• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Sanitasi Air Bersih Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Sanitasi Air Bersih Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rawang"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1 : KUESIONER

PROGRAM STRATA-I

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TA. 2015/2016

Medan, November 2015 Kepada Yth.

Masyarakat Kecamatan Rawang Kabupaten Asahan di tempat

Sehubungan dengan penyelesaian Skripsi yang sedang saya lakukan di Jurusan Ekonomi Pembangunan, maka saya melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Sanitasi Air Bersih Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rawang Kabupaten Asahan”. Salah satu cara untuk mendapatkan data pada penelitian saya adalah dengan mengetahui pendapat masyarakat melalui penyebaran kuesioner kepada para responden. Untuk itu, besar harapan saya kepada Bapak/Ibu untuk dapat mengisi kuesioner ini dengan baik dan jujur. Semua keterangan dan jawaban yang Bapak/Ibu berikan bersifat rahasia dan tidak akan diketahui oleh siapapun kecuali saya sebagai peneliti.

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Isi data diri Bapak/Ibu pada tempat yang telah disediakan

2. Pada pertanyaan pilihan dalam kuesioner, diisi dengan memberikan tanda silang (×) pada jawaban yang telah disediakan.

3. Khusus pertanyaan yang memerlukan jawaban penjelasan, mohon dijawab pada kolom yang telah disiapkan

DATA IDENTITAS RESPONDEN

Nama :……….

Alamat :……….

Umur :……….

Jenis Kelamin :……….

Pekerjaan :……….

Pendidikan terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma (DI, DII, DIII) e. Perguruan Tinggi Pendapatan per bulan : a. Kurang dari Rp 1.000.000 b. Antara Rp 1.000.000 - Rp 5.000.000 c. Lebih dari Rp 5.000.000

(2)

DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER

Bentuk Partisipasi Masyarakat

1. Apakah Bapak Ibu ikut berpartisipasi pada tahap perencanaan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di lingkungan Bapak/Ibu?

a. Ya

b. Tidak (Jika tidak, mohon dijelaskan, selanjutnya kepertanyaan nomor 3)

... 2. Bagaimana bentuk partisipasi Bapak/Ibu pada tahap perencanaan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di lingkungan Bapak/Ibu?

a. Aktif mengikuti pertemuan

b. Aktif menyampaikan usulan/saran c. Terlibat dalam pengambilan keputusan

3. Apakah Bapak/Ibu ikut berpartisipasi padatahap pelaksanaan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di lingkungan Bapak/Ibu?

a. Ya

b. Tidak (Jika tidak, mohon dijelaskan, selanjutnya kepertanyaan nomor 6)

... 4. Apa bentuk partisipasi Bapak/Ibu pada tahap pelaksanaan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di lingkungan Bapak/Ibu?

a. Tenaga b. Uang c. Material d. Pikiran e. Keahlian

5. Terkait pilihan pada pertanyaan nomor 4 (empat) di atas, mohon dijelaskan alasan Bapak/Ibu, kenapa memilih bentuk tersebut?

... 6. Apakah Bapak/Ibu ikut berpartisipasi pada tahap pengawasan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di lingkungan Bapak/Ibu?

a. Ya

b. Tidak (Jika tidak, mohon dijelaskan, selanjutnya kepertanyaan nomor 8)

... 7. Bagaimana bentuk partisipasi Bapak/Ibu pada tahap pembangunan sanitasi air bersih Melalui PNPM Mandiri Perdesaan di lingkungan Bapak/Ibu?

a. Melihat kesesuaian bentuk prasarana yang telah dibangun dengan rencana yang telah ditetapkan

b. Melihat daya guna (kemampuan yang mendatangkan hasil yang sebanyak-banyaknya) dari prasarana yang telah dibangun

(3)

Tingkat Partisipasi Masyarakat

8. Pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di lingkungan Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu pernah di undang oleh pemerintah untuk mendapatkan persetujuan tentang program tersebut?

a. Ya

b. Tidak (Jika tidak, langsung kepertanyaan nomor 10) 9. Siapa yang mengundang Bapak/Ibu?

a. Lurah b. Ketua RT c. Ketua RW

d. Lainnya, mohon disebutkan………... 10. Apakah Bapak/Ibu selalu mendapat perlakuan yang sama dengan warga lain jika diundang untuk menghadiri rapat terkait dengan program ini?

a. Ya

b. Tidak (Jika tidak, mohon dijelaskan)

……… 11. Pada saat perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di lingkungan Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan informasi dari pemerintah mengenai program ini tanpa pemberian kesempatan kepada untuk bertanya atau memberikan saran untuk program ini? a. Ya

b. Tidak (Jika tidak, mohon dijelaskan)

... 12. Darimana Bapak/Ibu memperoleh informasi tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan:

a. Media massa b. Pamflet c. Poster

d. Lainnya, mohon disebutkan………... 13. Pada saat perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di lingkungan Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu pernah melakukan tanya jawab dengan pemerintah mengenai program ini?

a. Ya

b. Tidak (Jika tidak, mohon dijelaskan)

... 14. Dimanakah tempat yang biasanya Bapak/Ibu gunakan dalam melakukan tanya jawab Dengan pemerintah mengenai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan ini?

a. Kantor Kelurahan b. Rumah Ketua RW c. Rumah Ketua RT d. Rumah warga

(4)

15. Pada saat pertemuan untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan dengan pemerintah di lingkungan Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu pernah memberikan saran-saran mengenai program ini? a. Ya

b. Tidak (Jika tidak, mohon dijelaskan)

16. Apa saran-saran dari Bapak/Ibu pada saat perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di lingkungan Bapak/Ibu?

a. Saran pada tahap perencanaan :... ... ……….. b. Saran pada tahap pelaksanaan :... ... ……….. c. Saran pada tahap pengawasan :... ... ……….. 17. Apakah saran-saran dari Bapak/Ibu diterapkan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesan ini?

a. Ya

b. Tidak (Jika tidak, mohon dijelaskan)

... 18. Pada saat pertemuan untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan dengan pemerintah di lingkungan Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu pernah melakukan negosiasi (tawar-menawar) mengenai program ini?

a. Ya

b. Tidak (Jika tidak, mohon dijelaskan)

... 19. Selain negosiasi (tawar-menawar), pernahkah Bapak/Ibu diberi limpahan kewenangan Dari pemerintah untuk membuat keputusan dominan dalam perencanaan, pelaksanaan Dan pengawasan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di lingkungan Bapak/Ibu?

a. Ya

b. Tidak (Jika tidak, mohon dijelaskan)

... 20. Pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di lingkungan Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu pernah diberi kekuasaan penuh oleh pemerintah untk melaksanakan program ini?

a. Ya

b. Tidak (Jika tidak, mohon dijelaskan)

(5)

LAMPIRAN 2

TABEL TABULASI RESPONDEN

No Jenis Kelamin

Usia Pendidikan Penghasilan Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan

1 1 2 1 1 1 1 1

2 1 2 1 1 1 1 1

3 1 2 2 1 1 1 3

4 1 3 3 2 1 1 3

5 1 2 1 1 1 1 3

6 1 2 1 1 1 1 3

7 1 2 1 1 1 1 2

8 1 2 2 1 1 1 3

9 1 3 3 2 1 1 1

10 1 2 1 1 2 4 3

11 1 2 1 1 2 4 2

12 1 3 3 1 1 1 1

13 1 3 3 2 1 1 1

14 1 2 2 2 1 1 3

15 1 3 3 2 1 1 3

16 1 3 3 2 1 1 3

17 1 2 1 1 4 5 4

18 1 2 1 2 4 5 4

19 1 3 3 2 1 1 2

20 1 3 3 2 1 1 2

21 1 3 3 2 1 1 2

22 1 2 1 1 1 1 2

23 1 3 3 2 1 1 2

24 1 3 3 2 1 1 3

25 1 4 4 2 1 1 1

26 1 4 4 2 1 1 1

27 1 4 5 2 1 1 1

28 1 5 5 2 2 3 2

29 1 5 5 2 2 3 2

30 1 5 5 3 2 3 2

31 1 5 5 3 1 1 1

32 1 5 5 3 1 1 1

33 1 2 2 1 1 1 3

34 1 2 2 1 1 4 3

35 1 3 1 1 2 1 3

36 1 3 2 1 2 1 3

37 1 3 2 1 2 1 3

38 1 3 2 1 2 1 3

39 1 3 3 2 2 1 3

40 1 4 3 2 2 1 2

41 1 4 3 2 2 1 2

42 1 4 4 2 2 1 3

(6)

