konflik Publik. Birokrasi. Menolak/ Menerapkan. Menolak/ Menerapkan. Pembuat kebijakan menilai dan memobilisasi sumber daya untuk mempertahankan informasi. Sumber daya yang dibutuhkan: 5. Politik 6. Keuangan 7. Manajemen 8. Teknik. Beberapa hasil potensial. Gambar 3. Model Grindle Sumber : Nugrogo (2015:224). Manajer kebijakan menilai dan memobilisasi sumber daya untuk mempertahankan informasi.

(49) 34. c) Model Implementasi Kebijakan George Edward III George Edward III dalam Nugroho (2009:225) mencatat bahwa isu kebijakan publik terjadi karena kurangnya perhatian kepada implementasi kebijakan publik. Tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilakukan. Sehingga Edward dalam Nugroho (2009:512) menyarankan untuk memberi perhatian kepada empat isu utama yaitu : 1) Komunikasi Dalam hal ini komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan pada publik untuk memperoleh respon dari pihak-pihak yang terlibat. Edward beranggapan bahwa persyaratan pertama agar implementasi kebijakan berjalan dengan efektif adalah bahwa pelaksana keputusan harus mengetahui apa yang harus dilakukan. Keputusan dan perintah kebijakan tersebut harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah itu dapat diikuti. Tentu saja komunikasinya harus akurat dan harus dimengerti dengan cermat oleh para pelaksana. Namun, tidak jarang. banyak. hambatan. yang. ditemukan. dalam. transmisi. komunikasi yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan. Jika suatu kebijakan ingin diimplementasikan sebagaimana mestinya, maka petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus dipahami, melainkan petunjuk itu harus jelas. Jika petunjuk pelaksanaan tidak jelas, maka.

(50) 35. para pelaksana akan mengalami kebingungan tentang apa yang harus dilakukan. Selain itu, pelaksana kebijakan juga akan mempunyai keleluasaan. untuk. memaksakan. pandangan-pandangan. yang. seharusnya dijadikan acuan. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Edward dalam Winarno (2016:178) yang menyebutkan bahwa dalam proses komunikasi terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu transmisi, konsistensi, dan kejelasan (clarity). Transmisi. adalah. faktor. utama. yang. berpengaruh. terhadap. komunikasi. Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan dan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan disahkan sehingga perlu secepatnya dilaksanakan. Ada beberapa hambatan. yang. timbul. dalam. mentransmisikan. keputusan. implementasi. Pertama yaitu adanya pertentangan dalam mengambil suatu keputusan oleh setiap aktor yang menimbulkan terjadinya hambatan komunikasi kebijakan. Kedua, informasi yang melewati berlapis-lapis hierarki birokrasi. Seperti yang diketahui birokrasi mempunyai struktur yang ketat dan cenderung sangat hierarkis. Kondisi ini sangat mempengaruhi tingkat efektivitas komunikasi kebijakan yang dijalankan. Ketiga, pada akhirnya tidak menutup kemungkinan komunikasi yang didapatkan dihambat oleh persepsi yang selektif..

(51) 36. Aspek lain dari proses komunikasi dalam hal ini adalah konsistensi. Keputusan yang bertentangan akan menimbulkan kebingunan dan menghambat kemampuan staf administrasi untuk melaksanakan kebijakan secara efektif. Sedangkan aspek terakhir dalam komunikasi kebijakan adalah kejelasan. Jika suatu kebijakan diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, maka petunjukpetunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan tetapi juga komunikasi kebijakan yang dilakukan tersebut harus jelas. Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan dalam implementasi kebijakan akan mendorong terjadinya anggapan yang salah atau bahkan bertentangan dengan makna pesan awal. Lebih dalam juga disebutkan bahwa terdapat enam faktor yang mendorong ketidakjelasan komunikasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut adalah kompleksitas kebijakan publik, keinginan untuk tidak mengganggu kelompok masyarakat, kurangnya konsensus mengenai tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam memulai sesuatu kebijakan baru,. menghindari. pertanggungjawaban. kebijakan,. dan. sifat. pembentukan kebijakan pengadilan. 2) Sumber daya Dalam hal ini sumber daya merupakan faktor yang penting dalam. melaksanakan. kebijakan. publik.. Winarno. (2016:184). menyebutkan bahwa sumber daya yang dimaksud meliputi staf,.

