Judul Penelitian : Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene di RSUP Haji Adam Malik Medan
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan five moments hand hygiene perawat di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan dan kemajuan praktek ilmu keperawatan, pendidikan ilmu keperawatan dan penelitian keperawatan.
Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpatisipasi dalam penelitian ini. Data dan identitas Bapak/Ibu akan dirahasiakan dengan memberi kode dan menjadi tanggung jawab peneliti sepenuhnya. Selanjutnya saya meminta kesediaan Bapak/Ibu mengisi data kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu. Peneliti memohon kepada Bapak/Ibu memberikan jawaban berdasarkan pernyataan kuesioner dengan jujur apa adanya. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.
Medan, 2016
Responden Peneliti
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Pelaksanaan Five Moments
Hand Hygiene Perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan
Kode :
Tanggal :
Petunjuk Umum Pengisian
1. Isilah dengan lengkap
2. Untuk data yang dipilih, beri tanda ( √ ) pada kotak yang tersedia dan atau isi
sesuai jawaban
A. Data Demografi
No. Responden : Nama (Inisial) :
Umur : ... Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki perempuan Tingkat Pendidikan : SPK D3
S1 S2
Lama Kerja : < 5 Tahun 5-10 Tahun > 10 Tahun
B. Supervisi Kepala Ruangan Menurut Perawat Pelaksana
Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang tersedia.
Alternatif jawaban : SL : Selalu S : Sering
Berikut ini merupakan gambaran supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan di ruang RB 2A dan RB 2B di RSUP Haji Adam Malik Medan.
No Pernyataan TP KK S SL
1 Kepala ruangan mengajarkan tentang prosedur hand hygiene yang benar kepada saya
2 Kepala ruangan menginformasikan pada saya tentang manfaat hand hygiene untuk keselamatan diri sendiri dan pasien
3 Kepala ruangan menginformasikan pada saya bahwa melakukan five moments hand hygiene adalah tugas penting seorang perawat
4 Informasi yang disampaikan kepala ruangan menambah wawasan saya terutama dalam melakukan asuhan keperawatan
5 Kepala ruangan memberikan saya pujian jika saya melakukan hand hygiene
6 Kepala ruangan memberikan saya pujian jika saya melakukan hand hygiene sesuai dengan prosedur 6 langkah benar
7 Setelah melihat saya melakukan hand hygiene, kepala ruangan memotivasi saya untuk melakukan five moments hand hygiene
8 Kepala ruangan berupaya memotivasi saya untuk melakukan hand hygiene sesuai dengan prosedur 6 langkah benar
9 Kepala ruangan menanyakan dengan jelas kepada saya tentang kesulitan dalam melakukan five moments hand hygiene
10 Kepala ruangan menanyakan dengan jelas kepada saya tentang kesulitan dalam melakukan hand hygiene sesuai dengan prosedur 6 langkah benar 11 Kepala ruangan mendengarkan keluhan saya dalam
melakukan hand hygiene
12 Kepala ruangan memberikan solusi pada saya jika ada hambatan dalam melakukan five moments hand hygiene
14 Kepala ruangan melakukan supervisi hand hygiene setiap hari
15 Kepala ruangan menegur saya jika melakukan hand hygiene tidak sesuai dengan prosedur 6 langkah yang benar
16 Kepala ruangan menegur saya jika tidak melakukan hand hygiene sebelum kontak dengan pasien
17 Kepala ruangan menegur saya jika tidak melakukan hand hygiene sebelum melakukan tindakan
bersih/steril
18 Kepala ruangan menegur saya jika tidak melakukan hand hygiene setelah terkena cairan tubuh pasien 19 Kepala ruangan menegur saya jika tidak melakukan
hand hygiene setelah kontak dengan pasien 20 Kepala ruangan memeriksa kelengkapan alcohol
handrub sebagai fasilitas untuk melakukan handrub 21 Kepala ruangan memeriksa sabun antiseptic sebagai
fasilitas untuk melakukan handwash
Lampiran 5
RIWAYAT HIDUP
Nama : Heppy Delpia Simanjuntak
Tempat Tanggal Lahir : Pulau Mandi, 25 Mei 1994 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Jamin Ginting, Gg. Pelita Jaya, No.1, Padang Bulan
Riwayat Pendidikan :
1. TK Kebun Pulau Mandi Tahun 1998-2000
Lampiran 6
Taksaksi Dana Penelitian
1. Proposal
1. Penelusuran literatur dan internet Rp 50.000,-
2. Print dan penjilidan proposal Rp 150.000,- 3. Konsumsi saat sidang proposal Rp 200.000,-
4. Biaya transportsi Rp 100.000,-
2. Skripsi
5. Uji reliabilitas dan pengambilan data Rp 219.000,-
6. Souvenir Rp 120.000,-
7. Print dan jilid skripsi Rp 300.000,-
8. Transportasi Rp 100.000,-
9. Konsumsi saat sidang skripsi Rp 200.000,-
10. Biaya tak terduga Rp 100.000,- +
Lampiran 12
Standardized Items N of Items
Lampiran 13
Master Data Penelitian
No U JK PT LK p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 S HH
1 47 P D3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 66 0
2 35 P D3 1 4 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 58 0
3 27 Lk S1 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69 0
4 26 P D3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 1
5 34 P S1 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 81 0
6 39 P S1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 1
7 50 P S1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 0
8 30 P S1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 66 0
9 28 P D3 2 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 2 2 2 2 3 2 4 4 4 4 71 0
10 36 P S1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 66 1
11 44 P S1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 87 1
13 35 P S1 2 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 77 0
14 50 P D3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 2 3 3 2 4 4 4 4 79 0
15 36 P S1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 66 0
16 23 P D3 1 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72 1
17 37 P D3 1 4 4 4 4 2 2 4 4 2 3 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 4 63 0
18 36 P D3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 80 0
19 36 Lk D3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 0
20 30 P D3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 2 1 1 3 1 3 3 3 3 3 3 61 0
21 54 P D3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 80 0
22 47 P D3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 87 0
23 53 P D3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 1
24 52 P SPK 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4 3 4 4 3 79 0
25 52 P D3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68 0
26 36 P D3 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69 1
27 39 P S1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 3 70 1
28 48 P D3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 0
30 30 P D3 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69 1
31 43 P S1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 3 4 79 1
32 50 P D3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3 76 0
33 50 P D3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3 72 0
34 33 P S1 1 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 3 3 4 4 4 3 3 3 73 1
Ket.
