• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

1) Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2) 3) Dosen PGSD FKIP UNS

COOPERATING, TRANSFERRING) UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA Tri Suharsih 1), Lies Lestari 2), Idam Ragil Widianto Atmojo 3)

PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta Email: trisuharsih94@gmail.com

Abstract:The aim of this research was to improve the experimenting skill of science learning through REACT strategy (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring) in V-3 grade students of Mangkubumen Lor No.15 Surakarta Elementary School in the academic year of 2015/ 2016. This research was the Classroom Action Research (CAR), it was consist of three cycles and each cycle was held in two confluences. The data col-lection techniques were observation, interview, portofolio, test, and documentation. The data validity used trian-gulation. The data anylisis technique was interactive model. Based on the results of this research could be con-cluded that with the implementation REACT strategy could improved the experimenting skill in science learning. This was proved by the increasing average grade of the experimenting skill on each cycle, which the precycle action’s average grade was obtained 68,32, the first cycle’s average grade was obtained 76,56, the second cycle’s average grade was obtained 83,62, and the third cycle’s average grade was obtained 88,91. The amount of students that reached the experimenting skill category’s pass mark (85) before the action (precycle) were 4 students or 11,76%, in the first cycle were 14 students or 41,18%, in the second cycle were 25 students or 73,53%, and in the third cycle were 32 students or 94,12%.

Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keterampilan bereksperimen pada pembelajaran IPA melalui penerapan strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring) pada siswa kelas V-3 SD Negeri Mangkubumen Lor No. 15 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. Bentuk penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus dan tiap siklus berlangsung selama dua pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, portofolio, tes, dan doku-mentasi. Uji validitas data menggunakan triangulasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu model interaktif. Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan strategi REACT dapat meningkatkan keterampilan bereksperimen pada pembelajaran IPA. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai keterampilan bereksperimen pada setiap siklusnya, yaitu pada tindakan prasiklus diperoleh nilai rata-rata 68,32, pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 76,56, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 83,62, dan siklus III diperoleh nilai rata-rata sebesar 88,91. Jumlah siswa yang nilainya mencapai batas kelulusan kate-gori terampil (≥85) pada prasiklus sebanyak 4 siswa atau 11,76%, pada siklus I sebanyak 14 siswa atau 41,18%, pada siklus II sebanyak 25 siswa atau 73,53%, dan pada siklus III sebanyak 32 siswa atau 94,12%.

Kata kunci: strategi REACT, keterampilan bereksperimen

Keterampilan merupakan kemampuan seseorang dalam menerapkan atau menggu- nakan pengetahuan yang dikuasainya dalam sesuatu bidang kehidupan (Sukmadinata dan Syaodih, 2012: 184).

Eksperimen menurut Hosnan (2014: 58) didefinisikan sebagai suatu kegiatan te-rinci yang direncanakan untuk meng-hasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau me-nguji suatu hipotesis.

Keterampilan bereksperimen merupa- kan bagian dari keterampilan proses yang melibatkan aktivitas fisik dan mental yang kegiatannya mencakup seluruh keterampilan

proses sains itu sendiri. Hal ini sejalan den-gan pendapat Barba (1998: 261-262) yang menyatakan bahwa kegiatan ekspe- rimen adalah akhir dari proses sains yang terinte-grasi. Kegiatannya melibatkan siswa dalam menggunakan semua proses lainnya. Kegia-tan eksperimen melibatkan siswa da-lam mengidentifikasi dan mengontrol vari-abel, merancang kegiatan untuk menguji se-buah hipotesis, merumuskan definisi ope-rasional, mengobservasi, mengumpulkan data dan menggunakan angka, menginterpreta-sikan data, dan menarik kesimpulan berda-sarkan data.

(2)

Pendapat di atas juga diperkuat dengan pendapat Colvill dan Pattie (2003: 23) me-nyatakan yang meme-nyatakan bahwa

“Experi-menting is the formal process of investigation a problem and may encompass all of the ba-sic and integrated skills.

