UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI KELAS III DI SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh : LEGIYEM NIM X1907006
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIFERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI KELAS III DI SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh : LEGIYEM NIM X1907006
Laporan Penelitian Tindakan Kelas
Ditulis dan disajikan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIFERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PENGESAHAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah dipertahankan dihadapan
TimPenguji Laporan Tindakan Kelas ( PTK ) Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
pesyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Laporan PTK
Nama Terang Tanda tangan
Ketua : ……….
Sekretaris : ……….
Anggota I : ……….
Anggota II : ……….
Disahkan oleh
Fakultas dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
U
Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah, M.Pd
commit to user
PERSETUJUAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
U
Dr Riyadi, S.Pd,M.Si
NIP 19671016 199402 1 001
Surakarta,
Supervisor
U
Nur Kholiq,S.Pd.I
NIP 19570716 197911 1 003
commit to user
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI KELAS III DI SD NEGERI SOMONGARI PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh : Legiyem NIM. X1907006
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tetnang gerak benda menggunakan metode inkuiri di SD Negeri Somongari.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang dilakukan dengan desain putaran spiral, langkahnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri Somongari yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan tehnik kolaborasi. Pada setiap akhir siklus tindakan dilakukan diskusi dengan kolabolator untuk mengukur sejauh mana tingkat keaktifan siswa. Pelaksanaan tindakan siklus 1 diberikan pembelajaran IPA tentang gerak benda dengan menggunakan metode inkuiri. Pada siklus 2 guru melakukan modifikasi dengan menyediakan alat dan bahan yang merangsang siswa untuk lebih banyak melakukan kegiatan percobaan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tehnik observasi ( pengamatan ). Sebagai alat pengumpul data adalah lembar panduan observasi. Tehnik analisis data berupa analisis deskriftif kuantitatif dengan prosentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang gerak benda menggunakan metode inkuiri di SD Negeri Somongari, Purworejo. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan skor keaktifan siswa sebelum diberikan tindakan sebesar 199 ( 31,6 % ). Setelah diberi tindakan siklus 1 skor meningkat mulai dari pertemuan 1 yaitu 237 (37,3 % ), pertemuan II 266 ( 42,2 ), pertemuan III 297 ( 48,7 % ) Pada tindakan siklus 2 skor mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu mulai dari pertemuan I mencapai 392 ( 62,18 % ), pertemuan II 480 ( 76,14 % ), pertemuan III 522 ( 81, 23 % )
commit to user
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah membeikan taufik dan hidayahNya sehingga PTK dengan judul “Upaya
Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas III Dalam Pembelajaran IPA Tentang
Perubahan Sifat Benda Melalui Metode Inkuiri Di SDN Somongari Purworejo”
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa keberhasilan penyusunan
PTK ini tidak lepas dari adanya kerjasama dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh
karena itu bersamaan dengan penyekesaian PTK ini penulis mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi
ijin penelitian.
2. Bapak Drs H. Hadi Mulyono, M.Pd Pembimbing Akademik PJJ PGSD
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian
3. Bapak Dr. Riyadi, S.Pd,M.Pd selaku pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan sehingga PTK ini dapat penulis
selesaikan.
4. Ibu Dra Siti Istiyati, M.Pd selaku pembimbing II yang telah dengan sabar
membimbing penulis dalam pembuatan PTK ini.
5. Bapak Nur Kholiq, S.Pd.I Selaku Kepala Sekolah SD N Somongari yang
telah memberikan ijin lokasi penelitian.
6. Suami dan anak-anak tercinta yang tak henti-hentinya telah memberikan
dorongan kepada penulis dalam penyusunan PTK ini.
7. Semua pihak yang telah penulis sebutkan satu persatu yang juga telah ikut
memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap penyusunan PTK ini.
Penulis berdoa semoga bantuan dari bapak atau ibu berikan mendapat
pahala yang setimpal dari Allah SWT, Ammin. Akhirnya penulis berharap,
semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkenan
commit to user
Surakarta, Juni 2010
Penulis
Legiyem
commit to user
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ……… .5
C. Tujuan Penelitian ……… 6
D. Manfaat Hasil Penelitian ………. .6
E. Hipotesa Tindakan ……… 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori ………. .8
B. Temuan hasil Penelitian Yang Relevan ………22
C. Kerangka Berfikir ……….22
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….27
B. Subyek Penelitian ……… .27
C. Prosedur Penelitian ……….. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian ……….42
commit to user
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.
A. Kesimpulan ………..71
B. Saran ………71
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil Observasi Pra Tindakan ……….42
Tabel 2. Presentase Hasil Observasi Pra Tindakan ………...44
Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan I Siklus I … ……….. 45
Tabel 4. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan II Siklus I … ……… 47
Tabel 5. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan III Siklus I …………...48
Tabel 6. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I ………..50
Tabel 7. Presentase Hasil Peningkatan Siswa Siklus I ………. ………..51
Tabel 8. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan I Siklus II………52
Tabel 9. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan II Siklus II … ……… 54
Tabel 10. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan III Siklus II ……….56
Tabel 11. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus II………..58
Tabel 12. Presentase Hasil Peningkatan Siswa Siklus II ………59
Tabel 13. Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I dan II ……….60
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir ………..25
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Dengan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
di sekolah telah menuntut pembelajaran yang menekankan siswa bersikap
aktif, kreatif dan inovatif. Setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu yang
diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu setiap pelajaran selalu
dikaitkan dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat. Sikap
aktif, kreatif dan inovatif ini terwujud dengan menempatkan siswa sebagai
subyek pendidikan dan peran guru sebagai fasilitator bukan sumber utama
pembelajaran.
Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa
tidaklah mudah. Fakta yang terjadi di sekolah-sekolah adalah guru dianggap
sebagai sumber belajar yang paling benar, sehingga apa yang disampaikan
oleh guru didengarkan siswa tanpa ada komentar atau timbal balik bari siswa.
Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar
ceramah guru, komunikasi yang berlangsung hanya satu arah kemudian guru
menstranfer pengetahuan kepada siswa. Akibat proses belajar mengajar
cenderung membosankan siswa mengantuk, tidak bergairah dan malas berfikir
mandiri.
Proses pembelajaran yang berpusat pada guru ini menyebabkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran tidak berkembang secara optimal,
untuk menambah ilmunya dari sumber lain karena menganggap guru sebagai
satu-satunya sumber belajar.Siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan
potensi berfikirnya . Sikap anak didik yang pasif tersebut ternyata tidak hanya
terjadi pada mata pelajaran tertentu saja, tetapi hampir semua mata pelajaran
termasuk IPA.
Selama ini pembelajaran IPA di SD N Somongari lebih didominasi
oleh kegiatan guru dengan metode ceramah dan pemberian tugas kepada siswa
sedangkan siswa lebih banyak diam, mendengarkan penjelasan guru, mencatat
hal-hal penting dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebagian
siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPA hal ini disebabkan karena guru
yang masih menggunakan metode ceramah sehingga materi yang diajarkan
menjadi verbal atau hafalan. Siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif
mencari pemahamannya sendiri mengenai materi yang diajarkan.
