• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan KMS Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan KMS Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA

DALAM MEMBACA GRAFIK PERTUMBUHAN KMS

DENGAN STATUS GIZI BALITA

DI KELURAHAN GLUGUR DARAT 1

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

EKAWATY SURYANI MASTARI

060100203

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita dalam Membaca Grafik

Pertumbuhan KMS dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Glugur Darat 1

Nama : Ekawaty Suryani Mastari

NIM : 060100203

Pembimbing Penguji

dr. Alfred C. Satyo, M.Sc, MHPE, Sp.F(K) dr. Mega Sari Sitorus. M. Kes

NIP. 194 509 2019 198 031 001 NIP. 197 701 262 001 122 002

Medan, 2 Desember 2009

Dekan,

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD, KGEH

(3)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

ABSTRAK

Masalah gizi ganda merupakan masalah gizi yang dihadapi para ahli gizi di dunia. Terdapat kecenderungan peningkatan kembali prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas tahun 2005. Kasus gizi buruk dapat dicegah dan diminimalkan apabila ibu membawa anaknya ke Posyandu setiap bulan sekali untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita sebagai awal deteksi dini. Penilaian status gizi demikian yaitu dengan menggunakan grafik KMS (Kartu Menuju Sehat). Akan tetapi, hanya 18% ibu balita yang mengetahui arti grafik pertmbuhan KMS.

Penelitian ini berupa studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional yang dilakukan pada ibu-ibu balita Kelurahan Glugur Darat I.

Pengumpulan data dilakukan Juli hingga September 2009. Pengetahuan ibu diukur dengan menggunakan kusioner, sementara status gizi dengan membandingkan BB/U balita dengan BB/U tabel WHO/NCHS. Perbandingan dua variabel ini ditujukan untuk melihat hubungan pengetahuan ibu dalam membaca grafik pertumbuhan KMS dengan status gizi balita.

Dari 100 total responden, 9 di antaranya memiliki pengetahuan yang baik dalam membaca grafik pertumbuhan KMS. Sementara itu, 91 responden lainnya memiliki pengetahuan yang kurang baik. Dari 9 responden dengan pengetahuan membaca grafik pertumbuhan yang baik, 88,9% di antaranya memiliki status gizi balita yang baik. Sementara itu, dari 91 responden dengan pengetahuan kurang baik, 28,6% di antaranya memiliki status gizi balita yang tidak baik. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,242 (p> , =0,05).

Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam membaca grafik pertumbuhan dengan status gizi balita. Hal ini diakibatkan masalah status gizi yang kompleks tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja.

(4)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

ABSTRACT

Nutritional problem is a problem encountered by dietitian in all over the world. There is a tendency of the rising number of cases of poor nutrition in the 2005. Malnutrition can be prevented if mother bring her child once in every month to monitor the growth and development of child under 5 years as early detection. However only 18% of mother know how to read growth chart of road to health chart (KMS graphic).

The design of this study is analytical descriptive with cross-sectional approach that is done to mother of children under 5 years of age in Kelurahan Glugur Darat 1. Data collection was done from Juli to September 2009. The knowledge of mother was measured using questionnaire, while the nutritional status can be determined by comparing BW/AGE of child with BW/AGE from WHO/NCHS table. The difference between the 2 variable is aim to look at the relation between knowledge of mother in reading KMS graphic with children’s nutritional status.

The result shows 9 of 100 respondents have a good knowledge in reading KMS graphic. While another 91 respondents have a poor knowledge about that. From those have good knowledge, 88.9% have good child nutritional status. While 91 respondents whose their knowledge is poor, 28.6% have bad child nutritional status. Based on statistical test, it is found that p value = 0.242 (p > , = 0.05 ).

In conclsusion, the study shows that there is no correlation between the knowledge of mother in reading KMS graphic with children nutrional status. It is because of the complexity of nutritional problem that can be affected by multifactor.

(5)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga skripsi yang berjudul “ Hubungan Pengetahuan Ibu Balita dalam Membaca Grafik Pertumbuhan KMS dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Glugur Darat I” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan program studi Strata 1 Pendidikan Dokter Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati disampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Mama dan Papa dan adik Dhany serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan material dalam penyusunan skripsi ini 2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar

A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan

3. Dosen Pembimbing dr. Alfred C. Satyo, M.Sc, MHPE, Sp.F (K) atas seluruh bimbingan yang diberikan

4. Dosen Penguji dr. Mega Sari Sitorus, M.Kes atas seluruh arahan dan masukan pada Seminar Hasil Penelitian

5. Kepala Puskesmas Glugur Darat ( dr. Retno ) serta seluruh stafnya yang telah membantu selama proses pengambilan data

6. Lurah Glugur Darat I beserta stafnya yang telah membantu dalam survei pendahuluan

7. Ibu-ibu kader Posyandu di Kelurahan Glugur Darat I yang telah membantu selama proses pengambilan data

(6)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

9. Teman- teman di kelas A2 yaitu Dina, Meutia, Derry, Duma, Wina, Deshinta, Flo, Amir, serta teman-teman kuliah lainnya

Akhirnya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga dapat menambah ilmu dan pengetahuan penulis di masa yang akan datang.

November 2009

(7)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Grafik Pertumbuhan dalam KMS ... 5

2.1.1 Defenisi Kartu Menuju Sehat untuk Balita ... 5

2.1.2 Manfaat Grafik Pertumbuhan pada Kartu Menuju Sehat 7 2.1.3 Cara Pengisian Kartu Menuju Sehat ... 8

2.1.4 Cara Pembacaan Grafik Pertumbuhan KMS ... 9

2.2. Status Gizi Balita ... 10

2.2.1 Defenisi ... 10

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita ... 11

2.2.3 Penilaian Status Gizi Balita ... 15

2.3. Grafik Pertumbuhan KMS Sebagai Alat Pantau Status Gizi 18 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep ... 19

3.2. Defenisi Operasional ... 19

3.3. Hipotesa ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian ... 21

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

(8)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

4.4. Metode Pengunpulan Data ... 22

4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 22

4.5. Metode Analisis Data ... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.1.2Karakteristik Responden ... 25

5.1.3Tingkat Pengetahuan Responden ... 27

5.1.4Status Gizi Balita ... 32

5.1.5Hasil Analisis Statistik ... 33

5.2 Pembahasan ... 33

5.2.1Tingkat Pengetahuan Responden Membaca Grafik Pertumbuhan ... 33

5.2.2Hubungan Pengetahuan Responden dengan Status Gizi Balita ... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 37

6.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(9)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Jumlah Balita Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Kota

