LAPORAN TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MEDAN TIMUR
O L E H
NAMA : LELI NOPIANTI HSB NIM : 062600104
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menamatkan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan tugas akhir ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
NAMA : LELI NOPIANTI HSB
NIM : 062600104
PROGRAM STUDI : D-III ADMINISTRASI PERPAJAKAN
JUDUL : PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK DALAM
UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
MEDAN, JUNI 2009
Ketua PRODIP III Dosen Pembimbing Supervisor
Administrasi Perpajakan Kasi Pelayanan
Drs. Husni Thamrin Nst, M.Si Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Nazaruddin NIP. 131 930 631 NIP. 131 572 433 NIP. 010 210 154
Diketahui oleh Dekan FISIP USU
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmad-Nya sehingga
penulisan laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan Tugas Akhir (LTA) ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
Dalam Laporan Tugas Akhir ini penulis mengemukakan tentang “Pelaksanaan
Ekstensifikasi Wajib Pajak Dalam Upaya Meningkatkan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur”. Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangannya baik dari segi sistematika penulisan, penyajian laporan serta pemakaian
kata-katanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dari pembaca demi kesempurnaan LTA ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan.
3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah
memberikan bimbingan serta arahan sehingga penulisan LTA ini dapat diselesaikan
dengan baik.
4. Pegawai KPP Pratama Medan Timur, khususnya Kepala Seksi Ekstensifikasi, Kepala
memberikan ijin beserta data dan informasi yang diperlukan sehingga penulisan LTA ini
dapat terlaksana dengan baik.
5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Damri Hasibuan dan Ibunda Tonun Siagian serta
seluruh keluarga tercinta, saudaraku Muliadi Hsb, Meliani Hsb, dan Gustina Ayu Hsb
yang telah memberi banyak motivasi dalam penulisan LTA ini.
6. Terima kasih Kepada temanku Khususnya Ely, Nova, dan Seluruh kawan-kawan di
Perpajakan Fisip USU angkatan 2006 yang telah memberi bantuan serta keceriaan dalam
penulisan LTA ini. Terima kasih juga kepada teman-teman kos saya di berdikari 59 ats
motivasinya.
7. Terima kasih kepada seseorang yang telah banyak memberikan masukan, motivasi yang
baik untuk menyelesaikan LTA ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan semua pihak yang memerlukannya.
Medan, Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………..i-ii
Daftar Isi ………...iii-v
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PKLM ………...1
1.2 Tujuan Dan Manfaat PKLM ………...4
1.3 Ruang Lingkup PKLM ……….5
1.4 Metode PKLM ………...5
1.5 Metode Pengumpulan Data ………...7
1.6 Sistematika Penulisan Laporan ………...7
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama medan Timur ………...9
2.2 Ruang Lingkup Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Timur …...13
2.3 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur ……….14
2.4 Bidang-Bidang Kerja KPP Pratama Medan Timur ………..17
2.5 Deskripsi Kerja KPP Pratama Medan Timur ………....21
BAB III : GAMBARAN DATA 3.1 Defenisi Pajak ………26
3.2 Fungsi Pajak ………...27
3.3 Pengertian Ekstensifikasi Wajib Pajak ………...27
3.4 Pengertian Data Dan Jenis-Jenis Data ………...28
3.5 Dasar Hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak ……….30
3.7 Ruang Lingkup Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak ……..31
3.8 Pemeriksaan Pajak ……….34
BAB IV : ANALISIS DATA DAN EVALUASI 4.1 Data Yang Digunakan Sebagai Dasar Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak ………....37
4.2 Kegiatan Pencarian Data ………....39
4.3 Pemanfaatan Data ………...41
4.4 Tahap-Tahap Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak ……….41
4.5 Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak ………43
4.6 Faktor Penghambat ……….47
4.7 Pelaksana Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak ……….48
4.8 Pengawasan ……….49
4.9 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Pada KPP Pratama Medan Timur ………...50
a. Analisis Perkembangan Jumlah WP Pada KPP Pratama Timur ……….50
b. Evaluasi ……….52
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………55
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG PKLM
Sesuai dengan fungsinya, pajak merupakan sumber dana untuk membiayai pengeluaran
rutin negara atau yang sering disebut dengan fungsi budgeter. Kepatuhan masyarakat dalam
membayar pajak sangat diperlukan demi mewujudkan cita-cita pembangunan nasional ke arah
masyarakat yang adil dan makmur.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak, baik intensifikasi maupun
ekstensifikasi yang dimulai sejak dua tahun yang lalu mulai membuahkan hasil. Hal ini dapat
dilihat dari terjadinya peningkatan penerimaan pajak yang cukup tinggi. Realisasi penerimaan
netto pajak (setelah dikurangi restitusi) selama triwulan I tahun 2008 mencapai Rp 113,533
triliun, atau 2,83% di atas target. Jumlah ini belum termasuk penerimaan PPh migas sesuai yang
tercatat dalam Fiscal News Jakarta. Jika dibandingkan dengan penerimaan triwulan I tahun 2007
yang jumlahnya Rp 79,559 triliun, penerimaan triwulan I tahun 2008 meningkat sebesar 42,7%.
Pada APBN 2008 surplus serbesar Rp 36,57 dari penerimaan pajak. Pada tahun 2008 Ditjen
Pajak mentargetkan penerimaan sebesar Rp 534,53 triliun, adapun realisasinya mencapai hingga
Rp 571,1 triliun. Meningkatnya pemohon wajib pajak baru diindikasi dengan terus bertambahnya
pemohon Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dengan adanya program Sunset Policy pada tahun
Sejak terjadinya krisis ekonomi, peranan kebijakan fiskal sangat penting. Perkembangan
pendapatan negara harus diupayakan lebih cepat dari perkembangan belanja negara. Dalam hal
ini, sektor pajak adalah sektor yang paling ideal dan paling menjanjikan untuk membiayai APBN
yang mana belanja negara tiap tahunnya terus meningkat. Apalagi pada zaman sekarang ini
banyak wajib pajak yang menganggap bahwa membayar pajak tidak ada gunanya, bahkan banyak
wajib pajak yang melakukan perlawanan terhadap Undang-Undang Perpajakan untuk
meminimalkan setoran pajaknya.
Alasan utama dipilihnya sektor pajak sebagai sumber dana utama merupakan upaya
pemerintah untuk melepaskan perekonomian negara dari ketergantungan pada pihak luar negeri.
Dengan digunakannya pajak sebagai dana utama pembangunan, diharapkan negara mampu
mandiri untuk membiayai pembangunan. Tekad kemandirian ini dapat diwujudkan secara nyata
dengan memaksimalkan penerimaan pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi dari berbagai
jenis pajak.
Pajak merupakan penerimaan negara yang wajib dibayar oleh wajib pajak kepada negara
berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran
umum dan pengeluaran pembangunan negara. Bila kita perhatikan keadaan sekeliling kita, seperti
jalan-jalan, sekolah-sekolah, serta fasilitas-fasilitas umum yang kita pakai tentu membutuhkan
biaya yang sangat besar untuk membangun dan memeliharanya. Untuk menutupi biaya-biaya
tersebut diperlukan dana, yang sekarang ini paling dominan bersumber dari pajak di samping
adanya sumber-sumber potensial lainnya.
