xliv Lampiran 1
“MORFOMETRIK AKAR GIGI POSTERIOR MAKSILA DENGAN DINDING SINUS MAKSILARIS DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MAHASISWA SUKU INDIA PADA SALAH SATU FKG DI KOTA MEDAN”
Data Responden
Nama :
JenisKelamin : PR/ LK
Usia : (tahun) TanggalLahir: No telp/HP :
A. Riwayat Trauma
1. Apakahandapernahmangalami trauma/ kecelakaan yang melibatkantulangrahangatas?
a. Tidakpernah b.Pernah
2. Jikapernahapakahandamengalamipatah/ retaktulangrahangatas? a. Tidakpernah
b.Pernah
B. Riwayat Dental
1. Apakahmemilikigigirahangatas posterior yang lengkap? a. Ya
b.Tidak
UNIT RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
xlv
2. Apakahsedangmelakukanperawataan Orthodontic a. Ya, (removable,non removable)
b.Tidak
C. PemeriksaanKlinis
xlvi Lampiran 14
HASIL PENGHITUNGAN SPSS
DATA STATISTIK GIGI GELIGI POSTEROR DENGAN SINUS MAKSILARIS
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
P1_kiri 34 -2.6 16.6 3.162 3.6400
P2_kiri 34 -9.7 3.8 1.221 2.6487
M1_kiri 34 -8.0 2.7 -4.556 2.5897
M2_kiri 34 -10.6 2.0 -3.926 2.4735
P1_kanan 34 -1.0 12.2 3.232 2.5102
p2_kanan 34 -7.1 6.9 1.462 2.7797
M1_kanan 34 -10.7 .5 -4.512 2.1660
M2_kanan 34 -9.5 3.0 -3.494 2.7034
W 34
P1_Katkiri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 21 61.8 61.8 61.8
1 7 20.6 20.6 82.4
2 5 14.7 14.7 97.1
3 1 2.9 2.9 100.0
xlvii P2_Katkiri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 14 41.2 41.2 41.2
1 4 11.8 11.8 52.9
2 12 35.3 35.3 88.2
3 4 11.8 11.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
M1_Katkiri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 1 2.9 2.9 2.9
2 1 2.9 2.9 5.9
3 32 94.1 94.1 100.0
Total 34 100.0 100.0
M2_Katkiri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 1 2.9 2.9 2.9
1 1 2.9 2.9 5.9
2 1 2.9 2.9 8.8
3 31 91.2 91.2 100.0
xlviii P1_katkanan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 25 73.5 73.5 73.5
1 6 17.6 17.6 91.2
2 1 2.9 2.9 94.1
3 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
P2_Katkanan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 8 23.5 23.5 23.5
1 7 20.6 20.6 44.1
2 13 38.2 38.2 82.4
3 6 17.6 17.6 100.0
Total 34 100.0 100.0
M1_Katkanan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 1 2.9 2.9 2.9
3 33 97.1 97.1 100.0
xlix M2_Katkanan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 3 8.8 8.8 8.8
3 31 91.2 91.2 100.0
l Lampiran 5
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Salam sejahterasaudara. Perkenalkan, namasayaYogambigaiRajagopaldansayaadalahmahasiswastambuk 2011
FakultasKedokteran Gigi USU yang sedangmenjalankanpenelitian di Unit Radiologi
Dental Kedokteran Gigi RSGM-P FKG USU. Sayasedangmelakukanpenelitiantentang“MORFOMETRIK AKAR GIGI POSTERIOR MAKSILA DENGAN DINDING SINUS MAKSILARIS DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MAHASISWA SUKU INDIA PADA SALAH SATU FKG DI KOTA MEDAN”.
Penelitianinibertujuanuntukmengetahuijarakdiantaraujungakargigi premolar sampai molar 2 maksiladengan sinus maksilaris yang dilihatdariradiografpanoramik. Manfaatpenelitianinidiharapkanmenjadimasukankepadadoktergigi di Medan tentangjarakdiantaraapikalakargigi premolar sampai molar 2 dengandinding inferior
sinus maksilaris ngambilanfotoronsenpanoramik di Unit RadiologiKedokteran Gigi FakultasKedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Pengambilanfotoronseninihanyamembutuhkanwaktukira-kira 3-4 menit.
Padapenelitianini, dapatterjadirisiko minimal berupapusingakantetapidosisradiografipanoramikadalah 0.03-0.004mSv makarisiko yang dihadapadalahsangan minimal karenadosisambangadalah 5mSv. Keuntunganmenjadisubjekpenelitianadalahsubjeksaudaradapatmengetahuitentanganal
li
Inidapatmembantudalamperawatangigiandapada masa hadapan.Selainitusebagai inducement
akanjugadiberikansebatangpensebagaitandaterimakasihkarenainimembantupenelitiunt
ukmelakukanpenelitianini .Apapun data yang berhubungandengansubjekpenelitianakandirahsiakan
JikaAndabersedia,
suratpernyataankesediaanmenjadisubjekpenelitianterlampirharapditandatanganisecara
sadardantanpapaksaandandikembalikankepada kami. Perludiketahuibahwasuratkesediaantersebuttidakmengikatdansaudaradapatmengundur
kandiridaripenelitianinikapansajaselamapenelitianiniberlangsung, penelititidakakanmelarangsaudarauntukmengundukandiri.
Jikaterdapatpertanyaanataupunhal yang tidakmenyenangkandapatmenghubungisayadi :
YogambigaiRajagopal
DepartemenRadiologiKedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara No H/P : 089665253052
Alamat : Jl. Dr. Sumarsono, no 30. Medan Email: lovelady_2611@yahoo.com
Demikian, mudah-mudahanketerangan di atasdapatdimengerti. Sayainginmengucapkanterimakasihuntukpartisipasisaudara/saudaridalammenolongsa yamelakukanpenelitianini. Sebagaitandaterimakasihdiberikansovenior
Medan,june 2015 Peneliti,
lii Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertandatangandibawahini:
Nama: ……… Alamat:……….. no.Telepon/HP:………
Setelahmendapatpenjelasanmengenaipenelitiandanpahamakanapa yang akandilakukan, diperiksa, didapatkanpadapenelitian yang berjudul:
“MORFOMETRIK AKAR GIGI POSTERIOR MAKSILA DENGAN DINDING SINUS MAKSILARIS DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MAHASISWA SUKU INDIA PADA SALAH SATU FKG DI KOTA MEDAN”
Makadengansuratinimenyatakansetujusebagaisubjekpadapenelitianinisecarasadardant anpapaksaan.
