• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Dan Tanggung Jawab Underwriter Dalam Perjanjian Full Commitment Di Pasar Perdana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Dan Tanggung Jawab Underwriter Dalam Perjanjian Full Commitment Di Pasar Perdana"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER

DALAM

PERJANJIAN FULL COMMITMENT DI PASAR PERDANA

T E S I S

 

O L E H

 

MEGA KARTIKA

077005081/HK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS

 

SUMATERA

 

UTARA

(2)

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER

DALAM

PERJANJIAN FULL COMMITMENT DI PASAR PERDANA

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora

Dalam Program Studi Ilmu Hukum Pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MEGA KARTIKA

077005081/HK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

Judul Tesis : PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER

DALAM PERJANJIAN FULL COMMITMENT DI PASAR

PERDANA

Nama Mahasiswa : Mega Kartika

Nomor Pokok : 077005081

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui: Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum) Ketua

(Dr. T. Keizerina Devi A, S.H, CN, M.Hum) (Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum)

Anggota Anggota

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 24 Juli 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum

Anggota

: 1. Dr. T. Keizerina Devi A, S.H, CN, M.Hum

2. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum

3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

(5)

ABSTRAK 

   

 

  Perusahaan tentunya tidak menginginkan jika dalam pelaksanaan Penawaran Umum  timbul keraguan, apakah efek yang dilepas ke para investor terjual habis atau tidak, bila  setelah dilepas efek tersebut tidak terjual habis, maka ini merupakan “bencana” bagi  perusahaan,  hal  mana  selain  mengakibatkan  kerugian  sebab  biaya biaya  yang  telah  dikeluarkan tidak dapat ditarik kembali, juga akan menjatuhkan reputasi perusahaan. Untuk  itulah  maka diperlukan perusahaan efek yang bertindak sebagai penjamin emisi efek  (underwriter) perusahaan, yang umumnya dalam praktek di Indonesia, dalam penawaran  umum perdana praktis semua penjaminan emisi di lakukan dengan sistem penjaminan full  commitment

Berdasarkan  latar  belakang  ini,  maka  adapun  beberapa  permasalahan  yang  diangkat, adalah mengenai peran dan tanggung jawab underwriter dalam perjanjian full  commitment di pasar perdana,  kategori penyimpangan oleh underwriter  pada proses  penawaran umum perdana dan akibat hukumnya, serta penyelesaian sengketa antara  underwriter dan emiten. 

Dalam upaya mendapatkan penjelasan dan jawaban atas permasalahan di atas,  maka digunakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan data  sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research).

 

Seluruh data yang  sudah diperoleh akan ditelaah dan dianalisis secara kualitatif. Selanjutnya ditarik suatu  kesimpulan yang bersifat deduktif sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti. 
(6)

berupa: sanksi administratif dan denda. Mengenai perselisihan antara para pihak dalam  perjanjian penjaminan emisi efek, akan diselesaikan secara musyawarah, jika tidak tercapai  persesuaian paham, maka diajukan ke Pengadilan Negeri atau diselesaikan melalui Badan  Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI). 

 

Kata Kunci:  Underwriter,  Emiten,  Perjanjian  Full  Commitment,  Penawaran  Umum  Perdana. 

ABSTRACT 

 

 

Company will not tolerate any doubt of whether or not the effect released will be  sold out during the implementation of Public Offering. If, after being released, the effect is  not sold out, it will be a “disaster” for the company because it not only inflicts financial loss  for the cost spent cannnot be withdrawn anymore but also ruins the company’s reputation.  Hence, a company acting as a guarantor of effect emission (underwriter) is needed that, in  its practice in Indonesia in general, practically all guarantees of emission in an initial public  offerring are done through full committment guarantee system. 

With this background, the purpose of this analytical descriptive study is to find out  the role and responsibility of the underwriter in the full committment agreement in the initial  market, to analyze the category of deviation done by the underwriter during the process of  initial public offerring and its legal sanction, and to learn the solution taken when solving the  dispute between underwriter and emitter. 

The study were based on the secondary data obtained through library research. The  data obtained were qualitatively analyzed before a deductive conclusion was withdrawn to  be the answers to the problems studied. 

(7)

of deviation done by the underwriter during the process of initial public offerring, among  other things, are the issue of stock allocation/distribution that can result in conflict of  interest, manipulating the price in an attempt to stabilize it, and deviating the form of  emission guarantee by underwriter and emitter. The legal sanctions imposed to the three  deviation  categories as  stated in  the  law on stock market  (UUPM)  and Government  Regulation No.45/1995 are in the forms of administrative sanction and fine. The dispute  occured between the parties involved in the effect emission guarantee agreement will be  deliberately solved, if it fails, then the case will be brought to the court of first instance or be  solved through the Indonesian Stock Market Arbitration Board (BAPMI). 

 

Key words:  Underwriter, Emitter, Full Committment Agreement, Initial Public  Offering 

 

(8)

DAFTAR ISI 

 

 

      Halaman 

ABSTRAK  ...  i 

 

ABSTRACT  ...  ii 

 

KATA PENGANTAR...  iii 

 

RIWAYAT HIDUP ...  vi 

 

DAFTAR ISI  ...  vii 

 

DAFTAR TABEL   ...ix 

  

DAFTAR ISTILAH ...  x 

 

BAB I   PENDAHULUAN   ...1 

 

A. Latar Belakang ...  1  

 

B. Perumusan Masalah ...  13 

(9)

C. Tujuan Penelitian ...  13 

 

D. Manfaat Penelitian ...  14 

 

E. Keaslian Penelitian...  15 

 

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi ...  16 

 

1. Kerangka Teori ...  16 

 

2. Landasan Konsepsi...  24 

 

G. Metode Penelitian ...  27 

 

1. Sifat dan Pendekatan Penelitian...  27 

 

2. Jenis dan Sumber Data ...  28 

 

3. Teknik Pengumpulan Data...  29  4. Analisis Data ...  29 

 

BAB II  PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER  

  DALAM PERJANJIAN FULL COMMITMENT DI PASAR  

  PERDANA ...     31 

 

A. Perjanjian Penjaminan Emisi di Pasar Perdana ...  31 

 

B. Peran Underwriter Dalam Tahap Penawaran Perdana...  39 

(10)

C. Tanggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian  

  Full Commitment di Pasar Perdana ...  52 

 

BAB III  KATEGORI PENYIMPANGAN OLEH UNDERWRITER  

  PADA PROSES PENAWARAN UMUM PERDANA ...  61 

 

A. Penjatahan Saham Oleh Lead Underwriter  

  Yang Berakibat Pada Benturan Kepentingan...  61 

 

B.Manipulasi Harga dalam Upaya Stablisasi  

    Harga Oleh Underwriter ...  71 

 

C. Penyimpangan Bentuk Penjaminan Emisi  

  Oleh Underwriter dan Emiten...  79 

 

BAB IV  MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA  

  ANTARA UNDERWRITER DAN EMITEN ...   83 

 

A. Badan Arbitrase Pasar Modal Indinesia (BAPMI) ...  83 

 

B. Mekanisme Proses Penyelesaian Sengketa  

  Antara Underwriter dan Emiten ...  107 

 

BAB V  KESIMPULAN DAN SARAN ...  113 

 

A. Kesimpulan ...  113 

(11)

B. Saran ...  116 

 

DAFTAR PUSTAKA ...  118 

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

(13)

DAFTAR ISTILAH

Addendum Perjanjian  : Setiap  perubahan perubahan,  penambahan penambahan  dan/atau  pembaharuan pembaharuan  terhadap  perjanjian  penjaminan emisi efek (termasuk yang akan dibuat dikemudian  hari).  

 

Arbiter   : Orang perorangan yang  karena kompetensi dan integritasnya  dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memeriksa dan  memberikan putusan atas sengketa yang bersangkutan. 

Bursa Efek

: Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan

atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli

efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek

di antara mereka.