Hasil observasi awal di kelas V-3 SD Negeri Mangkubumen Lor No. 15 Surakarta tahuan ajaran 2015/ 2016 ditemukan bebe-rapa fakta. Fakta yang ditemukan itu antara lain: 1) kegiatan pembelajaran IPA belum mengarah pada pendekatan keterampilan pro-ses khususnya keterampilan bereksperimen; 2) belum menerapkan model maupun strategi pembelajaran yang mengarah pada keteram-pilan proses khususnya keteramketeram-pilan ber-eksperimen; 3) belum memaksimalkan peng-gunaan media dan alat peraga yang me-nunjang kegiatan eksperimen; 4) masih ba-nyak siswa yang ramai sendiri dalam me-ngikuti pembelajaran.

Hal tersebut didukung dengan data ke-terampilan bereksperimen pada prasiklus de-ngan perolehan nilai rata-rata siswa sebesar 68,32 dari batas ketuntasan nilai keteram-pilan bereksperimen yaitu 85. Dari 34 siswa, sebanyak 30 siswa atau 88,24% masih mem-peroleh nilai di bawah batas tuntas. Se-dangkan untuk jumlah siswa yang sudah mencapai kategori terampil atau nilainya mencapai 85 sejumlah 4 siswa atau 11,76%. Hal ini membuktikan bahwa keterampilan bereksperimen siswa kelas V-3 SD Negeri Mangkubumen Lor No. 15 Surakarta tahun ajaran 2015/ 2016 masih rendah.

Fakta tersebut merupakan suatu indi- kasi bahwa keterampilan bereksperimen ma-sih jarang diterapkan dalam pembelajaran IPA sehingga tidak salah jika keterampilan bereksperimen masih rendah. Oleh karena itu, dalam upaya untuk meningkatkan kete- rampilan bereksperimen dalam pembelajaran IPA di kelas V-3 SD Negeri Mangkubumen Lor No. 15 Surakarta tahun ajaran 2015/ 2016 dipilih sebuah strategi yang membuat pembelajaran lebih bermakna dan mengarah

pada proses penemuan. Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah strategi REACT (Re-lating, Experiencing, Applying, Coope-

rat-ing, Transferring).

Crawford (2001: 2) menyatakan bahwa

REACT merupakan strategi pembelajaran

yang didasarkan pada bagaimana siswa bela-jar untuk mendapatkan pemahaman dan ba-gaimana guru mengajarkan untuk membe-rikan pemahaman. Strategi REACT terdiri da-ri lima tahapan yang harus tampak, yaitu

Re-lating (mengaitkan), Experiencing

(meng-alami), Applying (menerapkan), Cooperating

(bekerjasama), dan Transferring (mentrans-fer). Relating (mengaitkan) adalah belajar de-ngan mengaitkan pada konteks kehidupan nyata. Experiencing (mengalami) adalah be-lajar melalui proses eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Applying (menerapkan) diar-tikan sebagai belajar dengan menekankan konsep-konsep untuk digunakan pada masa-lah yang bersifat realistik dan relevan.

Coo-perating (bekerjasama) adalah belajar dalam

konteks sharing, merespon dan berkomu-nikasi dengan siswa lainnya. Transferring

(mentransfer) adalah belajar dengan meng-gunakan pengetahuan dalam konteks baru (2001: 3-13).

Strategi REACT merupakan bagian dari pembelajaran kontekstual yang berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pe-ngetahuan dari guru ke siswa, sebagaimana model pembelajaran konvensional atau meto-de ceramah (Putra, 2013: 242). Pembelaja-ran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) adalah konsep belajar yang

mem-bantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata sis-wa dan mendorong sissis-wa membuat hu-bungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan seha-ri-hari. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan-nya harus mengandung tujuh komponen da-lam pembelajaran kontekstual yang meliputi konstruktivisme (constructivism), inkuiri

(3)

(in-quiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), refleksi (reflection), dan

penilai-an sebenarnya (authentic assesment).

Aktivitas berdasarkan strategi REACT

meningkatkan ketertarikan siswa dan mem-pengaruhi kegiatan pembelajarannya secara positif (Ozbay dan Kayaoglu, 2015: 104). Hal ini disebabkan karena pembelajaran me-lalui strategi REACT memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan pengeta-huannya sendiri melalui lingkungan di seki-tarnya.

