• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI KELAS III DI SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2009 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI KELAS III DI SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2009 2010"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI KELAS III DI SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh : LEGIYEM NIM X1907006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIFERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI KELAS III DI SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh : LEGIYEM NIM X1907006

Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Ditulis dan disajikan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIFERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

PENGESAHAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah dipertahankan dihadapan

TimPenguji Laporan Tindakan Kelas ( PTK ) Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi

pesyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Laporan PTK

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : ……….

Sekretaris : ……….

Anggota I : ……….

Anggota II : ……….

Disahkan oleh

Fakultas dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

U

Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah, M.Pd

(4)

commit to user

PERSETUJUAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing

U

Dr Riyadi, S.Pd,M.Si

NIP 19671016 199402 1 001

Surakarta,

Supervisor

U

Nur Kholiq,S.Pd.I

NIP 19570716 197911 1 003

(5)

commit to user

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI KELAS III DI SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh : Legiyem NIM. X1907006

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tetnang gerak benda menggunakan metode inkuiri di SD Negeri Somongari.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang dilakukan dengan desain putaran spiral, langkahnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri Somongari yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan tehnik kolaborasi. Pada setiap akhir siklus tindakan dilakukan diskusi dengan kolabolator untuk mengukur sejauh mana tingkat keaktifan siswa. Pelaksanaan tindakan siklus 1 diberikan pembelajaran IPA tentang gerak benda dengan menggunakan metode inkuiri. Pada siklus 2 guru melakukan modifikasi dengan menyediakan alat dan bahan yang merangsang siswa untuk lebih banyak melakukan kegiatan percobaan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tehnik observasi ( pengamatan ). Sebagai alat pengumpul data adalah lembar panduan observasi. Tehnik analisis data berupa analisis deskriftif kuantitatif dengan prosentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang gerak benda menggunakan metode inkuiri di SD Negeri Somongari, Purworejo. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan skor keaktifan siswa sebelum diberikan tindakan sebesar 199 ( 31,6 % ). Setelah diberi tindakan siklus 1 skor meningkat mulai dari pertemuan 1 yaitu 237 (37,3 % ), pertemuan II 266 ( 42,2 ), pertemuan III 297 ( 48,7 % ) Pada tindakan siklus 2 skor mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu mulai dari pertemuan I mencapai 392 ( 62,18 % ), pertemuan II 480 ( 76,14 % ), pertemuan III 522 ( 81, 23 % )

(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah membeikan taufik dan hidayahNya sehingga PTK dengan judul “Upaya

Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas III Dalam Pembelajaran IPA Tentang

Perubahan Sifat Benda Melalui Metode Inkuiri Di SDN Somongari Purworejo”

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa keberhasilan penyusunan

PTK ini tidak lepas dari adanya kerjasama dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh

karena itu bersamaan dengan penyekesaian PTK ini penulis mengucapkan terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi

ijin penelitian.

2. Bapak Drs H. Hadi Mulyono, M.Pd Pembimbing Akademik PJJ PGSD

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian

3. Bapak Dr. Riyadi, S.Pd,M.Pd selaku pembimbing I yang telah

memberikan arahan dan bimbingan sehingga PTK ini dapat penulis

selesaikan.

4. Ibu Dra Siti Istiyati, M.Pd selaku pembimbing II yang telah dengan sabar

membimbing penulis dalam pembuatan PTK ini.

5. Bapak Nur Kholiq, S.Pd.I Selaku Kepala Sekolah SD N Somongari yang

telah memberikan ijin lokasi penelitian.

6. Suami dan anak-anak tercinta yang tak henti-hentinya telah memberikan

dorongan kepada penulis dalam penyusunan PTK ini.

7. Semua pihak yang telah penulis sebutkan satu persatu yang juga telah ikut

memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap penyusunan PTK ini.

Penulis berdoa semoga bantuan dari bapak atau ibu berikan mendapat

pahala yang setimpal dari Allah SWT, Ammin. Akhirnya penulis berharap,

semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkenan

(7)

commit to user

Surakarta, Juni 2010

Penulis

Legiyem

(8)

commit to user

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ……… .5

C. Tujuan Penelitian ……… 6

D. Manfaat Hasil Penelitian ………. .6

E. Hipotesa Tindakan ……… 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori ………. .8

B. Temuan hasil Penelitian Yang Relevan ………22

C. Kerangka Berfikir ……….22

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….27

B. Subyek Penelitian ……… .27

C. Prosedur Penelitian ……….. 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian ……….42

(9)

commit to user

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.

A. Kesimpulan ………..71

B. Saran ………71

DAFTAR PUSTAKA

(10)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil Observasi Pra Tindakan ……….42

Tabel 2. Presentase Hasil Observasi Pra Tindakan ………...44

Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan I Siklus I … ……….. 45

Tabel 4. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan II Siklus I … ……… 47

Tabel 5. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan III Siklus I …………...48

Tabel 6. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I ………..50

Tabel 7. Presentase Hasil Peningkatan Siswa Siklus I ………. ………..51

Tabel 8. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan I Siklus II………52

Tabel 9. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan II Siklus II … ……… 54

Tabel 10. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan III Siklus II ……….56

Tabel 11. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus II………..58

Tabel 12. Presentase Hasil Peningkatan Siswa Siklus II ………59

Tabel 13. Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I dan II ……….60

(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir ………..25

(12)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Dengan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

di sekolah telah menuntut pembelajaran yang menekankan siswa bersikap

aktif, kreatif dan inovatif. Setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu yang

diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu setiap pelajaran selalu

dikaitkan dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat. Sikap

aktif, kreatif dan inovatif ini terwujud dengan menempatkan siswa sebagai

subyek pendidikan dan peran guru sebagai fasilitator bukan sumber utama

pembelajaran.

Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa

tidaklah mudah. Fakta yang terjadi di sekolah-sekolah adalah guru dianggap

sebagai sumber belajar yang paling benar, sehingga apa yang disampaikan

oleh guru didengarkan siswa tanpa ada komentar atau timbal balik bari siswa.

Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar

ceramah guru, komunikasi yang berlangsung hanya satu arah kemudian guru

menstranfer pengetahuan kepada siswa. Akibat proses belajar mengajar

cenderung membosankan siswa mengantuk, tidak bergairah dan malas berfikir

mandiri.

Proses pembelajaran yang berpusat pada guru ini menyebabkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran tidak berkembang secara optimal,

(13)

untuk menambah ilmunya dari sumber lain karena menganggap guru sebagai

satu-satunya sumber belajar.Siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan

potensi berfikirnya . Sikap anak didik yang pasif tersebut ternyata tidak hanya

terjadi pada mata pelajaran tertentu saja, tetapi hampir semua mata pelajaran

termasuk IPA.

Selama ini pembelajaran IPA di SD N Somongari lebih didominasi

oleh kegiatan guru dengan metode ceramah dan pemberian tugas kepada siswa

sedangkan siswa lebih banyak diam, mendengarkan penjelasan guru, mencatat

hal-hal penting dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebagian

siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPA hal ini disebabkan karena guru

yang masih menggunakan metode ceramah sehingga materi yang diajarkan

menjadi verbal atau hafalan. Siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif

mencari pemahamannya sendiri mengenai materi yang diajarkan.