44 1 4 5 2 1 1 3

45 1 4 5 2 1 3 3

46 1 5 5 2 1 1 1

47 1 2 1 1 3 5 4

48 1 2 2 1 3 5 4

49 1 2 3 1 3 4 4

50 1 3 3 2 3 1 3

51 1 3 2 3 4 5 4

52 1 3 3 2 3 5 4

53 1 3 3 2 3 5 4

54 1 4 3 2 3 3 3

55 1 5 4 2 3 3 3

56 1 5 5 3 3 3 4

57 1 3 3 2 1 1 2

58 1 3 3 2 1 1 2

59 1 3 3 2 3 4 3

60 1 3 2 3 4 5 4

61 1 4 4 3 4 3 3

62 1 4 5 3 4 3 3

63 2 2 1 1 1 3 1

64 2 3 1 1 1 1 1

65 2 3 2 1 1 1 3

66 2 4 2 1 1 1 1

67 2 4 2 1 1 1 3

68 2 4 3 1 1 1 3

69 2 4 3 2 1 4 3

70 2 5 3 2 1 1 3

71 2 5 4 2 1 1 2

72 2 5 5 1 1 1 2

73 2 2 1 1 2 1 3

74 2 3 2 1 2 1 2

75 2 3 2 2 2 1 2

76 2 3 3 2 4 5 4

77 2 4 3 2 2 3 3

78 2 4 3 2 2 4 4

79 2 4 4 2 2 4 4

80 2 5 1 3 2 3 3

81 2 2 1 1 3 1 2

82 2 3 3 1 3 2 2

83 2 3 3 2 3 4 3

84 2 4 3 2 4 4 2

85 2 4 3 2 3 4 2

86 2 5 5 2 3 3 3

87 2 2 1 1 4 5 2

88 2 5 4 3 4 5 4

89 2 3 3 1 4 4 3

90 2 3 3 1 4 4 3

(7)

92 2 3 3 2 3 4 3

93 2 4 3 2 4 4 2

94 2 5 4 3 4 5 3

95 2 2 3 1 4 4 3

(8)

LAMPIRAN 3

HASIL SPSS HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN TAHAPAN PARTISIPASI

Jenis Kelamin * Perencanaan Crosstabulation Count

Perencanaan Total

Aktif mengikuti pertemuan

Aktif menyampaikan

usulan/saran

Terlibat dalam mengambil

keputusan

Tidak ikut berpartisipasi

Jenis Kelamin

Laki – laki 32 14 10 6 62

Perempuan 10 8 6 10 34

Total 42 22 16 16 96

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.644a 3 .054

Likelihood Ratio 7.511 3 .057

Linear-by-Linear Association 6.848 1 .009

N of Valid Cases 96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.67.

Jenis Kelamin * Pelaksanaan Crosstabulation Count

Pelaksanaan Total

Tenaga Uang Tanah Keahlian Tidak ikut berpartisipasi Jenis Kelamin

Laki – laki 40 0 10 5 7 62

Perempuan 12 2 3 12 5 34

(9)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 17.373a 4 .002

Likelihood Ratio 17.673 4 .001

Linear-by-Linear Association 6.776 1 .009

N of Valid Cases 96

a. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .71.

Jenis Kelamin * Pengawasan Crosstabulation Count

Pengawasan Total

Kesesuaian bentuk prasana dengan rencana

Daya guna Hasil guna Tidak ikut berpartisipasi

Jenis Kelamin

Laki – laki 11 14 28 9 62

Perempuan 3 11 15 5 34

Total 14 25 43 14 96

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2.009a 3 .571

Likelihood Ratio 2.086 3 .555

Linear-by-Linear Association .180 1 .672

N of Valid Cases 96

(10)

Usia * Perencanaan Crosstabulation Count

Perencanaan Total

Aktif mengikuti pertemuan

Aktif menyampaikan

usulan/saran

Terlibat dalam mengambil keputusan

Tidak ikut berpartisipasi

Usia

21 - 30 12 3 4 4 23

31 - 40 15 8 7 5 35

41 - 50 9 6 2 4 21

> 50 6 5 3 3 17

Total 42 22 16 16 96

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.346a 9 .949

Likelihood Ratio 3.586 9 .937

Linear-by-Linear Association .193 1 .661

N of Valid Cases 96

a. 8 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.83.

Usia * Pelaksanaan Crosstabulation Count

Pelaksanaan Total

Tenaga Uang Tanah Keahlian Tidak ikut berpartisipasi

Usia

21 - 30 13 0 0 7 3 23

31 - 40 24 2 0 6 3 35

41 - 50 10 0 5 3 3 21

> 50 5 0 8 1 3 17

(11)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 34.974a 12 .000

Likelihood Ratio 37.913 12 .000

Linear-by-Linear Association 1.267 1 .260

N of Valid Cases 96

a. 15 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .35.

Usia * Pengawasan Crosstabulation Count

Pengawasan Total

Kesesuaian bentuk prasana dengan rencana

Daya guna Hasil guna Tidak ikut berpartisipasi

Usia

21 - 30 3 4 12 4 23

31 - 40 4 10 17 4 35

41 - 50 4 5 10 2 21

> 50 3 6 4 4 17

Total 14 25 43 14 96

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 5.828a 9 .757 Likelihood Ratio 6.109 9 .729 Linear-by-Linear

Association

.758 1 .384

N of Valid Cases 96

(12)

Pendidikan * Perencanaan Crosstabulation Count

Perencanaan Total

Aktif mengikuti pertemuan

Aktif menyampaikan

usulan/saran

Terlibat dalam mengambil

keputusan

Tidak ikut berpartisipasi

Pendidikan

SD 8 4 2 3 17

SMP 8 5 1 2 16

SMA 16 6 10 6 38

AKADEMI 3 3 1 3 10

SARJANA 7 4 2 2 15

Total 42 22 16 16 96

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.448a 12 .827

Likelihood Ratio 7.431 12 .828

Linear-by-Linear Association .162 1 .688

N of Valid Cases 96

a. 13 cells (65.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.67.

Pendidikan * Pelaksanaan Crosstabulation Count

Pelaksanaan Total

Tenaga Uang Tanah Keahlian Tidak ikut berpartisipasi

Pendidikan

SD 10 0 0 4 3 17

SMP 8 0 0 5 3 16

SMA 25 1 5 4 3 38

AKADEMI 6 0 1 2 1 10

SARJANA 3 1 7 2 2 15

(13)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 28.390a 16 .028

Likelihood Ratio 29.260 16 .022

Linear-by-Linear Association .182 1 .670

N of Valid Cases 96

a. 18 cells (72.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .21.

Pendidikan * Pengawasan Crosstabulation Count

Pengawasan Total

Kesesuaian bentuk prasana dengan rencana

Daya guna Hasil guna Tidak ikut berpartisipasi

Pendidikan

SD 1 3 10 3 17

SMP 0 1 10 5 16

SMA 8 15 12 3 38

AKADEMI 3 2 5 0 10

SARJANA 2 4 6 3 15

Total 14 25 43 14 96

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 21.163a 12 .048

Likelihood Ratio 24.896 12 .015

Linear-by-Linear Association 3.819 1 .051

N of Valid Cases 96

(14)

Penghasilan * Perencanaan Crosstabulation Count

Perencanaan Total

Aktif mengikuti pertemuan

Aktif menyampaikan

usulan/saran

Terlibat dalam mengambil

keputusan

Tidak ikut berpartisipasi

Penghasilan

< Rp 1.000.000 18 8 5 5 36

Rp 1.000.000 - Rp 5.000.000

21 12 10 5 48

> Rp 5.000.000 3 2 1 6 12

Total 42 22 16 16 96

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 12.047a 6 .061

Likelihood Ratio 9.685 6 .139

Linear-by-Linear Association 3.910 1 .048

N of Valid Cases 96

a. 3 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.

Penghasilan * Pelaksanaan Crosstabulation Count

Pelaksanaan Total

Tenaga Uang Tanah Keahlian Tidak ikut berpartisipasi

Penghasilan

< Rp 1.000.000 23 0 0 9 4 36

Rp 1.000.000 - Rp 5.000.000

28 2 6 8 4 48

> Rp 5.000.000 1 0 7 0 4 12

(15)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 38.252a 8 .000

Likelihood Ratio 39.156 8 .000

Linear-by-Linear Association 3.443 1 .064

N of Valid Cases 96

a. 8 cells (53.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .25.