Simpulan dari penjelasan di atas adalah bahwa strategi REACT sangat mendukung dalam upaya meningkatkan keterampilan be-reksperimen siswa karena menekankan pa-da proses penemuan dan penerapan dari pe-ngetahuan yang telah ditemukan siswa. Se-lain itu, strategi REACT juga menunjang adanya aktivitas siwa yang dilakukan dalam bentuk praktikum sehingga sangat mendu-kung pelaksanaan kegiatan eksperimen. METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Ne-geri Mangkubumen Lor No. 15, beralamat di Jalan dr. Moewardi No. 42, Surakarta. Sub-jek penelitian adalah guru dan siswa kelas V-3 yang berjumlah V-34 siswa yang terdiri dari 16 putra dan 18 putri. Waktu penelitian di-mulai bulan Desember 2015 sampai bulan Juni 2016, tepatnya pada semester II tahun ajaran 2015/ 2016. Penelitian ini dilak-sanakan dalam tiga siklus, setiap silus terdiri dari dua pertemuan dan setiap siklusnya ter-diri dari empat tahapan, yaitu tahap pe-rencanaan, pelaksanaan, observasi, dan re-fleksi.

Sumber data pada penelitian ini berupa sumber data primer, yaitu guru kelas V-3, siswa kelas V-3, serta sumber data sekunder, yaitu dokumen, foto, video, dan RPP. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, portofolio, tes, dan dokumentasi. Validitas yang digunakan

be-rupa triangulasi sumber dan triangulasi tekni. Teknik analisis data berupa model analisis interaktif.

HASIL

Sebelum pelaksanaan tindakan, dilaku-kan observasi awal, wawancara, dan tes pada kondisi awal. Berdasarkan hasil kegiatan-kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai keterampilan bereksperimen siswa ma-sih rendah. Hal tersebut terbukti dengan se-bagian besar siswa belum mencapai batas ke-tuntasan yaitu 85. Dengan kata lain, sebagian besar siswa masih belum berada pada kate-gori terampil bereksperimen. Kurangnya pen-capaian kompetensi tersebut dapat dilihat melalui Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Nilai Keterampilan Prasiklus Interval Frekuensi (fi) Persentase (%)

35-44 2 5,88 45-54 3 8,82 55-64 8 23,53 65-74 9 26,47 75-84 8 23,53 85-94 4 11,76 Jumlah 34 100 Nilai rata-rata = 68,32 Ketuntasan Klasikal = 11,76%

Berdasarkan Tabel 1, didapati bahwa rata-rata kelas sebesar 68,32. Siswa yang mencapai batas ketuntasan nilai keterampilan bereksperimen sejumlah 4 siswa (11,76%) sedangkan 30 siswa (88,24%) belum tuntas. Dari nilai keterampilan bereksperimen pra-siklus dapat dianalisis bahwa sejumlah 4 sis-wa atau 11,76% berada pada kategori tidak terampil, 18 siswa atau 52,94% berada pada kategori kurang terampil, 8 siswa atau 23,53% berada pada kategori cukup terampil, dan 4 siswa atau 11,76% berada pada kate-gori terampil. Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat 30 siswa dari 34 siswa atau 88,24% keterampilan bereksperimennya ter-golong rendah. Sedangkan jumlah siswa yang sudah dikategorikan terampil atau nilai-nya melebihi batas tuntas kelulusan (≥85)

(4)

adalah 4 siswa atau 11,76%. Hal ini mem-buktikan bahwa keterampilan bereks-perimen di kelas V-3 SD Negeri Mangku-bumen Lor No. 15 masih rendah dan perlu ditingkatkan.