Menurut Roestiyah N.K ( 2001 : 73 ), salah satu kelemahan

menggunakan metode ceramah jika diterapkan secara murni adalah tidak

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, akibatnya materi

tersebut menjadi kurang menarik dan siswa mengalami kesulitan dalam

memahami materi tersebut. Oleh karena itu penggunaan metode ceramah

harus dikurangi. Menurut John D. Latuheru ( Cecilia , 1995 : 3 ) “ bila anak

didik dalam menerima penyajian materi yang disajikan oleh guru hanya

dengan ceramah semata-mata maka sulit bagi mereka untuk mengingat dan

(14)

Kecenderungan pembelajaran IPA masa kini adalah pembelajaran

lebih terpusat pada guru yang didominasi oleh metode ceramah. Dalam belajar

IPA guru menyampaikan konsep-konsep IPA hanya sebatas produk

keilmuannya saja sedangkan siswa menghafal informasi faktual yang

disampaikan oleh guru. Siswa tidak diajak berpikir untuk menemukan konsep

tersebut, siswa hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru tanpa ikut

terlibat langsung dalam menemukan suatu konsep.

Menurut Suyitno ( 1995 : 112 ), “ belajar IPA tidak sekedar

menghafalkan konsep-konsep, teori-teori atau gejala-gejala. Belajar IPA harus

melibatkan unsur proses atau aktivitas baik mental maupun fisik agar siswa

memperoleh pengalaman–pengalaman nyata “.Dengan demikian mempelajari

IPA harus disertai dengan keaktifan atau proses mengalaminya agar siswa

memperoleh pengalaman-pengalaman dalam menemukan sendiri konsepnya.

Siswa kelas III SD N Somongari dalam pembelajaran IPA kurang

begitu dapat memahami konsep IPA. Keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran IPA masih rendah, hal ini terlihat pada siswa yang jarang

mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya

jika ada hal-hal yang belum jelas. Siswa dalam menjawab pertanyaan guru

juga masih rendah, dimana guru harus menunjuk siswa terlebih dahulu baru

siswa mau menjawab. Dalam mengerjakan tugas kelompok pada pembelajaran

IPA juga belum efektif, selama mengerjakan tugas kelompok hanya beberapa

siswa yang benar-benar aktif sedangkan siswa lainnya hanya melihat

(15)

masih kesulitan dalam melakukan percobaan. Hal ini dapat dilihat pada waktu

melakukan percobaan siswa masih bingung apa yang harus dilakukan, padahal

dalam kegiatan siswa sudah ada petunjuk dalam melakukan kegiatan.

Siswa SD N Somongari juga belum dapat memanfaatkan sumber

belajar yang ada disekitar mereka, siswa hanya mendapat informasi dari guru

saja tanpa ada usaha untuk mencari informasi dari sumber yang lain. Dengan

metode inkuiri yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran,

diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA

sehingga inkuiri dapat merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara

individu maupun kelompok. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti

tertarik untuk meneliti tentang peningkatan keaktifan siswa dalam

pembelajaran IPA menggunakan metode inkuiri di kelas III SD N Somongari

Purworejo.

Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat dilihat

masalah-masalah sebagai berikut :

1. Pengajaran IPA diberikan secara informatif ( guru sekedar menstranfer

iformasi dari buku ke siswa ) tanpa adanya timbal balik dari siswa.

2. Pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga keaktifan siswa dalam

pembelajaran IPA masih rendah.

3. Siswa jarang mengajukan pertanyaan apabila ada materi yang belum jelas.

4. Siswa masih malu dalam menjawab pertanyaan baik yang datangnya dari

(16)

5. Dalam mengerjakan tugas kelompok masih didominasi oleh siswa- siswa

tertentu.

6. Siswa belum dapat melakukan percobaan sendiri.

7. Siswa belum dapat memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada.

8. Diskusi kelompok masih belum dapat berjalan dengan lancar.

Mengingat permasalahan yang cukup komplek maka penelitian ini

dibatasi pada peningkatan keaktifan siswa kelas III pada pembelajaran IPA

tentang gerak benda dengan menggunakan metode inkuiri di SD N Somongari

Pueworejo.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya

1. Rumusan masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah maka dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah metode inkuiri dapat

meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA di kelas III SD N

Somongari?

2. Pemecahan masalah.

Dengan metode inkuiri dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa

tentang gerak benda pada mata pelajaran IPA di Kelas III SD N

(17)

C. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan rumusan masalah penelitian di atas maka

tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk meningkatkan

keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang gerak benda

dengan menggunakan metode inkuiri di SD N Somongari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Menambah khasanah pengetahuan dibidang metode-metode pembelajaran,

khususnya metode inkuiri dalam pelajaran IPA di Sekolah Dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru sebagai peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung

dalam menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di sekolah

dasar.

b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dijadikan dasar tolak ukur untuk

meningkatnya mutu sekolah.

c. Bagi guru, dilihat dari proses pembelajarannya dapat dipergunakan

sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif pembelajaran IPA

untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.

d. Bagi siswa, dapat mengembangkan ketrampilan proses IPA, siswa

memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam

(18)

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa kelas III

dalam pembelajaran IPA tentang gerak benda akan meningkat dengan

diterapkannya metode inkuiri di SD N Somongari, Purworejo. Setelah melihat

faktor penghambat pada tindakan siklus I, maka tindakan siklus II hipotesa

berubah menjadi keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang

gerak benda akan meningkat menggunakan metode inkuiri dengan

menyediakan alat dan bahan yang merangsang bagi siswa melakukan banyak

(19)

commit to user

berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin, selalu berusaha, bekerja atau

belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang

gemilang. Sedangkan keaktifan diartikan sebagai kegiatan, kesibukan.

Untuk dapat membuat belajar menjadi aktif, siswa hendaknya

mengerjakan banyak sekali tugas. Siswa perlu mendengar, melihat,

mengajukan pertanyaan, membahasnya dengan orang lain dan

menerapkannya. Dalam belajar aktif siswa harus gesit, menyenangkan,

bersemangat dan penuh gairah. Bahkan siswa sering meninggalkan tempat

duduk mereka, bergerak secara leluasa dan berfikir keras.

Menurut Dimyati dan Mudjono ( 2002 : 114 ) “ keaktifan siswa

dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari

kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit

diamati”. Aktivitas fisik yang dapat diamati adalah siswa giat aktif dengan

anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, membaca,

menulis, berdiskusi, mengerjakan tugas, mengumpulkan data,

memperagakan, mengukur, ia tidak hanya duduk dan melihat hanya pasif.

(20)

pelajaran sebelumnya, menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam

memecahkan masalah yang dihadapinya dan membandingkan suatu

konsep dengan konsep lain.

Seperti pendapat Heinz Kock ( 1995 : 65 ) bahwa murid tidak akan

belajar secara aktif, jika ia berperan sebagai pendengar saja. Guru yang

mengajar dengan metode ceramah saja, akan membuat murid menjadi

pasif. Untuk belajar secara aktif maka murid harus bekerja sendiri,

misalnya :

a. Ia harus mencari jalan untuk memecahkan masalah sendiri.

b. Ia harus menjawab pertanyaan.

c. Ia harus belajar bertanya.

d. Ia harus mengambil keterangan dari buku.

e. Ia harus dapat mendiskusikan suatu hal dengan temannya.

f. Ia harus dapat melakukan percobaan sendiri.

g. Ia harus merasa bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya

h. dan lain-lain.

Menurut Wina Sanjaya ( 2006 : 140 ) salah satu hal yang dapat kita

lakukan untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran memiliki

kadar keaktifan yang tinggi, sedang dan rendah dapat ditandai dari sejauh

mana keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran berikut ini :

a. Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional

(21)

tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap

tugas yang diberikan sesuai waktu yang telah ditentukan.

b. Siswa belajar secara langsung, dimana konsep dan prinsip diberikan

melalui pengalaman nyata seperti : meraba, merasakan, melakukan

sendiri.

c. Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan sumber belajar

yang ada.

d. Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa, seperti

menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan

masalah yang diajukan.

e. Terjadi interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau

guru dengan siswa.