Medan,………2015 Yang menyetujui,
Subjekpenelitian
liii Lampiran 7
RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN
“MORFOMETRIK AKAR GIGI POSTERIOR MAKSILA DENGAN DINDING SINUS MAKSILARIS DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MAHASISWA SUKU INDIA PADA SALAH SATU FKG DI KOTA MEDAN ”
Besarbiaya yang diperlukanpadapenelitianiniadalahsebesarlimajutaduaratus rupiah denganrinciansepertiberikut:
Biayapengambilanradiografpanoramik : Rp 4,500.000,00 Biayaalattulis, kertasdantinta printer : Rp 500.000,00
Biayapenggandaan proposal danhasilpenelitian : Rp 300.000,00 Sovenior: Rp100.000,00
lv Lampiran 9
CURRICULUM VITAE
RiwayatPeneliti
Nama : YogambigaiRajagopal Tempatdantanggallahir : Malaysia,26 November 1992 JenisKelamin : Perempuan
Agama : India
Anakke : 3 (tiga) dari 4 (empat) bersaudara Alamat : Jl. DrMansur No.30 Medan No.telp : 087869178480
Alamat e-mail
RiwayatPendidikan
1998 – 2003 : Menjalanipendidikansekolahdasar SD di SekolahKebangsaanPuchong Jaya.
2004-2008 : MenjalanipendidikanSekolahMenengah di Sekolah MenengahKebangsaanBandar Puchong Jaya (B)
2009 : Menjalani program Foundation in Science di Lincoln, Kuala Lumpur.
xlii
DAFTAR PUSTAKA
1. Didilescu A, Rusu M, Săndulescu M, Georgescu C, Ciuluvică R.Morphometric analysis of the relationships between the maxillary first molar and maxillary sinus floor. Open Journal of Stomatology 2012;2:352-7 2. Vyas S, Sabnis R, Satish M, Pandit M. Prediction of possible maxillary sinus membrane perforation during dental extraction using panoramic radiography. Indian Journal Of Dental Reserch And Review APR-SEPT 2011;2-3.
3. Nimigean V, Maru N, Salavastru D.I, Badita D, Ţuculina M.J. The maxillary sinus floor in the oral implantology. Romanian Journal of Morphology and Embryology, 2008;49(4):485–9
4. Jung Y.H, Cho B.H. Assessment of the relationship between the maxillary molars and adjacent structures using cone beam computed tomography.
Imaging Science in Dentistry 2012; 42 : 219-24
5. Hussein ZA, Al-Nakib LH. Assessment of the relationship between maxillary sinus floor and maxillary posterior teeth root apices using spiral CT-scan. J bagh College Dentistry 2013; Vol, 25(3) : 80-6
6. Khan N, Leela V, Annavarapu G. A study of craniofacial anthopetrics in Hydreabad.J Med allied sci2012;2(2)54-75
7. Hamilah Djoena K, Nasution FH, Terenggora BH. Antropologi untuk mahasiswa kedokteran gigi 2005;44-5
8. Janson G, Quaglia CL, Pinzan A, Franco EJ, Freitas MRD. Craniofacial character of a caucasion and afro caucasion Brazillian subjects with normal occlusion.J Appl Oral Sci 2011;19(2):118-24
9. M.Ali S, A.Hawramy F, A. Mahmood K.The relation of maxillary posterior teeth roots to the maxillary sinus floor using Panoramic and Computed Tomography Imaging in a sample of Kurdish people.Tikrit Journal for Dental Sciences 1(2012);81-8.
xliii
11. Testori T, Fabbro M.D, Weintein R, Wallace S. Maxillary Sinus Surgery And Alternative In Treatment.New York:Quintessence Publishing:8
12. Whaites E. Essentil of dental radiography and radiology .4th edition.Philidephia:Elsevier,2007:25-7,187-88,99
13. Woo.Maxillary sinus floor elevation:review of anatomy and two techniques.Implant Dentistry 2004;Vol 13:28-32
14. Cora Z. Korelasi tes kulit cukit dengan kejadian sinusitis maksila kronis di bagian THT FK USU/RSUP H.Tesis.Adam Malik.Medan:Universitas Sumatera Utara,2001:1-7
15. Pedersen G.W. Buku ajar praktis bedah mulut (Oral surgery). Purwanto, Basoeseno. Philadelphia:W.B Saunders Compony,2012:265-77
16. Netter F.H.Atlas of human anatomy.5th edition.Philephia:Elsivier;2006.49 17. Colbert K.A.R, Devakumari, Sankar R. Odontogenic Maxillary sinusitis-need
for multidisciplinary approach- a review. Journal Of Dental and Medical Sciences 2014;13:25-30
18. Farman A.G.Panoramic radiology.Springer Berlin,NewYork:Springer-Verlag Berlin Heidelberg,2007:4,15-23
19. Capote TSDO, Gonçalves MD, Gonçalves A, Gonçalves M. Panoramic radiography- diagnosis of relevant structures that might compromise oral and general health of a patient.2015. https :// dentalstudymaterial.files.wordpress. com/2010/08/ panoramic-radiology1. pdf.22.04.2015
20. Bell G.Oro-antral fistulae and fractured tuberosities.British dental journal 2011;211:119-23
xxviii
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah dekriptif observasional dengan menggunakan pendekatan penelitian crosssectionalyaitu peneliti akan mengamati dan mengukur jarak dianatara apikal akar gigi dan sinus maksilaris menggunakan radiografi panoramik.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Universitas Sumatera Utara karena alat untuk pengambilan radiografipanoramik digital udah tersedia di RSGMP USU .Waktu Penelitian adalah pada bulan Juli 2015.
3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi
Mahasiswa suku India Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah mahasiswa suku India Fakultas Kedokteran Gigi USU yang memenuhi kriteria inklusi. Cara pengumpulan sampel dilakukan secara purposive sampling.
Kriteria inklusi sampel adalah: (1) Mahasiswa India Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara berusia 20-25 tahun. (2) Menyetujui dan menandatangani informed concent.(3) Memiliki gigi P1,P2, M1 dan M2 maksila kiri dan kanan.
xxix
pencabutan gigi pada bagian posterior maksila, kecuali M3(4) Pernah atau sedang mengalami sinusitis. (5)Sedang melakukan perawatan ortodontik
3.3.4 Besar Sampel
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus:
n = Za2.S d2
n = (1.96)2 (0.55) (0, 2)2
n = 52.822 n = 53 sampel
Keterangan:
Dengan ketentuan:
n : besar sampel
Za : Deviasi baku alfa = 5% Za = 1, 96 d : absolute precision = 20% = 0,2
S : standard deviasi penelitian sebelumnya = 0, 55 28
Jumlah sampel minimal yang diperlukan pada penelitian ini adalah 53 orang namun sampel yang diperoleh adalah sebesar 34 orang karena metode penelitian yang digunakan adalah purposive sampling.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Penelitian
xxx
c. Variabel terikat: Jarak rata-rata apikal akar gigi posterior maksila dengan dinding inferior sinus maksilaris dilihat dari radiograf panoramik.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel- variabel tersebut adalah: Variabel Definisi
Operasional
Skala Alat Ukur Hasil Pengukuran
Jarak
Numerik Komputer • Sebuah garis lurus vertikal radiograf yang telah ditarik dari puncak tertinggi (apikal) akar gigi kearah dinding inferior sinus maksilaris pada radiograf dan diukur secara komputerisasi • Cara pengukuran ini
digunakan untuk mengukur gigi geligi P1, P2, M1, M2 rahang atas dan rahang bawah secara
keseluruhan
Komputer • Radiografi ekstra oral dilakukan di Unit Radiologi FKG USU.
xxxi
magnifikasi pada computer namun ukuran yang
diperoleh tetap sama dengan yang rahang atas kiri dan kanan git bite block)
Numerik (mm)
Digital panoramik
Melihat jarak diantara gigi geligi posterior kiri dan kanan rahang atas dengan sinus maksilaris.