Menurut Roestiyah N.K ( 2001 : 73 ), salah satu kelemahan
menggunakan metode ceramah jika diterapkan secara murni adalah tidak
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, akibatnya materi
tersebut menjadi kurang menarik dan siswa mengalami kesulitan dalam
memahami materi tersebut. Oleh karena itu penggunaan metode ceramah
harus dikurangi. Menurut John D. Latuheru ( Cecilia , 1995 : 3 ) “ bila anak
didik dalam menerima penyajian materi yang disajikan oleh guru hanya
dengan ceramah semata-mata maka sulit bagi mereka untuk mengingat dan
Kecenderungan pembelajaran IPA masa kini adalah pembelajaran
lebih terpusat pada guru yang didominasi oleh metode ceramah. Dalam belajar
IPA guru menyampaikan konsep-konsep IPA hanya sebatas produk
keilmuannya saja sedangkan siswa menghafal informasi faktual yang
disampaikan oleh guru. Siswa tidak diajak berpikir untuk menemukan konsep
tersebut, siswa hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru tanpa ikut
terlibat langsung dalam menemukan suatu konsep.
Menurut Suyitno ( 1995 : 112 ), “ belajar IPA tidak sekedar
menghafalkan konsep-konsep, teori-teori atau gejala-gejala. Belajar IPA harus
melibatkan unsur proses atau aktivitas baik mental maupun fisik agar siswa
memperoleh pengalaman–pengalaman nyata “.Dengan demikian mempelajari
IPA harus disertai dengan keaktifan atau proses mengalaminya agar siswa
memperoleh pengalaman-pengalaman dalam menemukan sendiri konsepnya.
Siswa kelas III SD N Somongari dalam pembelajaran IPA kurang
begitu dapat memahami konsep IPA. Keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran IPA masih rendah, hal ini terlihat pada siswa yang jarang
mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya
jika ada hal-hal yang belum jelas. Siswa dalam menjawab pertanyaan guru
juga masih rendah, dimana guru harus menunjuk siswa terlebih dahulu baru
siswa mau menjawab. Dalam mengerjakan tugas kelompok pada pembelajaran
IPA juga belum efektif, selama mengerjakan tugas kelompok hanya beberapa
siswa yang benar-benar aktif sedangkan siswa lainnya hanya melihat
masih kesulitan dalam melakukan percobaan. Hal ini dapat dilihat pada waktu
melakukan percobaan siswa masih bingung apa yang harus dilakukan, padahal
dalam kegiatan siswa sudah ada petunjuk dalam melakukan kegiatan.
Siswa SD N Somongari juga belum dapat memanfaatkan sumber
belajar yang ada disekitar mereka, siswa hanya mendapat informasi dari guru
saja tanpa ada usaha untuk mencari informasi dari sumber yang lain. Dengan
metode inkuiri yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran,
diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA
sehingga inkuiri dapat merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara
individu maupun kelompok. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti
tertarik untuk meneliti tentang peningkatan keaktifan siswa dalam
pembelajaran IPA menggunakan metode inkuiri di kelas III SD N Somongari
Purworejo.
Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat dilihat
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Pengajaran IPA diberikan secara informatif ( guru sekedar menstranfer
iformasi dari buku ke siswa ) tanpa adanya timbal balik dari siswa.
2. Pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga keaktifan siswa dalam
pembelajaran IPA masih rendah.
3. Siswa jarang mengajukan pertanyaan apabila ada materi yang belum jelas.
4. Siswa masih malu dalam menjawab pertanyaan baik yang datangnya dari
5. Dalam mengerjakan tugas kelompok masih didominasi oleh siswa- siswa
tertentu.
6. Siswa belum dapat melakukan percobaan sendiri.
7. Siswa belum dapat memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada.
8. Diskusi kelompok masih belum dapat berjalan dengan lancar.
Mengingat permasalahan yang cukup komplek maka penelitian ini
dibatasi pada peningkatan keaktifan siswa kelas III pada pembelajaran IPA
tentang gerak benda dengan menggunakan metode inkuiri di SD N Somongari
Pueworejo.
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1. Rumusan masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah maka dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah metode inkuiri dapat
meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran IPA di kelas III SD N
Somongari?
2. Pemecahan masalah.
Dengan metode inkuiri dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa
tentang gerak benda pada mata pelajaran IPA di Kelas III SD N
C. Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan rumusan masalah penelitian di atas maka
tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk meningkatkan
keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang gerak benda
dengan menggunakan metode inkuiri di SD N Somongari.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Menambah khasanah pengetahuan dibidang metode-metode pembelajaran,
khususnya metode inkuiri dalam pelajaran IPA di Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru sebagai peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung
dalam menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di sekolah
dasar.
b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dijadikan dasar tolak ukur untuk
meningkatnya mutu sekolah.
c. Bagi guru, dilihat dari proses pembelajarannya dapat dipergunakan
sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif pembelajaran IPA
untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.
d. Bagi siswa, dapat mengembangkan ketrampilan proses IPA, siswa
memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa kelas III
dalam pembelajaran IPA tentang gerak benda akan meningkat dengan
diterapkannya metode inkuiri di SD N Somongari, Purworejo. Setelah melihat
faktor penghambat pada tindakan siklus I, maka tindakan siklus II hipotesa
berubah menjadi keaktifan siswa kelas III dalam pembelajaran IPA tentang
gerak benda akan meningkat menggunakan metode inkuiri dengan
menyediakan alat dan bahan yang merangsang bagi siswa melakukan banyak
commit to user
berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin, selalu berusaha, bekerja atau
belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang
gemilang. Sedangkan keaktifan diartikan sebagai kegiatan, kesibukan.
Untuk dapat membuat belajar menjadi aktif, siswa hendaknya
mengerjakan banyak sekali tugas. Siswa perlu mendengar, melihat,
mengajukan pertanyaan, membahasnya dengan orang lain dan
menerapkannya. Dalam belajar aktif siswa harus gesit, menyenangkan,
bersemangat dan penuh gairah. Bahkan siswa sering meninggalkan tempat
duduk mereka, bergerak secara leluasa dan berfikir keras.
Menurut Dimyati dan Mudjono ( 2002 : 114 ) “ keaktifan siswa
dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari
kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit
diamati”. Aktivitas fisik yang dapat diamati adalah siswa giat aktif dengan
anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, membaca,
menulis, berdiskusi, mengerjakan tugas, mengumpulkan data,
memperagakan, mengukur, ia tidak hanya duduk dan melihat hanya pasif.
pelajaran sebelumnya, menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya dan membandingkan suatu
konsep dengan konsep lain.
Seperti pendapat Heinz Kock ( 1995 : 65 ) bahwa murid tidak akan
belajar secara aktif, jika ia berperan sebagai pendengar saja. Guru yang
mengajar dengan metode ceramah saja, akan membuat murid menjadi
pasif. Untuk belajar secara aktif maka murid harus bekerja sendiri,
misalnya :
a. Ia harus mencari jalan untuk memecahkan masalah sendiri.
b. Ia harus menjawab pertanyaan.
c. Ia harus belajar bertanya.
d. Ia harus mengambil keterangan dari buku.
e. Ia harus dapat mendiskusikan suatu hal dengan temannya.
f. Ia harus dapat melakukan percobaan sendiri.
g. Ia harus merasa bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya
h. dan lain-lain.