Jika berbagai macam aktivitas tersebut dilaksanakan di sekolah

akan menjadikan siswa giat belajar, aktif, tidak mengantuk, tidak

membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang

optimal. Masing-masing jenis aktivitas itu memiliki kadar atau bobot

keaktifan sendiri tergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai

dalam kegiatan belajar mengajar.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

keaktifan siswa adalah segala kegiatan yang mengarah pada keterlibatan

siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dalam

mengikuti proses belajar mengajar ditandai dengan seringnya siswa

(22)

mengerjakan tugas kelompok, melakukan percobaan, mencari informasi

dari sumber belajar yang ada dan diskusi kelompok.

Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman

pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan

merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa.

Menurut Rousseau (Ardiman, 2006: 96), pengetahuan itu harus diperoleh

dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri

dengan bekerja sendiri. Ini menunjukan bahwa setiap siswa yang belajar

harus aktif sendiri. Jadi pengetahuan akan bermakna manakala dicari dan

ditemukan sendiri oleh siswa. Sedangkan mengajar merupakan upaya

menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan

melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget

(My life, 2007: 9)ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu :

a. Siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna.

b. Cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi

dengan objek yang konkrit.

c. Belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi.

d. Interaksi sosial dari kerjasama harus diberi peranan penting dalam

kelas.

Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam

proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya

sendiri sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif

(23)

harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan objek yang nyata. Jadi

belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dan karena sekolah merupakan

sebuah miniatur dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran harus

terjadi saling kerjasama dan interaksi antar berbagai komponen yang

terbaik. Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktifitas sejati,

dimana siswa belajar dengan mengalami sendiri pengetahuan yang dia

pelajari.

Conny S, dkk (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis, 1992: 34)

menyarankan ada dua hal yang harus dilakukan oleh guru dalam

mengaktifkan siswa, yaitu :

a) Guru hendak membuat pelajaran itu menantang, merangsang daya

cipta untuk menemukan serta pelajaran itu harus mengesankan.

b) Guru hendaknya selalu menggunakan prinsip-prinsip belajar yaitu

prinsip motivasi, prinsip keterkaitan, prinsip pengarahan, prinsip

sosialisasi, prinsip belajar melalui perbuatan, prinsip belajar dengan

memperhatikan perbedaan individu, prinsip belajar menemukan,

prinsip belajar memecahkan masalah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jika guru menghendaki

siswa aktif dala belajar, seharusnya guru menjadikan pembelajaran itu

sebagai suatu kegiatan yang menantang, meragsang daya cipta untuk

menemukan, serta mengesankan. Untuk sampai kearah itu setiap guru

(24)

motivasi, belajar sambil bekerja, menemukan dan memecahkan masalah.

Tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan

situasi yang menggiring anak untuk bertanya, mengamati, melakukan

eksperimen dan menemukan konsep serta fakta sendiri. Yang dimaksud

prinsip menemukan disini adalah untuk memahami suatu konsep siswa

tidak diberitahu guru tetapi guru memberi peluang agar siswa dapat

memperoleh sendiri pengertian-pengertian itu.

2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

a. Pengertian Pembelajaran IPA

Menurut Rochman Natawijaya dan Moein Moesa (1992: 23),

“pembelajaran adalah upaya pembimbing terhadap siswa agar siswa itu

secara sadar dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memperoleh

hasil belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan

siswa yanag bersangkutan”.

Sedangkan Robert W. Gagne (1977) merumuskan bahwa

pembelajaran adalah upaya membuat individu belajar.

Dari dua pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah upaya membimbing dan membuat siswa agar

siswa sadar dan terarah untuk belajar dan memperoleh hasil belajar

yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan siswa.

Pengertian belajar menurut Slameto (2003 :2) belajar menurut

(25)

tingkah laku sebagai hasil dari intens dengan lingkungannya yang

mempengaruhi kebutuhan hidupnya. Maka lebih jelasnya belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebgai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Pendapat Moh Amien (Siti Mubassaroh. 2001: 25), “IPA

adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan

menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi”. Dari

beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa IPA adalah

kumpulan pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang

sistematis untuk mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan

alam semesta melalui observasi dan eksperimen. Sistematis (teratur)

artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri

sendiri antara segala alam yang satu dengan gejala alam yang lain

saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan

satu kesatuan yang utuh. Hasil observasi dan eksperimen yang telah

dilakukan sebelumnya menjadi bekal bagi observasi dan eksperimen

selanjutnya, sehingga memungkinkan suatu ilmu pengetahuan tersebut

akan terus berkembang.

Menurut penelitian Suyitno (1995:111),”Pembelajaran IPA

bagi siswa adalah mengajak siswa menggungkapkan gejala-gejala dan

(26)

para peneliti dan tidak sekedar menstransfer pengetahuan secara

informatif”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA

adalah mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan

gejala-gejala dan persoalan alam semesta melalui hasil observasi dan

eksperimen. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian

pengalaman langsung pembelajaran terutama melalui kegiatan

menemukan, sedangkan guru yang semula bertindak sebagai sumber

belajar beralih fungsi menjadi seorang fasilitator kegiatan

pembelajaran yang berperan mengarahkan (membimbing) siswa untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar atau

menemukan sendiri konsep-konsep yang sedang dipelajari.

b. Materi Pengajaran IPA Kelas III Sekolah Dasar.

Sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun

2006, materi pembelajaran IPA UkelasU III tahun pelajaran 2009 / 2010

sekolah dasar adalah sebagai berikut :

1) Mahkluk hidup dan proses kehidupan.

2) Lingkungan.

3) Ciri-ciri dan kebutuhan mahkluk hidup.

4) Energi.

5) Benda dan sifatnya.

6) Gerak Benda.

(27)

8) Kenampakan permukaan bumi.

c. Pengajaran IPA di Sekolah Dasar.

Menurut Usman Samatowa ( 2006 : 3 ), ada beberapa alasan

mengapa IPA perlu diajarkan di sekolah dasar yaitu bila IPA diajarkan

menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran

yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir kritis.

Misalnya IPA diajarkan dengan menggunakan metode “ menemukan

sendiri” atau inkuiri berarti anak diminta untuk berpikir kritis mencari

dan menyelidiki suatu masalah sendiri. Dan bila IPA diajarkan melalui

percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA

tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka akan

tetapi merupakan serangkaian proses.

Jeulius dan Whitfeld (Siti Mubassaroh, 2001 : 26) berpendapat

bahwa IPA merupakan pendidikan sains yang memandang sains adalah

kegiatan menemukan dan memecahkan masalah obyek dialam, maka

belajar IPA harus dilakukan melalui kegiatan mengamati,menemukan,

dan memecahkan masalah-masalah yang ada dialam. Hal ini membawa

konsekwensi dalam kegiatan IPA hendaknya lebih bermakna sehingga

dapat terlibat aktif baik mental maupun intelektual.

Berdasarkan pendapat diatas pada dasarnya IPA dapat

dilakukan melalui beberapa kegiatan antara lain mengamati,

menemukan, dan memecahkan masalah yang ada di alam. Aktifitas

(28)

masalah menjadi hal yang utama dalam pembelajaran IPA. Dengan

berbagai aktifitas nyata dengan alam ini, anak akan dihadapkan

langsung pada fenomena yang akan dipelajari. Dengan demikian

aktifitas itu memungkinkan terjadinya proses belajar yang aktif.