Adapun salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah dengan
melaksanakan ekstensifikasi perpajakan. Dalam hal ini, berkaitan dengan penambahan jumlah
perpajakan ini yang paling sering dilakukan adalah penambahan jumlah wajib pajak yang tidak
mau untuk mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak atau pengysaha kena pajak.
Dengan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, peserta diharapkan dapat
memperdalam pengetahuannya di bidang perpajakan serta untuk memberikan pengalaman praktis
atas teori-teori yang diperoleh selama kuliah di Program Diploma III Administrasi Perpajakan
FISIP USU, sehingga setelah peserta nantinya menamatkan studinya dapat memperoleh bekal
dan keterampilan untuk menghadapi dunia kerja yang nyata. Berdasarkan pada praktik
sehari-hari, banyak di antara masyarakat yang sudah terdaftar dan mempunyai Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) masih dikirimkan surat imbauan NPWP atau pemberiaan NPWP secara jabatan,
sedangkan adapula yang belum mempunyai NPWP tapi sama sekali belum dikirimkan surat
imbauan NPWP atau pemberian NPWP secara jabatan. Hal ini merupakan salah satu pelaksanaan
ekstensifikasi wajib pajak. Jadi, berdasarkan masalah tersebut Penulis ingin mengetahui lebih
lanjut langkah-langkah serta data-data apa saja yang menjadi dasar pelaksanaan ekstensifikasi
wajib pajak, sehingga tidak menimbulkan penafsiran negatif bagi kalangan masyarakat.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang permasalahan di atas, penulis tertarik untuk
memilih judul Laporan Tugas Akhir (LTA) tentang “PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI
WAJIB PAJAK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”
Pada dasarnya, pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri bertujuan untuk
mengembangkan atau menguji pengetahuan pesertanya.
Adapun yang menjadi tujuan PKLM ini adalah :
a. Untuk mengetahui langka-langkah serta data apa saja yang menjadi landasan pelaksanaan
ekstensifikasi wajib pajak.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan ekstensifikasi wajib
pajak tersebut.
c. Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi hambatan pelaksanaan ekstensifikasi
perpajakan tersebut.
Manfaat PKLM a. Bagi Mahasiswa
Dengan PKLM ini diharapkan akan memperdalam pengetahuan pesertanya di bidang
perpajakan khususnya pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.
b. Bagi Instansi/Tempat PKLM (KPP Pratama Medan Timur)
Diharapkan dapat menjadi masukan atau sebagai pertimbangan untuk meningkatkan
penerimaan negara dari sektor pajak.
c. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang perpajakan sekaligus
sebagai penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak.
3. RUANG LINGKUP PKLM
Dalam hal ini, Penulis melakukan PKLM di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
1. Ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.
2. Persiapan dan langkah-langkah pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.
3. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.
4. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
adalah sebagai berikut :
Persiapan
Pada tahap ini Penulis melakukan persiapan-persiapan mulai dari penentuan tempat
Praktik Kerja Lapangan (PKLM), mencari bahan untuk pembuatan proposal serta
konsultasi dengan pihak dosen.
Studi Literatur
Di dalam tahap ini Penulis mencari berbagai bacaan seperti : Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan dan lain-lain maupun literatur yang
berhubungan dengan objek PKLM.
Observasi Lapangan
Di dalam tahap ini penulis melakukan observasi lapangan selama satu bulan. Yaitu
dengan mencari key informan, mengetahui waktu untuk memberikan surat pengantar,
melaksanakan wawancara dan mengamati proses ekstensifikasi wajib pajak pada KPP
Pratama Medan Timur.
Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan langkah-langkah pelaksanaan
ekstensifikasi wajib pajak.
Kegitan-kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis dan mengevaluasi data meliputi
:
a. Penggunaan teknik-teknik analisis yang sesuai dengan bentuk dan macam data yang
diperoleh sesuai dengan tuntutan permasalahan Praktik Kerja Lapangan (PKLM).
b. Pengolahan data dengan memberikan penjelasan secara sistematis atas permasalahan
yang diangkat.
5. METODE PENGUMPULAN DATA
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) ini, maka Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
Observasi
Pengumpulan data tentang pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak dan melakukan
pengamatan langsung tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Daftar Wawancara (Interview Guide)
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan melibatkan pegawai
(key informan) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur baik secara lisan maupun
tulisan yang berhubungan dengan objek studi.
Daftar Dokumentasi
Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi yang berhubungan dengan
pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak.
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam BAB I Penulis mengemukakan Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan
Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode
Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri .
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Dalam BAB II berisi tentang sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur.
BAB III : GAMBARAN DATA
Dalam BAB ini Penulis membahas mengenai pelaksanaan ekstensifikasi wajib
pajak serta kendala-kendala yang dihadapi dalan pelaksanaannya.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN EVALUASI
Dalam BAB ini Penulis menganalisis data yang diperoleh kemudian mengadakan
evaluasi serta memberikan interprestasi untuk menjawab rumusan masalah yang
diajukan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Penulis menarik kesimpulan dari uraian yang ada dan memberikan saran yang dapat
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Timur
Di zaman penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dinamakan Kantor
Belasting dan kemudian berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (setelah merdeka) yang
kemudian berubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak yang induk organisasinya Direktorat Jendral
Pajak Departemen Keuangan RI. Tahun 1976 di Sumatera Utara berdiri 3 (tiga) Kantor Inspeksi
Pajak yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat maka dirasakan perlu adanya
tambahan kantor untuk melayani masyarakat di dalam membayar pajak. Oleh sebab itu didirikan
Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang KPP Pratama Medan Timur dan KPP Pratama
Medan Kota).
Selanjutnya untuk lebih memantapkan nilai pelayanannya kepada masyarakat, maka
berdasarkan Kep. Menkeu RI tanggal 25 Maret 1989 N0. 267/KMK.01/1989, telah diadakan
perubahan yang telah menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi
Kantor Inspeksi Pajak (KIP) diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dan juga
dibentuk Kantor Pelayanan PBB.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan
keputusan Menkeu No. Kep.-758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus 1993. Kantor Pelayanan
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
Terhitung mulai 1 April 1994 Kantor Pelayan Pajak berubah menjadi 4 (empat) wilayah
kerja yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan,
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Secara bertahap sejak tahun 2002, Kantor Pelayanan Pajak telah mengalami modernisasi
sistem dan stuktur organisasi menjadi instansi yang berorientasi pada fungsi, bukan lagi pada
jenis pajak. Kantor Pelayanan Pajak modern juga merupakan penggabungan dari Kantor
Pelayanan Pajak konvensional dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Pada tahun 2002
tersebut, dibentuk 2 KPP Wajib Pajak Besar atau LTO (Large Tax Office). KPP ini menangani
300 WP Badan Terbesar di seluruh Indonesia dan hanya mengadministrasikan jenis pajak PPh
dan PPN.