Pelaksanaan strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,

Trans-ferring) pada siklus I untuk meningkatkan

keterampilan bereksperimen siswa menun-jukkan adanya peningkatan. Hal tersebut di-buktikan dengan peningkatan keterampilan bereksperimen pada siklus I yang dapat dili-hat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai Keterampilan Siklus I Interval Frekuensi (fi) Persentase (%) 45-54 1 2,94 55-64 8 23,53 65-74 5 14,71 75-84 6 17,65 85-94 14 41,18 95-104 0 0,00 Jumlah 34 100,00 Nilai rata-rata 76,56 Ketuntasan Klasikal 41,18%

Berdasarkan Tabel 2, didapati bahwa rata-rata kelas sebesar 76,56. Siswa yang mencapai batas ketuntasan nilai keterampilan bereksperimen sejumlah 14 siswa (41,18%) sedangkan 20 siswa (58,82%) belum tuntas. Dari nilai keterampilan bereksperimen siklus I dapat dianalisis bahwa sejumlah 1 siswa atau 2,94% berada pada kategori tidak te-rampil, 12 siswa atau 35,29% berada pada kategori kurang terampil, 7 siswa atau 20,59% berada pada kategori cukup terampil, dan 14 siswa atau 41,18% berada pada ka-tegori terampil.

Indikator penelitian ini adalah jumlah siswa yang nilainya mencapai batas kelulu-san keterampilan bereksperimen (≥85) dapat mencapai ≥90% dari 34 siswa. Karena pada siklus I belum mencapai hasil yang diha-rapkan maka dilakukan refleksi dan ditindak-lanjuti pada siklus II. Adapun hasil penelitian pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 3. Se-bagai berikut:

Tabel 3. Nilai Keterampilan Siklus II Interval Frekuensi (fi) Persentase (%) 45 – 54 1 2,94 55 – 64 3 8,82 65 – 74 3 8,82 75 – 84 2 5,88 85 – 94 24 70,59 95 – 104 1 2,94 Jumlah 34 100,00 Nilai rata-rata 83,62 Ketuntasan Klasikal 73,53%

Berdasarkan Tabel 3, didapati bahwa terdapat peningkatan pada siklus II. Pening-katan tersebut ditunjukkan dengan mening-katnya rata-rata kelas menjadi 83,62. Siswa yang mencapai batas ketuntasan nilai kete-rampilan bereksperimen sejumlah 25 siswa (73,53%) sedangkan 9 siswa (26,47%) belum tuntas. Dari nilai keterampilan ber-eksperimen siklus II dapat dianalisis bahwa sejumlah 1 siswa atau 2,94% berada pada ka-tegori tidak terampil, sejumlah 6 siswa atau 17,65% berada pada kategori kurang te-rampil, sejumlah 2 siswa atau 5,88% berada pada kategori cukup terampil, sejumlah 22 siswa atau 64,71% berada pada kategori te-rampil, dan 3 siswa atau 8,82% berada pada kategori sangat terampil.

Indikator kinerja pada siklus II menca-pai 73,53% atau 25 dari 34 siswa mencamenca-pai batas ketuntasan nilai keterampilan bereks-perimen. Oleh karena itu dilakukan tindakan lagi pada siklus III berdasarkan hasil refleksi dari siklus II dengan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Nilai Keterampilan Siklus III Interval Frekuensi (fi) Persentase (%) 70 – 74 2 5,88 75 – 79 0 0,00 80 – 84 0 0,00 85 – 89 15 44,12 90 – 94 15 44,12 95 – 99 2 5,88 Jumlah 34 100,00 Nilai rata-rata 88,91 Ketuntasan Klasikal 94,12%

(5)

Berdasarkan Tabel 4, didapati bahwa adanya peningkatan pencapaian keterampilan bereksperimen pada siklus III. Rata-rata ke-las pada siklus III sebesar 88,91. Siswa yang mencapai batas ketuntasan nilai ke-terampilan bereksperimen sejumlah 32 siswa (94,12%) sedangkan 2 siswa (5,88%) belum tuntas. Dari nilai keterampilan bereksperimen siklus III sejumlah 2 siswa atau 5,88% be-rada pada kategori kurang terampil, sejumlah 15 siswa atau 44,12% berada pada kategori terampil, dan sejumlah 17 siswa atau 50% berada pada kategori sangat terampil.