(52) 37. informasi, wewenang dan fasilitas. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : a) Staf Staf merupakan sumber yang penting dalam melaksanakan kebijakan. Ada satu hal yang harus diingat adalah bahwa jumlah tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Karena jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong keberhasilan implementasi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kecakapan yang dimiliki oleh para pegawai pemerintah ataupun staf, namun disisi lain kekurangan staf juga akan menimbulkan persoalan yang penting dalam suatu implementasi. b) Informasi Informasi. merupakan. sumber. penting. kedua. dalam. implementasi kebijakan. Informasi mempunyai dua bentuk, yaitu informasi mengenai bagaimana melaksanakan suatu kebijakan dan informasi sebagai suatu data. Informasi sebagai pelaksana suatu kebijakan maksudnya adalah perlunya mengetahui yang dilakukan dan bagaimana harus melakukanya. Dengan demikian para. pelaksana. kebijakan. harus. diberi. petunjuk. untuk. melaksanakan kebijakan. Bentuk kedua dari informasi adalah sebagai data maksudnya adalah data tentang ketataan aktor-aktor.

(53) 38. yang. terlibat. terhadap. peraturan-peraturan. pemerintah.. Pelaksana-pelaksana harus mengetahui apakah aktor-aktor yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan mentaati undang-undang ataukah tidak. c) Wewenang Wewenang merupakan sumber lain yang penting dalam implementasi. Setiap wewenang bersifat berbeda tergantung program yang diselenggarakan. Namun, dalam beberapa hal dalam suatu badan mempunyai wewenang yang terbatas untuk melaksanakan suatu kebijakan dengan tepat. Bila wewenang formal tidak ada, atau sering disebut sebagai wewenang di atas kertas, seringkali disalah mengerti oleh para pengamat dengan wewenang. yang. efektif.. Padahal. keduanya. mempunyai. perbedaan yang cukup subtstansial. Wewenang di atas kertas atau wewenang formal adalah suatu hal, sedangkan apakah wewenang tersebut digunakan secara efektif adalah hal lain. Dengan demikian, bisa saja terjadi suatu badan mempunyai wewenang formal yang besar namun tidak efektif dalam menggunakan wewenang tersebut. Kurangnya wewenang yang efektif disadari oleh para pejabat dan oleh karena itu perlu adanya kerjasama antar aktor dalam implementasi agar program yang dijalankan dapat berhasil..

(54) 39. d) Fasilitas Dalam hal ini fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas fisik yang dianggap sebagai salah satu sumber penting dalam implementasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan, dan mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi tanpa bangunan sebagai kantor untuk melakukan koordinasi, tanpa perlengkapan, tanpa perbekalan, maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil. Sementara itu, penyediaan fasilitas-fasilitas yang layak untuk mendukung implementasi yang efektif tidaklah selalu mudah. Masyarakat. seringkali. menentang. bahkan. dengan. mengkonsolidasikan diri untuk menentang pembangunanpembangunan fasilitas. Masyarakat seringkali mengeluh ketika pajak dinaikkan untuk membangun fasilitas-fasilitas baru sementara pada saat pemerintah ingin membebaskan tanah untuk membangun fasilitas baru tersebut, aparat keamanan sering harus “berperang”. Hal ini seringkali menjadi faktor yang menyulitkan para perumus kebijakan untuk menyediakan fasilitas yang memadai bagi keberhasilan implementasi kebijakan yang efektif..