3. Metode Inkuiri

a. Pengertian Metode Inkuiri

Menurut W. Gulo (2002: 84),”inkuiri berarti pertanyaan,atau

pemeriksaan, penyelidikan”. Sedangkan menurut Webster’s Collegiate Dictionary(Srini M. Iskandar, 2001: 70),”kata inkuiri(inquiri) berarti pertanyaan atau penyelidikan “. Piaget (Mulyasa, 2005: 10)

memberikan definisi metode inkuiri sebagai ”pendidikan yang

mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri,

mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan

yang mereka ajukan”.

Menurut Lilis Setiawati (1993: 109),”inkuiri adalah cara

menyampaikan pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat

mencari secara kritis, analisis dan argumentasi (ilmiah) dengan

menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan”.

Menurut Suroso (2002: 94),”model belajar inkuiri merupakan

bentuk belajar yang meliputi aktifitas bertanya, mencari informasi, dan

(29)

siswa. Sedangkan menurut Utami Munandar (1992: 84),”metode

inkuiri berarti mengajukan pertanyaan,menyelidiki”.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 194),”pembelajaran inkuiri

adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses

berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”.

b. Tujuan Metode Inkuiri

Menurut Moedjiono & Moh. Dimyati (1993: 87),tujuan

pemakaian metode inkuiri adalah :

1. Meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh

dan memproses perolehan belajar.

2. Mengarahkan para siswa untuk belajar seumur hidup.

3. Mengurangi ketergantungan pada guru sebagai satu-satunya

sumber informasi yang diperlukan oleh para siswa.

4. Melatih para siswa mengeksploitasi atau memanfaatkan

lingkungannya sebagai sumber infirmasi yang tidak akan pernah

tuntas digali.

c. Karakteristik Metode Inkuiri

Menurut Kuslan dan Stone (Srini M. Iskandar, 2001: 70) bahwa

metode inkuiri mempunyai karakteristik :

a. Menggunakan ketrampilan-ketrampilan IPA.

(30)

c. Murid-murid bersemangat sekali untuk menemukan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.

d. Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan seperti

mengapa, bagaimana.

e. Hipotesis dirumuskan oleh murid-murid.

f. Murid-murid mengusulkan cara-cara mengumpulkan

data,melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca,

dan menggunakan sumber-sumber lain.

g. Semua usul dinilai bersama,bisa ditentukan pula asumsi-asumsi,

keterlibatan-keterlibatan dan kesukaran-kesukaran.

h. Murid-murid melakukan penelitian,secara individu atau kelompok,

(31)

d. Langkah-langkah Pengajaran dengan metode Inkuiri

Menurut Noehi Nasution dan Ketut Budiastra (1998 : 5.10 )

langkah-langkah pengajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai

berikut:

a. Siswa dibuat kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima siswa.

b. Guru mengajukan permasalahan dalam bentuk hipotesis atau

pertanyaan.

c. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya

hipotesis, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai

keterangan yang sesuai dengan masalah yang dikaji, informasi

diperoleh dengan jalan mengamati obyeknya, mencoba sendiri atau

melakukan percobaan.

d. Keterangan-keterangan yang terkumpul dari hasil percobaan

kemudian diolah.

e. Dari hasil percobaan data tadi nantinya akan diperoleh jawaban

dari masalah diatas, kemudian ditarik kesimpulan umum.

Proses belajar melalui metode inkuiri dimulai dengan

menghadapkan siswa pada berbagai masalah yang merangsang.

Dengan siswa menghadapi masalah yang sulit maka akan terdorong

baginya untuk menanyakan sesuatu sehubungan dengan masalah yang

dihadapi dan aktif mencari dan menemukan jalan keluar dari masalah

yang dihadapi tersebut. Metode inkuiri merupakan metode yang

(32)

mendapatkan jawaban tersebut perlu dipecahkan melalui percobaan

dan ditemukannya hasil berupa konsep dan prinsip ilmiah.

Dari uraian diatas metode inkuiri merupakan suatu cara untuk

mengembangkan cara belajar siswa aktif karena metode inkuiri ini

menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan

menemukan prinsip-prinsip IPA. Dalam pembelajaran siswa tidak

hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru

secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan dan

menyelidiki sendiri inti dari materi IPA itu sendiri, sehingga hasil yang

diperoleh akan sulit dilupakan oleh siswa. Berbagai aktifitas tersebut

memungkinkan terjadinya proses belajar aktif.

Metode inkuiri mendambakan aktifitas siswa untuk

memperoleh dan mengelola informasi sampai menemukan

prinsip-prinsip IPA. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber misalnya

dari observasi, eksperimen, nara sumber di luar sekolah dan alam

sekitar. Dalam metode ini tidak berarti guru pasif atau tidak aktif

dalam pembelajaran, tetapi guru bertindak sebagai fasilitatordan

organisator. Jadi konsep belajar mwetode inkuiri guru tidak

memberitahukan prinsip-prinsip IPA tetapi membimbing dan

mengarahkan siswa agar menemukan sendiri prinsip-prinsip IPA itu

(33)

B. Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan.

1) Penelitian yang dilakukan oleh Elvina Ana pada tahun 2009 dengan

judul “Upaya Penggunaan Metode Penemuan Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berfikir Siswa Dalam Mata Pelajaran IPA Kelas VI Di SD N

Karanggeneng 1 Boyolali ”. Penelitian ini bertujuan meningkatkan berfikir

siswa dalam mata pelajaran IPA kelas VI SD N Karanggeneng dan mengetahui

cara yang tepat dalam menggunakan metode penemuan untuk meningkatkan

kemampuan berfikir siswa dalam mata pelajaran IPA Kelas VI Di SD N

Karanggeneng 1 Boyolali

2) Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Fitria Nurul Khasanah

pada tahun 2009 dengan judul “ Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas

III Dalam Pembelajaran IPA Tentang Perubahan Sifat Benda Melalui Metode

Inkuiri Di SD N Gergunung Klaten.Dengan hasil Keaktifan siswa Kelas III dapat

meningkat setelah diterapkannya metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD N

Gergunung Klaten.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam

sekitar secara sistematis, sehingga belajar IPA bukan hanya menguasai

kumpulan pengetahuan yang berupa prinsip-prinsip atau konsep-konsep saja

akan tetapi merupakan suatu proses atau aktifitas baik mental maupun fisik

agar siswa memperoleh pengalaman-pengalaman secara nyata. Aktifitas siswa

melalui pengalaman nyata dengan alam menjadi hal yang utama dalam

(34)

keaktifan atau proses mengalaminya agar siswa memperoleh pengalaman

dalam menemukan sendiri prinsip-prinsip tersebut.

Akan tetapi kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa para guru

mengartikan IPA hanya sebatas produk keilmuan saja. Pembelajaran IPA

dikelas lebih banyak didominasi oleh kegiatan guru dengan metode ceramah.

Akibatnya proses pembelajaran menjadi tidak komunikatif karena siswa hanya

mendengar ceramah dari guru. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran IPA masih tergolong kategori rendah, hal ini terlihat masih

jarang siswa yang mengajukan pertanyaan. Keaktifan siswa dalam

mengerjakan tugas kelompok dan diskusi kelompok juga belum berjalan

dengan lancar. Siswa juga belum memanfaatkan sumber belajar yang ada dan

partisipasi siswa dalam melakukan percobaan juga masih rendah. Sehingga

dalam mengikuti pembelajaran IPA siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif

mencari pemahamannya sendiri mengenai materi yang diajarkan

Proses pembelajaran akan lebih aktif apabila guru menggunakan metode

pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang dapat melibatkan siswa

secara aktif dalam proses pembelajaran serta melakukan kegiatan siswa dalam

proses penemuan adalah metode inkuiri. Metode inkuiri memberi kesempatan

kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam berbagai aktifitas yang

disusun sendiri untuk menemukan konsep-konsep IPA. Metode inkuiri

didalamnya terdapat kegiatan seperti mengajukan pertanyaan, merumuskan

hipotesis, menguji hipotesis melalui percobaan, mengumpulkan data dan

(35)

karakteristik IPA. Sehingga pembelajaran IPA dengan menggunakan metode

inkuiri benar-benar memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif.