Comfort Letter

:

Surat yang dibuat oleh akuntan publik/akuntan negara

memuat kejadian-kejadian, transaksi-transaksi dan masalah

penting yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan

terakhir yang telah diaudit sebagaimana yang tercantum

dalam prospektus. Dalam hal ini comfort letter merupakan:

1.

media bagi penjamin utama emisi untuk memperoleh data

keuangan yang belum dicakup dalam laporan keuangan

yang telah diperiksa oleh akuntan publik/akuntan negara

sebagaimana tercantum dalam prospektus;

2.

bahan untuk mempersiapkan perjanjian emisi efek;

3.

sumber informasi tambahan bagi Bapepam.

Due diligence

: Suatu tindakan yang hati-hati, aktifitas atau ketekunan, yang

secara cukup dihaapkan dari, dan lazim dilakukan oleh

seseorang yang rasiional dan hati-hati berdasarkan

persyaratan-persyaratan khusus, yang tidak diukur dengan

standar yang absolut, tetapi tergantung dari fakta-fakta yang

relatif dari suatu kasus yang khusus.

Efek

: Surat berharga, yaitu surat pegakuan utang, surat berharga

(14)

penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas

efek, dan setiap derivatif dari efek.

Fix Allotment

: Penjatahan pasti terhadap investor tertentu yang mendapat

hak istimewa. Mereka memperoleh jumlah saham seperti

yang diinginkan, misalnya karyawan emiten dan investor

lembaga yang dianggap mewakili kepentingan publik, seperti

reksa dana dan lembaga dana pensiun.

Greenshoe Option

: Suatu kondisi dalam perjanjian penjaminan emisi di mana

penjaminan emisi mempunyai wewenang untuk menambah

suatu emisi baik saham atau obligasi melalui sindikasi jika

permintaan investor akan efek tersebut besar

(oversubscription).

Hot IPO Shares

: Saham-saham yang sangat mungkin akan memberikan

keuntungan.

Letter of Intent

: Merupakan surat pernyataan kehendak untuk melaksanakan

emisi.

Listing  :  Pencatatan  efek  di  bursa  agar  efek  tersebut  dapat  diperdagangkan.  Pencatatan  efek  dapat  dilakukan  apabila  pernyataan pendaftaran perusahaan tersebut sudah dinyatakan  efektif oleh Bapepam.  

 

Manipulasi Harga   :  Tindakan  yang  dilakukan  pihak pihak  tertentu  yang  secara  langsung atau tidak langsung dimaksudkan untuk menyebabkan  harga efek tetap, naik atau turun dengan tujuan mempengaruhi  pihak lain untuk membeli, menjual atau menahan efek. Tindakan  ini dilakukan dalam rangka mengambil keuntungan sepihak, di  mana  tindakan ini merupakan tindakan  yang tidak  etis atau  tindakan yang dilarang dalam perdagangan. 

 

(15)

 

Mediator   : Orang perorangan yang  karena kompetensi dan  integritasnya  dipilih oleh para pihak untuk membantu dalam perundingan guna  mencari solusi penyelesaian masalah melalui proses Mediasi.  

Prospektus

: Setiap informasi tertulis sehubungan dengan Penawaran

Umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek.

 

Rights issue

: Merupakan salah satu cara yang ditempuh Emiten untuk

menambah modal yaitu dengan cara mengeluarkan saham

baru. Dalam right issue, perseroan menawarkan hak (right)

kepada pemegang saham yang ada (pemegang saham lama)

untuk mendapatkan saham baru yang tentu saja berarti

menyetor modal dengan rasio tertentu. Jika pemegang saham

tersebut tidak mengambil haknya, maka ia dapat menjual

haknya tersebut kepada investor lain. Dengan demikian di

Pasar Modal juga dikenal perdagangan right. Jadi right

adalah hak yang diberikan kepada pemegang saham lama

untuk terlebih dahulu membeli saham yang baru dikeluarkan

dengan tujuan agar pemegang saham lama diberi kesempatan

untuk mempertahankan persentase kepemilikannya dalam

suatu perusahaan.

Stabilisasi Harga

: Tindakan selama masa Penawaran Umum yang dilakukan

untuk menawarkan beli atau jual efek dengan tujuan

mempertahankan harga pasar efek bersangkutan di Bursa

Efek.

 

Transaksi Semu  :  Transaksi  efek  tanpa  mengakibatkan  terjadinya    perubahan  pemilikan atas efek tersebut. Tansaksi ini dapat dilakukan dengan  atau tanpa ada barang sama sekali. Dengan demikian penjual  dalam kasus ini tidak akan menyerahkan saham kepada pihak lain,  dan pembeli juga tidak akan menerima saham. 

(16)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat kasih dan  anugerah Nya Penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Adapun judul tesis ini adalah “PERAN  DAN TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER DALAM PERJANJIAN FULL COMMITMENT DI PASAR  PERDANA”.  

  Penulis menyadari, dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan kekurangan  baik dari segi isi maupun cara penyajiannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan  kemampuan dan pengalaman yang Penulis miliki. Untuk itu Penulis mengharapkan saran  dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. 

  Penulis banyak  memperoleh bantuan dari berbagai pihak, terutama  dari para  pembimbing dalam penulisan tesis ini. Dalam kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan  ucapan terima kasih sebesar besarnya kepada : 

1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.  2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas 

Sumatera Utara. 

3. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Ketua Ketua Program Studi Ilmu Hukum  Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 

(17)

5. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Pembimbing II yang telah membimbing  dan mengarahkan Penulis dalam proses penulisan tesis ini. 

6. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, selaku Pembimbing III yang sudah sangat banyak  membantu  Penulis dengan  meluangkan  waktunya  memberikan masukan, nasehat,  arahan dan saran saran yang sangat bermanfaat dalam proses penulisan tesis ini,  sehingga tesis ini dapat selesai pada waktunya.  

7. Dosen dosen Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera  Utara lainnya yang telah memberikan ilmunya kepada Penulis sehingga Penulis dapat  menyelesaikan studi dengan baik. 

8. Seluruh  pegawai  administrasi  Program  Studi  Ilmu  Hukum  Sekolah  Pascasarjana  Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan administrasi Penulis.  9. Seluruh keluarga Penulis, teristimewa kepada orang tua Penulis, Bapak Johannes Ginting 

dan Ibu Terang Ukur br. Tarigan, dan juga kepada kedua abang Penulis (Erwinsdy  Ginting, SE. MSc dan Brigadir Antonio Riveldi Ginting, SH) yang selama ini telah  banyak  memberikan perhatian, dukungan, doa, semangat dan motivasi kepada Penulis sehingga  Penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. 

10. Kepada teman teman Penulis yang telah memberikan inspirasi, masukan dan semangat  bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini, serta seluruh pihak yang turut membantu  penyelesaian tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 

  Besar harapan Penulis, tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan  ilmu hukum khususnya bagi Penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca sekalian. 

(18)

 

Medan,   Juli 2009 

      Penulis,  

 

      MEGA KARTIKA 

       

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(19)

RIWAYAT HIDUP 

 

Nama      : Mega Kartika 

Tempat/Tgl Lahir  : Medan/07 September 1984 

Jenis Kelamin    : Perempuan 

Agama      : Katholik 

Alamat      : Jl. Bunga kantil XXVII No. 4 Pasar 7 Padang Bulan Medan. 

 

Pendidikan: 

1. SD ST. Petrus Medan dari tahun 1991 sampai dengan Tahun 1996  2. SLTP P.Cahaya Medan dari Tahun 1996 sampai dengan Tahun 1999  3. SMU Negeri 13 Medan dari Tahun 1999 sampai dengan Tahun 2002 

4. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan dari Tahun 2003 sampai dengan  Tahun 2007 

 

(20)

BAB I 

PENDAHULUAN 

 

A. Latar Belakang 

Pasar Modal merupakan suatu kebutuhan dalam perekonomian modern suatu  negara. Dimanapun di negara negara yang ekonominya maju, Pasar Modal yang berwujud  dengan adanya Bursa Efek, seperti juga adanya bank memainkan peran penting dan telah  menjadi  suatu kebutuhan karena  disanalah ekonomi menunjukkan aktivitasnya.  Pasar  Modal menjadi petunjuk bagaimana usahawan dan investor berinteraksi dalam kegiatan  ekonomi. Usahawan yang diwakili oleh perusahaan mencari modal dengan memasuki Pasar  Modal, sedangkan pemodal/investor menginvestasikan dananya juga dengan masuk ke  Pasar  Modal.  Pasar  Modal  telah  menjadi  ukuran  berkembang  dan  menurunnya  perekonomian suatu masyarakat.1 

  Istilah “Pasar Modal” dipakai sebagai terjemahan dari istilah “capital market” yang  berarti suatu tempat atau sistem bagaimana cara dipenuhinya kebutuhan kebutuhan dana  untuk capital suatu perusahaan. Pasar Modal merupakan pasar tempat orang membeli dan  menjual efek atau surat berharga lainnya.2 Dengan demikian, Pasar Modal berarti suatu  pasar dimana dana dana jangka panjang baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan. 