(55) 40. 3) Disposisi sikap Dalam hal ini yang dimaksud dengan disposisi sikap adalah tentang bagaimana pejabat berbuat dalam memutuskan sesuatu. Selain itu disposisi juga dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Kecenderungan dari para pelaksana kebijakan merupakan faktor ketiga yang mempunyai konsekuensikonsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, maka tujuan awal dari suatu kebiakan akan dapat terlaksana dengan baik Demikian pula sebaliknya, bila tingkah laku pelaksana berbeda dengan para pembuat keputusan, maka proses pelaksanaan suatu kebijakan menjadi semakin sulit. Dalam implementasi suatu kebijakan ini bukan hanya kecendurungan sikap dari pemerintah atau birokrat saja yang diperhatikan. Namun aktor lain seperi pihak swasta dan masyarakat juga memiliki kecenderungan sikap yang perlu diperhatikan, hanya saja tidak begitu nampak. Dengan demikian masyarakat yang tidak menyetujui suatu kebijakan tetentu berpotensi terjadi suatu kesalahan..

(56) 41. 4) Struktur birokrasi Birokrasi merupakan salah satu badan yang mutlak ada dalam implementasi kebijakan. Birokasi terbentuk atas kesepakatan kolektif yang bertujuan untuk dapat memecahkan suatu permasalahan bentuk dari suatu birokrasi tidak selalu dalam hal pemerintahan, namun bisa juga organisasi atau lembaga. Pada dasarnya, para pelaksana kebijakan perlu mengetahui apa yang dilakukan dan perlu memiliki cukup keinginan serta sumber daya untuk menggerakkan suatu birokrasi tersebut. Menurut Edwards dalam Winarno (2016:206), ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni prosedur-prosedur kerja atau sering disebut sebagai Standard Operating Procedures (SOP) dan fragmentasi. Salah satu aspek struktural paling dasar dari suatu organisasi adalah prosedur-prosedur kerja atau ukuran dasar atau yang biasa disebut dengan Standart Operational Procedure (SOP). Prosedur kerja ini biasanya terdapat pada organisasi-organisasi publik maupun swasta. Dengan menggunakan Standart Operational Procedure (SOP), para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia. Selain. itu,. Standart. menyeragamkan. Operational. tindakan-tindakan. Procedure dari. para. (SOP) pejabat. juga dalam. organisasi dalam mencapai suatu tujuan yang sama. Kemudian aspek yang kedua yaitu fragmentasi. Fragmentasi. dapat pula diartikan.

(57) 42. sebagai suatu yang tidak lagi menjadi satu atau bisa disebut sebagai suatu yang saling bertentangan. Artinya dalam hal ini masing-masing bidang dalam suatu birokrasi saling bertentangan satu sama lain untuk mempertahankan fungsi-fungsi dan menentang usaha-usaha yang memungkinkan dalam mengkoordinasi kebijakan-kebijakan dengan setiap bidang yang melaksanakan program-program yang ada. Selain itu, kelompok-kelompok kepentingan juga akan mempunyai pengaruh dalam mendorong fragmentasi. Konsekuensi yang paling buruk dari fragmentasi birokrasi adalah usaha untuk menghambat koordinasi. Padahal penyebaran wewenang dan sumbersumber untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang kompleks membutuhkan koordinasi. Komunikasi. Sumber Daya. Disposisi Sikap. Struktur Birokrasi. Gambar 4. Model George Edward III Sumber : Nugroho (2009:226). Setiap implementasi kebijakan publik yang ada memiliki model implementasi tersendiri yang dianggap sesuai dengan keadaan yang ada. Berdasarkan hasil analisis yang penulis lakukan, maka model implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1.