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat

(36)
(37)

Gambar diatas menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keaktifan dan hasil belajar

siswa. Metode inkuiri juga dapat meningkatkan proses pembelajaran, sebagai

contoh ketika tanpa menggunakan metode inkuiri dimana siswa hanya datang,

duduk, catat, dan hafal, seolah-olah pembelajaran hanya oleh guru saja tetapi

setelah menggunakan metode inkuiri antara guru dan siswa sama-sama dalam

(38)

commit to user

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD N Somongari,

Kabupaten Purworejo pada minggu ke I dan minggu ke II pada bulan

Pebruari 2010. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan sebanyak 2 ( dua )

siklus, setiap siklusnya 6 X 35 menit ( 3 X pertemuan ). Selama

pelaksanaan penelitian, untuk mengamati proses pembelajaran, dan

membantu pengumpulan data peneliti dibantu oleh 1 orang observer teman

sejawat di SD N Somongari, Kabupaten Purworejo.

B. Subyek penelitian

Siswa kelas III SD N Somongari Kabupaten Purworejo yang

berjumlah 21siswa, dan guru kelas III sekaligus sebagai peneliti, dengan

mata pelajaran IPA materi pokok Gerak Benda.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan pusat

penekanan pada upaya penyempurnaan dan peningkatan kualitas

proses serta praktek pembelajaran. Penelitian ini lebih menfokuskan pada

penggunaan metode pembelajaran inkuiri sebagai upaya untuk

meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas

III SD N Somongari kabupaten Purworejo dalam kegiatan yang berbentuk

(39)

diadaptasi dari Hopkins (1993) dalam Supardi (2006). Setiap siklus

prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan terdiri

dari empat komponen kegiatan pokok yaitu : perencanaan (planning)

tindakan (acting), pengamatan (observing), Refleksi (reflecting). Yang

pada pelaksanaannya keempat komponen kegiatan pokok ini berlangsung

secara terus menerus dengan diselipkan modifikasi pada komponen

perencanaan berupa perbaikan perencanaan.

Keempat komponen kegiatan pokok ini dari sebuah siklus dalam

penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai sebuah spiral penelitian

seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 2 Spiral Penelitian Tindakan Kelas

Bagan diatas menunjukkan bahwa langkah yang pertama adalah

planing / persiapan, yang kedua adalah perlakuan dasar pengamatan.

(40)

sudah terjadi. Dari terselesainya satu siklus lalu disusun sebuah rencana

yang akan digunakan untuk siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil

refleksi siklus sebelumya sampai tercapainya target yang diinginkan.

Jangka waktu setiap siklus sangat tergantung pada keadaan yang terjadi

dilapangan.

Sebelum melakukan tindakan penelitian melakukan penjajagan

sebagai dasar untuk mengetahui kondisi awal siswa kelas II SD Negeri

Somongari , Kabupaten Purworejo tentang keaktifan siswa. Selanjutnya

melaksanakan tindakan yang direncanakan dalam siklus – siklus sebagai

berikut:

a. Siklus 1

1. Perencanaan

Setelah diperoleh gambaran tentang keadaan kelas seperti

perhatian, aktivitas siswa, sikap siswa, alat peraga dan sumber

yang digunakan dalam pembelajaran IPA maka peneliti merancang

tindakan yang akan digunakan untuk meningkatkan keaktifan

siswa dalam mata pelajaran IPA. Adapun persiapan pelaksanaan

pembelajaran meliputi :

a. Menentukan jadwal penelitian.

b. Penentuan pembatasan materi.

c. Menyusun RPP sesuai tahapan-tahapan inkuiri

untuk materi yang akan dibahas

(41)

dibahas.

e. Menyusun instrumen penelitian yang berupa panduan

observasi untuk mengamati keaktifan siswa dalam pembe

lajaran IPA dengan metode inkuiri dan panduan angket

untuk mengetahui respon siswa setelah pembelajaran

IPA.

f. Menyiapkan sumber belajar yang akan digunakan.

g. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

h. Membentuk kelompok belajar.

2. Pelaksanaan tindakan

Hipotesa pada penelitian ini adalah keaktifan siswa kelas III dalam

pembelajaran IPA tentang gerak benda akan meningkat dengan

diterapkannya metode inkuiri di SD Negeri Somongari, Purworejo.

a. Persiapan

Adapun persiapan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA

dengan metode inkuiri meliputi :

1)Materi yang akan diberikan tentang gerak benda dengan indicator

- Mengindentifikasi gerak benda.

- Mengindentifikasi berat ringan mempengaruhi gerak benda

- Mengindentifikasi bentuk benda mempengaruhi gerak benda.

2). Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai tahapan-

(42)

3)Menyiapkan lembaran kegiatan sesuai dengan materi yang akan

diberikan.

4) Menyiapkan alat yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan

5) Menyiapkan sumber belajar yang akan digunakan seperti buku IPA

Tematik kelas III SD / MI, Intan Pariwara , tahun 2006 dan buku Sains Kelas

III, Erlangga, tahun 2006

6) Menyiapkan panduan lembaran observasi untuk mengamati keaktifan

siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.

b. Pelaksanaan

Sebelum guru menyampaikan tujuan pembelajaran, terlebih dahulu

menjelaskan kepada siswa tentang metode pembelajaran yang akan

diterapkan, kemudian menyampaikan tata cara siswa melakukan

kegiatandalam pembelajaran IPA melalui metode inkuiri.

Pada pertemuan I pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode

inkuiri diawali dengan beberapa siswa ke depan untuk melaksanakan

percobaan meletakkan kelereng pada papan yang miring dan dan sampai

jatuh ketanah serta setelah siswa menjawab berdasarkan pengetahuan

siswa sendiri, guru tidak bolemenyalahkan ataupun membenarkan terlebih

dahulu. Guru menampung semua jawaban siswa. Guru menggali

pengetahuan awal siswa dengan melontarkan pertanyaan pancingan yang

mengarahkan siswa ke materi yang akan dipelajari.

Memasuki kegiatan inti siswa dibentuk kelompok belajar, tiap

(43)

kelompok . masalah dilontarkan dalam bentuk pertanyaan tentang gerak

benda akibat bola diletakkan pada papan yang miring yang dituangkan

dalamlembar kegiatan. Untuk menemukan jawaban, siswa mencari

informasi dari sumber belajar yang sudah disediakan. Kemudian siswa

berdiskusi kelompok tentang masalah yang dilontarkan.Selama diskusi

berlangsung, guru memantau kerja masing-masing kelompok atau

membantu siswa yang mengalami kesulitan. Setelah mereka berdiskusi

dan menemukan jawaban, siswa menuliskan hipotesis dalam lembar

kegiatan yang sudah dibagikan.

Kegiatan berikurtnya adalah melakukan percobaan untuk

membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditulis oleh siswa. Siswa

bekerja mengikuti petunjuk dan langkah kerja yang ada dalam lembaran

kegiatan. Kegiatan siswa dimulai dengan meletakkan papan diatas meja

yang diberi kardus dibawah papan agar papan tersebut dalam posisi

miring.Letakkan bola pada papan yang lebih tinggi ditahan dengan

penggaris, setelah bola dalam posisi tenang maka penggaris tersebut

diangkat siswa mengamati apa yang terjadi pada bola tersebut. Kemudian

guru mengajukan pertanyaan gerak apa yang bisa diamati pada bola?