Menurut Wina Sanjaya ( 2006 : 140 ) salah satu hal yang dapat kita
lakukan untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran memiliki
kadar keaktifan yang tinggi, sedang dan rendah dapat ditandai dari sejauh
mana keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran berikut ini :
a. Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional
tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap
tugas yang diberikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
b. Siswa belajar secara langsung, dimana konsep dan prinsip diberikan
melalui pengalaman nyata seperti : meraba, merasakan, melakukan
sendiri.
c. Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan sumber belajar
yang ada.
d. Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa, seperti
menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan
masalah yang diajukan.
e. Terjadi interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau
guru dengan siswa.
Jika berbagai macam aktivitas tersebut dilaksanakan di sekolah
akan menjadikan siswa giat belajar, aktif, tidak mengantuk, tidak
membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang
optimal. Masing-masing jenis aktivitas itu memiliki kadar atau bobot
keaktifan sendiri tergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
keaktifan siswa adalah segala kegiatan yang mengarah pada keterlibatan
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar ditandai dengan seringnya siswa
mengerjakan tugas kelompok, melakukan percobaan, mencari informasi
dari sumber belajar yang ada dan diskusi kelompok.
Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman
pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan
merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa.
Menurut Rousseau (Ardiman, 2006: 96), pengetahuan itu harus diperoleh
dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri
dengan bekerja sendiri. Ini menunjukan bahwa setiap siswa yang belajar
harus aktif sendiri. Jadi pengetahuan akan bermakna manakala dicari dan
ditemukan sendiri oleh siswa. Sedangkan mengajar merupakan upaya
menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan
melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget
(My life, 2007: 9)ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu :
a. Siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna.
b. Cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi
dengan objek yang konkrit.
c. Belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi.
d. Interaksi sosial dari kerjasama harus diberi peranan penting dalam
kelas.
Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya
sendiri sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif
harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan objek yang nyata. Jadi
belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dan karena sekolah merupakan
sebuah miniatur dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran harus
terjadi saling kerjasama dan interaksi antar berbagai komponen yang
terbaik. Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktifitas sejati,
dimana siswa belajar dengan mengalami sendiri pengetahuan yang dia
pelajari.
Conny S, dkk (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis, 1992: 34)
menyarankan ada dua hal yang harus dilakukan oleh guru dalam
mengaktifkan siswa, yaitu :
a) Guru hendak membuat pelajaran itu menantang, merangsang daya
cipta untuk menemukan serta pelajaran itu harus mengesankan.
b) Guru hendaknya selalu menggunakan prinsip-prinsip belajar yaitu
prinsip motivasi, prinsip keterkaitan, prinsip pengarahan, prinsip
sosialisasi, prinsip belajar melalui perbuatan, prinsip belajar dengan
memperhatikan perbedaan individu, prinsip belajar menemukan,
prinsip belajar memecahkan masalah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jika guru menghendaki
siswa aktif dala belajar, seharusnya guru menjadikan pembelajaran itu
sebagai suatu kegiatan yang menantang, meragsang daya cipta untuk
menemukan, serta mengesankan. Untuk sampai kearah itu setiap guru
motivasi, belajar sambil bekerja, menemukan dan memecahkan masalah.
Tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan
situasi yang menggiring anak untuk bertanya, mengamati, melakukan
eksperimen dan menemukan konsep serta fakta sendiri. Yang dimaksud
prinsip menemukan disini adalah untuk memahami suatu konsep siswa
tidak diberitahu guru tetapi guru memberi peluang agar siswa dapat
memperoleh sendiri pengertian-pengertian itu.
2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
a. Pengertian Pembelajaran IPA
Menurut Rochman Natawijaya dan Moein Moesa (1992: 23),
“pembelajaran adalah upaya pembimbing terhadap siswa agar siswa itu
secara sadar dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memperoleh
hasil belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan
siswa yanag bersangkutan”.
Sedangkan Robert W. Gagne (1977) merumuskan bahwa
pembelajaran adalah upaya membuat individu belajar.
Dari dua pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah upaya membimbing dan membuat siswa agar
siswa sadar dan terarah untuk belajar dan memperoleh hasil belajar
yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan siswa.
Pengertian belajar menurut Slameto (2003 :2) belajar menurut
tingkah laku sebagai hasil dari intens dengan lingkungannya yang
mempengaruhi kebutuhan hidupnya. Maka lebih jelasnya belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebgai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Pendapat Moh Amien (Siti Mubassaroh. 2001: 25), “IPA
adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi”. Dari
beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa IPA adalah
kumpulan pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang
sistematis untuk mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan
alam semesta melalui observasi dan eksperimen. Sistematis (teratur)
artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri antara segala alam yang satu dengan gejala alam yang lain
saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan
satu kesatuan yang utuh. Hasil observasi dan eksperimen yang telah
dilakukan sebelumnya menjadi bekal bagi observasi dan eksperimen
selanjutnya, sehingga memungkinkan suatu ilmu pengetahuan tersebut
akan terus berkembang.
Menurut penelitian Suyitno (1995:111),”Pembelajaran IPA
bagi siswa adalah mengajak siswa menggungkapkan gejala-gejala dan
para peneliti dan tidak sekedar menstransfer pengetahuan secara
informatif”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
adalah mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan
gejala-gejala dan persoalan alam semesta melalui hasil observasi dan
eksperimen. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung pembelajaran terutama melalui kegiatan
menemukan, sedangkan guru yang semula bertindak sebagai sumber
belajar beralih fungsi menjadi seorang fasilitator kegiatan
pembelajaran yang berperan mengarahkan (membimbing) siswa untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar atau
menemukan sendiri konsep-konsep yang sedang dipelajari.
b. Materi Pengajaran IPA Kelas III Sekolah Dasar.
Sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun
2006, materi pembelajaran IPA UkelasU III tahun pelajaran 2009 / 2010
sekolah dasar adalah sebagai berikut :
1) Mahkluk hidup dan proses kehidupan.
2) Lingkungan.
3) Ciri-ciri dan kebutuhan mahkluk hidup.
4) Energi.
5) Benda dan sifatnya.
6) Gerak Benda.
8) Kenampakan permukaan bumi.
c. Pengajaran IPA di Sekolah Dasar.
Menurut Usman Samatowa ( 2006 : 3 ), ada beberapa alasan
mengapa IPA perlu diajarkan di sekolah dasar yaitu bila IPA diajarkan
menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir kritis.
Misalnya IPA diajarkan dengan menggunakan metode “ menemukan
sendiri” atau inkuiri berarti anak diminta untuk berpikir kritis mencari
dan menyelidiki suatu masalah sendiri. Dan bila IPA diajarkan melalui
percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA
tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka akan
tetapi merupakan serangkaian proses.
Jeulius dan Whitfeld (Siti Mubassaroh, 2001 : 26) berpendapat
bahwa IPA merupakan pendidikan sains yang memandang sains adalah
kegiatan menemukan dan memecahkan masalah obyek dialam, maka
belajar IPA harus dilakukan melalui kegiatan mengamati,menemukan,
dan memecahkan masalah-masalah yang ada dialam. Hal ini membawa
konsekwensi dalam kegiatan IPA hendaknya lebih bermakna sehingga
dapat terlibat aktif baik mental maupun intelektual.