Pada tahun 2003 dibentuk 10 KPP Khusus yang antara lain :
1. KPP BUMN
2. Perusahaan PMA
3. WP Badan dan Orang Asing
4. Perusahaan Masuk Bursa
Kemudian pada tahun 2004 dibentuk pula KPP Madya atau MTO (Medium Tax Office).
Sedangkan KPP Modern yang menangani WP terbanyak adalah KPP Pratama atau STO (Small
KPP Pratama baru dibentuk pada tahun 2006 s.d 2008. Perbedaan utama antara KPP STO
dengan KPP LTO maupun KPP MTO antara lain adalah dengan adanya Seksi Ekstensifikasi pada
KPP STO, sehingga dapat dikatakan pula KPP STO merupakan ujung tombak bagi Direktorat
Jendaral Pajak (DJP) untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.
Kantor Pelayanan Pajak Modern terbagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu :
a. Kantor Pelayanan Pajak Besar
b. Kantor Pelayanan Pajak Madya
c. Kantor Pelayan Pajak Pratama
Dengan dibentuknya KPP Pratama maka Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan
menjadi 7 (tujuh) KPP yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi daerah :
a. Kecamatan Medan Deli
b. Kecamatan Medan Labuhan
c. Kecamatan Medan Belawan
d. Kecamatan Medan Marelan
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi daerah:
a. Kecamatan Medan Tembung
b. Kecamatan Medan Timur
c. Kecamatan Medan Perjuangan
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi daerah :
a. Kecamatan Medan Kota
b. Kecamatan Medan Amplas
c. Kecamatan Medan Area
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi daerah :
a. Kecamatan Medan Maimun
b. Kecamatan Medan Baru
c. Kecamatan Medan Selayang
d. Kecamatan Medan Tuntungan
e. Kecamatan Medan Polonia
f. Kecamatan Medan Johor
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi daerah :
a. Kecamatan Medan Helvetia
b. Kecamatan Medan Sunggal
c. Kecamatan Medan Petisah
6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Binjai, dengan ruang lingkup meliputi daerah :
a. Kota Binjai
b. Kabupaten Langkat
7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, dengan ruang lingkup daerah meliputi :
a. Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Kantor Pelayan Pajak
Medan Timur dimekarkan menjadi dua Kantor Pelayanan Pajak yaitu Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2.2 Ruang Lingkup Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Timur
Adapun Ruang lingkup Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
adalah sebagai berikut :
b. Kecamatan Medan Timur
c. Kecamatan Medan Perjuangan
2.3 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak dipimpin oleh seorang kepala kantor yang bertugas
melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan dalam daerah wewenangnya
berdasarkan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak. Secara umum tugas Kantor
Pelayanan Pajak Pratama meliputi :
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan,
penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian
objek Pajak Bumi dan Bangunan,
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan
Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,
4. Penyuluhan perpajakan,
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak,
6. Pelaksanaan Ekstensifikasi,
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak,
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,
10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan,
11. Pelaksanaan Intensifikasi,
13. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau
Bangunan,
14. Pelaksanaan administrasi kantor.
Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada dibawah seorang koordinasi Kepala
Kantor Wilayah I Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara, dimana seluruh pegawainya adalah
Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan RI.
Kantor Pelayanan Pajak dapat digolongkan menjadi 2 (dua) tipe, yaitu tipe A dan tipe B.
Kantor Pelayanan Pajak tipe A merupakan Kantor Pelayanan yang tergolong dalam skala besar,
yang biasanya di ibukota propinsi sedangkan KPP tipe B merupakan Kantor Pelayanan Pajak
yang wilayah kerjanya tidak melebihi dari wilayah kerja Kantor pelayanan Pajak tipe A, biasanya
berada di kotamadya dan kabupaten, jadi berdasarkan wilayah diatas maka Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur dapat digolongkan KPP tipe A karena wilayahnya berkedudukan di
ibukota Propinsi Sumatera Utara.
Namun berdasarkan SK. Menkeu RI No.162/KMK.01/1997 tanggal 10 April 1997
tentang peningkatan KPP tipe B menjadi tipe A,sehingga dengan adanya surat keputusan itu KPP
tipe B tidak ada lagi di kantor wilayah I Dirjen Pajak Sumbagut.
Berdasarkan SK. Menkeu RI No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang
susunan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan
Pajak Medan Timur, membawahi 1 sub bagian, 8 seksi, 1 kantor penyuluhan ditambah kelompok
tenaga fungsional (yang berada diluar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak) yakni terdiri
dari:
1. Sub Bagian Tata Usaha (TU)
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi
5. Seksi Pajak Penghasilan Badan
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya
8. Seksi Penagihan
9. Seksi Penerimaan dan Keberatan
10. Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
Namun setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2006 Kantor Pelayanan Pajak
Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Pelayanan
Pajak Pratama terbagi menjadi beberapa seksi yaitu :
1. Subbagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
2.4 Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2.4.1 Sub Bagian Umum (Subbag. Umum)
Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan Tata Usaha, Kepegawaian,
Keuangan dan Rumah Tangga. Sub Bagian Umum membawahi 3 (tiga) Koordinator Pelaksana
yaitu :
1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha dan Kepegawaian
2. Koordinator Pelaksana Keuangan
3. Koordinator Rumah Tangga
2.4.2 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (Seksi PDI)
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan, urusan pengolahan
data dan informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta
ekstensifikasi Wajib Pajak.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi membawahi 3 (tiga) koordinator pelaksana yaitu :
1. Koordinator Pelaksana PDI I, bertugas untuk melaksanakan pengolahan data keluaran
dan masukan
2. Koordinator Pelaksana PDI II, bertugas untuk melaksanakan pegolahan data dan
menyajikan informasi perpajakan.
3. Koordinator Pelaksana PDI III, bertugas untuk melaksanakan penggalian potensi
perpajakan, ekstensifikasi wajib pajak dan membuat monografi perpajakan.
2.4.3 Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan
registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerja sama perpajakan. Seksi Pelayanan membawahi 3
(tiga) koordinator pelaksana yaitu :
1. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu
2. Koordinator Pelaksana Surat Pemberitahuan
3. Koordinator Penyuluhan Perpajakan
2.4.4 Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,
penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak,
serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
Seksi Penagihan membawahi 2 (dua) Koordinator Pelaksana yaitu :
1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak.
2. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif.
2.4.5 Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi
Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur :
“Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Pemeriksaan antara lain menyususn Daftar
Nominatif dan atau Lembar Pemeriksaan Wajib Pajak yang akan diperiksa, membuat
usulan pembatalan Daftar Nominatif dan atau Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2)
Pemeriksaan Pajak (SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat
Pemanggilan Pemeriksaan Pajak”.
2.4.6 Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai
objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi
Vertikal Direktoral Jenderal Pajak mengatur :
“Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan antara lain
melaksanakan penerbitan dan penatausahaan Surat Himbauan NPWP dan atau
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), menyusun Daftar Nominatif Wajib Pajak yang
akan dilakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian NPWP dan atau
pengukuhan PKP secara jabatan, dan membimbing pelaksanaan dan penatausahaan
pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP
secara jabatan”.