Mengapa demikian? Siswa mencatat hasil pengamatannya kedalam lembar

kegiatan.

Setelah siswa melakukan percobaan selanjutnya adalah

mengerjakan tugas berupa menjawab pertanyaan yang ada hubungannya

(44)

Kegiatan selanjutnya adalah mempresentasikan hasil kerja siswa

.Beberapa kelompok maju untuk membacakan hasil kerja mereka, sedang

kelompok yang lain memberi tanggapan atau pendapat jika terjadi

perbedaan pendapat atau jawaban.

Kegiatan selanjutnya merumuskan kesimpulan, siswa berdiskusi

kelompok merumuskan kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan.

Kegiatan tersebut diatas dilaksanakan sampai 3kali pertemuan sesuai

dengan indikatornya.

3. Pengamatan

Peneliti bersama guru pengamat melakukan pengamatan

dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir pembelajaran.

Pengamatan dilakukan untuk mengamati keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran IPA melalui metode inkuiri.

Berdasarkan hasil pengamatan pada saat berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar, pada awal tindakan siklus 1 siswa

masih enggan untuk menjawab pertanyaan. Hanya sebagian

siswa yang aktif menjawab pertanyaan yang datangnya dari

guru maupun dari siswa. Keaktifan siswa dalam mengajukan

pertanyaan juga masih tergolong rendah, karena hanya

sebagian kecil siswa yang mengajukan pertanyaan padahal guru

sudah memberi kesemapatan dan sering meminta siswa untuk

(45)

Alat dan bahan yang digunakan siswa untuk melakukan

percobaan belum dapat mengaktifkan siswa secara optimal. Hal

ini terjadi karena alat dan bahan yang disediakan belum

merangsang siswa untuk melakukan banyak kegiatan. Selama

melakukan percobaan sebagian siswa sudah terlibat untuk

melakukan kegiatan, tetapi ada juga siswa yang hanya melihat

temannya melakukan percobaan. Berdasarkan pengamatan

yang dilakukan selama siswa melakukan percobaan,

sebenarnya siswa cukup aktif hanya saja alat yang disediakan

belum merangsang siswa untuk melakukan percobaan. Selama

siswa melakukan percobaan terlihat siswa sangat senang

meskipun masih malu dan takut untuk melakukan percobaan,

hal ini tejadi mungkin karena siswa belum terbiasa melakukan

percobaan.

Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran siswa

belum dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada. Siswa

masih tergantung dengan guru sebagai satu-satunya sumber

informasi. Siswa akan mencari informasi dari buku jika sudah

diperintah oleh guru. Selama diskusi kelompok siswa belum

dapat berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Hal

ini terjadi karena siswa masih bersifat individual dan belum

(46)

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung ada beberapa

siswa yang bertanya tentang lembar kegiatan. Siswa masih

belum mengerti benar dengan lembar kegiatan yang dihadapi.

Siswa belum dapat bekerja sesuai petunjuk yang ada dalam

lembar kegiatan. Untuk itu masih perlu adanya bimbingan dari

guru. Pada kegiatan merumuskan kesimulan terlihat siswa

masih kesulitan dalam merumuskan kesimpulan, sehingga

perlu adanya bimbingan dari guru.

4. Refleksi

Refleksi pada siklus I bertujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam hal ini

peneliti melakukan evaluasi terhadap beberapa tindakan yang telah

ditetapkan untuk diperbaiki pada tindakan berikutnya. Berdasarkan

hasil observasi siklus I diperoleh beberapa hal yang harus

dievaluasi pada tindakan selanjutnya agar pelaksanaan

pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri dapat

meningkat.

Masalah-masalah yang muncul pada siklus 1 antara lain :

1) Siswa masih enggan untuk bertanya.

2) Siswa masih takut menjawab pertanyaan, hanya beberapa siswa

yang berani menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru maupun

(47)

3) Diskusi belum dapat berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari

beberapa siswa yang masih belum mampu berinteraksi dengan

teman lain dalam satu kelompok. Hal ini terjadi karena siswa

masih bersifat individual.

4) Siswa masih belum paham benar dengan lembar kegiatan yang

dihadapi.

5) Siswa masih malu-malu dan takut untuk melakukan percobaan.

6) Siswa masih mengalami kesulitan dalam mengambil kesimpulan

atau merumuskan kesimpulan dari hasil pengamatan terhadap

obyek.

7) Peralatan yang didediakan oleh guru belum merangsang siswa

untuk melakukan banyak kegiatan.

8) Hanya beberapa siswa yang aktif mencari informasi dari sumber

yang ada.

B. Siklus 2

a. Perencanaan.

Rencana tindakan pada siklus 2 ini hampir sama dengan

perencanaan pada siklus 1. Dimana pelaksanaan tindakan siklus 2

dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus 1. Kendala

yang dihadapi pada pelaksanaan tindakan siklus 1 diupayakan untuk

diantisipasi. Berdasarkan refleksi tindakan siklus 1 maka rencana tindakan

siklus 2 adalah menyiapkan alat yang merangsang siswa untuk melakukan

(48)

b. Pelaksanaan

Pel;aksanaan pembelajaran IPA dengan metode inkuiri diawali

dengan beberapa siswa maju kedepan untuk menggelindingkan benda

yang bulat diatas papan miring.. Kemudian guru mengajukan beberapa

pertanyaan kepada siswa “apa yang tejadi pada bola yang bulat yang kamu

gelindingkan tesebut.. Apakah bola tersebut menggelinding dengan lancar?

Guru membiarkan siswa menjawab berdasarkan pengetahuan mereka

sendiri, guru menampung semua jawaban dari siswa.

Memasuki kegiatan inti, lembaran kegiatan dibagikan kepada

masing-masing kelompok. Masalah dilontarkan dalam bentuk pertanyaan

tentang gerak benda pada siklus 2 pertemuan 1 membahas tentang

permukaan benda mempengaruhi gerak benda, pertemuan 2 tentang

permukaan lintasan mempengaruhi gerak benda dan pada pertemuan 3

tentang kegunaan gerak benda?Untuk menjawab masalah terebut siswa

berdiskusi dengan teman satu kelompok dan mencari informasi dari buku

yang sudah disediakan.

Kegiatan selanjutnya adalah melakukan percobaan untuk

membuktikan benar tidaknya jawaban siswa. Dimeja masing-masing

sudah disediakan alat untuk percobaan. Pada tindakan siklus 2 ini alat

yang disediakan lebih banyak merangsang siswa untuk melakukan

percobaan, tujuannya agar masing-masing siswa aktif dengan alat yang

ada. Siswa membaca petunjuk dan langkah-langkah kerja yang ada dalam

(49)

sedikit dikurangi, tujuannya agar siswa aktif mencari informasi sendiri

bersama kelompoknya.

Setelah siswa melakukan percobaan edan mengumpulkan

keterangan –keterangan yang sesuai dengan masalah yang dikaji, kegiatan

selanjutnya adalah mengerjakan tugas kelompok yang ada dalam lembar

kegiatan.

Kegiatan selanjutnya adalah mempesentasikan hasil kerja siswa.

Beberapa kelompok maju kedepan untuk membacakan hasil kerja siswa,

sedang kelompok yang lain memberikan tanggapan atau pendapat jika

terjadi perbedaan pendapat.