Medan ... 14

2.1 Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometrik ... 16

4.1 Hasil Uji Validitas dan Realiabilitas Kuesioner ... 24

4.2 Tabulasi Silang Variabel Dependen dan Variabel Independen ... 24

5.1 Posyandu di Kelurahan Glugur Darat 1 ... 25

5.2 Distribusi Responden Menurut Umur ... 26

5.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan ... 26

5.4 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir ... 26

5.5 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Balita ... 27

5.6 Distribusi Responden Menurut Umur Balita ... 27

5.7 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Kepanjangan KMS 28 5.8 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Tempat Memperoleh KMS ... 28

5.9 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Manfaat KMS ... 28

5.10 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Item yang Terdapat dalam KMS ... 29

5.11 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Nilai yang Dimasukkan dalam Grafik Pertumbuhan KMS ... 29

5.12 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Pita Warna dalam Grafik Pertumbuhan KMS ... 29

5.13 Distribusi Pengetahuan Responden Membaca Grafik Pertumbuhan yang Menurun dan Tindakan yang Harus Dilakukan 30 5.14 Distribusi Pengetahuan Responden Membaca Grafik Pertumbuhan yang Meningkat dan Tindakan yang Harus Dilakukan 30 5.15 Distribusi Pengetahuan Responden Membaca Grafik Pertumbuhan yang Berada di Bawah Garis Merah dan Tindakan yang Harus Dilakukan ... 31

5.16 Distribusi Pendapat Responden bahwa Grafik Pertumbuhan dapat Membantu Mengetahui Status Gizi Anak ... 31

5.17 Tingkat Pengetahuan Balita Responden Membaca Grafik Pertumbuhan KMS ... 32

5.18 Status Gizi Responden Balita Berdasarkan BB/U ... 32

5.19 Kategori Status Gizi Balita Responden ... 33

(10)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(11)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup 2. Informed Consent 3. Kuesioner

(12)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masalah gizi ganda merupakan masalah gizi yang dihadapi para ahli gizi di dunia. Berdasarkan data survei kesehatan nasional (Susenas) sampai tahun 2005, prevalensi gizi buruk dan kurang pada balita telah berhasil diturunkan dari 35,57% tahun 1992 menjadi 24,66% pada tahun 2000. Namun, terdapat kecenderungan peningkatan kembali prevalensi pada tahun-tahun berikutnya (Susenas 2005). Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia masing-masing 27 % dan 8,7%.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, prevalensi gizi buruk di Sumatera Utara tahun 2007 adalah sekitar 4,4% dan prevalensi gizi kurang 18,8%. Jumlah kasus gizi buruk yang terdeteksi tahun 2007 di Medan berjumlah 479 orang bayi dan Balita sedang gizi kurang berjumlah 3.286 orang. Kasus gizi buruk tertinggi di Medan terdapat di Medan Belawan yakni mencapai 55 orang dan kasus gizi kurang 174 orang bayi dan balita. Sementara kasus gizi buruk terendah terdapat di Medan Timur sebanyak 7 orang dan kasus gizi kurang berjumlah 16 bayi dan Balita. Pada tabel 1.1 di bawah dapat dilihat persebaran jumlah balita di Medan.

(13)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Posyandu, Puskesmas, Dinas Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi. Pelaporan tetap dibutuhkansebagai dasar penyusunan perencanaan dan kebijakan.

Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Sebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (Harper, Deaton, dan Driskel, 1986: 31)

Tabel 1.1 Jumlah Balita berdasarkan Wilayah kerja Puskesmas di Kota Medan Hasil Pendataan dan Proyeksi pada PIN tahun 2006

No Nama Puskesmas Jumlah Balita

1 Teladan 3.394

2 Pasar Merah 2.931

3 Simpang Limun 3.256

4 Kota Maksum 5.850

5 Sukarame 5.299

6 Medan Area Selatan 3.430

7 Glugur Darat 10.316

8 Glugur Kota 1.075

9 Pulo Brayan 3.488

10 Sei Agul 4.932

11 Petisah 2.335

12 Darusalam 2.209

13 Rantang ( tidak terdapat data)

14 Padang Bulan 3.833

15 Polonia 5.308

16 Kampung Baru 4.293

17 Medan Denai 3.858

18 Tegal Sari 4.493

19 Desa Binjai 4.046

20 Bromo 4.200

21 Mandala 8.908

22 Sering 5.977

23 Medan Labuhan 3.408

24 Pekan Labuhan 3.807

(14)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Sehubungan dengan hal tersebut, penilaian status gizi merupakan salah satu hal yang perlu dilaksanakan. Penilaian tersebut dapat dipakai sebagai landasan untuk pengembangan program masyarakat dan nasional dalam membantu mengatasi kurang gizi, menyediakan jumlah dan jenis pangan yang diperlukan dan umumnya mendukung kesehatan masyarakat.

Menurut Ali Khomsan, standar acuan status gizi balita adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Pedoman yang digunakan adalah standar berdasar tabel WHO-NCHS (World Health Organization – National Center for Health Statistic).

Di Posyandu ( Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS. Pada kurva tersebut diperoleh plot yang menghubungkan umur dan berat badan.

Akan tetapi, tidak semua petugas gizi memahami dengan baik grafik pertumbuhan, pesan diare, imunisasi, pedoman makanan balita dan tindakan pelayanan gizi di Posyandu. Bahkan berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Susenas 2001, hanya 46,6% kader Posyandu yang pernah mendapat pelatihan mengenai KMS. Menurut 58,6% kader yang disurvei, penggunaan KMS adalah untuk memantau pertumbuhan balita. Akibatnya, pemanfaatan KMS sebagai sarana penyuluhan gizi dinilai masih rendah.

Hal demikian berdampak pula pada pengetahuan ibu balita mengenai KMS dan status gizi balita. Ibu balita yang tahu tentang arti grafik dalam KMS sebanyak 18%, yang tahu tentang pesan imunisasi sebanyak 29% dan tahu tentang pesan diare sebanyak 58%, sedangkan yang tahu tentang jenis makanan yang harus diberikan sesuai umur anak sebanyak 61,3%. KMS sebagai sumber informasi pemberian makanan balita, imunisasi dan diare hanya dilakukan oleh 16% ibu balita. ( Pusat Penelitian dan Pengembangan Depkes RI, 2001)

(15)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Adakah hubungan pengetahuan Ibu mengenai pembacaan grafik pertumbuhan pada KMS dengan status gizi balita ?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu balita dalam membaca grafik pertumbuhan pada KMS

2. Mengetahui kaitan pengetahuan pembacaan grafik pertumbuhan KMS dengan peningkatan status gizi balita

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu dalam membaca grafik pertumbuhan KMS

1.4.Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan pemanfaatan KMS di kalangan ibu balita

2. Meningkatkan kesadaran ibu balita tentang pemantauan tumbuh kembang balita

(16)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Grafik Pertumbuhan dalam KMS

2.1.1 Defenisi Kartu Menuju Sehat untuk Balita

Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS- Balita) atau road to health

chart of under five di Indonesia didasarkan dengan standar Harvard ( Seminar

Antropometri Di Jakarta, 1975).