2.4.7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi
Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi Pengawasan Dan Konsultasi IV, masing-masing
mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,
bimbingan / himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil
Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka
melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi
dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan dan melakukan evaluasi
2.4.8 Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan Fungsional masing-masing
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh
pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama
yang bersangkutan. Adapun jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2.5 Deskripsi Kerja KPP Pratama Medan Timur 2.5.1 Sub. Bagian Umum
Sub. Bagian Umum mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :
a. Penerimaan dokumen di KPP
b. Pemrosesan dan penetausahaan dokumen masuk
c. Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta pengambilan sumpah
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
d. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung kepada rekanan
e. Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala KPP dan pembuatan laporan tahunan.
f. Penyusunan tanggapan/tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP)/Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Itjen Depkeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksa
Lainnya dan lain-lain.
2.5.2 Seksi Pengolahan Data dan Infomasi
Adapun prosedur standar kerja Seksi Pengolahan Data dan Informasi adalah :
a. Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan
ekonomi dan keuangan
c. Pemrosesan dan Penatausahaan dokumen masuk di Seksi PDI
d. Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak lain
e. Pembentukan dan pemanfaatan Bank Data dan lain-lain.
2.5.3 Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :
a. Penatausahaan surat, dokumen, dan laporan wajib pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu
(TPT)
b. Penyelesaian pemindahan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) lama dan baru
c. Penyelesaian permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
d. Pendaftaran dan pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
e. Penyelesaian permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh
f. Penerbitan Surat Teguran penyampaian SPT Masa dan SPT Tahunan PPh
g. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi dan lain-lain.
2.5.4 Seksi Penagihan
Seksi penagihan mempunyai prosedur standar kerja :
a. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Penagihan
b. Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak (STP) beserta bukti
pembayarannya
c. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
d. Penerbitan STP Bunga Penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita
e. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan terhadap wajib pajak tertentu dan
lain-lain
Seksi Pemeriksaan mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :
a. Penyelesaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar
b. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penjualan Barang
Mewah
c. Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Nota Penghitungan
d. Pengamatan KPP, pemeriksaan kantor, pemeriksaan lapangan dan penyelesaian Usulan
Pemeriksaan dan lain-lain.
2.5.6 Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Adapun prosedur standar kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan di KPP adalah sebagai
berikut :
a. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian kantor maupun lapangan
b. Penerbitan Surat Himbauan untuk ber-NPWP
c. Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka pembuatan Monografi Fiskal
d. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pengembalian SPOP dan mutasi sebagian atau
seluruhnya objek dan subjek pajak PBB
e. Penerbitan daftar nominatif untuk usulan SP3 PSL Ekstensifikasi dan lain-lain
2.5.7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :
a. Penyelesaian permohonan penggunaan nilai buku dalam rangka penggabungan usaha,
pengambilalihan usaha, atau pemekaran usaha
b. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) dan Surat Perintah
Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)
c. Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
d. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi PBB di
KPP
e. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh atas Bunga
Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
f. Pembuatan Surat Pemberitahuan perubahan besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal
25 (Dinamisasi) dan lain-lain.
2.5.8 Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari
sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang
keahliannya. Setiap kelompok dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan.
Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk
oleh Kepala Kantor Wilayah, Kepala KPP, Kepala KPPBB, atau Kepala Karikpa yang
bersangkutan.
2.5.9 Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
KP2KP mempunyai tugas melakukan urusan pelayanan, penyuluhan, dan konsultasi
perpajakan kepada masyarakat serta membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. KP2KP adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal
Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan
Pajak Pratama.
a. Pelaksanaan penyuluhan, sosialisasi, dan pelayanan konsultasi perpajakan kepada
masyarakat,
b. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,
c. Bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak,
d. Pemberian pelayanan kepada masyarakat di bidang perpajakan dalam rangka
membantu Kantor Pelayana Pajak Pratama,
e. Pelaksanaan administrasi kantor
KP2KP terdiri dari :
1. Petugas Tata Usaha
2. Kelompok Jabatan Fungsional
BAB III
GAMBARAN DATA 3.1 Defenisi Pajak
Para ahli dalam bidang perpajakan memberikan pengertian yang berbeda
beda tentang perpajakan, namun pada dasarnya maksud dan tujuannya adalah
sama.
Rochmat Soemitro tahun 1997 (dalam Mardiasmo 2003) berpendapat bahwa :
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan harta dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (publieke uitgaven).
Sebenarnya pajak adalah kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya “digunakan”untuk “publik saving” yang merupakan sumber utama untuk mebiayai “publik investment”.
Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa pajak adalah kewajiban yang harus dibayar ke
kas negara berdasarkan undang-undang untuk membiayai pengeluaran rutin dan publik saving.
Sedangkan menurut Prof. Dr. P.J. A. Adriani tahun 1998 (dalam Liberty P. 2002) :
Pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umumnya berhubungan dengan tugas negara menyelenggarakan pemerintah.
Dari defenisi tersebut diatas dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu :
a. Pajak dapat dipaksakan pemungutannya (berdasarkan undang-undang)
b. Membayar pajak tidak mendapatkan kontra prestasi/timbal balik secara langsung
c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
d. Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
3.2 Fungsi Pajak
a. Fungsi Budgeter, yaitu fungsi yang letaknya disektor publik dimana pajak merupakan
suatu sumber untuk memasukkan uang ke kas negara yang akan digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin negara, dan apabila setelah itu masih terdapat
surplus akan digunakan untuk membiayai investasi pemerintah.
b. Fungsi Reguler (mengatur), yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan
tertentu selain di bidang keuangan yang umumnya ditujukan terhadap sektor swasta.
3.3 Pengertian Ekstensifikasi Wajib Pajak
Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik
Indonesia No. : SE.06/PJ.9/2001 ekstensifikasi wajib pajak dilakukan dalam rangka
meningkatkan jumlah wajib pajak dan mengoptimalkan penerimaan pajak.
Dalam Surat Edaran tersebut adapun yang dimaksud dengan :
a. Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah
wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal
Pajak (DJP).
b. Pemeriksaan adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek
pajak serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP serta
hasil dari pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak sebagaimana tersebut di atas.
3.4 Pengertian Data dan Jenis-Jenis Data
Berdasarkan Pedoman Induk Tata Usaha Pengolahan Data (PTUPD) tahun 1992, data
adalah keterangan dalam segala bentuk baik yang terutang dalam tulisan, media elektronik dan
rekaman.
Berdasarkan pengertian data tersebut di atas, data dapat dibedakan berdasarkan :
3.4.1 Berdasarkan Klasifikasinya :
Adalah keterangan yang menunjukkan kegiatan atau keadaan secara umum dalam
suatu masa tertentu tanpa menunjukkan secara khusus kegiatan atau keadaan wajib pajak
tertentu.
b. Data Mikro
Adalah keterangan yang menunjukkan secara khusus memberi
petunjuk kegiatan atau keadaan wajib pajak badan maupun perseorangan dalam peristiwa
atau masa tertentu.