Penghasilan * Pengawasan Crosstabulation Count

Pengawasan Total

Kesesuaian bentuk prasana

dengan rencana

Daya guna

Hasil guna Tidak ikut berpartisipasi

Penghasilan

< Rp 1.000.000 3 8 20 5 36

Rp 1.000.000 - Rp 5.000.000 9 14 18 7 48

> Rp 5.000.000 2 3 5 2 12

Total 14 25 43 14 96

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.533a 6 .740

Likelihood Ratio 3.632 6 .726

Linear-by-Linear Association .945 1 .331

N of Valid Cases 96

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo, 2008. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Arnstein, Sherry.1969. A Ladder of Citizen Participation. Journal of the American Institute of Planners.

Cohen, M., John. Uphoff, T., Norman. 1977. Rural Development Participation Concepts and Measures for Project Design, Implementation and Evaluation. Ithaka. Cornel University.

Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial Di Dunia Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mircea, Teodor. 2011. Community Participation and Involvement in Social Actions. Jurnal Transylvanian Review of Administrative Sciences.

Muhadjir, 1996 Beberapa Kendala Pemberdayaan Masyarakat Miskin, dalam di Pedesaan. Yogyakarat : Aditya Media.

Nurmandi, Achmad. 2012. Manajemen Perkotaan. Yogyakarta: Lingkaran Bangsa

Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan & Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta: Erlangga

Panudju, Bambang. 2012. Pengadaan Perumahan Kota dengan Peran Serta Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Bandung: Penerbit Alumni.

Purba, Jonny (ed). 2005. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Rafik, M. 2013. Studi Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Jalan Studi Kasus Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Nagari Kinali Kabupaten Pasaman Barat

Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Rosdakarya. Yogyakarta: APMD Press.

Suhendar, 2012. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di Desa Karyasari Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Pandeglang 2009 - 2011

(17)

Sutami. 2009. Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Prasarana Lingkungan Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta Utara. Universitas Diponegoro, Semarang.

Departemen Pekerjaan Umum, 2009 . Pedoman Sederhana Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi Perdesaan. PNPM. 2015. PNPM Mandiri Perdesaan,

Website Resmi PNPM Mandiri Perdesaan, www.pnpm-mandiri.org, diakses 2 Oktober 2015.

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian evaluasi yang berfungsi untuk menjelaskan fenomena dalam suatu kejadian yang akan dijelaskan secara deskriptif dengan metode kualitatif. Menurut Nawawi dan Martini (1994), metode deskriptif adalah metode yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat yang menggunakan proyek bantuan PNPM-MP dalam pembangunan sanitasi air bersih berupa sumur bor di Kecamatan Rawang Kabupaten Asahan. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015.

3.3 Batasan Operasional

Dalam penelitian ini, batasan masalah yang akan diteliti mencakup tentang tingkat partisipasi masyarakat pada tiga tahapan pembangunan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam pembangunan sanitasi air bersih di Kecamatan Rawang dan hubungan sosial ekonomi masyarakat (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, penghasilan) terhadap tahapan partisipasi masyarakat tersebut.

3.4 Definisi Operasional

(19)

a. Perencanaan, berupa keikutsertaan masyarakat dalam merencanakan pembangunan, seperti keaktifan dalam mengikuti pertemuan, menyampaikan saran atau usulan dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan.

b. Pelaksanaan, berupa keikutsertaan masyarakat dalam memberikan kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud tenaga, uang, tanah, ataupun keahlian. c. Pengawasan, berupa kegiatan untuk melihat kesesuaian prasana dengan yang telah

direncanakan, serta mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama proses pembangunan.

d. Sosial Ekonomi Masyarakat, terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan penghasilan masyarakat.

3.5 Populasi Dan Sampel 3.5.1 Populasi

Jumlah sanitasi air bersih berupa sumur bor yang telah dibangun di Kecamatan Rawang sampai saat ini berjumlah 36 buah. Maka, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang telah menggunakan proyek pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rawang Kabupaten Asahan. Berikut jumlah rumah tangga dari tiap-tiap desa di Kecamatan Rawang.

Tabel 3.5

Jumlah Rumah Tangga di Kecamatan Rawang No

Desa Jumlah Rumah Tangga

1. Rawang Lama 765

2. Rawang Pasar IV 747

3. Rawang Pasar V 682

4. Rawang Pasar VI 285

5. Rawang Baru 486

6. Panca Arga 443

7. Pondok Bungur 880

Jumlah 2.479

(20)

Namun, dari keenam desa di Kecamatan Rawang, hanya 4 desa saja yang mendapatkan bantuan pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan. Oleh sebab itu, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga pengguna sumur bor yang dibangun di empat kelurahan saja, yaitu Rawang Lama sebanyak 765 rumah tangga, Rawang Pasar IV sebanyak 747 rumah tangga, Rawang Pasar V sebanyak 682 rumah tangga, Rawang Pasar VI sebanyak 285 rumah tangga. Sehingga didapatkan jumlah populasi sebesar 2.479 rumah tangga.

3.5.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Metode ini dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih

betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu (Nasution, 2006).

Dalam penelitian ini, kriteria masyarakat yang dapat dijadikan responden adalah masyarakat yang terdaftar sebagai penduduk Kecamatan Rawang dan memang menggunakan bantuan sanitasi air bersih melaului PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rawang. Untuk mengetahui jumlah sampel, teknik yang pertama digunakan adalah menggunakan rumus Slovin (Ruslan, 2008), yaitu:

n = N N(d)2+ 1

Keterangan:

n = jumlah responden N = ukuran populasi

d = persentase kelonggaran karena ketidaktelitian dankesalahan dalam pengambilan sampel 10%

(21)

n = N N(e)2+ 1

n = 2479 2479(0.1)2+ 1

n =25.792479 = 96 orang

Dari perhitungan tersebut, sampel yang akan diambil sebanyak 96 responden. Setelah jumlah responden diketahui, pengambilan responden akan dibagi lagi berdasarkan jumlah masyarakat masing-masing kelurahan yang ada di Kecamatan Rawang. Untuk menentukan jumlah responden, peneliti terlebih dahulu mengelompokkan jumlah masyarakat pengguna proyek sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan berdasarkan desa.

Peneliti menggunakan rumus pengambilan jumlah responden yang kedua yaitu Probability Sampling dengan menggunakan rumus Proportionate Stratified Random Sampling

(Sujarweni, 2014), yaitu:

� = �����ℎ�����������������������

����������������� ×�����ℎ���������

Keterangan :

n = Jumlah responden yang diperoleh

Tabel 3.6

Daftar Pengguna Proyek PNPM MP Kecamatan Rawang

Desa Jumlah Rumah

Tangga

Responden

Rawang Lama 765 765

2479 × 96 = 29.6 = 30

Rawang Pasar 4 747 747

2479 × 96 = 28.9 = 29

Rawang Pasar 5 682 682

2479 × 96 = 26.4 = 26

Rawang Pasar 6 285 285

2479 × 96 = 11.0 = 11

Jumlah 2.479 96

(22)

Berdasarkan tabel tersebut, peneliti akan mengambil responden di Desa Rawang Lama sebanyak 30 responden, Rawang Pasar IV sebanyak 29 responden, Rawang Pasar V sebanyak 26 responden, Rawang Pasar VI 11 responden.

3.6 Jenis Penelitian dan Analisis Pengumpulan Data 3.6.1 Jenis dan Sumber Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari sumbernya dan diolah sendiri oleh lembaga/orang yang bersangkutan untuk dimanfaatkan (Ruslan, 2006). Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada masyarakat Kecamatan Rawang yang diambil sebagai responden sebanyak 96 orang.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain) atau digunakan oleh lembaga lainnya yang bukan merupakan pengolahnya, tetapi dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu (Ruslan, 2006). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data Susenas, Badan Pusat Statistik, data PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rawang, data dari Kantor Camat Rawang, jurnal-jurnal penelitian terdahulu, buku-buku pendukung, dan penelusuran internet.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara

(23)

2. Kuesioner

Kuesioner akan diberikan kepada responden sebanyak jumlah responden yang telah ditentukan. Kuesioner akan langsung diserahkan kepada responden dan pengisian kuesioner akan dibantu oleh peneliti dengan menanyakan satu per satu pertanyaan yang ada di dalam kuisioner tersebut, sehingga ada interaksi langsung antara peneliti dengan responden dan juga untuk membantu responden dalam memahami pertanyaan yang ditanyakan.