U : Umur
JK : Jenis Kelamin PT : Pendidikan Terakhir LK : Lama Kerja
S : Supervisi
HH : Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene 0 : Tidak Dilaksanakan
Lampiran 14
Frequency Table
DATA DEMOGRAFI PERAWAT
UMUR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Lampiran 15
Frequency Table
SUPERVISI KEPALA RUANGAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3 9 26.5 26.5 26.5
4 25 73.5 73.5 100.0
VAR00004
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3 11 32.4 32.4 32.4
4 23 67.6 67.6 100.0
VAR00009
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
VAR00013
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
VAR00017
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
VAR00021
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
PELAKSANAAN FIVE MOMENTS HAND HYGIENE PERAWAT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Dilaksanakan 18 52.9 52.9 52.9
Dilaksanakan 16 47.1 47.1 100.0
Moment2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Dilaksanakan 13 38.2 38.2 38.2
Dilaksanakan 21 61.8 61.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
Moment3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Dilaksanakan 6 17.6 17.6 17.6
Dilaksanakan 28 82.4 82.4 100.0
Total 34 100.0 100.0
Moment4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Dilaksanakan 10 29.4 29.4 29.4
Dilaksanakan 24 70.6 70.6 100.0
Total 34 100.0 100.0
Moment5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Dilaksanakan 19 55.9 55.9 55.9
Dilaksanakan 15 44.1 44.1 100.0
Nonparametric Correlations
Correlations
Handhygiene SupervisiKaru
Spearman's rho
Handhygiene
Correlation Coefficient 1.000 .230
Sig. (2-tailed) . .191
N 34 34
SupervisiKaru
Correlation Coefficient .230 1.000
Sig. (2-tailed) .191 .
47
DAFTAR PUSTAKA
Abdella et al. (2014). Hand hygiene compliance and associated factors among health care providers in Gondar University Hospital, Gondar, North West Ethiopia. Diunduh tanggal 01 Oktober 2015 dari http://eresources.perpusnas.go.id:2057/docview/1494547636/fulltextPDF/ 590EA1F012874E62PQ/6?accountid=25704
Aprilia. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Penerapan IPSG Pada Akreditasi JCI di Instalasi Rawat Inap Rs Swasta X Tahun 2011. Diunduh tanggal 01 Oktober 2015 dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20296654-S-Shelly%20Aprilia.pdf
Abiddin, N.Z. (2008). Exploring Clinical Supervision to Facilitate the Creative Process of Supervision. Diunduh tanggal 07 Oktober 2015 dari
Arwani dan Supriyanto. (2005). Manajemen bangsal keperawatan. Jakarta: EGC Darmadi. (2008). Infeksi nosokomial problematika dan pengendaliannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Damanik, Susilaningsih, dan Amrullah (2011). Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Diunduh tanggal 02 Oktober 2015 dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=103815&val=1378&t itle=KEPATUHAN%20HND%20HYGIENE%20DI%20RUMAH%20SA KIT%20IMMANUEL%20BANDUNG.
Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Diunduh tanggal 25 September 2015 dari http://www.inapatsafety-persi.or.id/data/panduan.pdf
Depkes RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang Keselamatan Pasien.
Diunduh tanggal 05 Oktober 2015 dari
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%20169 1%20ttg%20Keselamatan%20Pasien%20Rumah%20Sakit.pdf.
48
Depkes RI. (2011). Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial Merupakan Unsur Patient Safety. Diunduh tanggal 25 September dari http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=1710
Ernawati, E., Tri, A., & Widiyanto, S. (2014). Penerapan Hand Hygiene di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Diunduh tanggal 1 Oktober 2015 dari http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/523/409
Fauziah, Ansyori dan Hariyanto. (2014). Kepatuhan Standar Prosedur Operasional Hand Hygiene Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Vol 28, No 1. Diunduh tanggal 14 April 2016 dari http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/526/405
Gue, L.J. (2014). Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rsud Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Diunduh tanggal 11 Januari 2016 dari http://eprints.ung.ac.id/id/eprint/12424. Habni, Y. (2009). Perilaku Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di
Ruang Rindu A, Rindu B, ICU, IGD, Rawat Jalan di RumahSakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Diunduh tanggal 30 Sptember 2015 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14259/1/09E01052.pdf Health Education and Training Institute (HETI). (2012).The Superguide a
handbook for supervising allied health professionals. Diunduh tanggal 05 Oktober 2015 dari http://www.heti.nsw.gov.au/Global/allied-health/The-Superguide.pdf
Inweregbu, Dave, & Pittard. (2005). Nosocomial infections. Diunduh tanggal 03
Oktober 2015 dari
http://ceaccp.oxfordjournals.org/content/5/1/14.full.pdf+html
Jamaluddin, J., Sugeng, S., Wahyu, I., & Sondang, M. (2012). Kepatuhan Cuci Tangan 5 Momen di Unit Perawatan Intensif. Vol.2, No.3 Diunduh tanggal 27 September 2015 dari http://perdici.org/wpcontent/uploads/mkti/2012-02-03/mkti2012-0203-125129.pdf.
James, Baker, & Swain. (2008). Sains untuk keperawatan. Jakarta: Erlangga. Jeyamohan, D. (2010). Angka Prevalensi Infeksi Nosokomial Pada Pasien Luka
Operasi Pasca Bedah Di Bagian Bedah Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Dari Bulan April Sampai September 2010. Dibuka
tanggal 30 September 2015 dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21521.
http://manajemenrumahsakit.net/wp-49
content/uploads/2012/08/PMK-No-129-tahun-2008-tengan-SPM-RS-lengkap.pdf
Kilminster et al. (2007). Effective educational and clinical supervision. Diunduh
tanggal 05 Oktober 2015 dari
https://www.researchgate.net/profile/Janet_Grant2/publication/6297076_A MEE_Guide_No.27_Effective_educational_and_clinical_supervision/links /02e7e52e4fff8cec5f000000.pdf
Mulyaningsih. (2013). Peningkatan Kinerja Perawat Dalam Penerapan MPKP Dengan Supervisi Oleh Kepala Ruang di RSJD Surakarta. Diunduh tanggal 01 Oktober 2015 dari http://www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view/48/45
Nainggolan, Mei Junita. (2010). Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Diunduh tanggal 10 Oktober 2015 dari Notoatmodjo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nurjannah & Arruum, D. (2015). Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene di
RSUD Deli Serdang. Diunduh tanggal 30 September 2015 dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/49706
Nursalam. (2007). Manajemen keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. Jakarta: Salemba Medika
Potter, A. P., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta: EGC.