Berdasarkan pendapat diatas pada dasarnya IPA dapat
dilakukan melalui beberapa kegiatan antara lain mengamati,
menemukan, dan memecahkan masalah yang ada di alam. Aktifitas
masalah menjadi hal yang utama dalam pembelajaran IPA. Dengan
berbagai aktifitas nyata dengan alam ini, anak akan dihadapkan
langsung pada fenomena yang akan dipelajari. Dengan demikian
aktifitas itu memungkinkan terjadinya proses belajar yang aktif.
3. Metode Inkuiri
a. Pengertian Metode Inkuiri
Menurut W. Gulo (2002: 84),”inkuiri berarti pertanyaan,atau
pemeriksaan, penyelidikan”. Sedangkan menurut Webster’s Collegiate Dictionary(Srini M. Iskandar, 2001: 70),”kata inkuiri(inquiri) berarti pertanyaan atau penyelidikan “. Piaget (Mulyasa, 2005: 10)
memberikan definisi metode inkuiri sebagai ”pendidikan yang
mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri,
mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan
yang mereka ajukan”.
Menurut Lilis Setiawati (1993: 109),”inkuiri adalah cara
menyampaikan pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat
mencari secara kritis, analisis dan argumentasi (ilmiah) dengan
menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan”.
Menurut Suroso (2002: 94),”model belajar inkuiri merupakan
bentuk belajar yang meliputi aktifitas bertanya, mencari informasi, dan
siswa. Sedangkan menurut Utami Munandar (1992: 84),”metode
inkuiri berarti mengajukan pertanyaan,menyelidiki”.
Menurut Wina Sanjaya (2006: 194),”pembelajaran inkuiri
adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”.
b. Tujuan Metode Inkuiri
Menurut Moedjiono & Moh. Dimyati (1993: 87),tujuan
pemakaian metode inkuiri adalah :
1. Meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh
dan memproses perolehan belajar.
2. Mengarahkan para siswa untuk belajar seumur hidup.
3. Mengurangi ketergantungan pada guru sebagai satu-satunya
sumber informasi yang diperlukan oleh para siswa.
4. Melatih para siswa mengeksploitasi atau memanfaatkan
lingkungannya sebagai sumber infirmasi yang tidak akan pernah
tuntas digali.
c. Karakteristik Metode Inkuiri
Menurut Kuslan dan Stone (Srini M. Iskandar, 2001: 70) bahwa
metode inkuiri mempunyai karakteristik :
a. Menggunakan ketrampilan-ketrampilan IPA.
c. Murid-murid bersemangat sekali untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.
d. Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan seperti
mengapa, bagaimana.
e. Hipotesis dirumuskan oleh murid-murid.
f. Murid-murid mengusulkan cara-cara mengumpulkan
data,melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca,
dan menggunakan sumber-sumber lain.
g. Semua usul dinilai bersama,bisa ditentukan pula asumsi-asumsi,
keterlibatan-keterlibatan dan kesukaran-kesukaran.
h. Murid-murid melakukan penelitian,secara individu atau kelompok,
d. Langkah-langkah Pengajaran dengan metode Inkuiri
Menurut Noehi Nasution dan Ketut Budiastra (1998 : 5.10 )
langkah-langkah pengajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai
berikut:
a. Siswa dibuat kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima siswa.
b. Guru mengajukan permasalahan dalam bentuk hipotesis atau
pertanyaan.
c. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai
keterangan yang sesuai dengan masalah yang dikaji, informasi
diperoleh dengan jalan mengamati obyeknya, mencoba sendiri atau
melakukan percobaan.
d. Keterangan-keterangan yang terkumpul dari hasil percobaan
kemudian diolah.
e. Dari hasil percobaan data tadi nantinya akan diperoleh jawaban
dari masalah diatas, kemudian ditarik kesimpulan umum.
Proses belajar melalui metode inkuiri dimulai dengan
menghadapkan siswa pada berbagai masalah yang merangsang.
Dengan siswa menghadapi masalah yang sulit maka akan terdorong
baginya untuk menanyakan sesuatu sehubungan dengan masalah yang
dihadapi dan aktif mencari dan menemukan jalan keluar dari masalah
yang dihadapi tersebut. Metode inkuiri merupakan metode yang
mendapatkan jawaban tersebut perlu dipecahkan melalui percobaan
dan ditemukannya hasil berupa konsep dan prinsip ilmiah.
Dari uraian diatas metode inkuiri merupakan suatu cara untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif karena metode inkuiri ini
menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan prinsip-prinsip IPA. Dalam pembelajaran siswa tidak
hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan dan
menyelidiki sendiri inti dari materi IPA itu sendiri, sehingga hasil yang
diperoleh akan sulit dilupakan oleh siswa. Berbagai aktifitas tersebut
memungkinkan terjadinya proses belajar aktif.
Metode inkuiri mendambakan aktifitas siswa untuk
memperoleh dan mengelola informasi sampai menemukan
prinsip-prinsip IPA. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber misalnya
dari observasi, eksperimen, nara sumber di luar sekolah dan alam
sekitar. Dalam metode ini tidak berarti guru pasif atau tidak aktif
dalam pembelajaran, tetapi guru bertindak sebagai fasilitatordan
organisator. Jadi konsep belajar mwetode inkuiri guru tidak
memberitahukan prinsip-prinsip IPA tetapi membimbing dan
mengarahkan siswa agar menemukan sendiri prinsip-prinsip IPA itu
B. Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan.
1) Penelitian yang dilakukan oleh Elvina Ana pada tahun 2009 dengan
judul “Upaya Penggunaan Metode Penemuan Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Siswa Dalam Mata Pelajaran IPA Kelas VI Di SD N
Karanggeneng 1 Boyolali ”. Penelitian ini bertujuan meningkatkan berfikir
siswa dalam mata pelajaran IPA kelas VI SD N Karanggeneng dan mengetahui
cara yang tepat dalam menggunakan metode penemuan untuk meningkatkan
kemampuan berfikir siswa dalam mata pelajaran IPA Kelas VI Di SD N
Karanggeneng 1 Boyolali
2) Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Fitria Nurul Khasanah
pada tahun 2009 dengan judul “ Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas
III Dalam Pembelajaran IPA Tentang Perubahan Sifat Benda Melalui Metode
Inkuiri Di SD N Gergunung Klaten.Dengan hasil Keaktifan siswa Kelas III dapat
meningkat setelah diterapkannya metode inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD N
Gergunung Klaten.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
sekitar secara sistematis, sehingga belajar IPA bukan hanya menguasai
kumpulan pengetahuan yang berupa prinsip-prinsip atau konsep-konsep saja
akan tetapi merupakan suatu proses atau aktifitas baik mental maupun fisik
agar siswa memperoleh pengalaman-pengalaman secara nyata. Aktifitas siswa
melalui pengalaman nyata dengan alam menjadi hal yang utama dalam
keaktifan atau proses mengalaminya agar siswa memperoleh pengalaman
dalam menemukan sendiri prinsip-prinsip tersebut.
Akan tetapi kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa para guru
mengartikan IPA hanya sebatas produk keilmuan saja. Pembelajaran IPA
dikelas lebih banyak didominasi oleh kegiatan guru dengan metode ceramah.