(17)
(18)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Gambar 2.1 Grafik pertumbuhan dan perkembangan anak

(Sumber: Buku Kesehatan Ibu dan Anak Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008)

(19)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

2.1.2 Manfaat Grafik Pertumbuhan pada Kartu Menuju Sehat

Manfaat grafik pertumbuhan pada KMS-Balita adalah :

• Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.

• Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak

• Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

Akan tetapi penggunaan grafik pertumbuhan pada KMS - Balita akan tepat guna apabila memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

• Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita dilakukan setiap bulan

• Semua kolom isian diisi dengan benar

• Semua keadaan kesehatan dan gizi anak juga dicatat

• Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam KMS-Balita

• Kader dan petugas kesehatan selalu memperhatikan hasil penimbangan

• Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari penyebabnya dan dilakukan tindakan yang sesuai.

• Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali anak selesai ditimbang dan hasil penimbangannya dicatat dalam KMS

(20)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

2.1.3 Cara Pengisian Kartu Menuju Sehat

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.

Pada penimbangan pertama, sebelum anak ditimbang, kolom-kolom pada KMS yang berkaitan dengan identitas anak dan orang tua diisi lebih dahulu. Pada halaman muka KMS, nama anak dan nomor pendaftaran diisi sesuai dengan nomor registrasi yang ada di Posyandu.

Kolom identitas yang tersedia pada halaman dalam KMS-Balita diisi dengan nama Posyandu, tanggal pendaftaran, nama balita, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir balita, berat badan lahir, nama orang tua, dan alamat. Berat badan lahir yang diisikan adalah angka hasil penimbangan berat badan anak saat dilahirkan, dalam satuan gram. Kemudian angka ini dicantumkan dalam grafik KMS pada bulan "0". Selanjutnya, bulan lahir anak dicantumkan pada kolom 0, kemudian semua kolom bulan diisi secara berurutan. Misalnya, bulan lahir anak Agustus 2000, maka dicantumkan bulan Agustus 2000 di kolom tersebut. Kemudian, semua kolom bulan September 2000, Oktober 2000, dan seterusnya diisi.

(21)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

penimbangan bulan ini dan penimbangan sebelumnya lebih dari satu bulan, maka titik berat badan bulan ini tidak dapat dihubungkan dengan titik berat badan sebelumnya.

Semua kejadian yang dialami anak yang dapat mempengaruhi kesehatannya juga harus dicatat pada garis tegak sesuai bulan bersangkutan. Misalnya, anak tidak mau makan, anak sakit panas, dan anak diare. Setiap kali anak memperoleh imunisasi, maka dilakukan pula pengisian di kolom imunisasi. Pengisian ini dilakukan langsung oleh petugas. Kolom lainnya yang harus diisi adalah apabila anak memperoleh kapsul vitamin A. Periode pemberian ASI (air susu ibu) dan perkembangan konsumsi makanan pendamping dan pengganti ASI juga harus diisikan pada kolom yang sesuai. ( Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2005)

2.1.4 Cara Pembacaan Grafik Pertumbuhan pada Kartu Menuju Sehat

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya. Terdapat tiga buah garis berwarna pada grafik pertumbuhan tersebut yakni hijau, kuning, dan merah. Pertumbuhan paling baik ditunjukkan pada garis hijau.

Apabila garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau garis pertumbuhannya naik berpindah ke pita warna di atasnya, maka berat badan balita dinyatakan naik. Pertumbuhan balita tersebut berlangsung baik. Dengan demikian pula status gizinya dinyatakan baik.

(22)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Apabila garis pertumbuhan balita berada di bawah garis merah ataupun mendatar selama tiga bula berturut-turut, maka balita tersebut mengalami gangguan pertumbuhan yang nyata. Tambahan lagi, status gizi balita tersebut tidak baik.

Grafik pertumbuhan balita naik berkaitan dengan nafsu makan balita yang baik/ ataupun meningkat. Hal ini berarti bahwa ibu telah cukup memberikan makanan dengan gizi seimbang. Sementara itu, grafik pertumbuhan yang tidak naik dapat dikaitkan dengan nafsu makan anak menurun karena sakit, atau karena ibunya sakit (pola asuh tidak baik), atau sebab lain yang perlu digali dari ibu.

Gambar 2.2 Grafik pertumbuhan berat badan anak naik dan tidak naik (Sumber : Buku Kesehatan Ibu dan Anak Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008)

2.2. Status Gizi Balita

(23)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

paling menderita akibat kekurangan gizi, (Soegang Santoso dan Anne Lies, 2004 : 71)

2.2.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat ( Deddy Muchtadi, 2002 : 95). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan (Suhardjo, 2003 : 256). Penilaian status gizi balita dapat menunjukkan keadaan gizi dan tumbuh kembang balita.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Masalah gizi pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor penyebab langsung maupun faktor penyebab tidak langsung.

Menurut Depkes RI (1997), faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada balita adalah penyakit infeksi serta kesesuaian pola konsumsi makanan dengan kebutuhan anak, sedangkan faktor penyebab tidak langsung merupakan faktor seperti tingkat sosial ekonomi, pengetahuan ibu tentang kesehatan, ketersediaan pangan di tingkat keluarga, pola konsumsi, serta akses ke fasilitas pelayanan. Selain itu, pemeliharaan kesehatan juga memegang peranan penting (Supariasa, 2001).

Di bawah ini dijelaskan beberapa faktor penyebab tidak langsung masalah gizi balita.

a. Tingkat Pendapatan Keluarga

(24)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

kondisi keluarga lain yang mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlawanan hampir universal (Sediaoetama. 1985 : 50).

b. Tingkatan Pengetahuan Ibu tentang Gizi

Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu:

• Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

• Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal.

• Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. (Suhardjo, 2003 : 25).

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 1997 : 128).

Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar (Notoatmodjo, 1997: 129).

Aplikasi (Application)

(25)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 1997 : 129).

Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain (Notoatmodjo, 1997 : 129).

Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada (Notoatmodjo, 1997 : 129).

Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggu nakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 1997 : 130).

(26)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Pengetahuan gizi yang dimaksud di sini termasuk pengetahuan tentang penilaian status gizi balita. Dengan demikian ibu bisa lebih bijak menanggapi tentang masalah yang berkaitan dengan gangguan status gizi balita.

c. Tingkatan Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, higiene pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan dan gizi anak-anak dan keluarganya. Di samping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor sosial ekonomi lainya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan, perumahan dan tempat tinggal (Sri Kardjati, dkk.1985: 9).

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga, pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Suhardjo, 2003 : 113).

(27)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

d. Akses Pelayanan Kesehatan

Sistem akses kesehatan mencakup pelayanan kedokteran (medical

service) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public health service).

