• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EARNING MANAGEMENT, UNDERPRICING, DEBT TO EQUITY RATIO DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERINGS (IPO) (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIF DAN KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EARNING MANAGEMENT, UNDERPRICING, DEBT TO EQUITY RATIO DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERINGS (IPO) (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIF DAN KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

THE INFLUENCE EARNING MANAGEMENT, UNDERPRICING, DEBT TO EQUITY RATIOAND FIRM SIZE TOWARD SHARE’S PRICE AFTER

INITIAL PUBLIC OFFERINGS (IPO)

(STUDIES IN OTOMOTIF SECTOR AND COMPONENT COMPANIES LISTED AT BEI IN 2011-2014)

By

Yunita Dwi Andayani

The aim of this research was to analyze the influence earning management, debt to equality ratio and firm size toward share`s price after Initial Public Offerings (IPO). The population was used otomotif sector was listed at BEI in 2011~2014, such as, 17 companies and the sample of the research was 12 companies through purposive sampling. This research used analysis multiple linear regression approach using panel data and using program analysis tools Eviews 7.

The result of the research showed that earning management variable has negative influence and no significant toward share`s price, underpricing variable has positive influence toward share`s price. Moreover, variable debt to equity ratio has negative influence and no significant toward share` price. The firm size has negative influence and no significant toward share` price. The conclusion of the research is the variable earning management, underpricing, debt to equity ratio and firm size have influence toward share’s price.

(2)

PENGARUHEARNING MANAGEMENT, UNDERPRICING, DEBT TO

EQUITY RATIODAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA

SAHAM SETELAHINITIAL PUBLIC OFFERINGS(IPO) (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIF DAN KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014)

Oleh

Yunita Dwi Andayani

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh earning management, underpricing, debt to equity ratio (DER) dan ukuran perusahaan terhadap harga saham setelah Initial Public Offerings (IPO). Populasi yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014 sebanyak 17 perusahaan dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 perusahaan yang ditentukan melalui purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknis analisis linier berganda model panel data dan menggunakan alat analisis program Eviews 7.

Hasil uji t menunjukkan bahwa variabelearning managementberpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham. Variabel underpricingberpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Variabeldebt to equity ratio(DER) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham. Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel earning management, underpricing, debt to equity ratio (DER) dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

(3)

(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIF DAN KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014)

Oleh

Yunita Dwi Andayani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

EQUITY RATIODAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM SETELAHINITIAL PUBLIC OFFERINGS(IPO)

(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR OTOMOTIF DAN KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014)

(Skripsi)

Oleh

Yunita Dwi Andayani

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(6)

Halaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Teori Asimetri ... 10

2.1.2 TeoriSignalling... 11

2.2 Pengertian Pasar Modal ... 12

2.3Initial Public Offerings(IPO) ... 14

2.3.1 AlasanGo Public ... 16

2.3.2 Syarat-SyaratGo Public... 16

2.3.3 ManfaatGo Public... 17

2.3.4 TahapanInitial Public Offerings(IPO) ... 18

2.4 Saham ... 19

2.5Earning Management ... 20

2.5.1 KlasifikasiEarning Management ... 24

2.5.2 Indikator-IndikatorEarning Management ... 25

2.5.3 Motivasi DariEarning Management ... 27

2.5.4 MendeteksiEarning Management ... 28

2.6Underpricing ... 30

(7)

2.8 Ukuran Perusahaan... 32

2.9 Harga Saham ... 34

2.10 Penelitian Terdahulu ... 36

2.11 Kerangka Pemikiran... 40

2.12 Hipotesis... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Jenis Penelitian ... 44

3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 44

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.4 Populasi Dan Sampel ... 45

3.4.1 Populasi ... 45

3.4.2 Sampel... 46

3.5 Definisi Konseptual ... 48

3.5.1 PengaruhEarning ManagementTerhadap Harga Saham ... 48

3.5.2 PengaruhUnderpricingTerhadap Harga Saham ... 48

3.5.3 PengaruhDebt To Equity RatioTerhadap Harga Saham... 49

3.5.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham... 49

3.6. Definisi Operasional ... 50

3.7. Teknik Analisis Data... 53

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif... 53

3.7.2 Analisis Regresi Berganda ModelPanel Data... 54

3.7.3 Pengujian Model... 57

3.8. Pengujian Hipotesis... 58

3.8.1 Koefisien Determinasi ... 59

3.8.2 Uji Parsial (Uji t) ... 60

3.8.2 Uji Simultan (Uji F)... 61

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 63

4.1.1 PT Astra International Tbk ... 63

4.1.2 PT Astra Otoparts Tbk... 65

4.1.3 PT Gajah Tunggal Tbk ... 67

4.1.4 PT Indomobil Sukses Internasional Tbk ... 68

4.1.5 PT Indospring Tbk... 71

4.1.6 PT Intraco Penta Tbk ... 73

4.1.7 PT Multistrada Arah Sarana Tbk... 74

4.1.8 PT Nipress Tbk ... 76

4.1.9 PT Prima Alloy Steel Universal Tbk ... 78

4.1.10 PT Selamat Sempurna Tbk ... 79

4.1.11 PT Tunas Ridean Tbk ... 81

4.1.12 PT United Tractors Tbk ... 82

4.2 Hasil Analisis Data... 83

4.2.1 PerhitunganEarning Management... 84

(8)

4.2.3 PerhitunganDebt To Equity Ratio... 91

4.2.4 Perhitungan Ukuran Perusahaan... 95

4.2.5 Perhitungan Harga Saham ... 98

4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 102

4.4 Analisis Regresi Model Data Panel... 104

4.4.1 UjiChow... 104

4.4.2 Uji Hausman ... 106

4.5 Interpretasi Model Regresi Berganda... 108

4.6 Hasil Pengujian Hipotesis ... 110

4.6.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 111

4.6.2 Uji t (Parsial) ... 112

4.63 Uji F (Simultan) ... 113

4.7 Pembahasan... 115

4.7.1 PengaruhEarning ManagementTerhadap Harga Saham ... 115

4.7.2 PengaruhUnderpricingTerhadap Harga Saham ... 117

4.7.3 PengaruhDebt To Equity RatioTerhadap Harga Saham... 119

4.7.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham... 122

4.7.5 PengaruhEarning Management, Underpricing, Debt To Equity RatioDan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham... 125

4.8 Keterbatasan Penelitian... 127

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129

5.1 Kesimpulan ... 129

5.2 Saran... 131

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Sampel... 137

2. Hasil PerhitunganEarning Managemnet, Underpricing,Debt To Equity Ratiodan Ukuran Perusahaan... 138

3. Hasil Statistik Deskriptif... 143

4.Pool(Pooled Least Square)... 144

5.Chow-TestatauLikelihood Ratio Test(Pool vs Fixed Effect)... 145

6. Uji Hausman (Fixed Effect vs Random) ... 146

7. Hasil UjiRandom Effect... 147

8. Tabel Uji t... 148

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Persentase Penjualan Kendaraan.... 5

1.2 Data Perusahaan Otomotif yang Telah Melakukan IPO... 5

2.1 Kriteria Ukuran Perusahaan... 33

2.2 Penelitian Terdahulu... 38

3.1 Daftar Populasi Penelitian... 46

3.2 Daftar Sampel Penelitian... 47

3.3 Definisi Operasional Variabel... 52

3.4 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi... 60

4.1 Hasil PerhitunganEarning Management... 84

4.2 Hasil PerhitunganUnderpricing... 88

4.3 Hasil PerhitunganDebt To Equity Ratio…... 92

4.4 Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan... 95

4.5 Hasil Perhitungan Harga Saham... 99

4.6 Analisis Statistik Deskriptif... 103

4.7 HasilPooled Least SquareatauCommon... 105

4.8 Hasil UjiChowatauLikelihood Ratio Test... 105

4.9 Uji Hausman....... 106

4.10 Hasil Uji Regresi Berganda ModelRandom Effect... 107

4.11 Hasil UjiR Square(R2)... 111

4.12 Hasil Uji t (Parsial)... 112

(11)
(12)
(13)

SEGALA KESULITAN AKAN BERHASIL TERLEWATI

ATAS IZIN ALLAH SWT

(Yunita Dwi Andayani)

LAMA-KELAMAAN BATU YANG KERAS PUN AKAN

HANCUR OLEH AIR

(Anonim)

YAKIN DAN PERCAYA DENGAN SEGALA

TINDAKAN POSITIF YANG AKAN DILAKUKAN

(14)
(15)

Bapak Haryadi (Alm) dan Ibu Lela

Sebagai orang tuaku, terima kasih untuk doa,

motivasi, kasih sayang, pengorbanan dan

keikhlasannya selama hidup ini. Selalu menjadi

orang tua dan sahabat yang menemani ani dalam

situasi apapun. Ani sayang bapak dan emak .