Indikator kinerja pada siklus III telah mecapai bahkan melebihi target yaitu 94,12% atau 32 dari 34 siswa telah mencapai batas ketuntasan nilai keterampilan bereks-perimen. Dengan demikian tindakan yang di-berikan selama penelitian dinyatakan telah berhasil.

PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari kegiatan pra-siklus, siklus I, siklus II, hingga pada si-klus III kemudian dikaji dengan menganalisis da-ta-data tersebut. Berdasarkan hasil dari pen-gamatan dan analisis data, diperoleh bah-wa proses pembelajaran IPA dengan mene-rapkan strategi REACT (Relating, Experienc-ing, ApplyExperienc-ing, CooperatExperienc-ing, Transferring)

dapat meningkatkan keterampilan bereks-perimen. Peningkatan juga terjadi pada kiner-ja guru yang semakin membaik, efektivitas proses pembelajaran IPA yang semakin efek-tif, dan aktivitas siswa yang semakin mem-baik di setiap siklusnya. Me-ningkatnya kete-rampilan bereksperimen juga diiringi dengan peningkatan kemampuan kognitif dan afektif siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai evaluasi siswa dan skor perolehan afek-tif siswa yang semakin me-ningkat di setiap siklusnya. Pernyataan terse-but dapat dibuk-tikan melalui perbandingan hasil sebelum dan setelah tindakan yang da-pat dilihat me-lalui Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Data Perkembangan Nilai

Keterang-an Kondisi Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III Nilai Ter-tinggi 85 90 95 95 Nilai Te-rendah 35 47,5 45 70 Rata-rata 68,32 76,56 83,62 88,91 Keterca-paian 11,76% 41,18% 73,53% 92,14%

Pada prasiklus, siswa yang mencapai ketuntasan nilai keterampilan bereksperimen sebanyak 4 siswa atau 11,76% dengan nilai rata-rata 68,32. Kurangnya keterampilan be-reksperimen siswa disebabkan siswa masih kesulitan dalam menuliskan alat dan bahan, merumuskan langkah kerja, melakukan ke-terampilan bereksperimen, menuliskan hasil eksperimen, dan merumuskan kesimpulan. Selain itu,model dan strategi yang diterapkan juga belum sesuai dengan kegiatan ekspe-rimen. Akibatnya nilai keterampilan bereks-perimen siswa masih rendah.

Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan ni-lai keterampilan bereksperimen meningkat menjadi 41,18% atau 14 siswa dengan nilai rata-rata 76,56. Meskipun nilai rata-rata kelas pada siklus I meningkat, tetapi target ke-tercapaian jumlah siswa masih belum men-capai indikator penelitian.

Hal tersebut terjadi karena beberapa kendala, untuk guru dan siswa. Kendala yang dialami guru antara lain guru belum me-laksanakan strategi REACT dengan opti-mal, guru kurang membimbing siswa dalam ke-giatan eksperimen, dan guru belum meman-faatkan sumber belajar berupa lingkungan se-kitar dalam pembelajaran. Sedangkan ken-dala untuk siswa di antaranya masih terdapat siswa yang tidak serius dalam mengikuti pembelajaran terutama dalam kegiatan kete-rampilan bereksperimen, masih banyak siswa yang belum aktif untuk berdiskusi dengan guru maupun teman, serta sebagian besar

(6)

siswa masih kesulitan dalam menuliskan la-poran kegiatan eksperimen.

Upaya untuk memperbaiki tindakan pada siklus I dengan diadakannya siklus II. Berdasarkan Tabel pada siklus II, siswa yang mencapai batas ketuntasan nilai keterampilan bereksperimen meningkat menjadi 73,53% atau sejumlah 25 siswa dengan nilai rata-rata kelas yaitu 83,62. Meskipun demikian indi-kator kinerja yang ditetapkan belum tercapai. Permasalahan yang muncul pada siklus II utuk guru yaitu guru terlalu fokus pada prosedur kegiatan eksperimen sehingga ter-lalu lama dalam menggunakan waktu untuk melakukan kegiatan eksperimen. Akibatnya saat Applying siswa menjadi malas dan bo-san. Sedangkan pada siswa yaitu masih ter-dapat siswa yang kesulitan dalam menuliskan hasil eksperimen. Karena keterbatasan waktu inilah yang menyebabkan siswa kurang op-timal dalam menuliskan laporan eksperimen. Melihat berbagai kendala di atas, maka guru perlu mempersiapkan pembelajaran de-ngan lebih baik dan pengalokasian waktu agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Selain itu, guru juga harus berperan dalam memantau dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam pro-ses pembelajaran IPA. Upaya untuk memper-baiki tindakan pada siklus II, maka diadakan pada siklus III.