50
Rumampuk, Budu, dan Nontji. (2012). Peran kepala ruangan melakukan supervisi perawat dengan penerapan patient safety di ruang rawat inap RSU Gunung Maria Tomohon. Diunduh tanggal 05 Oktober 2015 dari http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/431a3514154eda94b7355c754110bbc3 .pdf
Saragih dan Rumapea.(2012). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan.Fakultas Ilmu Keperawatan. Available. Diunduh tanggal 11 Januari 2016 dari http://uda.ac.id/jurnal/files/7 .pdf
Saragih, Rahayu dan Alvionia (2015). Hubungan Efektivitas Fungsi Pengawasan Kepala Ruangan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Penerapan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Santo Yusup Bandung.
Diunduh tanggal 14 April 2016 dari
http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/file/7.pdf
Shinde, M. B. & Mohite, V. R. (2014). A Study to Assess Knowledge, Attitude and Practices of Five Moments of Hand Hygiene among Nursing Staff and Students at a Tertiary Care Hospital at Karad. Diunduh tanggal
30 September 2015 dari
http://www.ijsr.net/archive/v3i2/MDIwMTM5NTc%3D.pdf
Simarmata, Z.M. (2015). Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan
Pelaksanaan Prinsip “Enam Benar” Pemberian Obat yang Dilakukan
Perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Diunduh tanggal 11 Januari 2016 dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/49849
Sitohang, R. R. (2016). Hubungan Pengawasan Kepala Ruangan Tentang Tindakan Cuci Tangan Perawat Di Rumah Sakit Mitra Sejati Medan. Obat.
Diunduh tanggal 03 Juli 2016 dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/58148
Suarli & Bahtiar. (2012). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga
Suyanto. (2009). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan di rumah sakit. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press
51
Liunkendage Tahuna. Vol 1 No 1. Diunduh tanggal 30 Mei 2016 dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eners/article/view/1763
Tietjen, L., Bossemeyer, D., McIntosh, N. (2004). Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayassan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo bekerja sama dengan JNPKKR/POGI dan JHPIEGO.
WHO. (2002). Prevention of hospital-acquired infections A practical guide 2nd edition. Diunduh tanggal 27 September 2015 dari http://www.who.int/csr/resources/publications/whocdscsreph200212.pdf WHO. (2009). Hand Hygiene: Why, How & When?. Diunduh tanggal
227September 2015 dari
http://www.who.int/gpsc/5may/Hand_Hygiene_Why_How_and_When_Br ochure.pdf.
Zulpahiyana. (2013). Efektivitas Simulasi Hand Hygiene pada Handover Keperawatan dalam Meningkatkan Kepatuhan Hand Hygiene Perawat.
Diunduh tanggal 17 Oktober 2015 dari
21
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
Mencuci tangan dapat dilakukan pada 5 situasi kerja perawat, yaitu
sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan asepsis, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak
dengan lingkungan sekitar pasien (WHO, 2009). Supervisi dari kepala ruangan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kinerja perawat
(Mulyaningsih, 2013). Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan five moments
hand hygiene perawat.
Skema 3.1. Kerangka penelitian hubungan supervisi kepala ruangan pelaksanaan five moments hand hygiene perawat
Supervisi Kepala Ruangan
Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene perawat
1. Sebelum kontak dengan pasien 2. Sebelum tindakan asepsis
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien 4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
World Organization Health (WHO, 2009)
22
3.2.Definisi Operasional
23
Medan sering = 3,
kadang-kadang = 2, tidak pernah = 1
Cukup : 44-65 Baik : 66-88
3.3.Hipotesa Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan supervisi
24
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross-Sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan five moments hand
hygiene perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoadmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
perawat pelaksana yang bekerja di ruangan RB 2A dan RB 2B RSUP Haji Adam Malik Medan dengan jumlah 34 orang.
4.2.2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bekerja di ruang RB 2A dan RB 2B RSUP Haji Adam Malik Medan
dengan jumlah 34 orang.
4.3.Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling atau teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling.
25
4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan, dengan alasan
bahwa rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan yang sudah membuat kebijakan untuk melaksanakan five moments hand hygiene dan sudah
melalui proses akreditasi KARS versi 2012, lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti, dan belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan five moments hand hygiene perawat.
Penelitian ini dilakukan di ruangan RB 2A dan RB 2B. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena banyak tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
pelaksana yang memenuhi kelima moment untuk mencuci tangan, salah satunya yaitu setelah menyentuh cairan tubuh pasien. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Mei sampai Juni 2016.
4.5. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan ethical
clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara serta izin dari Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara dan Direktur RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah itu, peneliti meminta ijin kepada kepala ruangan RB 2A dan RB 2B untuk melakukan penelitian dengan cara mengobservasi langsung perawat di ruangan tersebut.
Setelah observasi dilakukan, peneliti memulai pengumpulan data dengan memberikan lembar persetujuan (Informed Consent) kepada perawat sebagai
26
menandatangani informed consent. Tetapi jika responden tidak bersedia, maka responden berhak menolak pengumpulan data tersebut. Untuk menjaga
kerahasian responden maka peneliti tidak mencantumkan nama responden tetapi mencantumkan nama inisial responden dan memberi kode pada masing-masing
lembar kusioner. Kerahasian informasi dijaga oleh peneliti dan data yang diberikan oleh responden hanya digunakan untuk penelitian ini saja. Selama proses pengambilan data, tidak akan menyebabkan tekanan psikologis pada
responden sehingga tidak menimbulkan efek bagi responden.
4.6. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu lembar observasi five moments hand hygiene dan kuesioner supervisi kepala ruangan yang terdiri dari 2 bagian berisi: data demografi dan supervisi
kepala ruangan.
4.6.1. Lembar Observasi Five Moment Hand Hygiene
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti dengan mengacu pada WHO. Sebelum memulai observasi, data yang ada pada bagian atas lembar observasi harus dilengkapi terlebih dahulu oleh
peneliti, yang terdiri dari kode, nomor responden, ruangan, dan tanggal. Lembar observasi ini terdiri dari daftar check list tindakan perawat pada
27
dilaksanakan dan jika perawat tidak melaksanakan hand hygiene pada kelima
moment, maka dikatakan five moments hand hygiene tidak dilaksanakan.