3.7 Teknis Analisis Data

Menurut Sujarweni (2014), analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian diolah dengan statistik sehingga dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Teknik analisis data deskriptif dapat diartikan sebagai teknik analisis yang dipakai untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan data-data yang sudah dikumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik, persentase, frekuensi ataupun diagram (Sora, 2015). Adapun cara yang akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah:

1. Masalah pertama, tingkat partisipasi masyarakat (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan) dalam pembangunan sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rawang Kabupaten Asahan. Pada tahap ini akan dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif berdasarkan data dari masyarakat. Dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, maka dapat diketahui persentase tingkat partisipasi masyarakat.

2. Masalah kedua, hubungan kondisi sosial ekonomi masyarakat (jenis kelamin, usia, pendidikan, dan penghasilan) terhadap partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan pembangunan sanitasi sanitasi air bersih melalui PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rawang.

(24)

beserta ujinya. Data dari tiap variabel dikelompokkan dalam beberapa kategori, dimana dari setiap kategori tersebut diberi skor untuk mempermudah perhitungan. Kemudian variabel-variabel yang akan diidentifikasi hubungannya disusun dalam baris dan kolom. Selanjutnya dilakukan perhitungan koefisien kontingensi (contingency coefficient), yaitu koefisien yang digunakan untuk melihat ada atau tidak, kuat atau lemahnya hubungan diantara dua variabel.

Metode tabulasi silang yang akan mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks, hasil tabulasi silang disajikan dalam bentuk suatu tabel dengan variabel-variabel yang tersusun sebagai kolom dan baris tabel tersebut. Untuk mengamati dan menganalisa variabel-variabel tersebut dipakai dengan tabel dua dimensi yang merupakan cara yang termudah. Selanjutnya dicari nilai Chi Square. Chi Square dapat dicari dengan menggunakan rumus atau dengan menggunakan SPSS.

Adapun rumus Chi-Square adalah:

X2 = ∑( �−� )2 �

Keterangan :

X2 : Nilai Chi Kuadrat

O : Frekuensi yang di observasi E : Frekuensi yang diharapkan

Selanjutnya nilai Chi Square akan dibandingkan dengan nilai t tabel. Nilai t tabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah nilai t tabel dengan df = 2, pada tingkat kepercayaan 95% = 5,991. Adapun ketentuan/kriteria dalam pembuktian adanya hubungan kondisi sosial ekonomi (jenis kelamin, usia, pendidikan, dan penghasilan) terhadap partisipasi masyarakat (tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan) adalah : Jika X² hitung < X² tabel (df k-1 x k-1) = 2, H0 : diterima, dan jika X² hitung > X² tabel (df k-1 x k-1) = 2, H1: diterima (H0 ditolak), pada tingkat kepercayaan 95% = 5,991.

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Kecamatan Rawang

Kecamatan Rawang adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Kecamatan Rawang mempunyai luas wilayah 9.991 Ha (99,91 km2) dengan temperatur 20-33o C dan ketinggian wilayah ±10 meter dari permukaan laut. Alamnya berupa dataran rendah dengan keadaan iklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan rata – rata 161,14 mm/tahun.

Jarak dari kecamatan ke ibukota kabupaten ±12 Km dengan waktu tempuh ±30 menit. Kecamatan Rawang terdiri dari 7 desa, yaitu Rawang Lama, Rawang Baru, Pondok Bungur, Panca Arga, Rawang Pasar IV, Rawang Pasar V, dan Rawang Pasar VI. Luas Kecamatan Rawang dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kecamatan Rawang

No Desa Luas (Km2)

1. Rawang Lama 25,75 2. Rawang Baru 24,97 3. Pondok Bungur 17,65 4. Panca Arga 15,25

5. Pasar IV 6,43

6. Pasar V 6,61

7. Pasar VI 2,44

Jumlah 99,91

Sumber: Kantor Camat Rawang, 2015

(26)

99,91 km2. Kecamatan Rawang secara administratif berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batubara

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Air Joman dan Silau Laut 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Air Joman dan Kisaran Timur

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kisaran Barat, Pulo Bandring, dan Meranti 4.2 Kondisi Fisik dan Penggunaan Lahan

Untuk penggunaan lahan di Kecamatan Rawang sendiri terbagi dalam beberapa bagian. Pemerintah selalu melakukan pengawasan terhadap tanah–tanah negara dan aset pemerintah daerah dengan melakukan kerjasama antara Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Asahan. Untuk menjaga dari hal–hal yang tidak diinginkan, telah diupayakan agar setiap penduduk memilik surat tanah. Persentase luas tanah menurut penggunaannya terbagi atas 55,45% untuk perkebunan, 32,5% untuk persawahan, 5,1% untuk perumahan, 3,1% untuk tanah tegal/kebun, 0,07% untuk kolam perikanan, dan 4,58% sisanya untuk lain–lain. Untuk persentase penggunan tanah pada di Kecamatan Rawang, dapat dilihat pada Tabel 4.2:

Tabel 4.2

Penggunaan Lahan di Kecamatan Rawang

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persen (%)

1. Perkebunan 5.541 55,45%

2. Persawahan 3.257 32,5%

3. Perumahan 510 5,1%

4. Tegal/Kebun 218 31,8%

5. Tambak 7 0,07%

6. Lain – lain 458 4,58%

Jumlah 9.991,45 100%

Sumber: Kantor Camat Rawang, 2015 4.3 Kependudukan

(27)

Dari hasil survei inventarisasi kelurahan tahun 2015, penduduk Kecamatan Rawang berjumlah 18.378 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 4.701, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3.

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Rawang

No Desa/Kelurahan

Luas Penduduk (orang) Kepadatan

Penduduk (orang/km2)

Km2 % Jumlah %

1. Rawang Lama 25,75 14,38 3.277 2,57 127 2. Rawang Baru 24,97 93,6 1.980 2,59 79 3. Pondok Bungur 17,65 2,63 3.902 2,55 221 4. Panca Arga 15,25 7,59 1.860 2,59 121

5. Pasar IV 6,43 5,85 3.044 2,56 473

6. Pasar V 6,61 6,20 3.141 2,58 475

7. Pasar VI 2,44 15,28 1.142 2,61 468

Sumber: Kantor Camat Rawang, 2015 4.3.2 Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Rawang di dominasi oleh petani sebesar 66% atau 12.595 orang, urutan kedua adalah buruh sebesar 9,96% atau 1.890 orang, wiraswasta sebesar 7,63% atau 1.371 orang, karyawan sebesar 7,22% atau 1.449 orang, pedagang sebesar 3,07% atau 584 orang, PNS/TNI/POLRI sebesar 2,41% atau 458 orang, PRT sebesar 0,64% atau 123 orang, peternak sebesar 0,35% atau 67 orang, dan lain – lain sebesar 2,3% atau 438 orang. Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.4

(28)

No Pekerjaan Jumlah Persen (%)

1. Petani 12.595 66,4

2. Buruh 1.890 10

3. Wiraswasta 1.449 7,6

4. Karyawan 1.371 7,2

5. Pedagang 584 3,1

6. PNS/TNI/POLRI 458 2,4

7 PRT 123 0,6

8. Peternak 67 0,4

9. Lain – lain 438 2,3

Jumlah 18.975 100

Sumber: Kantor Camat Rawang, 2015 4.4 Kondisi Sarana Lingkungan

4.4.1 Fasilitas Kesehatan

Pembangunan kesehatan di Kecamatan Rawang pada saat ini masih terbatas, hal ini terlihat dari belum adanya rumah sakit di Kecamatan Rawang, Fasilitas kesehatan hanya berupa 1 unit puskesmas, 32 unit posyandu, 15 bidan praktik, dan 3 toko obat seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Rawang

No Jenis Fasilitas Jumlah Persen (%)

1. Rumah Sakit - -

2. Puskesmas 1 2

3. Posyandu 32 62,7

4. Bidan Praktik 15 29,4

5. Toko Obat 3 5,9

Jumlah 51 100

Sumber: Kantor Camat Rawang, 2015 4.4.2 Tempat Ibadah

Sementara itu, untuk tempat ibadah di Kecamatan Rawang terdiri dari mesjid, musholla, gereja dan lainnya seperti tersaji pada tabel berikut:

Tabel 4.6

(29)

No Jenis Fasilitas Jumlah Persen (%)