Tak lupa pula ku ucapkan terima kasih untuk

kakakku

Septi Hartati, Gr., S.Pd.

Atas doa, semangat, nasihat yang selalu

diberikan sehingga karyaku ini dapat ku

selesaikan.

(16)

Penulis bernama Yunita Dwi Andayani, lahir di Bandar

Lampung, 3 Juni 1994. Penulis merupakan anak kedua dari

pasangan Haryadi (Alm) dan Lela Dwi Antika. Memiliki

satu orang kakak yaitu Septi Hartati, Gr., S.Pd.

Penulis pernah bersekolah di SD Negeri 3 Bumi Waras

lulus pada tahun 2006, di SMP Negeri 16 Bandar Lampung

lulus pada tahun 2009, dan di SMA Negeri 4 Bandar Lampung dan lulus pada

tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis menjadi salah satu mahasiswa di Universitas

Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan, dengan Program S1 jurusan Ilmu

Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Selama mengikuti perkuliahan di Universitas Lampung, penulis juga aktif di salah

satu organisasi kampus. Dan pada tahun 2016 penulis menyelesaikan studinya di

Universitas Lampung dengan judul Pengaruh Earning Management, Underpricing, Debt To Equity Ratio Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Setelah Initial Public Offerings (IPO) (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotif Dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek

(17)

Ahamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala kenikmatan anugerah-Nya

yang tiada terkira, sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan

skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada usnawatun khasanah

kita Nabi Muhammad SAW yang bersamanya kemuliaan dan keagungan Islam.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Earning Management, Underpricing, Debt To Equity Ratio Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Setelah Initial Public Offerings (IPO) (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotif Dan Komponennya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode

2011-2014) ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Administrasi Bisnis pada Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis di Universitas

Lampung.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan

segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(18)

Lampung.

3. Bapak Drs. A. Effendi, M.M., selaku Pembantu Dekan Bidang akademik FISIP

Unila.

4. Bapak Rifa'i, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, dan

selaku Pembimbing Utama. Terima kasih banyak telah memberikan banyak

ilmu, arahan, kritik, saran dan motivasi yang membantu saya dalam

penyelesaian skripsi ini. Semoga semua hal yang Bapak usahakan dan

korbankan baik waktu, tenaga, pikiran, serta ilmu yang dibagi kepada saya

menjadi amal yang terus mengalir pahalanya.

5. Bapak Suprihatin Ali, M.Sc., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

6. Bapak Mohammad Machrus, S.E,. M.Si., selaku Penguji Utama dan atas

kesediaan bapak yang selalu menyempatkan hadir untuk menguji saya di

sela-sela agenda Bapak. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca

skripsi saya, menyampaikan masukkan, kritik dan saran yang sangat membantu

saya dalam membangun dasar keilmuan tentang bidang yang saya teliti.

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Administrasi Bisnis FISIP Unila atas segenap

pengetahuan, bantuan dan bimbingannya selama penulis menjadi Mahasiswa

(19)

perkuliahan selama ini.

9. Bapak Haryadi (Alm) dan Ibu Lela Dwi Antika, sebagai orang tua tercinta,

terima kasih tidak cukup membalas semua keikhlasan dan pengorbanannya.

Selalu memberikan kasih sayang, cinta, semangat, doa yang tulus dalam

membesarkanku selama ini sehingga menjadi motivator dan inspirator terbesar

dalam hidupku. Semoga Allah SWT memberikan balasan dan kebahagiaan

yang luar biasa indah untuk orang tuaku di dunia maupun di akhirat.

10. Kakakku Septi Hartati, Gr., S.Pd. Terima kasih untuk segala keceriaannya,

doa, kasih sayang, perhatian, motivasi, semangat dan dukungan sehingga aku

bisa menyelesaikan pendidikan bahkan dapat menyelesaikan karya tulisku ini.

11. Keluarga besarku terimakasih untuk semuanya, baik itu semangat, doa,

maupun material.

12. Terimakasih untuk teman kecilku hingga saat ini Aldila Nurdita, Dian

Holiviani, Imanudin, Johadi Saputra, Riki Andrian dan Septyana untuk

semangat, dukungan, dan telah menjadi salah satu sumber kebahagian bagi

penulis. Semoga kita semua sukses.

13. Terimakasih untuk Ria Audina anak malang yang selalu kasih support untuk penulis. Semangat yaaa nyeee buat kita, harus jadi wanita tangguh jangan

(20)

Terimakasih untuk segala bantuan, dukungan dan motivasi.Good luck for us.

15. Terimakasih untuk Mba Mbul, Ka Heral, Mba Bekti, Kaka (Rizka

Chairunnisa), Kak May dan Mang Odi untuk bantuan, waktu dan untuk

semuanya. Semoga Allah membalasnya dan senantiasa diberikan kesuksesan

untuk kalian.

16. Teman sebimbingan Abdul, Fera, Lestarida dan Afiks. Makasih buat saling

tunggu-menunggu bahkan sampai sore ketika kita ingin bimbingan.

17. Terimakasih untuk Radisty. Tetap menjadi disty yang ku kenal selama ini ya.

Sukses untuk kita ty.

18.Teman-teman ABI 2012. May, Sayu, Lily, Ane, Nia, Tika, Riza, Apriana,

Nani, Eka, Fidya, Citra, Fitria, Riska, Mutiari, Nijun, Dita, Dwi, Arisa,

Wiwin, Launa, Ika Novi, Nona, Gaby, Septian dll yang tidak bisa penulis

sebutkkan satu-persatu. Terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian

selama ini.

19. Terimakasih teman-teman TIM KKN 2015 Desa Wonosari, Kecamatan

Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji. Mba Ika, Meilin, Bayu, Arman, Kak Frisky,

Kak Reinhart, dan Singgih untuk pengalaman berharga dan kebersamaannya

selama 40 hari.

20.Terimakasih untuk Ario Rahmadani selalu memberikan doa, semangat, nasihat,

waktu dan segalanya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Selalu semangat

(21)

22.Semua teman-teman yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan

skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

23. Terakhir terima kasih banyak untuk kalian yang selalu memiliki cara dalam

mewarnai kehidupan penulis dimasa perkuliahan. Mulai dari pertama kenal di

lapangan bola Unila sampai kita nanti akan dilepas sebagai wisudawati di

GSG Unila. Maaf ya ka, kalo jadwal kepadetan sampe mau maen harus atur

jadwal dari jauh-jauh hari, maaf ya mel sering jengkel kalo tulalit nya kumat,

maaf ya neng sering banget ngerepotin kesana-kesini. Udah gak ngerti lagi

harus ucapin makasih apalagi. Udah yaa sukses buat kitaka, mel, neng!

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

namun haparan penulis semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita

semua. Aamiin ya robbal alamin.

Bandar Lampung, Februari 2016

(22)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya perekonomian di negeri ini maka perkembangan dan

pertumbuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini

mengharuskan pihak manajemen untuk memperoleh tambahan dana baru. Bukan

hal yang mudah untuk mempertahankan kondisi keuangan perusahaan tanpa

diiringi dengan aliran kas yang stabil dan cadangan kas yang cukup, atau yang

lebih dikenal dengan sebutan modal. Pasar modal (capital market) memiliki peran penting mengenai permodalan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berinvestasi

melalui saham di pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi yang

menjanjikan, akan tetapi berinvestasi di pasar modal tentunya juga memiliki

berbagai risiko yang bisa saja dihadapi oleh investor.

Keuntungan berinvestasi berupa selisih harga saham (capital gain) maupun kerugian selisih harga saham (capital loss) terjadi kerena adanya fluktuasi harga saham yang disebabkan oleh permintaan dan penawaran berbeda antar investor di

pasar bursa. Untuk itu, pasar modal dijadikan solusi sebagai sumber pendanaan

eksternal bagi perusahaan. Hal itu dapat dilakukan dengan cara menjual sebagian

(23)

masyarakat luas. Kegiatan tersebut dikenal dengan istilah penawaran umum (go public).

Menurut Usman (1989) dalam Anoraga (2003) pasar modal sebagai pelengkap disektor keuangan. Salah satu cara mendapatkan keuntungan dari pasar modal

yaitu dengan melakukan penawaran saham perdana perusahaan kepada

masyarakat atau yang lebih dikenal sebagai Initial Public Offerings (IPO). Manajemen harus menjelaskan kondisi perusahaan secara menyeluruh sebelum

menawarkan sahamnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menerbitkan prospektus.

Prospektus adalah informasi penting dalam proses penawaran umum. Dalam

prospektus terdapat banyak informasi yang berhubungan dengan keadaan

perusahaan yang melakukan penawaran umum. Informasi dalam prospektus dapat

membantu investor dalam membuat keputusan yang rasional mengenai resiko dan

nilai saham yang ditawarkan perusahaan.

Perusahaan yang akan go public biasanya dimulai dengan keputusan melakukan Initial Public Offerings (IPO) yang dilakukan di pasar perdana (primary market). Selanjutnya saham tersebut akan di perjual-belikan di pasar modal atau disebut

pasar sekunder (secondary market). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan penjamin

emisi efek (underwriter) sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana tinggi. Sebaliknya, underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan risiko yang ditanggungnya. Dalam tipe

(24)

dengan bernegosiasi dengan emiten agar saham tersebut tidak terlalu tinggi

harganya, bahkan cenderung underpriced. Underpricing terjadi akibat adanya distribusi informasi yang tidak merata antar berbagai partisipan yang terlibat

dalam proses emisi perdana yaitu emiten, penjamin emisi dan investor (Alteza,

2010). Bagi perusahaan yang mengeluarkan saham, apabila terjadi underpricing berarti kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dana maksimal. Sebaliknya

bila terjadi overpricingperusahaan akan berhasil menghimpun dana lebih murah, sehingga akan mendapatkan dana yang maksimal.

Fenomena lain menunjukkan adanya asimetri informasi (asymmetric information) yang menyertai kebijakan IPO. Walaupun investor mempunyai informasi yang

cukup mengenai perusahaan yang melakukan IPO tersebut, asimetri informasi

tetap terjadi dalam penawaran. Kondisi inilah yang memotivasi manajemen untuk

bersikap oportunistik untuk melakukan manipulasi terhadap kinerjanya baik

sebelum dan pada saat penawaran. Earning management adalah kecenderungan yang biasanya dilakukan oleh pihak manajemen, seringkali juga diartikan dengan

rekayasa laba, meski kedua istilah tersebut tidak dapat dikatakan mutlak sama.

Pada dasarnya hal ini dilakukan guna merekayasa laba perusahaan kepada

stakeholders (Lesmana dan Rudi, 2003). Kebijakan earning management dalam hal ini ditujukan untuk memberikan sinyal kepada pasar tentang perusahaan yang

dikelolanya. Sinyal positif ini diwujudkan dalam kinerja yang dilaporkan

(biasanya dalam prospektus penawaran). Namun sinyal positif ini dalam jangka

panjang tidak bisa dipertahankan oleh manajemen, yang tercermin dari penurunan

(25)

Ukuran perusahaan yang dihitung menggunakan total aktiva mempunyai

hubungan positif terhadap tingkat pengungkapanintellectual capitaldalamannual report (Ulum, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM pada Bab IV Pasal 6 menyatakan bahwa ukuran

perusahaan dapat dinilai dari kekayaan bersih atau total aset dari perusahaan

tersebut, oleh karena itu peneliti berencana menggunakan total aset untuk

mengetahui ukuran kekayaan dari Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

Terdapat dua analisis untuk meramalkan harga saham, yaitu melalui analisis

fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental yaitu menganalisis

faktor-faktor ekonomi dalam upaya memprediksi perkembangan perusahaan di

masa yang akan datang. Komponen dalam analisis fundamental yaitu terdiri dari

analisis laporan keuangan atau analisis rasio perusahaan. Sedangkan analisis

teknikal yaitu metode analisis yang menggunakan data-data historis mengenai

perubahan harga saham. Rasio keuangan yang dapat digunakan salah satunya

yaitu debt to equity ratio. Rasio ini menggambarkan seberapa besar perusahaan menggunakan pendanaan melalui hutang dan seberapa besar kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (Prastowo, 2011).

Perusahaan manufaktur merupakan salah satu sektor industri yang bergerak pada

bidang otomotif. Bidang otomotif banyak diminati para konsumen karena saat ini,

kendaraan dijadikan sebagai kebutuhan yang penting untuk masyarakat dalam

mempermudah aktivitas. Namun untuk saat ini, ekonomi sedang mengalami

(26)

dampak terhadap kondisi keuangan di negara ini. Dari hasil data yang dimiliki

penelitian, justru penjualan kendaraan di negara ini dalam kurun waktu 3 tahun

terakhir (2011-2014) mengalami peningkatan. Berikut ini tabel persentase dari

penjualan kendaraan di Indonesia:

Tabel 1.1 Persentase Penjualan Kendaraan Tahun 2011-2014

No. Tahun Persentase Penjualan

Dengan mengetahui kondisi keuangan negara Indonesia kurang stabil namun

tingkat penjualan kendaraan di negara ini pada tahun 2011-2014 semakin

meningkat, maka peneliti tertarik mengambil sampel perusahaan manufaktur

sektor otomotif untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terhadap harga saham

perusahaan. Sebelum melakukan penelitian, perusahaan yang go public akan diurutkan terlebih dahulu. Berikut daftar nama perusahaan sektor otmotif dan

komponennya yang telah melakukan IPO.

Tabel 1.2 Data Perusahaan Otomotif Yang Telah Melakukan IPO No Kode

Saham Emiten Tanggal IPO

(27)

13 NIPS PT Nipress Tbk 24 Juli 1991 14 PRAS PT Prima Alloy Steel Universal Tbk 12 Juli 1990 15 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 9 September 1996 16 TURI PT Tunas Ridean Tbk 6 Mei 1995

17 UNTR PT United Tractors Tbk 19 September 1989

Sumber:Daedi (2015)

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka peneliti mengambil

judul “Pengaruh Earning Management, Underpricing, Debt To Equity Ratio Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Setelah Initial Public Offerings(IPO) (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Peride 2011-2014)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka rumusan masalah

yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Apakah earning management berpengaruh terhadap harga saham setelah Initial Public Offerings (IPO) pada perusahaan manufaktur sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014?

2. Apakah underpricing berpengaruh terhadap harga saham Setelah Initial Public Offerings (IPO) pada perusahaan manufaktur sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014?

(28)

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap harga saham setelahInitial Public Offerings (IPO) pada perusahaan manufaktur sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014?

5. Apakahearning management, underpricing, debt to equity ratiodan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap harga saham setelah

Initial Public Offerings (IPO) pada perusahaan manufaktur sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan-batasan sebagai berikut:

1. Sampel penelitin yaitu perusahaan manufaktur sektor otomotif yang telahgo publicdan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.

2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah earning management, underpricing, debt to equity ratio dan ukuran perusahaan (sebagai variabel independen) serta harga saham (sebagai variabel dependen).

3. Earning managementdalam penelitian ini menggunakanproxy discretionary accruals(DA).

4. Underpricingdalam penelitian ini menggunakanproxy initial return. 5. Harga saham yang diperoleh dari pasar sekunder.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

(29)

2. Mengetahui pengaruh underpricing terhadap harga saham setelah Initial Public Offerings (IPO) pada perusahaan manufaktur sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

3. Mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap harga saham setelah Initial Public Offerings (IPO) pada perusahaan manufaktur sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

4. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap harga saham setelah

Initial Public Offerings (IPO) pada perusahaan manufaktur sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

5. Mengetahui pengaruhearning managemet, underpricing, debt to equity ratio dan ukuran perusahaan terhadap harga saham setelahInitial Public Offerings (IPO) pada perusahaan manufaktur sektor otomotif dan komponennya yang

terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Investor

Bagi investor hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam

mengambil keputusan sebelum melakukan pembelian saham di pasar perdana

(IPO).

2. Perusahaan

Bagi perusahaan yang melakukanInitial Public Offerings (IPO) harus lebih cermat dalam meneliti kebijakan IPO dalam memberikan informasi saat

(30)

3. Peneliti

Bagi peniliti diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu

pengetahuan kepada peneliti terkait bagaimana berinvestasi di pasar modal

(31)

2.1 Landasan Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teori yang berkaitan dengan

variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Teori yang digunakan yaitu teori

asimetri informasi dan teorisignaling.

2.1.1 Teori Asimetri Informasi

Menurut Hanafi (2008) konsep asimetri informasi dan signaling berkaitan erat. Teori asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan

tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan,

pihak tertentu mempunyai informasi yang lebik baik dibandingkan pihak lainnya.

Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan

pihak luar (seperti investor). Menurut Rahmawati dkk. (2006) asimetri informasi merupakan sebuah keadaan dimana manajer mempunyai akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan.

Hal tersebut dapat dikatakan terjadi asimetri informasi antara manajer dengan

investor. Investor yang merasa mempunyai informasi yang lebih sedikit, akan

berusaha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan kata lain, perilaku

(32)

signal oleh pihak luar (investor). Manajer memiliki informasi lebih dibandingkan dengan pihak eksternal dikarenakan manajer yang mengetahui kondisi keuangan

secara mendalam di perusahaan. Untuk menarik perhatian investor, manajer dapat

mengubah laporan keuangan seperti nilai aktiva perusahaan. Dengan mengubah

laporan keuangan perusahaan, manajer mengharapkan permintaan saham

perusahaan tersebut meningkat. Ketika hal ini terjadi akan mempengaruhi harga

saham pada perusahaan tersebut. Kecurangan terhadap laporan keuangan ini

hanya diketahui oleh manajer sehingga menyebabkan adanya perbedaan informasi

anatara pihak internal perusahaan (manajer) dengan pihak eksternal perusahaan

(investor).

2.1.2 TeoriSignaling

Ross (1977)dalamHanafi (2008) mengembangkan model di mana struktur modal (penggunaan utang) merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan

karenanya ingin agar saham meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut

ke investor. Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan mengatakan

secara langsung “perusahaan kami mempunyai prospek yang baik”. Tentu saja

investor tidak akan percaya begitu saja. Selain itu, manajer ingin memberikan

signal yang lebih dipercaya (credible). Manajer bisa menggunakan utang lebih banyak, sebagaisignalyang lebihcredible.

Apabila utang meningkat, maka kemungkinan bangkrut akan semakin meningkat.

Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka manajer akan ’terhukum’, misal

(33)

itu, perusahaan yang meningkatkan utang bisa dipandang sebagai perusahaan

yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Karena cukup yakin,

maka manajer perusahaan tersebut berani menggunakan utang yang lebih besar.

Investor diharapkan akan menangkap signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Signal positif yang ditangkap diharapkan dapat membuat investor menanamkan sahamnya. Dengan demikian utang merupakan tanda atau

signal positif, karena jika banyak investor menerima signal yang telah diberikan manajer maka investor pun akan menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut.

Sehingga membuat harga saham di perusahaan tersbut akan berfluktuasi sesuai

permintaan dari para investor.

2.2 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal memiliki makna yang bermacam-macam. Menurut Wai dan Patrick

(1986) dalam Anoraga (2003) definisi luas pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara

di bidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek,

primer, dan tidak langsung. Definisi dalam arti menengah adalah semua pasar

yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat

kredit (biasanya yang berjangka lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham,

obligasi, pinjaman berjangka, hipotek dan tabungan, serta deposito berjangka.

Sedangkan definisi dalam arti sempit yaitu pasar terorganisasi yang

memperdagangkan saham-saham dan obligasi dengan memakai jasa makelar,

(34)

Pasar modal memberikan jasanya yaitu penghubung antara pemilik modal dalam

hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan penjamin dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan yang go public). Pasar modal adalah pasar abstrak karena barang yang diperjualbelikan adalah dana yang bersifat

abstrak dan bentuk konkretnya adalah lembar surat-surat berharga di Bursa Efek.

Bursa Efek adalah sebuah tempat yang memperdagangkan efek yang telah

diterbitkan oleh perusahaan publik dengan melibatkan lembaga dan profesi terkait

dengan efek (Tavinayati dan Yulia, 2009).

Indonesia pada awalnya memiliki dua Bursa Efek, yaitu BEJ (Bursa Efek Jakarta)

dan BES (Bursa Efek Surabaya yang akhirnya bergabung menjadi BEI (Bursa

Efek Indonesia) di tahun 2007. Menurut Supranto (1992) pasar modal dapat

dikategorikan menjadi dua yaitu:

a. Pasar Perdana(Primary Market)

Pasar perdana merupakan pasar atau wahana terjadinya penjualan surat-surat

berharga dalam jangka panjang kepada publik untuk pertama kalinya oleh para

emiten. Pada pasar perdana perusahaan akan memperoleh dana dengan

menjual sekuritas (saham, obligasi). Selanjutnya perusahaan dapat

menggunakan dana hasil emisi tersebut untuk menambah modal dan

seterusnya digunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Artinya pasar

perdana sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi. Adapun ciri-ciri pasar

perdana(primary market)pada bursa efek adalah: 1. Tidak dikenakan komisi.

2. Harga saham tetap.

(35)

4. Jangka waktu terbatas.

5. Pemesanan dapat dilakukan melalui keagenan atau lembaga terkait.

b. Pasar Sekunder

Pasar sekunder merupakan pasar yang memperdagangkan efek atau surat

berharga jangka panjang setelah Initial Public Offerings (IPO), dengan demikian transaksi jual-beli efek dalam pasar sekunder hanya terjadi antar

investor satu dengan investor lainnya, transaksi dalam pasar sekunder tidak

lepas dari fungsi bursa sebagai lembaga penyedia perdagangan dalam pasar

modal atau bursa efek. Adapun ciri-ciri pasar sekunder pada bursa efek

adalah:

1. Jangka waktu tidak terbatas.

2. Adanya pembebanan komisi baik untuk pembelian maupun untuk

penjualan.

3. Harga dapat berfluktuasi sesuai dengan kekuatan pasar yang terjadi.

4. Pemesanan hanya dapat dilakukan melalui anggota bursa.

2.3 Initial Public Offerings (IPO)

Initial Public Offerings (IPO) adalah penawaran saham atau obligasi perusahaan kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya (Jogiyanto, 2007). Pertama kali

yang dimaksudkan yaitu bahwa pihak penerbit untuk pertama kalinya melakukan

penjualan saham atau obligasi. Initial Public Offerings (IPO) merupakan penawaran saham di pasar perdana yang akan go public, sedangkan perusahaan yang menjual sahamnya disebut sebagai emiten dan pembeli saham dikenal

(36)

kegiatan penawaran efek atau saham yang dilakukan oleh emiten (perusahaan

yang sudahgo public). Jika perusahaan memutuskan untuk go publicdan menjual saham perdananya kepublic,isu utama yang akan muncul adalah tipe saham yang akan dijual, dan berapa harga yang harus ditetapkan untuk selembar sahamnya

dan kapan waktunya yang paling tepat. Umumnya perusahaan menyerahkan

permasalahan yang berhubungan dengan Initial Public Offerings(IPO) ke banker investasi (investment banker) yang mempunyai keahlian didalam penjualan sekuritas.

Perusahaan yang telah melakukan Initial Public Offerings (IPO) secara finansial untuk memperoleh modal tambahan guna mengembangkan bisnis perusahaan,

atau sisi lainnya yaitu sebagai ukuran bahwa perusahaan tersebut telah melakukan

keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan. Perusahaan yang telah melakukan

penawaran umum disebut perusahaan terbuka atau perusahaan publik. Hal ini

berarti bahwa perusahaan sudah merupakan milik masyarakat pemegang saham

dari perusahaan yang bersangkutan. Secara mudah perusahaan yang sudah go public mudah dikenali oleh masyarakat, karena status perusahaan dari perseroan tertutup berubah menjadi Perseroan Terbuka (Tbk). Terbuka maksudnya yaitu

perseroan dapat dimiliki oleh masyarakat umum dan mempunyai kewajiban untuk

membuka semua informasi kepada pemegang saham dan masyarakat, kecuali

yang bersifat rahasia untuk menjaga persaingan. Harga saham perdana pada saat

(37)

harga penawaran umum (offering price) pada saat penawaran umum atau harga perdana.

2.3.1 AlasanGo Public

Prospektus-prospektus yang dikeluarkan perusahaan, menyebut enam alasan

untuk menawarkan sahamnya kepada masyarakat berhubungan dengan rencana

penggunaan hasil penjualan saham kepada masyarakat. Menurut Sjahrir (1995)

alasan-alasan perusahaango publicyaitu:

1. Kebutuhan akan dana untuk melunasi hutang, baik jangka panjang maupun

jangka pendek, sehingga mengurangi beban bunga.

2. Meningkatkan modal kerja perusahaan.

3. Membiayai perluasan perusahaaan (pembangunan pabrik baru, peningkatan

kapasitas produksi).

4. Memperluas jaringan pemasaran dan distribusi.

5. Meningkatkan teknologi produksi.

6. Membayar sarana penunjang (pabrik, perawatan kantor, dan lain-lain).

2.3.2 Syarat-SyaratGo Public

Tidak semua perusahaan dapat melakukan go public. Banyak hal yang harus dipersiapkan perusahaan sebelum melakukan go public. Selama pengajuan pernyataan pendaftaran go public ke Bapepam, perusahaan dapat melakukan pemasaran atau public expose kepada masyarakat. Dalam public expose ini, perusahaan mengundang calon investor yang dianggap potensial. Perusahaan

perlu menjelaskan tentang pertumbuhan perusahaan, prospek ke depan, serta

(38)

menarik masyarakat untuk bersedia menanamkan modalnya. Syarat-syarat bagi

perusahaan yang akan melakukango public(Anoraga, 2003) yaitu: 1. Emiten berkedudukan di Indonesia.

2. Pemegang saham minimal 300 orang.

3. Modal disetor penuh sekurang-kurangnya tiga miliar rupiah.

4. Setelah diaudit, selama dua tahun buku terakhir berturut-turut memperoleh

laba.

5. Untuk perbankan harus memenuhi kriteria sebagai bank sehat dan memenuhi

kecukupan modal sesuai ketentuan Bank Indonesia.

2.3.3 ManfaatGo Public

Bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offerings) memiliki manfaat tersendiri bagi perusahaan. Berbagai faktor yang mendorong perusahaan untuk go public sehingga pada akhirnya perusahaan tersebut dapat menikmati manfaat dari melakukan go public. Ada empat manfaat yang dapat diterima perusahaan ketika melakukan go public (Jogiyanto, 2007) yaitu:

a. Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang.

Bagi perusahaan yang tertutup, calon investor biasanya enggan untuk

menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan informasi

keuangan antara pemilik dan investor. Sedangkan bagi perusahaan yang

sudah go public, informasi keuangan harus dilaporkan ke publik secara regular yang kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan publik.

(39)

Untuk perusahaan yang masih tertutup dan belum mempunyai pasar untuk

sahamnya, pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual sahamnya

dibandingkan dengan perusahaan yang sudahgo public. c. Nilai perusahaan diketahui.

Untuk alasan-alasan tertentu, nilai pasar perusahaan perlu untuk diketahui.

Misalnya jika perusahaan ingin memberikan insentif dalam bentuk opsi

saham(stock option)kepada manajer-manajernya, maka nilai sebenarnya dari opsi tersebut perlu diketahui. Jika perusahaan masih tertutup, nilai opsi

tersebut sulit ditentukan.

d. Adanya berbagai kesempatan (Windows of opportunity)

Saham perusahaan yang diperdagangkan di Bursa membuat perusahaan

semakin dikenal masyarakat dan biaya iklan yang semakin kecil. Akibatnya,

kesempatan yang tersedia bagi perusahaan akan terbuka lebar dikarenakan

transparasi perusahaan dan kemudahan yang diperoleh untuk mendapatkan

dana. Bila perusahaan ingin melakukan ekspansi lebih besar tidak

mempunyai pemasalahan dikarenakan pendaaan tersedia dan berbagai

kesempatan akan muncul untuk perusahaan.

2.3.4 TahapanInitial Public Offerings(IPO)

Perusahaan yang melakukan Initial Public Offerings (IPO) harus melakuakan berbagai tahapan, berikut tahapan-tahapan yang harus dilakukan:

1. Adanya kesepakatan antara direksi perusahaan yang dilakukan dalam sebuah

(40)

2. Penawaran saham ke publik dimasukkan dalam agenda RUPS (Rapat Umum

Luar Biasa Pemegang Saham) untuk mendapat persetujuan.

3. Membentuk tim Initial Public Offerings (IPO) perusahaan dalam rangka persiapan untuk melakukango public.

4. Melakukan penunjukkan kepada pihak-pihak yang berpartisipasi untukInitial Public Offerings(IPO) perusahaan.

5. Melakukan penawaran saham ke publik dengan bantuan semua puhak yang

berpartisipasi pada penawaran saham ini.

6. Saham diperdagangkan di Bursa Efek.

2.4 Saham

Saham (share/stock) adalah salah satu instrumen pasar modal yang paling umum diperdagangkan karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang

menarik (Hariyani dan Serfianto, 2010). Saham merupakan tanda penyertaan

modal dari seseorang atau badan usaha didalam suatu perusahaan. Menurut

Untung (2011) saham dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Saham biasa(common stock)

Saham biasa (common stock) adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas kekayaan perusahaan

apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham jenis ini paling banyak

dikenal masyarakat. Saham biasa memiliki harga nominal, yang nilainya

ditetapkan oleh emiten (perusahaan yang menerbitkan saham). Harga saham

(41)

oleh emiten berbeda dengan harga perdana(primary price) dari suatu saham. Harga perdana adalah harga sebelum suatu saham dicatatkan(listed)di bursa efek.

b. Saham preferen(preferred stock)

Saham preferen (preferred stock) adalah saham yang berbentuk gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena dapat menghasilkan pendapatan tetap

(seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti

yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa

karena dua faktor yaitu: mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa

tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembar saham tersebut. Saham

preferen memiliki tiga keunggulan yaitu: pendapatan lancar yang tinggi dan

dapat diprediksi, memiliki keamanan, dan biaya per unit rendah. Tetapi

saham preferen pun memiliki kerugian yaitu: rentan terhadap inflasi dan

tingkat bunga yang tinggi, serta sangat kurang berpotensi untuk peralihan

modal.

2.5 Earning Management

Earning managementatau manajemen laba menurut Scott (1997) mendefinisikan

yaitu, “Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm”. Dari definisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer

dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan

utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Scott (1997) membagi cara

(42)

perilaku opportunistic manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, danpolitical costs(opportunistic earning management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari prespektif efficient contracting (efficient earning management), dimana manajer diberikan fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam

mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak

yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai

pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat

perataan laba (income smoothing).

Menurut Lesmana dan Rudy (2003), earning management adalah kecenderungan yang umum dilakukan oleh pihak manajemen, seringkali diartikan dengan

rekayasa laba. Manajemen laba akan membuat laba tidak sesuai dengan realitas

ekonomi yang ada, hal ini berarti kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah.

Laba yang disajikan mungkin tidak mencerminkan realitas ekonomi, tetapi karena

keinginan manajemen untuk memperlihatkan sedemikian rupa atau menutupi

realita yang ada. Manajemen laba dapat dilakukan oleh pihak manajemen dengan

berbagai cara seperti melakukan perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya,

mempercepat atau penundaan pendapatan dan biaya, menghilangkan atau

mengurangidiscretionary cost(biaya tetap yang pengeluarannya bisa dipengaruhi oleh kebijakan manajemen) dan sebagainya. Wild (2005) menyebutkan

bentuk-bentuk manipulasi laba sebagai berikut:

1. Perubahan metode atau asumsi akuntansi. Contoh perusahaan yang mengubah

(43)

pengembalian portofolio menjadi tinggi. Hal ini mengakibatkan peningkatan

terhadap laba.

2. Menghapus keuntungan dan kerugian luar biasa (dan tidak biasa). Praktik ini

memindahkan dampak terhadap laba yang tidak biasa dan tidak diperkirakan

dapat berpengaruh buruk terhadap tingkat kecenderungan laba.

3. Mandi besar (big bath). Teknik ini mengakui beban periode masa depan pada masa kini, jika kinerja periode masa kini sangat buruk. Praktik ini melepaskan

beban masa depan dari laba masa depan.

4. Penurunan nilai. Penurunan nilai aktiva operasi seperti pabrik dan peralatan

atau aktiva tak berwujud, seperti goodwill saat hasil operasi sedang buruk merupakan alat manajemen laba lainnya. Perusahaan sering kali melakukan

pembenaran penurunan nilai dengan menyatakan bahwa kondisi ekonomi

tidak mendukung nilai aktiva yang dilaporkan.

5. Menentukan waktu pengakuan pendapatan dan beban. Teknik ini mengatur

waktu pengakuan pendapatan dan beban untuk melakukan manajemen laba.

Contohnya yaitu mengatur waktu pengakuan pendapatan, penjualan aktiva,

pengeluaran riset, iklan, pemeliharaan, dan perbaikan. Tidak seperti sebagian

besar teknik manajemen laba, keputusan ini dapat melibatkan waktu transaksi

aktual. Salah satu contoh yaitu general electric yang melakukan saling hapus antara keuntungan dengan beban restrukturasi untuk meratakan fluktuasi laba.

Earning management merupakan upaya mengelola pendapatan atau keuntungan untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang dilandasi oleh faktor-faktor seperti

(44)

biaya keagenan (agency cost) ataupun biaya kontrak. Motivasi lain manajemen laba dilihat dari sudut pandang akuntansi adalah karena ada dua keterbatasan para

pengguna dalam menginterprestasi pelaporan keuangan. Pertama, kriteria

penyajian elemen pelaporan keuangan rentan terhadap kebijakan manajemen,

yaitu pihak manajemen memiliki peluang dan kebebasan untuk menerapkan

kebijakan manajemen yang berhubungan dengan pencatatan dan metode akuntansi

yang akan digunakan untuk pelaporan keuangannya. Kedua, tidak ada observasi

sempurna mengingat tidak semua kebijakan manajemen dapat diobservasi oleh

para pengguna laporan keuangan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya

asimetri informasi antara investor dengan manajemen perusahaan yang

berpeluang untuk melakukan rekayasa laba sehingga mempengaruhi kualitas laba

yang dilaporkan ke publik.

Menurut Watts and Zimmerman (1986) dalam Riahi dan Belkaoui (2001) perilaku

manajemen laba (earning management) dapat dijelaskan melalui tiga hipotesis, yaitu:

a. Bonus Plan Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana

bonus lebih mungkin menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat

(45)

b. Debt Equity Hypothesis

Hipotesis ini menjelaskan bahwa semakin tinggi rasio utang/ekuitas suatu

perusahaan yang ekuivalen dengan semakin dekatnya perusahaan terhadap

kendala-kendala dalam perjanjian utang, dan semakin besar probabilitas

pelanggaran perjanjian. Oleh sebab itu kemungkinan manajer untuk

menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkanincome. c. Political Cost Hypothesis

Hipotesis ini menjelaskan bahwa perusahaan cenderung untuk

menurunkan laba sekarang dengan menggeser ke laba-laba yang akan

mendatang. Motivasi perusahaan melakukan hal ini untuk menghindari

tekanan politik seperti tuduhan monopoli dengan menunjukkan laba

perusahaan tidak berlebihan seperti yang dicurigai.

2.5.1 KlasifikasiEarning Management(Manajemen Laba)

Menurut Lesmana dan Rudi (2003), earning management atau manajemen laba dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1. Menaikkan atau Menurunkan Laba yang Dilaporkan

Menaikkan laba (income increasing) atau menurunkan laba (income decreasing) yang diaporkan, merupakan suatu bentuk manajemen laba yang paling dasar, dan dapat dicakup dalam bentuk laba lainnya. Apalagi

dikaitkan dengan teori akuntansi mengenai bonus plan hypothesisdandebt covenant hypothesis misalnya, dimana manajemen mempunyai kecenderungan untuk memperlihatkan kinerja yang sesuai dengan tuntutan

(46)

2. Perataan Laba (Income Smoothing)

Perataan laba (income smoothing) adalah bagian dariearning management yang merupakan kegiatan perusahaan untuk perubahan atau merekayasa

data secara smooth atau lembut. Perataan laba dapat dipandang sebagai upaya yang secara sengaja dimaksudkan untuk menormalkan income dalam rangka mencapai kecenderungan atau tingkat yang diinginkan

(Riahi dan Belkaoui, 2001). Kinerja yang diharapkan oleh para investor

adalah adanya laba yang tidak berfluktuasi, sehingga menunjukkan

kecenderungan peningkatan yang stabil. Fluktuasi yang tinggi akan

menunjukkan risiko yang lebih tinggi, dan investor maupun kreditor

normalnya ingin menghindari risiko yang tinggi.

3. Pencucian Laporan Keuangan (Financial Bath Behavior)

Pencucian laporan keuangan merupakan antisipasi dari pihak manajemen

untuk dapat memberikan dasar pijakan yang lebih baik dalam mengelola

kinerja keuangan perusahaan. Pencucian laporan keuangan pada umumnya

dilakukan dengan harapan laba di periode yang akan datang lebih tinggi

daripada seharusnya.

2.5.2 Indikator-IndikatorEarning Management

Menurut Lesmana dan Rudy (2003), indikator-indikator yang dapat dipergunakan

untuk mendeteksi adanyaearning managementantara lain: 1. Penjualan dan Laba Bersih

Indikator yang dapat dilihat sebagai indikator adanya manajemen laba

adalah dengan melihat hubungan anatara penjualan dan laba bersih.

(47)

petunjuk bahwa manajemen melakukan pengaturan laba. Misalnya,

penjualan meningkat 10% dan laba meningkat 20%, terdapat hubungan

yang patut dipertanyakan. Pos-pos yang perlu diprioritaskan untuk

diperiksa adalah pendapatan atau beban-beban lain,discretionay cost, pos-pos luar biasa (extraordinary items), dan perubahan akuntansi.

2. Pengakuan Pendapatan

Indikator lain yang dapat dilakukan adalah adalah dengan memeriksa

kebijakan dalam pengakuan pendapatan. Menurut Prinsip Akuntansi yang

Berlaku Umum (PABU), penggunaan metode pengakuan pendapatan

terutama pada penjualan-penjualan yang khas seperti pada kontrak (jangka

panjang). Pengakuan pendapatan dapat diatur secara fleksibel.

3. Discretionary Cost

Discretionary costadalah biaya sebagai ‘input’ yang tidak dapat ditelusuri dampak atau hubungannya dengan ‘output’, atau dapat juga disebut biaya

yang tidak dapat dikendalikan hasilnya. Tetapi diyakini bahwa biaya ini

meski tidak secara langsung dapat dicari hubungan input dengan output,

terdapat hubungan yang positif meski kemungkinan terjadi dalam waktu

singkat. Misalnya, penurunan biaya iklan, tidak serta merta mengakibatkan

turunnya penjualan, tetapi mungkin dampaknya akan dirasakan beberapa

waktu kemudian.

4. Dampak Kebijakan Manajemen DalamDiscretionary Cost

Karena dampak yang tidak nyata dan tidak langsung, maka terdapat

keleluasaan manajemen dalam menentukan kebijakan untuk menaikkan

(48)

diturunkan pada saat perusahan mengalami kesulitan atau berkeinginan

melakukan perataan laba. Dapat pula terjadi manajemen menaikkan

discretionary cost secara signifikan tanpa sebelumnya ada rencana strategis yang ditetapkan. Misalnya meningkatkan biaya iklan secara

signifikan tanpa rencana strategis untuk meningkatkan penjualan.

5. Menilai KewajaranDiscretionary Cost

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kewajaran

discretionary cost adalah dengan memperhatikan biaya-biaya yang berkaitan. Misalnya biaya iklan seharusnya dengan penjualan, biaya

pelatihan berhubungan dengan kerugian akibat kerusakan atau kesalahan

dalam produksi.

2.5.3 Motivasi DariEarning Management

Secara teori laba dijadikan target dalam proses penilaian prestasi kerja perusahaan

secara khusus manajer atau organisasi perusahaan. Menurut Rahmawati (2012)

terdapat motivasi bagi manajer yang melakukanearning managementyaitu: 1. Earning managementmempengaruhi adanya bonus. Manajemen laba adalah

salah satu contoh motivasi kontraktual dimana insentif dari manajemen laba

meningkat dari adanya karakteristik skema bonus yang kontak antara

perusahaan dengan manajer adalah suatu kumpulan dasar kompensasi

manajerial.

2. Meningkatkan kontrak utang yang terdiri dari perjanjian untuk melindungi

kreditur dari tindakan manajer dengan bunga pinjaman yang baik, adanya

(49)

3. Motivasi lain salah satunya adalah politik. Manajer perusahaan besar lebih

suka menggunakan pilihan akutansi yang mengurangi profit yang dilaporkan

pada perusahaan kecil. Misalnya, menghindari tuntutan serikat kerja dengan

menunjukkan bahwa laba perusahaan menurun. Perusahaan dapat

menurunkan laba dengan merubah metode atau prosedur akuntansi.

4. Pendapatan pajak adalah salah satu motivasi yang paling nyata dari

manajemen laba (earning management). Banyak penelitian teori akuntansi positif yang telah mencoba menjelaskan dan memprediksi pilihan kebijakan

persediaan perusahaan. Nampaknya tabungan pajak merupakan faktor yang

terpenting.

5. Initial Public Offerings(IPO), manajer perusahaan akan melakukan earning management agar harga sahamnya saat penawaran perdana lebih tinggi, sedangkan kapitalisasi modal perusahaan menjadi lebih besar. Saat

perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai

sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk

mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusaha menaikkan

laba yang dilaporkan.

2.5.4 MendeteksiEarning Management

(50)

earnings management hypothesis. Model yang digunakan untuk menghitung DA adalah sebagai berikut:

DA

it= TAit–NDAit………..(1)

Keterangan:

DAit =Discretionary accrualsperusahaan i pada tahun t TAit =Total accruals perusahaan i pada tahun t

NDAit=Non discretionary accrualsperusahaan i pada tahun t Dimana dalam mencari total akrual menggunakan rumus:

TA

it= NIit- CFit ………..………(2)

Keterangan:

TA

it =Total accrualsperusahaan i pada tahun t NI

it =Net incomeperusahaan i pada tahun t CFit =Cash flowsperusahaan i pada tahun t

Selanjutnya untuk mengetahui nilai non discretionary accruals menggunakan rumus:

NDA

it

=

………..…………...……(3)

Keterangan:

NDA

it=Non discretionary accrualsperusahaan i pada tahun t

∑ TA = Rata-ratatotal accrualsi pada tahun t

(51)

2.6 Underpricing

Underpricing (Alli et al., 1994 dalam Alteza, 2010) pada dasarnya yaitu selisih harga di pasar sekunder dengan harga perdana. Dengan kata lain, harga saham

dianggap lebih murah dari nilai sebenarnya. Bila harga perdana cenderung dipatok

penjamin emisi pada level lebih rendah dari harga sesuai penilaian pasar sehingga

mengundang munculnya permintaan berlebihan dari investor.

Pihak investor mengharapkanunderpricingkarena dengan demikian para investor akan menerima initial return. Setiap investor umumnya menginginkan return yang maksimal dari investasinya. Retunmerupakan hasil yang diperoleh investor dari investasi berupa return realisasi (pengembalian yang sudah terjadi) atau return ekspektasi (pengembalian yang diharapkan oleh invetor, dan belum terjadi). Return dan risiko memiliki keterkaitan yaitu jika return yang diterima oleh investor tinggi maka risiko yang dihadapi investor pun akan tinggi, dan jika

returnyang diterima investor rendah maka risiko yang dihadapi investor pun akan kecil. Berikut ini merupakan grafik kaitan antarareturndengan risiko.

Grafik 2.1 KaitanReturnDengan Risiko

Initial Return

(52)

Dari grafik 2.1 dapat diketahui bahwa semakin besar return yang diterima investor maka semakin besar risiko yang dihadapi investor, dan semakin rendah

return yang diterima oleh investor maka risiko yang akan diterima akan redah. Melihat dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa underpricing yaitu suatu kejadian yang terjadi di pasar modal ketika melakukan Initial Public Offerings(IPO), dimana harga saham perdana lebih rendah dibandingkan di pasar sekunder. Underpring didefiniskan sebagai penentuan harga saham di pasar perdana lebih rendah dibandingkan di pasar sekunder (Manurung, 2013).