4.6.2. Kuesioner Supervisi
Kuesioner supervisi ini disusun oleh peneliti dengan mengacu pada
tinjauan pustaka. Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian, yaitu pertama berisi data demografi yang merupakan aspek data tentang responden meliputi
nama inisial, nomor responden, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama kerja. Kuesioner ini terdiri dari 22 pernyataan dengan menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban tidak pernah (TP),
kadang-kadang (K), sering (S), dan selalu (SL). Skor tertinggi pada skala ini adalah 4 dan skor terendah adalah 1.
Perhitungan data hasil pengukuran berdasarkan rumus statistika
(Hidayat, 2007) sebagai berikut
P = Rentang kelasBanyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang kelas sebesar 66 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas sebanyak 3
kelas (baik, kurang baik, dan tidak baik), maka didapatkan panjang kelas sebesar 22. Interval hasil ukur dengan menggunakan rumus diatas sebagai
berikut:
Baik : 66 - 88
Cukup : 44 - 65
28
4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas 4.7.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoadmodjo, 2012). Uji validitas pada
penelitian ini hanya dilakukan pada kuesioner supervisi, sementara lembar observasi five moments hand hygiene merupakan ketetapan dari WHO. Uji validitas kuesioner supervisi pada penelitian ini dilakukan oleh 3 orang ahli yang
memiliki kesesuaian bidang dengan judul penelitian. Pengujian validitas ini melibatkan staf pengajar fakultas keperawatan USU, staf dari RSUP H. Adam
Malik Medan dan staf dari Rumkit Putri Hijau Medan. Kuesioner ini diuji dengan menggunakan validitas isi (content validity). Berdasarkan tinjauan ahli dari seluruh item kuesioner supervisi kepala ruangan yang berjumlah 22 item,
22 item diakui dengan 4 item perlu direvisi (4, 7, 21 dan 22) karena kurang relevan dan menggunakan bahasa yang sulit dimengerti. Nilai CVI kuesioner
supervisi kepala ruangan adalah 0,92 yang berarti kuesioner tersebut sesuai digunakan untuk penelitian.
4.7.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran 2 kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang
29
moments hand hygiene tidak dilakukan karena merupakan ketetapan dari
WHO. Uji reliabilitas pada instrumen ini dilakukan pada 30 orang responden
yang tidak termasuk dalam jumlah sampel penelitian di ruang Rindu A RSUP Haji Adam Malik Medan. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan
program komputerisasi yaitu analisa Cronbach’s Alpha. Bila hasil uji reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha (α) lebih dari 0,70 maka instrumen dinyatakan reliabel (Polit & Beck, 2012). Hasil uji reliabilitas pada
kuesioner ini adalah 0,939. Oleh karena itu kuesioner yang digunakan peneliti dapat dikatakan reliabel.
4.8. Pengumpulan Data
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu, pada tahap awal
peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) kemudian surat dari Fakultas
Keperawatan USU di kirim ke RSUP H.Adam Malik Medan sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat izin dari Direktur RSUP HAM Medan, peneliti
meminta izin kepada kepala instalasi rindu B, kemudian menjumpai kepala ruangan RB 2A dan RB 2B RSUP HAM Medan untuk meminta izin melakukan penelitian di ruangan tersebut.
Peneliti kemudian melakukan observasi dalam sekali pengamatan terhadap pelaksanaan five moments hand hygiene tanpa ikut terlibat dalam
30
yang dinilai telah terpenuhi. Pada penelitian ini, proses observasi tidak diketahui oleh perawat pelaksana.
Setelah memperoleh seluruh data hasil observasi pelaksanaan five moments hand hygiene, peneliti memberikan kuesioner supervisi kepada
responden yang telah diobservasi. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan kepada responden tentang proses pengisian kuesioner, kemudian responden yang bersedia diminta untuk mengisi data demografi serta menjawab pertanyaan
penelitian dan diberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya apabila ada yang tidak dimengerti. Sebagian kuesioner diberikan kepada
perawat melalui kepala ruangan karena kesibukan perawat diruangan. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian ini kepada kepala ruangan. Setelah 4 hari, peneliti mengumpulkan kuesioner dan memastikan
kelengkapan data kuesioner.
Kendala dalam penelitian ini adalah peneliti hanya mengikuti 1 shift
perawat selama 5 hari dalam seminggu karena masih adanya jadwal kuliah peneliti.
4.9. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah semua data dalam kuesioner dikumpulkan
melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisis data. Kemudian memasukkan (entry) data
31
program komputerisasi. Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
4.9.1. Analisis Data Univariat
Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti. Karakteristik responden, supervisi kepala ruangan, dan pelaksanaan five moments hand hygiene yang dilakukan
perawat akan dipaparkan dalam bentuk distribusi frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi.
4.9.2. Analisis Data Bivariat
Statistik bivariat merupakan suatu prosedur untuk menganalisis hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Hubungan antara dua variabel ini dianalisis dengan menguji hipotesa
penelitian (Ha), kemudian ditarik kesimpulan dari hasil penelitian. Analisis dilakukan secara komputerisasi untuk mengkorelasikan supervisi
kepala ruangan dan pelaksanaan five moments hand hygiene perawat dengan menggunakan uji statistik korelasi Spearman. Uji ini digunakan karena variabel independen dan variabel dependen berskala kategorik
32
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Bab ini menjelaskan uraian hasil penelitian tentang supervisi kepala ruangan melalui kuesioner yang diberikan kepada perawat pelaksana yang bersedia menjadi responden, pelaksanaan five moments hand hygiene perawat
melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti dan hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan five moments hand hygiene perawat.
5.1.1. Karakteristik Responden
Karakteristik perawat dilihat dari umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan lama kerja. Berdasarkan pada tabel 5.1. dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat pelaksana adalah perempuan dengan umur pada kategori 34-44 tahun sebesar 41,2%, tingkat pendidikan D3 58,8% dan lama kerja
>10 tahun sebesar 52,9%.
33
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat
Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%) Umur
23-33 8 23,5
34-44 14 41,2
45-54 12 35,3
Jenis kelamin
Laki-laki 2 5,9
Perempuan 32 94,1
Pendidikan
SPK 1 2,9
D3 20 58,8
S1 13 38,2
Lama Kerja
< 5 Tahun 11 32,4
5-10 Tahun 5 14,7
>10 Tahun 18 52,9
5.1.2. Supervisi Kepala Ruangan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2. diperoleh bahwa
34
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi gambaran supervisi kepala ruangan dalam
pelaksanaan five moments hand hygiene perawat
Kategori Frekuensi (n) Persentasi (%)
Baik 31 91,2
Cukup 3 8,8
Total 34 100
5.1.3. Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene Perawat
Berdasarkan pada tabel 5.3. dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat tidak melaksanakan five moments hand hygiene (64,7%)
sedangkan perawat yang melaksanakan five moments hand hygiene sebesar 35,3%.