1. Mesjid 22 32,8

2. Musholla 22 32,8

3. Gereja 23 34,4

4. Pura - -

5. Vihara - -

Jumlah 67 100

Sumber: Kantor Camat Rawang, 2015 4.4.3 Pendidikan

Fasilitas pendidikan formal yang ada di Kecamatan Rawang terdiri dari TK/PAUD, Sekolah Dasar/sederajat, Sekolah Menengah Pertama/sederajat, dan Sekolah Menengah Atas/sederajat seperti tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 4.7

Sarana Pendidikan di Kecamatan Rawang No Sarana Pendidikan Jumlah Persen (%)

1. TK/PAUD 5 19,2

2. SD/MI 15 57,7

3 SMP/MTS 4 15,4

4. SMA/SMK/MA 2 7,7

5. PT - -

Jumlah 26 100

Sumber: Kantor Camat Rawang, 2015 4.4.4 Industri

Industri yang ada di Kecamatan Rawang berupa industri kecil/rumah tangga saja. Sedangkan industri besar dan sedang sampai saat ini belum ada. Jumlah industri yang ada dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8

(30)

Di Kecamatan Rawang

No Jenis Industri Jumlah Persen (%)

1. Besar - -

2. Sedang - -

3 Kecil/Rumah Tangga 24 100

Jumlah 24 100

Sumber: Kantor Camat Rawang, 2015 4.4.5 Pasar

[image:30.595.149.453.75.177.2]

Jenis pasar yang ada di Kecamatan Rawang terdiri dari pasar pekan, toko, dan kios seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9

Jumlah Pasar Menurut Jenisnya Di Kecamatan Rawang

No Jenis Pasar Jumlah Persen (%)

1. Pasar Pekan 3 1,6

2. Toko 87 46,3

3. Kios 98 52,1

Jumlah 188 100

Sumber: Kantor Camat Rawang, 2015 4.4.6 Komunikasi

[image:30.595.162.436.284.437.2]

Fasilitas komunikasi di Kecamatan Rawang saat ini masih terbatas. Hanya terdapat warung internet saja yang berdiri di masing-masing desanya. Jumlah fasilitas komunikasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10

Fasilitas Komunikasi di Kecamatan Rawang No Jenis Fasilitas Jumlah Persen (%)

1. Kantor Pos - -

2. Telepon Umum - -

3. Wartel - -

4. Warnet 26 100

Jumlah 26 100

(31)

Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan penghasilan. Hasil perhitungan frekuensi selengkapnya tentang kondisi sosial ekonomi berdasarkan sampel di Kecamatan Rawang, dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

[image:31.595.165.432.399.459.2]

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada warga tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan sanitasi air bersih melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, dapat dilihat jenis kelamin yang paling dominan berpartisipasi yaitu yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 62 orang, sedangkan perempuan sebanyak 34 orang. Berikut adalah tabel distribusi responden berdasarkan jenis kelamin: Tabel 4.11

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)

1. Laki-laki 62 64,6

2. Perempuan 34 35,4

Jumlah 96 100

Sumber: Hasil Analisis, 2015

(32)

4.5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

[image:32.595.159.428.177.310.2]

Berdasarkan hasil kuesioner yang dikategorikan dalam lima bagian, diperoleh distribusi usia responden seperti berikut:

Tabel 4.12

Distribusi Responden Berdasarkan Usia No. Usia Jumlah Persen (%)

1. < 20 - 0

2. 21 – 30 16 16,7

3. 31 – 40 38 39,6

4. 41 – 50 30 31,2

5. > 50 12 12,5

Jumlah 96 100

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Pada perhitungan distribusi frekuensi usia responden di atas, diperoleh informasi bahwa responden yang berusia 31-40 tahun mendominasi dalam pelaksanaan partisipasi pembangunan sanitasi air bersih. Dari perhitungan ini terlihat pula bahwa masyarakat yang berpartisipasi tergolong dalam usia produktif. Begitu juga partisipan terbanyak pada urutan kedua adalah pada golongan responden berusia 41-50. Hal ini menunjukkan adanya senioritas dalam berpartisipasi. Perbedaan usia ini mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat, karena dalam masyarakat terdapat perbedaan kedudukan antara rentang usia, sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda. Menurut Slamet (1994), usia berpengaruh pada keaktifan seseorang untuk berpartisipasi. Dalam hal ini golongan tua dianggap lebih berpengalaman atau senior, dan akan lebih banyak memberikan pendapat dalam hal menetapkan keputusan.

4.5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(33)
[image:33.595.157.438.135.282.2]

adalah SMA yang berjumlah 34 orang, sementara yang paling kecil adalah pada tingkat akademi berjumlah 9 orang.

Tabel 4.13

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan Jumlah Persen (%)

1. SD 22 22,9

2. SMP 15 15,6

3. SMA 34 35,4

4. Akademi 9 9,4

5. Sarjana 16 16,7

Jumlah 96 100

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa presentase tingkat pendidikan responden paling tinggi adalah SMA sebanyak 35,4%, disusul oleh SMP sebanyak 22,9%, Sarjana sebanyak 16,7%, SD sebanyak 15,66%, dan Akademi sebanyak 9,4%. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kecamatan Rawang sangat bervariasi, tingkat pendidikan di desa ini tergolong baik dengan mayoritas penduduknya menyelesaikan pendidikan hingga jenjang yang cukup tinggi, yaitu SMP dan SMA, disamping itu banyak pula yang berpendidikan hingga sarjana walaupun masih banyak juga yang hanya sampai tingkat SD. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tidak memiliki hubungan dengan partisipasi masyarakat, khususnya dalam ketiga tahapan partisipasi.

4.5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Berdasarkan hasil kuesioner yang dikategorikan dalam tiga bagian, sehingga diperoleh distribusi penghasilan responden seperti berikut:

(34)

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan

No Penghasilan Jumlah Persen (%)

1. < Rp 1.000.000 27 28,1

2. Rp 1.000.000 - Rp 5.000.000 61 63,6

3. > Rp 5.000.000 8 8,3

Jumlah 96 100

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Pada perhitungan distribusi frekuensi penghasilan responden, diperoleh informasi bahwa partisipasi responden paling tinggi adalah responden yang mempunyai penghasilan Rp 1.000.000-Rp 5.000.000 per bulan sebanyak 63,6%, diikuti dengan golongan responden yang berpenghasilan <Rp1.000.000. Sedangkan golongan yang berpenghasilan lebih tinggi, yaitu >Rp5.000.000 hanya sebesar 8,3% atau hanya 8 orang saja.

Menurut Turner dalam Panudju (1999), tingkat penghasilan ini akan mempengaruhi kemampuan finansial masyarakat untuk memberikan sumbangan. Masyarakat hanya akan bersedia untuk mengerahkan semua kemampuannya apabila hasil yang dicapai akan sesuai dengan keinginan dan prioritas kebutuhan mereka.

4.6 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Sanitasi Air Bersih Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rawang

4.6.1 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan

[image:34.595.120.478.72.203.2]

Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada warga berkaitan dengan partisipasi pada tahap perencanaan pembangunan sanitasi air bersih ini, dapat dilihat pada Tabel 4.15:

Tabel 4.15

Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan

No Partisipasi Pada Tahap Perencanaan

Jumlah Persen (%) 1. Ikut berpartisipasi 80 83,3 2. Tidak ikut berpartisipasi 16 16,7

Jumlah 96 100

(35)

Dari tabel di atas, dapat dilihat persentase masyarakat yang berpartisipasi pada tahap perencanaan adalah sebesar 83,3% atau sebanyak 80 orang, sedangkan yang tidak ikut berpartisipasi sebesar 16,7% atau hanya sebanyak 16 orang.

Ada beragam alasan responden mengapa mereka tidak ikut berpartisipasi, diantaranya adalah kecenderungan masyarakat untuk melimpahkan kewenangan dengan anggapan bahwa lebih baik program tersebut ditangani oleh pihak-pihak yang terkait saja, yaitu pemerintah melalui perangkat desa, fasilitator, ketua dusun ataupun ketua kelompok di lingkungan masing-masing di dalam tahap perencanan, pelaksanaan, ataupun pengawasannya. Masyarakat hanya memberikan persetujuan saja dengan sosialisasi program dan tinggal menunggu hasilnya. Sementara ada beberapa responden yang tidak ikut berpartisipasi dengan alasan kesibukan.