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Pesawat radiografi Orthopantomograph OP200 D Oktober 2012 b. Komputer LG
c. Alat tulis d. Apron
Bahan
xxxii
3.6 Prosedur Penelitian
a. Pengumpulan sampel dilakukan dengan pengisian kuesioner dan informed concent oleh responden
b. Sampel yang diperoleh melakukan pemeriksaan radiografi di unit radiologiKedokteran Gigi RSGMP FKG USU. Pengambilan radiografi dilakukan dengan mesin radiografi panaromik digital.
c. Melakukan pengukuran jarak diantara apikal akar gigi dan dinding inferior sinus maksilaris
• Membuka softwareCliniview versi 10.1.2 dan tekansearch untuk membuka foto panoramik yang ingin dibuka
• Tekan image dan create copy untuk menghasilkan salinan foto panoramik yang sama dengan aslinya
• Tekan contrast, brightness dan zoom untuk memperbesar radiograf supaya lebih jelas dan terang
• Tekan measurement (line)untuk membuat garis lurus vertikal di bagian
• Hasil pengukuran radiograf panoramik akan keluar dengan otomatis
Gambar 8. Cara pengukuran jarak apikal gigi posterior ke
Dindinginferor sinus maksilaris, (A) garis yang ditarik sejajar dengan titik tertinggi dari akar (B) garis yang ditari sejajar dengan titik serendah dari dinding sinus maksilaris, (C)
xxxiii
Gambar 9. Pengukuran jarak apikal akar gigi posterior
dengan dinding sinus maskilaris (dokumen pribadi)
d. Melakukan hal yang sama pada setiap radiograf panoramik dan di catat oleh peneliti
e. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan radiologis
f. Meneliti klasifikasi jarak sinus maksilaris dengan gigi-geligi posterior, menuruk Kwak dkk,5(2004):
Klasifikasi 0: Akar tidak bersentuhan dengan perbatasan kortikal sinus maksilaris.
Klasifikasi 1: Lantai sinus maksilaris inferior melengkung, akar gigi berkontak dengan perbatasan kortikal sinus maksilaris. Klasifikasi 2: Lantai sinus maksilaris inferior melengkung. Akar secara
lateral terproyeksi pada rongga sinus tetapi puncaknya adalah di luar batas sinus.
Klasifikasi 3: Lantai sinus maksilaris inferior melengkung, apikal akar terproyeksi di rongga sinus.
xxxiv
Teknik klasifikasi 3 dan 4 pada radiografi panoramik menunjukkan gambaran sinus yang terproyeksi ke dinding sinus maksilaris. Kedua klasifikasi ini di diukur menggunakan sistem software digital
g. Menganalisa data yang diperoleh
3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data akan dilakukan dengan program komputer
3.7.2 Analisis Data
Data statistik yang diperoleh pada penelitian ini adalah nilai ukuran jarak rata-rata serta klasifikasinya diantara apikal akar gigi P1 sehingga M2 dengan dinding inferior sinus maksilaris.
3.8 Etika penelitian
xxxv
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel pada penelitian ini berjumlah 34 orang yang berumur 20-25 tahun. Pada sampel dilakukan radiografi panoramik di bagian Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
4.1 Ukuran Rata-Rata Apikal Akar Gigi-Geligi Posterior Rahang Atas Dengan Sinus Maksilaris
Hasil pengukuran penelitian ini diperoleh bahwa diantara akar gigi palatal P1 kiri dan kanan, akar palatal P1 kiri telihat lebih terproyeksi kearah dinding sinus maksilaris. Gigi P2 kanan terlihat lebih terproyeki kearah dinding sinus dari P2 kiri. Akar palatal gigi M1 kanan terlihat lebih terproyeksi kearah dinding sinus dan untuk gigi M2 regio kiri terlihat lebih terproyeksi kearah dinding sinus maksilaris.
Tabel 1. Jarak rata-rata apikal akar gigi P1, P2, M1, dan M2 kiri dan kanan dengan dinding sinus maksilaris
Gigi Akar
Regio kiri Regio Kanan Min Ket.: lambang minus (-) menunjukkan arah akar yang lebih protrusi kearah sinus maksilaris
xxxvi
Gambar 10. Jarak apikal gigi dengan dinding sinus maksilaris yang paling dekat terlihat pada apikal akal palatal gigi molar. A-apikal akar palatal molar satu. B-dinding inferior sinus maksilarisC-ukuran jarak rata apikal akar gigi. (dokumen pribadi)
4.2 Klasifikasi Gigi P1 P2, M1 dan M2 pada Regio Kiri dan Kanan dengan Dinding Sinus Maksilaris
Tabel 2. Klasifikasi gigi P1 P2, M1 dan M2 pada regio kiri
Gigi Klasifikasi
0 1 2 3
n % n % n % N %
P1 21 61.8 7 20.6 5 14.7 1 2.9
P2 14 41.2 4 11.8 12 35.3 4 11.8
M1 0 0 1 2.9 1 2.9 32 94.1
M2 0 0 1 2.9 0 0 33 97.1
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa akar palatal gigi P1 dan akar gigi P2 memiliki klasifikasi 0 paling banyak yaitu 61,8% dan 41,2%. Akar palatal gigi M1
A
B C
A
B C -5mm
xxxvii
dan M2 dapat dilihat bahwa klasifikasi 3 adalah terbanyak dengan persentase 94.1% dan 91.2%. Pada keempat gigi ini dapat dilihat bahwa akar palatal gigi M1 yang paling protrusi ke sinus maksilaris.
Tabel 3. Klasifikasi gigi P1, P2, M1 dan M2 regio kanan
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa akar palatal gigi P1 memilik klasifikasi 0 yang terbanyak yaitu, 73.5%, akar gigi P2 memiliki klasifikasi 2 yang terbanyak dengan 38,2. Akar palatal gigi M1 dan M2 memiliki klasifikasi 3, yang terbanyak dengan 97.1% dan 91,2%. Pada tabel dapat dilihat bahwa akar palatal gigi M1 juga merupakan gigi yang paling protursi.
Gigi Klasifikasi
0 1 2 3
n % n % N % n %
P1 25 73.5 6 17.6 1 2.9 2 5.9
P2 8 23.5 7 20.6 13 38.2 6 17.6
M1 0 0 1 2.9 0 0 33 97.1
xxxviii
BAB 5
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknikpurposive samplingdan jumlah sampel yang diperoleh yang memenuhi kriteria inklusi adalah 34 orang.