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi pelaksanaan five moments hand hygiene perawat
Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene
Frekuensi (n) Persentasi (%)
Dilaksanakan 12 35,3
Tidak Dilaksanakan 22 64,7
Total 34 100
Berdasarkan pada tabel 5.4. dapat dilihat bahwa pelaksanaan hand hygiene perawat tertinggi terdapat pada moment ketiga yaitu setelah menyentuh cairan
35
terendah terdapat pada moment kelima yaitu setelah menyentuh lingkungan
sekitar pasien sebesar 44,1%.
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi perawat dalam pelaksanaan five moments hand hygiene berdasarkan setiap moment
5.1.4. Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Pelaksanaan Five
Moments Hand Hygiene Perawat
36
tidak terdapat hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan
pelaksanaan five moments hand hygiene perawat.
Tabel 5.5. Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene Perawat
5.2.1. Supervisi Kepala Ruangan
Dalam melakukan SPO pencegahan infeksi, perlu adanya fungsi pengawasan perawat dari kepala ruangan. Tujuan pengawasan ialah untuk
mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, dan ketidaksesuaian yang dapat mengakibatkan tujuan atau sasaran organisasi tidak tercapai dengan baik karena pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan
tidak efesien dan efektif (Suarli & Bahtiar, 2012).
Hasil penelitian diperoleh bahwa pelaksanaan supervisi kepala
ruangan di RSUP HAM mayoritas pada kategori baik yaitu sebesar 91,2%. Hal ini sejalan dengan penelitian Rumampuk, Budu & Nontji (2013) yang
37
Hasil penelitian Simarmata (2015) di RSUD Pirngadi Medan menyatakan bahwa pelaksanaan supervisi kepala ruangan pada kategori
baik yaitu sebesar 73%. Hal ini sejalan dengan penelitian Tampilang, Tuda, dan Warouw (2013) yang menunjukkan bahwa 72% pelaksanaan
supervisi sudah baik.
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang terencana
seorang kepala ruangan melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan
kegiatan atau tugas sehari-hari sudah terlaksana dengan baik (Nainggolan, 2010).
Berdasarkan item kuesioner supervisi, nilai tertinggi didapatkan
pada nomor 1 yaitu kepala ruangan mengajarkan tentang prosedur hand hygiene yang benar kepada perawat pelaksana. Apabila perawat pelaksana
melakukan tindakan cuci tangan yang kurang sesuai, kepala ruangan langsung membimbing, membantu dan memberi petunjuk cara yang benar
serta memperagakan prosedur cuci tangan yang sesuai menurut WHO. Kepala ruangan membimbing, memberi contoh, mengarahkan dan membantu pada saat perawat pelaksana membutuhkan bantuan dari
kepala ruangan (Rumampuk, Budu & Nontji, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian Gue (2014) yang menunjukkan bahwa supervisi yang
38
kepala ruangannya dan kepala ruangan sebagai supervisor terlihat memberikan pengarahan dan bimbingan kepada perawat pelaksana.
Berdasarkan item nomor 4, seluruh perawat menyatakan bahwa informasi yang disampaikan kepala ruangan menambah wawasan perawat
terutama dalam meningkatkan asuhan keperawatan. Supervisi dari kepala ruangan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kinerja perawat (Mulyaningsih, 2013).
Kepala ruangan memberikan pujian kepada perawat pelaksana yang melaksanakan hand hygiene dengan baik. Hal ini sejalan dengan
penelitian Sitohang (2016) yang menyatakan bahwa kepala ruangan memberikan dukungan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi perawat pelaksana dalam pemberian asuhan keperawatan. Dukungan lain
juga diberikan kepala ruangan dengan memberikan umpan balik terhadap permasalahan yang terjadi.
Kepala ruangan juga memfasilitasi perlengkapan untuk melaksanakan hand hygiene. Hal ini terlihat dari tersedianya wastafel dan
sabun antiseptic, serta handrub berbasis alkohol di setiap ruangan sehingga memudahkan tenaga kesehatan dan pasien maupun keluarga untuk selalu melakukan hand hygiene.
Perawat juga menyatakan bahwa akan mendapatkan teguran jika tidak melakukan hand hygiene sebelum atau sesudah melakukan tindakan
39
selalu menegur perawat jika pemberian obat yang dikerjakan tidak benar dan selalu memberikan motivasi pada perawat untuk melakukan
pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar pemberian obat. Dengan adanya teguran serta motivasi yang kuat dari kepala ruangan akan
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam penerapan pengendalian infeksi nosokomial (Saragih, Rahayu & Alvionia, 2015).
5.2.2. Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene Perawat
Mencuci tangan (Hand hygiene) adalah istilah yang digunakan
pada tindakan membersihkan tangan dari mikroorganisme dengan menggunakan air dan sabun antiseptic ataupun menggunakan alcohol handrub (WHO, 2009). Mencuci tangan merupakan salah satu langkah
penting untuk mengurangi penularan mikrooganisme dan mencegah infeksi yang terjadi (Tietjen, Bossemeyer & McIntosh, 2004).
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa perawat yang melaksanakan five moments hand hygiene sebesar 35,3%. Sebagian besar perawat tidak melaksanakan five moments hand hygiene walaupun poster
pengingat petunjuk waktu dan cara benar dalam melakukan cuci tangan sudah tersedia hampir di setiap ruangan dan lingkungan rumah sakit.
40
perawat melakukan five moments hand hygiene masih rendah yaitu sebesar 12%.
Pelaksanaan five moments hand hygiene perawat didapatkan pada moment pertama sebesar 47,1%, moment ke 2 sebesar 61,8%, moment ke
3 sebesar 82,4%, moment ke 4 sebesar 70,6%, dan moment ke 5 sebesar 44,1%. Pelaksanaan hand hygiene paling tinggi terdapat pada moment ke 3 yaitu setelah menyentuh cairan tubuh pasien. Hal ini sejalan dengan
penelitian Andaruni, Manik & Natalia (2014) yang menyatakan bahwa kepatuhan perawat melakukan hand hygiene paling tinggi pada moment
ke 3 sebesar 86,4%. Hal ini dapat terjadi karena tangan perawat terlihat kotor dan pada umumnya perawat lebih memproteksi diri sendiri apabila terpapar dengan cairan tubuh pasien seperti darah dan urin.