Diakhir kegiatan siswa melakukan diskusi kelompok untuk

merumuskan kesimpulan. Setelah itu guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk melontarkan kesimpulan dengan bahasa sendiri. Guru

memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi bila terjadi

perbedaan pendapat. Kemudian siswa menyimpulkan. Waktu masih tersisa

guru memberi kesemapatan kepada siswa untuk menanyakan tentang

hal-hal yang berhubungan dengan gerak benda. Namun pertanyaan tersebut

tidak langsung dijawab oleh guru, melainkan dilemparkan kepada teman

yang lain yang bisa memberikan jawaban atas pemasalahan yang

ditanyakan. Pada kegiatan akhir siswa untuk merangkum pelajaran yang

(50)

c. Pengamatan

Pada awal tindakan 2 siswa sudah mulai terlihat antusias

sekaliantuk mengikuti pembelajaran IPA. Berdasarkan pengamatan yang

dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa sudah

cukup aktif dalam mengajukan pertanyaan tanpa disuruh oleh guru terlebih

dahulu untuk bertanya. Siswa sudah tidak takut lagi untuk bertanya jika

ada hal-hal yang tidak dimengerti. Dalam menjawab pertanyaanpun siswa

sudah tidak ragu-ragu lagi meskipun jawaban siswa belum tentu tepat.

Tetapi semua jawaban siswa diterima baik oleh guru. Bahkan siswa sudah

mulai berebut untuk menjawab pertanyaan yang datang dari guru maupun

dari siswa. Disini sudah mulai aktif nampak aktif dalam pembelajaran.

Dalam melakukan percobaan terlihat siswa sangat senang dan aktif

dengan alat yang ada. Siswa sudah tidak merasa takut bahkan antusias

melakukan percobaan. Karena pada siklus 2 alat yang disediakan antuk

melaksanakan percobaan lebih merangsang siswa untuk melakukan

percobaan maka pada tindakan siklus 2 siswa aktif melakukan percobaan.

Namun masih ada beberapa siswa yang mendominasi atau

berkuasa dalam kelompoknya. Jadi tugas yang seharusnya dikerjakan

bersama-sama dengan kelompoknya, tetapi dikerjakan sendiri tanpa

memberi kesemapatan kepada teman lain untuyk mencoba mengerjakan

soal-soal yang ada dalam lembar kegiatan. Padahal sebenarnya siswa

(51)

maka ada beberapa siswa yang tidak mendapat kesempatan untuk

mengerjakan tugas.

Keaktifan siswa dalam mencari informasi dari sumber belajar yang

ada juga sudah telihat, dimana siswa sudah dapat memanfaatkan sumber

belajar yang ada tanpa disuruh oleh guru. Selama kerja kelompok terihat

bahwa siswa sudah dapat berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompok.

Siswa juga sudah paham dengan lembar kegiatan yang dihadapi. Siswa

sudah mengerti dengan lembar kegiatan yang dihadapi, siswa sudah

mengerti dengan kegiatan yang harus dilakukan dengan membaca

petunjuk dan langkah-langkah kerja yang ada. Dengan mengamati

percobaan siswa sudah mampu membuat kesimpulan meskipun masih

dibimbing guru.

d. Refleksi

Berdasarkan dari hasil observasi terhadap keaktifan siswa pada

tindakan siklus 2 dipoeroleh beberapa hal yang perlu dievaluasi yaitu

keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas kelompok, dimana ada sebagian

siswa yang tidak ikut terlibat dalam pengerjaan tugas. Hal ini terjadi

karena lembar kegiatan yang berisilangkah kerja percobaan dan berisi

pertanyaan-pertanyaan hanya dibagikan satu dalam satu kelompok. Jadi

ada siswa yang sebenarnya aktif, tetapi karena keterbatasan lembar

kegiatan yang dibagikan maka ada beberapa siswa yang hanya mengamati

(52)

Berdasarkan pelaksanaan siklus 2 diperoleh hasil bahwa kegiatan

pembelajaran IPA dengan metode inkuiri berjalan dengan baik

dibandingkan kegiatan pada siklus 1. Keaktifan siswa juga mulai tampak

terlihat lebih baik dengan meningkatnya jumlah siswa.

Berdasarkan permasalahan diatas yang merupakan faktor

penghambat adalah hal-hal yang perlu direvisi dalam tindakan 2 yaitu

dengan membagikan lembar kegiatan kepada semua siswa dengan tujuan

agar pengerjaan tugas kelompok tidak didominasi oleh siswa-siswa

tertentu. Dengan demikian semua siswa dapat terlibat aktif dalam

mengerjakan tugas.

Pelaksanaan penelitian pembelajaran IPA dengan menggunakan

metode inkuiri dinyatakan berhasil karena keaktifan siswa sudah mencapai

(53)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sebelum peneliti memberikan tindakan terhadap subyek, peneliti lebih

dahulu mengadakan observasiawal untuk mendapatkan data awal mengenai

tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan

dengan mengadakan pengamatan langsung saat proses belajar mengajar.Dari hasil

pengamatan menunjukkan bahwa siswa cenderung pasif dalam mengikuti proses

belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari aktifitas siswa yang lebih banyak diam

menyimak penjelasan guru, mencatat hal-hal yang penting jika disuruh dan siswa

masih enggan untuk bertanya, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya

jika ada hal-hal yang belum jelas. Dan bila siswa mengalami kesulitan, guru

memberikan pertanyaan pancingan, hanya beberapa siswa yang mengacungkan

tangan untuk menjawab. Secara lengkap hasil observasi awal yang dilakukan

(54)

5. Nopiati 6 20,0 %

6. Onki Rahmat Setiawan 7 23,3 %

7. Agustina Dani Lestari 8 26,6 %

8. Ansa Dewi 11 36,6 %

9. Bagus Ariyandani 9 30,0 %

10. Daroji 10 33,3 %

11 Dinda Nursasmi 17 56,6 %

12. Eka Ferdiansdyah 9 30,0 %

13. Haslinda Nur Setyo S. 13 43,3 %

14. Ibnu Ardiansyah 9 30,0 %

15. Muhammad Guntur 6 20,0 %

16. Mustofa 10 33,3 %

17. Ria Puspita Sari 11 36,6 %

18. Rina Rahayu 7 23,3 %

19. Safitri Aisyah 6 20,0 %

20. Siska Widiawati 13 43,3 %

21 Jihaan Farah Nadiila 15 50,0 %

Jumlah 199 662,8 %

Rata-rata 9,5 31,6 %

Observasi ini dilakukan dengan menggunakan panduan lembar observasi

keaktifan siswa. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat skor keseluruhan

(55)

tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran masih berada

pada kategori kurang aktif, karena jumlah skor keseluruhan hanya 199 yang

berarti hanya 31,6 %. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tertinggi

17 ( 56,6 % ) masuk dalam kategori cukup aktif sedangkan skor terndah 6 ( 20 % )

masuk dalam kategori kurang aktif. Jika dilihat dari banyaknya siswa yang

melakukan keaktifan dalam pembelajaran IPA berdasarkan kategorinya dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Prosentase Hasil Observasi Pra Tindakan

NO KATEGORI INTERVAL JUMLAH

SISWA

Dari Tadel diatas dapat dikemukakan bahwa banyaknya siswa yang

termasuk dalam kategori sangat kurang aktif berjumlah 4 ( 19,0 % ), siswa yang

kurang aktif berjumlah 13 ( 62,0 % ), siswa yang cukup aktif berjumlah 4 ( 19, 0

% ) dan belum ada siswa yang aktif maupun sangat aktif. Dari hasil pengamatan

(56)

mengikuti pembelajaran. Mengingat permasalahan tersebut, dalam hal ini peneliti

akan mencoba menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran agar keaktifan

siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat optimal dan mencapai hasil yang

diharapkan.

Setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode inkuiri dalam

pembelajaran IPA maka seluruh hasil observasi keaktifan siswa pada siklus 1

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Hasil observasi Keaktifan Siswa Pertemuan I siklus I

(57)

13. Haslinda N S S 2 2 2 3 3 3 15 50 %

14. Ibnu Ardiansyah 1 1 2 2 2 2 10 33,3 %

15. Muhammad Guntur 1 1 1 1 1 1 6 20 %

16. Mustofa 2 2 2 2 2 2 12 40 %

17. Ria Puspita Sari 1 2 2 2 3 3 13 43,3 %

18. Rina Rahayu 1 1 1 2 2 1 8 26,6 %

19. Safitri Aisyah 1 1 1 1 1 2 7 23,3 %

20. Siska Widiawati 2 2 3 3 3 2 15 50 %

21. Jihan Farah N 3 2 3 3 3 3 17 56 %

Jumlah 237 792,1 %

Rata-rata 11,3 37,3 %

Keterangan : A : Mengajukan Pertanyaan.

B : Menjawab pertanyaan atau memberi pendapat.

C : Mengerjakan tugas kelompok.

D : Melakukan percobaan.

E : Mencari informasi dari sumber belajar yang ada.

F : Diskusi kelompok.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tertinggi 22 ( 73,3% ) sedang

skor terendah adalah 6 ( 20 %) Skor untuk keseluruhan keaktifan siswa adalah

(58)

Tabel 4. .Hasil observasi Keaktifan Siswa Pertemuan II siklus I

tanggal 8 Maret 2010 kelas III SD Negeri Somongari.

(59)

18. Rina Rahayu 2 2 1 2 2 1 10 33,3 %

19. Safitri Aisyah 1 2 2 2 3 2 12 40 %

20. Siska Widiawati 2 3 3 3 3 2 15 50%

21. Jihan Farah N 3 3 2 2 4 2 17 56,6 %

Jumlah 266 886, 1 %

Rata-rata 12,7 42,2 %

Keterangan : A : Mengajukan Pertanyaan.

B : Menjawab pertanyaan atau memberi pendapat.

C : Mengerjakan tugas kelompok.

D : Melakukan percobaan.

E : Mencari informasi dari sumber belajar yang ada.

F : Diskusi kelompok.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tertinggi 23 ( 76,6% ) sedang

skor terendah adalah 8 ( 26,6 %) Skor untuk keseluruhan keaktifan siswa

adalah 266 yang berarti hanya mencapai 42,2%

Tabel 5. Hasil observasi Keaktifan Siswa Pertemuan III siklus I

tanggal 15 Maret 2010 kelas III SD Negeri Somongari.

No Nama

Indokator Keaktifan Siswa Skor

Total

Prosentase

A B C D E F

(60)

2. Pujiati 3 2 2 3 2 3 15 50 %

3. Aditya F L 2 2 4 3 3 3 18 60 %

4. Danang Tri Aji 2 2 1 1 2 2 10 33,3 %

5. Nopiati 3 2 2 2 2 2 12 40 %

6. Onki Rahmat S 2 2 2 2 3 2 14 46,6%

7. Agustina Dani L 2 2 3 3 3 3 16 53,3 %

8. Ansa Dewi 2 1 2 2 2 2 11 36,6 %

9. Bagus Ariyandani 4 2 3 3 2 2 14 46,6 %

10. Daroji 2 2 2 3 2 3 15 50 %

11. Dinda Nursasmi 2 3 4 4 4 4 23 76,6 %

12. Eka Ferdiansdyah 2 2 3 2 2 2 13 43,3 %

13. Haslinda N S S 3 3 2 3 4 3 18 60 %

14. Ibnu Ardiansyah 2 1 2 2 2 2 11 36,6 %

15. Muhammad Guntur 2 2 2 2 2 2 12 40 %

16. Mustofa 2 3 3 3 2 2 15 50 %

17. Ria Puspita Sari 2 3 3 3 2 2 15 50 %

18. Rina Rahayu 2 2 2 3 2 2 13 43,3 %

19. Safitri Aisyah 2 2 2 2 3 2 13 43,3 %

20. Siska Widiawati 2 3 2 3 4 3 18 60 %

21. Jihan Farah N 3 3 3 3 4 3 19 63,3 %

Jumlah 297 1022,8 %

(61)

Keterangan : A : Mengajukan Pertanyaan.

B : Menjawab pertanyaan atau memberi pendapat.

C : Mengerjakan tugas kelompok.

D : Melakukan percobaan.

E : Mencari informasi dari sumber belajar yang ada.

F : Diskusi kelompok.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tertinggi masih tetap 23 ( 76,6%

) sedang skor terendah sudah mengalami peningkatan adalah 10 ( 33,3 %)

Skor untuk keseluruhan keaktifan siswa adalah 297 yang berarti sudah

mencapai 48,7 %

Tabel 6. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa Pada Siklus I

No Nama

Siklus I

Skor Pert I Skor PertII Skor PertIII

1. Prihatin 9 10 12

2. Pujiati 10 12 15

3. Aditya F L 13 15 18

4. Danang Tri Aji 6 8 10

5. Nopiati 6 9 12

6. Onki Rahmat S 11 12 14

7. Agustina Dani L 13 15 16

8. Ansa Dewi 12 9 11

(62)

10. Daroji 13 15 15

11. Dinda Nursasmi 22 23 23

12. Eka Ferdiansdyah 10 11 13

13. Haslinda N S S 15 16 18

14. Ibnu Ardiansyah 10 11 11

15. Muhammad Guntur 6 8 12

16. Mustofa 12 14 15

17. Ria Puspita Sari 13 12 15

18. Rina Rahayu 8 10 13

19. Safitri Aisyah 7 12 13

20. Siska Widiawati 15 15 18

21. Jihan Farah N 17 17 19

Jumlah 237 266 297

Rata-rata 11,3 12,7 14,1

Dari tabel diatas dapat didiskripsikan bahwa pada tindakan siklus 1 mulai

dari pertemuan 1 sampai pertemuan 3 skor keaktifan siswa mengalami

peningkatan pada masing-masing siswa walaupun hasilnya belum memuaskan.

Tabel 7. Prosentase Hasil peningkatan keaktifan siswa Siklus I :

No Kategori Interval

Jumlah siswa

Pert I % Pert II % Pert III %

Gambar

Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas ………………………….28
Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir
Gambar diatas menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

the main nursery stage, sample plants were taken to the laboratory to measure the total root length and area, root diameter and volume, fractal dimension, relative root water

5 Deine anaerobic respiration as the chemical reactions in cells that break down nutrient molecules to release energy without using oxygen. 6 State the word equation

Upaya  untuk  meneari  kondiSi  optimum  dari  suatu  penelitian  menggunakan  RSM  pertama  kah  dikemukakan  oleh  Box  dan  Wilson  pada  tahun  195] 

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan masalah dan tujuan yang hendak di capai, yaitu untuk mengetahui berapa besar pengaruh pelatihan small sided games terhadap siswa

(1) Kriteria penyensoran terhadap isi film dan iklan film dari segi kekerasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf a meliputi adegan visual, dialog,

Pengaruh Keterampilan Mengajar guru Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akuntsi Kelas VII Ips.. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

Gambar 14 Hasil perhitungan packet loss ratio pengiriman paket data Pada Gambar 14 juga dapat dilihat bahwa site Gunung Bayan memiliki nilai packet loss terbesar dibandingkan