      

1

Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Tatanusa, 2006), hal. 1

2

(21)

Dana dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan  dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.3 

    Sementara itu, Pasal 1 angka 13 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang  Pasar Modal  (UUPM) memberi  pengertian  Pasar  Modal  sebagai  suatu  kegiatan  yang  berkenaan dengan Penawaran Umum  dan perdagangan  efek perusahaan publik  yang  berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan  dengan efek. 

    Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan  teknologi  komunikasi,  semakin  meningkat  pula  upaya  berbagai  perusahaan  untuk  mengembangkan usaha dan melakukan kegiatan dalam rangka meraih dana untuk ekspansi  bisnis dengan berbagai cara. Upaya ekspansi perusahaan ini antara lain dilakukan dengan  kegiatan penanaman modal di berbagai negara di luar batas negara asalnya. Dan saat ini  kegiatan  penanaman  modal  tersebut  dapat  dikatakan  telah  melintasi  batas batas  kenegaraan. Kiranya tidak salah pernyataan seorang konsultan manajemen internasional  yang mengatakan bahwa saat ini terdapat berbagai jalan untuk meningkatkan berbagai  perekonomian,  salah  satu  cara  terbaik  adalah  dengan  memfokuskan  diri  terhadap  pengembangan usaha dalam lingkup regional dan kemudian berupaya untuk mendapatkan  jalan  agar regionalisasi  tersebut selanjutnya dapat  berinteraksi dengan perekonomian  global.4 

      

3

Yayasan Mitra Dana, Penuntun Pelaku Pasar Modal Indonesia, (Jakarta, 1991), hal. 33.

4

(22)

  Peningkatan  kegiatan  ekspansi  perusahaan perusahaan  di  tingkat  global  ini  tentunya membutuhkan dana yang sangat besar, maka perusahaan perusahaan semakin  giat mencari sumber sumber yang dapat menyediakan dana dalam jumlah yang besar.  Untuk itu pandangan manajemen dan pemilik perusahaan diarahkan ke Pasar Modal baik   yang ada di dalam negeri sendiri maupun di negara lain. Hal tersebut menyebabkan makin  marak pula kegiatan Pasar Modal di hampir seluruh negara baik di negara negara maju  maupun di negara negara sedang berkembang dan juga mempermudah masuknya investasi  modal dari suatu negara ke negara lain. Berbagai perusahaan dari suatu negara menjual  sahamnya di Pasar Modal negara negara lain untuk mendapatkan tambahan dana, ini  berarti pemodal (investor) dari suatu negara dapat ikut melakukan investasi dan memiliki  modal perusahaan perusahaan yang didirikan negara lain.5   

  Perusahaan tentunya tidak menginginkan jika dalam pelaksanaan Penawaran Umum  timbul keraguan, apakah efek yang dilepas ke para investor terjual habis atau tidak, bila  setelah dilepas efek tersebut tidak terjual habis, maka ini merupakan “bencana” bagi  perusahaan,  hal  mana  selain  mengakibatkan  kerugian  sebab  biaya biaya  yang  telah  dikeluarkan tidak dapat ditarik kembali, juga akan menjatuhkan reputasi perusahaan. Untuk  itu diperlukan perusahaan efek yang bertindak sebagai Underwriter perusahaan. Lembaga  yang melakukan kegiatan penjaminan ini disebut Penjamin Emisi Efek atau dalam istilah lain  disebut Underwriter.6 

      

5

Ibid, hal. 2

6

(23)

  Underwriter membantu Emiten untuk mempersiapkan Penawaran Umum termasuk  due diligence yang diperlukan, membantu Emiten menyiapkan pernyataan pendaftaran dan  menyampaikannya  ke  Badan  Pengawas  Pasar  Modal  (Bapepam).  Setelah  Bapepam  menyatakan efektif pernyataan pendaftaran, Underwriter kemudian melakukan persiapan  untuk  pemasaran  efek  dengan  mengundang  perusahaan perusahaan  efek  lain  untuk  bergabung dalam sindikasi pemasaran dan penjualan efek tersebut. Underwriter juga akan  memasang  iklan  prospektus  yang  dibutuhkan,  mencetak  prospektus  dan  akhirnya  menyebarkan prospektus tersebut dalam rangka pemasaran efek tersebut kepada para  investor. Tugas pokok dari Underwriter adalah untuk menjualkan efek yang diterbitkan  perusahaan kepada masyarakat umum. Akan tetapi sebelum terjadinya penjualan tersebut,  Underwriter telah memainkan peranan yang penting dalam persiapan yang dilakukan oleh  perusahaan,  antara  lain  dengan  memberikan  masukan  kepada  perusahaan  mengenai  kesempatan dan peluang bagi pendanaan dan menyusun struktur penawaran yang akan  dilaksanakan.7  Tugas  Underwriter  ini  dimulai  sejak  hari  pertama  Emiten  berniat  menawarkan sahamnya kepada masyarakat hingga selesainya distribusi efek dilakukan.  Dengan  tugas  yang  dijalankan  oleh  Underwriter,  beban  Emiten  dalam  usaha  untuk  membawa perusahaan masuk ke dalam Pasar Modal akan banyak terbantu.8 

  Adapun yang menjadi tanggung jawab Underwriter dalam perjanjian penjaminan  emisi adalah sesuai pada ketentuan Pasal 39 UUPM, yang berbunyi: “Underwriter wajib 

      

7

Asril Sitompul (II), Due Diligence dan Tanggung Jawab Lembaga-Lembaga Penunjang

pada Proses Penawaran Umum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 14

8

(24)

mematuhi semua ketentuan dalam kontrak penjaminan emisi efek sebagaimana dimuat  dalam pernyataan pendaftaran.”  

  Apabila Underwriter dan Emiten telah sepakat untuk melaksanakan Penawaran  Umum  berdasarkan  jenis  kontrak/perjanjian  yang  ditentukan,  pihak  tersebut  wajib  melakukan Penawaran Umum tersebut sesuai dengan kontrak/perjanjian yang dibuat dan  untuk itu harus dicantumkan dalam prospektus.9 

  Perjanjian ini dianggap sah dan mengikat berdasarkan ketentuan Pasal 1320 Kitab  Undang Undang Hukum Perdata (KUH  Perdata),  yakni  mengenai  syarat sahnya suatu  perjanjian. Adapun dasar hukum dari kekuatan suatu perjanjian tersebut adalah Pasal 1338  ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian dibuat secara sah dan  berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya. 

  Apabila  salah satu pihak dalam perjanjian penjaminan emisi efek lalai dalam  memenuhi sesuatu kewajiban yang timbul berdasarkan perjanjian penjaminan   emisi efek  sebagaimana  mestinya  atau  terjadi  perselisihan  antara  para  pihak  dalam  perjanjian  penjaminan emisi efek, maka diusahakan untuk diselesaikan secara musyawarah, dan  bilamana  tidak  tercapai  persesuaian  paham,  maka  perselisihan  tersebut  diajukan  ke  Pengadilan Negeri atau dapat diselesaikan melalui Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia  (BAPMI).10 

      

9

Penjelasan Pasal 39 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

10

(25)

  Dalam  kontrak/perjanjian  penjaminan  emisi  efek,  Underwriter  biasanya  akan  mengajukan salah satu di antara beberapa jenis kesanggupan penjaminan emisi efek:11 

1. Penjaminan  emisi  dengan  kesanggupan  penuh  (full  commitment  underwriting).  Underwriter  disamping  menyanggupi  untuk  menawarkan  efek  tersebut  kepada  masyarakat, juga menyanggupi untuk membeli sendiri sisa efek yang tidak habis terjual.  2. Penjaminan emisi dengan kesanggupan terbaik (best efforts underwriting). Underwriter 

hanya mempunyai kewajiban untuk menawarkan efek tersebut sebaik baiknya dan  apabila tidak habis terjual maka efek tersebut akan dikembalikan ke Emiten. 