Peneliti memilih melakukan pengukuran dari akar palatal kearah sinus maksilaris karenapada penelitian ini hasil radiografi panoramik digital dua dimensi yang diteliti gambaran akar distobukal dan akar mesiobukal umumnya sering terlihat superimpose dengan akar palatal yang berada dibelakangnya sehingga sulit diidentifikasi titik tertinggi apikal dan penelitian terdahulu yang dilakukan Vyas.s dkk menyatakan akar gigi M1 dan M2 memiliki jarak yang sangat dekat dengan dinding sinus maksilaris (40% kasus), dimana akar palatal berada lebih dekat dengan dinding sinus maksilarisdaripada palatum (pada20% kasus)
Pada penelitian ini diperoleh bahwa pada regiokiri akar palatal gigi M1(-4.556mm) berada pada posisi yang paling dekat dengan sinus maksilaris diikuti dengan akar palatal gigi M2(-3.926 mm) dan seterusnya akar gigi P2 (1.221 mm). Akar palatal gigi P1 (3.162mm) berada posisi yang paling jauh dengan sinus maksilaris. Pada regio kanan pula akar palatal gigi M1 (-4.512 mm) berposisi paling dekat dengan antrum diikuti dengan akar palatal gigi M2 (-3.494 mm), kemudian akar gigi P2 (1.462 mm) dan diikuti dengan akar palatal gigi P1 (3.232mm).
xxxix
maksilaris juga berbeda sehingga terdapat perbedaan yang signifikan dengan penelitian ini.5
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hamidreza dkk(2015) yang menggunakan radiografi panoramik menyatakan bahwa gigi M1 memiliki jarak yang lebih dekat dengan gigi yang lain berbanding gigi M2. Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Eberhardt dkk, dan Pagin dkk serta Huang dkk menyatakan bahwaposisi akargigi M1 lebih sering memiliki resiko terprotrusi ke dalam sinus maksilaris dibandingkan gigi-geligi posterior yang lain.27Hal ini juga didukung olehpeneliti Andrea Didilesu dkk yang menggunakan CT-scan menyatakan bahwa P1 berada paling jauh dengan sinus maksilaris dan gigi dan paling dekat adalah gigi M1.1
Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitianterdahulu dimana akar palatal gigi M1 yang telihat paling paling protrusi kedalam rongga sinus maksilaris dan diperoleh bahwa gigi P1 terlihat paling jauh dari lantai sinus maksilaris.Secara anatomis gigi geligi yang paling dekat dengan sinus maksilaris adalah M1 diikuti dengan M2,P2 dan P1.1 Hal ini mungkin disebabkan oleh variasi kedalaman sinus maksilaris yang berhubungan dengan dimensi pembesaran sinus, ukuran, tahap dan derajat pneumatisasi disertai dengan kedekatan apikal lateral gigi dengan dinding sinus dan berakhir dengan erupsi sempurna gigi M3,9yang menujukkan kedekatan gigi geligi posterior dengan sinus maksilaris.3,1
xl
Menurut Hamidreza dkk (2013) evaluasi hubungan juga menunjukkan bahwa hubungan yang paling sering diamati pada gigi molar pertama adalah klasifikasi 3 yang menunjukkan bahwa akar palatal terproyeksi kearah sinus maksilaris.27 Menurut penelitian Zainab dkk bahwa gigi M2 memiliki klasifikasi 3, dan akar palatal P1 paling banyak memiliki klasifikasi 1. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan.
Penelitian ini menunjukkan jarak diantara sinus maksilaris dan apikal akar gigi pada regio kanan dan kiri rahang atas tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, demikian juga dalam hal klasifikasi pada regio kanan dan kiri. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh V.Nimigean dkk (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan yang dijumpai secara statistik pada regio kiri dan kanan. Penelitian Obha dkk (2001) juga menyatakan secara statistik tiada perbedaan yang signifikan yang dijumpai pada regio kiri dan kanan.3
xli
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut
a) Jarak rata-rata apikal akar palatal P1 kiri adalahP1 rahang atas kiri (3.162mm) dan kanan (3.23mm), akar P2 rahang atas kiri (1.221mm) dan kanan (1.46mm), M1 rahang atas kiri (-4.55mm) dan kanan (-4.5mm)akar palatal M2 rahang atas kiri (-3.92mm) dan kanan (-3.5mm)
b) Posisi akar palatal gigi berada paling dekat M1 rahang atas kiri (-4.55mm) dan kanan (-4.5mm)dengan sinus maksilaris dan diikuti akargigi P1 rahang atas kiri (3.162mm) dan kanan (3.23mm) berada pada jarak yang paling jauh dengan sinus maksilaris.
c) Pada gigi M1 kiri dan M2 memilikiklasifikasi 3 yang paling banyak , pada gigi P2 klasifikasi 0 dan 1 adalah yang paling banyak dan gigi P1 memiliki klasifikasi 0 yang paling banyak.
6.2Saran
a) Diharapkan dilakukan penelitian yang sama pada suku yang berbeda dengan jumlah sampel yang lebih banyak.
xvi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Ras India
Penduduk ras India Malaysia merupakan suatu kaum yang berasal dari India selatan. Mereka telah datang ke Malaysia sejak dua ribu tahun lalu.Kelompok-kelompok seperti komunitas Chittay-Melaka dan Komunitas Mamak merupakan keturunan pendatang pada masa Kesultanan Melaka dan pada masa penjajahan Portugal dan Belanda. Hal tersebut diikuti oleh datangnya orang Indiasecara beramai ramai dari sub benua India ke Tanah Melayu. Pada tahun 1901, jumlah penduduk India adalah sebnyak 120,000 dan pada tahun 2005 populasi orang India Tamil kurang lebih 7% dari total jumlah penduduk di Malaysia (sekitar 1.8juta).6
Masyarakat India termasuk dalam ras Kaukasoid, yaitu dengan nama Indo Dravida(Indo Eropa).Biasanya golongan ini berasal dari India Selatan.7 Ciri-ciri ras kaukosoid adalah mereka memiliki maksila yang tidak terlalu protrusi, wajah anterior atas yang tingginya lebih besar,wajah atas posterior lebih rendah,wajah bagian bawah yang lebih besar,insisivus maksila dan mandibular protrusi,bibir atas dan bawah yang protrusi, bagian nasolabial yang besar.8
2.2 Sinus Maksilaris
xvii
membrane schneiderian. Membran ini terdiri dari epithelium bersilia yang memiliki
ketebalan 0.8mm.12.13Batas sinus maksilaris pada radiografi terlihat berupa gambaran radiopak yang tipis dan halus.12Sinus maksilaris secara biologis berfungsi sebagai pengatur kondisi udara dengan mengatur kelembapan udara inspirasi dan sebagai penahan (buffer) suhu.11,10 Sinus ini juga mengandung saraf olfaktori yang membantu penciuman dan membantu sekresi mukus dangan jumlah yang kecil. Sinus maksilaris juga membantu keseimbanagan kepaladengan mengurangi berat tengkorak,meningkatkan resonansi suara dan mengisolasi udara yang dihirup.11,10,14
Dinding inferior sinus maksilaris, melengkung bukan datar, dibentuk oleh sepertiga bagian bawah dinding medial dan dinding bukoalveolar.1 Bentuk lantai sinus umumnya cekung, selainnya memiliki lantai sinus yang bergelombang atau mendatar.3
Gambar 1. Diagram dari antrum kiri menunjukkan bentuk dasar dan variasidinding dan tepi antrum. A.Tampilan dari depan; B. Tampilan dari samping.12
Bagian anatomi antrum (lihat gambar 2) dapat dibagi ke dalam 12: • Sebuah ruang pusat berisikan udara.