3.4.2 Berdasarkan Jumlah Satuannya, data dibedakan atas :
a. Data Tunggal, yaitu data mikro dalam suatu dokumen hanya memberi petunjuk tentang
kegiatan atau keadaan seseorang/satu wajib pajak dalam suatu masa tertentu.
b. Data Gabungan, yaitu data mikro dalam suatu dokumen yang dapar memberi petunjuk
tentang kegiatan beberapa wajib pajak badan maupun perseorangan dalam suatu masa
tertentu.
3.4.3 Nilai data adalah nilai yang dinyatakan dalam satuan uang dari suatu keadaan peristiwa
atau perbuatan. Misalnya :
a. Nilai bukti potong PPh Pasal 23 adalah nilai sewa / deviden / royalti / bunga.
b. Nilai bukti potong PPh Pasal 21 dalah nilai gaji.
c. Nilai NJOP adalah nilai jual bumi dan bangunan, dan lain-lain.
3.4.4 Sumber Data adalah asal darimana data itu diperoleh, yaitu :
a. Wajib Pajak sendiri menghasilkan data antara lain berupa SPT, surat menyurat wajib
b. Instansi atau lembaga pemerintah/swasta, karena tugasnya menghasilkan data antara lain
berupa izin tenaga kerja asing/izin penempatan tenaga kerja asing, surat izin tempat
usaha, surat izin usaha perdagangan, izin mendirikan bangunan, akte pendirian,
pengesahan badan hukum, sertifikat tanah dan lain-lain.
c. Dari pihak ketiga, antara lain temuan-temuan pada waktu pemeriksaan berupa bukti
pemungutan/pemotongan pajak, faktur pajak, invoice, voucher dan surat menyurat
lainnya.
d. Mass Media, baik berupa media cetak, media elektronik, brosur-brosur, televisi, radio dan
lain-lain.
e. Manca negara (khususnya negara partner tax treaty)
3.4.5 Pengolah data unit organisasi Direktorat Jenderal Pajak yang ditugaskan untuk melakukan
proses pengolahan data sehingga siap untuk disajikan, disalurkan dan dimanfaatkan.
3.5 Dasar Hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Adapun yang menjadi dasar hukum pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak ini adalah
sebagai berikut :
a. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-06/PJ.9/2001 Tentang Pelaksanaan Ekstensifikasai
Wajib Pajak dan Intensifikasi Wajib Pajak,
b. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-04/PJ.7/2001 Tentang Pemeriksaan Sederhana
Lapangan dalam Rangka Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak,
c. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-07/PJ/2005 tentang Kebijakan Pemeriksaan
Tujuan Lain,
d. Peraturan Menteri Keuangan No. 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
e. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-04/PJ.04/2007 tentang Rencana Pemeriksaan
Nasional dan Kebijakan Umum Pemeriksaan Tahun 2007
f. UU No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan perihal
kewajiban mendaftarkan diri dan memperoleh NPWP.
3.6 Unit Organisasi Pelaksana Ekstensifikasi Wajib Pajak
Adapun unit organisasi yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak adalah
sebagai berikut :
a. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) serta
kantor penyuluhan pajak yang di luar kota kedudukan KPP,
b. Dalam hal ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi pajak dimaksudkan untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang, kepala KPP dapat menunjuk petugas pada seksi
PPh, seksi PPN dan Pajak Langsung Lainnya, serta seksi lainnya yang ada pada KPP
untuk diperbantukan kepada seksi PDI dan Kantor Penyuluhan Pajak.
c. Khusus untuk pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak dalam tahun 2001, dilakukan oleh
tim dan satuan tugas yang dikoordinir oleh kepala seksi PDI dengan pengarahan dan
pengawasan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
3.7 Ruang Lingkup Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak meliputi :
a. Pemberian NPWP dan atau Pengukuhan sebagai PKP, termasuk pemberian NPWP secara
jabatan terhadap wajib pajak PPh orang pribadi yang berstatus sebagai karyawan
perusahaan, orang pribadi yang bertempat tinggal di wilayah atau lokasi pemukiman atau
perumahan, dan orang pribadi lainnya (termasuk orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan), yang menerima atau
NPWP adalah nomor pokok yang diberikan kepada WP sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya.
Yang dimaksud pemberian NPWP atau pengukuhan PKP secara jabatan adalah pemberian
NPWP atau Pengukuhan sebagai PKP tehadap WP atau PKP yang telah memenuhi syarat untuk
memperoleh NPWP atau dikukuhkan sebagai PKP tetapi mereka tidak/belum mendaftarkan diri
unruk diberikan NPWP dan/atau NP PKP.
Sesuai dengan KEP-338/P.J/2001 yang dimaksud dengan wajib pajak orang pribadi yang
berstatus karyawan adalah karyawan tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan yang jumlahnya diatas PTKP.
b. Pemberian NPWP di lokasi usaha, termasuk pengukuhan sebagai PKP, terhadap orang
pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha di sentra perdagangan atau
perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan industri
atau sentra ekonomi lainnya.
Dalam rangka tertib administrasi, Pasal 3 A KEP 161/PJ/2001 menegaskan bahwa setiap
pengusaha OP yang melakukan penyerahan BKP atau JKP wajib memiliki NPWP dan wajib
mempunyai nomor Pengukuhan sebagai PKP.
Tempat pengukuhan atau pelaporan sebagai PKP adalah di KPP yang wilayah kerjanya
melipiti tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.
Waktu melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak harus
dilakukan selambat-lambatnya satu bulan setelah saat usaha mulai dijalankan dan kepadanya
akan diberikan nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, saat itulah yang bersangkutan menjadi
PKP yang terdaftar, yaitu pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang telah dicatat
Setiap pengusaha yang melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP diwajibkan
mengisi formulir, yang harus diisi dan ditanda tangani sendiri, boleh menunujukkan kuasanya,
tetapi harus didukung dengan surat kuasa khusus.
c. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP terhadap Wajib Pajak badan yang
berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh ternyata belum terdaftar sebagai wajib
pajak dan atau PKP baik di domisili atau lokasi.
Wajib pajak badan wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP ke KPP yang
wilayahnya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan usaha paling lama 1 (satu)
bulan setelah usaha mulai dijalankan.
3.8 Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan
mengolah data dan/atau ketetapan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor :199/PMK.03/2007 tentang Tata cara Pemeriksaan
Pajak, antara lain mengatur bahwa pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dilakukan dengan kriteria antara lain
sebagai berikut :
a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan
b. Penghapusan NPWP
c. Pengukuhan atau pancabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaeraha terpencil
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai
i. Pemeriksaan dalam Rangka penagihan pajak
j. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian
sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan , dan atau
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mendidik dan mengingatkan/menghukum wajib pajak
terhadap arti kejujuran pajak. Pemeriksaan pajak dilakukan oleh pegawai DJP, yakni PNS yang
memiliki keahlian sebagai pemeriksa, selain itu pemeriksa pajak bisa merupakan tenaga ahli yang
ditumjuk oleh DJP, misalkan pegawai Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan,
Inspektorat Jendral Departemen Keuangan dan Pemeriksa dari akuntan publik.