3. Penjaminan emisi dengan kesanggupan siaga (stand by commitment underwriting).  Underwriter  disamping  menyanggupi  untuk  menawarkan  efek  tersebut  kepada  masyarakat juga menyanggupi untuk membeli sisa efek yang tidak habis terjual pada  suatu tingkat harga tertentu sesuai dengan syarat yang diperjanjikan. 

4. Penjaminan emisi dengan kesanggupan semua atau tidak sama sekali (All or none  offering). Penawaran akan dibatalkan apabila tidak terjual semua. 

5. Penjaminan emisi dengan kesanggupan paling sedikit – paling banyak (Minimum –  maximum). Penawaran Efek akan dibatalkan apabila tidak tercapai batas minimum. 

  Kebutuhan akan Underwriter sebenarnya adalah karena adanya kesulitan dalam  melakukan pemasaran, distribusi dan penjualan efek, karena berdasarkan ketentuan yang  ada dalam Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT),  saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan harus diambil oleh pemodal. Dengan situasi 

      

11

(26)

seperti ini pulalah maka sebenarnya di Indonesia hanya mengenal satu jenis penjaminan  efek, yaitu penjaminan secara full Commitment, dimana Underwriter akan mengambil sisa  dari saham saham yang tidak terjual tersebut. Tetapi hal ini bukan berarti juga bahwa  semua penjaminan emisi di Indonesia telah dilakukan secara penuh, karena dibelakang janji  penjaminan secara penuh ini dapat saja terjadi kesepakatan lain antara Emiten dengan  Underwriter mengenai penjaminan secara penuh ini.12  

  Sementara itu, peran Underwriter bagi investor dalam suatu Penawaran Umum  tidak hanya akan memudahkan mereka mendapatkan efek yang sedang ditawarkan, karena  adanya jaringan yang luas dari Underwriter, serta para agen penjualan yang merupakan  sindikasi dalam suatu penjaminan emisi. Tetapi juga dapat merupakan “jaminan” bahwa  efek  tersebut  ketika  dicatatkan,  dan  diperdagangkan  di  Bursa Efek  akan  merupakan  investasi yang menguntungkan. Hal ini karena Underwriter pada waktu efek tersebut  diperdagangkan di Bursa Efek, akan memainkan peranan yang sangat penting dalam rangka  stabilisasi harga yang dilakukan oleh Underwriter. Oleh karena itu, sebagaimana disebut  diatas,  investor dalam  membeli efek  yang ditawarkan  juga  akan melihat  siapa  yang  melakukan penjaminan emisi atas efek yang sedang ditawarkan tersebut. Underwriter yang  berpengalaman dianggap sebagai jaminan bahwa harga saham akan naik dan investor akan  memperoleh capital gain (keuntungan yang diperoleh investor dari selisih harga beli dan  harga jual suatu saham).13 

      

12

Hamud M. Balfas, Op Cit, hal. 62

13

(27)

  Menurut Emiten dan Underwriter, menjaga hubungan baik dengan investor adalah  penting. Dan capital gain membuka pintu bagi adanya hubungan seperti itu. Bagi Emiten  hubungan yang baik tersebut akan berguna kalau menerbitkan saham lagi, misalnya dengan  rights issue, investor tetap membeli. Bagi Underwriter, kalau investor senang dengan capital  gain sebuah Penawaran Umum Perdana atau biasa disebut Initial Public Offering (IPO),  maka investor tersebut mau membeli saham lain yang ia jamin emisinya.14 Dalam hal ini  untuk memperoleh capital gain, maka kenaikan harga saat listing bisa terjadi karena saham  dijual dengan diskon dan karena digerakkan oleh Emiten dan Underwriternya. Sehingga  saham dapat naik tajam pada saat listing dan selanjutnya terus menurun. Dalam hal ini  manipulasi harga yang dilakukan Emiten dan Underwriternya ini akan sangat merugikan  investor yang ingin memegang saham tersebut untuk jangka panjang.15 Underwriter dapat  juga melakukan manipulasi harga pada transaksi yang terjadi di gray market (transaksi  semu). Transaksi ini terjadi karena investor beli, menawarkan capital gain kepada investor  yang sudah mendapatkan alokasi dalam IPO. Namun investor harus jeli sebab ada kalanya  gray market  tersebut merupakan  konspirasi  yang  dilakukan oleh Underwriter  beserta  sindikasinya untuk mengecoh investor agar membeli saat listing sehingga ada lonjakan  harga saat pencatatan di pasar sekunder.16 

  Tindakan  manipulasi  harga  merupakan  suatu  tindakan  yang  dilarang  karena,  sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 91 UUPM, bahwa: ”setiap pihak yang melakukan  kegiatan di bidang Pasar Modal dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak 

      

14

Jaka E. Cahyono, 22 Strategi & Teknik Meraih Untung di Bursa Saham, Jilid Satu, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2000), hal. 45

15

Ibid, hal. 51

16

(28)

langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai  kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di Bursa Efek”. Selanjutnya Pasal 92  UUPM juga melarang adanya manipulasi harga. Dalam pasal ini dikatakan bahwa: ”Setiap  pihak, baik sendiri sendiri maupun bersama sama dengan pihak lain, dilarang melakukan 2  (dua)  transaksi  efek  atau  lebih,  baik  langsung  maupun  tidak  langsung,  sehingga  menyebabkan  harga  efek  di  Bursa  Efek  tetap,  naik,  atau  turun  dengan  tujuan  mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan efek”.  

  Selain larangan untuk melakukan manipulasi harga dengan cara cara menggunakan  transaksi secara langsung, sebagaimana diatur dalam Pasal 91 dan 92, UUPM juga dengan  tegas melarang dilakukannya tindakan manipulasi harga yang dilakukan melalui cara cara  membuat  pernyataan  atau  memberikan  keterangan  tidak  benar  atau  menyesatkan  sebagaimana diatur dalam Pasal 93. Meskipun pada dasarnya manipulasi harga itu dilarang,  tetapi dalam situasi tertentu pengecualian atas tindakan ini dapat dilakukan, misalnya  dalam rangka stabilisasi harga.17 

  Sebagaimana dirumuskan dalam Peraturan Bapepam No.XI.B.1, stabilisasi harga  adalah tindakan selama masa Penawaran Umum yang dilakukan untuk menawarkan beli  atau jual efek dengan tujuan mempertahankan harga pasar efek bersangkutan di Bursa Efek.  Selama berlangsungnya stabilisasi harga, Underwriter untuk mempertahankan harga pada  tingkat tertentu melakukannya dengan memasok (menjual) efek dan membeli efek dari  pasar atau lantai bursa. Stabilisasi juga dimaksudkan untuk menjamin kelancaran distribusi 

      

17

(29)

efek di pasar. Tindakan stabilisasi harga ini pada dasarnya merupakan tindakan “manipulasi  harga” yang dilegalisasikan. Karena merupakan “manipulasi” atas harga yang “dilegalisir”  oleh UUPM, maka stabilisasi merupakan tindakan yang dikecualikan sebagai tindakan yang  melanggar hukum oleh UUPM. Kegiatan ini dilakukan oleh Emiten karena kemungkinan  harga pada Pasar Perdana pada saat listing akan melonjak terlalu tinggi, atau turun pada  tingkat yang terlalu rendah. Tindakan manipulasi harga yang dilakukan Underwriter dalam  upaya  stabilisasi  ini  dapat  diterima  sepanjang  tidak  bertentangan  dengan  Peraturan  Bapepam No.XI.B1 dan UUPM.18 

