• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pemberian Sinbiotik Teknis dengan Dosis Berbeda pada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopanaeus vannamei) di Tambak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pemberian Sinbiotik Teknis dengan Dosis Berbeda pada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopanaeus vannamei) di Tambak"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN SINBIOTIK TEKNIS DENGAN

DOSIS BERBEDA PADA PEMELIHARAAN UDANG

VANAME (

Litopanaeus vannamei

) DI TAMBAK

RIZKI PRASETO

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Pemberian Sinbiotik Teknis dengan Dosis Berbeda pada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopanaeus vannamei) di Tambak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Rizki Praseto

(4)

ABSTRAK

RIZKI PRASETO. Efektivitas Pemberian Sinbiotik Teknis dengan Dosis Berbeda pada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopanaeus vannamei) di Tambak. Dibimbing oleh SUKENDA dan WIDANARNI.

Permintaan terhadap udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang semakin meningkat membuat sistem budidaya udang harus menggunakan sistem budidaya intensif. Namun dengan menggunakan sistem intensif pada budidaya udang vaname dapat meningkatkan peluang timbulnya penyakit yang menyebabkan produksi udang vaname dapat menurun. Penggunaan sinbiotik metode yang sederhana merupakan salah satu solusi dalam mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan sinbiotik teknis dengan dosis berbeda terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vaname yang dipelihara di tambak. Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari empat perlakuan yaitu perlakuan K (kontrol), perlakuan A (probiotik 0,5% dan prebiotik 1%), perlakuan B (probiotik 1% dan prebiotik 2%), dan perlakuan C (probiotik 2% dan prebiotik 4%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sinbiotik pada semua perlakuan memiliki nilai sintasan, laju pertumbuhan, rasio konversi pakan, size, dan biomassa panen yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Anova (p>0,05). Akan tetapi berdasarkan analisa usaha perlakuan sinbiotik A memberikan keuntungan lebih tinggi (Rp10.230,00) dibandingkan dengan perlakuan kontrol (Rp9.707,00).

Kata kunci: Litopenaeus vannamei, sinbiotik, media teknis

ABSTRACT

RIZKI PRASETO. Effectiveness Of Different doses on Technical Sinbiotic Maintenance White Shrimp (Litopanaeus vannamei) in shrimp pond. Supervised by SUKENDA and WIDANARNI.

Demand for white shrimp (Litopenaeus vannamei) increasing to make the system of shrimp culture should be using the system intensive cultivation. However, by using a system of intensive white shrimp culture can increase the chances of the disease that causes the production of white shrimp may decline. Used sinbiotic simple method was one solution to the problem. This study aimed to test the effectiveness of the use of technical sinbiotik with different doses on the survival and growth of white shrimp was kept in ponds. The treatment in this study consisted of four treatments where treatment K (control), treatment A (probiotic 0.5% and prebiotics 1%), treatment B (probiotics 1% and prebiotics 2%), and treatment C (probiotics 2% and prebiotics 4%). The results showed that administration of sinbiotic on all treatments have survival rate, growth rate, feed conversion ratio, size, and biomass yields were not significantly different by Anova test (p> 0.05). However, based on analysis of business treatment sinbiotik A gives higher profits (Rp10.230,00) compared to the control treatment (Rp9.707,00).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

EFEKTIVITAS PEMBERIAN SINBIOTIK TEKNIS DENGAN

DOSIS BERBEDA PADA PEMELIHARAAN UDANG

VANAME (

Litopanaeus vannamei

) DI TAMBAK

RIZKI PRASETO

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Efektivitas Pemberian Sinbiotik Teknis dengan Dosis Berbeda pada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopanaeus vannamei) di Tambak Nama : Rizki Praseto

NIM : C14090063

Disetujui oleh

Dr Ir Sukenda, M.Sc Pembimbing I

Dr Ir Widanarni, M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, M.Sc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Efektivitas Pemberian Sinbiotik Teknis dengan Dosis Berbeda pada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopanaeus vannamei) di Tambak".

Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr Ir Sukenda, MSc dan Ibu Dr Ir Widanarni, MSi selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan selama pengerjaan penelitian ini.

2. Ibu Yuni Puji Hastuti, SPi MSi dan Bapak Ir Dadang Shafruddin, MS selaku dosen penguji tamu dan komisi pendidikan S1 departemen budidaya perairan yang telah banyak memberikan kritik dan saran-sarannya.

3. Bapak Dr Ir Odang Carman, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan, semangat dan motivasi.

4. Bapak Ahmad Syaefudin, Bapak Riyono, serta para staf Tambak Pinang Gading, Bakauheni, Lampung yang telah membantu selama pengumpulan data.

5. Keluargaku tercinta terutama ayah, ibu dan adik tersayang (Hilda Melani) serta keluarga besar yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

6. Bapak Ranta, Bapak Marjanta, Mba Yuli, Mba Ovi, Ka Rahman, Kang Adna, serta semua staf Departemen Budidaya Perairan

7. Ka Titi, Ka Jeni, Ka Nurlita, Doni, Galih, Fahrul, Reza, Devi, Fierco, Wahyu, Zubed, Wiwik, Ami, Arif, Iin, Soya, Chacha, Ikhsan, serta rekan-rekan BDP 45, 46, dan 47 yang telah banyak memberikan pengalaman-pengalaman indah selama penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat sesuai dengan yang diharapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Materi Uji 2

Rancangan Percobaan 4

Prosedur Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil 6

Pembahasan 10

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rancangan perlakuan pemberian sinbiotik 4

Tabel 2 Satuan dan alat ukur kualitas air 5

Tabel 3 Hasli pengamatan kualitas air 8

Tabel 4 Analisa usaha pada akhir pengamatan 10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Sintasan udang vaname pada akhir pemeliharaan 7

Gambar 2 Laju pertumbuhan harian udang vaname 7

Gambar 3 Rasio konversi pakan udang vaname 8

Gambar 4 Size udang vaname pada akhir pemeliharaan 9 Gambar 5 Biomassa udang vaname pada akhir pemeliharaan 9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Layout apa pada petak tambak 15

Lampiran 2 Hasil uji oligosakarida pada tepung ubi sukuh metode rebus 16

Lampiran 3 Rincian Analisa Usaha 20

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2010 udang vaname (Litopanaeus vannamei) merupakan salah satu dari lima komoditas unggulan marikultur di Indonesia. KKP menetapkan target produksi udang vaname meningkat sampai 209% dari tahun 2009-2014, dengan ini maka peningkatan produksi harus terjadi dari 244.650 ton pada tahun 2009 menjadi 511.000 ton pada tahun 2014. Untuk memenuhi target produksi tersebut maka diperlukan budidaya udang secara intensif. Namun dengan menggunakan sistem intensif dapat meningkatkan peluang timbulnya penyakit yang menyebabkan produksi udang vaname dapat menurun.

Penyakit yang sering menyerang udang ditambak biasanya disebabkan oleh virus atau disebut dengan penyakit viral dan bakteri atau disebut dengan penyakit bakterial. Salah satu penyakit viral yang sering menjadi masalah utama dalam budidaya udang vaname di tambak yaitu IMN (Infectious Myonecrosis) yang disebabkan oleh virus IMNV (Infectious Myonecrosis Virus). Penyakit viral ini ditemukan di Brazil pada tahun 2002 (Costa et al. 2009) dan masuk ke Indonesia pada tahun 2006 (Senapin et al. 2007). Penyakit ini dapat menyebabkan mortalitas udang mencapai 70% di tambak (Tang et al. 2008). Penyakit bakterial yang menjadi masalah utama dalam budidaya udang vaname di tambak yaitu vibriosis atau penyakit udang berpendar yang disebabkan oleh bakteri Vibrio harveyi. Menurut Austin dan Austin (1999), Vibrio harveyi adalah salah satu agen penyakit vibriosis yang menyebabkan penyakit udang berpendar. Jika kondisi udang menurun maka bakteri ini akan bersifat patogen.

Penggunaan antibiotik untuk mengatasi penyakit viral dan bakterial di tambak udang merupakan suatu solusi yang kurang efektif karena antibiotik dapat menyebabkan patogen menjadi resisten. Selain itu, antibiotik dapat menyebabkan lingkungan sekitar menjadi tercemar. Metode lain dalam penanganan penyakit viral dan bakterial ditambak yaitu dengan menggunakan sinbiotik. Menurut Schrezenmeir dan Vrese (2001), sinbiotik merupakan kombinasi seimbang dari probiotik dan prebiotik dalam mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan makhluk hidup. Menurut Verschuere et al. (2000), probiotik adalah kultur hidup satu jenis mikroba atau lebih yang memberikan pengaruh menguntungkan bagi inang melalui peningkatan sistem imun, memperbaiki kualitas lingkungan hidup inang, dan memperbaiki nilai nutrisi pakan. Sedangkan prebiotik merupakan bahan pangan dengan kandungan oligosakarida yang tidak dapat dicerna oleh inang tetapi memberikan efek menguntungkan bagi inang dengan cara merangsang pertumbuhan mikroflora normal di dalam saluran pencernaan inang (Schrezenmeir dan Vrese 2001). Pada penelitian ini digunakan bakteri probiotik Vibrio alginolyticus SKT-b. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen V. harveyi

(12)

2

Menurut Kadarusman (2012) pemberian sinbiotik 2 dosis (probiotik 2 % dan prebiotik 4%) dapat menghasilkan sintasan udang vaname di tambak sebesar 70,04%. Akan tetapi penggunaan sinbiotik di tambak memiliki kendala yaitu sulitnya pembuatan sinbiotik dan biaya pembuatannya yang mahal. Dalam pengekstraksian oligosakarida sebagai prebiotik dibutuhkan biaya yang mahal karena proses ekstraksi menggunakan etanol. Demikian juga produksi bakteri probiotik SKT-B menggunakan media SWC yang juga mahal. Oleh karena itu dibutuhkan metode yang lebih murah dan praktis untuk menekan biaya sinbiotik tersebut. Pada penelitian ini digunakan media teknis sebagai pengganti media SWC untuk mengkultur bakteri probiotik dan digunakan metode rebus (AOAC 1999) untuk mengekstraksi oligosakarida pada ubi sukuh sebagai prebiotik. Sinbiotik ini disebut dengan sinbiotik teknis yang memiliki metode lebih murah dan praktis.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan sinbiotik teknis dengan dosis berbeda terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vaname yang dipelihara menggunakan hapa di tambak.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - September 2012 di Tambak Pinang Gading, Bakauheni, Lampung dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Materi Uji

Penyiapan Sinbiotik Penyiapan Probiotik

Penyiapan probiotik dilakukan dengan pertama-tama mengkultur bakteri probiotik SKT-b pada media Sea Water Complete (SWC-agar miring) (5 g

(13)

3

Penyiapan Prebiotik

Pertama-tama ubi jalar varietas sukuh Ipomoea batatas L. dibuat tepung terlebih dahulu yang mengacu pada metode Marlis (2008). Ubi jalar dicuci dan dikupas kulitnya, kemudian diris-iris dengan menggunakan slicer sampai ketebalan ± 1 mm. Irisan ubi jalar kemudian dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 55oC selama 5 jam hingga irisan-irisan tersebut bisa dipatahkan. Kemudian irisan ubi yang sudah kering tersebut digiling menggunakan willey mill dan diayak dengan ukuran ayakan 60 mesh. Setelah digiling selanjutnya tepung ubi tersebut dikukus terlebih dahulu dengan perbandingan air (1:1) selama ± 30 menit. Setelah dikukus kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 55

o

C sampai tepung kembali kering.

Pengekstraksian oligosakarida di dalam tepung ubi jalar dilakukan dengan mengacu pada metode AOAC (1999). Pertama-tama 5 gram tepung ubi jalar dicampur dengan 40 ml air mendidih sambil diaduk. Ekstrak dipertahankan pada suhu 85oC ± 2oC dengan pengadukan terus menerus selama 10 menit. Analisis oligosakarida dilakukan terhadap ekstrak dengan menggunakan metode HPLC. Setelah oligosakarida tererkstraksi selanjutnya dicampurkan kedalam pakan dan probitik.

Pengujian Sinbiotik secara In Vivo

Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan

Wadah yang digunakan pada penelitian ini yaitu jaring hapa yang memiliki ukuran 150 x 100 x 100 cm sebanyak 12 buah dengan ukuran mata jaring 5 x 5 mm. Hapa tersebut diikatkan pada tiang bambu yang memiliki ketinggian 1,5 m dan bagian bawah hapa ditancapkan ke dasar tambak. Pada bagian atas hapa diberikan penutup berupa jaring agar udang tidak lolos dari hapa serta mengurangi gangguan predator. Hapa ditempatkan dalam petak tambak yang sudah berjalan masa produksi selama 42 hari pasca penebaran di tambak. Desain hapa disajikan pada Lampiran 1.

Persiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu udang yang berumur 42 hari pasca penebaran dan berasal dari Tambak Pinang Gading. Udang ditangkap menggunakan jaring dan diukur bobotnya menggunakan timbangan kemudian dicari bobot rata-rata udang tersebut. Bobot rata-rata udang yang digunakan pada penelitian ini yaitu 2,52 ± 0,29 gram/ekor. Setelah ditimbang udang dimasukan ke dalam hapa dengan jumlah udang tiap hapa yaitu 100 ekor.

Persiapan Pakan Uji

(14)

4

campuran bahan-bahan tersebut merata kemudian dilakukan pengeringan menggunakan suhu ruang dan pakan siap diberikan ke udang.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Rancangan perlakuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rancangan perlakuan pemberian sinbiotik teknis dengan dosis berbeda pada udang vaname.

Perlakuan Keterangan

K Pemberian pakan komersil tanpa penambahan sinbiotik (kontrol)

A Pemberian pakan komersil dengan penambahan sinbiotik 0,5 dosis (probiotik 0,5% + prebiotik 1%)

B Pemberian pakan komersil dengan penambahan sinbiotik 1 dosis (probiotik 1% + prebiotik 2%)

C Pemberian pakan komersil dengan penambahan sinbiotik 2 dosis (probiotik 2% + prebiotik 4%)

Pemberian pakan dilakukan sebanyak empat kali dalam sehari yaitu pada pukul 06.00, 10.00, 14.00, dan 18.00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan Feeding Rate (FR) yang diterapkan dalam manajemen pengelolaan Tambak Pinang Gading, Bakauheni, Lampung yaitu sebesar 5 % menurun hingga 2,5 % sesuai dengan bobot udang vaname masing masing perlakuan. Selama kegiatan penelitian dilakukan sampling bobot setiap 7 hari sekali. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Penelitian ini dilakukan selama 40 hari pada saat umur udang 42 hari hingga umur udang 82 hari.

Prosedur Analisis Data

Sintasan

Sintasan atau kelangsungan hidup merupakan presentase udang yang hidup, penghitungan nilai sintasan udang menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1997) :

% 100 0x

N Nt SR

Keterangan :

SR = sintasan (%)

Nt = jumlah individu pada akhir perlakuan (hari ke-t) No = jumlah individu pada awal perlakuan (hari ke-0)

Laju Pertumbuhan Harian

(15)

5 % 100 1 0 x w wt t SGR         Keterangan :

SGR = Laju pertumbuhan harian (%)

wt = Bobot rata-rata pada akhir perlakuan (gram) w0 = Bobot rata-rata pada awal perlakuan (gram) t = Periode pemeliharaan (hari)

Rasio Konversi Pakan

Rasio konversi pakan atau Feeding Conversion Rate (FCR) udang vaname selama pemeliharaan dihitung menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991) :

Keterangan :

FCR = Konversi pakan F = Jumlah pakan (gram)

Bt = Biomassa udang pada saat akhir perlakuan (gram) Bm = Biomassa udang yang mati saat perlakuan (gram) Bo = Biomassa udang pada saat awal perlakuan (gram)

Kualitas Air

Pengamatan kualitas air dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan atau pada umur udang 42 hari dan 82 hari. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, salinitas, pH, dan amonia. Satuan dan alat pengukuran kualitas air disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Satuan dan alat ukur kualitas air pada parameter suhu, salinitas, pH, dan amonia.

Parameter Kualitas Air

Satuan Alat

Suhu oC Termometer

Salinitas ppt Refraktometer

pH - pH-meter

Amonia mg/L Spektrometer

Hasil Panen

Parameter hasil panen dihitung pada saat akhir penelitian. Panen udang vaname pada penelitian ini dilakukan pada saat udang berumur 82 hari atau 40 hari setelah udang umur 42 hari ditebar. Parameter yang diukur meliputi nilai size

(ukuran), bobot biomassa, dan analisis potensi keutungan tiap perlakuan. Size

(16)

6

Keterangan :

Size : Jumlah udang dalam 1 kg udang

Wt : Bobot rata-rata udang pada saat akhir pemeliharaan (gram)

Biomassa Panen

Biomassa panen merupakan jumlah total bobot udang vaname saat panen akhir. Biomassa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Effendi 2004):

Keterangan :

Wt : Bobot rata-rata udang vaname saat panen (gram) Nt : Populasi udang vaname saat panen (ekor)

Analisis Usaha

Analisis usaha bertujuan mengetahui potensi keuntungan yang didapat dalam suatu usaha. Analisa usaha dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Kasmir 2009):

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Data yang diperoleh diolah dengan Microsoft Excel 2010, kemudian dilakukan uji ANOVA dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 untuk melihat perbedaan antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis Probiotik dan Prebiotik

Hasil pengamatan kepadatan bakteri pada media teknis dengan pengenceran 5% dan 10% didapatkan bahwa kepadatan bakteri pada media 5% memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu sebesar 1,58 x 107 CFU/mL dibandingkan dengan media teknis dengan pengenceran air laut 10%. Sehingga digunakan media 5% sebagai media teknis pengganti SWC. Hasil pengamatan oligosakarida pada ubi sukuh yang diekstraksi dengan metode rebus (AOAC 1999) yaitu sukrosa sebanyak 480 ppm dan rafinosa sebanyak 106 ppm (Lampiran 2).

Sintasan

(17)

7

Keterangan:

* Huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (probiotik 0,5 % dan prebiotik 1 %), B (probiotik 1 % dan prebiotik 2%), C (probiotik 2 % dan prebiotik 4 %), K (Kontrol)

Gambar 1 Sintasan udang vaname pada masa akhir pemeliharaan Berdasarkan Gambar 1 diatas didapatkan hasil bahwa sintasan tertinggi diperoleh pada perlakuan A dengan nilai 82,33%, diikuti perlakuan B dengan nilai 78,67%, perlakuan C dengan nilai 77,33%, dan terendah pada perlakuan K dengan nilai 71,67%. Berdasarkan uji ANOVA (P>0,05) hasil sintasan pada semua perlakuan memiliki nilai yang tidak berbeda nyata.

Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian diamati setelah 40 hari perlakuan sinbiotik pada masing-masing perlakuan. Nilai laju pertumbuhan harian udang vaname disajikan pada Gambar 2.

Keterangan:

* Huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (probiotik 0,5 % dan prebiotik 1 %), B (probiotik 1 % dan prebiotik 2%), C (probiotik 2 % dan prebiotik 4 %), K (Kontrol)

Gambar 2 Laju pertumbuhan harian udang vaname

Berdasarkan Gambar 2 diatas didapatkan hasil laju pertumbuhan harian tertinggi yaitu pada perlakuan B dengan nilai 4,04% / hari, diikuti oleh perlakuan A dengan nilai 3,93% / hari , perlakuan C dengan nilai 3,75% / hari, dan terendah perlakuan K dengan nilai 3,79% / hari. Berdasarkan uji ANOVA (P>0,05) hasil

71.67

82.33 78.67 77.33

0 20 40 60 80 100

K A B C

Si

nta

sa

n

(%

)

3.79 3.93

4.04 3.75 0 1 2 3 4 5

K A B C

LP

H (%

/ha

ri

)

a

a

a

a

(18)

8

laju pertumbuhan harian pada semua perlakuan memiliki nilai yang tidak berbeda nyata.

Rasio Konversi Pakan

Pengaruh pemberian sinbiotik dengan dosis berbeda terhadap nilai rasio konversi pakan disajikan pada Gambar 3.

Keterangan:

* Huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (probiotik 0,5 % dan prebiotik 1 %), B (probiotik 1 % dan prebiotik 2%), C (probiotik 2 % dan prebiotik 4 %), K (Kontrol)

Gambar 3 Rasio konversi pakan udang vaname

Berdasarkan Gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa nilai rasio konversi pakan terbaik yaitu perlakuan A dengan nilai 1,74, diikuti oleh perlakuan B dengan nilai 1,85, perlakuan K dengan nilai 2,01, serta perlakuan C dengan nilai 2,18. Berdasarkan uji ANOVA (P>0,05) hasil rasio konversi pakan pada semua perlakuan memiliki nilai yang tidak berbeda nyata.

Kualitas Air

Kualitas air pada penelitian ini diukur pada awal dan akhir perlakuan sinbiotik. Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini meliputi Suhu, pH, salinitas dan TAN. Nilai kualitas air disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil pengamatan kualitas air parameter suhu, pH, salinitas, dan TAN

Parameter Satuan Kisaran

terendah

Kisaran tertinggi

SNI 01-7246-2006

Suhu ◦C 28 30 28,5-31,5 ◦C

pH - 7,7 8,3 7,5-8,5

Salinitas Ppt 28 30 15-35 ppt

TAN mg/L 0,12 0,13 <1 mg/L

Nilai kualitas air media pemeliharaan udang vaname (Tabel 3) sesuai dengan SNI 01-7246-2006 sehingga diasumsikan perubahan kelangsungan hidup dan pertumbuhan pada perlakuan sinbiotik bukan diakibatkan oleh kualitas air media pemeliharaan. 2.01 1.74 1.85 2.18 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

K A B C

R

a

si

o

Ko

nv

ers

i

P

a

k

a

n

(19)

9

Panen dan Analisis Usaha

Size (Ukuran Udang)

Size (ukuran udang) merupakan nilai jumlah udang per kilogram udang. Nilai size (ukuran udang) disajikan pada Gambar 4.

Keterangan

* Huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (probiotik 0,5 % dan prebiotik 1 %), B (probiotik 1 % dan prebiotik 2%), C (probiotik 2 % dan prebiotik 4 %), K (Kontrol)

Gambar 4 Size udang vaname pada akhir pemeliharaan

Berdasarkan Gambar 4 diatas didapatkan nilai size tertinggi yaitu pada perlakuan C dengan nilai 93, diikuti perlakuan A dengan nilai 88, perlakuan B dengan nilai 84, dan terendah perlakuan K dengan nilai 81. Berdasarkan uji ANOVA (P>0,05) hasil size (ukuran udang) pada semua perlakuan memiliki nilai yang tidak berbeda nyata.

Biomassa Panen

Biomassa panen udang diamati pada akhir pemeliharaan yaitu pada saat udang berumur 82 hari atau 40 hari setelah perlakuan. Nilai biomassa disajikan pada gambar 5.

Keterangan

* Huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

** A (probiotik 0,5 % dan prebiotik 1 %), B (probiotik 1 % dan prebiotik 2%), C (probiotik 2 % dan prebiotik 4 %), K (Kontrol)

Gambar 5 Biomassa panen udang vaname pada akhir pemeliharaan Berdasarkan Gambar 5 diatas didapatkan biomassa panen tertinggi yaitu pada perlakuan A dengan nilai 940,38 gram, diikuti perlakuan B dengan nilai 937,97 gram, perlakuan A dengan nilai 885,53, dan terendah perlakuan C dengan

81

88 84

93 0 20 40 60 80 100 120

K A B C

SIZ

E

885.53 940.38 937.97 838.20

0 200 400 600 800 1000 1200

K A B C

Bi

o

m

a

ss

a

(g

r)

a

a

a

a

(20)

10

nilai 838,20 gram. Berdasarkan ANOVA (P>0,05) hasil biomassa panen pada semua perlakuan memiliki nilai yang tidak berbeda nyata.

Analisis Usaha

Analisis usaha pada penelitian ini diamati pada saat akhir pemeliharaan atau panen. Nilai keuntungan didapatkan dengan cara mencari selisih antara total biaya produksi dengan pendapatan. Nilai analisis usaha disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Analisa usaha pada akhir pemeliharaan

Perlakuan Biaya Pakan (Rp) Sinbiotik (Rp) Lainnya (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Keuntungan (Rp)

K 13.316 0 12.397 25.714 35.421 9.707

A 14.206 14 13.165 27.385 37.615 10.230

B 14.909 29 13.132 28.069 37.519 9.449

C 14.758 57 11.735 26.549 33.528 6.978

keterangan : * A (probiotik 0,5 % dan prebiotik 1 %), B (probiotik 1 % dan prebiotik 2%), C (probiotik 2 % dan prebiotik 4 %), K (Kontrol)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya pakan tertinggi terdapat pada perlakuan B dengan nilai Rp14.909,00 dan terendah pada perlakuan K dengan nilai Rp13.316,00. Total biaya produksi perlakuan sinbiotik lebih besar dibandingkan dengan kontrol dikarenakan adanya biaya pembuatan sinbiotik. Perlakuan sinbiotik A memiliki nilai keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan sinbiotik lainnya serta kontrol. Perlakuan sinbiotik A mendapatkan keuntungan sebesar Rp10.230,00. Nilai analisis usaha secara rinci disajikan pada Lampiran 3.

Pembahasan

Efektivitas penggunaan sinbiotik teknis yang memiliki metode lebih sederhana dan murah perlu diuji pada kondisi lapang di tambak agar penggunaan sinbiotik di tambak dapat dengan mudah diaplikasikan. Pada penelitian ini digunakan media teknis dengan komposisi nutrien yang terdapat dalam media ini meliputi asam amino, vitamin, makro mineral, dan trace mineral. Dosis yang digunakan pada penelitian ini yaitu 5 % dengan pengencernya yaitu air laut. Berdasarkan pengamatan didapatkan bahwa kepadatan bakteri Vibrio SKT-b pada media teknis dengan pengenceran air laut 5% yaitu mencapai 1,58 x 107 CFU/mL lebih tinggi dibandingkan dengan media teknis dengan pengenceran air laut 10%. Penggunaan media ini diharapkan dapat menghemat biaya dalam penggunaan media SWC (Sea Water Complete) yang mahal. Menurut Saputra (2008), penggunaan molase yang dicampur dengan tepung ikan dan premix dapat mendukung pertumbuhan Vibrio SKT-b sebesar 4,4% dibandingkan menggunakan media umum SWC. Berdasarkan analisa usaha (Lampiran 3) didapatkan bahwa harga penggunaan media teknis seharga Rp1,75 sedangkan apabila menggunakan media SWC dibutuhkan biaya Rp1,91 (Kadarusman 2012).

(21)

11 oligosakarida dibandingkan ekstraksi dengan air mendidih. Akan tetapi penggunaan etanol 70% sebagai pengekstraksi oligosakarida di lapang memiliki kendala yaitu biaya yang mahal serta metode pengekstraksian yang rumit. Metode pengekstraksian oligosakarida sebagai prebiotik dengan metode rebus berdasarkan metode AOAC (1999) hanya diperlukan waktu 15 menit dan mudah prosesnya. Berdasarkan pengamatan didapatkan bahwa dengan menggunakan metode rebus AOAC (1999) oligosakarida yang terekstraksi yaitu sukrosa sebanyak 480 ppm dan rafinosa sebanyak 106 ppm. Berdasarkan analisa usaha (Lampiran 3) dalam memproduksi prebiotik menggunakan metode rebus hanya dibutuhkan biaya Rp0,25/mL dibandingkan dengan menggunakan metode etanol dibutuhkan biaya Rp18/mL (Kadarusman 2012).

Nilai sintasan pada penelitian ini diamati setelah perlakuan pemberian sinbiotik selama 40 hari atau pada saat umur udang 82 hari. Sintasan merupakan salah satu parameter utama pada penelitian ini. Menurut Effendie (1997), sintasan merupakan peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pemberian sinbiotik pada semua perlakuan memiliki nilai yang tidak berbeda nyata. Menurut Kusumaningrum et al. (2007), nilai insidensi IMNV cukup tinggi apabila ada dampak dari perubahan iklim. Perubahan iklim yang tercermin dari pergantian cuaca harian yang ekstrem, membuat suhu perairan berfluktuasi. Perubahan cuaca dan suhu perairan tersebut memicu stress pada udang dan menyebabkan daya tahan tubuh udang menurun. Penurunan daya tahan tubuh mengakibatkan udang lebih mudah terjangkit penyakit. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September, pada bulan ini tidak terjadi fluktuasi suhu yang ekstrim. Suhu tambak pada bulan ini berkisar antara 28,5-31,5oC (Tabel 3), sehingga outbreak penyakit pada penilitian ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hal ini terlihat pula pada petakan tambak yang digunakan pada penelitian memiliki nilai sintasan sebesar 63%. Menurut Tang et al. (2008) IMNV pada udang ukuran 10 gram atau lebih dapat menyebabkan mortalitas sebesar 50%. Pada penelitian Kadarusman (2012), sinbiotik mampu meningkatkan nilai sintasan udang di tambak karena telah terjadi outbreak

penyakit IMN. Hal ini terlihat dari perlakuan kontrol memiliki nilai sintasan yang lebih rendah 57,68% dibandingkan perlakuan sinbiotik yang mampu menghasilkan nilai sintasan mencapai 70,04%. Selain itu berdasarkan penelitian Damayanti (2011), pemberian sinbiotik dua dosis dapat menghasilkan nilai sintasan sebesar 80%, sedangkan pada kontrol positif yang diinfeksi IMNV menghasilkan nilai sintasan sebesar 41,67%.

(22)

12

(2008) oligosakarida dimanfaatkan oleh bakteri probiotik sebagai bahan fermentasi untuk menghasilkan energi metabolisme. Prebiotik tidak dapat dipisahkan dengan probiotik karena target prebiotik adalah memacu pertumbuhan bakteri probiotik (Schrezenmeir & Vrese 2001).

Laju pertumbuhan harian dan rasio konversi pakan udang setelah 40 hari perlakuan sinbiotik memiliki hasil bahwa pemberian sinbiotik dengan dosis berbeda memiliki nilai laju pertumbuhan dan rasio konversi pakan yang tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi dosis sinbiotik yang diberikan semakin tinggi pula kelembapan pakan. Hal ini mengakibatkan water stability pakan menjadi menurun. Pakan udang harus memiliki nilai water stability yang baik karena udang mempunyai kebiasaan makan dengan mengambil satu butir pakan dan memakannya sampai habis, baru kemudian mengambil pakan berikutnya (Afrianto dan Liviawaty 2005). Rendahnya water stability pakan setelah penambahan sinbiotik dapat mengakibatkan pemanfaatan pakan sinbiotik oleh udang menjadi tidak efektif. Menurut Wang (2007), pemberian probiotik 1% memiliki pertumbuhan dan aktivitas enzim pencernaan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol karena probiotik memiliki mekanisme dalam menghasilkan enzim exogenuos untuk pencernaan pakan seperti amilase, protease, lipase, dan selulase. Enzim exogenous

tersebut akan membantu enzim endogenous di inang untuk menghidrolisis nutrien pakan. Hal ini akan meningkatkan ketersediaan nutrien yang siap diserap dari saluran pencernaan untuk masuk ke pembuluh darah, dan akan diedarkan keseluruh bagian tubuh dan jaringan yang membutuhkan dalam proses metabolisme selanjutnya. Semakin tinggi nutrien pakan yang tercerna, semakin besar pula kemungkinan nutrien tersebut dimanfaatkan oleh ikan untuk pertumbuhannya dan menurunkan porsi nutrien yang akan terbuang ke lingkungan. Oleh karena itu nilai rasio konversi pakan dapat meningkat sehingga jumlah pakan yang digunakan dapat ditekan.

Salah satu faktor yang berperan menentukan keberhasilan produksi udang adalah pengelolaan kualitas air, karena udang adalah hewan air yang segala kehidupan, kesehatan dan pertumbuhannya tergantung pada kualitas air sebagai media hidupnya. Pengukuran kualitas air pada penelitian ini dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan. Berdasarkan hasil yang didapat nilai kualitas air masih termasuk kedalam rentang kualitas air yang baik dalam pemeliharaan udang vaname di tambak intensif menurut SNI 01-7246-2006 sehingga diasumsikan perubahan kelangsungan hidup dan pertumbuhan pada perlakuan sinbiotik bukan diakibatkan oleh kualitas air media pemeliharaan.

(23)

13 semakin kecil nilai size maka nilai pendapatan akan semakin tinggi sehingga keuntungan akan semakin tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sinbiotik pada semua perlakuan memiliki nilai sintasan, laju pertumbuhan, rasio konversi pakan, size, dan biomassa panen yang tidak berbeda nyata dengan kontrol. Akan tetapi berdasarkan analisis usaha perlakuan sinbiotik dosis A memberikan keuntungan lebih tinggi (Rp10.230,00) dibandingkan dengan kontrol (Rp9.707,00).

Saran

Kajian lebih lanjut diperlukan untuk menghasilkan sinbiotik dengan komposisi dan penggunaan yang lebih mudah seperti penggunaan teknologi enkapsulasi pada bakteri probiotik. Sehingga sinbiotik akan lebih mudah diaplikasikan di lapang .

DAFTAR PUSTAKA

Adijuwana TN. 2005. Pemanfaatan Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) untuk Mendukung Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Afrianto E., Liviawaty E., 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta (ID) : Kanisius..

AOAC [Assosiation of Official Agricultural Chemist]. 1999. Official Methods of Analysis. Maryland (USA). 16th ed Volume II.

Austin, B., Austin, D.A., 1999. Bacterial fish pathogens, diseases of farmed and wild fish, 3rd (revised). Godalming (UK) : Springer-Praxis.

Costa, A.M., Buglione, C.C., Bezerra, F.L., Martins, P.C.C., Barracco, M.A., 2009. Immune assessment of farm-reared Penaeus vannamei shrimp naturally infected by IMNV in NE Brazil. Aquaculture 291 : 141-146. Damayanti, 2011. Pemberian sinbiotik dengan dosis berbeda pada pakan udang

vaname untuk pencegahan infeksi IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Effendi, I., 2004. Pengantar Akuakultur. Depok (ID) : Penebar Swadaya.

Effendie, M.I., 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID) : Yayasan Pustaka Nusantara.

Huisman EA. 1987. The principles of fish culture production. Netherland: Departement of Aquaculture, Wageningen University.

(24)

14

Kasmir, Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Ed ke-2. Jakarta (ID) : Prenada Media Group.

KKP [Kementrian Kelautan dan Perikanan]. 2010. Program peningkatan produksi budidaya tahun 2010-2014. Di dalam : Forum Akselerasi Pembangunan Perikanan Budidaya 2010, Batam 25-28 Januari 2010.

Kusumaningrum D.K., Wardiyanto, Tusihadi, T., 2012. Insidensi Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) pada Udang Putih (Litopenaeus vannamei) di Teluk Lampung. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan 1 : 65-70.

Marlis, A., 2008. Isolasi Oligosakarida Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) dan Pengaruh Pengolahan Terhadap Potensi Prebiotiknya [Tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Noermala, J.E., 2012. Pemberian Prebiotik, Probiotik, dan Sinbiotik untuk Pengendalian Ko-infeksi Bakteri Vibrio harveyi dan IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Rini DS. 2008. Pengujian Potensi Prebiotik Ubi Garut dan Ubi Jalar serta Hasil Olahannya (Cookies and Sweet Potato Flakes) [Tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Schrezenmeir, J., Vrese, M., 2001. Probiotics, prebiotics and synbioticapproaching a definition. American Journal of Clinical Nutrition

73 (2) : 361-364.

Saputra, W.H., 2008. Pengaruh Penambahan Molase Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Udang Windu Panaeus monodon Fab. yang diberi Bakteri Probiotik Vibrio SKT-b [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Senapin, S., K. Phewsaiya, M. Briggs, T.W. Flegel. 2007. Outbreaks of infectious myonecrosis virus (IMNV) in Indonesia confirmed by genome sequencing 24 and use of an alternative RT-PCR detection method. Aquaculture 266 : 32-38.

SNI [Standar Nasional Indonesia], 2006. Produksi udang vaname L. vannamei di tambak dengan teknologi intensif. Badan Standarisasi Nasional.

Tang, J., Ochoa, W.F., Sinkovits, R.S., Poulos, B.T., Ghabrial, S.A., Lightner, D.V., Baker, T.S., Nibert, M.L., 2008. Infectious myonecrosis virus has a totivirus-like, 120-subunit capsid, but with fiber complexes at the fivefold axes. PNAS 45(105) : 17527-17531.

Verschure, L., G. Rombaut, P. Sorgeloos and W. Verstraete. 2000. Probiotic bacteria as biological control agents in aquaculture. Microbiology and Molecular Biology Reviews 64 (4) : 655-671.