Berdasarkan data pada Tabel 4, dida-pati bahwa pada siklus III indikator pene-litian sudah tercapai. Hal tersebut dibuk-tikan dengan adanya berbagai peningkatan yang ada di siklus III. Pada siklus III, siswa yang mencapai batas ketuntasan nilai keterampilan bereksperimen sejumlah 32 siswa atau 94,12%. Peningkatan ini juga didukung de-ngan peningkatan rata-rata kelas sebesar 88,91.

Peningkatan tersebut terjadi karena gu-ru dan siswa dapat melaksanakan strategi

REACT (Relating, Experiencing, Applying,

Cooperating, Transferring) dengan baik dan

mampu mengatasi kendala yang terjadi pada

siklus I dan siklus II. Hal ini membuat pem-belajaran yang dilaksanakan menjadi efektif dan efisien sehingga indikator pene-litian da-pat tercapai.

Pencapaian kompetensi belajar tersebut menunjukkan bahwa penerapan strategi

REACT dalam pembelajaran IPA dapat

me-ningkatkan keterampilan bereksperimen. Me-lalui strategi REACT siswa diajak untuk mempelajari segala sesuatu yang berasal dari lingkungan sekitar. Strategi REACT mene-kankan bahwa ilmu pengetahuan yang dida-pat siswa berasal dari dirinya sendiri yang ditemukan melalui kegiatan eksplorasi dan penemuan, sedangkan guru hanya memfa-silitasi dan membimbing siswa dalam proses penemuan tersebut. Hal tersebut sejalan de-ngan pendapat Ultay dan Calik (2011: 200) yang menyatakan bahwa pembelajaran de-ngan strategi REACT guru hanya berperan sebagai fasilitator dan siswa aktif berperan dalam pembelajaran, yakni dalam mengkons-truksi pengetahuan, menerapkan pengetahuan yang diperoleh untuk menyelesaikan per-masalahan, menyampaikan pendapat, dan mengaplikasikan konsep untuk menyelesai-kan permasalahan yang lebih kompleks. De-ngan kata lain, pembelajaran melalui strategi

REACT menjadikan siswa berperan secara

aktif dalam menemukan pengetahuan baru melalui konteks kehidupan mereka dan me-nemukan konsep di dalam pembelajarannya. Hal tersebut diperkuat pendapat yang disampaikan Ozbay dan Kayaoglu (2015: 104-105) bahwa strategi REACT memung-kinkan siswa mengembangkan kompeten-sinya secara individual dalam pembelajaran kaitannya dengan pengalaman nyata. Siswa dapat mencapai pengetahuannya ketika me-reka menemukan pengetahuan sesuai dengan kapasitas kognitif mereka. Ketika penge-tahuan sudah didapatkan melalui proses pe-nemuan mereka sendiri maka dengan mudah pengetahuan tersebut dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses penemuan dan penerapan pengetahuan

(7)

inilah muncul sikap atau nilai positif sebagai dampak dari aktivitas siswa dalam pem-belajaran IPA melalui strategi REACT. Peran aktif siswa ditunjukkan me-lalui kegiatan praktikum sehingga siswa dapat mengalami secara langsung.pelajaran yang semula sulit untuk dimengerti menjadi mudah untuk di-pelajari dan menyenangkan karena lebih bermakna.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik suatu simpulan bahwa strategi

REACT merupakan strategi pembelajaran

yang memberi kesempatan kepada siswa un-tuk berperan aktif dalam mendapatkan pema-haman melalui pengalaman secara lang-sung dengan mengkonstruksi pengetahuan dan mengaplikasikan konsep yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan yang lebih kompleks. Dalam strategi REACT, guru ber-peran sebagai fasilitator, yaitu mengarahkan siswa untuk memperoleh pemahaman me-lalui cara mereka sendiri.