• Sebuah atap atau batas atas (roof) yang dikelilingi oleh orbita.
xviii
• Sebuah dinding posterior (posterior wall) yang berhubungan dengan fossa pterygopalatina
• Sebuah dinding lateral (lateral wall) yang berhubungan dengan zygoma dan pipi.
• Sebuah dinding anterior (anterior wall) yang berhubungan dengan pipi • Sebuah lantai (floor) yang berhubungan dengan gigi posterior atas.
Suplai darah ke sinus maksilaris terutama berasal dari cabang-cabang terminal perifer, yang terdiri dari arteri maksilaris yang bercabang dari arteri posterior alveolar superior dan arteri infraorbital. Arteri palatina mayor juga mensuplai darah pada bagian inferior sinus. Suplai saraf ke sinus maksilaris berasal dari cabang alveolar superior rahang atas (V2) di area pembagian saraf trigeminal.13,14,15
2.2.1 Embriologi Sinus Maksilaris
Pada bulan ketiga kehidupan embrio, dimulai dari suatu invaginasi mukosa meatus media ke arah lateral dan ke arah korpus maksila, sinus maksilaris mulai terbentuk berupa benih pada dinding lateral pars ethmoidal capsula nasal. Pembesaran sel-sel ini terus berlanjut sampai lahir, dimana pada saat tersebut volume sinus adalah 6-8 ml.Sewaktu di lahirkan berbentuk silinder dengan ukuan 7 x 4 x 4 mm,14,15 Pada usia 10 – 12 tahun dasar sinus maksila telah mencapai tinggi yang sama dengan dasar kavum nasi.14 Di atas umur 12 tahun pertumbuhan sinus maksilaris ke arah inferior, berhubungan erat dengan erupsi gigi permanen, sehingga ruang yang semula ditempati oleh tugas-tugas gigi permanen akan mengalami pneumatisasi yang mengakibatkan volume sinus maksilaris bertambah besar ke arah inferior. Pada umur 18 – 19 tahun erupsi gigi permanen telah lengkap dan di perkirakan pertumbuhan sinus maksilaris telah selesai.14
xix
posterior maksila.13,11Tingkat pneumatisasi bervariasi pada tiap orang dan berbeda pada sisi kanan dan kiri pada rahang atas.3,11
Ukuran sinus tidak signifikan hingga erupsi gigi permanen.13 Sinus maksilaris bervariasi perluasannya.9 Lantai sinus meluas di antara gigi yang berdekatan atau antara akar individu diantara beberapa populasi gigi, menciptakan ketinggian di permukaan antral (sering disebut sebagai "bukit kecil")2 atau tonjolan dari apikal akar ke sinus.2 Dimensi rata-rata sinus dewasa mempunyai lebar 2.5-3.5 cm, panjang 3,6-4,5 cm, dan tinggi 3,8-3,6-4,5 cm. Sinus maksilaris volume sekitar 12-15 cm3.Sinus maksilaris meluas kearah gigi kaninus dan daerah gigi premolar. Umumnya daerah molar satu berada pada posisi paling dekat dengan sinus maksilaris.13
Gambar 2. Gambaran anatomi sinus maksilaris.16
2.2.2 Kondisi Patologis Sinus Maksilaris Akibat Gigi-Geligi
xx
pada saat tindakan reseksi ujung akar atau sewaktu pengeboran tulang, debu pengeboran tulang tersebut memasuki sinus dan menyebabkan jaringan sinus terinflamasi dan menyebabkan sinusitis akut atau kronik.5Selain itu infeksi periapikal dan periodontal dapat menyebar keluar dari batas jaringan pendukung gigi dan menembus kedalam sinus maksilaris yang dapat menyebabkan sinusitis.5 Hubungan topografi diantara apikal akar gigi dan sinus maksilaris juga perlu diketahui untuk menentukkan prognosis saat dilakukan perawatan ortodonti apabila terjadi pergerakan bodily dan intrusi pada gigi yang dekat dengan sinus maksilaris.4,5
Dasar sinus maksila berdekatan dengan tempat tumbuhnya gigi premolar ke dua, gigi molar ke satu dan ke dua, bahkan kadang-kadang gigi tumbuh ke dalam rongga sinus dan hanya tertutup oleh mukosa. Proses supuratif yang terjadi sekitar gigi-gigi ini dapat menjalar ke mukosa sinus melalui pembuluh darah atau limfe, sedangkan pencabutan gigi ini dapat menimbulkan hubungan dengan rongga sinus melalui oroantral yang akan mengakibatkan sinusitis. Didalam sinus kadang-kadang ada sekat -sekat yang membentuk ruang-ruang dibagian posterior, sehingga dapat menjadi sumber infeksi terus-menerus.12
Sinusitis merupakan suatu kondisi disebabkan virus,infeksi bakteria,dan infeksi fungi.15Sinusitis maksilaris adalah kondisi yang melibatkan inflamasidisebabkan oleh alergi, bakteria, virus. Sinusitis juga disebut rinosinusitis karena inflamasinya pada mukosa hidung. Faktor lain yang menyebabkan sinusitis adalah faktor gigi yang disebut sinusitis odontogenik dan sekitar 10% dalam semua kasus sinusitis maksilaris. Sinusitis odontogenik terjadi akibat eksudat inflamasi mengalir masuk kedalam rongga sinus. Gejala klinis sinusitis berupa pilek, sesak nafas, rasa sakit, nyeri tekan dan pembengkakan. Rasa sakit menyebar sampai area gigi premolar dan molar..1,15
xxi
diketahui agar dapat meminimalisirkesalahan sewaktu melakukan perawatan kedokteran gigi.1
2.3Radiografi Panoramik Digital
Gambaran radiografi terbagi atas radiografi intraoral dan ekstraoral. Radiografi intra oral merupakan jenis radiografi yang dilakukan dengan meletakkan film x-ray ke dalam rongga mulut. Radiografi intraoral terdiri dari periapikal radiograf, interproksimal radiograf, oklusal radiograf. Radiografi extra oral merupakan jenis radiografi yang dilakukan pada bagian orofasial dengan film diletakkan pada bagian luar mulut, diantaranya adalah dengan menggunakan panoramik, CT, CBCT, MRI.12
Radiografi panoramik (pantomografi) adalah teknik untuk menghasilkan gambar tomografi struktur wajah yang meliputi baik rahang atas dan rahang bawah lengkung gigi dan struktur pendukungnya. Objek di depan atau di belakang lapisan gambar tidak jelas ditangkap karena gerakan relatif mereka ke pusat-pusat rotasi sumber reseptor dan x-ray. Radiografi panoramik sering digunakan sebagai gambaran evaluasi awal yang dapat memberikan penilaian yang dibutuhkan, atau membantu menentukan kebutuhan mengunakan radiografi lain.12
Radiografi panoramik digital meliputi semua teknik yang dihasilkan secara digital (atau komputerisasi) gambar, berbeda dari radiografi konvensional yang menggunakan film x-ray.Gambar yang diambil secara digital dapat ditransfer secara
Gambaran yang menunjukkan hubungan antara akar molar dan premolar pada sinus maksilaris. 17
xxii
elektronik ke tenaga kesehatan lain tanpa perubahan kualitas gamabr asli. Sebagai tambahan, reseptor intraoral digital membutuhkan radiasi lebih sedikit dari film, hal ini akan mengurangi dosis absorbsi pasien. Software digital imaging menyediakan berbagai macam program untukmenilai gambar seperti digital ruler, densitomometer. Digital imaging memiliki programyang tidak tersedia pada radiologi yang menggunakan film. Ukuran dan intensitas gambar dari area-area dalam digital radiografi dapat diukur.12,18,19