Kepatuhan cuci tangan yang ditetapkan WHO harus lebih dari 50% (Jamaluddin, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan hand
hygiene yang masih berada dibawah standar WHO terdapat pada moment
pertama dan kelima. Hal ini sejalan dengan penelitian Ernawati, Tri dan
Wiyanto (2014) yang menyatakan bahwa kepatuhan hand hygiene perawat lebih banyak dilakukan sesudah perawat melakukan tindakan invasif, dan paling sedikit dilakukan sebelum perawat kontak dengan
pasien. Hal ini dapat disebabkan karena perawat kurang menyadari bahwa tangan mereka dapat membuat pasien terkontaminasi kuman dari tindakan
41
Hasil penelitian Zulpahiyana (2013) menyatakan bahwa banyak perawat yang tidak menyadari keharusan mencuci tangan sebelum
bersentuhan dengan pasien. Terlebih ketika perawat akan melakukan tindakan yang mengharuskan untuk menggunakan handscoon. Perawat
merasa aman jika sudah menggunakan handscoon, sehingga dianggap tidak perlu untuk melakukan hand hygiene lagi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi minimnya kesadaran akan
kebersihan tangan yaitu mencuci tangan memerlukan banyak waktu dan penggunaan sarung tangan sudah menggantikan pentingnya cuci tangan
WHO (2009). Hal ini sejalan dengan teori Potter dan Perry (2005) yang menyatakan bahwa perawat sering mengabaikan cuci tangan sebelum menggunakan sarung tangan serta pemakaian sarung tangan yang
berulang dari satu pasien ke pasien yang lain.
Kepatuhan perawat melakukan hand hygiene yang paling rendah
terdapat pada moment ke lima yaitu setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien (44,1%). Hal ini sejalan dengan penelitian Napitupulu (2014) yang
menyatakan bahwa kepatuhan perawat melakukan hand hygiene setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien sebesar 32,37%. Penelitian Andaruni, Manik dan Natalia (2014) juga menyatakan bahwa pada
moment ke 5 hasil implementasi perawat dalam melakukan hand hygiene
jauh dibawah persentase moment lainnya dan standart WHO yaitu sebesar
42
Umumnya perawat tidak terlalu memperhitungkan situasi sekeliling pasien sebagai sumber atau media berkembangnya kuman yang
menjadi penyebab infeksi, sehingga banyak perawat yang lalai dalam mengimplementasikan hand hygiene setelah kontak dengan lingkungan
sekitar pasien seperti meja pasien, tempat tidur, dsb (Andaruni, Manik & Natalia, 2014).
Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan meskipun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi
mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi (Fauziah, Ansyori & Hariyanto, 2014).
Perilaku cuci tangan yang masih buruk, dapat dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran perawat untuk melakukan prosedur cuci tangan
(Saragih & Rumapea, 2012).
5.2.3. Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Pelaksanaan Five
Moments Hand Hygiene Perawat
Berdasarkan uji analisis Sperman’s didapatkan bahwa nilai
significancy p sebesar 0,191 >0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan supervisi kepala ruang dengan pelaksanaan five
moments hand hygiene perawat. Berdasarkan kuesioner supervisi,
43
kepala ruangan sudah baik, namun tidak sejalan dengan hasil observasi pelaksanaan five moments hand hygiene perawat yang masih rendah yaitu
35,3%.
Hasil ini didukung oleh penelitian Aprilia (2011) yang
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat perilaku penerapan IPSG dengan tingkat supervisi pada perawat. Perawat dengan tingkat supervisi apapun, perilaku penerapan IPSG-nya tidak akan
terpengaruh terhadap tinggi rendahnya penerapan. Hal ini sejalan dengan penelitian Saragih, Rahayu dan Alvionia (2015) yang didapatkan pvalue
0,285 > 0,05, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara efektivitas fungsi pengawasan kepala ruangan dengan kepatuhan perawat dalam penerapan pengendalian infeksi nosokomial.
Hasil penelitian Damanik, Susilaningsih & Amrullah (2011) juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengawasan terhadap
praktik hand hygiene dengan kepatuhan melakukan hand hygiene. Hal ini juga didukung oleh penelitian Sitohang (2016) dengan hasil analisis Chi
Square (Person Chi Square) diperoleh nilai Asimp.Sig 0,763 > 0,05,
menunjukkan secara statistik bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengawasan kepala ruangan dengan tindakan cuci tangan
perawat.
Pihak rumah sakit RSUP Haji Adam Malik sendiri telah
44
lingkungan rumah sakit dan di setiap wastafel yang ada di ruangan. Berdasarkan hasil observasi, kelengkapan fasilitas yang disediakan di
ruangan Rb 2A dan Rb 2B bagi petugas kesehatan tersedia dengan baik, sehingga memudahkan bagi siapa saja yang ingin melakukan cuci tangan
setiap akan masuk maupun keluar ruangan. Fasilitas yang disediakan meliputi masing-masing ruangan yang dilengkapi dengan sabun antiseptic, wastafel, dan alcohol hand rub.
Walaupun sudah dilakukan pengawasan kepala ruangan tentang tindakan cuci tangan dan tersedianya fasilitas untuk mencuci tangan,
namun tetap saja masih terdapat perawat yang tidak melakukan five moments hand hygiene. Perilaku cuci tangan yang masih rendah, dapat
dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran perawat untuk melakukan prosedur
cuci tangan (Saragih & Rumapea, 2012).
Hal ini menunjukkan bahwa walaupun perawat sudah mendapatkan
supervisi hand hygiene yang baik dari kepala ruangan, namun kesadaran perawat untuk melakukan hand hygiene masih rendah. Berdasarkan hasil
analisa data diatas peneliti berasumsi bahwa walaupun tidak ada hubungan yang signifikan, supervisi kepala ruangan harus tetap dilakukan untuk terus meningkatkan kinerja perawat dalam melakukan asuhan
45
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada penelitian ini maka kesimpulan yang dapat diambil adalah supervisi kepala ruangan di RSUP
HAM termasuk pada kategori baik sedangkan pelaksanaan five moment hand hygiene perawat masih rendah. Sebagian besar perawat tidak melaksanakan five
moments hand hygiene. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan five moments hand hygiene perawat. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun kepala ruangan telah melakukan
supervisi tentang hand hygiene dengan baik, namun kesadaran perawat untuk melaksanakan five moments hand hygiene masih rendah.