Secara umum akses kesehatan masyarakat adalah merupakan subsistem akses kesehatan, yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa akses kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan). (Notoatmodjo, 1997 : 89)

Upaya akses kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status gizi pada golongan rawan gizi seperti pada wanita hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak kecil, sehingga dapat menurunkan angka kematian. Pusat kesehatan yang paling sering melayani masyarakat, membantu mengatasi dan mencegah gizi kurang melalui program-program pendidikan gizi dalam masyarakat. Akses kesehatan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat membantu meningkatkan derajat kesehatan. Dengan akses kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat akan terpenuhi. (Harper, Deaton, dan Driskel, 1986: 195)

2.2.3 Penilaian Status Gizi Balita

Penilaian status gizi adalah interpretasi data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk. (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007: 261)

(28)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Tujuan penilaian status gizi balita meliputi dua komponen yakni individu dan populasi. Bagi individu, penilaian status gizi menentukan keadaan gizi, mendeteksi defisiensi nutrisi, dan memantau pertumbuhan fisik balita. Dari hasil penilaian tersebut dapat dilakukan intervensi yang sesuai. Sementara itu, bagi populasi hal ini dapat menunjukkan tingkat status gizi masyarakat. Dengan demikian, pemerintah dapat mengambil kebijakan yang sesuai.

Status gizi dapat diketahui dengan berbagai macam cara. Menurut Supariasa (2001) status gizi dapat diukur dengan dua cara yaitu secara langsung yang meliputi pemeriksaan antropometri, klinis, dan biokimia dan secara tidak langsung yaitu melalui survei konsumsi makanan, statistik vital, dan ekologi. Metode yang paling sering digunakan dan mudah untuk dilakukan yaitu penilaian secara antropometri, salah satu cara yaitu dengan membandingkan antara berat badan dengan umur, yang menurut Supariasa (2001) merupakan cara yang cukup efisien.

Secara umum, antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. (Supariasa, 2001 : 19)

Indeks yang digunakan pada antropometri adalah berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, dan berat badan menurut tinggi badan.

(29)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini. (Supariasa, 2001 : 56-57)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. (Supariasa, 2001 : 57)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. (Supariasa, 2001: 58)

Sementara itu, indikator yang digunakan pada penilaian adalah titik potong pada ketiga kurva indeks tersebut.

Pedoman yang digunakan adalah standar berdasarkan tabel WHO- NCHS ( National Center for Health Satistics). Status gizi pada balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak ( dalam bulan) dengan berat badan pada tabel standar WHO-NCHS, bila berat badannya kurang, maka status gizinya dianggap kurang. NCHS merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.

Tabel 2.1 Status gizi berdasarkan indeks antropometrik

Status Gizi BB/U TB/U BB/TB

Gizi Baik >80% >90% >90%

Gizi Sedang 71%-80% 81%-90% 80%-90%

Gizi Kurang 61%-70% 71%-80% 71%-80%

Gizi Buruk ≤60% ≤70% ≤70%

Sumber : Yayah K. Husaini. Antropometri sebagai indeks gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta : Medika (1997:60)

(30)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Pemantauan pertumbuhan juga dapat dipantau KMS. Menurut Arisman (2004), KMS berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan, bukan hanya menilai status gizi. Salah satu kegiatan posyandu yaitu menimbang balita kemudian diikuti dengan pengisian KMS berdasarkan berat badan dengan umur sehingga dapat diketahui dengan segera bila terdapat kelainan atau ketidaksesuaian dengan grafik pertumbuhan pada KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva KMS. Bila masih dalam batas garis hijau maka status gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi balita adalah buruk.

2.3. Grafik Pertumbuhan KMS sebagai Alat Pantau Status Gizi

Penggunaan KMS sebagai pemantau status gizi anak didasari oleh ketersediaan grafik pertumbuhan di dalamnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ruel dkk di Lesotho tahun 1990 diperoleh bahwa ibu lebih menyukai penggunaan KMS dibandingkan grafik surveilans dikarenakan mereka lebih mudah memahaminya. Akan tetapi, berdasarkan penelitian yang dilakukan Harrison dkk di Cape Town pada tahun 2005, ditemukan bahwa ibu-ibu dan perawat lebih menyukai menggunakan buku catatan mereka sendiri untuk memantau pertumbuhan balita.

(31)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Pengetahuan Ibu Membaca Grafik pertumbuhan pada KMS

Pemahaman Mengetahui Status Gizi

Status Gizi Baik Variabel Independen

(32)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

3.2. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat

Ukur

Kategori Skala

1 Pengetahuan Ibu tentang KMS

Segala sesuatu yang diketahui ibu tentang KMS (ada 5

[image:32.595.81.548.214.522.2]

pertanyaan) dan pengetahuan tentang grafik pertumbuhan dalam KMS (8 pertanyaan).

Kuisioner 1. Pengetahuan ibu baik, jika nilai > 75% total skor ( >16) 2. Pengetahuan

Ibu kurang baik, jika nilai < 75% total skor ( <17)

Nominal

2 Status Gizi Anak

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Grafik BB/U WHO-NCHS

1. Gizi baik, BB/U pada -2SD sampai +2SD 2. Gizi buruk,

BB/U < -3SD 3. Gizi kurang,

BB/U antara -3SD sampai -2SD

4. Gizi lebih, BB/U > +2SD

Nominal

Keterangan : Jumlah keseluruhan skor kuisioner adalah 22.

3.3 Hipotesa

(33)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional untuk menilai hubungan pengetahuan ibu balita membaca grafik

pertumbuhan KMS dengan status gizi anak.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Glugur Darat I. Adapun waktu pengumpulan data dilakukan dari Juli sampai dengan September 2009. Hal ini dikarenakan kelurahan Glugur Darat I merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat. Berdasarkan proyeksi dan pendataan pada Pekan Imunisasi Nasional 2006, puskesmas ini memiliki jumlah balita terbanyak yaitu 10.316 anak atau sekitar 4,2% dari jumlah keseluruhan balita di Medan.

(34)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah ibu balita yang bertempat tinggal di kelurahan Glugur Darat I. Jumlah anak berusia 0-5 tahun di daerah ini adalah 1.340 jiwa( Laporan Kependudukan menurut Umur Kelurahan Glugur Darat I pada Desember 2007). Dengan demikian, jumlah balita ini dianggap mewakili jumlah ibu balita dengan asumsi seorang ibu memiliki seorang balita.

a. Kriteria Inklusi

- Ibu balita yang mempunyai minimal satu orang balita

- Ibu balita memiliki KMS dan rutin mengikuti program Posyandu (minimal 3x Posyandu)

b. Kriteria Eksklusi

- Pendidikan ibu balita di atas S1 (sarjana)

- Ibu balita mengalami gangguan kognitif dan gangguan kejiwaan - Ibu balita bekerja pada bidang kesehatan seperti bidan, perawat,

atau dokter

- Ibu dengan balita yang mengalami penyakit kronis

c. Sampel

Sampel yang diambil adalah populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Selanjutnya, perhitungan sampel didasarkan pada cara penghitungan sampel tunggal untuk jumlah populasi kurang dari 10.000 jiwa, yakni :

n =

dimana N= 1.340 jiwa (populasi) d = 0,1

n = jumlah sampel dengan demikian maka

n =

(35)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

dengan demikian sampel yang diambil adalah sejumlah 93 responden. Sampel diambil dengan melakukan teknik cluster sampling. Sampel diambil berdasarkan Posyandunya. Di Kelurahan Glugur Darat I terdapat 8 Posyandu, dengan demikian tiap Posyandu terdapat 12 ibu balita yang menjadi sampel penelitian dengan total sampel adalah 96 responden.