Adapun jenis pemeriksaan itu antara lain :
1. Pemeriksaan Lengkap yaitu pemeriksaan lapangan untuk seluruh jenis tahu pajak, untuk
tahun pajak berjalan, untuk tahun-tahun sebelumnya yang akan dilakukan dengan
menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang lazim digunakan, umumnya pemeriksaan ini
dilakukan oleh Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak,
2. Pemeriksaan Sederhana yaitu serangkaian kegiatan pemeriksaan untuk mengumpulkan
dan mengolah data dan/atau kegiatan lainnya dengan menerapkan teknik pemerikasaan
dengan bobot dan kedalaman yang sederhana, pemeriksaan sederhana ini dapat dibagi
dua, yaitu :
a. Pemeriksaan Sederhana Lapangan, yaitu pemeriksaan yang bertujuan untuk
memberikan NPWP dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.
Ruang lingkup pemeriksaan sederhana lapangan dalam rangka kegiatan ekstensifikasi
wajib pajak meliputi pemeriksaan terhadap calon WP yang telah dikiri surat himbauan
1. Calon WP tidak menanggapi atau merespon surat himbauan,
2. Calon WP menanggapi surat himbauan dan menyatakan bahwa dirinya tidak wajib
memiliki NPWP,
3. Surat himbauan kembali dari kantor pos (Kempos).
b. Pemeriksaan Sederhana Kantor, yaitu pemeriksaan untuk jenis pajak tertentu dalam
tahun pajak berjalan dengan menggunakan data-data yang ada di dalam kantor.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN EVALUASI
4.1 Data Yang Digunakan Sebagai Dasar Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Sesuai dengan surat edaran Direktorat Jendral Pajak No : SE-06/PJ.9/2001 data yang
digunakan untuk pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak meliputi data intern dan data ekstern,
antara lain :
a. Pelanggan listrik untuk rumah tinggal dengan muatan 6.600 watt atau lebih,
b. Pelanggan Telkom dengan pembayaran pulsa rata-rata perbulan Rp.300.000, atau lebih,
c. Pemilik mobil dengan nilai Rp. 200.000.000 atau lebih, atau pemilik motor dengan nilai
Rp. 100.000.000 atau lebih,
d. Pemegang paspor Indonesia, kecuali pemegang paspor haji dan pemegang paspor tenaga
kerja Indonesia (tidak termasuk wak pesawat terbang atau kapal laut),
e. Tenaga kerja asing (expatriate) yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
f. Karyawan lokal kedutaan besar asing atau organisasi internasional,
g. Pemilik tanah dan atau bangunan dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Rp.
1.000.000.000 atau lebih berdasarkan data kartu jalan atau peta blok atau DHR atau data
SPOP,
h. Data Orang Pribadi atau Badan selaku penjual atau pembeli tanah dan atau bangunan dari
laporan pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) atau informasi dari notaris dengan Rp.
60.000.000 atau lebih,
i. Pemilik telepon selular pasca bayar,
k. Pemegang polis atau premi asuransi,
l. Pemegangkartu keanggotaan golf,
m. Artis,
n. Pemilik atau penyewa ruang apartemen atau kondiminium,
o. Pemilik kapal pesiar atay “yacth”, “speed boad” dan pesawat terbang,
p. Pemilik saham yang diperdagangkan di pasar bursa,
q. Pemilik rumah sewa dan kost,
r. Pemegang saham, komisaris, direktur dan penerima deviden,
s. Pemilik atau penyewa atau pengguna dan pengelola ruangan pada sentra perdagangan
atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan
indurtri atau sentra ekonomi lainnya,
t. Subjek pajak yang berdasarkan data pada lampiran Surat Pemberitahuan (SPT), telah
memenuhi syarat sebagai wajib pajak, tetapi belum mempunyai NPWP,
u. Data yang ditemukan dalam pelaksanaan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL).
4.2 Kegiatan Pencarian Data
Sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, pencarian data dapat dibedakan menjadi :
a. Pencarian data secara aktif meliputi :
1. Pertama-tama dilakukan penjajakan mengenai instansi / asosiasi / persekutuan profesi
yang akan dihubungi dan jenis-jenis data yang akan diminta,
2. Setelah diketahui instansi / asosiasi / persekutuan profesi serta jenis data yang akan
diminta, dilakukan penjajakan untuk mengetahui cara-cara mendapatkan data,
3. Setelah hal tersebut diatas, maka disiapkan :
b. Surat Tugas Pencarian Data (KP.PDIP 3.7)
4. Surat Permintaan Data dan tugas pencarian data (setelah ditanda tangani Kepala KPP)
dicatat pada buku register pencarian data (KP.PDIP 3.23) untuk selanjutnya
diserahkan kepada petugas yang akan menyampaikan atau mengirim surat tersebut.
Adapun rincian surat tersebut adalah sebagai berikut :
- Lembar I : Untuk Instansi / Lembaga pemerintah / swasta sumber,
- Lembar II : Dikirim kepada Kakanwil atasan langsung KPP,
- Lembar III : Disimpan sebagai arsip.
Dengan berbekal surat tersebut, petugas mendatangi instansi / asosiasi / persekutuan
profesi yang bersangkutan untuk meminta data sebagaimana telah diuraikan dalam surat
permintaan data tersebut. Sebagai bukti bahwa tugas menghubungi instansi / asosiasi /
persekutuan profesi yang bersangkutan telah dilaksanakan, maka petugas tersebut meminta agar
pihak yang dikunjungi membubuhkan cap, tanda tangan serta tanggal pada surat tugas untuk
selanjutnya dicatat pada buku register pencarian data (KP.PDIP 3.23).
Upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk menjangkauwaji pajak
semaksimal mungkin adalah dengan melaksanakan ekstensifikasi wajib pajak, yaitu dengan cara
menjalin kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dan instansi swasta. Dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak sebagai unsur pelaksana Direktorat
Jenderal Pajak yang langsung berhubungan dengan masyarakat / wajib pajak, maka dalam
pelaksanaannya dibebankan kepada fiskus untuk mencari wajib pajak yang potensial agar
memiliki NPWP dan sekaligus menghimbau kesadaran untuk membayar pajak bagi masyarakat
yang belum mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.
Dari hasil himbauan inilah data-data diperoleh dari pihak ketiga, misalnya data berupa
tercantum dalam data-data tersebut mula-mula dicek dengan menggunakan komputer, kemudian
diadakan pemeriksaan sesuai dengan alamatnya apakah sudah terdaftar sebagai wajib pajak.
Apabila wajib pajak tersebut tidak dikenal maka unit pengolahan data tersebut memberi tanda
pada daftar WP tidak dikenal maka akan diterbitkan surat himbauan NPWP kemudian dikirimkan
kepada wajib pajak. Sebagaimana yang telah ditentukan dalam surat himbauan tersebut, bila
sampai tanggal jatuh tempo sudah lewat tapi wajib pajak tidak memberi tanggapan akan
dilakukan verifikasi lapangan atau Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL).