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan motivasi untuk membiasakan diri melakukan cuci tangan dan menerapkan pelaksanaan five moments hand hygiene ketika berada di
lingkungan rumah sakit atau pusat kesehatan lainnya.
46
6.2.2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Pentingnya peningkatan kesadaran bagi tenaga kesehatan untuk
melaksanakan five moments hand hygiene dengan cara melakukan sosialisasi cuci tangan, pengembangan sistem reward dan punishment
sehingga dapat mengubah perilaku perawat menjadi lebih baik dalam melakukan five moments hand hygiene untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
6.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Supervisi
2.1.1. Pengertian Supervisi
Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti di atas)
dan videre (bahasa Latin yang berarti melihat), bila dilihat dari kata aslinya, supervisi berarti melihat dari atas (Suarli & Bahtiar, 2012). Supervisi
merupakan suatu kegiatan yang mengandung dua dimensi pelaku, yaitu pimpinan dan anggota atau orang yang disupervisi (Arwani & Supriyatno,
2006).
Supervisi klinis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses formal dalam dukungan profesional dan pembelajaran yang
memungkinkan individu untuk mengembangkan pengetahuan dan kompetensi, mengambil tanggung jawab untuk praktek mereka dan meningkatkan perlindungan dan keamanan perawatan dalam situasi klinis yang kompleks
Royal College of Nursing (RCN, 1999). Depkes (2000 dalam Nursalam, 2007) menyatakan bahwa supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan mencakup pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat
pelayanan yang bermutu.
9
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Supervisi
(Health Education and Training Institute, 2012) menyatakan tujuan
supervisi klinis adalah meningkatkan kualitas perawatan dan pengobatan pasien melalui praktek klinis, memfasilitasi pembelajaran dan pengembangan
profesional, dan mempromosikan kesejahteraan staf melalui pemberian dukungan. Nursalam (2007) menyatakan bahwa tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus
pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
Tujuan supervisi diarahkan pada kegiatan mengorientasikan, melatih, dan memberikan arahan kepada staf dan pelaksana keperawatan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan
mengerti peran serta fungsinya sebagai staf, dan difokuskan pada pemberian pelayanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan (Arwani & Supriyatno, 2005).
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat Manfaat tersebut adalah seperti dapat meningkatkan efektifitas kerja.
Peningkatan efektivitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan
10
kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta, dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah (Suarli & Bahtiar, 2009).
2.1.3. Fungsi Supervisi
Health education and training institute (2012) menyatakan bahwa ada 3 fungsi supervisi, yaitu :
a. Pendidikan (Formative) yang meliputi mengembangan pendidikan setiap pekerja dengan cara memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk
meningkatkan potensi mereka.
b. Mendukung (Restorative) yang meliputi memelihara hubungan kerja yang
harmonis, mendukung semangat juang pekerja, dan mengembangkan rasa
profesional diri.
c. Administratif (Normatif) yang meliputi promosi dan pemeliharaan standar
kerja yang baik, manajemen beban kerja, tinjauan dan penilaian kerja, dan mengatasi masalah organisasi.
2.1.4. Prinsip-Prinsip dalam Supervisi
Suyanto (2009) menyatakan bahwa tugas supervisi dapat dijalankan dengan baik apabila seorang supervisor memahami
prinsip-prinsip supervisi dalam keperawatan yaitu, didasarkan atas hubungan profesional dan bukan pribadi, kegiatan direncanakan secara matang, bersifat edukatif, supporting dan informal, memberikan perasaan aman
11
mengadakan “self evaluation”, harus progresif, inovatif, fleksibel dan
dapat mengembangkan kelebihan masing-masing perawat yang
disupervisi, konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan, serta dapat meningkatkan kinerja bawahan
dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
2.1.5. Pelaksana Supervisi (Supervisor)
Suarli dan Bahtiar (2012) menyatakan bahwa yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya
dari aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Nursalam (2007) menyatakan bahwa supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertanggung jawab antara
lain:
2.1.5.1. Kepala Ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan tugas yang didelegasikan.
2.1.5.2. Pengawas perawatan
Pengawas perawatan bertanggung jawab dalam melakukan
12
2.1.5.3. Kepala seksi keperawatan
Kepala seksi keperawatan mengawasi instalasi dalam
melaksanakan fungsi tugas secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.
2.1.6. Sasaran Supervisi
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan (Suarli
& Bahtiar, 2009). Supervisi yang dilakukan memiliki target tertentu yang akan dicapai. Sasaran yang menjadi target dalam kegiatan supervisi
adalah terbentuknya staf yang berkualitas yang dapat dikembangkan secara sistematis dan berkesinambungan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, tersedianya sistem dan prosedur yang tidak
menyimpang, adanya pembagian tugas dan wewenang yang proporsional, dan tidak terjadinya penyelewengan kekuasaan, kedudukan, dan keuangan
(Arwani & Supriyatno, 2005).
2.1.7. Tugas Supervisor
Peran Supervisor adalah membantu peserta didik untuk mencapai
tujuan mereka dengan bertindak sebagai konselor, fasilitator dan penasihat (Abiddin, 2008). Suyanto (2009) menyatakan bahwa tugas supervisor
adalah mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman dan aman, efektif dan efisiensi. Oleh karena itu tugas supervisi adalah:
a. Mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama
13
b. Melatih staf dan pelaksana keperawatan.
c. Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari,
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan.
d. Memberikan pelayanan bimbingan kepada pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
2.1.8. Kompetensi Supervisor
Arwani dan Supriyatno (2005) menyatakan bahwa tidak mudah menjadi seorang supervisor yang baik. Supervisor yang baik tahu kapan
harus memberikan arahan dan menyesuaikan tingkat dukungan yang diberikan (Health Education and Training Institute, 2012). Seorang supervisor harus mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
nyaman agar proses supervisi dapat berjalan dengan baik (Mulyaningsih, 2013).
Supervisor harus memiliki sejumlah kompetensi yang sesuai (Suyanto, 2009). Seorang supervisor keperawatan dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari harus memiliki kemampuan dalam hal :
a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat
dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana
keperawatan.
c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada
14
d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan
pelaksana keperawatan.
f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.
2.1.9. Teknik Supervisi
Menurut Suarli dan Bahtiar (2012) teknik pokok supervisi pada dasarnya mencakup empat hal yaitu menetapkan masalah dan prioritasnya,
menetapkan penyebab masalah, melaksanakan jalan keluar, menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut. Supervisi dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu:
2.1.9.1.Supervisi Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang
sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan balik, dan perbaikan (Nursalam, 2007). Proses supervisi langsung, dapat dilakukan dengan cara perawat pelaksana melakukan
secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi supervisor (Arwani & Supriyano, 2006).
