PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER
DALAM
PERJANJIAN FULL COMMITMENT DI PASAR PERDANA
T E S I S
O L E H
MEGA KARTIKA
077005081/HK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS
SUMATERA
UTARA
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER
DALAM
PERJANJIAN FULL COMMITMENT DI PASAR PERDANA
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora
Dalam Program Studi Ilmu Hukum Pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
MEGA KARTIKA
077005081/HK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
Judul Tesis : PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER
DALAM PERJANJIAN FULL COMMITMENT DI PASAR
PERDANA
Nama Mahasiswa : Mega Kartika
Nomor Pokok : 077005081
Program Studi : Ilmu Hukum
Menyetujui: Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum) Ketua
(Dr. T. Keizerina Devi A, S.H, CN, M.Hum) (Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum)
Anggota Anggota
Telah diuji pada
Tanggal 24 Juli 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum
Anggota
: 1. Dr. T. Keizerina Devi A, S.H, CN, M.Hum
2. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum
3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH
ABSTRAK
Perusahaan tentunya tidak menginginkan jika dalam pelaksanaan Penawaran Umum timbul keraguan, apakah efek yang dilepas ke para investor terjual habis atau tidak, bila setelah dilepas efek tersebut tidak terjual habis, maka ini merupakan “bencana” bagi perusahaan, hal mana selain mengakibatkan kerugian sebab biaya biaya yang telah dikeluarkan tidak dapat ditarik kembali, juga akan menjatuhkan reputasi perusahaan. Untuk itulah maka diperlukan perusahaan efek yang bertindak sebagai penjamin emisi efek (underwriter) perusahaan, yang umumnya dalam praktek di Indonesia, dalam penawaran umum perdana praktis semua penjaminan emisi di lakukan dengan sistem penjaminan full commitment.
Berdasarkan latar belakang ini, maka adapun beberapa permasalahan yang diangkat, adalah mengenai peran dan tanggung jawab underwriter dalam perjanjian full commitment di pasar perdana, kategori penyimpangan oleh underwriter pada proses penawaran umum perdana dan akibat hukumnya, serta penyelesaian sengketa antara underwriter dan emiten.
Dalam upaya mendapatkan penjelasan dan jawaban atas permasalahan di atas, maka digunakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research).
Seluruh data yang sudah diperoleh akan ditelaah dan dianalisis secara kualitatif. Selanjutnya ditarik suatu kesimpulan yang bersifat deduktif sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti.
berupa: sanksi administratif dan denda. Mengenai perselisihan antara para pihak dalam perjanjian penjaminan emisi efek, akan diselesaikan secara musyawarah, jika tidak tercapai persesuaian paham, maka diajukan ke Pengadilan Negeri atau diselesaikan melalui Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI).
Kata Kunci: Underwriter, Emiten, Perjanjian Full Commitment, Penawaran Umum Perdana.
ABSTRACT
Company will not tolerate any doubt of whether or not the effect released will be sold out during the implementation of Public Offering. If, after being released, the effect is not sold out, it will be a “disaster” for the company because it not only inflicts financial loss for the cost spent cannnot be withdrawn anymore but also ruins the company’s reputation. Hence, a company acting as a guarantor of effect emission (underwriter) is needed that, in its practice in Indonesia in general, practically all guarantees of emission in an initial public offerring are done through full committment guarantee system.
With this background, the purpose of this analytical descriptive study is to find out the role and responsibility of the underwriter in the full committment agreement in the initial market, to analyze the category of deviation done by the underwriter during the process of initial public offerring and its legal sanction, and to learn the solution taken when solving the dispute between underwriter and emitter.
The study were based on the secondary data obtained through library research. The data obtained were qualitatively analyzed before a deductive conclusion was withdrawn to be the answers to the problems studied.
of deviation done by the underwriter during the process of initial public offerring, among other things, are the issue of stock allocation/distribution that can result in conflict of interest, manipulating the price in an attempt to stabilize it, and deviating the form of emission guarantee by underwriter and emitter. The legal sanctions imposed to the three deviation categories as stated in the law on stock market (UUPM) and Government Regulation No.45/1995 are in the forms of administrative sanction and fine. The dispute occured between the parties involved in the effect emission guarantee agreement will be deliberately solved, if it fails, then the case will be brought to the court of first instance or be solved through the Indonesian Stock Market Arbitration Board (BAPMI).
Key words: Underwriter, Emitter, Full Committment Agreement, Initial Public Offering
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR ISTILAH ... x
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 13
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 14
E. Keaslian Penelitian... 15
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi ... 16
1. Kerangka Teori ... 16
2. Landasan Konsepsi... 24
G. Metode Penelitian ... 27
1. Sifat dan Pendekatan Penelitian... 27
2. Jenis dan Sumber Data ... 28
3. Teknik Pengumpulan Data... 29 4. Analisis Data ... 29
BAB II PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER
DALAM PERJANJIAN FULL COMMITMENT DI PASAR
PERDANA ... 31
A. Perjanjian Penjaminan Emisi di Pasar Perdana ... 31
B. Peran Underwriter Dalam Tahap Penawaran Perdana... 39
C. Tanggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian
Full Commitment di Pasar Perdana ... 52
BAB III KATEGORI PENYIMPANGAN OLEH UNDERWRITER
PADA PROSES PENAWARAN UMUM PERDANA ... 61
A. Penjatahan Saham Oleh Lead Underwriter
Yang Berakibat Pada Benturan Kepentingan... 61
B.Manipulasi Harga dalam Upaya Stablisasi
Harga Oleh Underwriter ... 71
C. Penyimpangan Bentuk Penjaminan Emisi
Oleh Underwriter dan Emiten... 79
BAB IV MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA
ANTARA UNDERWRITER DAN EMITEN ... 83
A. Badan Arbitrase Pasar Modal Indinesia (BAPMI) ... 83
B. Mekanisme Proses Penyelesaian Sengketa
Antara Underwriter dan Emiten ... 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 113
A. Kesimpulan ... 113
B. Saran ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 118
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
DAFTAR ISTILAH
Addendum Perjanjian : Setiap perubahan perubahan, penambahan penambahan dan/atau pembaharuan pembaharuan terhadap perjanjian penjaminan emisi efek (termasuk yang akan dibuat dikemudian hari).
Arbiter : Orang perorangan yang karena kompetensi dan integritasnya dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memeriksa dan memberikan putusan atas sengketa yang bersangkutan.
Bursa Efek
: Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan
atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli
efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek
di antara mereka.
Comfort Letter
:
Surat yang dibuat oleh akuntan publik/akuntan negara
memuat kejadian-kejadian, transaksi-transaksi dan masalah
penting yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan
terakhir yang telah diaudit sebagaimana yang tercantum
dalam prospektus. Dalam hal ini comfort letter merupakan:
1.
media bagi penjamin utama emisi untuk memperoleh data
keuangan yang belum dicakup dalam laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh akuntan publik/akuntan negara
sebagaimana tercantum dalam prospektus;
2.
bahan untuk mempersiapkan perjanjian emisi efek;
3.
sumber informasi tambahan bagi Bapepam.