4.4Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner dan analisis media (KMS) sebagai tolok ukur peningkatan status gizi balita.

4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuisioner dapat digunakan sebagai alat ukur setelah diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuisioner yang disusun telah mampi mengukur apa yang hendak diukur, maka dilakukan pengujian antara nilai tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuisioner tersebut. Bila semua pertanyaan telah memiliki korelasi bermakna ( construct

validity ) berarti semua pertanyaan yang ada di dalam kuisioner tersebut

mengukur konsep yang kita ukur.Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi ” product moment ”.

Sementara itu, reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.

(36)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

tersebut kemudian diuji dengan tes menggunakan rumus korelasi product moment. Pertanyaan yang diuji reliabilitasnya telah memiliki validitas.

Setelah dilakukan pengujian validitas sebanyak dua kali maka didapatkan bahwa dari lima belas pertanyaan yang diajukan, tiga belas pertanyaan adalah valid. Hasil uji reliabilitas pada tiga belas pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa nilai r hasil ( Corrected item-Total Correlation) berada di atas nilai r tabel (r = 0,514). Dengan demikian, hanya tiga belas pertanyaan yang dinyatakan valid dan reliabel sebagai instrumen penelitian.

[image:36.595.109.515.309.653.2]

Adapun rincian hasil uji validitas dan reliabilitas tersebut tersedia pada tabel di bawah ini.

Tabel. 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,838 Valid 0,860 Reliabel

2 0,616 Valid Reliabel

3 0,799 Valid Reliabel

4 0,711 Valid Reliabel

5 0,838 Valid Reliabel

6 0,740 Valid Reliabel

7 0,759 Valid Reliabel

8 0,525 Valid Reliabel

9 0,771 Valid Reliabel

10 0,639 Valid Reliabel

11 0,597 Valid Reliabel

12 0,533 Valid Reliabel

13 0,679 Valid Reliabel

4.5Metode Analisis Data

(37)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

dua variabel. Dalam penelitian ini digunakan uji Chi-Square untuk menghubungkan variabel terikat dengan variabel bebas dikarenakan kedua variabel bersifat kategorik.

Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows edisi 15. Pengolahan data dilakukan dengan empat tahapan yakni editing, coding,

processing, dan cleaning.

[image:37.595.110.515.282.541.2]

Kemudian data yang telah diolah disajikan dalam tabel silang 2x2 berikut ini.

Tabel 4.2 Tabulasi Silang Variabel Dependen dan Variabel Independen Tingkat Pengetahuan Responden

Membaca Grafik Pertumbuhan

Status Gizi Balita Total Tidak Baik Baik

Kurang Baik Baik Jumlah

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Glugur Darat I yang merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat. Puskesmas Glugur Darat memiliki wilayah kerja sebelas kelurahan. Data dasar cakupan kerja puskesmas ini dapat dilihat pada Data Dasar Program Gizi Puskesmas Glugur Darat.

(38)
[image:38.595.126.500.115.258.2]

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Tabel 5.1. Posyandu di Kelurahan Glugur Darat 1

No. Nama Posyandu Alamat

1. Cendrawasih I Jl. Mustafa Gang Lama

2. Cendrawasih II Jl. Mahameru

3. Cendrawasih III Jl. Al Falah I 4. Cendrawasih IV Jl. Al Falah VI 5. Cendrawasih V Jl. Setia Jadi 6. Cendrawasih VI Jl. Pasar III

7. Cendrawasih VII Jl. Bono

8. Cendrawasih VIII Jl. Umar

Kelurahan Glugur Darat I memiliki jumlah penduduk 15.279 jiwa. Sekitar 7,69 % atau tepatnya 1.620 jiwa di antaranya adalah balita. Akan tetapi, data persebaran balita tiap Posyandu tidak tersedia.

5.1.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuisioner melalui wawancara yang meliputi umur, pekerjaan, pendidikan terakhir, jumlah anak, jumlah balita, jenis kelamin balita,dan umur balita. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2. Distribusi Responden Menurut Umur di Kelurahan Glugur Darat I

Kelompok Umur n %

20-29 tahun 48 48 %

30-39 tahun 47 47 %

≥ 40 tahun 5 5 %

Total 100 orang 100 %

Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut umur yang terbanyak adalah ibu yang berumur 20 - 29 tahun yaitu sebanyak 48 orang (48%) dan yang paling sedikit adalah ibu yang berumur ≥40 tahun yaitu lima orang (5%).

(39)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Pekerjaan n %

Karyawan swasta 14 14 Ibu rumah tangga 86 86

Jumlah 100 100

[image:39.595.156.441.304.417.2]

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa mayoritas pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 86 orang ( 86%). Sementara itu, 14 orang ( 14%) bekerja sebagai karyawan swasta.

Tabel 5.4. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir di Kelurahan Glugur Darat I

Pendidikan Terakhir n %

SD 6 6

SMP 22 22

SMA/ sederajat 62 62

Diploma 1 2 2

Diploma 3 8 8

Jumlah 100 100

[image:39.595.210.416.576.634.2]

Dari tabel 5.4 diketahui bahwa pendidikan terakhir ibu bervariasi dari D-III, D-I, SMA/sederajat, SMP, dan bahkan SD. Proporsi terbesar adalah ibu dengan pendidikan terakhir SMA/sederajat yakni 62% atau 62 orang. Sementara itu, ibu dengan pendidikan terakhir D-1 memiliki proporsi terkecil yakni 2% atau dua orang.

Tabel 5.5. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Balita di Kelurahan Glugur Darat I

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 46 46

Perempuan 54 54

Total 100 100

(40)
[image:40.595.186.438.142.242.2]

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Tabel 5.6. Distribusi Responden Menurut Umur Balita di Kelurahan Glugur Darat I

Kelompok Umur Balita N %

0-12 bulan 27 27

13-24 bulan 35 35

25-36 bulan 23 23

37-49 bulan 11 11

50-59 bulan 4 4

Total 100 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa kelompok balita usia 13-24 bulan memiliki proporsi terbanyak yaitu 35 orang ( 35 %). Proporsi terendah adalah balita berusia 48-60 bulan yakni hanya berjumlah empat orang (4 %).

5.1.3 Tingkat Pengetahuan Responden

[image:40.595.136.503.376.524.2]

Tingkat pengetahuan responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner yang berisi 16 pertanyaan melalui wawancara kepada responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.7. Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Kepanjangan KMS

Jawaban n %

Benar 94 94

Salah 6 6

Total 100 100

[image:40.595.224.402.646.702.2]

Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa 94 responden dapat memberikan jawaban benar untuk pertanyaan mengenai kepanjangan KMS. Sementara itu, terdapat enam responden yang memberikan jawaban salah.

Tabel 5.8. Distribusi Pengetahuan Resonden Mengenai Tempat Memperoleh KMS

Jawaban n %

Benar 98 98

Salah 2 2

(41)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

[image:41.595.184.444.210.330.2]

Dari tabel 5.8 dapat diketahui bahwa 98 responden memberikan jawaban benar untuk pertanyaan mengenai tempat memperoleh KMS. Sementara itu, dua responden memberikan jawaban salah.

Tabel 5.9. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Manfaat KMS

Jawaban N %

Tidak tahu 2 2

1 jawaban benar 49 49

2 jawaban benar 34 34

3 jawaban benar 8 8

4 jawaban benar 5 5

5 jawaban benar 2 2

Total 100 100

Dari tabel 5.9 dapat diketahui bahwa responden yang mengetahui kelima manfaat KMS hanya dua orang. Sementara itu, sebagian besar responden (49 orang) hanya dapat menyebutkan satu manfaat KMS. Responden yang dapat menyebutkan 2, 3 dan 4 jawaban benar masing-masing adalah 34, 8, dan 5 orang. Dari keseluruhan responden, dua di antaranya tidak tahu .manfaat KMS.

Tabel 5.10. Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Item yang Terdapat dalam KMS

Jawaban n %

Tidak tahu 1 1

1 jawaban benar 44 44

2 jawaban benar 33 33

3 jawaban benar 14 14

4 jawaban benar 4 4

5 jawaban benar 4 4

Total 100 100

[image:41.595.190.437.519.631.2]
(42)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

[image:42.595.224.402.205.262.2]

Responden yang dapat menyebutkan 2, 3, 4 dan 5 jawaban benar masing-masing adalah 33, 14, 4 dan 4 orang.

Tabel 5.11. Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Nilai yang Dimasukkan dalam Grafik Pertumbuhan KMS

Jawaban n %

Benar 92 92

Salah 8 8

Total 100 100

[image:42.595.133.509.278.506.2]

Dari tabel 5.11 dapat diketahui bahwa 92 orang responden memberikan jawaban benar bahwa nilai yang dimasukkan dalam grafik pertumbuhan adalah berat badan dan umur. Sementara delapan responden memberikan jawaban salah terhadap pernyataan tersebut.

Tabel 5.12. Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Pita Warna dalam Grafik Pertumbuhan KMS

Ada/tidaknya Tiga Pita Warna

Jawaban n %

Tahu 69 69

Tidak tahu 31 31

Total 100 100

Dari tabel 5.12 dapat diketahui bahwa 69 responden mengetahui ada tiga pita warna dalam grafik pertumbuhan KMS. Akan tetapi, hanya 39 responden yang mengetahui warna dan makna pita warna dalam suatu grafik pertumbuhan.

Tabel 5.13. Distribusi Pengetahuan Responden Membaca Grafik Pertumbuhan yang Menurun dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Membaca Grafik Tindakan yang Harus Dilakukan

Jawaban n % Jawaban N %

Tahu 59 59 Benar 54 54

(43)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

tahu tidak tahu

Total 100 100 Total 100 100

[image:43.595.131.494.324.437.2]

Dari tabel 5.13 dapat diketahui bahwa responden yang tahu membaca grafik pertumbuhan yang menurun sebanyak 59 orang, sementara 41 responden lainnya tidak tahu membaca grafik tersebut. Untuk pertanyaan pengetahuan mengenai tindakan yang harus dilakukan bila menemui grafik pertumbuhan demikian, hanya 54 responden yang memberikan jawaban benar.

Tabel 5.14. Distribusi Pengetahuan Responden Membaca Grafik Pertumbuhan yang Meningkat dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Membaca Grafik Tindakan yang Harus Dilakukan

Jawaban n % Jawaban n %

Tahu 85 85 Benar 83 83

Tidak

tahu 15 15 Salah 17 17

Total 100 100 Total 100 100

[image:43.595.130.494.624.723.2]

Dari tabel 5.14 dapat diketahui bahwa responden yang tahu membaca grafik pertumbuhan yang meningkat adalah sebanyak 85 orang, sementara 15 responden lainnya tidak tahu membaca grafik tersebut. Untuk pertanyaan pengetahuan mengenai tindakan yang harus dilakukan bila menemui grafik pertumbuhan demikian, 83 responden yang memberikan jawaban benar.

Tabel 5.15. Distribusi Pengetahuan Responden Membaca Grafik

Pertumbuhan yang Berada di Bawah Garis Merah dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Membaca Grafik Tindakan yang Harus Dilakukan

Jawaban n % Jawaban n %

Tahu 41 41 Benar 41 41

Tidak tahu

59 59 Salah 59 59

(44)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Dari tabel 5.15 dapat diketahui bahwa responden yang tahu membaca grafik pertumbuhan yang berada di bawah garis merah sebanyak 41 orang, sementara 59 responden lainnya tidak tahu membaca grafik tersebut. Untuk pertanyaan pengetahuan mengenai tindakan yang harus dilakukan bila menemui grafik pertumbuhan demikian, 41 responden yang memberikan jawaban benar.

Tabel 5.16. Distribusi Pendapat Responden bahwa Grafik Pertumbuhan dapat Membantu Mengetahui Status Gizi Anak

Jawaban n %

Sangat membantu 49 49

Cukup membantu 49 49

Tidak membantu 2 2

Total 100 100

Dari tabel 5.16 dapat diketahui bahwa 49 responden berpendapat bahwa pengetahuan membaca grafik pertumbuhan dapat membantu mereka mengetahui status gizi anak. Sementara itu, 49 responden lainnya berpendapat bahwa pengetahuan membaca grafik pertumbuhan cukup membantu mengetahui status gizi anak. Selanjutnya, dua responden berpendapat bahwa pengetahuan membaca grafik pertumbuhan tidak membantu mengetahui status gizi anak.

[image:44.595.136.491.636.693.2]

Keseluruhan nilai jawaban kuisioner responden dijumlahkan dan dikategorikan berdasarkan standar yang telah ditetapkan dalam Defenisi Operasional. Kategori tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5.17. Tingkat Pengetahuan Responden Membaca Grafik Pertumbuhan dalam KMS

Tingkat Pengetahuan n %

Kurang Baik 91 91

Baik 9 9

(45)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Dari tabel 5.17 di atas dapat diketahui bahwa 91 responden memiliki tingkat pengetahuan kurang baik dalam membaca grafik pertumbuhan KMS. Sementara itu, sembilan responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik.

5.1.4 Status Gizi Balita

[image:45.595.139.443.341.453.2]

Status gizi balita diperoleh dengan membandingkan berat badan balita dengan umurnya. Hasil perbandingan ini dikategorikan sesuai dengan tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Perempuan dan Laki-laki Usia 0-59 bulan Menurut Berat Badan dan Umur (BB/U) WHO/NCHS ( dilihat pada Lampiran).

Tabel 5.18. Status Gizi Balita Responden Berdasarkan BB/U

Status Gizi Balita n %

Gizi Buruk 8 orang 8

Gizi Kurang 16 orang 16

Gizi Baik 73 orang 73

Gizi Lebih 3 orang 3

Total 100 orang 100

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa terdapat delapan balita gizi buruk, 16 balita bergizi kurang, dan tiga balita bergizi lebih. Ketiga kategori ini dapat digolongkan menjadi balita bergizi kurang baik. Sementara itu, terdapat 73 balita bergizi baik. Dengan demikian, status gizi tersebut dapat disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5.19. Kategori Status Gizi Balita Responden Status Gizi Balita n % Gizi kurang baik 27 27

Gizi baik 73 73

(46)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

5.1.5 Hasil Analisis Statistik

[image:46.595.111.517.235.353.2]

Hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu membaca grafik pertumbuhan KMS dengan status gizi anak disajikan dalam tabulasi silang berikut:

Tabel 5.20.Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Membaca Grafik Pertumbuhan KMS di Kelurahan Glugur Darat I

Tingkat Pengetahuan Responden Membaca Grafik Pertumbuhan

Status Gizi Balita Total P

value

Baik Tidak Baik

n % n % N %

Baik 8 88,9 1 11,1 9 9,0 0,242

Kurang Baik 65 71,4 26 28,6 91 91,0 Jumlah 73 73,0 27 27% 100 100,0

Dari tabel 5.20 di atas diperoleh bahwa ada sebanyak di antara 91 (91%) responden yang memiliki pengetahuan kurang baik, 26 orang di antaranya memiliki balita dengan status gizi tidak baik dan 65 responden lainnya memiliki balita berstatus gizi baik.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,242 (p> ), maka dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak atau tidak terdapat hubungan status gizi balita dengan pengetahuan ibu membaca grafik pertumbuhan KMS.

5.2. Pembahasan

5.2.1 Tingkat Pengetahuan Responden Membaca Grafik Pertumbuhan

(47)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian oleh peneliti yakni hanya 9% responden memiliki pengetahuan yang baik dalam membaca grafik pertumbuhan. Sementara itu, 91% lainnya memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ibu sebagian besar ibu mengetahui kepanjangan KMS (94%) dan tempat memperoleh KMS (98%). Akan tetapi, ibu yang mengetahui kelima manfaat KMS hanya 2%, sementara sebagian besar ibu (49%) hanya mengetahui satu manfaat KMS.

Mengenai grafik pertumbuhan, dari tiga grafik yang disajikan, kekeliruan tentang makna grafik paling besar tejadi pada grafik bawah garis merah yakni 59% responden. Korelasi antara tindakan yang akan dilakukan ibu dengan pengetahuan ibu tenatng arti grafik juga turut dinilai.

Pada grafik pertumbuhan yang menurun, dari 59 responden yang mengetahui arti grafik, lima orang di antaranya keliru dalam menentukan tindakan yang sebaiknya dilakukan. Sementara pada grafik pertumbuhan yang meningkat, dari 85 responden yang mengetahui arti grafik, 83 di antaranya mengetahui tindakan yang sebaiknya dilakukan. Selanjutnya, untuk grafik di bawah garis merah, dari 41 responden yang mengetahui arti grafik, seluruhnya mengetahui tindakan yang sebaiknya dilakukan.

Kekeliruan pengetahuan dapat disebabkan oleh tidak jelasnya informasi yang diperoleh oleh responden. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoadmojo ( 1997) bahwa pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan salah satunya karena manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi tersebut. Jika bahasa yang mengkomunikasikan informasi tersebut salah diterima, maka pengetahuan tentu tidak akan berkembang dengan baik.

5.2.2 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Status Gizi Balita

(48)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

sekitarnya. Nilai keadaan gizi anak sebagai refleksi kecukupan gizi, merupakan salah satu parameter yang penting untuk nilai tumbuh kembang fisik dan kesehatan anak tersebut.

Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa 73% responden memiliki status gizi yang baik. Sementara 27% lainnya dikategorikan dengan status gizi tidak baik karena berada dalam keadaan gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih.

Pada hasil tabulasi silang dengan analisis statistik chi square diperoleh nilai p> 0,05. Ini berarti tidak terdapat hubungan pengetahuan ibu membaca grafik pertumbuhan KMS dengan status gizi balita. Dalam tabel 5.20 yang menyajikan tabulasi silang pengetahuan ibu dan status gizi balita, dapat dilihat bahwa 71,4% ibu dengan pengetahuan kurang baik memiliki balita dengan status gizi yang baik. Hal tersebut dapat terjadi mengingat bahwa pola konsumsi makanan dan keadaan kesehatan anak merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi balita.

Penyebab tidak langsung yang berkontribusi pada status gizi balita yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998).

Selain penjelasan tersebut di atas, adanya korelasi antara pengetahuan ibu tentang pemantauan status gizi balita dengan sikap dan tindakan ibu merupakan salah satu hal yang harus dikaitkan dengan status gizi balita. Pada penelitian selanjutnya diharapkan hal demikian dapat dicermati.

(49)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Pada penelitian yang dilakukan Anwar (2006), ditemukan bahwa status gizi dipengaruhi oleh kompleks karakteristik keluarga dan pola asuh.. Ditinjau dari pola asuhnya, Engle dan Riccuti (1995) menyatakan bahwa rangsangan psikososial yang baiknya umumnya berkaitan erat dengan status gizi dan kesehatan anak. Sementara itu, karakteristik keluarga memiliki proporsi sendiri yaitu tingkat pendapatan keluarga (5,03 kali), berat lahir anak (5,73 kali), pemberian ASI (2,57 kali), status imunisasi (10,28 kali), pengetahuan ibu (15,64 kali) dan pola makan anak (3,27 kali).

Pada penelitian yang dilakukan Dewi Andarwati (2007), karakteristik keluarga tersebut di atas memiliki proporsi yang berbeda dalam mempengaruhi status gizi anak. Proporsinya yaitu : pendapatan keluarga (11,2 kali), pengetahuan gizi ibu (11,9 kali), besar keluarga dan pekerjaan ibu (0,489 kali), pantangan makan balita (22,5 kali), dan konsumsi energi protein (18 kali).

Beragamnya proporsi pengaruh pengetahuan ibu terhadap status gizi pada dua penelitian di atas masalah gizi merupakan masalah multikompleks tidak dapat dinilai dengan satu faktor saja.