  Penyimpangan  dalam  bentuk  penjaminan  yang  biasanya  disembunyikan  ini  tentunya  secara  langsung  atau  tidak  langsung  akan  sangat  merugikan  investor.  Penyimpangan tersebut dilakukan karena Underwriter sendiri sebenarnya meragukan mutu  Emiten yang efeknya dipasarkan oleh UnderwriterUnderwriter melakukan penjaminan  secara  full  commitment  tetapi  ternyata  ada  perjanjian  lainnya  yang  memungkinkan  Underwriter berhutang kepada Emiten, apabila tidak semua efek yang dijaminnya terjual di  Pasar  Perdana.  Tindakan  seperti  ini  tentunya  akan  memberikan  gambaran  yang  menyesatkan bagi investor, karena bagi kebanyakan investor, full commitment berarti  saham yang dipasarkan oleh Underwriter “cukup baik”. Dengan adanya perjanjian lain, yang  memungkinkan Underwriter berhutang tersebut, sebenarnya merupakan indikasi bahwa  efek yang dipasarkan tidak begitu diterima di pasar dan Underwriter mengetahui hal ini.  Bahkan mungkin perjanjian emisi secara full commitment yang dibuat dengan adanya 

      

18

(30)

perjanjian lain tersebut, tidak lain adalah sebuah perjanjian emisi dengan syarat best effort  saja sebenarnya.19 

  Kategori penyimpangan lainnya oleh Underwriter pada Penawaran Umum Perdana  adalah dalam hal penjatahan saham oleh penjamin pelaksana emisi (manajer penjatahan).  Hal mengenai penjatahan saham ini diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.A.7, dan Pasal  35  huruf  e  UUPM  bahkan  dengan  lebih  tegas  menyatakan  bahwa  perusahaan  efek  (Underwriter) dilarang membeli atau memiliki efek untuk rekening perusahaan efek itu  sendiri atau untuk rekening pihak terafiliasi, jika terdapat kelebihan permintaan beli dalam  Penawaran Umum. Salah satu masalah yang timbul dalam persoalan penjatahan saham oleh  manajer penjatahan adalah perlakuan istimewa yang diberikan oleh Underwriter kepada  pihak tertentu atau pihak yang terafiliasi dengan Underwriter. Perlakuan istimewa berupa  pemberian  jatah  saham  “Hot  IPO  Shares  (saham saham  yang  sangat  mungkin  akan  memberikan  keuntungan)”  kepada  nasabah nasabah  tertentu  yang  tujuannya  adalah  nasabah nasabah tersebut memberikan pekerjaan investment banking kepada perusahaan  efek bersangkutan. Pelanggaran atas ketentuan mengenai penjatahan saham, seperti yang  ditentukan dalam Peraturan Bapepam dan Pasal 35 UUPM, dapat berpotensi menyebabkan  terjadinya benturan kepentingan (conflict of interest) antara Underwriter tersebut dengan  nasabah terafiliasinya.20 

  Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis ingin memberikan kontribusi pemikiran  dengan mengangkat judul tesis mengenai “Peran dan Tangggung Jawab Underwriter dalam 

      

19

Ibid, hal. 270

20

(31)

Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana”, yang akan meninjau lebih jauh bagaimana  peran dan tanggung jawab Underwriter dalam perjanjian full commitment di Pasar Perdana,  apa  saja  yang  dikategorikan  sebagai  penyimpangan  oleh  Underwriter  pada  proses  Penawaran Umum Perdana dan bagaimana akibat hukumnya, serta bagaimana jika terjadi  sengketa antara Underwriter dan Emiten. 

 

B. Perumusan Masalah 

  Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan  permasalahan sebagai berikut: 

1. Bagaimana peran dan tanggung jawab Underwriter dalam perjanjian full commitment di  Pasar Perdana? 

2. Apa saja yang dikategorikan sebagai penyimpangan oleh Underwriter pada proses  Penawaran Umum Perdana dan bagaimana akibat hukumnya? 

3. Bagaimana penyelesaian sengketa antara Underwriter dan Emiten? 

 

C. Tujuan Penelitian 

(32)

1. Untuk  mengetahui  peran  dan  tanggung  jawab  Underwriter  dalam  perjanjian  full  commitment di Pasar Perdana. 

2. Untuk mengetahui kategori penyimpangan oleh Underwriter pada proses Penawaran  Umum Perdana, dan akibat hukum dari penyimpangan tersebut. 

3. Untuk mengetahui mekanisme proses penyelesaian sengketa antara Underwriter dan  Emiten. 

   

D. Manfaat Penelitian 

  Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis  maupun secara praktis, yakni: 

 

 

1. Manfaat Teoritis 

a. Memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu hukum, khususnya dalam hukum bisnis,  lebih khusus lagi dalam hukum Pasar Modal mengenai “Peran dan Tangggung Jawab  Underwriter Dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana”. 

b. Memberikan tambahan wawasan kepada kalangan yang berminat pada hukum bisnis,  khususnya hukum Pasar Modal dan pihak pihak serta lembaga lembaga yang terkait di  dalam Pasar Modal, khususnya pihak pihak serta lembaga lembaga yang terkait dalam  perdagangan efek di Pasar Perdana. 

(33)

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan kepada setiap orang  yang berkecimpung dalam Pasar Modal khususnya dalam Pasar Perdana, serta kepada  para investor agar lebih mampu membaca situasi pasar dan lebih bersikap hati hati  dalam membeli saham di Pasar Perdana. 

b. Kepada para Underwriter, haruslah benar benar mempunyai itikad yang baik dan moral  yang tinggi dalam melakukan kegiatannya sebagai Underwriter

 

E. Keaslian Penelitian 

  Berdasarkan hasil penelusuran di perpustakaan, khususnya yang ada di lingkungan  Universitas  Sumatera  Utara,  penelitian  ini  nantinya  akan  terkait  dengan  penelitian  sebelumnya. Pada tahun 2008, Linda Joan Tanos21 melakukan penelitian tentang perjanjian  antara Underwriter dan Emiten dalam rangka Initial Public Offering (IPO) yang membahas  mengenai bagaimana aspek hukum perusahaan yang akan go public; bagaimana bentuk  perjanjian  antara  underwriter  dan  emiten  dalam  rangka  initial  public  offering  dan;  bagaimana kedudukan underwriter dan emiten dalam perjanjian penjaminan emisi efek  dalam rangka initial public offering.  

Sementara itu tesis ini akan mengkaji mengenai “Peran dan Tangggung Jawab  Underwriter dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana” yang akan membahas  tentang  bagaimana  peran  dan  tanggung  jawab  underwriter  dalam  perjanjian  full 

      

21

Linda Joan Tanos, Perjanjian Antara Underwriter dan Emiten dalam Rangka Initial Public

Offering (IPO), Tesis, Magister Kenotariatan-Sekolah Pasca Sarjana Unuversitas Sumatera Utara,

(34)

commitment di Pasar Perdana; apa saja yang dikategorikan sebagai penyimpangan oleh  underwriter pada proses Penawaran Umum Perdana dan bagaimana akibat hukumnya; serta  bagaimana jika terjadi sengketa antara underwriter dan Emiten. 

Berdasarkan  pada  pokok  permasalahan  yang  telah  dibahas  pada  penelitian  sebelumnya oleh Linda Joan Tanos dan permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini,  maka jelas terlihat perbedaan antara   penelitian sebelumnya oleh Linda Joan Tanos dan  penelitian yang akan dilakukan dalam tesis ini. 

  Demikianlah dapat ditegaskan bahwa tesis dengan judul “Peran dan Tangggung  Jawab Underwriter dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana” belum pernah  diteliti sebelumnya. Oleh karena itu tesis ini asli karya dari penulis sendiri. Penulis menyusun  melalui referensi buku buku, media cetak dan elektronik, bahan seminar dan bantuan dari  berbagai pihak. Dengan demikian keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan  secara ilmiah. 

 

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi 

1. Kerangka Teori 

  Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau  proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.22 

      

22

(35)

  Teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam  dunia fisik tersebut tetap merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara  rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu hukum merupakan  suatu  penjelasan  rasional  yang  bersesuaian  dengan  objek  yang  dijelaskannya.  Suatu  penjelasan bagaimanapun meyakinkan, tetap harus didukung oleh fakta empiris untuk  dapat dinyatakan benar.23 

  Kelangsungan perkembangan ilmu hukum senantiasa bergantung pada unsur unsur  antara lain: metodologi, aktivitas penelitian, imajinasi sosial dan juga sangat ditentukan oleh  teori.24 

  Menurut  Kerlinger  :  “ theory  is  set  of  interrelated  constructs  (concepts)  definitions, and propositions that present a systematic view of phenomena by specifying 

relation among variables, with the purpose of explaining and predicting their phenomena.” 