Akibatnya proses pembelajaran menjadi tidak komunikatif karena siswa hanya
mendengar ceramah dari guru. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran IPA masih tergolong kategori rendah, hal ini terlihat masih
jarang siswa yang mengajukan pertanyaan. Keaktifan siswa dalam
mengerjakan tugas kelompok dan diskusi kelompok juga belum berjalan
dengan lancar. Siswa juga belum memanfaatkan sumber belajar yang ada dan
partisipasi siswa dalam melakukan percobaan juga masih rendah. Sehingga
dalam mengikuti pembelajaran IPA siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif
mencari pemahamannya sendiri mengenai materi yang diajarkan
Proses pembelajaran akan lebih aktif apabila guru menggunakan metode
pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang dapat melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran serta melakukan kegiatan siswa dalam
proses penemuan adalah metode inkuiri. Metode inkuiri memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam berbagai aktifitas yang
disusun sendiri untuk menemukan konsep-konsep IPA. Metode inkuiri
didalamnya terdapat kegiatan seperti mengajukan pertanyaan, merumuskan
hipotesis, menguji hipotesis melalui percobaan, mengumpulkan data dan
karakteristik IPA. Sehingga pembelajaran IPA dengan menggunakan metode
inkuiri benar-benar memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif.
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat
Gambar diatas menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keaktifan dan hasil belajar
siswa. Metode inkuiri juga dapat meningkatkan proses pembelajaran, sebagai
contoh ketika tanpa menggunakan metode inkuiri dimana siswa hanya datang,
duduk, catat, dan hafal, seolah-olah pembelajaran hanya oleh guru saja tetapi
setelah menggunakan metode inkuiri antara guru dan siswa sama-sama dalam
commit to user
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD N Somongari,
Kabupaten Purworejo pada minggu ke I dan minggu ke II pada bulan
Pebruari 2010. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan sebanyak 2 ( dua )
siklus, setiap siklusnya 6 X 35 menit ( 3 X pertemuan ). Selama
pelaksanaan penelitian, untuk mengamati proses pembelajaran, dan
membantu pengumpulan data peneliti dibantu oleh 1 orang observer teman
sejawat di SD N Somongari, Kabupaten Purworejo.
B. Subyek penelitian
Siswa kelas III SD N Somongari Kabupaten Purworejo yang
berjumlah 21siswa, dan guru kelas III sekaligus sebagai peneliti, dengan
mata pelajaran IPA materi pokok Gerak Benda.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan pusat
penekanan pada upaya penyempurnaan dan peningkatan kualitas
proses serta praktek pembelajaran. Penelitian ini lebih menfokuskan pada
penggunaan metode pembelajaran inkuiri sebagai upaya untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas
III SD N Somongari kabupaten Purworejo dalam kegiatan yang berbentuk
diadaptasi dari Hopkins (1993) dalam Supardi (2006). Setiap siklus
prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan terdiri
dari empat komponen kegiatan pokok yaitu : perencanaan (planning)
tindakan (acting), pengamatan (observing), Refleksi (reflecting). Yang
pada pelaksanaannya keempat komponen kegiatan pokok ini berlangsung
secara terus menerus dengan diselipkan modifikasi pada komponen
perencanaan berupa perbaikan perencanaan.
Keempat komponen kegiatan pokok ini dari sebuah siklus dalam
penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai sebuah spiral penelitian
seperti ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 2 Spiral Penelitian Tindakan Kelas
Bagan diatas menunjukkan bahwa langkah yang pertama adalah
planing / persiapan, yang kedua adalah perlakuan dasar pengamatan.
sudah terjadi. Dari terselesainya satu siklus lalu disusun sebuah rencana
yang akan digunakan untuk siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil
refleksi siklus sebelumya sampai tercapainya target yang diinginkan.
Jangka waktu setiap siklus sangat tergantung pada keadaan yang terjadi
dilapangan.
Sebelum melakukan tindakan penelitian melakukan penjajagan
sebagai dasar untuk mengetahui kondisi awal siswa kelas II SD Negeri
Somongari , Kabupaten Purworejo tentang keaktifan siswa. Selanjutnya
melaksanakan tindakan yang direncanakan dalam siklus – siklus sebagai
berikut:
a. Siklus 1
1. Perencanaan
Setelah diperoleh gambaran tentang keadaan kelas seperti
perhatian, aktivitas siswa, sikap siswa, alat peraga dan sumber
yang digunakan dalam pembelajaran IPA maka peneliti merancang
tindakan yang akan digunakan untuk meningkatkan keaktifan
siswa dalam mata pelajaran IPA. Adapun persiapan pelaksanaan
pembelajaran meliputi :
a. Menentukan jadwal penelitian.
b. Penentuan pembatasan materi.
c. Menyusun RPP sesuai tahapan-tahapan inkuiri
untuk materi yang akan dibahas
dibahas.
e. Menyusun instrumen penelitian yang berupa panduan
observasi untuk mengamati keaktifan siswa dalam pembe
lajaran IPA dengan metode inkuiri dan panduan angket
untuk mengetahui respon siswa setelah pembelajaran
IPA.
f. Menyiapkan sumber belajar yang akan digunakan.
g. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
h. Membentuk kelompok belajar.
2. Pelaksanaan tindakan
Hipotesa pada penelitian ini adalah keaktifan siswa kelas III dalam
pembelajaran IPA tentang gerak benda akan meningkat dengan
diterapkannya metode inkuiri di SD Negeri Somongari, Purworejo.
a. Persiapan
Adapun persiapan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA
dengan metode inkuiri meliputi :
1)Materi yang akan diberikan tentang gerak benda dengan indicator
- Mengindentifikasi gerak benda.
- Mengindentifikasi berat ringan mempengaruhi gerak benda
- Mengindentifikasi bentuk benda mempengaruhi gerak benda.
2). Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai tahapan-
3)Menyiapkan lembaran kegiatan sesuai dengan materi yang akan
diberikan.
4) Menyiapkan alat yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan
5) Menyiapkan sumber belajar yang akan digunakan seperti buku IPA
Tematik kelas III SD / MI, Intan Pariwara , tahun 2006 dan buku Sains Kelas
III, Erlangga, tahun 2006
6) Menyiapkan panduan lembaran observasi untuk mengamati keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.
b. Pelaksanaan
Sebelum guru menyampaikan tujuan pembelajaran, terlebih dahulu
menjelaskan kepada siswa tentang metode pembelajaran yang akan
diterapkan, kemudian menyampaikan tata cara siswa melakukan
kegiatandalam pembelajaran IPA melalui metode inkuiri.
Pada pertemuan I pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode
inkuiri diawali dengan beberapa siswa ke depan untuk melaksanakan
percobaan meletakkan kelereng pada papan yang miring dan dan sampai
jatuh ketanah serta setelah siswa menjawab berdasarkan pengetahuan
siswa sendiri, guru tidak bolemenyalahkan ataupun membenarkan terlebih
dahulu. Guru menampung semua jawaban siswa. Guru menggali
pengetahuan awal siswa dengan melontarkan pertanyaan pancingan yang
mengarahkan siswa ke materi yang akan dipelajari.
Memasuki kegiatan inti siswa dibentuk kelompok belajar, tiap
kelompok . masalah dilontarkan dalam bentuk pertanyaan tentang gerak
benda akibat bola diletakkan pada papan yang miring yang dituangkan
dalamlembar kegiatan. Untuk menemukan jawaban, siswa mencari
informasi dari sumber belajar yang sudah disediakan. Kemudian siswa
berdiskusi kelompok tentang masalah yang dilontarkan.Selama diskusi
berlangsung, guru memantau kerja masing-masing kelompok atau
membantu siswa yang mengalami kesulitan. Setelah mereka berdiskusi
dan menemukan jawaban, siswa menuliskan hipotesis dalam lembar
kegiatan yang sudah dibagikan.