[image:35.595.135.458.543.709.2]

Menurut Slamet (1992), ada dua faktor yang menyebabkan orang kurang berpartisipasi dalam suatu kegiatan, yaitu karena mereka mengetahui bahwa final decision bukan pada mereka tetapi ada pada orang-orang yang mempunyai kekuasaan, serta karena mereka tidak mempunyai kepentingan khusus yang mempengaruhinya secara langsung. Bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan sanitasi air bersih dapat dilihat dalam Tabel 4.16

Tabel 4.16

Bentuk Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan No Partisipasi Pada Tahap

Perencanaan

Jumlah Persen (%) 1. Aktif mengikuti pertemuan 42 43,7

2. Aktif menyampaikan

usulan/saran

22 22,9

3. Terlibat dalam pengambilan keputusan

16 16,7

4. Tidak ikut berpartisipasi 16 16,7

Jumlah 96 100

(36)

Berdasarkan tabel, terlihat bahwa bentuk partisipasi dengan aktif mengikuti pertemuan adalah 42 responden. Ke-42 responden ini adalah mereka yang selalu hadir mengikuti pertemuan dari pertemuan–pertemuan yang diadakan. Dari 42 responden tersebut yang aktif menyampaikan usulan/saran ada 22 responden dan 16 responden yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Tingginya bentuk partisipasi responden ini disebabkan pendapat bahwa kehadiran dalam mengikuti pertemuan di pandang penting dalam tahap perencanaan.

Dalam penelitian ini, bentuk partisipasi responden dalam menyampaikan usul/saran dalam pertemuan hanya 16,7% saja. Angka ini menunjukkan bahwa tidak semua responden yang mengikuti pertemuan ikut juga dalam pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan karena masyarakat banyak yang melimpahkan atau memberikan kewenangan kepada golongan tertentu, yang dalam hal ini adalah pemimpin kelompok ataupun para ketua dusun untuk diajukan dalam rapat.

Menurut Slamet (1994), ada tiga kepemimpinan yang mempengaruhi penyampaian usul/saran terkait eksistensi sebuah program yaitu:

1. Kepemimpinan yang bersifat koordinatif, yaitu kepemimpinan yang lebih memberikan kemungkinan kepada warga untuk lebih banyak berpartisipasi.

2. Kepemimpinan yang bersifat oligarcy, yaitu kepemimpinan dengan sifat terbatas, dimana keputusan-keputusan yang diambil bukan merupakan keputusan rakyat bersama, tetapi merupakan keputusan dari para oligarcy. Hal ini bukan merupakan kesalahan dari pimpinan tetapi memang keadaan masyarakat sendiri yang memberikan kemungkinan untuk terjadinya sistem ini

(37)

dicetuskan melalui rapat-rapat, tetapi rakyat sudah menyerahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan pimpinan setempat.

4.6.2 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan

[image:37.595.132.462.290.400.2]

Jawaban dari responden berkaitan dengan pertanyaan apakah ikut berpartisipasi pada tahap pembangunan sanitasi air bersih melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri di lingkungan mereka, total jawaban menunjukkan bahwa 81% masyarakat terlibat dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan sanitasi air bersih, selengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 4.17

Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan No Partisipasi Pada Tahap

Pelaksanaan

Jumlah Persen (%) 1. Ikut berpartisipasi 84 87,5 2. Tidak ikut berpartisipasi 12 12,5

Jumlah 96 96

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Bila dibandingkan dengan persentase partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan yaitu sebesar 83,3%, maka pada tahap pelaksanaan, partisipasi masyarakat semakin meningkat, terlihat dari banyaknya jumlah responden yang ikut berpartisipasi sebesar 87,5% atau 84 orang. Hal ini disebabkan oleh anggapan masyarakat yang menyatakan bahwa pada tahap perencanaan adalah urusan yang dominan dilakukan bagi yang warga yang dipilih atau duduk sebagai dewan kelurahan, namun dalam proses pelaksanaannya merupakan kerjasama yang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat di lingkungan tersebut.

(38)

lainnya. Untuk golongan perempuan, sumbangan keahlian dtunjukkan dengan kesediaan menjadi bendahara dalam mencatat dan mengutip iuran air setiap bulannya.

[image:38.595.136.461.392.522.2]

Berdasarkan hasil jawaban para responden, diketahui bahwa 54,2% responden memberikan sumbangan dalam bentuk tenaga, 2,1% dalam bentuk uang, 13,5% dalam bentuk pemberian tanah, dan 17,7% dalam bentuk keahlian.. Dari 84 responden tersebut, yang ikut perpartisipasi dalam bentuk uang hanya 2 responden seperti terlihat pada tabel, dan responden lain dalam bentuk yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya tanggapan dari warga bahwa pembangunan prasarana tersebut berasal dari dana yang diberikan pemerintah dan warga tidak perlu membayar apapun.

Tabel 4.18

Bentuk Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan

No Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan

Jumlah Persen (%)

1. Tenaga 52 54,2

2. Uang 2 2,1

3. Tanah 13 13,5

4. Keahlian 17 17,7

5. Tidak ikut berpartisipasi 12 12,5

Jumlah 96 100

Sumber: Hasil Analisis, 2015

(39)

4.6.3 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pengawasan

Dalam konsep partisipasi masyarakat, tidak hanya perencanaan dan pelaksanaan dalam pembangunan saja yang dilakukan oleh masyarakat, namun harus berlanjut ke proses pengawasan/monitoringnya. Sehingga dalam pembangunan infrastruktur, hasil yang diperoleh akan sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat. Kegiatan pada tahapan monitoring ini penting sekali untuk memandu apakah proyek tersebut sudah sesuai dengan model (blue print) yang telah ditetapkan (Soekartawi, 1990).

[image:39.595.129.464.438.521.2]

Jawaban dari responden berkaitan dengan keaktifan mereka dalam melakukan kegiatan pengawasan menunjukkan bahwa 85,4% responden aktif dan yang tidak aktif sebanyak 14,6%.

Tabel 4.19

Partisipasi Masyarakat PadaTahap Pengawasan

No Partisipasi Pada Tahap Pengawasan

Jumlah Persen (%) 1. Ikut berpartisipasi 82 85,4 2. Tidak ikut berpartisipasi 14 14,6

Jumlah 96 100

Sumber: Hasil Analisis, 2015

(40)
[image:40.595.136.458.262.389.2]

Pada tabel terlihat bahwa yang tidak aktif dalam tahap pengawasn beralasan bahwa pengawasan sudah bukan tugas wajib lagi, melainkan merupakan tugas pihak-pihak terkait yang biasanya dilakukan oleh tim proyek PNPM-MP itu sendiri. Sementara itu, bentuk partisipasi masyarakat dalam pengawasan pembangunan sanitasi air bersih dapat dilihat dalam Tabel 4.20

Tabel 4.20

Bentuk Partisipasi Responden Pada Tahap Pengawasan No Partisipasi Pada Tahap

Pengawasan

Jumlah Persen (%) 1. Kesesuaian bentuk prasarana

dengan rencana

14 14,6

2. Daya guna 25 26

3. Hasil guna 43 44,8

4. Tidak ikut berpartisipasi 14 14,6

Jumlah 96 100

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana yaitu 14,6%. Penentuan jenis atau bentuk prasarana dan lokasi didasarkan pada kebutuhan masyarakat yang dihimpun dan ditetapkan melalui sistem perkumpulan yang ada pada masyarakat. Angka itu menunjukkan bahwa masih ada beberapa hal yang menyebabkan masyarakat beranggapan bahwa bentuk prasarana tidak telalu sesuai dengan yang diinginkan. Namun, hal ini sepenuhnya disadari oleh masyarakat, bahwa dari banyaknya keinginan yang disampaikan masyarakat memang tidak semuanya dapat ditampung dan direalisasikan dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat Conyers (1994), yang menyatakan bahwa memang skala prioritas masyarakat mungkin saja sangat berbeda dari skala prioritas yang dimiliki oleh perencana itu sendiri.

(41)

4.7 Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Sanitasi Air Bersih Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rawang

Berdasarkan tabel-tabel di atas, diperoleh informasi bahwa, pendapat responden tentang tentang partisipasi masyarakat pada pembangunan sanitasi air bersih melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rawang, semua berada diatas 50%. Tingginya keikursertaan responden dalam pembangunan ini dikarenakaan bahwa infrastruktur yang dibangun atas dasar kebutuhan masyarakat yang sangat tinggi akan air bersih di desa mereka. Persentase partisipasi pada tahap perencanaan sebesar 83,3%, pada tahap pelaksanaan sebesar 87,5%, dan pada tahap pengawasan sebesar 85,4%.