SIMPULAN

Berdasarkan dari berbagai data yang te-lah diperoleh mulai dari sebelum tindakan (prasiklus) dan data dari tindakan yang di-laksanakan dalam siklus I, siklus II, dan si-klus III, maka dapat disimpulkan bahwa me-lalui penerapan strategi REACT dapat me-ningkatkan keterampilan bereksperimen pada pembelajaran IPA siswa kelas V-3 SD Ne-geri Mangkubumen Lor No. 15 Surakarta ta-hun ajaran 2015/ 2016.

Peningkatan keterampilan bereksperi- men dibuktikan denganketercapaian siswa pada prasiklus hanya sebesar 11,76% dengan nilai rata-rata kelas 68,32 menjadi 41,18% pada siklus I dengan nilai rata-rata kelas se-besar 76,56. Kemudian pada siklus II me-ningkat lagi menjadi 73,53% dengan nilai ra-ta-rata kelas sebesar 83,62 dan menjadi 94,12% pada siklus III dengan nilai rata-rata kelas sebesar 88,91.

DAFTAR PUSTAKA

Barba, R. H. (1998). Science In The Multicultural Classroom: a guide to teaching

and learning. United States of America: Allin and Bacon.

Colvill, Pattie. (2003). Science Skills-The Bulding Blocks for Scientific Literacy.

Investigating , 21-23.

Crawford, M. L. (2001). Teaching Contextually (Research, Rationale, and Techniques for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science). CORD , 3-13.

Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ozbay, Kayouglu. (2015). The Use of EACT Strategy for The Incoorporation of The Context of Physics into The Teaching English to The Physics English Prep Students. Journal of History Culture and Art Research , 91-116.

Putra, S. R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: DIVA Press.

(8)

Sukmadinata, Syaodih. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.

Bandung: PT Refika Aditama.

Ultay, Neslihan;Muammer Calik. (2011). Distinguishing 5E Model from REACT Strategy: An Example of 'Acids and Bases' Topic. Necatibey Faculty of

Education Electronic Journal of Science and Mathematics

Gambar

Tabel 1. Nilai Keterampilan Prasiklus
Tabel 2. Nilai Keterampilan Siklus I
Tabel 5. Data Perkembangan Nilai   Keterang-an  Kondisi Prasiklus Siklus  I  Siklus II  Siklus III  Nilai  Ter-tinggi  85  90  95  95  Nilai  Te-rendah  35  47,5  45  70  Rata-rata  68,32  76,56  83,62  88,91   Keterca-paian  11,76%  41,18%  73,53%  92,14%

Referensi

Dokumen terkait

Sayur selada yang ditanam dengan menggunakan pupuk kimia mengandung kadar nitrit dan nitrat yang paling tinggi pada setiap masa panen yang dilakukan, masing- masing sebesar

Sayur selada yang ditanam dengan menggunakan pupuk kimia mengandung kadar nitrit dan nitrat yang paling tinggi pada setiap masa panen yang dilakukan, masing- masing sebesar

SEGMEN BERITA REPORTER B Kerajinan Bunga Kering, Indah dan Ramah

A Menkesra Serahkan Dana P2KP KE Sejumlah Kabupaten Rina Walikota Undang Investor Hotel Bintang tiga

Apakah ibu setuju bila memasak dengan menggunakan kayu bakar lebih mengotori udara di dalam rumah dari pada bahan bakar lainnyaa. Apakah ibu setuju bila menggunakan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Perbandingan Pengaruh Letak Geografis Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar Di Perkotaan,

pelatihan kerja sertifikasi kompetensi pengembangan program pelatihan (disusun Instansi Teknis) akreditasi lembaga pelatihan kerja (oleh LALPK) pengembangan kurikulum, silabus

(1) Jenis barang yang digunakan sebagai dasar pengenaan Harga Ekspor untuk penghitungan Bea Keluar adalah berdasarkan hasil pemeriksaan pada saat pemuatan ke sarana