Kegiatan berikurtnya adalah melakukan percobaan untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditulis oleh siswa. Siswa
bekerja mengikuti petunjuk dan langkah kerja yang ada dalam lembaran
kegiatan. Kegiatan siswa dimulai dengan meletakkan papan diatas meja
yang diberi kardus dibawah papan agar papan tersebut dalam posisi
miring.Letakkan bola pada papan yang lebih tinggi ditahan dengan
penggaris, setelah bola dalam posisi tenang maka penggaris tersebut
diangkat siswa mengamati apa yang terjadi pada bola tersebut. Kemudian
guru mengajukan pertanyaan gerak apa yang bisa diamati pada bola?
Mengapa demikian? Siswa mencatat hasil pengamatannya kedalam lembar
kegiatan.
Setelah siswa melakukan percobaan selanjutnya adalah
mengerjakan tugas berupa menjawab pertanyaan yang ada hubungannya
Kegiatan selanjutnya adalah mempresentasikan hasil kerja siswa
.Beberapa kelompok maju untuk membacakan hasil kerja mereka, sedang
kelompok yang lain memberi tanggapan atau pendapat jika terjadi
perbedaan pendapat atau jawaban.
Kegiatan selanjutnya merumuskan kesimpulan, siswa berdiskusi
kelompok merumuskan kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan.
Kegiatan tersebut diatas dilaksanakan sampai 3kali pertemuan sesuai
dengan indikatornya.
3. Pengamatan
Peneliti bersama guru pengamat melakukan pengamatan
dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
Pengamatan dilakukan untuk mengamati keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran IPA melalui metode inkuiri.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar, pada awal tindakan siklus 1 siswa
masih enggan untuk menjawab pertanyaan. Hanya sebagian
siswa yang aktif menjawab pertanyaan yang datangnya dari
guru maupun dari siswa. Keaktifan siswa dalam mengajukan
pertanyaan juga masih tergolong rendah, karena hanya
sebagian kecil siswa yang mengajukan pertanyaan padahal guru
sudah memberi kesemapatan dan sering meminta siswa untuk
Alat dan bahan yang digunakan siswa untuk melakukan
percobaan belum dapat mengaktifkan siswa secara optimal. Hal
ini terjadi karena alat dan bahan yang disediakan belum
merangsang siswa untuk melakukan banyak kegiatan. Selama
melakukan percobaan sebagian siswa sudah terlibat untuk
melakukan kegiatan, tetapi ada juga siswa yang hanya melihat
temannya melakukan percobaan. Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan selama siswa melakukan percobaan,
sebenarnya siswa cukup aktif hanya saja alat yang disediakan
belum merangsang siswa untuk melakukan percobaan. Selama
siswa melakukan percobaan terlihat siswa sangat senang
meskipun masih malu dan takut untuk melakukan percobaan,
hal ini tejadi mungkin karena siswa belum terbiasa melakukan
percobaan.
Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran siswa
belum dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada. Siswa
masih tergantung dengan guru sebagai satu-satunya sumber
informasi. Siswa akan mencari informasi dari buku jika sudah
diperintah oleh guru. Selama diskusi kelompok siswa belum
dapat berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Hal
ini terjadi karena siswa masih bersifat individual dan belum
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung ada beberapa
siswa yang bertanya tentang lembar kegiatan. Siswa masih
belum mengerti benar dengan lembar kegiatan yang dihadapi.
Siswa belum dapat bekerja sesuai petunjuk yang ada dalam
lembar kegiatan. Untuk itu masih perlu adanya bimbingan dari
guru. Pada kegiatan merumuskan kesimulan terlihat siswa
masih kesulitan dalam merumuskan kesimpulan, sehingga
perlu adanya bimbingan dari guru.
4. Refleksi
Refleksi pada siklus I bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam hal ini
peneliti melakukan evaluasi terhadap beberapa tindakan yang telah
ditetapkan untuk diperbaiki pada tindakan berikutnya. Berdasarkan
hasil observasi siklus I diperoleh beberapa hal yang harus
dievaluasi pada tindakan selanjutnya agar pelaksanaan
pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri dapat
meningkat.
Masalah-masalah yang muncul pada siklus 1 antara lain :
1) Siswa masih enggan untuk bertanya.
2) Siswa masih takut menjawab pertanyaan, hanya beberapa siswa
yang berani menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru maupun
3) Diskusi belum dapat berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari
beberapa siswa yang masih belum mampu berinteraksi dengan
teman lain dalam satu kelompok. Hal ini terjadi karena siswa
masih bersifat individual.
4) Siswa masih belum paham benar dengan lembar kegiatan yang
dihadapi.
5) Siswa masih malu-malu dan takut untuk melakukan percobaan.
6) Siswa masih mengalami kesulitan dalam mengambil kesimpulan
atau merumuskan kesimpulan dari hasil pengamatan terhadap
obyek.
7) Peralatan yang didediakan oleh guru belum merangsang siswa
untuk melakukan banyak kegiatan.
8) Hanya beberapa siswa yang aktif mencari informasi dari sumber
yang ada.
B. Siklus 2
a. Perencanaan.
Rencana tindakan pada siklus 2 ini hampir sama dengan
perencanaan pada siklus 1. Dimana pelaksanaan tindakan siklus 2
dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus 1. Kendala
yang dihadapi pada pelaksanaan tindakan siklus 1 diupayakan untuk
diantisipasi. Berdasarkan refleksi tindakan siklus 1 maka rencana tindakan
siklus 2 adalah menyiapkan alat yang merangsang siswa untuk melakukan
b. Pelaksanaan
Pel;aksanaan pembelajaran IPA dengan metode inkuiri diawali
dengan beberapa siswa maju kedepan untuk menggelindingkan benda
yang bulat diatas papan miring.. Kemudian guru mengajukan beberapa
pertanyaan kepada siswa “apa yang tejadi pada bola yang bulat yang kamu
gelindingkan tesebut.. Apakah bola tersebut menggelinding dengan lancar?
Guru membiarkan siswa menjawab berdasarkan pengetahuan mereka
sendiri, guru menampung semua jawaban dari siswa.
Memasuki kegiatan inti, lembaran kegiatan dibagikan kepada
masing-masing kelompok. Masalah dilontarkan dalam bentuk pertanyaan
tentang gerak benda pada siklus 2 pertemuan 1 membahas tentang
permukaan benda mempengaruhi gerak benda, pertemuan 2 tentang
permukaan lintasan mempengaruhi gerak benda dan pada pertemuan 3
tentang kegunaan gerak benda?Untuk menjawab masalah terebut siswa
berdiskusi dengan teman satu kelompok dan mencari informasi dari buku
yang sudah disediakan.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan percobaan untuk
membuktikan benar tidaknya jawaban siswa. Dimeja masing-masing
sudah disediakan alat untuk percobaan. Pada tindakan siklus 2 ini alat
yang disediakan lebih banyak merangsang siswa untuk melakukan
percobaan, tujuannya agar masing-masing siswa aktif dengan alat yang
ada. Siswa membaca petunjuk dan langkah-langkah kerja yang ada dalam
sedikit dikurangi, tujuannya agar siswa aktif mencari informasi sendiri
bersama kelompoknya.