4.3 Pemanfaatan Data
Berdasarkan tujuannya, data-data yang diperoleh dari Wajib Pajak digunakan untuk
pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi pemungutan pajak. Pemanfaatan data
untuk kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dilakukan apabila data tersebut menyangkut wajib
pajak yang belum terdaftar (belum mempunyai NPWP, belum mendaftarkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP) yang berdomisili atau bertempat kedudukan di wilayah kerja KPP
Pratama Medan Timur. Atas data-data tersebut, KPP Pratama Medan Timur mengirim surat
himbauan kepada calon WP supaya mendaftarkan diri atau usahanya sebagai Wajib Pajak atau
Pengusaha Kena Pajak.
4.4 Tahap-Tahap Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Agar pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dapat dilakukan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, maka pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak harus direncanakan dengan
sebaik-baiknya. Adapun yang menjadi tahap-tahap pelaksanaan ekstensifikasi WP tersebut adalah
sebagai berikut :
a. KPP melakukan identifikasi terhadap data yang diperoleh pada waktu pencarian data
tersebut diatas dan mencocokkannya dengan data Master File Lokal (MFL) melalui
b. KPP membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP dan atau
Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP PKP) sesuai dengan data yang dimiliki.
c. KPP mempersiapkan sarana dan prasarana administratif yang diperlukan.
d. KPP melaksanakan koordinasi dengan instansi di luar DJP yang terkait dalam
pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak.
e. KPP membuat dan mengirimkan pemberitahuan kepada wajib pajak yang terdapat dalam
daftar nominatif dengan menggunakan formulir pemberitahuan untuk mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak.
Pemberitahuan tersebut dikirim dengan melampirkan formulir surat jawaban wajib pajak,
formulir pernyataan wajib pajak mengenai besarnya peredaran usaha, formulir Surat
Setoran Pajak (SSP), formilir SPT ( Surat Pemberitahuan), formulir Pendaftaran Wajib
Pajak dan Leaflet penyuluhan pajak.
f. Kakanwil DJP dapat menentukan prioritas pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak, dan
g. Kakanwil DJP dapat menentukan besarnya nilai yang tercantum dalam data-data yang
ditemukan sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab III diatas tentang data yang
digunakan dalam pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak mulai dari huruf a sampai
dengan h dan disesuaikan dengan kondisi wilayah masin-masing.
4.5 Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Sesuai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak, prioritas utama kegiatan
ekstensifikasi wajib pajak ini ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak atau Pengusaha
Kena Pajak (PKP) yang terdaftar dalam administrasi perpajakan.
a. Wajib pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri dan diberikan NPWP
dan atau dikukuhkan sebagai PKP dengan mengisi formulir pendaftaran wajib pajak
dan atau Pengudaha Kena Pajak (PKP)
b. Wajib pajak tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun pemberitahuan sudah
diterima
c. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang
bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan atau belum perlu dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak
d. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang
bersangkutan sudah memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak (PKP)
e. Wajib pajak menaggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang
bersangkutan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP
dan dikukuhkan sebagai PKP di Kantor Pelayanan Pajak lainnya, atau
f. Wajib pajak tidak menanggapi oleh karena pemberitahuan kembali dari kantor pos
(Kempos).
4.5.2 Terdapat wajib pajak yang berusaha di sentra perdagangan atau perbelaanjaan atau
perkantoran atau pertokoan atau mal atau plaza atau sentra ekonomi lainnya, seluruhnya
dilakukan dengan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL).
4.5.3 Terhadap wajib pajak yang selain yang dimaksud dalam b diatas sepanjang wajip pajak
menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri dan diberikan NPWP dan atau
dikukuhkan sebagai PKP dengan mengisi formulir pendaftaran Wajib Pajak dan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) akan dilakukan proses pemberian NPWP dan atau
4.5.4 Terhadap wajib pajak, selain terhadap wajib pajak yang berusaha disentra perdagangan
atau perbelanjaan atay perkantoran atau pertokoan atau mal atau plaza atau sentra
ekonomi lainnya, sepanjang wajib pajak tersebut tidak menanggapi pemberitahuan,
walaupun pemberitahuan sudah diterima, oleh seksi Ekstensifikasi Perpajakan data wajib
pajak tersebut diteruskan ke seksi PDI setelah itu ke seksi Tata Usaha Perpajakan untuk
dilakukan proses pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP secara jabatan
dengan tata cara yang sudah ditentukan,
4.5.5 Terhadap wajib pajak, selain terdapat wajib pajak yang berusaha di sentra perdagangan
atau perbelanjaan atau perkantoran atau pertokoan atau mal atau plaza atau sentra
ekonomi lainnya, sepanjang memenuhi keadaan bahwa wajib pajak tersebut menanggapi
pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki
NPWP dan atau belum perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, akan dilakukan
pemeriksaan sederhana lapangan.
4.5.6 Terhadap Wajib pajak selain yang dimaksud dalam angka 4.5.2 sepanjang memenuhi
keadaan yang dimaksud pada angka 4.5.1 huruf d dan e, dilakukan pencocokan dengan
MFL (Master File Lokal) dan setelah itu diadakan pencocokan dengan MFL tersebut.
4.5.7 Dalam hal wajib pajak telah terdaftar dengan nama dan alamat domosili wajib pajak
sesuai dengan MFL, dilakukan updating data yang terdaftar dalam daftar nominatif wajib
pajak dengan membubuhkan catatan bahwa wajib pajak sudah terdaftar dan sekaligus
mencantumkan NPWP dalam kolom keterangan.
4.5.8 Dalam hal wajib pajak terdaftar namun nama dan alamatnya berbeda dengan MFL,
dilakukan PSL (Pemeriksaan Sederhana Lapangan).
4.5.9 Dalam hal wajib pajak ternyata belum terdaftar, dilakukan Pemeriksaan Sederhana
Adapun pelaksaan pemeriksaan didasrkan pada surat edaran Dirjen Pajak No.
SE-04/PJ.04/2007, perihal pemeriksaan sederhana lapangan dalam rangka ekstensifikasi wajib pajak
dan ektensifikasi pajak. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui keadaan calon WP yang
sebenarnya dan membuktikan atas respon dari wajib pajak.
Sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, tim pemeriksa dibentuk minimal terdiri dari tiga
orang yakni, Kepala Seksi Ekstensifikasi perpajakan atau Kepala Kantor Penyuluhan Pajak
sebagai supervisor, ketua tim dan anggota pemeriksa. Dalam hal domisili calon WP terletak di
luar kota wilayah KPP Pratama Medan Timur, maka pelaksana pemeriksa lapangan adalah
Kantor Penyuluhan Perpajakan.
Dalam pelaksanaan di lapangan apabila pemeriksa tidak menemukan alamat calon WP
sebagai mana tertera dalam SPPP, calon WP tidak dikenal oleh masyarakat lingkungan sekitar,
maka harus dibuktikan dengan surat keterangan dari aparat pemerintah setempat (lurah/camat).