Due diligence
: Suatu tindakan yang hati-hati, aktifitas atau ketekunan, yang
secara cukup dihaapkan dari, dan lazim dilakukan oleh
seseorang yang rasiional dan hati-hati berdasarkan
persyaratan-persyaratan khusus, yang tidak diukur dengan
standar yang absolut, tetapi tergantung dari fakta-fakta yang
relatif dari suatu kasus yang khusus.
Efek
: Surat berharga, yaitu surat pegakuan utang, surat berharga
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas
efek, dan setiap derivatif dari efek.
Fix Allotment
: Penjatahan pasti terhadap investor tertentu yang mendapat
hak istimewa. Mereka memperoleh jumlah saham seperti
yang diinginkan, misalnya karyawan emiten dan investor
lembaga yang dianggap mewakili kepentingan publik, seperti
reksa dana dan lembaga dana pensiun.
Greenshoe Option
: Suatu kondisi dalam perjanjian penjaminan emisi di mana
penjaminan emisi mempunyai wewenang untuk menambah
suatu emisi baik saham atau obligasi melalui sindikasi jika
permintaan investor akan efek tersebut besar
(oversubscription).
Hot IPO Shares
: Saham-saham yang sangat mungkin akan memberikan
keuntungan.
Letter of Intent
: Merupakan surat pernyataan kehendak untuk melaksanakan
emisi.
Listing : Pencatatan efek di bursa agar efek tersebut dapat diperdagangkan. Pencatatan efek dapat dilakukan apabila pernyataan pendaftaran perusahaan tersebut sudah dinyatakan efektif oleh Bapepam.
Manipulasi Harga : Tindakan yang dilakukan pihak pihak tertentu yang secara langsung atau tidak langsung dimaksudkan untuk menyebabkan harga efek tetap, naik atau turun dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual atau menahan efek. Tindakan ini dilakukan dalam rangka mengambil keuntungan sepihak, di mana tindakan ini merupakan tindakan yang tidak etis atau tindakan yang dilarang dalam perdagangan.
Mediator : Orang perorangan yang karena kompetensi dan integritasnya dipilih oleh para pihak untuk membantu dalam perundingan guna mencari solusi penyelesaian masalah melalui proses Mediasi.
Prospektus
: Setiap informasi tertulis sehubungan dengan Penawaran
Umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek.
Rights issue
: Merupakan salah satu cara yang ditempuh Emiten untuk
menambah modal yaitu dengan cara mengeluarkan saham
baru. Dalam right issue, perseroan menawarkan hak (right)
kepada pemegang saham yang ada (pemegang saham lama)
untuk mendapatkan saham baru yang tentu saja berarti
menyetor modal dengan rasio tertentu. Jika pemegang saham
tersebut tidak mengambil haknya, maka ia dapat menjual
haknya tersebut kepada investor lain. Dengan demikian di
Pasar Modal juga dikenal perdagangan right. Jadi right
adalah hak yang diberikan kepada pemegang saham lama
untuk terlebih dahulu membeli saham yang baru dikeluarkan
dengan tujuan agar pemegang saham lama diberi kesempatan
untuk mempertahankan persentase kepemilikannya dalam
suatu perusahaan.
Stabilisasi Harga
: Tindakan selama masa Penawaran Umum yang dilakukan
untuk menawarkan beli atau jual efek dengan tujuan
mempertahankan harga pasar efek bersangkutan di Bursa
Efek.
Transaksi Semu : Transaksi efek tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan pemilikan atas efek tersebut. Tansaksi ini dapat dilakukan dengan atau tanpa ada barang sama sekali. Dengan demikian penjual dalam kasus ini tidak akan menyerahkan saham kepada pihak lain, dan pembeli juga tidak akan menerima saham.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat kasih dan anugerah Nya Penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Adapun judul tesis ini adalah “PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER DALAM PERJANJIAN FULL COMMITMENT DI PASAR PERDANA”.
Penulis menyadari, dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan kekurangan baik dari segi isi maupun cara penyajiannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang Penulis miliki. Untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, terutama dari para pembimbing dalam penulisan tesis ini. Dalam kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar besarnya kepada :
1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Ketua Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
5. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan Penulis dalam proses penulisan tesis ini.
6. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, selaku Pembimbing III yang sudah sangat banyak membantu Penulis dengan meluangkan waktunya memberikan masukan, nasehat, arahan dan saran saran yang sangat bermanfaat dalam proses penulisan tesis ini, sehingga tesis ini dapat selesai pada waktunya.
7. Dosen dosen Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara lainnya yang telah memberikan ilmunya kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.
8. Seluruh pegawai administrasi Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan administrasi Penulis. 9. Seluruh keluarga Penulis, teristimewa kepada orang tua Penulis, Bapak Johannes Ginting
dan Ibu Terang Ukur br. Tarigan, dan juga kepada kedua abang Penulis (Erwinsdy Ginting, SE. MSc dan Brigadir Antonio Riveldi Ginting, SH) yang selama ini telah banyak memberikan perhatian, dukungan, doa, semangat dan motivasi kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.
10. Kepada teman teman Penulis yang telah memberikan inspirasi, masukan dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini, serta seluruh pihak yang turut membantu penyelesaian tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Besar harapan Penulis, tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan ilmu hukum khususnya bagi Penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca sekalian.
Medan, Juli 2009
Penulis,
MEGA KARTIKA
RIWAYAT HIDUP
Nama : Mega Kartika
Tempat/Tgl Lahir : Medan/07 September 1984
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katholik
Alamat : Jl. Bunga kantil XXVII No. 4 Pasar 7 Padang Bulan Medan.
Pendidikan:
1. SD ST. Petrus Medan dari tahun 1991 sampai dengan Tahun 1996 2. SLTP P.Cahaya Medan dari Tahun 1996 sampai dengan Tahun 1999 3. SMU Negeri 13 Medan dari Tahun 1999 sampai dengan Tahun 2002
4. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan dari Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2007
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar Modal merupakan suatu kebutuhan dalam perekonomian modern suatu negara. Dimanapun di negara negara yang ekonominya maju, Pasar Modal yang berwujud dengan adanya Bursa Efek, seperti juga adanya bank memainkan peran penting dan telah menjadi suatu kebutuhan karena disanalah ekonomi menunjukkan aktivitasnya. Pasar Modal menjadi petunjuk bagaimana usahawan dan investor berinteraksi dalam kegiatan ekonomi. Usahawan yang diwakili oleh perusahaan mencari modal dengan memasuki Pasar Modal, sedangkan pemodal/investor menginvestasikan dananya juga dengan masuk ke Pasar Modal. Pasar Modal telah menjadi ukuran berkembang dan menurunnya perekonomian suatu masyarakat.1
Istilah “Pasar Modal” dipakai sebagai terjemahan dari istilah “capital market” yang berarti suatu tempat atau sistem bagaimana cara dipenuhinya kebutuhan kebutuhan dana untuk capital suatu perusahaan. Pasar Modal merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual efek atau surat berharga lainnya.2 Dengan demikian, Pasar Modal berarti suatu pasar dimana dana dana jangka panjang baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan.
1
Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Tatanusa, 2006), hal. 1
2
Dana dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham.3
Sementara itu, Pasal 1 angka 13 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) memberi pengertian Pasar Modal sebagai suatu kegiatan yang berkenaan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan teknologi komunikasi, semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan usaha dan melakukan kegiatan dalam rangka meraih dana untuk ekspansi bisnis dengan berbagai cara. Upaya ekspansi perusahaan ini antara lain dilakukan dengan kegiatan penanaman modal di berbagai negara di luar batas negara asalnya. Dan saat ini kegiatan penanaman modal tersebut dapat dikatakan telah melintasi batas batas kenegaraan. Kiranya tidak salah pernyataan seorang konsultan manajemen internasional yang mengatakan bahwa saat ini terdapat berbagai jalan untuk meningkatkan berbagai perekonomian, salah satu cara terbaik adalah dengan memfokuskan diri terhadap pengembangan usaha dalam lingkup regional dan kemudian berupaya untuk mendapatkan jalan agar regionalisasi tersebut selanjutnya dapat berinteraksi dengan perekonomian global.4
3
Yayasan Mitra Dana, Penuntun Pelaku Pasar Modal Indonesia, (Jakarta, 1991), hal. 33.
4
Peningkatan kegiatan ekspansi perusahaan perusahaan di tingkat global ini tentunya membutuhkan dana yang sangat besar, maka perusahaan perusahaan semakin giat mencari sumber sumber yang dapat menyediakan dana dalam jumlah yang besar. Untuk itu pandangan manajemen dan pemilik perusahaan diarahkan ke Pasar Modal baik yang ada di dalam negeri sendiri maupun di negara lain. Hal tersebut menyebabkan makin marak pula kegiatan Pasar Modal di hampir seluruh negara baik di negara negara maju maupun di negara negara sedang berkembang dan juga mempermudah masuknya investasi modal dari suatu negara ke negara lain. Berbagai perusahaan dari suatu negara menjual sahamnya di Pasar Modal negara negara lain untuk mendapatkan tambahan dana, ini berarti pemodal (investor) dari suatu negara dapat ikut melakukan investasi dan memiliki modal perusahaan perusahaan yang didirikan negara lain.5
Perusahaan tentunya tidak menginginkan jika dalam pelaksanaan Penawaran Umum timbul keraguan, apakah efek yang dilepas ke para investor terjual habis atau tidak, bila setelah dilepas efek tersebut tidak terjual habis, maka ini merupakan “bencana” bagi perusahaan, hal mana selain mengakibatkan kerugian sebab biaya biaya yang telah dikeluarkan tidak dapat ditarik kembali, juga akan menjatuhkan reputasi perusahaan. Untuk itu diperlukan perusahaan efek yang bertindak sebagai Underwriter perusahaan. Lembaga yang melakukan kegiatan penjaminan ini disebut Penjamin Emisi Efek atau dalam istilah lain disebut Underwriter.6
5
Ibid, hal. 2
6
Underwriter membantu Emiten untuk mempersiapkan Penawaran Umum termasuk due diligence yang diperlukan, membantu Emiten menyiapkan pernyataan pendaftaran dan menyampaikannya ke Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Setelah Bapepam menyatakan efektif pernyataan pendaftaran, Underwriter kemudian melakukan persiapan untuk pemasaran efek dengan mengundang perusahaan perusahaan efek lain untuk bergabung dalam sindikasi pemasaran dan penjualan efek tersebut. Underwriter juga akan memasang iklan prospektus yang dibutuhkan, mencetak prospektus dan akhirnya menyebarkan prospektus tersebut dalam rangka pemasaran efek tersebut kepada para investor. Tugas pokok dari Underwriter adalah untuk menjualkan efek yang diterbitkan perusahaan kepada masyarakat umum. Akan tetapi sebelum terjadinya penjualan tersebut, Underwriter telah memainkan peranan yang penting dalam persiapan yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain dengan memberikan masukan kepada perusahaan mengenai kesempatan dan peluang bagi pendanaan dan menyusun struktur penawaran yang akan dilaksanakan.7 Tugas Underwriter ini dimulai sejak hari pertama Emiten berniat menawarkan sahamnya kepada masyarakat hingga selesainya distribusi efek dilakukan. Dengan tugas yang dijalankan oleh Underwriter, beban Emiten dalam usaha untuk membawa perusahaan masuk ke dalam Pasar Modal akan banyak terbantu.8
Adapun yang menjadi tanggung jawab Underwriter dalam perjanjian penjaminan emisi adalah sesuai pada ketentuan Pasal 39 UUPM, yang berbunyi: “Underwriter wajib
7
Asril Sitompul (II), Due Diligence dan Tanggung Jawab Lembaga-Lembaga Penunjang
pada Proses Penawaran Umum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 14
8
mematuhi semua ketentuan dalam kontrak penjaminan emisi efek sebagaimana dimuat dalam pernyataan pendaftaran.”
Apabila Underwriter dan Emiten telah sepakat untuk melaksanakan Penawaran Umum berdasarkan jenis kontrak/perjanjian yang ditentukan, pihak tersebut wajib melakukan Penawaran Umum tersebut sesuai dengan kontrak/perjanjian yang dibuat dan untuk itu harus dicantumkan dalam prospektus.9
Perjanjian ini dianggap sah dan mengikat berdasarkan ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yakni mengenai syarat sahnya suatu perjanjian. Adapun dasar hukum dari kekuatan suatu perjanjian tersebut adalah Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian dibuat secara sah dan berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya.
Apabila salah satu pihak dalam perjanjian penjaminan emisi efek lalai dalam memenuhi sesuatu kewajiban yang timbul berdasarkan perjanjian penjaminan emisi efek sebagaimana mestinya atau terjadi perselisihan antara para pihak dalam perjanjian penjaminan emisi efek, maka diusahakan untuk diselesaikan secara musyawarah, dan bilamana tidak tercapai persesuaian paham, maka perselisihan tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri atau dapat diselesaikan melalui Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI).10
9
Penjelasan Pasal 39 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
10
Dalam kontrak/perjanjian penjaminan emisi efek, Underwriter biasanya akan mengajukan salah satu di antara beberapa jenis kesanggupan penjaminan emisi efek:11
1. Penjaminan emisi dengan kesanggupan penuh (full commitment underwriting). Underwriter disamping menyanggupi untuk menawarkan efek tersebut kepada masyarakat, juga menyanggupi untuk membeli sendiri sisa efek yang tidak habis terjual. 2. Penjaminan emisi dengan kesanggupan terbaik (best efforts underwriting). Underwriter
hanya mempunyai kewajiban untuk menawarkan efek tersebut sebaik baiknya dan apabila tidak habis terjual maka efek tersebut akan dikembalikan ke Emiten.
3. Penjaminan emisi dengan kesanggupan siaga (stand by commitment underwriting). Underwriter disamping menyanggupi untuk menawarkan efek tersebut kepada masyarakat juga menyanggupi untuk membeli sisa efek yang tidak habis terjual pada suatu tingkat harga tertentu sesuai dengan syarat yang diperjanjikan.
4. Penjaminan emisi dengan kesanggupan semua atau tidak sama sekali (All or none offering). Penawaran akan dibatalkan apabila tidak terjual semua.
5. Penjaminan emisi dengan kesanggupan paling sedikit – paling banyak (Minimum – maximum). Penawaran Efek akan dibatalkan apabila tidak tercapai batas minimum.
Kebutuhan akan Underwriter sebenarnya adalah karena adanya kesulitan dalam melakukan pemasaran, distribusi dan penjualan efek, karena berdasarkan ketentuan yang ada dalam Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan harus diambil oleh pemodal. Dengan situasi
11
seperti ini pulalah maka sebenarnya di Indonesia hanya mengenal satu jenis penjaminan efek, yaitu penjaminan secara full Commitment, dimana Underwriter akan mengambil sisa dari saham saham yang tidak terjual tersebut. Tetapi hal ini bukan berarti juga bahwa semua penjaminan emisi di Indonesia telah dilakukan secara penuh, karena dibelakang janji penjaminan secara penuh ini dapat saja terjadi kesepakatan lain antara Emiten dengan Underwriter mengenai penjaminan secara penuh ini.12
Sementara itu, peran Underwriter bagi investor dalam suatu Penawaran Umum tidak hanya akan memudahkan mereka mendapatkan efek yang sedang ditawarkan, karena adanya jaringan yang luas dari Underwriter, serta para agen penjualan yang merupakan sindikasi dalam suatu penjaminan emisi. Tetapi juga dapat merupakan “jaminan” bahwa efek tersebut ketika dicatatkan, dan diperdagangkan di Bursa Efek akan merupakan investasi yang menguntungkan. Hal ini karena Underwriter pada waktu efek tersebut diperdagangkan di Bursa Efek, akan memainkan peranan yang sangat penting dalam rangka stabilisasi harga yang dilakukan oleh Underwriter. Oleh karena itu, sebagaimana disebut diatas, investor dalam membeli efek yang ditawarkan juga akan melihat siapa yang melakukan penjaminan emisi atas efek yang sedang ditawarkan tersebut. Underwriter yang berpengalaman dianggap sebagai jaminan bahwa harga saham akan naik dan investor akan memperoleh capital gain (keuntungan yang diperoleh investor dari selisih harga beli dan harga jual suatu saham).13
12
Hamud M. Balfas, Op Cit, hal. 62
13
Menurut Emiten dan Underwriter, menjaga hubungan baik dengan investor adalah penting. Dan capital gain membuka pintu bagi adanya hubungan seperti itu. Bagi Emiten hubungan yang baik tersebut akan berguna kalau menerbitkan saham lagi, misalnya dengan rights issue, investor tetap membeli. Bagi Underwriter, kalau investor senang dengan capital gain sebuah Penawaran Umum Perdana atau biasa disebut Initial Public Offering (IPO), maka investor tersebut mau membeli saham lain yang ia jamin emisinya.14 Dalam hal ini untuk memperoleh capital gain, maka kenaikan harga saat listing bisa terjadi karena saham dijual dengan diskon dan karena digerakkan oleh Emiten dan Underwriternya. Sehingga saham dapat naik tajam pada saat listing dan selanjutnya terus menurun. Dalam hal ini manipulasi harga yang dilakukan Emiten dan Underwriternya ini akan sangat merugikan investor yang ingin memegang saham tersebut untuk jangka panjang.15 Underwriter dapat juga melakukan manipulasi harga pada transaksi yang terjadi di gray market (transaksi semu). Transaksi ini terjadi karena investor beli, menawarkan capital gain kepada investor yang sudah mendapatkan alokasi dalam IPO. Namun investor harus jeli sebab ada kalanya gray market tersebut merupakan konspirasi yang dilakukan oleh Underwriter beserta sindikasinya untuk mengecoh investor agar membeli saat listing sehingga ada lonjakan harga saat pencatatan di pasar sekunder.16
Tindakan manipulasi harga merupakan suatu tindakan yang dilarang karena, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 91 UUPM, bahwa: ”setiap pihak yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak
14
Jaka E. Cahyono, 22 Strategi & Teknik Meraih Untung di Bursa Saham, Jilid Satu, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2000), hal. 45
15
Ibid, hal. 51
16
langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di Bursa Efek”. Selanjutnya Pasal 92 UUPM juga melarang adanya manipulasi harga. Dalam pasal ini dikatakan bahwa: ”Setiap pihak, baik sendiri sendiri maupun bersama sama dengan pihak lain, dilarang melakukan 2 (dua) transaksi efek atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga menyebabkan harga efek di Bursa Efek tetap, naik, atau turun dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan efek”.
Selain larangan untuk melakukan manipulasi harga dengan cara cara menggunakan transaksi secara langsung, sebagaimana diatur dalam Pasal 91 dan 92, UUPM juga dengan tegas melarang dilakukannya tindakan manipulasi harga yang dilakukan melalui cara cara membuat pernyataan atau memberikan keterangan tidak benar atau menyesatkan sebagaimana diatur dalam Pasal 93. Meskipun pada dasarnya manipulasi harga itu dilarang, tetapi dalam situasi tertentu pengecualian atas tindakan ini dapat dilakukan, misalnya dalam rangka stabilisasi harga.17
Sebagaimana dirumuskan dalam Peraturan Bapepam No.XI.B.1, stabilisasi harga adalah tindakan selama masa Penawaran Umum yang dilakukan untuk menawarkan beli atau jual efek dengan tujuan mempertahankan harga pasar efek bersangkutan di Bursa Efek. Selama berlangsungnya stabilisasi harga, Underwriter untuk mempertahankan harga pada tingkat tertentu melakukannya dengan memasok (menjual) efek dan membeli efek dari pasar atau lantai bursa. Stabilisasi juga dimaksudkan untuk menjamin kelancaran distribusi
17
efek di pasar. Tindakan stabilisasi harga ini pada dasarnya merupakan tindakan “manipulasi harga” yang dilegalisasikan. Karena merupakan “manipulasi” atas harga yang “dilegalisir” oleh UUPM, maka stabilisasi merupakan tindakan yang dikecualikan sebagai tindakan yang melanggar hukum oleh UUPM. Kegiatan ini dilakukan oleh Emiten karena kemungkinan harga pada Pasar Perdana pada saat listing akan melonjak terlalu tinggi, atau turun pada tingkat yang terlalu rendah. Tindakan manipulasi harga yang dilakukan Underwriter dalam upaya stabilisasi ini dapat diterima sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Bapepam No.XI.B1 dan UUPM.18
Penyimpangan dalam bentuk penjaminan yang biasanya disembunyikan ini tentunya secara langsung atau tidak langsung akan sangat merugikan investor. Penyimpangan tersebut dilakukan karena Underwriter sendiri sebenarnya meragukan mutu Emiten yang efeknya dipasarkan oleh Underwriter. Underwriter melakukan penjaminan secara full commitment tetapi ternyata ada perjanjian lainnya yang memungkinkan Underwriter berhutang kepada Emiten, apabila tidak semua efek yang dijaminnya terjual di Pasar Perdana. Tindakan seperti ini tentunya akan memberikan gambaran yang menyesatkan bagi investor, karena bagi kebanyakan investor, full commitment berarti saham yang dipasarkan oleh Underwriter “cukup baik”. Dengan adanya perjanjian lain, yang memungkinkan Underwriter berhutang tersebut, sebenarnya merupakan indikasi bahwa efek yang dipasarkan tidak begitu diterima di pasar dan Underwriter mengetahui hal ini. Bahkan mungkin perjanjian emisi secara full commitment yang dibuat dengan adanya
18
perjanjian lain tersebut, tidak lain adalah sebuah perjanjian emisi dengan syarat best effort saja sebenarnya.19
Kategori penyimpangan lainnya oleh Underwriter pada Penawaran Umum Perdana adalah dalam hal penjatahan saham oleh penjamin pelaksana emisi (manajer penjatahan). Hal mengenai penjatahan saham ini diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.A.7, dan Pasal 35 huruf e UUPM bahkan dengan lebih tegas menyatakan bahwa perusahaan efek (Underwriter) dilarang membeli atau memiliki efek untuk rekening perusahaan efek itu sendiri atau untuk rekening pihak terafiliasi, jika terdapat kelebihan permintaan beli dalam Penawaran Umum. Salah satu masalah yang timbul dalam persoalan penjatahan saham oleh manajer penjatahan adalah perlakuan istimewa yang diberikan oleh Underwriter kepada pihak tertentu atau pihak yang terafiliasi dengan Underwriter. Perlakuan istimewa berupa pemberian jatah saham “Hot IPO Shares (saham saham yang sangat mungkin akan memberikan keuntungan)” kepada nasabah nasabah tertentu yang tujuannya adalah nasabah nasabah tersebut memberikan pekerjaan investment banking kepada perusahaan efek bersangkutan. Pelanggaran atas ketentuan mengenai penjatahan saham, seperti yang ditentukan dalam Peraturan Bapepam dan Pasal 35 UUPM, dapat berpotensi menyebabkan terjadinya benturan kepentingan (conflict of interest) antara Underwriter tersebut dengan nasabah terafiliasinya.20
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis ingin memberikan kontribusi pemikiran dengan mengangkat judul tesis mengenai “Peran dan Tangggung Jawab Underwriter dalam
19
Ibid, hal. 270
20
Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana”, yang akan meninjau lebih jauh bagaimana peran dan tanggung jawab Underwriter dalam perjanjian full commitment di Pasar Perdana, apa saja yang dikategorikan sebagai penyimpangan oleh Underwriter pada proses Penawaran Umum Perdana dan bagaimana akibat hukumnya, serta bagaimana jika terjadi sengketa antara Underwriter dan Emiten.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana peran dan tanggung jawab Underwriter dalam perjanjian full commitment di Pasar Perdana?
2. Apa saja yang dikategorikan sebagai penyimpangan oleh Underwriter pada proses Penawaran Umum Perdana dan bagaimana akibat hukumnya?
3. Bagaimana penyelesaian sengketa antara Underwriter dan Emiten?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab Underwriter dalam perjanjian full commitment di Pasar Perdana.
2. Untuk mengetahui kategori penyimpangan oleh Underwriter pada proses Penawaran Umum Perdana, dan akibat hukum dari penyimpangan tersebut.
3. Untuk mengetahui mekanisme proses penyelesaian sengketa antara Underwriter dan Emiten.
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yakni:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu hukum, khususnya dalam hukum bisnis, lebih khusus lagi dalam hukum Pasar Modal mengenai “Peran dan Tangggung Jawab Underwriter Dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana”.
b. Memberikan tambahan wawasan kepada kalangan yang berminat pada hukum bisnis, khususnya hukum Pasar Modal dan pihak pihak serta lembaga lembaga yang terkait di dalam Pasar Modal, khususnya pihak pihak serta lembaga lembaga yang terkait dalam perdagangan efek di Pasar Perdana.
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan kepada setiap orang yang berkecimpung dalam Pasar Modal khususnya dalam Pasar Perdana, serta kepada para investor agar lebih mampu membaca situasi pasar dan lebih bersikap hati hati dalam membeli saham di Pasar Perdana.
b. Kepada para Underwriter, haruslah benar benar mempunyai itikad yang baik dan moral yang tinggi dalam melakukan kegiatannya sebagai Underwriter.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran di perpustakaan, khususnya yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian ini nantinya akan terkait dengan penelitian sebelumnya. Pada tahun 2008, Linda Joan Tanos21 melakukan penelitian tentang perjanjian antara Underwriter dan Emiten dalam rangka Initial Public Offering (IPO) yang membahas mengenai bagaimana aspek hukum perusahaan yang akan go public; bagaimana bentuk perjanjian antara underwriter dan emiten dalam rangka initial public offering dan; bagaimana kedudukan underwriter dan emiten dalam perjanjian penjaminan emisi efek dalam rangka initial public offering.
Sementara itu tesis ini akan mengkaji mengenai “Peran dan Tangggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana” yang akan membahas tentang bagaimana peran dan tanggung jawab underwriter dalam perjanjian full
21
Linda Joan Tanos, Perjanjian Antara Underwriter dan Emiten dalam Rangka Initial Public
Offering (IPO), Tesis, Magister Kenotariatan-Sekolah Pasca Sarjana Unuversitas Sumatera Utara,
commitment di Pasar Perdana; apa saja yang dikategorikan sebagai penyimpangan oleh underwriter pada proses Penawaran Umum Perdana dan bagaimana akibat hukumnya; serta bagaimana jika terjadi sengketa antara underwriter dan Emiten.
Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah dibahas pada penelitian sebelumnya oleh Linda Joan Tanos dan permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini, maka jelas terlihat perbedaan antara penelitian sebelumnya oleh Linda Joan Tanos dan penelitian yang akan dilakukan dalam tesis ini.
Demikianlah dapat ditegaskan bahwa tesis dengan judul “Peran dan Tangggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana” belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu tesis ini asli karya dari penulis sendiri. Penulis menyusun melalui referensi buku buku, media cetak dan elektronik, bahan seminar dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.22
22
Teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetap merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu hukum merupakan suatu penjelasan rasional yang bersesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan bagaimanapun meyakinkan, tetap harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.23
Kelangsungan perkembangan ilmu hukum senantiasa bergantung pada unsur unsur antara lain: metodologi, aktivitas penelitian, imajinasi sosial dan juga sangat ditentukan oleh teori.24
Menurut Kerlinger : “A theory is a set of interrelated constructs (concepts) definitions, and propositions that present a systematic view of phenomena by specifying
relation among variables, with the purpose of explaining and predicting their phenomena.”
Teori merupakan seragkaian preposisi atau keterangan yang saling berhubungan dan tersusun dalam sistem deduksi, yang mengemukakan penjelasan atas suatu gejala.25
Menganalisis “Peran dan Tangggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana” didasarkan pada pengertian tanggung jawab dalam perjanjian yang terdapat dalam KUH Perdata.
23
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 27
24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), hal. 6
25
Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para
Berdasarkan Pasal 1233 KUH Perdata yang menyatakan bahwa setiap perikatan dapat lahir dari undang undang maupun karena perjanjian. Jadi perjanjian adalah sumber dari perikatan. Sebagai perikatan yang dibuat dengan sengaja, atas kehendak para pihak secara sukarela, maka segala sesuatu yang telah disepakati, disetujui oleh para pihak harus dilaksanakan oleh para pihak sebagaimana telah dikehendaki oleh mereka. Dalam hal salah satu pihak dalam perjanjian tidak melaksanakannya, maka pihak lain dalam perjanjian berhak untuk memaksakan pelaksanaannya melalui mekanisme dan jalur hukum yang berlaku.26
Salah satu teori hukum kontrak klasik adalah teori kehendak. Menurut teori kehendak, suatu kontrak menghadirkan suatu ungkapan kehendak di antara para pihak, yang harus dihormati dan dipaksakan oleh pengadilan. Dalam teori kehendak terdapat asumsi bahwa suatu kontrak melibatkan kewajiban yang dibebankan terhadap para pihak.27
Gr. Van der Burght mengemukakan bahwa selain teori kehendak sebagai teori klasik yang tetap dipertahankan, terdapat beberapa teori yang dipergunakan untuk timbulnya suatu kesepakatan, yaitu:28
a. Ajaran Kehendak (wilsleer), dimana ajaran ini mengutarakan bahwa faktor yang menentukan terbentuk tidaknya suatu persetujuan adalah suara batin yang ada dalam kehendak subyektif para calon kontraktan;
26
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 59
27
Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern, (Bandung: Refika Aditama, 2004), hal. 39
28
b. Pandangan normatif Van Dunne, dalam ajaran ini kehendak sedikitpun tidak memainkan peranan. Apakah suatu persetujuan telah terbentuk pada hakekatnya tergantung pada suatu penafsiran normatif para pihak pada persetujuan ini tentang keadaan dan peristiwa yang dihadapi bersama;
c. Ajaran Kepercayaan (Vetrouwensleer), ajaran ini mengandalkan kepercayaan yang dibangkitkan oleh pihak lawan, bahwa ia sepakat dan oleh karena itu telah memenuhi persyaratan tanda persetujuannya bagi terbentuknya suatu persetujuan.
Perjanjian dibuat dengan pengetahuan dan kehendak bersama dari para pihak, dengan tujuan untuk menciptakan atau melahirkan kewajiaban pada salah satu atau kedua belah pihak yang membuat perjanjian tersebut. Perjanjian sebagai sumber perikatan berbeda dari sumber perikatan lain, berdasarkan pada sifat kesukarelaan dari pihak yang berkewajiban untuk melakukan prestasi terhadap lawan pihaknya dalam perikatan tersebut. Dalam perjanjian, pihak yang wajib untuk melakukan suatu prestasi, dalam hal ini debitor, dapat menentukan terlebih dahulu, dengan menyesuaikan pada kemampuannya untuk memenuhi prestasi dan untuk menyelaraskan dengan hak yang ada pada lawan pihaknya, apa, kapan, dimana, dan bagaimana ia akan memenuhi prestasinya tersebut.29
Membicarakan perjanjian, tidak dapat dilepaskan dari KUH Perdata. Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian dirumuskan sebagai suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
29
Menurut R. Setiawan, rumusan tersebut selain tidak lengkap juga sangat luas. Tidak lengkap karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja. Sangat luas karena dipergunakannya perkataan ”perbuatan” yang berarti tercakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum. Sehubungan dengan itu, perlu kiranya diadakan perbaikan mengenai definisi tersebut, sehingga perumusannya menjadi: ”Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.”30
Sesuai dengan perkembangannya, perjanjian bukan lagi sebagai perbuatan hukum melainkan merupakan hubungan hukum. Pandangan ini dikemukakan oleh Van Dunne, yang mengartikan tentang perjanjian, yaitu: “suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”.31
Adapun yang menjadi syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata yang menyatakan, ada 4 (empat) syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
30
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung: Binacipta, 1979), hal. 49 dalam Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Op Cit, hal. 41
31
Dalam rangka menciptakan keseimbangan dan memelihara hak hak yang dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjian yang dibuat menjadi perikatan yang mengikat bagi para pihak, oleh KUH Perdata diberikan berbagai asas umum, yang merupakan pedoman atau patokan, serta menjadi batas atau rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang akan dibuat, hingga pada akhirnya menjadi perikatan yang berlaku bagi para pihak, yang dapat dipaksakan pelaksanaan atau pemenuhannya.32
Adapun prinsip prinsip atau asas asas yang menguasai hukum perjanjian yang berkaitan dengan perjanjian antara Underwriter dan Emiten yaitu, asas konsensualisme, asas kebebasan berkontrak, asas kekuatan mengikat (pacta sunt servanda), dan asas itikad baik.
Asas konsensualisme dilahirkan pada saat momentum awal perjanjian terjadi, yaitu pada detik para pihak mencapai puncak kesepakatannya (Pasal 1320 angka 1 KUH Perdata). Ketika para pihak menentukan hak dan kewajiban serta hal hal lain yang menjadi substansi perjanjian, maka para pihak memasuki ruang asas kebebasan berkontrak. Dalam asas ini para pihak dapat menentukan bentuk dan isi dengan bebas sepanjang dapat dipertanggungjawabkan dan bukanlah sesuatu yang terlarang (Pasal 1320 angka 4 KUH Perdata). Persetujuan secara timbal balik terhadap bentuk dan isi perjanjian ditandai dengan adanya pembubuhan tanda tangan atau yang dapat dipersamakan dengan itu. Akibatnya perjanjian tersebut mengikat kedua belah pihak dan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Sesuai dengan asas pacta sunt servanda yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (1)
32
KUH Perdata yang menyatakan: ”Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya” dan asas itikad baik yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan: : ”Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.33
Perjanjian penjaminan emisi dengan syarat full commitment, Underwriter menjamin bahwa dalam hal efek tidak terserap dan dibeli oleh pemodal, maka Underwriter bertanggung jawab atas sisa efek yang tidak terjual tersebut.34 Dalam perjanjian penjaminan emisi seperti ini, Underwriter menanggung resiko yang besar atas tanggung jawab yang dipegangnya sebagai Underwriter dengan syarat full commitment. Karena beban penjualan yang akan dilakukan oleh Underwriter atas efek yang akan dijual sedemikian besar secara finansial bagi Underwriter, maka pembagian resiko menjadi suatu keharusan yang perlu dilakukan oleh Underwriter, yaitu dengan melakukan sindikasi diantara Underwriter.35
Hal yang juga penting dalam penjaminan emisi ini adalah persoalan tanggung jawab para Underwriter terhadap Emiten. Meskipun penjaminan emisi dengan kesanggupan penuh menyatakan bahwa penjaminan dilakukan oleh kelompok Underwriter, tetapi dalam perjanjian penjaminan emisi biasanya tanggung jawab untuk pembayaran dana hasil Penawaran Umum tetap menjadi tanggung jawab masing masing Underwriter. Oleh karena itu, tanggung jawab Underwriter terhadap Emiten tidaklah bersifat tanggung renteng. Dengan kata lain, dana yang belum dibayarkan oleh si Underwriter kepada Emiten akan
33
Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan Dalam Hukum Perdata (Seri Hukum
Bisnis), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 263-283.
34
Hamud M. Balfas, Op Cit, hal. 268
35
menjadi hutang Underwriter yang belum membayar dana tersebut kepada Emiten. Pembayaran atas bagian si Underwriter tersebut bukan merupakan tanggung jawab Underwriter lainnya dalam sindikasi penjaminan.36
Perjanjian antara Underwriter dan Emiten dalam rangka IPO atau Penawaran Umum Perdana dinamakan perjanjian penjaminan emisi efek yang merupakan perjanjian yang mengatur pelaksanaan pengelolaan dan penyelenggaraan Penawaran Umum saham secara jelas dan rinci menyebutkan nama dan kedudukan perusahaan Underwriter beserta peserta sindikasinya.37 Perjanjian penjaminan emisi efek yang merupakan perjanjian antara Underwriter dan Emiten ini merupakan perjanjian formil yang dibuat oleh notaris dalam tanggung jawabnya sebagai profesi penunjang Pasar Modal.38
Menurut bentuknya, ada perjanjian yang berbentuk baku dan ada yang berbentuk timbal balik. Adapun yang dimaksud dengan perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak tersebut.39 Sedangkan perjanjian berbentuk timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak, dan hak serta kewajiban tersebut mempunyai hubungan satu dengan
36
Ibid, hal. 266
37
Notaris Fathiah Helmi, Penawaran Umum Saham Melalui Pasar Modal, dalam Bahan Diklat bagi Notaris Pasar Modal di Jakarta, diselenggarakan oleh LMKA, pada tanggal 14-16 Desember 2006, hal. 6
38
Marzuki Usman, Djoko Koesnadi, Arys Ilyas, Hasan Zein, I Gede Putu Ary Suta, I Nyoman Tjager, Srihandoko (selanjutnya disebut Marzuki Usman dkk), ABC Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Perbankan Indonsia bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, 1990), hal. 19
39
lainnya (pihak yang satu mempunyai hak dan pihak yang lain sebagai pihak yang berkewajiban).40
Perjanjian penjaminan emisi efek dapat dikategorikan sebagai perjanjian yang timbal balik (tidak baku), untuk melakukan jasa jasa tertentu, dimana pihak pertama (Emiten) menghendaki dari pihak kedua (Underwriter) agar dilakukannya suatu pekerjaan untuk mencapai sesuatu tujuan, yang mana ia bersedia membayar upah, sedangkan apa yang akan dilakukan untuk tujuan tersebut terserah kepada pihak kedua. Biasanya pihak kedua ini adalah seorang ahli dalam melakukan pekerjaan tersebut dan biasanya ia juga sudah memasang tarif untuk jasanya itu.
Peraturan peraturan yang mengatur tentang Pasar Modal tidak merinci isi perjanjian penjaminan emisi efek. Menurut ketentuan hukum yang berlaku dalam Peraturan Bapepam No.IX.C.I tentang pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran dalam rangka penawararan umum, persyaratan penjaminan emisi efek dapat dirundingkan secara bebas antara pihak pihak yang bersangkutan.
2. Landasan Konsepsi
Konsepsi adalah suatu bagian terpenting dari teori, peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan penelitian, antara abstraksi dan
40
realita.41 Konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.42
Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional, berguna untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubis) dari suatu istilah yang dipakai.
Menurut M. Solly Lubis, kerangka konsep adalah merupakan konstruksi konsep secara internal pada pembaca yang mendapat stimulasi atau dorongan konseptualisasi dari bacaan dan tinjauan pustaka.43
Menghindari salah pengertian ataupun pemahaman mengenai istilah yang dipergunakan dalam penulisan tesis ini, maka defenisi dari berbagai istilah yang terkait dengan “Peran dan Tangggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana” adalah sebagai berikut:
a. Tanggung jawab adalah: keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, diperkarakan dan sebagainya).44
41
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal. 34
42
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 19
43
M. Solly Lubis, Op Cit, hal. 80
44
b. Underwriter (Penjamin Emisi Efek) adalah: pihak yang membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.45
c. Perjanjian Penjaminan Emisi adalah: suatu ikatan yang ada antara Underwriter di satu pihak, dan Emiten di lain pihak untuk melakukan penjualan dan distribusi efek yang akan dikeluarkan Emiten.46
d. Emiten adalah : pihak yang melakukan Penawaran Umum.47
e. Penjaminan Emisi dengan kesanggupan penuh (full commitment underwriting) adalah: Underwriter disamping menyanggupi untuk menawarkan efek tersebut kepada masyarakat, juga menyanggupi untuk membeli sendiri efek yang tidak habis terjual.48 f. Penawaran Umum sering disebut dengan istilah go public adalah: kegiatan penawaran
efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur UUPM dan peraturan pelaksananya.49
g. Pasar Perdana adalah: penjualan perdana efek/sertifikat atau penjualan yang dilakukan sesaat sebelum perdagangan di bursa/pasar sekunder.50
G. Metode Penelitian
1. Sifat dan Pendekatan Penelitian
45
Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
46
Hamud M. Balfas, Op Cit, hal. 258
47
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
48
Erdikha Elit, “Pasar Modal dan Transaksi efek Saham”, http://www.aonline.co.id, diakses pada tanggal 08 Oktober 2008
49
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
50
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani dari asal kata Methodos yang berarti cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.51
Berdasarkan tujuan penelitian ini maka dapat diketahui bahwa penelitian ini bersifat deskriptif analitis52, dimana jenis penelitian yang bertujuan melukiskan permasalahan hukum.53 Deskriptif karena penelitian dilakukan terhadap data sekunder guna memahami dan menggambarkan secara jelas serta menyeluruh bagaimana bentuk “Peran dan Tangggung Jawab Underwriter dalam Perjanjian Full Commitment di Pasar Perdana”. Dikatakan analitis karena akan dianalisa tentang tanggung jawab serta kewajiban dari Underwriter terhadap Emiten dalam perjanjian full commitment dalam melakukan Penawaran Umum Perdana.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.54
2. Jenis dan Sumber Data
51
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penellitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1997), hal. 16
52
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Gramedia, 1997), hal. 16
53
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), hal. 10
54
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research). Data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan ini bersumber dari:55
a. Bahan hukum primer adalah hukum yang mengikat dari sudut norma dasar, peraturan dasar dan peraturan perundang undangan. Dalam penelitian ini bahan hukum primer adalah bersumber dari Undang Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan undang undang lain yang relevan serta peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam dan peraturan peraturan lain yang berkaitan dengan objek penelitian.
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan objek telaah penelitian ini.
c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang berupa kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan jurnal jurnal ilmiah.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan meneliti sumber bacaan yang berhubungan dengan topik dalam
55
penelitian ini, seperti, seperti: peraturan perundang undangan, buku buku hukum, majalah, artikel, jurnal, tulisan tulisan para pakar hukum, bahan kuliah, dan bahan bahan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.56
4. Analisis Data
Seluruh data yang sudah diperoleh dan dikumpulkan selanjutnya akan ditelaah
dan dianalisis secara kualitatif. Analisis untuk data kualitatif dilakukan dengan cara
pemilihan pasal-pasal yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang peran
dan tanggung jawab underwriter dalam perjanjian full commitment di pasar perdana,
yang kemudian dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan lainnya yang
mengatur tentang, perjanjian, kegiatan dalam pasar modal dan penyelesian sengketa
pasar modal, seperti: UU Pasar Modal, KUH Perdata, Peraturan Bapepam, Keputusan
BAPMI, dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan topik pembahasan tesis ini.
Kemudian membuat sitematika dari pasal-pasal tersebut sehingga menghasilkan
klasifikasi tertentu sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
Selanjutnya ditarik suatu kesimpulan yang bersifat deduktif (menarik kesimpulan dari
suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang
dihadapi) sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti. Dengan demikian kegiatan
analisis ini diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian
ini.
56
H. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan penelitian ini merupakan uraian logis sistematis
yang terdiri dari susunan bab dan sub-bab untuk menjawab permasalahan yang
dikemukakan, sehingga sistematika penulisan penelitian ini dibagi dalam beberapa
bab, dimana masing-masing bab diuraikan permasalahannya secara tersendiri, namun
dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara
sistematis penulis menempatkan materi pembahasan keseluruhnya kedalam 5 (lima)
bab yang terperinci sebagai berikut :
BAB I : Berisikan pendahuluan yang menguraikan tentang hal hal bersifat umum, yang meliputi: latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, kerangka teori dan landasan konsepsi, metode penelitian, kemudian diakhiri oleh sistematika penulisan.
BAB II :
Menjelaskan tentang peran dan tanggung jawab underwriter dalam
perjanjian full commitment di pasar perdana, yang terdiri dari: perjanjian
penjaminan emisi di pasar perdana, peran underwriter dalam tahap
penawarran umum, dan tanggung jawab underwriter dalam perjanjian
full commitment di pasar perdana.
dalam upaya stablisasi harga oleh underwriter, dan penyimpangan bentuk penjaminan emisi oleh underwriter dan emiten.
BAB IV : Mejelaskan tentang mekanisme penyelesaian sengketa antara underwriter dan emiten, yang membahas mengenai: Badan Arbitrase Pasar Modal Indinesia (BAPMI), dan mekanisme proses penyelesaian sengketa antara underwriter dan emiten.
BAB V : Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari permasalahan yang dibahas pada penulisan tesis ini.
BAB II
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNDERWRITER DALAM PERJANJIAN FULL COMMITMENT
DI PASAR PERDANA
A. Perjanjian Penjaminan Emisi di Pasar Perdana
Pasar modal mengenal istilah pasar perdana dan pasar sekunder. Untuk lebih jelasnya mengenal istilah ini, bisa dilihat uraian berikut:57
1. Pasar Perdana
Pasar perdana adalah penjualan perdana efek/sertifikat atau penjualan yang dilakukan sesaat sebelum perdagangan di bursa/pasar sekunder. Pada pasar ini, efek/sertifikat diperdagangkan dengan harga emisi. Pada pasar perdana perusahaan akan memperoleh dana dengan menjual sekuritas (saham, obligasi, hipotek). Selanjutnya perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi tersebut untuk menambah modal dan seterusnya digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Artinya pasar perdana ini sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi. Penjualan saham dan obligasi ini dilaksanakan oleh lembaga lembaga keuangan, investment banker, broker dan dealers. Para perantara ini mengatur penjualan efek baik kepada lembaga maupun perorangan.
2. Pasar Sekunder
Pasar Sekunder adalah penjualan efek/sertifikat setelah pasar perdana berakhir. Pada pasar ini efek diperdagangkan dengan harga kurs. Pasar sekunder merupakan pasar di
57
mana surat berharga dijual setelah pasar perdana. Ditinjau dari sudut investor, pasar sekunder harus dapat menjamin likuiditas dari efek. Artinya investor menghendaki dapat membeli kembali sekuritas jika ia punya dana dan juga menghendaki menjual sekuritas untuk memperoleh uang tunai atau dapat mengalihkan kepada investor lain. Dari sudut pandang perusahaan, pasar sekunder merupakan wadah untuk menghimpun para investor baik para investor lembaga maupun investor perorangan.
Apabila pasar sekunder tidak cukup likuid, tentunya investor tidak akan membeli efek efek pada pasar perdana. Di dalam hal ini lembaga lembaga pasar sekunder meliputi brokers dan dealers yang menjual dan membeli surat berharga untuk para investor. Pasar perdana membutuhkan pasar sekunder untuk menjamin likuiditas sekuritas dan sebaliknya, pasar sekunder membutuhkan pasar perdana di dalam menambah sekuritas untuk diperdagangkan.
Tabel 1 : Perb