  Teori merupakan seragkaian preposisi atau keterangan yang saling berhubungan  dan tersusun dalam sistem deduksi, yang mengemukakan penjelasan atas suatu gejala.25 

  Menganalisis “Peran  dan Tangggung  Jawab  Underwriter  dalam Perjanjian  Full  Commitment  di  Pasar  Perdana”  didasarkan  pada  pengertian  tanggung  jawab  dalam  perjanjian yang terdapat dalam KUH Perdata. 

      

23

M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 27

24

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), hal. 6

25

Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para

(36)

  Berdasarkan Pasal 1233 KUH Perdata yang menyatakan bahwa setiap perikatan  dapat lahir dari undang undang maupun karena perjanjian. Jadi perjanjian adalah sumber  dari perikatan. Sebagai perikatan yang dibuat dengan sengaja, atas kehendak para pihak  secara sukarela, maka segala sesuatu yang telah disepakati, disetujui oleh para pihak harus  dilaksanakan oleh para pihak sebagaimana telah dikehendaki oleh mereka. Dalam hal salah  satu pihak dalam perjanjian tidak melaksanakannya, maka pihak lain dalam perjanjian  berhak untuk memaksakan pelaksanaannya melalui mekanisme dan jalur hukum yang  berlaku.26 

  Salah  satu  teori  hukum  kontrak  klasik  adalah teori  kehendak.  Menurut teori  kehendak, suatu kontrak menghadirkan suatu ungkapan kehendak di antara para pihak,  yang harus dihormati dan dipaksakan oleh pengadilan. Dalam teori kehendak terdapat  asumsi bahwa suatu kontrak melibatkan kewajiban yang dibebankan terhadap para pihak.27 

  Gr. Van der Burght mengemukakan bahwa selain teori kehendak sebagai teori klasik  yang tetap dipertahankan, terdapat beberapa teori yang dipergunakan untuk timbulnya  suatu kesepakatan, yaitu:28 

a. Ajaran Kehendak (wilsleer), dimana    ajaran  ini mengutarakan bahwa  faktor yang  menentukan terbentuk tidaknya suatu persetujuan adalah suara batin yang ada dalam  kehendak subyektif para calon kontraktan; 

      

26

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 59

27

Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern, (Bandung: Refika Aditama, 2004), hal. 39

28

(37)

b. Pandangan normatif Van Dunne, dalam ajaran ini kehendak sedikitpun tidak memainkan  peranan. Apakah suatu persetujuan telah terbentuk pada hakekatnya tergantung pada  suatu  penafsiran  normatif  para pihak  pada persetujuan ini tentang  keadaan dan  peristiwa yang dihadapi bersama; 

c. Ajaran  Kepercayaan (Vetrouwensleer),  ajaran ini mengandalkan  kepercayaan  yang  dibangkitkan oleh pihak lawan, bahwa ia sepakat dan oleh karena itu telah memenuhi  persyaratan tanda persetujuannya bagi terbentuknya suatu persetujuan. 

  Perjanjian dibuat dengan pengetahuan dan kehendak bersama dari para pihak,  dengan tujuan untuk menciptakan atau melahirkan kewajiaban pada salah satu atau kedua  belah  pihak  yang  membuat  perjanjian  tersebut. Perjanjian sebagai  sumber  perikatan  berbeda dari sumber perikatan lain, berdasarkan pada sifat kesukarelaan dari pihak yang  berkewajiban untuk melakukan prestasi terhadap lawan pihaknya dalam perikatan tersebut.  Dalam perjanjian, pihak yang wajib untuk melakukan suatu prestasi, dalam hal ini debitor,  dapat menentukan terlebih dahulu, dengan menyesuaikan pada kemampuannya untuk  memenuhi prestasi dan untuk menyelaraskan dengan hak yang ada pada lawan pihaknya,  apa, kapan, dimana, dan bagaimana ia akan memenuhi prestasinya tersebut.29 

  Membicarakan perjanjian, tidak dapat dilepaskan dari KUH Perdata. Menurut Pasal  1313 KUH Perdata, perjanjian dirumuskan sebagai suatu perbuatan dengan mana satu orang  atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.  

      

29

(38)

  Menurut R. Setiawan, rumusan tersebut selain tidak lengkap juga sangat luas. Tidak  lengkap  karena  hanya  menyebutkan  persetujuan  sepihak  saja.  Sangat  luas  karena  dipergunakannya perkataan ”perbuatan” yang berarti tercakup juga perwakilan sukarela  dan perbuatan melawan hukum. Sehubungan dengan itu, perlu kiranya diadakan perbaikan  mengenai definisi tersebut, sehingga perumusannya menjadi: ”Perjanjian adalah suatu  perbuatan  hukum,  dimana  satu  orang  atau  lebih  mengikatkan  dirinya  atau  saling  mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.”30 

  Sesuai dengan perkembangannya, perjanjian bukan lagi sebagai perbuatan hukum  melainkan merupakan hubungan hukum. Pandangan ini dikemukakan oleh Van Dunne, yang  mengartikan tentang perjanjian, yaitu: “suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih  berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”.31 

  Adapun yang menjadi syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUH  Perdata yang menyatakan, ada 4 (empat) syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu  perjanjian: 

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;  2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;  3. Suatu hal tertentu; 

4. Suatu sebab yang halal. 

      

30

R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Binacipta, 1979), hal. 49 dalam Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Op Cit, hal. 41

31

(39)

  Dalam rangka menciptakan keseimbangan dan memelihara hak hak yang dimiliki  oleh para pihak sebelum perjanjian yang dibuat menjadi perikatan yang mengikat bagi para  pihak, oleh KUH Perdata diberikan berbagai asas umum, yang merupakan pedoman atau  patokan, serta menjadi batas atau rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang  akan dibuat, hingga pada akhirnya   menjadi perikatan yang berlaku bagi para pihak, yang  dapat dipaksakan pelaksanaan atau pemenuhannya.32 

  Adapun prinsip prinsip  atau asas asas  yang menguasai hukum  perjanjian  yang  berkaitan dengan perjanjian antara Underwriter dan Emiten yaitu, asas konsensualisme,  asas kebebasan berkontrak, asas kekuatan mengikat (pacta sunt servanda), dan asas itikad  baik.  

  Asas konsensualisme dilahirkan pada saat momentum awal perjanjian terjadi, yaitu  pada detik para pihak mencapai puncak kesepakatannya (Pasal 1320 angka 1 KUH Perdata).  Ketika para pihak menentukan hak dan kewajiban serta hal hal lain yang menjadi substansi  perjanjian, maka para pihak memasuki ruang asas kebebasan berkontrak. Dalam asas ini  para  pihak  dapat  menentukan  bentuk  dan  isi  dengan  bebas  sepanjang  dapat  dipertanggungjawabkan dan bukanlah sesuatu yang terlarang (Pasal 1320 angka 4 KUH  Perdata). Persetujuan secara timbal balik terhadap bentuk dan isi perjanjian ditandai  dengan adanya pembubuhan tanda tangan atau yang dapat dipersamakan dengan itu.  Akibatnya perjanjian tersebut mengikat kedua belah pihak dan harus dilaksanakan dengan  itikad baik. Sesuai dengan asas pacta sunt servanda yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) 

      

32

(40)

KUH Perdata yang menyatakan: ”Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai  undang undang bagi mereka yang membuatnya” dan asas itikad baik yang diatur dalam  Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan: : ”Suatu perjanjian harus dilaksanakan  dengan itikad baik”.33 

  Perjanjian penjaminan emisi dengan syarat full commitment, Underwriter menjamin  bahwa  dalam  hal  efek  tidak  terserap  dan  dibeli  oleh  pemodal,  maka  Underwriter  bertanggung jawab atas sisa efek yang tidak terjual tersebut.34 Dalam perjanjian penjaminan  emisi seperti ini, Underwriter menanggung resiko yang besar atas tanggung jawab yang  dipegangnya sebagai Underwriter dengan syarat full commitment. Karena beban penjualan  yang akan dilakukan oleh Underwriter atas efek yang akan dijual sedemikian besar secara  finansial bagi Underwriter, maka pembagian resiko menjadi suatu keharusan yang perlu  dilakukan oleh Underwriter, yaitu dengan melakukan sindikasi diantara Underwriter.35 

  Hal yang  juga penting dalam penjaminan emisi ini adalah persoalan tanggung jawab  para Underwriter terhadap Emiten. Meskipun penjaminan emisi dengan kesanggupan penuh  menyatakan  bahwa  penjaminan  dilakukan  oleh  kelompok  Underwriter,  tetapi  dalam  perjanjian penjaminan  emisi  biasanya  tanggung  jawab  untuk  pembayaran  dana  hasil  Penawaran Umum tetap menjadi tanggung jawab masing masing Underwriter. Oleh karena  itu, tanggung jawab Underwriter terhadap Emiten tidaklah bersifat tanggung renteng.  Dengan kata   lain, dana yang belum dibayarkan oleh si Underwriter kepada Emiten akan 

      

33

Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan Dalam Hukum Perdata (Seri Hukum

Bisnis), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 263-283.