(58) 43. Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa yang diterapkan untuk mengatasi permasalahan permukiman kumuh di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo dalam skripsi ini adalah model implementasi Edward III, dengan alasan model ini memiliki empat indikator (komunikasi, sumber daya, disposisi sikap, dan struktur birokrasi) yang sesuai dengan kondisi yang ada. Dalam empat indikator model implementasi kebijakan Edward III ini, secara tidak langsung juga dapat ditemukan faktor pendukung dan faktor penghambat dari implementasi kebijakan yang dilakukan. Implementasi model Edward III dianggap paling sesuai dalam penulisan skripsi ini dibandingkan implementasi model kebijakan Van Meter dan Van Horn dan model implementasi kebijakan Grindle dikarenakan kedua model kebijakan tersebut tidak menjelaskan secara menyeluruh dari adanya suatu implementasi. Implementasi model. kebijakan. Van. Meter. dan. Van. Horn. Model. ini. mengasumsikan bahwa implementasi kebijakan berjalan dengan proses kebijakan yang dilihat dari dua variabel saja, yaitu adanya sumber daya dan tujuan standar tanpa melihat dampak yang ditimbulkan dari adanya suatu implementasi kebijakan tersebut. Sedangkan dalam model implementasi kebijakan Grindel dianggap tidak sesuai dalam penulisan skripsi ini dikarenakan model ini cenderung lebih menekankan pada konteks kebijakannya, khususnya.

(59) 44. yang. terkait. dengan. implementor. (aktor. yang. melakukan. implementasi), sasaran dan arena konflik yang mungkin terjadi diantara para aktor implementasi serta kondisi-kondisi sumber daya implementasi yang diperlukan. Dengan kata lain model ini lebih cenderung berbicara tentang konteks yang akan terjadi maka apa yang perlu dilakukan untuk menangani hal tersebut tanpa melihat indikator lainnya. Hal ini berbeda dengan model implementasi kebijakan yang dipaparkan oleh Edward III yang menjelaskan setiap klasifikasi dari keempat indikator yang ada, seperti komunikasi, disposisi sikap, sumber daya dan struktur organisasi. Komunikasi yang dimaksud dalam hal ini memiliki indikator didalamnya yaitu transmisi, konsistensi dan kejelasan. Kemudian disposisi sikap dalam hal ini adalah tentang bagaimana kecenderungan para aktor bersikap satu sama lainnya, jika sikap yang diberikan adalah sikap yang baik, maka respon yang didapatkanpun akan baik dan begitu pula dengan sebaliknya. Sedangkan yang dimaksud sumber daya dalam hal ini yaitu tentang bagaimana penyediaan sumber-sumber yang ada, baik Sumber Daya Manusia (SDM) ataupun sumberdaya lainnya seperti staf, informasi, wewenang dan fasilitas. Dan yang dimaksud dengan struktur birokrasi adalah suatu badan yang mutlak ada dalam setiap proses politik yang ada untuk dijadikan sebagai acuan. Adapun indikator yang ada dalam struktur birokrasi yang ada dalam hal ini.

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan pencapaian hal tersebut diatas, dalam rangka meningkatkan pelayanan publik melalui pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di kabupaten Badung

1 menyerahkan brg ke pembeli input transaksi di K-system update data mulai menerima permintaan cek persediaan di K-system(711) ada/ tidak 1 mengambil barang yang di beli

mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan misalnya glukoma dan sebagainya. Menurunnya kemampuan otak dalam menyerap vitamin B12, yang berperan dalam proses kerja

Penelitian yang sejenis juga dilakukan oleh Sartika (2010) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik Akrostik pada Siswa Kelas X SMA Negeri

Ketika terlihat langsung dari belakang dan dalam garis dengan axis yang panjang dari tumit (tidak panjang axis dari seluruh kaki), netral kaki akan diikuti pemeriksaan

Ketiga, bagi wanita yang kerap hamil dan menyusukan bayi (contohnya dia hamil pada setiap tahun, dan sentiasa menyusukan bayinya), jika wanita ini tidak mampu untuk berpuasa,

Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Amanah (2010) tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dalam Konsep Satuan Panjang Melalui Pendekatan Matematika Realistik

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat