VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI
(Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau)
JUNITA NADITIA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
iii RINGKASAN
JUNITA NADITIA. Valuasi Ekonomi Ekosistem Sungai (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau). Dibimbing Oleh RIZAL BAHTIAR.
Sungai Siak merupakan sungai yang mengalir di Provinsi Riau yang ditetapkan sebagai sungai yang terdalam di Indonesia dengan kedalaman 8–12 meter. Sungai Siak sebagai sungai besar yang melintasi Kota Pekanbaru ibukota Provinsi Riau dimana keberadaan sungai ini menunjang sistem perekonomian di Kota Pekanbaru. Tujuan dari penelitian ini, yaitu : (1) mengetahui penilaian masyarakat di sekitar sungai terhadap keberadaan ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru, (2) mengetahui preferensi masyarakat di sekitar sungai terhadap kelestarian ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru, (3) menghitung nilai ekonomi total (total economic value) ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru.
Penelitian ini dilakukan di Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret hingga April 2011. Penilaian masyarakat di sekitar sungai terhadap keberadaan ekosistem sungai dan preferensi masyarakat di sekitar sungai terhadap kelestarian ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Sementara itu, untuk menghitung nilai ekonomi total (total economic value) menggunakan metode valuasi ekonomi.
Penilaian masyarakat di sekitar Sungai terhadap keberadaan dari ekosistem Sungai Siak dimana sejauh ini ekosistem Sungai Siak mengalami perubahan, seluruh responden yang diwawancarai mengaku merasakan perubahan dari ekosistem sungai. Hal ini dibuktikan sebanyak 60 % responden atau 39 responden menyatakan kondisi ekosistem Sungai Siak dalam keadaan yang buruk. Sebanyak 49,24 % responden atau 32 responden mengaku perubahan dari ekosistem sungai terjadi sekitar 0-10 tahun yang lalu. Perubahan dari ekosistem sungai dalam bentuk perubahan dari kualitas air sungai dan lingkungan akibat pencemaran, berkurangnya keanekaragaman hayati (biodiversity), dan intensitas terjadinya banjir yang semakin meningkat.
Sebanyak 100 % responden atau seluruh responden menyatakan setuju terhadap perbaikan dari ekosistem Sungai Siak. Perubahan dari ekosistem Sungai Siak berpengaruh buruk terhadap perekonomian dari masyarakat yang tinggal dan menjadikan Sungai Siak sebagai sumber matapencahariannya. Preferensi masyarakat terhadap kelestarian dari ekosistem sungai dimana masyarakat menginginkan perbaikan dari kualitas air dan lingkungan yang sudah tercemar, penambahan jumlah ikan dan udang, perbaikan sistem drainase untuk mencegah terjadinya banjir.
iv penjumlahan dari manfaat keberadaan sebesar Rp1.848.383.485,71 per tahun dan manfaat pilihan sebesar Rp1.873.715.592,86per tahun.
v
VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI
(Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau)
JUNITA NADITIA H44070034
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
vi Judul Skripsi : Valuasi Ekonomi Ekosistem Sungai (Studi kasus : Sungai Siak,
Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) Nama : Junita Naditia
NRP : H44070034
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si NIP 19800603 200912 1 006
Mengetahui,
Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP 19660717 199203 1 003
ii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Valuasi Ekonomi Ekosistem Sungai
(Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
Junita Naditia
vii UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan, dukungan, dan membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada :
1. Ibunda (drh. Sri Mulyati), Ayahanda (Dedih Hermawan, SP, MM), Adik (Shine Rani Diansari) atas segala perhatian, doa, kesabaran, pengorbanan,
segala kasih sayang, cinta dan nasehat yang bertujuan memberikan yang terbaik bagi penulis.
2. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, saran, kritik, perhatian, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Adi Hadianto, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan dosen penguji komisi pendidikan Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan.
4. Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. 5. Teman-teman satu bimbingan skripsi.
6. Teman-teman ESL 44 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas doa, bantuan, dan kebersamaanya selama ini.
viii KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya juga telah memberikan kemudahan atas segala kesulitan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul “Valuasi Ekonomi Ekosistem Sungai (Studi Kasus : Sungai Siak,
Kota Pekanbaru, Provinsi Riau)” ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan program Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun terutama untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membacanya.
Bogor, Juli 2011
ix
2.5. Konsep Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 23
IV. METODE PENELITIAN ... 25
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
4.2. Jenis dan Sumber Data ... 25
x
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 26
4.4.1. Analisis Deskriptif ... 26
4.4.2. Analisis Valuasi Ekonomi ... 27
4.4.2.1. Contingent Valuation Method ... 29
5.3. Keadaan Umum Kecamatan yang dilalui Sungai Siak di Kota Pekanbaru ... 34
5.3.1. Kecamatan Payung Sekaki ... 35
5.3.2. Kecamatan Lima Puluh ... 37
5.3.3. Kecamatan Rumbai Pesisir ... 39
5.3.4. Kecamatan Rumbai ... 41
5.3.5. Kecamatan Senapelan ... 44
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak ... 47
6.2. Preferensi Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Kelestarian Ekosistem Sungai Siak ... 52
xi DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Matriks Metode Analisis Data ... 26 2 Jumlah Penduduk Kecamatan Payung Sekaki Menurut
Kelurahan, Luas, dan Kepadatan Penduduk Tahun 2009 ... 35 3 Jumlah Penduduk Kecamatan Payung Sekaki Menurut Kelurahan
dan Jenis Kelamin Tahun 2009 ... 35 4 Jumlah Penduduk Kecamatan Payung Sekaki Menurut Kelurahan,
Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun
2009 ... 36 5 Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan
dan Kelurahan di Kecamatan Payung Sekaki Tahun 2009... 36 6 Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh Menurut Kelurahan,
Luas, dan Kepadatan Penduduk Tahun 2009 ... 37 7 Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh Menurut Kelurahan dan
Jenis Kelamin Tahun 2009 ... 37 8 Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh Menurut Kelurahan,
Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun
2009 ... 38 9 Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan
dan Kelurahan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2009 ... 38 10 Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Pesisir Menurut
Kelurahan, Luas, dan Kepadatan Penduduk Tahun 2009 ... 39 11 Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Pesisir Menurut Kelurahan
dan Jenis Kelamin Tahun 2009 ... 40 12 Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Pesisir Menurut
Kelurahan, Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah
Tangga Tahun 2009 ... 40 13 Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan
dan Kelurahan di Kecamatan Rumbai Pesisir Tahun 2009 ... 41 14 Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Menurut Kelurahan, Luas,
dan Kepadatan Penduduk Tahun 2009 ... 42 15 Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Menurut Kelurahan dan
xii 16 Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Menurut Kelurahan,
Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun
2009 ... 43
17 Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Rumbai Tahun 2009 ... 43
18 Jumlah Penduduk Kecamatan Senapelan Menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan Penduduk Tahun 2009 ... 44
19 Jumlah Penduduk Kecamatan Senapelan Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun 2009 ... 45
20 Jumlah Penduduk Kecamatan Senapelan Menurut Kelurahan, Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun 2009 ... 45
21 Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Senapelan Tahun 2009 ... 46
22 Harga Jenis-Jenis Tangkapan di Sungai Siak ... 56
23 Nilai Manfaat Ekonomi Ikan dan Udang ... 58
24 Nilai Ekonomi Air Baku PDAM ... 59
25 Nilai Manfaat Langsung Ekosistem Sungai Siak ... 60
26 Nilai Sektor Pengendali Banjir ... 61
xiii DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Nilai Ekonomi Total ... 19
2 Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian ... 24
3 Asal Penduduk ... 47
4 Tingkat Pendidikan ... 48
5 Tingkat Penghasilan ... 49
6 Kondisi Ekosistem Sungai Siak ... 49
7 Perubahan Ekosistem Sungai Siak ... 50
8 Perbaikan Terhadap Ekosistem Sungai Siak ... 52
xiv DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Kuisioner Responden ... 70
2 Peta Hidrologi/Jaringan Sungai Kota Pekanbaru ... 76
3 Nilai Manfaat Nelayan Ikan dan Udang ... 77
4 Nilai Manfaat Nelayan Ikan ... 83
5 Nilai Manfaat Nelayan Ikan Keramba ... 85
6 Nilai Air Baku PDAM ... 86
7 Nilai Manfaat Pilihan ... 88
8 Nilai Manfaat Keberadaan ... 89
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sungai sebagai sumber kehidupan yang ada di bumi yang memiliki banyak manfaat yang berguna bagi kehidupan manusia. Sungai merupakan perairan
mengalir dari tingkatan lebih atas yang menunjukkan bagian hulu dan kemudian mengarah ke bawah yang menunjukkan bagian hilir. Di Indonesia terdapat
sedikitnya 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai, dari 5.590 sungai utama panjang totalnya mencapai 94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS)
mencapai 1.512.466 km2. Sungai juga mempunyai peran dalam menjaga keanekaragaman hayati (biodiversity), nilai ekonomi budaya, transportasi, dan juga pariwisata1.
Walaupun luasannya tidak sebesar laut, tetapi sungai berperan penting dalam kehidupan. Ekosistem sungai sebagai habitat dari makhluk hidup, terdiri
dari berbagai komponen abiotik dan biotik yang saling berkaitan dan saling berinteraksi satu sama lain sehingga membentuk suatu unit yang fungsional. Apabila fungsinya terganggu akan menyebabkan rusaknya keseimbangan alam.
Saat ini pemanfaatan sungai dilakukan secara berlebihan tanpa memikirkan dampak dan akibatnya. Banyak sungai yang rusak dan tercemar
akibat limbah oleh rumah tangga maupun oleh perusahaan–perusahaan atau industri yang ada di sekitar sungai. Rusaknya ekosistem sungai berdampak negatif khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sungai. Ekosistem sungai yang
rusak menyebabkan menurunnya jumlah debit air secara fluktuatif pada musim hujan dan kemarau, penurunan cadangan air serta penurunan jasa lingkungan.
1
2 Sektor ekonomi juga ikut berimbas akibat rusaknya ekosistem sungai. Menurut
perspektif ekonomi, Fauzi (2006) menyatakan pencemaran bukan saja dilihat dari hilangnya nilai ekonomi sumber daya akibat berkurangnya kemampuan sumberdaya namun juga dari dampak pencemaran tersebut terhadap masyarakat.
Penelitian ini dilakukan pada salah satu sungai yang ada di Pulau Sumatera, yaitu Sungai Siak yang berada di Provinsi Riau, yang termasuk ke
dalam sungai strategis secara nasional dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 1.132.776,04 ha dengan panjang 572 km. Selain itu sungai ini juga ditetapkan
sebagai sungai terdalam di Indonesia dengan kedalaman 8-12 m. Kondisi ekosistem Sungai Siak dahulu sangat baik. Seiring bertambahnya waktu mengalami banyak perubahan. Perkembangan penduduk dan ekonomi
mempengaruhi perubahan ekosistem Sungai Siak secara signifikan yang kemudian mendorong berkembangnya kawasan industri dan permukiman.
Masyarakat di bagian hulu sungai bergantung pada sektor pertanian yang lebih dominan terutama usaha tani tanaman semusim dan juga perkebunan rakyat seperti perkebunan kelapa sawit, karet, dan gambir. Di bagian hilir, kehidupan
sosial ekonomi masyarakat lebih beragam, karena adanya kegiatan industri, pertambangan, dan pengangkutan atau jasa transportasi yang semakin memacu
berkembangnya kegiatan perkotaan. Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi dan pusat perdagangan regional, telah mendorong tumbuhnya pusat-pusat perdagangan di sepanjang bagian hilir Sungai Siak.
1.2. Perumusan Masalah
3 menunjang sistem perekonomian di Kota Pekanbaru. Sungai Siak termasuk sungai
yang cukup dalam sehingga dapat dilayari oleh kapal-kapal besar seperti kapal tengker pengangkut minyak maupun kapal peti kemas. Dahulunya Sungai Siak memiliki kedalaman sekitar 30 meter, tetapi akibat adanya sedimentasi
kedalamannya menjadi sekitar 8-12 meter. Maraknya kegiatan penambangan pasir di sungai juga salah satu yang mengakibatkan sedimentasi.
Menurut Fauzi (2006), kontribusi air terhadap pembangunan ekonomi dan sosial sangat vital. Awal peradaban manusia dan lahirnya pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi juga dimulai dari sumber-sumber air, seperti sungai dan mata air. Intinya sungai tidak lepas pengaruhnya dari perekonomian. Kerusakan Sungai Siak berdampak kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penduduk
yang bermatapencaharian nelayan tidak bisa lagi menangkap ikan dan udang karena ikan dan udang yang hidup di Sungai Siak sudah banyak yang punah yang
diakibatkan oleh limbah yang berasal dari pabrik-pabrik yang ada di sekitar sungai. Pencemaran menyebabkan turunnya kualitas air Sungai Siak. Sampah-sampah buangan rumah tangga semakin merusak ekosistem sungai. Terlihat dari
perubahan warna yang hitam kepekatan dan aroma yang tidak sedap.
Meningkatnya kemajuan perekonomian, industri, dan juga teknologi
berdampak bagi ekosistem Sungai Siak. Pertumbuhan ekonomi yang tidak berwawasan lingkungan semakin memperparah kerusakan ekosistem sungai tersebut. Jika dibiarkan lebih lama dan tanpa penanganan yang lebih lanjut maka
4 masyarakat Kota Pekanbaru yang selama ini juga ikut merasakan manfaat dari
sungai tersebut.
Untuk itu perlu dilakukan valuasi ekonomi terhadap ekosistem sungai untuk menghitung besarnya nilai ekonomi total atas manfaat barang dan jasa
ekosistem sungai dan juga untuk mengetahui penilaian serta pandangan masyarakat mengenai keberadaan Sungai Siak. Dilakukan dengan metode valuasi
karena terdapatnya sumberdaya yang memiliki manfaat tangible (manfaat yang sudah terukur) dan intangible (manfaat yang tidak terukur dengan jelas). Menurut
Kementerian Lingkungan Hidup (2010) nilai ekonomi total dari ekosistem sungai merupakan nilai moneter sumber daya alam dan lingkungan yang mencerminkan nilai fungsi yang dimiliki sumberdaya alam dan lingkungan di ekosistem sungai.
Pendekatan nilai ekonomi total sebagai dasar untuk menduga, dimana setiap individu memiliki beberapa nilai untuk ekosistem sungai. Penghitungan
valuasi ekonomi dilakukan agar masyarakat dapat mengetahui fungsi dan manfaat dari ekosistem Sungai Siak yang sesungguhnya tidak hanya sebatas dari manfaat langsung saja. Masyarakat juga dapat memahami dampak serta kegiatan yang
dilakukan menyangkut pemanfaatan ekosistem sungai. Disamping itu, digunakan sebagai pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan serta pemanfaatan
ekosistem sungai agar berkelanjutan dan untuk memotivasi pemerintah serta masyarakat turut berperan dalam mengurangi kerusakan ekosistem sungai.
Berdasarkan uraian diatas, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Bagaimana penilaian masyarakat di sekitar sungai terhadap keberadaan
5 2. Bagaimana preferensi masyarakat di sekitar sungai terhadap kelestarian
ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru?
3. Berapa nilai ekonomi total (total economic value) ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui penilaian masyarakat di sekitar sungai terhadap keberadaan
ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru.
2. Mengetahui preferensi masyarakat di sekitar sungai terhadap kelestarian ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru.
3. Menghitung nilai ekonomi total (total economic value) ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan tersebut, maka hasil penelitian bermanfaat bagi pihak yang terkait antara lain :
1. Penelitian bermanfaat sebagai media penerapan teknik penilaian ekonomi (economic valuation) terhadap pemanfaatan ekosistem sungai.
2. Penelitian ini merupakan suatu syarat bagi peneliti untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai bahan rujukan terhadap aplikasi dan metode-metode kuantitatif dalam menilai manfaat yang bersifat
6 1.5. Batasan Penelitian
Batasan-batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian :
1. Untuk manfaat langsung (direct use value) yang digunakan dalam penelitian ini adalah menghitung nilai tangkapan ikan dan udang, dan nilai air baku.
2. Untuk manfaat tidak langsung (indirect use value) yang digunakan dalam penelitian ini adalah manfaat wilayah atau sektor pengendali banjir.
3. Untuk nilai bukan kegunaan (non-use value) yang dihitung meliputi manfaat keberadaan (existence value) dan manfaat pilihan (option value).
4. Untuk manfaat keberadaan (existence value) yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai keberadaan dari ekosistem sungai.
5. Untuk manfaat pilihan (option value) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) dari ekosistem sungai. 6. Nilai sungai sebagai sarana transportasi tidak dihitung dalam penelitian karena
7 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem
2.1.1. Pengertian Ekosistem
Di alam terdapat organisme hidup (makhluk hidup) dengan lingkungannya
yang tidak hidup saling berinteraksi berhubungan erat tak terpisahkan dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain yang merupakan suatu sistem. Dalam hal
ini makhluk hidup lazim disebut dengan biotik, dari asal kata bi berarti hidup. Lingkungan yang tidak hidup disebut abiotik dari asal kata a dan bi berarti tidak
hidup. Di dalam sistem tersebut terdapat dua aspek penting, yaitu arus energi (aliran energi) dan daur materi atau disebut juga daur mineral atau siklus mineral ataupun siklus bahan disamping adanya sistem informasi. Aliran energi dapat
terlihat dari struktur makanan, keragaman biotik, dan siklus bahan (yakni pertukaran bahan-bahan antara bagian yang hidup dan tidak hidup). Sistem
tersebut disebut ekosistem (Irwan, 2010). Menurut Undang–Undang Lingkungan Hidup (UULH) 1982, ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Jasa ekosistem adalah manfaat yang diperoleh manusia dari suatu ekosistem. Manfaat ini termasuk jasa penyediaan, pengaturan, kultural dan jasa
pendukung. Jasa penyediaan adalah hasil yang diperoleh manusia dari ekosistem, misalnya pangan, kayu bakar, serat, air tawar, dan sumberdaya genetik. Jasa pengaturan adalah manfaat yang diperoleh manusia dari hasil pengaturan proses
8 pengkayaan spiritual, perkembangan kognitif, refleksi, rekreasi, dan pengalaman
estetika. Jasa pendukung adalah jasa yang diperlukan untuk memproduksi semua jasa ekosistem lainnya, misalnya produksi primer, produksi oksigen, dan pembentukan tanah (Millenium Asessment, 2003).
2.1.2. Klasifikasi Ekosistem
Pengelompokan ekosistem yang dikaitkan dengan kegiatan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dapat dibagi menjadi ekosistem alami dan ekosistem buatan (Irwan, 2010). Ekosistem alami adalah ekosistem yang belum
pernah ada campur tangan manusia. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sudah banyak dipengaruhi manusia misalnya Kota Jakarta, atau kota lain, danau buatan, sawah atau ekosistem pertanian. Perbedaan antara ekosistem alami dan
ekosistem buatan akan dijelaskan sebagai berikut : a. Ekosistem Buatan
Komponen-komponennya biasanya kurang lengkap, memerlukan subsidi energi, memerlukan pemeliharaan atau perawatan, mudah terganggu, dan mudah tercemar. Ekosistem buatan lebih rentan terhadap perubahan atau tidak mantap.
b. Ekosistem Alami
Komponen-komponennya lebih lengkap, tidak memerlukan pemeliharaan
atau subsidi energi karena dapat memelihara dan memenuhi diri sendiri, dan selalu dalam keseimbangan. Ekosistem ini lebih mantap, tidak mudah terganggu, tidak mudah tercemar, kecuali jika ada bencana alam. Batas dari suatu ekosistem
9 ekosistem. Dalam hal ini ekosistem dibagi menjadi ekosistem lengkap dan
ekosistem tidak lengkap. Berdasarkan habitat ekosistem dapat dibagi : 1. Ekosistem mangrove.
2. Ekosistem pantai.
3. Sungai dan Danau. 4. Ekosistem rawa gambut.
5. Ekosistem rawa air tawar. 6. Hutan dataran rendah.
7. Hutan dataran rendah yang tidak umum. 8. Gunung.
9. Gua.
Pada dasarnya di Indonesia terdapat empat kelompok utama ekosistem (Irwan, 2010), yaitu:
1. Ekosistem Bahari/Pantai yang terdiri dari : a. Ekosistem Laut Dalam.
b. Pantai Pasir Dangkal.
c. Pantai berbatu-batu. d. Terumbu Karang.
e. Pantai Lumpur. f. Hutan Bakau. g. Hutan Air Payau.
2. Ekosistem Darat Alami
10 Gambut, Komunitas Danau, Vegetasi Pantai Pasir dan Karang, Hutan
Dipterocarpaceae Pamah, Hutan Kerangas, Hutan pada Batu Gamping, dan Hutan Batuan Ultra Basa.
b. Vegetasi pegunungan terdiri dari : Hutan Pegunungan Bawah, Hutan
Pegunungan Atas, Hutan Nothofagus, Hutan Subalpin Bawah, Hutan Subalpin Atas, Padang Rumput Semak Tepi Hutan, Padang Rumput
dengan Paku Pohon, Padang Rumput Merumpun Corprosmabrassii dechampsia klossii, Padang Rumput Merumpun Gaultheria mundula-Poa nivicola, Padang Rumput dan Terna, Vegetasi Lumut-Kerak, Vegetasi
Euphrasia lamiitetramlopium distichum, Vegetasi pada Tebing Batu, Padang Rawa Subalpin, Padang Rumput Rawa Gambut, Vegetasi Perdu
Rawa Gambut, Vegetasi Carpha alpina,Vegetasi Carex gaudichaudiana, Vegetasi Danau, Padang Rumput Alpin Pendek, Padang Rumput Alpin
Merumpun, Komunitas Kerangas Tetramolopium-Rhacomitrium, Komunitas Kerangas Perdu Kerdil, Tundra Alpin Kering, Tundra Alpin Basah.
c. Vegetasi Monsun, yaitu Hutan Monsun, Savana, dan Padang Rumput. 3. Ekosistem Suksesi merupakan ekosistem yang terjadi akibat modifikasi
lingkungan fisik, yang terdiri dari :
Ekosistem Suksesi Primer, Ekosistem Suksesi Sekunder
4. Ekosistem Buatan adalah ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia2, terdiri
dari:
a. Danau, Hutan Tanaman, Hutan kota.
2
11 b. Agroekosistem, yaitu Sawah Tadah Hujan, Sawah Irigasi, Sawah Surjan,
Sawah Rawa, Sawah Pasang Surut, Kolam, Tambak, Kebun, Pekarangan, Perkebunan.
2.2. Sungai
2.2.1. Pengertian Sungai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991, sungai adalah
tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi pada kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya
oleh garis sempadan. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Air, 2006).
2.2.2. Klasifikasi Sungai
Berikut merupakan klasifikasi sungai3, yaitu :
a. Berdasarkan sumber air
1. Sungai Hujan : sumber airnya berasal langsung dari air hujan. Contoh :
sungai-sungai di perbukitan kapur, Gunung Kidul, Yogyakarta.
2. Sungai Gletser : sumber airnya berasal dari salju yang mencair/pencairan es. Contoh : Sungai Memberamo di Papua.
3. Sungai Campuran : sumber airnya berasal dari air hujan dan gletser (es/salju). Contoh : Sungai Memberamo dan Digul di Papua.
3
12 b. Berdasarkan kontinuitas aliran/debit air
1. Sungai Ephemeral : sungai yang mengalir jika hanya ada hujan.
2. Sungai Intermitten : sungai yang mengalir pada musim hujan, sedangkan musim kemarau kering.
3. Sungai Perenial : sungai yang mengalir sepanjang tahun karena musim hujan dan musim kemarau selalu ada. Contoh : sungai-sungai di Sumatera,
Kalimantan, dan Papua.
Sungai ini terdiri dari sungai permanen yang mengalir sepanjang tahun
antara musim hujan dan musim kemarau dengan beda alirannya kecil dan sungai periodik dimana antara musim hujan dan musim kemara beda alirannya besar.
c. Berdasarkan pola aliran 1. Pola aliran radial/menjari
Radial Sentrifugal, pola aliran yang meninggalkan pusat, seperti di
daerah vulkan/gunung berbentuk kerucut.
Radial Sentripetal, pola aliran yang menuju pusat, seperti pada daerah
basin/ledokan.
2. Pola aliran dendritik : pola aliran ini tidak teratur, biasanya terdapat di dataran atau daerah pantai.
3. Pola aliran trellis : merupakan pola aliran sungai yang berbentuk sirip daun trellis, biasanya terdapat pada daerah gunung lipatan.
4. Pola aliran rektangular : merupakan pola aliran sungai yang berbentuk
13 5. Pola aliran annular : pola aliran sungai yang melingkar, biasanya terdapat
di daerah kubah (domes). d. Berdasarkan arah aliran
1. Sungai Konsekuen : sungai yang mengalir sesuai dengan kemiringan
batuan daerah yang dilaluinya. Contoh : Sungai Progo ketika menuruni lereng Gunung Merapi.
2. Sungai Subsekuen : sungai yang alirannya tegak lurus pada sungai konsekuen dan bermuara pada sungai konsekuen. Contoh : Sungai Opak di
Yogyakarta.
3. Sungai Obsekuen : sungai yang mengalir berlawanan dengan arah kemiringan lapisan batuan daerah tersebut dan merupakan anak sungai
subsekuen.
4. Sungai Resekuen : merupakan anak sungai subsekuen dan alirannya
searah/sejajar dengan sungai konsekuen.
5. Sungai Insekuen : sungai yang alirannya teratur dan tidak terikat dengan lapisan batuan yang dilaluinya.
e. Berdasarkan struktur geologi
1. Sungai Anteseden : sungai yang dapat mengimbangi pengangkatan daerah
lapisan batuan yang dilaluinya. Jadi setiap terjadi pengangkatan maka air sungai akan mengikisnya. Contoh : Sungai Oya di Yogyakarta yang mengikis Plato Wonosari.
14 2.2.3. Karakteristik Sungai
Sebuah sungai menurut Mulyanto (2006), dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang berbeda sifat-sifatnya, yaitu :
a. Hulu sungai berarus deras dan turbulent atau torrential river yang dapat
berupa sungai jeram atau rapids river, sungai jalin atau braided river.
b. Sungai alluvial merupakan sungai yang mengalir pada dataran yang
diendapkan oleh sungai itu sendiri.
c. Sungai pasang surut atau tidal river, yaitu sungai yang arus dan tingkatannya
dipengaruhi oleh pasang surut.
d. Muara sungai atau estuary, yaitu perairan yang terhubung bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar.
e. Mulut sungai atau tidal inlet, yaitu bagian laut yang langsung berhubungan dengan muara dimana terjadi interaksi antara gelombang laut dan aliran air
yang keluar masuk melewati muara.
f. Delta sungai yang berupa daratan yang terbentuk oleh sedimentasi di dalam muara dan mulut sungai. Delta ini perlu ditinjau karena berpengaruh terhadap
sifat-sifat sungai dimana delta itu terbentuk di dalam muaranya.
Perbedaan antara sebuah sungai dengan sungai lainnya dapat disebabkan karena :
a. Perubahan waktu, misalnya sebuah sungai akan lebih landai karena proses erosi dan sedimentasi yang terjadi sepanjang waktu.
b. Letak topografis dari sungai dan DAS nya.
15 2.2.4. Fungsi dan Manfaat Sungai
Menurut Mulyanto (2006) ada dua fungsi utama sungai yang diberikan oleh alam kepada sungai, yaitu mengalirkan air dan mengangkut sedimen hasil erosi pada DAS dan alurnya, yang keduanya berlangsung secara bersamaan dan
saling mempengaruhi. a. Mengalirkan Air
Air hujan yang jatuh pada sebuah daerah aliran sungai (DAS) akan terbagi menjadi akumulasi-akumulasi yang tertahan sementara di situ sebagai air tanah
dan air permukaan, serta runoff yang akan memasuki alur sebagai debit sungai dan terus dialirkan ke laut.
b. Mengangkut Sedimen Hasil Erosi pada DAS dan Alurnya
Bersama masuknya runoff ke dalam sungai akan terbawa juga material hasil erosi yang terbawa olehnya.
Material sedimen ini sebagian akan terbawa air banjir keluar alur aliran
untuk diendapkan menjadi dataran alluvial atau di dalam daerah retensi
yang lama-lama akan mengisinya sehingga timbul dataran baru.
Sebagian besar lainnya akan terbawa sampai ke laut atau perairan dimana
sungai bermuara dan diendapkan menjadi delta di situ.
Transportasi sedimen ini tidak akan terjadi langsung dari hulu ke hilir
seketika, tetapi akan terjadi secara berantai di dalam proses pengendapan dan penggerusan yang terjadi di dalam dan di sepanjang alur sungai. Dengan demikian sungai itu disamping menjadi mata rantai didalam siklus hidrologi, juga berperan
16 Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2010), manfaat sungai bagi
manusia adalah sebagai berikut :
a. Sumber air baku air minum (PDAM).
b. Sumber air bagi pengairan wilayah pertanian atau irigasi.
c. Sumber tenaga listrik untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
d. Tempat untuk mengembangbiakkan dan menangkap ikan guna memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani.
e. Tempat rekreasi, melihat keindahan air terjun.
f. Tempat berolahraga, seperti berperahu pada arus deras, lomba dayung.
g. Tempat untuk memenuhi kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari bagi penduduk yang tinggal di tepi sungai, seperti mencuci, mandi, dsb.
h. Sarana pendidikan dan penelitian.
i. Sumber plasma nutfah (keanekaragaman hayati).
j. Tempat ritual kebudayaan.
k. Air baku industri dan pertambangan.
l. Sumber tambang galian C (pasir,kerikil).
m. Penggelontoran.
n. Transportasi air.
o. Pengendali banjir.
p. Pasar terapung.
2.3. Ekosistem Sungai
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2010), sungai termasuk salah satu bagian dari wilayah keairan. Wilayah keairan dapat dibedakan menjadi
17 Sudut pandang yang biasa digunakan dalam pengelompokan jenis wilayah keairan
ini antara lain adalah morfologi, ekologi, dan antropogenik (campur tangan manusia pada wilayah keairan tersebut).
Dari sudut pandang ekologi, secara umum wilayah sungai juga dapat
dimasukkan ke dalam bagian wilayah keairan, baik wilayah keairan diam (tidak mengalir) dan wilayah keairan dinamis (mengalir). Wilayah keairan tidak
mengalir, misalnya danau, telaga, embung, sungai mati, anak sungai yang mengalir hanya pada musim penghujan, rawa, dan lain-lain. Adapun yang
termasuk wilayah keairan yang dinamis atau mengalir adalah sungai permukaan, sungai bawah tanah, laut dengan arus lautnya, dan lain sebagainya (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, wilayah sungai merupakan gabungan dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS).
Sedangkan sistem alur sungai (gabungan antara alur badan sungai dan alur sempadan sungai) merupakan sistem river basin yang membagi DAS menjadi beberapa sub-DAS yang lebih kecil. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah
pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
2.4. Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Nilai dari suatu barang dan jasa sangat membantu seorang individu masyarakat atau organisasi dalam mengambil suatu keputusan. Penilaian ekonomi
18 menunjukkan keperdulian yang kuat terhadap aset sumberdaya alam dan
lingkungan, dapat menjadi pendukung untuk pemihakan/advokasi terhadap kualitas lingkungan, sebagai dasar pembanding secara kuantitatif dalam bentuk moneter terhadap beberapa alternatif pilihan dalam pemutusan suatu kebijakan
atau pemanfaatan dana (NRMP, 2001) dalam (Yunus, 2005).
Penentuan nilai ekonomi sumberdaya alam merupakan hal yang sangat
penting sebagai bahan pertimbangan dalam mengalokasikan sumberdaya alam yang semakin langka, sebagai rekomendasi tertentu pada kegiatan perencanaan
dan pengelolaan (Yunus, 2005). Ada tiga langkah yang dikemukakan oleh Ruitenbeek (1991) dalam menilai suatu ekosistem secara ekonomi, yaitu :
1. Identifikasi manfaat dan fungsi ekosistem.
2. Kuantifikasi segenap manfaat kedalam nilai uang.
3. Pilihan dan evaluasi kebijakan pemanfaatan sumberdaya alam yang
terkandung dalam ekosistem itu.
Untuk menghitung nilai ekonomi total (TEV), dibedakan menjadi nilai kegunaan (use value) dan nilai bukan kegunaan (non-use value). Nilai kegunaan,
19 Sumber : dimodifikasi dari Barton (1994)
Gambar 1. Nilai Ekonomi Total 1. Manfaat langsung (direct use)
Berdasarkan barang dan jasa dari sumberdaya alam dan lingkungan yang
digunakan secara langsung oleh individu (Pearce dan Moran, 1994). Berupa barang yang bernilai konsumtif, seperti produk makanan, kayu untuk bahan bakar atau konstruksi maupun hewan dan barang yang tidak bernilai konsumtif
(non-konsumtif) seperti kegiatan rekreasi, transportasi, dan kebudayaan. Manfaat langsung cenderung lebih sering dimanfaatkan oleh orang yang berkunjung atau
individu yang tinggal di sekitar ekosistem tersebut. 2. Manfaat tidak langsung (indirect use)
Jasa dari suatu sumberdaya alam dan lingkungan yang mengacu pada
20 penghalang badai oleh ekosistem hutan mangrove, penyimpan karbon, dan fungsi
hidrologi dari suatu hutan.
3. Manfaat pilihan (options value)
Nilai dimana individu memiliki keinginan untuk membayar barang dan
jasa dari suatu sumberdaya dan lingkungan untuk melindunginya sebagai pilihan untuk memanfaatkannya di masa yang akan datang (Pearce dan Moran, 1994).
4. Manfaat keberadaan (existence value)
Nilai yang diberikan oleh seorang masyarakat lebih karena keberadaan
dari sumberdaya alam dan lingkungan tanpa harus menggunakannya. Besar nilai ini didasarkan pada persepsi atau anggapan yang dirasakan oleh masyarakat baik dari sisi sosial maupun budaya (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).
5. Manfaat warisan (bequest value)
Suatu manfaat yang dapat diwariskan untuk generasi yang akan datang
(Barton, 1994) dalam (Laksono, 2010). Barang dan jasa dari sumberdaya alam dan lingkungan yang tetap dipertahankan secara turun-temurun hingga kegenerasi selanjutnya.
TEV diukur dengan menggunakan preferensi dari individu. Untuk barang dan jasa yang memiliki nilai pasar, individu menunjukkan preferensinya dengan
membeli barang dan jasa tersebut. Harga yang mereka bayarkan setidaknya merupakan indikator terendah dari willingness to pay (WTP) yang bersedia mereka bayarkan atas manfaat yang diperoleh dari barang dan jasa. Untuk
21 2.5. Konsep Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Valuasi ekonomi adalah nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu sumberdaya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya sehingga alokasi dan
alternatif penggunaannya dapat ditentukan secara benar dan mengenai sasaran. Valuasi ekonomi dilakukan karena sumberdaya bersifat public good, terbuka dan
tidak mengikuti hukum kepemilikan dan tidak ada mekanisme pasar dimana harga dapat berperan sebagai instrumen penyeimbang antara permintaan dan penawaran.
Selain itu, manusia dipandang sebagai homoeconomicus yang cenderung memaksimalkan manfaat total (Kusumastanto, 2000) dalam (Putrantomo, 2010).
Menurut (Suparmoko, 2000) ada beberapa alasan mengapa satuan moneter
diperlukan dalam valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. Tiga alasan utamanya adalah :
1. Satuan moneter dapat digunakan untuk menilai tingkat kepedulian seseorang terhadap lingkungan.
2. Satuan moneter dapat dari manfaat dan biaya sumberdaya alam dan
lingkungan sehingga menjadi pendukung untuk keberpihakan terhadap kualitas lingkungan.
3. Satuan moneter dapat dijadikan sebagai bahan pembanding secara kuantitatif terhadap beberapa alternatif suatu kebijakan tertentu termasuk pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan.
22 kerugian yang berkaitan dengan berbagai pilihan kebijakan dan program
pengelolaan sumberdaya alam sekaligus bermanfaat dalam menciptakan keadilan dalam distribusi manfaat sumberdaya alam (Yunus, 2005). Valuasi ekonomi dengan menggunakan nilai uang sebagai indikasi penerimaan dan kehilangan
23 III. KERANGKA PEMIKIRAN
Pemanfaatan ekosistem Sungai Siak yang tidak berkelanjutan menyebabkan banyak terjadi kerusakan-kerusakan. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap ekosistem sungai. Penilaian atau persepsi
masyarakat sekitar sungai terhadap Sungai Siak sangat penting karena dengan mengetahui penilaian dari masyarakat dapat dilihat sejauhmana pemahaman
masyarakat mengenai pentingnya keberadaan sungai.
Dengan melakukan pendekatan valuasi ekonomi yaitu mengidentifikasikan
manfaat yang ada pada ekosistem Sungai Siak, menghitung nilai ekonomi total (total economic value) yang terdiri dari nilai kegunaan (use value) dan nilai bukan kegunaan (non-use value). Pendekatan ini tidak hanya menilai dari barang dan
jasa yang memiliki nilai pasar (moneter) saja, tetapi juga untuk barang dan jasa yang tidak memiliki pasar. Identifikasi manfaat dari ekosistem sungai dilakukan
secara langsung dengan melihat barang dan jasa yang ada ditempat tersebut. Sebagian besar masyarakat hanya mengetahui pemanfaatan sungai hanya secara langsung saja, untuk itu dilakukan analisis untuk mengetahui preferensi
masyarakat terhadap kelestarian dari ekosistem sungai. Penggalian manfaat-manfaat yang ada pada ekosistem sungai diharapkan dapat meningkatkan nilai
serta manfaat dari sungai serta pemahaman masyarakat yang tinggal di sekitar sungai dan juga sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan ekosistem sungai. Diagram kerangka operasional valuasi ekonomi ekosistem Sungai Siak di Kota
24
Gambar 2. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Bahasan dalam penelitian
25 IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk
dalam 13 sungai prioritas utama di Indonesia. Mempertimbangkan Sungai Siak sebagai sungai yang mengalir di Kota Pekanbaru dan pusat jalur perekonomian
regional yang sedang berkembang pesat. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2011.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara
kepada responden dengan bantuan kuesioner, observasi secara langsung dengan mengamati dan mencatat hasil pengamatan di lapangan. Data sekunder bersumber
dari dinas dan instansi yang terkait, studi pustaka mengenai literatur–literatur tentang karakteristik ekosistem sungai.
4.3. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dimana pengambilan sampel dilakukan dengan
melakukan pertimbangan tertentu dan secara sengaja sesuai dengan tujuan penelitian. Metode ini dilakukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Siak. Jumlah responden yang diambil sebanyak 65 responden dengan
26 digunakan yaitu sebanyak 10 % dari jumlah populasi. Jika populasinya besar
maka sampel yang diambil dapat kurang dari 10 %.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Tabel 1. Matriks Analisis Data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data Jenis Data 1 Mengetahui penilaian
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan penilaian masyarakat mengenai keberadaan dari ekosistem sungai serta untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap kelestarian dari ekosistem sungai. Selain itu, analisis
27 4.4.2. Analisis Valuasi Ekonomi
Nilai ekonomi total terdiri dari dua bagian, yaitu nilai kegunaan (use value) dan nilai bukan kegunaan (non-use value). Untuk menghitung nilai ekonomi total (total economic value) menurut Pearce and Moran (1994) dari
ekosistem Sungai Siak digunakan rumus sebagai berikut : TEV = UV + NUV
TEV = (DUV + IUV) + (OV + EV) Keterangan :
TEV = Total economic value (nilai ekonomi total)
UV = Use value (nilai kegunaan)
NUV = Non use value (nilai bukan kegunaan) DUI = Direct use value (manfaat langsung)
IUV = Indirect use value (manfaat tidak langsung) OV = Option value (manfaat pilihan)
EV = Existence value (manfaat keberadaan) Nilai Kegunaan (use value) terdiri dari :
1) Manfaat langsung (direct use value)
Untuk memperoleh manfaat langsung digunakan rumus :
∑
Keterangan :
DUV = Direct use value
DUVi = Manfaat langsung ke i sampai ke n
28 2) Manfaat tidak langsung (indirect use value)
Untuk menghitung manfaat tidak langsung digunakan rumus :
∑
Keterangan :
IUV = Indirect use value
IUVi = Manfaat tidak langsung ke i sampai ke n
i = Jumlah manfaat tidak langsung (1, 2, 3….n)
Nilai Bukan Kegunaan (non- use value) terdiri dari : 1) Manfaat pilihan (option value)
Untuk memperoleh manfaat pilihan digunakan rumus :
∑
Keterangan :
OV = Option value
WTPi = Willingness to pay dari responden ke i sampai ke n
i = Responden (1, 2, 3,….n)
2) Manfaat keberadaan (existence value)
Untuk memperoleh manfaat keberadaan digunakan rumus :
∑
Keterangan :
EV = Existence value
WTPi = Willingness to pay dari responden ke i sampai ke n
29 4.4.2.1. Contingent Valuation Method
CVM adalah teknik yang sering digunakan untuk menilai manfaat yang tidak memiliki pasar (non-market value) yang diperoleh dari barang dan jasa lingkungan. Metode ini menggunakan teknik berbasis survei yang memperkirakan
manfaat sosial yang diberikan akibat perubahan pada tingkat barang dan jasa lingkungan pada pasar sehingga barang dan jasa lingkungan tersebut tersedia
untuk dikonsumsi (Hitzhusen, 2007). Metode CVM yang digunakan WTP (willingness to pay), yaitu berdasarkan kesediaan untuk membayar dari responden
terhadap nilai bukan kegunaan (non-use value) dari ekosistem sungai yang terdiri dari manfaat keberadaan (existence value) dan manfaat pilihan (option value). Berikut tahapan untuk menentukan WTP (willingness to pay) :
1. Membuat Pasar Hipotesis
Membuat hipotesis pasar mengenai ekosistem sungai yang akan
dievaluasi. Pasar hipotetik berguna untuk membangun suatu alasan bagi masyarakat untuk membayar suatu barang atau jasa lingkungan dimana barang atau jasa lingkungan tersebut tidak memiliki nilai dalam mata uang. Dengan
melakukan wawancara menggunakan kuisioner, kuisioner berisi informasi lengkap mengenai kondisi ekosistem sungai.
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP
Nilai penawaran didapatkan dengan menggunakan rujukan dari jurnal asing. Untuk mendapatkan besarnya nilai penawaran maka digunakan metode
30 memperoleh WTP atau nilai maksimum keinginan untuk membayar atas nilai
bukan kegunaan (non-use value) dari ekosistem sungai. 3. Menghitung nilai rataan (mean) WTP
Menghitung nilai rataan WTP setiap individu yang disurvei. Nilai ini
diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nilai WTP yang kemudian dibagi dengan jumlah responden.
4. Penjumlahan Data
Pada penjumlahan data dimana nilai rata–rata penawaran dikonversikan
terhadap total kepala keluarga yang ada di ekosistem Sungai Siak. 4.4.2.2. Metode Nilai Pasar
Metode ini digunakan untuk menghitung manfaat langsung dari ekosistem
sungai yang memiliki harga pasar, seperti hasil tangkapan ikan, hasil tangkapan udang, dan air baku. Data-data yang diperlukan untuk menghitung manfaat ikan
maupun udang adalah banyaknya tangkapan ikan dan udang, harga dari masing-masing tangkapan kemudian biaya (cost) yang dikeluarkan untuk mendapatkan ikan maupun udang.
NM =∑{ – }
={(X1P1) - (X1C1) + (X2P2) - (X2C2)} Keterangan :
NM = Nilai manfaat dari tangkapan ikan dan udang (rupiah/kg/tahun)
X1 = Tangkapan ikan (kg/tahun) X2 = Tangkapan udang (kg/tahun) P1 = Harga ikan (rupiah/kg)
P2 = Harga udang (rupiah/kg)
31 C2 = Biaya penangkapan udang (rupiah)
Jumlah/hasil tangkapan dan biaya (cost) diperoleh dengan wawancara kepada responden menggunakan kuisioner. Harga pasar dari hasil tangkapan diperoleh dari survei harga pada pasar setempat sedangkan nilai air baku (NAB),
data–data yang dibutuhkan adalah harga dasar air dan biaya (cost) yang dikeluarkan untuk mendapatkan air.
∑
Keterangan :
NAB = Nilai air baku (rupiah/m3) Pj = Harga air (rupiah/m3)
Cij = Biaya (rupiah/m3)
4.4.2.3. Metode Biaya Pengganti
Dalam hal ini, metode penggantian digunakan untuk memperkirakan biaya penggantian dari ekosistem sungai yang terkena dampak. Bangunan pengendali banjir yang dibangun di pinggiran sungai terdiri dari beberapa wilayah sektor
dimana masing-masing sektor terdiri dari tanggul banjir, pompa banjir, pintu air, saluran banjir, bangunan pelengkap, pengamanan tebing yang berguna untuk
mencegah rembesan air sungai pada tanah dan juga untuk melindungi properti yang ada di sekitar sungai. Jadi biaya pengganti untuk ekosistem sungai dihitung
32 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH
5.1. Keadaan Umum Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Pekanbaru terletak pada koordinat 101°14’- 101°34’ Bujur Timur dan 0° 25’- 0° 45’ Lintang Utara, dengan batas
administrasi :
Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar Selatan : Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan
Timur : Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan Barat : Kabupaten Kampar
Jumlah penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2009 sebesar 802.788 jiwa
yang terdiri dari 403.900 jiwa laki-laki dan 398.888 jiwa perempuan. Dengan luas wilayah sebesar 632,26 km2 berdasarkan pengukuran/pematokan di lapangan oleh
Badan Pertanahan Nasional (BPN) Tingkat I Riau (Pekanbaru dalam Angka, 2010). Kota Pekanbaru berada pada posisi yang strategis sebagai jalur transportasi karena terdapat Sungai Siak sebagai jalur pelayaran yang sempit dan strategis
yang merupakan jalur pelayaran nasional dan internasional dengan kunjungan kapal yang relatif padat yang membawa bahan kebutuhan pokok serta kegiatan
ekonomi dari masyarakat Provinsi Riau.
5.2. Kondisi dan Pemanfaatan Sungai Siak
Di sepanjang bantaran Sungai Siak di Kota Pekanbaru sudah padat oleh
33 transportasi juga sebagai sumber air minum dan sumber air bagi industri. Sungai
Siak mempunyai kedalaman rata-rata 8-12 meter, lebar 100-150 meter (Status Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru, 2007) dan kecepatan arus sebesar 4 meter per detik dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sebesar 65.653,84 ha.
Perairan Sungai Siak dipengaruhi oleh pasang surut dari muaranya dan juga dipenuhi oleh anak-anak sungai yang berasal dari daerah rawa gambut
disekitarnya. Hal ini menyebabkan warna air Sungai Siak menjadi coklat kemerahan dan umumnya bersifat asam dengan pH 4,5-6. Sungai ini mengalir dari
barat ke timur serta memiliki beberapa anak sungai (Lampiran 2), yaitu : 1. Sungai Umban Sari
2. Sungai Sago
3. Sungai Sibam 4. Sungai Air Hitam
5. Sungai Teleju 6. Sungai Sail 7. Sungai Senapelan
8. Sungai Limau
9. Sungai Tanjung Datuk
10.Sungai Tenayan 11.Sungai Pangambangan 12.Sungai Setukul
34 Pemanfaatan dari Sungai Siak, antara lain :
1. Sumber air bersih bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Siak 2. Sumber air baku bagi PDAM Pekanbaru
3. Sumber air baku bagi industri
4. Sumber mata pencaharian bagi nelayan di sepanjang Sungai Siak 5. Sarana transportasi sungai
Pemanfaatan Sungai Siak sebagai sarana transportasi seperti yang dilakukan masyarakat sejak dulu merupakan alternatif yang cukup baik karena
merupakan alat transportasi yang murah dan efisien. Transportasi sungai tidak memerlukan perkerasan dan pengaspalan seperti transportasi darat dengan biaya yang sangat mahal. Kegiatan transportasi air di Sungai Siak sangat beragam,
diantaranya untuk angkutan umum, angkutan kayu, angkutan minyak, angkutan barang, perahu-perahu nelayan, dan juga kapal kontainer.
5.3. Keadaan Umum Kecamatan yang Dilalui Sungai Siak di Kota Pekanbaru
Sungai Siak melalui beberapa kecamatan di Kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru terdiri dari 12 wilayah kecamatan dengan 58 kelurahan, kecamatan yang dilalui Sungai Siak hanya 5 kecamatan dengan 12 kelurahan. Berikut adalah
kecamatan yang dilalui oleh Sungai Siak : 1. Kecamatan Payung Sekaki
2. Kecamatan Lima Puluh 3. Kecamatan Rumbai
4. Kecamatan Rumbai Pesisir
35 5.3.1. Kecamatan Payung Sekaki
Kecamatan Payung Sekaki memiliki luas sebesar 15,19 km2, terdiri dari dua kelurahan yang dilalui Sungai Siak, yaitu Kelurahan Tampan dan Kelurahan Air Hitam. Wilayah ini merupakan endapan sungai dan rawa yang sebagian besar
merupakan daerah rawan genangan dan banjir. Jumlah penduduk di Kecamatan Payung Sekaki sebanyak 26.960 jiwa (Kecamatan Payung Sekaki dalam Angka,
2010). Berikut data luas, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk (Tabel 2).
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Payung Sekaki Menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan PendudukTahun 2009
Kelurahan Luas (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Tiap km2
Tampan 9,73 19.979 2.053
Air Hitam 5,46 6.981 1.278
Sumber : Kantor Camat Payung Sekaki, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, pada Kelurahan Tampan
penduduk laki laki sebanyak 9.954 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 10.025 jiwa. Pada kelurahan Air Hitam penduduk laki-laki sebanyak 3.398 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 3.583 jiwa. Jumlah penduduk yang ada di
Kelurahan Tampan lebih banyak dari penduduk yang ada di Kelurahan Air Hitam (Tabel 3).
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Payung Sekaki Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun 2009
Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
Tampan 9.954 10.025 19.979
Air Hitam 3.398 3.583 6.981
36 Hitam, dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebanyak 5 jiwa dari kedua
kelurahan tersebut (Tabel 4).
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Payung Sekaki Menurut Kelurahan, Rumah Tangga dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun 2009
Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga
Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga
Tampan 19.979 3.965 5
Air Hitam 6.981 1.435 5
Sumber : Kantor Camat Payung Sekaki, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jenis Pekerjaan di kecamatan ini beragam mulai dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, pertanian lainnya, industri pengolahan, dan lain sebagainya. Berikut jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
menurut lapangan pekerjaan dari Kelurahan Tampan dan Kelurahan Air Hitam (Tabel 5).
Tabel 5. Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Payung Sekaki Tahun 2009
Sumber : Kantor Camat Payung Sekaki, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010
Lapangan Pekerjaan Kelurahan
Perdagangan 7.832 1.161
Jasa 2.657 1.362
Angkutan 3.826 1.247
37 5.3.2. Kecamatan Lima Puluh
Kecamatan Lima Puluh terdiri dari dua kelurahan yang dilalui Sungai Siak, yaitu Kelurahan Tanjung Rhu dan Kelurahan Pesisir dengan luas wilayah sebesar 2,54 km2. Wilayah ini juga merupakan endapan sungai dan rawa yang
sebagian besar merupakan daerah rawan genangan dan banjir. Kepadatan penduduk tiap kilometer dari Kelurahan Tanjung Rhu sebanyak 10.040 jiwa dan
Kelurahan Pesisir sebanyak 12.142 jiwa. Berdasarkan Tabel 6 jumlah penduduk yang ada pada dua kelurahan ini sebanyak 27.310 jiwa (Kecamatan Lima Puluh
dalam Angka, 2010).
Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan PendudukTahun 2009
Kelurahan Luas (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Tiap km2
Tanjung Rhu 1,68 16.868 10.040
Pesisir 0,86 10.442 12.142
Sumber : Kantor Camat Lima Puluh, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010
Jumlah penduduk (Tabel 7) pada Kelurahan Tanjung Rhu lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada pada Kelurahan Pesisir.
Penduduk yang ada pada Kelurahan Tanjung Rhu sebanyak 16.868 jiwa dan penduduk yang ada pada Kelurahan Pesisir sebanyak 10.442 jiwa.
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009
Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Tanjung Rhu 8.345 8.523 16.868
Pesisir 5.165 5.277 10.442
38 Jumlah rumah tangga yang ada pada Kelurahan Tanjung Rhu sebanyak
3.745 Kepala Keluarga (KK) dan Kelurahan Pesisir sebanyak 2.258 KK. Rata-rata jiwa per rumah tangga dari kedua kelurahan tersebut sebanyak 5 jiwa (Tabel 8).
Tabel 8. Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh Menurut Kelurahan, Rumah Tangga dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun 2009
Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga
Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga
Tanjung Rhu 16.868 3.745 5
Pesisir 42.759 2.258 5
Sumber : Kantor Camat Lima Puluh, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010
Jenis pekerjaan dari penduduk sangat beragam, terdiri dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan lain sebagainya.
Mayoritas pekerjaan dari masyarakat usia 15 tahun keatas yang ada pada Kelurahan Tanjung Rhu dan Kelurahan Pesisir dalam bidang perdagangan. Pada
Kelurahan Tanjung Rhu sebanyak 4.831 jiwa sedangkan pada Kelurahan Pesisir sebanyak 3.230 jiwa (Tabel 9).
Tabel 9. Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2009
Lapangan Pekerjaan Kelurahan
Perdagangan 4.831 3.230
Jasa 3.480 1.580
Angkutan 570 683
Lainnya 1.705 1.303
39 5.3.3. Kecamatan Rumbai Pesisir
Kecamatan Rumbai Pesisir yang dilalui oleh Sungai Siak terdiri dari tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Meranti Pandak, Kelurahan Tebing Tinggi Okura, dan Kelurahan Limbungan. Total luas wilayah dari ketiga kelurahan sebesar 149,36
km2 dengan total jumlah penduduk sebanyak 29.617 jiwa (Kecamatan Rumbai Pesisir dalam Angka, 2010). Morfologi wilayah ini merupakan wilayah yang
terbentuk dari endapan sungai dan rawa yang rawan terhadap banjir. Kepadatan penduduk tiap kilometer berbeda-beda, Kelurahan Tebing Tinggi Okura memiliki
jumlah kepadatan yang paling kecil dibandingkan dua kelurahan lainnya, yaitu 35 jiwa per km2 sedangkan Kelurahan Meranti Pandak memiliki tingkat kepadatan yang paling besar dibandingkan dua kelurahan lainnya, yaitu sebesar 3.643 jiwa
per km2 (Tabel 10).
Tabel 10. Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Pesisir Menurut Kelurahan, Luas, dan Kepadatan PendudukTahun 2009
Kelurahan Luas (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Tiap km2
Meranti Pandak 3,88 14.100 3.643
Tebing Tinggi Okura 140 4.963 35
Limbungan 5,48 10.554 1.926
Sumber : Kantor Camat Rumbai Pesisir, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, pada Kelurahan Meranti Pandak jumlah penduduk laki-laki sebanyak 7.271 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 6.829 jiwa. Kelurahan Tebing Tinggi Okura, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.299 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 6.829 jiwa. Kelurahan Limbungan, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.157 jiwa dan
40 Pandak lebih besar dibandingkan dengan penduduk yang ada pada dua kelurahan
lainnya (Tabel 11).
Tabel 11. Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Pesisir Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun 2009
Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Meranti Pandak 7.271 6.829 14.100
Tebing Tinggi Okura 2.299 2.664 4.963
Limbungan 5.157 5.397 10.554
Sumber : Kantor Camat Rumbai Pesisir, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Jumlah rumah tangga (Tabel 12) yang paling besar pada Kelurahan Meranti Pandak dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.820 Kepala Keluarga
(KK) dan jumlah rumah tangga yang paling kecil pada Kelurahan Tebing Tinggi Okura sebanyak 1.241 KK. Kelurahan Tebing Tinggi Okura dan Kelurahan Limbungan memiliki rata-rata jiwa per rumah tangga yang sama, yaitu 4 jiwa.
Tabel 12. Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Pesisir Menurut Kelurahan, Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun 2009
Sumber : Kantor Camat Rumbai Pesisir, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 Mayoritas pekerjaan dari penduduk usia 15 tahun keatas (Tabel 13) pada Kelurahan Meranti Pandak dan Kelurahan Limbungan dalam bidang perdagangan.
41 mayoritas pekerjaan dari masyarakat dalam bidang perkebunan sebanyak 1.100
jiwa.
Tabel 13. Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Rumbai Pesisir Tahun 2009
Lapangan Pekerjaan
Kelurahan Meranti
Pandak
Tebing Tinggi
Okura Limbungan
Pertanian Tanaman Pangan 2 7 3
Perkebunan 40 1.100 160
Perikanan 160 95 230
Peternakan 100 159 320
Pertanian lainnya 200 199 455
Industri pengolahan 305 190 737
Perdagangan 3.800 740 3.205
Jasa 2.467 689 1.825
Angkutan 2.062 185 530
Lainnya 589 350 381
Sumber : Kantor Camat Rumbai Pesisir, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010 5.3.4. Kecamatan Rumbai
Kecamatan Rumbai memiliki luas sebesar 4,291 km2, yang terdiri dari dua
kelurahan, yaitu Kelurahan Sri Meranti dan Kelurarahan Palas. Kecamatan ini juga merupakan daerah yang rawan genangan dan banjir. Jumlah penduduk yang
ada pada dua kelurahan ini sebanyak 20.905 jiwa (Kecamatan Rumbai dalam Angka, 2010) dengan kepadatan tiap kilometer untuk Kelurahan Sri Meranti 1.639
42 Tabel 14. Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Menurut Kelurahan, Luas,
dan Kepadatan PendudukTahun 2009
Kelurahan Luas (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan tiap km2
Sri Meranti 0,859 14.083 1.639
Palas 3,432 6.822 199
Sumber : Kantor Camat Rumbai, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010
Berdasarkan jenis kelamin, penduduk di Kelurahan Sri Meranti yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7.353 jiwa dan perempuan sebanyak 6.730 jiwa. Pada Kelurahan Palas sebanyak 3.691 jiwa laki-laki dan 3.131 jiwa
perempuan. Berikut pembagian jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin (Tabel 15).
Tabel 15. Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Tahun 2009
Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
Sri Meranti 7.353 6.730 14.083
Palas 3.691 3.131 6.822
Sumber : Kantor Camat Rumbai, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010
Jumlah rumah tangga yang ada di masing-masing kelurahan, yaitu 3.506
KK pada Kelurahan Sri Meranti dan 1.819 KK pada Kelurahan Palas dimana jumlah penduduk Kelurahan Sri Meranti lebih banyak daripada jumlah penduduk
43 Tabel 16. Jumlah Penduduk Kecamatan Rumbai Menurut Kelurahan,
Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun 2009
Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga
Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga
Sri Meranti 14.083 3.506 4
Palas 6.822 1.819 4
Sumber : Kantor Camat Rumbai, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010
Lapangan pekerjaan yang ada di kecamatan ini beragam mulai dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, pertanian lainnya,
industri pengolahan, perdagangan, jasa, angkutan, dan lainnya. Berdasarkan Tabel 17, jumlah penduduk usia 15 tahun keatas menurut lapangan pekerjaan dan kelurahan, pada Kelurahan Sri Meranti mayoritas jenis pekerjaan penduduk dalam
bidang jasa sebanyak 1.952 jiwa dan pada Kelurahan Palas mayoritas pekerjaan penduduk dalam bidang perdagangan sebanyak 1.092 jiwa.
Tabel 17. Jumlah Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Kelurahan di Kecamatan Rumbai Tahun 2009
Lapangan Pekerjaan Kelurahan
Perdagangan 1.769 1.093
Jasa 1.952 914
Angkutan 715 352
Lainnya 412 172
44 5.3.5. Kecamatan Senapelan
Kecamatan Senapelan terdiri dari tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Kampung Dalam, Kelurahan Kampung Bandar, dan Kelurahan Kampung Baru dengan luas total wilayah sebesar 2,84 km2. Daerah ini sama seperti empat
kecamatan diatas, yang merupakan daerah yang terbentuk dari endapan sungai dan rawa serta rawan banjir dan genangan lokal. Jumlah penduduk dari tiga
kelurahan yang ada di kecamatan ini sebanyak 16.699 jiwa (Kecamatan Senapelan dalam Angka, 2010). Kelurahan Kampung Baru memiliki kepadatan penduduk
yang paling besar dibandingkan dua kelurahan lainnya sebanyak 8.412 jiwa per km2 sedangkan Kelurahan Bandar memiliki kepadatan penduduk yang paling kecil sebanyak 4.281 jiwa per km2 (Tabel 8).
Tabel 18. Jumlah Penduduk Kecamatan Senapelan Menurut Kelurahan,
Luas, dan Kepadatan PendudukTahun 2009
Kelurahan Luas (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Tiap Km2
Kampung Dalam 0,68 3.445 5.066
Kampung Bandar 1,19 5.094 4.281
Kampung Baru 0,97 8.160 8.412
Sumber : Kantor Camat Senapelan, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010
Jumlah penduduk (Tabel 19) berdasarkan jenis kelamin pada Kelurahan
Kampung Dalam sebanyak 1.775 jiwa laki-laki dan 1.670 jiwa perempuan. Pada Kelurahan Kampung Bandar, penduduk laki-laki sebanyak 2.604 jiwa dan
45 Tabel 19. Jumlah Penduduk Kecamatan Senapelan Menurut Kelurahan dan
Jenis Kelamin Tahun 2009
Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
Kampung Dalam 1.775 1.670 3.445
Kampung Bandar 2.604 2.490 5.094
Kampung Baru 4.060 4.100 8.160
Sumber : Kantor Camat Senapelan, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010
Pada Kelurahan Kampung Dalam jumlah rumah tangga sebanyak 689 Kepala Keluarga (KK), Kelurahan Kampung Bandar sebanyak 1.019 KK, dan
Kelurahan Kampung baru sebanyak 8.160 KK. Tiga kelurahan tersebut memiliki rata-rata jiwa per rumah tangga yang sama, yaitu 5 jiwa per rumah tangga (Tabel
20).
Tabel 20. Jumlah Penduduk Kecamatan Senapelan Menurut Kelurahan, Rumah Tangga, dan Rata-Rata Jiwa per Rumah Tangga Tahun 2009
Sumber : Kantor Camat Senapelan, Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2010
Berdasarkan lapangan pekerjaan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
(Tabel 21), mayoritas pekerjaan dari ketiga kelurahan yang ada pada Kecamatan Senapelan dalam bidang jasa. Penduduk Kelurahan Kampung Baru yang bekerja