Apabila WP ditemukan tim pemeriksa, maka diadakan wawancara singkat dengan
menanyakan apakah yang bersangkutan sudah memiliki NPWP atau membuktikan kebenaran
data yang diperoleh. Untuk calon WP yang belum mempunyai NPWP dengan penghasilan
melebihi PTKP, maka kepadanya akan diberikan NPWP. Adakalanya tim pemeriksa menemukan
WP yang cukup potensial namun dengan sengaja selalu menghindari tim pemeriksa seperti tidak
mau membukakan pintu rumah atau tempat usaha atau membuat alasan-alasan lain agar tidak bias
ditemui, maka untuk calon WP tersebut akan diberikan NPWP pengukuhan sebagai PKP secara
jabatan.
Hasil pemeriksaan sederhana lapangan yang dilakukan paling lambat tujuh hari kerja
sejak SPPP disetujui, dituangkan kedalam Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan setiap LPP
4.6 Faktor Penghambat
Adapun yang menjadi kendala dalam pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak ini adalah:
a. Sedikitnya aparat yang menangani pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak tersebut,
sehingga pelaksanaannya di lapangan tidak dapat terlaksana dengan baik,
b. Belum sempurnanya sistem informasi perpajakan yang ada, sehingga data yang tersaji
kurang lengkap dan akurat,
c. Kurangnya penyuluhan tentang perpajakan kepada masyarakat khususnya prosedur yang
harus dilalui dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan,
d. Seringnya terjadi kerusakan pada komputer sehingga transfer data serta penyajian data
dan informasi tidak dapat terlaksana dengan baik,
e. Adanya perbedaan antara tempat tinggal WP dengan tempat kedudukan usaha WP dan hal
ini tidak dilaporkan kepada KPP.
Adapun usaha yang telah dilakuakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi antara lain :
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan mengadakan studi pelatihan,
mengadakan lomba karya tulis bagi pelajar SLTP sampai perguruan tinggi, keadaan ini
dapat memiju minat masyarakat untuk lebih memahami kewajiban perpajakan dan fungsi
pajak bagi pembangunan,
b. Meningkatkan keakuratan dat yang direkam, mialnya penulisan alamat dengan jelas dan
lengkap,
c. Meningkatkan penyuluhan perpajakan, misalnya:
- melakukan promosi tentang perpajakan,
- pembukaan homepage DJP di internet yang dapat diakses oleh masyarakat
- pemverian brosur perpajakan secara gratis di pusat pasar, tempat hiburan, dan
d. pemberlakuan sanksi administrasi dan pidana yang lebih ketat terhadap WP yang tidak
menanggapi secara positif tindakan ekstensifikasi wajib pajak tersebut.
4.7 Pelaksana Ekstensifikasi Wajib Pajak
Pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak pada KPP Pratama Medan Timur adalah Seksi
Ekstensifikasi dan Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Seksi-seksi ini dipimpin oleh seorang
kepala seksi yang bertugas untuk mengkoordinir pengolahan data, pemanfaatan data,
mengkoordinasikan pemecahan, penyortiran, pengidentifikasian, editing, perekaman data
perpajakan, peminjaman data, penyajian data potensial, penatausahaan data masukan dan data
keluaran perpajakan serta mengkoordinir pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan untuk menyajikan informasi perpajakan yang diperlukan.
Pelaksana ekstensifikasi wajib pajak terdiri dari :
a. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data
nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
b. Koordinator pelaksana PDI I (Korlak PDI I), mempunyai tugas untuk melakukan
penatausahaan data masukan dan data keluaran serta pengecekan kelengkapan, kebenaran
dan kelancaran data masukan dan data keluaran.
c. Koordinator Pelaksana PDI II, mempunyai tugas untuk melaksanakan pengolahan data
serta menyajikan informasi perpajakan.
d. Koordinator Pelaksana PDI III, mempunyai tugas untuk melakukan penggalian potensi
4.8 Pengawasan
Dalam rangka pengawasan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak agar berjalan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, pelaksana kegiatan diwajibkan memonitor pelaksanaan kegiatan
tersebut, adapun ketentuan yang menjadi dasar pengawasan tersebut adalah :
a. Setiap pelaksana kegiatan ekstensifikasi wajib pajak secara berkala membuat laporan
hasil pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi pajak untuk dikompilasi oleh kepala seksi
Ektensifikasi Perpajakan dan diberikan kepada kepala seksi PDI (Pengolahan Data dan
Informasi).
b. Kepala Kantor Penyuluhan Pajak bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
ekstensifikasi wajib pajak di wilayahnya, dan secara priodik melaporkan hasil kegiatan
tersebut kepada kepala KPP atasannya.
c. Kepala KPP bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi
wajib pajak di wilayahnya secara priodik melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada
Kakanwil DJP atasannya.
d. Kakanwil DJP bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan
ekstensifikasi wajib pajak di wilayahnya dan secara priodik melaporkan hasil kegiatan
tersebut kepada Direktur Jenderal Pajak bagian Direktorat Informasi Perpajakan.
4.9 Perkembangan Jumlah WP pada KPP Pratama Medan Timur a. Analisis Data Perkembangan Jumlah WP Orang Pribadi
Tabel 4.1
Bulan 2004 2005 2006 2007 2008
1 16.266 18.764 20.900 22.723 33.563
2 16.373 18.851 20.962 22.886 33.743
3 16.870 19.745 21.266 23.458 33.944
5 17.273 19.972 21.437 24.111 34.322
6 17.601 20.051 21.499 24.304 34.459
7 17.718 20.113 21.575 24.579 34.511
8 17.804 20.210 21.650 25.189 34.587
9 18428 20.311 21.801 26.877 34.958
10 18.515 20.394 21.843 31.326 35.419
11 18.572 20.708 21.962 33.080 38.152
12 18.658 20.799 22.058 33.297 41.317
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan ekstensifikasi wajib pajak di KPP Pratama
Medan Timur cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat dari pertambahan jumlah wajib pajak (PPh
OP) yang terdaftar ditahun 2004 ,tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Pada tahun 2008
terdaftar Wajib Pajak OP sebesar 41.317 WP (Jumlah WP terbanyak). Pertambahan WP tersebut
sudah termasuk atas permohonan sendiri dan pemberian NPWP secara jabatan. Begitu juga
dengan WP (PPh Badan) dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 terjadi peningkatan Wajip
Pajak. Pertambahan WP ini disebabkan oleh dikeluarkannya ketentuan yang mengharuskan setiap
karyawan yang mempunyai penghasilan di atas PTKP wajib memiliki NPWP dan pelaksanaan
ekstensifikasi wajip pajak yang diatur oleh surat edaran Dirjen Pajak No. SE-06/PJ.9/2001 serta
di tahun 2008 Direktorat Jenderal Pajak melaksanakan program Sunset Policy. Program ini
dimaksudkan agar setiap orang yang telah memiliki penghasilan di atas PTKP mendaftarkan
dirinya sebagai WP dengan tidak dikenakan sanksi dan denda serta bebas biaya fiskal bagi WP
yang akan pergi keluar negeri. Program Sunset Policy ini telah berhasil dilaksanakan sehingga