Merujuk kepada pendapat Sherry Arnstein (1969), pada makalahnya yang termuat di Journal of the American Institute of Planners yang berjudul “A Ladder of Citizen

Participation”, bahwa terdapat delapan tangga tingkat partisipasi berdasarkan kadar kekuatan

(42)
[image:42.595.88.511.115.610.2]

Tabel 4.21

Pendapat Responden Tentang Pelaksanaan Program Oleh Pemerintah

No Pendapat Responden dalam Pembangunan Sanitasi Air Bersih

Responden Frekuensi % 1. Persetujuan Program

a. Ya b. Tidak 84 12 87,5 12,5 2. Perlakuan yang sama terhadap warga oleh pemerintah

pada saat rapat terkait program a. Ya b. Tidak 80 16 83,3 16,7 3. Mendapatkan informasi, tanpa pemberian kesempatan

dari pemerintah untuk bertanya atau memberikan saran terkait program a. Ya b. Tidak 81 15 84,4 15,6 4. Melakukan tanya jawab dengan pemerintah mengenai

program a. Ya b. Tidak 78 18 81,3 18,7 5. Pemberian saran terkait program

a. Ya b. Tidak 82 14 85,4 14,6 6. Negosiasi (tawar-menawar) mengenai program

a. Ya b. Tidak 63 33 65,6 34,4 7. Pemberian limpahan kewenangan dari pemerintah

untuk membuat keputusan dominan a. Ya b. Tidak 84 12 87,5 12,5 8. Pemberian kekuasaan penuh oleh pemerintah terkait

program a. Ya b. Tidak 83 13 86,5 13,5 Sumber: M.Rafik 2013, diolah

(43)

sebenarnya sudah berada pada tingkat yang cukup tinggi. Partisipasi masyarakat pada pembangunan sanitasi air bersih ini telah masuk ke dalam tingkat partnership. Seperti hasil yang terlihat pada tabel, pemerintah telah melakukan kerjasama yang baik dengan masyarakat. Pemerintah memperlakukan masyarakat selayaknya rekan kerja. Mereka bermitra dalam merancang dan mengimplementasi kebijakan publik. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh pihak PNPM Mandiri Perdesaan itu sendiri, yang mengatakan bahwa partisipasi masyarakat Kecamatan Rawang dalam pembangunan sanitasi air bersih di lingkungan mereka sangat baik, terlihat dari keikutsertaan dan respon positif mereka terhadap program pemerintah. Pihak masyarakat sangat koperatif untuk diajak bekerjasama. Oleh sebab itu, pembangunan dapat dilaksanakan secara transparan tanpa ada tekanan atau manipulasi dari pihak yang mempunyai kekuasaan, dan peranan yang paling penting adalah adanya suatu bentuk kerjasama yang baik sehingga program ini dapat diterima oleh seluruh pihak yang terlibat di dalamnya.

4.8 Analisis Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Bentuk Partisipasi Pada

Tahapan Pembangunan Sanitasi Air Bersih

Sebelum melakukan uji statistik tentang hubungan sosial ekonomi, maka akan dijelaskan terlebih dahulu perbandingan antara kondisi sosial ekonomi dengan tahapan-tahapan pembangunan sanitasi air bersih di Kecamatan Rawang.

4.8.1 Perbandingan Kondisi Sosial Ekonomi Responden pada Tahap Perencanaan

(44)
[image:44.595.93.504.167.287.2]

Tabel 4.22

Perbandingan Jenis Kelamin Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Perencanaan

No Bentuk Partisipasi Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. Aktif mengikuti pertemuan 32 10 42

2. Aktif menyampaikan usulan/saran 14 8 22 3. Terlibat dalam pengambilan

keputusan

10 6 16

4. Tidak memberikan pilihan 6 10 16

Jumlah 62 34 96

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa pada tahap perencanaan, laki-laki lebih mendominasi dibandingkan dengan perempuan. Terlihat dari masing-masing bentuk partisipasi yang ada, sebanyak 32 orang laki-laki aktif mengikuti pertemuan, 14 orang aktif menyampaikan usulan/saran, 10 orang terlibat dalam pengambilan keputusan, dan hanya 6 orang saja yang tidak memberikan pilihan. Sementara, sebanyak 10 orang perempuan aktif mengikuti pertemuan, 8 orang aktif menyampaikan usulan/saran, 6 orang terlibat dalam pengambilan keputusan, dan 10 orang yang tidak memberikan pilihan.

Tabel 4.23

Perbandingan Usia Responden

Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Perencanaan

No Bentuk Partisipasi

Usia

Jumlah < 20 21 – 30 31 – 40 41 - 50 > 50

1. Aktif mengikuti pertemuan - 12 15 9 6 42

2. Aktif menyampaikan

usulan/saran

- 3 8 6 5 22

3. Terlibat dalam pengambilan keputusan

- 4 7 2 3 16

4. Tidak memberikan pilihan - 4 5 4 3 16

Jumlah - 23 35 21 17 96

[image:44.595.68.526.580.729.2]
(45)
[image:45.595.71.528.368.536.2]

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang aktif mengikuti pertemuan di rentang usia 21-30 sebanyak 12 orang, usia 31-40 sebanyak 15 orang, usia 41-50 sebanyak 9 orang, dan usia >41-50 sebanyak 6 orang. Responden yang aktif menyampaikan usulan/saran di rentang usia 21-30 sebanyak 3 orang, usia 31-40 sebanyak 8 orang, usia 41-50 sebanyak 6 orang, dan usia >50 sebanyak 5 orang. Responden yang terlibat dalam pengambilan keputusan di rentang usia 21-30 sebanyak 4 orang, usia 31-40 sebanyak 7 orang, usia 41-50 sebanyak 2 orang, dan usia >50 sebanyak 3 orang. Rentang usia 31-40 tahun lebih mendominasi pada tahap perencanaan.

Tabel 4.24

Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Perencanaan

No Bentuk Partisipasi

Tingkat Pendidikan

Jumlah SD SMP SMA AK Sarjana

1. Aktif mengikuti pertemuan 8 8 16 3 7 42

2. Aktif menyampaikan

usulan/saran

4 5 6 3 4 22

3. Terlibat dalam pengambilan keputusan

2 1 10 1 2 16

4. Tidak memberikan pilihan 3 2 6 3 2 16

Jumlah 17 16 38 10 15 96

Sumber: Hasil Analisis, 2015

(46)
[image:46.595.93.505.233.371.2]

sarjana sebanyak 2 orang. Pada tahap perencanaan ini, responden yang lebih banyak berpartisipasi adalah yang berpendidikan SMA.

Tabel 4.25

Perbandingan Tingkat Penghasilan Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Perencanaan

No Bentuk Partisipasi Penghasilan Jumlah

< 1 juta 1 – 5 juta > 5 juta

1. Aktif mengikuti 18 21 3 42

2. Aktif menyampaikan

usulan/saran

8 12 2 22

3. Terlibat dalam pengambilan keputusan

5 10 1 16

4. Tidak memberikan pilihan 5 5 6 16

Jumlah 36 48 12 96

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang aktif mengikuti pertemuan yang mempunyai penghasilan <1 juta sebanyak 18 orang, 1-5 juta sebanyak 21 orang, >5 juta sebanyak 3 orang. Responden yang aktif menyampaikan usulan/saran mempunyai penghasilan <1 juta sebanyak 8 orang, 1-5 juta sebanyak 12 orang, >5 juta sebanyak 2 orang. Responden yang terlibat dalam pengambilan keputusan yang mempunyai penghasilan <1 juta sebanyak 5 orang, 1-5 juta sebanyak 10 orang, >5 juta sebanyak 1 orang Pada tahap perencanaan ini, responden yang lebih banyak berpartisipasi adalah yang mempunyai penghasilan 1-5 juta.