Underpricing diukur dengan initial return, merupakan return yang diterima oleh investor. Menurut Manurung (2013) secara formal rumus mencari initial return yaitu:

IR = ( )x 100% ……….(4)

2.7 Debt To Equity Ratio

Menurut Kasmir (2012) debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio debt to equity ratio menggambarkan seberapa besar perusahaan menggunakan pendanaan melalui hutang dan seberapa

besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Menurut Kasmir

(2012) rumus yang digunakan untuk menentukandebt to equity ratioyaitu:

DER = x 100%………..………..(5)

Nilai rasio hutang yang kecil biasanya terjadi pada perusahaan yang konservatif

(53)

tinggi, misalnya lebih besar dari 1 menunjukan perusahaan terlalu agresif berutang

untuk menunjang pertumbuhan perusahaannya. Akhirnya hutang akan

menimbulkan beban tambahan berupa bunga yang akan mengurangi pendapatan.

Dengan demikian ada risiko cukup besar bila memegang saham dengan rasio

hutang tinggi. Jika suatu perusahaan menanggung beban utang yang tinggi, yaitu

melebihi modal sendiri yang dimiliki, maka harga saham perusahaan akan

menurun.

Menurut Wira (2014) rasio hutang suatu perusahaan tinggi belum tentu kualitas

perusahaan buruk. Jika kondisi ekonomi sedang sulit dan suku bunga terus

meningkat, hal ini dapat merugikan perusahaan yang memiliki hutang dalam

jumlah besar, karena perusahaan harus membayar beban bunga yang ditanggung.

Namun jika suku bunga rendah hal ini akan memberikan keuntungan bagi kedua

belah pihak (pihak perusahaan dan pihak kreditor). Keuntungan bagi perusahaan

yaitu jika suku bunga rendah maka tingkat pengembalian bunga akan kecil

sehingga perusahaan dapat terus melakukan ekspansi sehingga dapat

meningkatkan keuntungan. Keuntungan bagi kreditor yaitu jika suku bunga

rendah maka perusahaan akan banyak melakukan peminjaman dana yang akhirnya

akan digunakan dalam kegiatan produksi maupun non produksi. Jika hal ini terus

berlangsung maka kreditor akan memperoleh keuntungan atas suku bunga dana

yang dipinjamkan.

2.8 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan yang diukur berdasarkan total aktiva mempunyai hubungan

(54)

(Ulum, 2009). Menurut Widjaja (2009) ukuran perusahaan adalah suatu ukuran

yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan antara lain total penjualan,

rata-rata tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada umumnya perusahaan besar

memiliki total aktiva yang besar pula sehingga dapat menarik investor untuk

menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut dan akhirnya saham tersebut

mampu bertahan pada harga yang tinggi.

UU No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke dalam 4

kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar.

Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada total aset yang

dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut. Adapun kriteria ukuran

perusahaan yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008 diuraikan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kriteria Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan

(Size)

Kriteria

Asset(Total Asset) Penjualan Tahunan

Usaha Mikro < 50 juta < 300 juta

Usaha Kecil 50 juta–500 juta 300 juta–2,5 milyar

Usaha Menengah 500 juta–10 milyar 2,5 milyar–50 milyar

Usaha Besar >10 milyar > 50 milyar

Sumber: www.hukumonline.com

Ukuran perusahaan diproksikan dengan log natural total aset, tujuannya agar mengurangi perbedaan yang signifikan antara ukuran perusahaan besar dan

(55)

Menurut Siregar dan Siddharta (2005) rumus yang digunakan untuk mengukur

variabel ukuran perusahaan adalah:

Ukuran Perusahaan =Lognatural (total aset)……….……(6)

Variabel ukuran perusahaan sangat bergantung pada besar kecilnya perusahaan.

Perusahaan besar lebih mudah memperoleh pinjaman karena nilai aktiva yang

dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat kepercayaan bank juga lebih tinggi.

Aktiva yang dijaminkan dapat berupa aktiva tetap berwujud serta aktiva lainnya

seperti piutang dagang dan persediaan. Makin besar ukuran sebuah perusahaan

yang dapat dilihat dari besarnya total aset sebuah perusahaan maka harga saham

perusahaan semakin tinggi, sedangkan jika ukuran perusahaan semakin kecil

maka harga saham akan semakin rendah.

2.9 Harga Saham

Para pemodal tentunya termotivasi untuk melakukan investasi pada suatu

instrument yang diinginkan, dengan harapan untuk mendapatkan kembalian investasi yang sesuai. Fluktuasi harga saham yang diperdagangkan di bursa

ditentukan oleh kekuatan pasar. Pasar yang menilai bahwa perusahaan dalam

kondisi baik maka permintaan saham pada perusahaan tersebut akan meningkat,

begitu juga sebaliknya.

Harga saham merupakan harga yang ditentukan secara lelang kontinu. Harga

pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran dipasar

modal. Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan

(56)

tidak puas dengan kinerja perusahaan dapat menjual saham yang mereka miliki

dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Tindakan-tindakan tersebut

jika dilakukan oleh para pemegang saham akan mengakibatkan turunnya harga

saham dipasar, karena pada dasarnya tinggi rendahnya harga saham lebih banyak

dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan

eksternal perusahaan. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi harga

saham adalah (Arifin, 2002):

1. Kondisi Fundamental Emiten

Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja

emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar

pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Begitu juga sebaliknya,

semakin menurun kinerja emiten maka semakin besar kemungkinan

merosotnya harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan. Untuk

memastikan apakah kondisi emiten dalam kondisi yang baik atau buruk,

kita dapat melakukan pendekatan analisis rasio (rasio profitabilitas, rasio

solvabilitas, dan rasio likuiditas).

2. Permintaan dan Penawaran

Faktor hukum permintaan dan penawaran berada di urutan kedua setelah

faktor fundamental karena begitu investor mengetahui kondisi

fundamental perusahaan tentunya mereka akan melakukan transaksi jual

maupun beli. Harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar, tergantung

permintaan dan penawaran. Jika penawaran lebih besar daripada

permintaan, pada umumnya harga akan turun. Sebaliknya jika penawaran

Gambar

Tabel 1.1 Persentase Penjualan Kendaraan Tahun 2011-2014
Grafik 2.1 Kaitan Return Dengan Risiko
Tabel 2.1 Kriteria Ukuran Perusahaan
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
+6

Referensi

Dokumen terkait

(3) Pemberhentian anggota DPRD yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Menteri Dalam Negeri

Kursus ini menjelaskan tentang prosedur penyelidikan pendidikan, Menyatakan masalah kajian, menetapkan objektif kajian, membentuk soalan kajian, membentuk hipotesis kajian, melakukan

Dengan adanya sebuah komunitas ini, seluruh pelaku kos di Tamansari, baik itu pemilik, pengelola, dan penghuni (mahasiswa) berkolaborasi dalam mewujudkan Tamansari

Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil.Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan

Tujuan khusus penelitian ini yaitu diketahuinya tingkat pengetahuan keluarga tentang demam, diketahuinya durasi demam pada anak, dan diketahuinya keeratan hubungan

 Panen dilakukan setelah berumur + 25 hari setelah tanam, dengan cara mencabut tanaman sampai akarnya atau memotong pada bagian pangkal tanaman sekitar 2 cm di

hukum perpajakan dengan tegas, dapat memberikan diklat khusus tentang perpajakan dalam meningkatkan Sumber daya Manusia/aparatur pajak yang profesional, dan

Secondly, multivariate analysis of comorbidity reporting in this subset of patients’ hospitalizations identifies characteristics associated with accurate and complete reporting