(50)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

BAB 6

(51)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan seluruh pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

6.1.1 Sebagian besar pengetahuan ibu balita membaca grafik pertumbuhan adalah kurang baik, yakni 91% dari total responden.

6.1.2 Status gizi balita di Kelurahan Glugur Darat I adalah baik ( 73%). 6.1.3 Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu membaca grafik

pertumbuhan KMS dengan status gizi balita. Hal ini diakibatkan masalah status gizi yang kompleks tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti pendapatan keluarga, pendidikan ibu, dan akses ke pelayanan kesehatan.

6.2. Saran

6.1.1 Bagi Puskesmas Glugur Darat

Peningkatan pembinaan kader Posyandu yang merupakan ujung tombak penyuluhan pemanfaatan KMS sebagai pedoman pemantauan status gizi balita. Perlunya penyuluhan bagi ibu balita tentang pentingnya melakukan penimbangan berat badan secara berkala untuk memantau status gizi balita. 6.1.2 Bagi Posyandu di Kelurahan Glugur Darat I

Peningkatan peran serta kader terutama untuk meningkatkan keaktifan ibu dalam setiap kegiatan posyandu terutama penimbangan berat badan balita. Selain itu, diperlukan pencatatan yang baik dalam setiap kegiatan posyandu sehingga dapat dijadikan acuan pemantauan dan penyuluhan gizi oleh puskesmas.

6.1.3 Bagi Masyarakat Terutama Kaum Ibu

(52)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

(53)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Anonym, 2008. Pekan Pendataan Gizi Buruk 31 Maret-5 April, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

Available from:

Arisman, MB. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta. EGC

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Rajagrafindo Persada Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Pedoman Penanggulangan

Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada

Balita. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Panduan Penggunaan Kartu

Menuju Sehat (KMS) Balita bagi Petugas Kesehatan. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Buku Kesehatan Ibu dan Anak

Gerakan Nasional Pemantauan Tumbuh Kembang Anak. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

de Onis, M. & Yip, R., 1996. Bibliotheca Nutritio et Dieta: WHO Growth Chart :

Historical Consideration and Current Scientific Issues. World Health

Organization. Available from:

Harper, L.J., Deaton, B.J, dan Driskel, J.A., 1986. Food, Health, and Agriculture. Jakarta: UI Press.

to-Health' Card Based on Perceptions of Clinic Staff and Mothers.

Department of Paediatrics and Child Health, University of Cape Town. Available from :

(54)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Harrison D, Heese HD, Harker H, Mann MD. 2005. An Assessment by Nurses and

Paediatrics and Child Health, School of Child and Adolescent Health, University of Cape Town.

Available from ;

2009]

Khomsan,A., 2008. Mengetahui Status Gizi Balita. Institut Pertanian Bogor. Available from:

Maret 2009]

Muchtadi, D. 1996. Gizi Untuk Bayi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Mudjianto, T.T., 2001. Efektifitas Kartu Menuju Sehat (KMS) Anak Balita

sebagai Sarana Penyuluhan Gizi di Posyandu. Center for Research and

Development of Nutrition and Food, NIHRD Available from :

http:/litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2001-trintin-1151-kms [accessed : 28 Maret 2009]

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

---. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta. Riyanto,A. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha

Medika

Ronardy. D. H. 1995. Kartu Menuju Sehat. Jakarta: EGC

Santoso, S. & Lies, A. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta

Sastroasmoro, S. & Ismael,S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis

Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto

Sediaoetama, A.D. 1985. Faktor Gizi. Jakarta: Bhatara Karya Akbar.

(55)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

Siswono, 2007. Gizi Buruk Ancam Anak-anak di Medan. Persagi Available from :

[accessed 28 Maret 2009]

---. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta. Soekirman, 2001. Perlu Paradigma Baru untuk Menanggulangi Masalah Gizi

Makro di Indonesia. Institut Pertanian Bogor.

Available from:

[accessed : 28 Maret 2009]

Sri Kardjati, dkk. 1985. Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. ---2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Suparman, A dan Sihombing, M. 1990. Management Pelaksanaan Intervensi Gizi

Masyarakat. Jakarta. Pusat Pengembangan Tenaga Gizi Pusat Departemen

Kesehatan

Tim Pengelola Usaha Perbaikan Gizi Keluarga Tingkat Pusat, 2005. Buku Saku

Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Dinas Kesehatan Propinsi

Sumatera Utara

(56)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ekawaty Suryani Mastari

Tempat/ Tanggal Lahir : Pangaribuan, 20 Desember 1988

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sei Padang gang Langgar No. 7A, Padang Bulan Selayang, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 010090 Kisaran ( 1994 – 2000 ) 2. SMP Negeri 3 Kisaran ( 2000 – 2003 ) 3. SMA Negeri 1 Kisaran ( 2003 – 2006 )

Riwayat Pelatihan : 1. Diklat Penelitian SCORE PEMA FK USU ( 2007 ) 2. Workshop Jurnalistik BPM PEMA FK USU ( 2008 ) Riwayat Organisasi : 1. Anggota Divisi PPI SCORE FK USU ( 2007)

2. Sekretaris Divisi PPI SCORE PEMA FK USU (2008) 3. Manajer Divisi PPI SCORE PEMA FK USU (2009) 4. Koordinator Adm-Kesek SCOPH PEMA FK USU

(2007)

(57)

Ekawaty Suryani Mastari : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dalam Membaca Grafik Pertumbuhan Kms Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Glugur Darat 1, 2009.

6. Anggota Departemen Pendidikan dan Penelitian BEM PEMA FK USU (2009)

Ibu yang terhormat,

Saya Ekawaty Suryani Mastari, adalah mahasiswa semester akhir di Fakultas Kedokteran U

Gambar

Grafik Pertumbuhan dalam KMS  ........................................ 2.1.1 Defenisi Kartu Menuju Sehat untuk Balita ..............
Grafik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ............................. Grafik Pertumbuhan Berat Badan Anak Naik dan Tidak Naik .....
Tabel  1.1 Jumlah Balita berdasarkan Wilayah kerja Puskesmas di Kota Medan Hasil Pendataan dan Proyeksi pada PIN tahun 2006
Gambar 2.1 Grafik pertumbuhan dan perkembangan anak (Sumber: Buku Kesehatan Ibu dan Anak Departemen Kesehatan Republik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi Ibu dengan status gizi balita di Desa Selodoko Kecamatan Ampel

Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku ibu rumah tangga tentang keluarga sadar gizi (Kadarzi) dengan status gizi pada anak balita di Kelurahan Sindangrasa

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kelurahan Rajabasa Raya

Uji Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Buruk. Hasil analisis hubungan

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pendapatan, penyakit infeksi dan pengetahuan ibu dengan kejadian gizi kurang pada balita di wilayah

adalah menentukan hubungan tingkat pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi keluarga nelayan dengan status

Penelitian ini dilakukan terhadap 224 responden,bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita 6;24 bulan di

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Balita Tentang Status Gizi Pada Balita