Sistem digital saat ini juga memiliki sejumlah kerugian dibandingkan dengan radiografi menggunakan film. Biaya peralatan yang relatif tinggi, dan membutuhkan komponen monitor dan cadangan penyimpanan data. 12,18,19
Gambar 4.Gambaran normal sinus maksilaris pada radiografi panoramik.12
Radiografi panoramik diindikasikan untuk mengevaluasi gigi-geligi yang belum erupsi, sewaktu melakukan perawatan ortodontik, untuk melihat perkembangan gigi, kelainanperkembangan, trauma, lesi besar. Radiograf panoramik memungkinkan dokter gigi untuk melihat area yang luas dari maksila dan mandibular dalam 1 film sekaligus karena dosis radiasi panoramik adalah 0.004-0.03 mSv lebih rendah dari dibandingkan dengan foto serial rongga mulut (full mouth series),yaitu pengambilan 15 radiograf periapikal(tujuh radiografi anterior dan delapan posterior
xxiii
dimana satu gambaran radiografis periapikal adalah 0.001–0.008 mSv).Radiografi panoramik sering digunakan sebagai pemeriksaan diognostik awal kemudian berdasarkan interpretasi yang diperolehdokter gigi dapat menentukan kebutuhan pemeriksaan radiograf penunjang lainnya agar diperoleh gambaran diognosadan rencana perawatanyang lebih rinci. 12,18,19,
Kontraindikasi penggunaan radiografi panoramik adalah situasi klinis yang membutuhkan gambaran detail yang dibutuhkan, seperti pada lesi karies, gambaran puncak alveolar, tingkat densitas pengisian saluran akar, penyakit periodontal atau lesi periapikal.12,18,19,
2.4 Gambaran Radiografis dan Hubungan Jarak Dinding Sinus Maksilaris dengan Apikal Akar Gigi Geligi
Sebuah antrum terlihat secara radiografi sebagai sebuah rongga radiolusen pada maksila dengan batasan yang jelas, padat, dikelilingi dinding atau tepi radiopak. Secara umum, semakin besar rongga maka akan semakin banyak gambaran radiolusen yang akan muncul.18
Radiograf panoramik yang menunjukkan gambaran nomal dari lantaidan dasar dari ruang antrum (ditunjukkan oleh panah) dalam hubungan dengan gigi posterior atas pada gigi permanen.12
Gambar 5. Sinus
xxiv
Dari penelitian yang dilakukan oleh Kwak et al. (2004) setiap akar gigi maksila dan lantai sinus maksilaris dapat diklasifikasikan. Terdapat lima klasifikasi:5
Klasifikasi 0:Akar tidak bersentuhan dengan perbatasan kortikal sinus maksilaris. Klasifikasi 1: Lantai sinus maksilaris inferior melengkung, akar gigi berkontak
dengan
perbatasan kortikal sinus maksilaris.
Klasifikasi 2:Lantai sinus maksilaris inferior melengkung. Akar secara lateral terproyeksi pada rongga sinus tetapi puncaknya adalah di luar batas sinus.
Klasifikasi 3: Lantai sinus maksilaris inferior melengkung, apikal akar terproyeksi di rongga sinus.
Gambaran variasi morfologi sinus maksilaris dalam hubunganya dengan gigi geligi terdekat. Gambar A dan B tidak memperlihatkan hubungan yang dekat dengan gigi geligi tetapi gambar C dan D menunjukkan hubungan yang dekat dengan sinus
k il i 21
xxv
Klasifikasi 4: Lantai sinus maksilaris superior membungkus sebagian atau seluruh akar
gigi
Teknik klasifikasi 3 dan 4 pada radiografi panoramik menunjukkan gambaran sinus yang terproyeksi ke dinding sinus maksilaris. Kedua klasifikasi ini di diukur menggunakan sistemsoftware digital
Gambaran klasifikasi gigi geligi maksilari posterior dan hubungannya dengan dinding inferior sinus maksilaris menggunakan radiografi panoramik.5
xxvi
2.6 Kerangka Teori
Ras India
Sinus maksilaris
Embriologi
Radiografi
Gigi geligi posterior maksila
Panoramik digital
Anatomi dan gambaran radiografi
- P1 dan P2 - M1 dan M2
Hubungan jarak di antara sinus maksilaris
dan apikal gigi posterior maksila Kondisi patologis
xxvii
2.7 Kerangka Konsep
Gigi geligi posterior rahang atas dan sinus maksilaris mahasiswa
India FKG USU
Radiografi panoramik digital
Interpretasi radiograf hubungan sinus maksilaris dan gigi-geligi
posterior
Ukuran jarak rata-rata apikal akar gigi P1 dan M2 dengan lantai
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
. Perkembangan sinus maksilaris dimulai selama periode janin dan berlanjut setelah lahir. Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang pertama terbentuk dan pertumbuhan berhenti di sekitar usia 20 tahun dengan erupsinya molar tiga. Dengan selesainya fase erupsi gigi permanen, perkembangan sinus maksilaris menjadi sempurna. 1,2
Secara anatomis, letaknya dinding inferior sinus maksilaris adalah berdasarkan ukuran sinus maksilaris dan terdapat tiga gigi yang memiliki posisi dekat dengan lantai sinus, yaitu premolar dua (P2)maksila, gigi molar satu (M1) maksila, dan molar dua maksila (M2). Posisi akar molar satu maksila terletak sangat dekat dengan dinding inferior sinus maksilaris. Apikal gigi molar dua (terutama akar mesio-bukal), kemudian apikal molar satu (terutama akar mesio-bukal), molar tiga, premolar dua dan premolar satu merupakan rangkaian urutan terdekatnya jarak apikal gigi yang letaknya terdekat ke dinding sinus maksilaris.1
xiv
namun aksesnya lebih mudah dibandingkan dari akar palatal dan pada kebanyakan kasus tidak menimbulkan perforasi pada sinus maksilaris.Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Hussein ZA dkk (2013) jarak diantara dinding inferior sinus maksilaris dengan akar gigi premolar1 menunjukkan jarak yang terpanjang sedangkan yang terdekat adalah pada gigi molar 2 akar mesiobukal.5
Morfometrik merupakansuatu cara pengukuran panjang dari morfologi anatomi, dalam penelitian ini pengukuran jarak dilakukan diantara morfologi anatomi apikal akar gigi dan dinding inferior sinus maksilaris. Hubungan penetrasi dan jarak apikal akar gigi dentosinusal adalah faktor yang sangat penting dalam operasi implantasi yang diterapkan segera setelah prosedur ekstraksi, apabila prosedur pencabutan gigi atau pembedahan endodontik dilakukan ada kemungkinan terjadi pembentukan fistula oroantral atau perubahan posisi akar yang dapat menyebabkan protrusi ke dalam sinus maksilaris.6
Hubungan dinding sinus dengan akar gigi geligi posterior dapat dilihat dengan berbagai radiografi, CBCT dan CT-scan memberikan hasil radiografi 3 dimensi yang sangat bagus, namun biaya dan dosisnya lebih besar, oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian menggunakan radiografi panoramik yang memiliki, dosis radiasi yang lebih kecil dan biayanya lebih murah.Hubungan, posisi, dan jarak antara sinus maksilaris dan akar gigi adalah penting untuk dijadikan sebagai acuan dalam melakukan perawataan gigi misalnya untuk menghindari terjadinya sinusitis yang terjadi akibat dari infeksi periapikal atau periodontal ataupun terjadi perforasi iotrogenik pada dinding inferior sinus maksilaris.