Wang, B.Y., 2007. Effect of probiotics on growth performance and digestive enzyme activity of the shrimp penaeus vannamei. Aquaculture 269 : 259-264.

Widanarni, Suwanto, A., Sukenda, Lay, B.W., 2003. Potency of Vibrio isolates for biocontrol of vibriosis in tiger shrimp (Penaeus monodon) larvae.

Biotropia 20 : 11-23.

(25)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Layout hapa pada petak tambak

W

ater

cu

rr

en

t

W

ater

cu

rr

en

t

Wat er cu rren t

W

at

er

cu

rr

en

t

(26)

16

(27)
(28)
(29)
(30)

20

Lampiran 3 Rincian Analisa Usaha

A. Produksi Prebiotik

 Biaya 1 gram tepung ubi sukuh = Rp2

 Proses pembuatan tepung ubi sukuh 1 gram tepung dibutuhkan 8 ml air untuk mengekstrasi oligosakarida, sehingga dihasilkan 8 ml oligosakarida  Kesimpulannya 1 ml oligosakarida = Rp0.25

B. Biaya Binder (Kuning Telur)

 1 kg telur = 17 butir = Rp 14.000 (Harga Agustus 2012, Lokasi Lampung)  1 butir telur berisi 23 ml kuning telur

 1 butir telur = Rp824

Kesimpulannya 1 ml kuning telur = Rp35,8

C. Produksi Probiotik

 Pembuatan sinbiotik digunakan media LMO – A3 dengan dosis 5 %  Untuk membuat 5 ml media tumbuh maka dibutuhkan 0,25 ml media

LMO – A3 dan air laut 4.75 ml

 Harga media LMO – A3 yaitu Rp350.000/10 liter = Rp35/ml

Kesimpulan untuk membuat 5 ml media 5 % = Rp8,75 dan 1 ml media 5 % = Rp 1,75

URAIAN KONTROL PERLAKUAN A

PERLAKUAN B

PERLAKUAN C

KOMPONEN Satuan

Harga Satuan (Rp) Jumlah Total Biaya (Rp) Jumlah Total Biaya (Rp) Jumlah Total Biaya (Rp) Jumlah Total Biaya (Rp)

A. Biaya Pakan dan Sinbiotik

Pakan g 11 1.211 13.316 1.213 13.338 1.273 13.998 1.259 13.856

Kuning telur ml 36 0 0 24,25 868 25,45 911 25,19 902

Probiotik ml 1,75 0 0 6,06 11 12,73 22 25,19 44

Prebiotik ml 0,25 0 0 12,13 3 25,45 6 50,39 13

B. Biaya Lainnya (listrik, tenaga kerja, genset, dll)

per g udang Rp 14 885,53 12.397 940,38 13.165 937,97 13.132 838,20 11.735

C. SUBTOTAL (A+B)

25.714 27.385 28.070 26.549

D. PENERIMAAN

Panen Udang gr ket* 885,53 35421 940,38 37.615 937,97 37.519 838,20 33.528

E. MARGIN

(31)

21

Lampiran 4 Analisa statistik terhadap parameter penelitan (sintasan, laju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan, size, dan biomasa panen)

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

SR Between Groups 176.333 3 58.778 1.891 .210

Within Groups 248.667 8 31.083

Total 425.000 11

Biomassa Between Groups 21300.960 3 7100.320 1.425 .305

Within Groups 39861.578 8 4982.697

Total 61162.538 11

Size Between Groups 238.217 3 79.406 1.998 .193

Within Groups 317.911 8 39.739

Total 556.129 11

FCR Between Groups .329 3 .110 2.088 .180

Within Groups .420 8 .052

Total .749 11

SGR Between Groups .162 3 .054 .715 .570

Within Groups .605 8 .076

(32)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanggamus tanggal 24 Maret 1992 dari Ayah Paiman dan Ibu Kusniati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui yaitu SMAN 1 Gadingrejo dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri dan memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Gambar

Tabel 3 Hasli pengamatan kualitas air
Gambar 2 Laju pertumbuhan harian udang vaname
Tabel 3 Hasil pengamatan kualitas air parameter suhu, pH, salinitas, dan TAN

Referensi

Dokumen terkait

Kondensor merupakan salah satu peralatan penting dalam sebuah proses di power plant khususnya pada sistem PLTU Bukit Asam yang fungsinya adalah untuk mengkondensasikan uap

Sugesti konkrit diberikan pada subjek untuk menentukan tujuan dan hal-hal yang selanjutnya akan dilakukan agar subjek tidak mengalami kekambuhan serta dapat

Sedangkan kekuatan kelima dan terakhir seperti diungkapkan Thurow adalah untuk pertama kali dalam 200 tahun umat manusia takkan memiliki dunia unipolar dengan satu kekuatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penyebaran, besaran serta klasifikasi resiko terhadap bahaya eutrofikasi Danau Tondano; Mengetahui daya dukung

Pada penelitian dapat 2 simpulan, simpulan pertama yaitu bahwa tingkat pendidikan, usia kehamilan, jumlah kehamilan, pelayanan antenatal care, tingkat pengetahuan

Anak pertama beliau bernama Desak Putu Mitha Puji Astuti berumur 25 tahun yang kini tinggal dengan saudara dari Bapak I Dewa Nyoman Budiana, anak kedua Dewa Putu Gede

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan

Prioritas arahan pengembangan lahan bekas pertambangan timah di Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis yang telah didapatkan melalui hasil analisis dengan menggunakan metode AHP,