Supervisi langsung sangat penting dan bisa mempengaruhi hasil positif dan pengembangan peserta pelatihan, terutama bila dikombinasikan dengan fokus umpan balik (Kilminster et al, 2007).
15
dan mudah dipahami, menggunakan kata-kata yang tepat, berbicara dengan jelas dan lambat, berikan arahan yang logis, hindari banyak
memberikan arahan pada satu waktu, pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami, pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn
atau perlu tindak lanjut (Suyanto, 2009).
2.1.9.2.Supervisi Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan (Nursalam, 2007). Supervisi dapat juga dilakukan dengan menggunakan laporan lisan seperti saat timbang terima shift, ronde
keperawatan maupun rapat dan bilamana memungkinkan memanggil secara khusus para ketua tim dan kepala ruangan (Suyanto, 2009). Supervisi tidak langsung memungkinkan terjadinya salah
pengertian dan salah persepsi karena supervisor tidak melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan (Arwani &
Supriyatno, 2005).
2.2.Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene 2.2.1. Konsep Hand Hygiene
Mencuci tangan (Hand hygiene) adalah istilah yang digunakan pada
tindakan membersihkan tangan dari mikroorganisme dengan menggunakan air dan sabun antiseptic ataupun menggunakan alcohol handrub (WHO, 2009). Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang
16
(Potter & Perry, 2005). Mencuci tangan bertujuan untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan mengurangi
jumlah mikroba pada saat itu (Potter & Perry, 2005).
Hand Hygiene dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan
Handwashing dan handrub. Handwasing adalah mencuci tangan dengan
menggunakan air dan sabun. Handwashing sebaiknya dilakukan ketika tangan terlihat kotor, setelah terpapar dengan darah atau cairan tubuh
lainnya, dan setelah menggunakan toilet. Cara yang kedua adalah handrub yaitu membersihkan tangan dengan menggunakan formulasi
berbasis alkohol. Handrub dapat dilakukan jika tangan tidak tampak kotor (WHO, 2009).
2.2.2. Prosedur Enam Langkah Hand Hygiene
a. Gosok tangan dengan posisi telapak tangan pada telapak tangan
b. Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling
menjalin dan sebaliknya
c. Telapak pada telapak dengan jari-jari saling menjalin
d. Punggung jari-jari pada telapak tangan berlawanan dengan jari-jari
saling mengunci
e. Gosok memutar dengan ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak
kiri dan sebaliknya
f. Gosok memutar, ke arah belakang dan ke arah depan dengan jari-jari
17
2.2.3. Five moments Hand Hygiene
Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global patient safety challenge
dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan My five moments
for hand hygiene. Indikasi five moments hand hygiene yang dimaksud
meliputi:
2.2.3.1.Sebelum kontak dengan pasien
Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien bertujuan untuk mencegah terjadinya perpindahan mikroorganisme dari tangan perawat
ke tubuh pasien. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah sebelum berjabat tangan dengan pasien, sebelum membantu pasien melakukan aktivitas pribadi, seperti bergerak, mandi, makan, dan berpakaian,
sebelum memberikan perawatan dan tindakan non-invasif, seperti pemasangan masker oksigen dan melakukan masase, sebelum
melakukan pemeriksaan fisik non-invasif, seperti memeriksa nadi, memeriksa tekanan darah, auskultasi dada, dan merekam EKG.
2.2.3.2.Sebelum tindakan asepsis
Mencuci tangan sebelum melakukan prosedur bersih/ aseptik bertujuan untuk mencegah perpindahan mikroorganisme melalui
18
hidung, telinga dengan atau tanpa instrumen, memasukkan suppositori/ alat kontrasepsi, dan melakukan suctionmukus, sebelum membalut luka
dengan atau tanpa insrumen, pemberian salep pada kulit, dan melakukan injeksi perkutan, sebelum memasukkan alat medis invasif
(nasal kanul, Nasogastric Tube (NGT), Endotracheal Tube (ETT), periksa urin, kateter, dan drainase), melepas/ membuka selang peralatan medis (untuk makan, pengobatan, pengaliran, penyedotan,
dan pemantauan), sebelum mempersiapkan makanan, obat-obatan, dan peralatan steril.
2.2.3.3.Setelah terkena cairan tubuh pasien
Mencuci tangan setelah terpapar cairan tubuh pasien bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari infeksi oleh kuman berbahaya
dari tubuh pasien dan mencegah penyabaran kuman di lingkungan perawatan pasien. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah ketika
kontak dengan membran mukosa atau dengan kulit yang tidak utuh, setelah melakukan injeksi; setelah pemasangan dan pelepasan alat medis invasif (akses ke pembuluh darah, kateter, selang, dan drainase),
setelah melepas dan membuka selang yang terpasang dalam tubuh, setelah melepaskan peralatan medis invasif, setelah melepas alat
19
membersihkan benda atau peralatan yang terkontaminasi (sprei
tempat tidur yang kotor, gigi palsu, instrumen, dan urinal).
2.2.3.4.Setelah kontak dengan pasien
Mencuci tangan setelah kontak dengan pasien bertujuan untuk
melindungi perawat dari kuman yang berada di tubuh pasien dan melindungi penyebaran kuman di lingkungan perawatan pasien. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah setelah berjabat tangan, setelah
membantu pasien melakukan aktivitas pribadi, seperti bergerak, mandi, makan, dan berpakaian, setelah melakukan perawatan dan
tindakan non-invasif lainnya, seperti pemasangan masker oksigen dan melakukan masase, setelah melakukan pemeriksaan fisik non-invasif, seperti memeriksa nadi, memeriksa tekanan darah, auskultasi dada, dan
merekam EKG.
2.2.3.5.Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Mencuci tangan setelah menyentuh peralatan di sekitar pasien bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari kuman yang mungkin ada pada permukaan/ benda di lingkungan sekitar pasien dan
untuk melindungi dari penyebaran kuman dingkungan perawatan. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah setelah melakukan kegiatan
yang melibatkan kontak fisik langsung dengan lingkungan pasien, seperti mengganti sprei tempat tidur, memegang rel tempat tidur, dan membersihkan meja di sebelah tempat tidur pasien, setelah melakukan
20
membenahi alarm pemantauan, setelah kontak lainnya dengan permukaan atau benda di sekitar pasien (sebaiknya menghindari