xv
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut:
Berapakah jarak rata-rata serta bagaimana klasifikasi diantara apikalakar gigi maksila premolar satu (P1), premolar dua (P2), molar satu (M1) dan molar dua (M2) dengan dinding inferior sinus maksilarispada mahsiswa suku India usia 20-25 tahun di FKG USU ditinjau dari radiografi panoramik.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jarak dan klasifikasi diantara apikal gigi maksilapremolar satu (P1), premolar dua (P2), molar satu (M1) dan molar dua (M2) dengan dinding sinus maksilaris pada mahasiswa suku India FKG USU pada usia 20-25 tahun ditinjau dariradiografipanoramik.
1.4 Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jarak dan kalsifikasi diantara apikal akar gigi premolar satu, premolar dua, molar satu, molar dua maksila dengan dinding inferior sinus maksilaris.
ii
FakultasKedokteran Gigi
Unit RadiologiKedokteran Gigi Tahun 2015
YogambigaiRajagopal
Morfometrikakargigi posterior dengandinding sinus maksilarisditinjaudariradiografipanoramikpadamahasiswasuku India FKG USU
padausia 20 hingga 25 tahun.
Sinus maksilarisadalahrongga sinus paranasal yang terbesardanyang terletakdekatdengangigi-geligi posterior.Hubunganjarakdiantaragigigeligi posterior dengan sinus maksilarisadalahpentinguntuk diagnosis danrencanaperawatanolehdoktergigi.
Penelitianinibertujuanuntukmengetahuimorfometrikdanklasifikasiapikalakar
palatalgigimaksilapremolar satu (P1), premolar dua (P2), molar satu(M1) dan molar dua (M2) kiridankanandengandinding sinus maksilarispadamahasiswasukuIndia FKG USU padausia 20-25tahunmelaluiradiografipanoramik.
Jenispenelitianadalahdeskriptifobservasionaldenganpendekatancross
sectional, jumlahsampel 34 orang terdiridari10 orang priadan24 orang wanita.
MetodepengambilansampeldilakukansecaraPurposive sampling. Penelitiandilakukan di Unit RadiologiRumahSakit Gigi danMulutPendidikanFakultasKedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Hasilpenelitiandiperolehbahwapadaregiokiridankananakar palatal M1 kiridankananberadapadaposisi yang paling dekatdengan sinus maksilarisdiikutiolehakar palatal gigi M2 dandiikutiolehakargigi P2 danakar palatal gigi P1 berada paling jauhdari sinus maksilaris.Gigi M1 dan M2 memilikiklasifikasitiga, gigi P2 memilikiklasifikasinoldansatusertagigi P1 memilikiklasifikasi yang terbanyak. Kesimpulanpenelitianadalahakar palatal gigi
i
MORFOMETRIKAKAR GIGI POSTERIOR MAKSILA
DENGAN DINDINGSINUS MAKSILARIS DITINJAU
DARI RADIOGRAFIPANORAMIK PADA
MAHASISWASUKU INDIA PADA
SALAH SATU FKG DI
KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukanuntukmemenuhitugasdanmelengkapi syaratmemperolehgelarSarjanaKedokteran Gigi
Oleh:
YOGAMBIGAI RAJAGOPAL
NIM: 110600194
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
FakultasKedokteran Gigi
Unit RadiologiKedokteran Gigi Tahun 2015
YogambigaiRajagopal
Morfometrikakargigi posterior dengandinding sinus maksilarisditinjaudariradiografipanoramikpadamahasiswasuku India FKG USU
padausia 20 hingga 25 tahun.
Sinus maksilarisadalahrongga sinus paranasal yang terbesardanyang terletakdekatdengangigi-geligi posterior.Hubunganjarakdiantaragigigeligi posterior dengan sinus maksilarisadalahpentinguntuk diagnosis danrencanaperawatanolehdoktergigi.
Penelitianinibertujuanuntukmengetahuimorfometrikdanklasifikasiapikalakar
palatalgigimaksilapremolar satu (P1), premolar dua (P2), molar satu(M1) dan molar dua (M2) kiridankanandengandinding sinus maksilarispadamahasiswasukuIndia FKG USU padausia 20-25tahunmelaluiradiografipanoramik.
Jenispenelitianadalahdeskriptifobservasionaldenganpendekatancross
sectional, jumlahsampel 34 orang terdiridari10 orang priadan24 orang wanita.
MetodepengambilansampeldilakukansecaraPurposive sampling. Penelitiandilakukan di Unit RadiologiRumahSakit Gigi danMulutPendidikanFakultasKedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Hasilpenelitiandiperolehbahwapadaregiokiridankananakar palatal M1 kiridankananberadapadaposisi yang paling dekatdengan sinus maksilarisdiikutiolehakar palatal gigi M2 dandiikutiolehakargigi P2 danakar palatal gigi P1 berada paling jauhdari sinus maksilaris.Gigi M1 dan M2 memilikiklasifikasitiga, gigi P2 memilikiklasifikasinoldansatusertagigi P1 memilikiklasifikasi yang terbanyak. Kesimpulanpenelitianadalahakar palatal gigi
iii
P1memilikiklasifikasinolpadaregiokiridankananyang berartiberada paling jauhdaridinding sinus maksilaris.