34

Hamud M. Balfas, Op Cit, hal. 268

35

(41)

menjadi  hutang  Underwriter  yang  belum  membayar  dana  tersebut  kepada  Emiten.  Pembayaran  atas  bagian  si  Underwriter  tersebut  bukan  merupakan  tanggung  jawab  Underwriter lainnya dalam sindikasi penjaminan.36 

  Perjanjian antara Underwriter dan Emiten dalam rangka IPO atau Penawaran Umum  Perdana dinamakan perjanjian penjaminan emisi efek yang merupakan perjanjian yang  mengatur pelaksanaan pengelolaan dan penyelenggaraan Penawaran Umum saham secara  jelas dan rinci menyebutkan nama dan kedudukan perusahaan Underwriter beserta peserta  sindikasinya.37  Perjanjian  penjaminan  emisi  efek  yang  merupakan  perjanjian  antara  Underwriter dan Emiten ini merupakan perjanjian formil yang dibuat oleh notaris dalam  tanggung jawabnya sebagai profesi penunjang Pasar Modal.38 

  Menurut bentuknya, ada perjanjian yang berbentuk baku dan ada yang berbentuk  timbal balik. Adapun yang dimaksud dengan perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang  dibuat  hanya  oleh  salah  satu  pihak  dalam  kontrak  tersebut.39  Sedangkan  perjanjian  berbentuk timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban kepada  kedua belah pihak, dan hak serta kewajiban tersebut mempunyai hubungan satu dengan 

      

36

Ibid, hal. 266

37

Notaris Fathiah Helmi, Penawaran Umum Saham Melalui Pasar Modal, dalam Bahan Diklat bagi Notaris Pasar Modal di Jakarta, diselenggarakan oleh LMKA, pada tanggal 14-16 Desember 2006, hal. 6

38

Marzuki Usman, Djoko Koesnadi, Arys Ilyas, Hasan Zein, I Gede Putu Ary Suta, I Nyoman Tjager, Srihandoko (selanjutnya disebut Marzuki Usman dkk), ABC Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Perbankan Indonsia bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, 1990), hal. 19

39

(42)

lainnya  (pihak  yang  satu  mempunyai  hak  dan  pihak  yang  lain  sebagai  pihak  yang  berkewajiban).40 

  Perjanjian  penjaminan  emisi efek  dapat  dikategorikan  sebagai  perjanjian yang  timbal balik (tidak baku), untuk  melakukan jasa jasa tertentu, dimana pihak pertama  (Emiten) menghendaki dari pihak kedua (Underwriter) agar dilakukannya suatu pekerjaan  untuk mencapai sesuatu tujuan, yang mana ia bersedia membayar upah, sedangkan apa  yang akan dilakukan untuk tujuan tersebut terserah kepada pihak kedua. Biasanya pihak  kedua ini adalah seorang ahli dalam melakukan pekerjaan tersebut dan biasanya ia juga  sudah memasang tarif untuk jasanya itu. 

  Peraturan peraturan  yang  mengatur  tentang  Pasar  Modal  tidak  merinci  isi  perjanjian penjaminan emisi efek. Menurut ketentuan hukum yang berlaku dalam Peraturan  Bapepam No.IX.C.I tentang pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran  dalam rangka penawararan umum, persyaratan penjaminan emisi efek dapat dirundingkan  secara bebas antara pihak pihak yang bersangkutan. 

   

2. Landasan Konsepsi 

  Konsepsi  adalah  suatu  bagian  terpenting  dari  teori,  peranan  konsep  dalam  penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan penelitian, antara abstraksi dan 

      

40

(43)

realita.41 Konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas  dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu  tertentu.42 

  Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan  dari  hal hal  yang khusus, yang disebut  dengan defenisi  operasional,    berguna untuk  menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubis) dari suatu istilah  yang dipakai. 

  Menurut M. Solly Lubis, kerangka konsep adalah merupakan konstruksi konsep  secara internal pada pembaca yang mendapat stimulasi atau dorongan konseptualisasi dari  bacaan dan tinjauan pustaka.43 

  Menghindari  salah  pengertian  ataupun  pemahaman  mengenai  istilah  yang  dipergunakan dalam penulisan tesis ini, maka defenisi dari berbagai istilah yang terkait  dengan “Peran dan Tangggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian Full Commitment di  Pasar Perdana” adalah sebagai berikut: 

a. Tanggung jawab adalah: keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau ada  sesuatu hal, boleh dituntut, diperkarakan dan sebagainya).44 

      

41

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal. 34

42

Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 19

43

M. Solly Lubis, Op Cit, hal. 80

44

(44)

b. Underwriter (Penjamin Emisi Efek) adalah: pihak yang membuat kontrak dengan Emiten  untuk melakukan  Penawaran Umum bagi kepentingan Emiten dengan atau  tanpa  kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.45 

c. Perjanjian Penjaminan Emisi adalah: suatu ikatan yang ada antara Underwriter di satu  pihak, dan Emiten di lain pihak untuk melakukan penjualan dan distribusi efek yang akan  dikeluarkan Emiten.46 

d. Emiten adalah : pihak yang melakukan Penawaran Umum.47 

e. Penjaminan Emisi dengan kesanggupan penuh (full commitment underwriting) adalah:  Underwriter  disamping  menyanggupi  untuk  menawarkan  efek  tersebut  kepada  masyarakat, juga menyanggupi untuk membeli sendiri efek yang tidak habis terjual.48  f. Penawaran Umum sering disebut dengan istilah go public adalah: kegiatan penawaran 

efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan  tata cara yang diatur UUPM dan peraturan pelaksananya.49 

g. Pasar Perdana adalah: penjualan perdana efek/sertifikat atau penjualan yang dilakukan  sesaat sebelum perdagangan di bursa/pasar sekunder.50 

 

G. Metode Penelitian  

1. Sifat dan Pendekatan Penelitian  

      

45

Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

46

Hamud M. Balfas, Op Cit, hal. 258

47

Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

48

Erdikha Elit, “Pasar Modal dan Transaksi efek Saham”, http://www.aonline.co.id, diakses pada tanggal 08 Oktober 2008

49

Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

50

(45)

  Istilah metode berasal dari bahasa Yunani dari asal kata Methodos yang berarti cara  atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut cara kerja, yaitu  cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.51 

  Berdasarkan tujuan penelitian ini maka dapat diketahui bahwa penelitian ini bersifat  deskriptif analitis52,  dimana jenis  penelitian yang  bertujuan melukiskan permasalahan  hukum.53 Deskriptif karena penelitian dilakukan terhadap data sekunder guna memahami  dan  menggambarkan  secara  jelas  serta  menyeluruh  bagaimana  bentuk  “Peran  dan  Tangggung  Jawab  Underwriter dalam  Perjanjian  Full Commitment  di  Pasar  Perdana”.  Dikatakan analitis karena akan dianalisa tentang tanggung jawab serta kewajiban dari  Underwriter  terhadap  Emiten  dalam  perjanjian    full  commitment  dalam  melakukan  Penawaran Umum Perdana.  

  Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, penelitian hukum  normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau  data sekunder.54  

 

2. Jenis dan Sumber Data 

      

51

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penellitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1997), hal. 16

52

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Gramedia, 1997), hal. 16

53

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), hal. 10

54

(46)

  Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh  dari penelitian kepustakaan (library research). Data sekunder yang diperoleh dari studi  kepustakaan ini bersumber dari:55 

a. Bahan hukum primer adalah hukum yang mengikat dari sudut norma dasar, peraturan  dasar dan peraturan perundang undangan. Dalam penelitian ini bahan hukum primer  adalah bersumber dari Undang Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan undang undang lain yang  relevan serta peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam dan peraturan peraturan lain  yang berkaitan dengan objek penelitian. 

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan  hukum primer,  seperti hasil hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, bahkan  dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan  objek telaah penelitian ini. 

c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yakni bahan yang memberikan  petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang berupa  kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan jurnal jurnal ilmiah. 

 

3. Teknik Pengumpulan Data 

  Teknik  pengumpulan  data  dilakukan  dengan  penelitian  kepustakaan  (library  research), yaitu dengan meneliti sumber bacaan yang berhubungan dengan topik dalam 

      

55

(47)

penelitian ini, seperti, seperti: peraturan perundang undangan, buku buku hukum, majalah,  artikel, jurnal, tulisan tulisan para pakar hukum, bahan kuliah, dan bahan bahan lainnya  yang berkaitan dengan penelitian ini.56 

 

4. Analisis Data 

Seluruh data yang sudah diperoleh dan dikumpulkan selanjutnya akan ditelaah

dan dianalisis secara kualitatif. Analisis untuk data kualitatif dilakukan dengan cara

pemilihan pasal-pasal yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang peran

dan tanggung jawab underwriter dalam perjanjian full commitment di pasar perdana,

yang kemudian dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan lainnya yang

mengatur tentang, perjanjian, kegiatan dalam pasar modal dan penyelesian sengketa

pasar modal, seperti: UU Pasar Modal, KUH Perdata, Peraturan Bapepam, Keputusan

BAPMI, dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan topik pembahasan tesis ini.

Kemudian membuat sitematika dari pasal-pasal tersebut sehingga menghasilkan

klasifikasi tertentu sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

Selanjutnya ditarik suatu kesimpulan yang bersifat deduktif (menarik kesimpulan dari

suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang

dihadapi) sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti. Dengan demikian kegiatan

analisis ini diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian

ini.

      

56

(48)

H. Sistematika Penulisan 

Sistematika dalam penulisan penelitian ini merupakan uraian logis sistematis

yang terdiri dari susunan bab dan sub-bab untuk menjawab permasalahan yang

dikemukakan, sehingga sistematika penulisan penelitian ini dibagi dalam beberapa

bab, dimana masing-masing bab diuraikan permasalahannya secara tersendiri, namun

dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara

sistematis penulis menempatkan materi pembahasan keseluruhnya kedalam 5 (lima)

bab yang terperinci sebagai berikut :

BAB I  :  Berisikan pendahuluan yang   menguraikan tentang   hal hal   bersifat umum,  yang  meliputi:  latar  belakang  penelitian,  perumusan  masalah,  tujuan  penelitian,  manfaat  penelitian,  keaslian  penelitian,  kerangka  teori  dan  landasan konsepsi, metode penelitian, kemudian diakhiri oleh sistematika  penulisan. 

BAB II :

Menjelaskan tentang peran dan tanggung jawab underwriter dalam

perjanjian full commitment di pasar perdana, yang terdiri dari: perjanjian

penjaminan emisi di pasar perdana, peran underwriter dalam tahap

penawarran umum, dan tanggung jawab underwriter dalam perjanjian

full commitment di pasar perdana.

(49)

dalam upaya stablisasi harga oleh underwriter, dan penyimpangan bentuk  penjaminan emisi oleh underwriter dan emiten. 

BAB IV  :  Mejelaskan tentang mekanisme penyelesaian sengketa antara underwriter  dan  emiten,  yang  membahas  mengenai:  Badan  Arbitrase  Pasar  Modal  Indinesia (BAPMI),  dan  mekanisme proses penyelesaian  sengketa  antara  underwriter dan emiten. 

BAB V  :  Bab  ini  merupakan  penutup  yang  berisi  kesimpulan  dan  saran  dari  permasalahan yang dibahas pada penulisan tesis ini. 

 

 

 

 

 

 

 

 

(50)

BAB II 

 

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER DALAM PERJANJIAN FULL COMMITMENT 

DI PASAR PERDANA 

 

A. Perjanjian Penjaminan Emisi di Pasar Perdana 

  Pasar modal mengenal istilah pasar perdana dan pasar sekunder. Untuk lebih  jelasnya mengenal istilah ini, bisa dilihat uraian berikut:57 

1. Pasar Perdana 

Pasar perdana adalah penjualan perdana efek/sertifikat atau penjualan yang dilakukan  sesaat sebelum perdagangan di bursa/pasar sekunder. Pada pasar ini, efek/sertifikat  diperdagangkan dengan harga emisi. Pada pasar perdana perusahaan akan memperoleh  dana dengan menjual sekuritas (saham, obligasi, hipotek). Selanjutnya perusahaan  dapat menggunakan dana hasil emisi tersebut untuk menambah modal dan seterusnya  digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Artinya pasar perdana ini sangat  penting untuk pertumbuhan ekonomi. Penjualan saham dan obligasi ini dilaksanakan  oleh  lembaga lembaga  keuangan,  investment  bankerbroker  dan  dealers.  Para  perantara ini mengatur penjualan efek baik kepada lembaga maupun perorangan. 

2. Pasar Sekunder  

Pasar Sekunder adalah penjualan efek/sertifikat setelah pasar perdana berakhir. Pada  pasar ini efek diperdagangkan dengan harga kurs. Pasar sekunder merupakan pasar di 

      

57

(51)

mana surat berharga dijual setelah pasar perdana. Ditinjau dari sudut investor, pasar  sekunder harus dapat menjamin likuiditas dari efek. Artinya investor menghendaki  dapat membeli kembali sekuritas jika ia punya dana dan juga menghendaki menjual  sekuritas untuk memperoleh uang tunai atau dapat mengalihkan kepada investor lain.  Dari sudut pandang perusahaan, pasar sekunder merupakan wadah untuk menghimpun  para investor baik para investor lembaga maupun investor perorangan. 

Apabila pasar sekunder tidak cukup likuid, tentunya investor tidak akan membeli efek efek pada pasar perdana. Di dalam hal ini lembaga lembaga pasar sekunder meliputi  brokers dan dealers yang menjual dan membeli surat berharga untuk para investor.  Pasar perdana membutuhkan pasar sekunder untuk menjamin likuiditas sekuritas dan  sebaliknya, pasar sekunder membutuhkan pasar perdana di dalam menambah sekuritas  untuk diperdagangkan. 

  Tabel 1 : Perb

Referensi

Dokumen terkait

Praktik Kerja Industri merupakan program kegiatan sekolah yang dilakukan di Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI). Pelaksanaan Praktik Kerja Industri ini dilaksanakan

Learning) pada kelas eksperimen mencapai rata-rata 80,125 sedangkan untuk hasil belajar ranah Afektif yang diperoleh peserta didik dengan pembelajaran. konvensional

Dalam kerangka analisis risiko keamanan pangan, ONKP bertugas untuk mengelola proses kajian risiko keamanan pangan nasional; yang mana hasilnya akan menjadi input bagi

In this paper, our goal is to study the effects of behavioral probability weight- ing of players on their equilibrium strategies in three fundamental interdependent security

Apa yang akan kamu lakukan agar Stan sadar bahwa permasalahannya selama ini ada kaitannya dengan masa lalunya dan mempengaruhi perilakunya saat ini.

Hasil dari penetian ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama didukung yang mana menyatakan ukuran perusahaan mempengaruhi pengungkapan CSR, jadi perusahaan besar yang

yang tidak terencana dengan baik oleh Pemerintah Kota Bukittinggi, sehingga setiap orang berhak mendapatkan haknya dalam penggunaan jalan raya untuk berusaha

Hubungan unsur intrinsik seperti yang telah dikemukakan di atas dengan unsur ekstrinsik yaitu proses sosial adalah dengan berangkat dari latar yang memiliki aturan-aturan yang harus