4.8.2 Perbandingan Kondisi Sosial Ekonomi Responden pada Tahap Pelaksanaan

(47)
[image:47.595.101.498.167.293.2]

Tabel 4.26

Perbandingan Jenis Kelamin Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan

No Bentuk Partisipasi Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Tenaga 40 12 52

2. Uang - 2 2

3. Tanah 10 3 13

4. Keahlian 5 12 17

5. Tidak memberikan pilihan 7 5 12

Jumlah 62 34 96

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa pada tahap pelaksanaan, laki-laki juga lebih mendominasi dibandingkan dengan perempuan. Terlihat dari jumlah laki-laki yang berpartisipasi melalui tenaga sebanyak 40 orang, sumbangan tanah sebanyak 10 orang, dan keahlian 5 orang. Sedangkan perempuan yang berpartisipasi melalui tenaga sebanyak 12 orang, uang sebanyak 2 orang, tanah sebanyak 3 orang, dan keahlian sebanyak 12 orang

Tabel 4.27

Perbandingan Usia Responden

Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan

No Bentuk Partisipasi

Usia

Jumlah < 20 21 – 30 31 – 40 41 - 50 > 50

1. Tenaga - 13 24 10 5 52

2. Uang - - 2 - - 2

3. Tanah - - - 5 8 13

4. Keahlian - 7 6 3 1 17

5. Tidak memberikan pilihan - 3 3 3 3 12

Jumlah - 23 35 21 17 96

Sumber: Hasil Analisis, 2015

[image:47.595.75.523.529.671.2]
(48)
[image:48.595.73.525.293.438.2]

uang hanya terdapat di rentang usia 31-40 sebanyak 2 orang. Responden yang berpartisipasi melalui tanah sebanyak 5 orang di rentang usia 41-50, dan 8 orang di usia >50. Responden yang berpartisipasi melalui keahlian di rentang usia 21-30 sebanyak 7 orang, usia 31-40 sebanyak 6 orang, usia 41-50 sebanyak 3 orang, dan usia >50 sebanyak 1 orang. Rentang usia 31-40 tahun juga lebih mendominasi pada tahap pelaksanaan.

Tabel 4.28

Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan

No Bentuk Partisipasi

Tingkat Pendidikan

Jumlah SD SMP SMA AK Sarjana

1. Tenaga 10 8 25 6 3 52

2. Uang - - 1 - 1 2

3. Tanah - - 5 1 7 13

4. Keahlian 4 5 4 2 2 17

5. Tidak memberikan pilihan 3 3 3 1 2 12

Jumlah 17 16 38 10 15 96

Sumber: Hasil Analisis, 2015

(49)
[image:49.595.93.507.142.285.2]

Tabel 4.29

Perbandingan Tingkat Penghasilan Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan

No Bentuk Partisipasi Penghasilan Jumlah

< 1 juta 1 – 5 juta > 5 juta

1. Tenaga 23 28 1 52

2. Uang - 2 - 2

3. Tanah - 6 7 13

4. Keahlian 9 8 - 17

5. Tidak memberikan pilihan 4 4 4 12

Jumlah 36 48 12 96

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang berpartisipasi melalui tenaga dengan penghasilan<1 juta sebanyak 23 orang, 1-5 juta sebanyak 28 orang, dan >5 juta sebanyak 1 orang. Responden yang berpartisipasi melalui uang hanya pada responden dengan penghasilan 1-5 juta sebanyak 2 orang. Responden yang berpartisipasi melalui tanah terdapat pada responden dengan penghasilan 1-5 juta sebanyak 6 orang, dan >5 juta sebanyak 7 orang. Responden yang berpartisipasi melalui keahlian dengan tingkat penghasilan >1 juta sebanyak 9 orang, dan 1-5 juta sebanyak 8 orang. Pada tahap ini, responden yang paling banyak berpartisipasi adalah responden dengan penghasilan 1-5 juta.

4.8.3 Perbandingan Kondisi Sosial Ekonomi Responden pada Tahap Pengawasan

(50)
[image:50.595.96.504.140.263.2]

Tabel 4.30

Perbandingan Jenis Kelamin Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pengawasan

No Bentuk Partisipasi Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan 1. Kesesuaian bentuk prasarana dengan

rencana yang ditetapkan

11 3 14

2. Daya guna 14 11 25

3. Hasil guna 28 15 43

4. Tidak memberikan pilihan 9 5 14

Jumlah 62 34 96

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa pada tahap pengawasan, laki-laki juga lebih mendominasi dibandingkan dengan perempuan. Terlihat dari jumlah laki-laki yang berpartisipasi dalam mengawasi kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana yang ditetapkan sebanyak 11 orang, daya guna sebanyak 14 orang, dan hasil guna sebanyak 28 orang. Sedangkan perempuan yang berpartisipasi dalam mengawasi kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana yang ditetapkan sebanyak 3 orang, daya guna sebanyak 11 orang, dan hasil guna sebanyak 5 orang.

Tabel 4.31

Perbandingan Usia Responden

Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pengawasn

No Bentuk Partisipasi

Usia

Jumlah < 20 21 – 30 31 – 40 41 - 50 > 50

1. Kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana

- 3 4 4 3 14

2. Daya guna - 4 10 5 6 25

3. Hasil guna - 12 17 10 4 43

4. Tidak memberikan pilihan - 4 4 2 4 14

Jumlah - 23 35 21 17 96

[image:50.595.73.525.582.712.2]
(51)
[image:51.595.70.526.345.493.2]

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang berpartisipasi melalui dalam mengawasi kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana yang ditetapkan di rentang usia 21-30 sebanyak 3 orang, usia 31-40 sebanyak 4 orang, usia 41-50 sebanyak 4 orang, dan usia >50 sebanyak 3 orang. Daya guna di rentang usia 21-30 sebanyak 4 orang, usia 31-40 sebanyak 10 orang, 41-50 sebanyak 5 orang, dan usia >50 sebanyak 6 orang. Hasil guna di rentang usia di rentang usia 21-30 sebanyak 12 orang, usia 31-40 sebanyak 17 orang, usia 41-50 sebanyak 10 orang, dan usia >41-50 sebanyak 4 orang.

Tabel 4.32

Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pengawasan

No Bentuk Partisipasi

Tingkat Pendidikan

Jumlah SD SMP SMA AK Sarjana

1. Kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana

1 - 8 3 2 14

2. Daya guna 3 1 15 2 4 25

3. Hasil guna 10 10 12 5 6 43

4. Tidak memberikan pilihan 3 5 3 - 3 14

Jumlah 17 16 38 10 15 96

Sumber: Hasil Analisis, 2015

(52)
[image:52.595.95.506.144.269.2]

Tabel 4.33

Perbandingan Tingkat Penghasilan Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pengawasan

No Bentuk Partisipasi Penghasilan Jumlah

< 1 juta 1 – 5 juta > 5 juta

1. Kesesuaian bentuk

prasarana dengan

3 9 2 14

2. Daya guna 8 14 3 25

3. Hasil guna 20 18 5 43

4. Tidak memberikan pilihan 5 7 2 14

Jumlah 36 48 12 96

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang berpartisipasi dalam mengawasi kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana yang ditetapkan pada penghasilan <1 juta sebanyak 3 orang, 1-5 juta sebanyak 9 orang, dan >5 juta sebanyak 2 orang. Daya guna, pada penghasilan <1 juta sebanyak 8 orang, 1-5 juta sebanyak 14 orang, dan >5 juta sebanyak 3 orang. Hasil guna, pada penghasilan <1 juta sebanyak 20 orang, 1-5 juta sebanyak 18 orang, dan >5 juta sebanyak 5 orang. Pada tahap ini, responden yang paling banyak berpartisipasi adalah responden dengan penghasilan 1-5 juta.

4.9 Analisis Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan

(53)

Berdasarkan rentang usia, dapat dilihat bahwa usia 31-40 tahun mendomina

Gambar

Tabel 4.10 Fasilitas Komunikasi di Kecamatan Rawang
Tabel 4.11
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh kenaikan pH cairan developer dengan penambahan antara NaOH dan Na2CO3 terhadap densitas citra

Cara yang efisien untuk memindahkan sampel dari jaring ke dalam botol yaitu pertama, melipat jaring yang berisi serangga secara langsung dan memasukkannya ke dalam “killing

[r]

Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ciri, sistem harga dan peranan bentuk pasar persaingan sempurna terhadap perekonomian

Although the VSfM cloud has a density which is less compared to the other two, it seems to have retained edges relatively better than the Photoscan point

Menyajikan hasil klasifikasi peralatan dan bahan yang digunakan dalam perakitan

(2012) attempted to identify the prominent descriptor among, LAI, canopy height, and plant water content (PWC) using ERS-2 SAR data, so that the vegetation effects

Pentingnya loyalitas pelanggan bagi perusahaan sudah tidak diragukan lagi, banyak perusahaan sangat berharap dapat mempertahankan pelanggannya dalam jangka panjang, bahkan