Daftarrujukan: 21 (2005 – 2015)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsiinitelah disetujuiuntukdipertahankan dihadapantimpengujiskripsi
Medan, Agustus 2015
Pembimbing TandaTangan
iv NIP. 197502252005022005
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsiinitelahdipertahankandihadapantimpenguji padatanggal
TIM PENGUJI
KETUA : LidyaIraniNainggolan, drg., Sp. RKG ANGGOTA : 1. Dr. TreliaBoel, drg.,M.Kes, Sp.RKG (K)
v 3. Cek Dara Manja, drg.,Sp.RKG
KATA PENGANTAR
PujidansyukurterhadapTuhan Yang MahaEsaatasrahmatdankurnia-Nya yang telahdiberikansehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsiiniuntukmemenuhikewajiba npenulissebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelaranSarjanaKedokteran Gigi.
Padakesempatanini,
penulisinginmenyampaikanterimakasihkepadaayahandaRajagopaldanibundatercintaV ikineswaryatassegalakasihsayang,
doadandukungansertasegalabantuanbaikberupamorilataupunmateril yang tidakakanterbalasolehpenulis.Penulisjugamengucapkanbanyakterimakasihkepadadose
npembimbingLidyaIraniNainggolan, drg., Sp.RKG yang
telahbersediameluangkanwaktunya, memberikansemangat, motivasi, bimbingankepadapenulissehinggaskripsiinidapatdiselesaikandenganbaik.
Dalampenulisanskripsiini,penulisbanyakmendapatkanbimbingandanbantuanda riberbagaipihak. Untukitu, dengansegalakerendahanhatidanpenghargaan yang tulus, penulismenyampaikanterimakasihkepada:
1. Prof. Nazruddin, drg.,Sp. Ort. Ph.DselakudekanFakultasKedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. TreliaBoel, drg.,M.Kes., Sp.RKG. (K)
selakuKetuaDepartemenRadiologiKedokteran Gigi Universita Sumatera Utara yang telahbanyakmembantumemberikan saran dandorongankepadapenulis.
3. H. AmrinThahir, drg. Selakustaf senior di DepartemenRadiologiKedokteran Gigi FakultasKedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
vi
telahmembantudanmemberidukungan moral
sertamemberipendapatdalamperjalanansayamenyelesaikanskripsiini.
5. Dewi Kartika, drg.,dan Maria Novita H. Sitanggang, drg. Selakustaf di DepartemenRadiologiKedokteran Gigi FakultasKedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara atasmasukandan saran yang telahdiberikansehinggaskripsiinimenjadilebihbaik.
6. PutriWeldaUtami, drg,. MDSC selakupenasihatakademik yang
telahmemberikannasihatselamapenulismenjalankanpendidikan di FakultasKedoketeran Gigi Universitas Sumatera Utara.
7. Ibu Maya selakudosen di FakultasKesehatanMasyarakatBidangStatistik yang telahmembantudalampenilaianstatistikpadapenelitianini.
8. RadiograferDepartemenRadiologiKedokteran Gigi FakultasKedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (Kak Rani, KakTettydan Bang Ari).
9. SeluruhstafpengajarFakultasKedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telahbanyakmembimbingdanmemberikanilmunyakepadapenulisselamamenjalani masa pendidikan.
10. Sahabat-sahabattersayang (Ganesh, Michelle, Intan, Thirumagal, Pavi) yang selalumemberikandukunganmorilkepadapenulisdalampenelitianini.
11. Semuateman-temanFakultasKedokteranGigi Universitas Sumatera Utara dansemuapihak yang tidakdapatdisebutkansatu per satudalampengantarini.
Akhir kata dengankerendahanhati, penulismengharapkansemogaskripsiini dapatmemberikansumbanganpikiran yang bergunabagifakultas, pengembangan ilmupengetahuandanmasyarakat.
Medan, Agustus2015 Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN PENGESAHAN ……….
2.3 RadiografiPanoramikDigital ... 9
2.4 GambaranRadiografisdanHubunganJarakDinding Sinus MaksilarisDenganApikalAkarGigi Geligi ... 11
2.5 KerangkaTeori... 14
2.6 KerangkaKonsep ... 15
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 JenisPenelitian ... 16
3.2 LokasidanWaktuPenelitian ... 16
viii
3.3.1 Populasi ... 16
3.3.2 Sampel ... 16
3.3.3 BesarSampel ... 17
3.4 VariabelPenelitiandanDefinisiOperasional ... 17
3.4.1 VariabelPenelitian ... 17
3.4.2 DefinisiOperasional ... 18
3.5 AlatdanBahan ... 19
3.6 ProsedurPenelitian ... 20
3.7 PengolahandanAnalisis Data ... 22
3.7.1 Pengolahan Data ... 22
3.7.2 Analisis Data ... 22
3.8 EtikaPenelitian ... 22
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Ukuran Rata ApikalAkar Gigi-Geligi Posterior RahangAtasDengan Sinus Maksilaris ... 23
4.2 Klasifikasi Gigi Geligi Posterior RahangAtasDengan Sinus Maksilaris ... 24
BAB 5 PEMBAHASAN ... 26
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 29
6.2 Saran ... 29
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar ... Halaman
1. Diagram dari antrum kirimenunjukkanbentukdasardanvariasi
dindingdantepi antrum………... 5 2. Gambarananatomis sinus maksilaris ... 7 3. Gambar yang menunjukkanhubunganantaraakar molar dan
premolarpadasinus maksilaris ... 9 4. Gambaran normal sinus maksilarispadagambaranradiografi
panoramik ... 10 5. Radiografpanoramik yang menunjukkangambarannormaldarilantai
dandasardariruang antrum (ditunjukkanolehpanah) dalam
hubungandengangigi posterior ataspadagigipermanen ... 11 6. Gambaranvariasimorfologisinus maksilarisdalamhubungannya
dengangigigeligiterdekat ... 12 7. Gambaranklasifikasigigigeligimaksilarisposterior danhubungannya
dengandinding inferior sinus maksilarismenggunakanradiografi
panoramik ... 13 8. Cara pengukuranjarakapikalakargigi posterior kedinding
inferior sinus maksilaris. ... 21 9. Pengukuranjarakapikalakargigi posterior dengandinding sinus
x
10. Jarakapikalakar palatal yang paling dekatdengandinding sinus
xi
DAFTAR TABEL
TabelHalaman
1. Jarak rata-rata apikalakargigi P1, P2, M1, M2 kiridankanan
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner
2. Hasilpengukuranukurandanklasifiksi sinus maksilaris 3. Hasilperhitunganspssversi 19
4. Surat persetujuankomisietik (ethical clearance) 5. Lembarpenjelasankepadacalonresponden
6. Surat pernyataanpersetujuansubjekpeneliti (Informed Consent) 7. Rinciananggaranpenelitian