Setelah siswa melakukan percobaan edan mengumpulkan
keterangan –keterangan yang sesuai dengan masalah yang dikaji, kegiatan
selanjutnya adalah mengerjakan tugas kelompok yang ada dalam lembar
kegiatan.
Kegiatan selanjutnya adalah mempesentasikan hasil kerja siswa.
Beberapa kelompok maju kedepan untuk membacakan hasil kerja siswa,
sedang kelompok yang lain memberikan tanggapan atau pendapat jika
terjadi perbedaan pendapat.
Diakhir kegiatan siswa melakukan diskusi kelompok untuk
merumuskan kesimpulan. Setelah itu guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melontarkan kesimpulan dengan bahasa sendiri. Guru
memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi bila terjadi
perbedaan pendapat. Kemudian siswa menyimpulkan. Waktu masih tersisa
guru memberi kesemapatan kepada siswa untuk menanyakan tentang
hal-hal yang berhubungan dengan gerak benda. Namun pertanyaan tersebut
tidak langsung dijawab oleh guru, melainkan dilemparkan kepada teman
yang lain yang bisa memberikan jawaban atas pemasalahan yang
ditanyakan. Pada kegiatan akhir siswa untuk merangkum pelajaran yang
c. Pengamatan
Pada awal tindakan 2 siswa sudah mulai terlihat antusias
sekaliantuk mengikuti pembelajaran IPA. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa sudah
cukup aktif dalam mengajukan pertanyaan tanpa disuruh oleh guru terlebih
dahulu untuk bertanya. Siswa sudah tidak takut lagi untuk bertanya jika
ada hal-hal yang tidak dimengerti. Dalam menjawab pertanyaanpun siswa
sudah tidak ragu-ragu lagi meskipun jawaban siswa belum tentu tepat.
Tetapi semua jawaban siswa diterima baik oleh guru. Bahkan siswa sudah
mulai berebut untuk menjawab pertanyaan yang datang dari guru maupun
dari siswa. Disini sudah mulai aktif nampak aktif dalam pembelajaran.
Dalam melakukan percobaan terlihat siswa sangat senang dan aktif
dengan alat yang ada. Siswa sudah tidak merasa takut bahkan antusias
melakukan percobaan. Karena pada siklus 2 alat yang disediakan antuk
melaksanakan percobaan lebih merangsang siswa untuk melakukan
percobaan maka pada tindakan siklus 2 siswa aktif melakukan percobaan.
Namun masih ada beberapa siswa yang mendominasi atau
berkuasa dalam kelompoknya. Jadi tugas yang seharusnya dikerjakan
bersama-sama dengan kelompoknya, tetapi dikerjakan sendiri tanpa
memberi kesemapatan kepada teman lain untuyk mencoba mengerjakan
soal-soal yang ada dalam lembar kegiatan. Padahal sebenarnya siswa
maka ada beberapa siswa yang tidak mendapat kesempatan untuk
mengerjakan tugas.
Keaktifan siswa dalam mencari informasi dari sumber belajar yang
ada juga sudah telihat, dimana siswa sudah dapat memanfaatkan sumber
belajar yang ada tanpa disuruh oleh guru. Selama kerja kelompok terihat
bahwa siswa sudah dapat berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompok.
Siswa juga sudah paham dengan lembar kegiatan yang dihadapi. Siswa
sudah mengerti dengan lembar kegiatan yang dihadapi, siswa sudah
mengerti dengan kegiatan yang harus dilakukan dengan membaca
petunjuk dan langkah-langkah kerja yang ada. Dengan mengamati
percobaan siswa sudah mampu membuat kesimpulan meskipun masih
dibimbing guru.
d. Refleksi
Berdasarkan dari hasil observasi terhadap keaktifan siswa pada
tindakan siklus 2 dipoeroleh beberapa hal yang perlu dievaluasi yaitu
keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas kelompok, dimana ada sebagian
siswa yang tidak ikut terlibat dalam pengerjaan tugas. Hal ini terjadi
karena lembar kegiatan yang berisilangkah kerja percobaan dan berisi
pertanyaan-pertanyaan hanya dibagikan satu dalam satu kelompok. Jadi
ada siswa yang sebenarnya aktif, tetapi karena keterbatasan lembar
kegiatan yang dibagikan maka ada beberapa siswa yang hanya mengamati
Berdasarkan pelaksanaan siklus 2 diperoleh hasil bahwa kegiatan
pembelajaran IPA dengan metode inkuiri berjalan dengan baik
dibandingkan kegiatan pada siklus 1. Keaktifan siswa juga mulai tampak
terlihat lebih baik dengan meningkatnya jumlah siswa.
Berdasarkan permasalahan diatas yang merupakan faktor
penghambat adalah hal-hal yang perlu direvisi dalam tindakan 2 yaitu
dengan membagikan lembar kegiatan kepada semua siswa dengan tujuan
agar pengerjaan tugas kelompok tidak didominasi oleh siswa-siswa
tertentu. Dengan demikian semua siswa dapat terlibat aktif dalam
mengerjakan tugas.
Pelaksanaan penelitian pembelajaran IPA dengan menggunakan
metode inkuiri dinyatakan berhasil karena keaktifan siswa sudah mencapai
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sebelum peneliti memberikan tindakan terhadap subyek, peneliti lebih
dahulu mengadakan observasiawal untuk mendapatkan data awal mengenai
tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan
dengan mengadakan pengamatan langsung saat proses belajar mengajar.Dari hasil
pengamatan menunjukkan bahwa siswa cenderung pasif dalam mengikuti proses
belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari aktifitas siswa yang lebih banyak diam
menyimak penjelasan guru, mencatat hal-hal yang penting jika disuruh dan siswa
masih enggan untuk bertanya, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya
jika ada hal-hal yang belum jelas. Dan bila siswa mengalami kesulitan, guru
memberikan pertanyaan pancingan, hanya beberapa siswa yang mengacungkan
tangan untuk menjawab. Secara lengkap hasil observasi awal yang dilakukan
5. Nopiati 6 20,0 %
6. Onki Rahmat Setiawan 7 23,3 %
7. Agustina Dani Lestari 8 26,6 %
8. Ansa Dewi 11 36,6 %
9. Bagus Ariyandani 9 30,0 %
10. Daroji 10 33,3 %
11 Dinda Nursasmi 17 56,6 %
12. Eka Ferdiansdyah 9 30,0 %
13. Haslinda Nur Setyo S. 13 43,3 %
14. Ibnu Ardiansyah 9 30,0 %
15. Muhammad Guntur 6 20,0 %
16. Mustofa 10 33,3 %
17. Ria Puspita Sari 11 36,6 %
18. Rina Rahayu 7 23,3 %
19. Safitri Aisyah 6 20,0 %
20. Siska Widiawati 13 43,3 %
21 Jihaan Farah Nadiila 15 50,0 %
Jumlah 199 662,8 %
Rata-rata 9,5 31,6 %
Observasi ini dilakukan dengan menggunakan panduan lembar observasi
keaktifan siswa. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat skor keseluruhan
tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran masih berada
pada kategori kurang aktif, karena jumlah skor keseluruhan hanya 199 yang
berarti hanya 31,6 %. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tertinggi
17 ( 56,6 % ) masuk dalam kategori cukup aktif sedangkan skor terndah 6 ( 20 % )
masuk dalam kategori kurang aktif. Jika dilihat dari banyaknya siswa yang
melakukan keaktifan dalam pembelajaran IPA berdasarkan kategorinya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Prosentase Hasil Observasi Pra Tindakan
NO KATEGORI INTERVAL JUMLAH
SISWA
Dari Tadel diatas dapat dikemukakan bahwa banyaknya siswa yang
termasuk dalam kategori sangat kurang aktif berjumlah 4 ( 19,0 % ), siswa yang
kurang aktif berjumlah 13 ( 62,0 % ), siswa yang cukup aktif berjumlah 4 ( 19, 0
% ) dan belum ada siswa yang aktif maupun sangat aktif. Dari hasil pengamatan
mengikuti pembelajaran. Mengingat permasalahan tersebut, dalam hal ini peneliti
akan mencoba menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran agar keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat optimal dan mencapai hasil yang
diharapkan.
Setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode inkuiri dalam
pembelajaran IPA maka seluruh hasil observasi keaktifan siswa pada siklus 1
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Hasil observasi Keaktifan Siswa Pertemuan I siklus I
13. Haslinda N S S 2 2 2 3 3 3 15 50 %
14. Ibnu Ardiansyah 1 1 2 2 2 2 10 33,3 %
15. Muhammad Guntur 1 1 1 1 1 1 6 20 %
16. Mustofa 2 2 2 2 2 2 12 40 %
17. Ria Puspita Sari 1 2 2 2 3 3 13 43,3 %
18. Rina Rahayu 1 1 1 2 2 1 8 26,6 %
19. Safitri Aisyah 1 1 1 1 1 2 7 23,3 %
20. Siska Widiawati 2 2 3 3 3 2 15 50 %
21. Jihan Farah N 3 2 3 3 3 3 17 56 %
Jumlah 237 792,1 %
Rata-rata 11,3 37,3 %
Keterangan : A : Mengajukan Pertanyaan.
B : Menjawab pertanyaan atau memberi pendapat.
C : Mengerjakan tugas kelompok.
D : Melakukan percobaan.
E : Mencari informasi dari sumber belajar yang ada.
F : Diskusi kelompok.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tertinggi 22 ( 73,3% ) sedang
skor terendah adalah 6 ( 20 %) Skor untuk keseluruhan keaktifan siswa adalah
Tabel 4. .Hasil observasi Keaktifan Siswa Pertemuan II siklus I
tanggal 8 Maret 2010 kelas III SD Negeri Somongari.
18. Rina Rahayu 2 2 1 2 2 1 10 33,3 %
19. Safitri Aisyah 1 2 2 2 3 2 12 40 %
20. Siska Widiawati 2 3 3 3 3 2 15 50%
21. Jihan Farah N 3 3 2 2 4 2 17 56,6 %
Jumlah 266 886, 1 %
Rata-rata 12,7 42,2 %
Keterangan : A : Mengajukan Pertanyaan.
B : Menjawab pertanyaan atau memberi pendapat.
C : Mengerjakan tugas kelompok.
D : Melakukan percobaan.
E : Mencari informasi dari sumber belajar yang ada.
F : Diskusi kelompok.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tertinggi 23 ( 76,6% ) sedang
skor terendah adalah 8 ( 26,6 %) Skor untuk keseluruhan keaktifan siswa
adalah 266 yang berarti hanya mencapai 42,2%
Tabel 5. Hasil observasi Keaktifan Siswa Pertemuan III siklus I
tanggal 15 Maret 2010 kelas III SD Negeri Somongari.
No Nama
Indokator Keaktifan Siswa Skor
Total
Prosentase
A B C D E F
2. Pujiati 3 2 2 3 2 3 15 50 %
3. Aditya F L 2 2 4 3 3 3 18 60 %
4. Danang Tri Aji 2 2 1 1 2 2 10 33,3 %
5. Nopiati 3 2 2 2 2 2 12 40 %
6. Onki Rahmat S 2 2 2 2 3 2 14 46,6%
7. Agustina Dani L 2 2 3 3 3 3 16 53,3 %
8. Ansa Dewi 2 1 2 2 2 2 11 36,6 %
9. Bagus Ariyandani 4 2 3 3 2 2 14 46,6 %
10. Daroji 2 2 2 3 2 3 15 50 %
11. Dinda Nursasmi 2 3 4 4 4 4 23 76,6 %
12. Eka Ferdiansdyah 2 2 3 2 2 2 13 43,3 %
13. Haslinda N S S 3 3 2 3 4 3 18 60 %
14. Ibnu Ardiansyah 2 1 2 2 2 2 11 36,6 %
15. Muhammad Guntur 2 2 2 2 2 2 12 40 %
16. Mustofa 2 3 3 3 2 2 15 50 %
17. Ria Puspita Sari 2 3 3 3 2 2 15 50 %
18. Rina Rahayu 2 2 2 3 2 2 13 43,3 %
19. Safitri Aisyah 2 2 2 2 3 2 13 43,3 %
20. Siska Widiawati 2 3 2 3 4 3 18 60 %
21. Jihan Farah N 3 3 3 3 4 3 19 63,3 %
Jumlah 297 1022,8 %
Keterangan : A : Mengajukan Pertanyaan.
B : Menjawab pertanyaan atau memberi pendapat.
C : Mengerjakan tugas kelompok.
D : Melakukan percobaan.
E : Mencari informasi dari sumber belajar yang ada.
F : Diskusi kelompok.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa skor tertinggi masih tetap 23 ( 76,6%
) sedang skor terendah sudah mengalami peningkatan adalah 10 ( 33,3 %)
Skor untuk keseluruhan keaktifan siswa adalah 297 yang berarti sudah
mencapai 48,7 %
Tabel 6. Hasil Peningkatan Keaktifan Siswa Pada Siklus I
No Nama
Siklus I
Skor Pert I Skor PertII Skor PertIII
1. Prihatin 9 10 12
2. Pujiati 10 12 15
3. Aditya F L 13 15 18
4. Danang Tri Aji 6 8 10
5. Nopiati 6 9 12
6. Onki Rahmat S 11 12 14
7. Agustina Dani L 13 15 16
8. Ansa Dewi 12 9 11
10. Daroji 13 15 15
11. Dinda Nursasmi 22 23 23
12. Eka Ferdiansdyah 10 11 13
13. Haslinda N S S 15 16 18
14. Ibnu Ardiansyah 10 11 11
15. Muhammad Guntur 6 8 12
16. Mustofa 12 14 15
17. Ria Puspita Sari 13 12 15
18. Rina Rahayu 8 10 13
19. Safitri Aisyah 7 12 13
20. Siska Widiawati 15 15 18
21. Jihan Farah N 17 17 19
Jumlah 237 266 297
Rata-rata 11,3 12,7 14,1
Dari tabel diatas dapat didiskripsikan bahwa pada tindakan siklus 1 mulai
dari pertemuan 1 sampai pertemuan 3 skor keaktifan siswa mengalami
peningkatan pada masing-masing siswa walaupun hasilnya belum memuaskan.
Tabel 7. Prosentase Hasil peningkatan keaktifan siswa Siklus I :
No Kategori Interval
Jumlah siswa
Pert I % Pert II % Pert III %