DAN
HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH
Oleh:
NURUL FITRININGTYAS A10400019
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
RINGKASAN
NURUL FITRININGTYAS. Studi uji daya hantar listrik pada benih kedelai
(Glycine max Merr.) dan hubungannya dengan mutu fisiologis benih. (Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. SATRIYAS ILYAS, MS.)
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Ilmu dan
Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Agustus
sampai Oktober 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui
pengaruh beberapa faktor (jumlah benih, volume aquabides, dan kadar air benih)
terhadap daya hantar listrik benih kedelai serta hubungannya dengan mutu
fisiologis benih.
Penelitian terdiri atas dua percobaan. Percobaan 1 bertujuan
mengetahui pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar
listrik dan hubungannya dengan mutu fisiologis benih kedelai. Rancangan yang
digunakan pada percobaan 1 adalah Rancangan Acak Lengkap dua faktor. Faktor
pertama adalah perbedaan jumlah benih dengan dua taraf yaitu : (A1) 25 butir dan
(A2) 50 butir. Faktor kedua adalah volume aquabides dengan tiga taraf yaitu: (B1)
50 ml, (B2) 100 ml, dan (B3) 250 ml. Percobaan 2 bertujuan mengetahui pengaruh
kadar air benih dan volume aquabides dalam uji daya hantar listrik dan kaitannya
dengan mutu fisiologis benih kedelai. Percobaan 2 menggunakan Rancangan
Acak Lengkap dua faktor. Faktor pertama adalah volume aquabides dengan empat
taraf yaitu : (V1) 0 ml, (V2) 50 ml, (V3) 100 ml dan (V4) 250 ml. Faktor kedua
adalah perbedaan kadar air benih dengan lima taraf yaitu: (K1) 8 %, (K2) 10 %,
(K3) 12 %, (K4) 14 %, dan (K5) 16 %.
Tolok ukur yang diamati adalah daya hantar listrik (DHL), daya
berkecambah (DB), bobot kering kecambah normal (BKKN), indeks vigor (IV),
kecepatan tumbuh (KCT) dan laju pertumbuhan kecambah (LPK).
Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa jumlah benih tidak
berpengaruh nyata terhadap daya hantar listrik. Jumlah benih berpengaruh nyata
terhadap DB dan BKKN. Penggunaan 50 butir benih memberikan nilai rata-rata
yang lebih tinggi pada tolok ukur BKKN dan LPK, walaupun nilai DB nyata lebih
tinggi dengan penggunaan 25 butir benih. Volume aquabides berpengaruh sangat
aquabides 250 ml memberikan nilai rata-rata DHL paling rendah dibandingkan
volume 50 dan 100 ml, volume 100 ml memberikan nilai rata-rata lebih tinggi
pada tolok ukur IV (55.5 %) dan KCT (23.8 %/etmal) dibanding volume 50 ml dan
250 ml. Interaksi jumlah benih dan volume aquabides berpengaruh sangat nyata
terhadap BKKN dan LPK. Kombinasi jumlah benih 50 butir dan aquabides 50 ml
atau 100 ml memberikan nilai BKKN dan LPK paling tinggi dibanding kombinasi
perlakuan yang lain.
Hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa interaksi faktor kadar air
dan volume aquabides berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur DHL, DB,
BKKN, IV, KCT dan LPK benih setelah direndam. Interaksi kadar air benih 12 %
dan volume aquabides 100 ml memberikan hasil tertinggi pada tolok ukur DB
(88.0 %), BKKN (2.663 g), KCT (15.8 %/etmal) dan LPK (60.513 mg/KN).
Penggunaan volume aquabides yang berbeda pada uji DHL mengakibatkan nilai
DHL yang terukur menjadi berbeda karena volume aquabides yang digunakan
akan mempengaruhi konsentrasi larutan “elektrolit” yang terbentuk akibat
perendaman benih. Semakin banyak air yang digunakan untuk merendam benih
semakin encer larutan elektrolitnya sehingga DHL yang terukur akan semakin
rendah.
Daya hantar listrik dan tolok ukur viabilitas/vigor benih memiliki
korelasi yang berbeda pada faktor pengujian yang berbeda. Pada percobaan 1
dengan faktor pengujian jumlah benih dan volume aquabides, DHL berkorelasi
negatif dengan DB. Pada percobaan 2, DHL berkorelasi negatif dengan DB,
BKKN dan KCT. Oleh karena itu, penentuan kadar air benih dan volume aquabides
yang tepat untuk uji DHL dapat dilihat dari nilai DB, BKKN, dan KCT yaitu 12%
kadar air dan 100 ml aquabides.
Kata kunci : daya hantar listrik, jumlah benih, kadar air benih, kedelai, viabilitas,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1982 di Kediri, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari ayah bernama P. Naryono dan ibu bernama
Siti Rahayu.
Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri Ngadiluwih I pada tahun 1994,
tahun 1997 lulus dari SLTPN I Ngadiluwih dan tahun 2000 lulus dari SMUN I
Batu. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke IPB melalui jalur
PMDK. Penulis memilih Jurusan Budidaya Pertanian, Program Studi Pemuliaan
Tanaman dan Teknologi Benih sebagai bidang yang ditekuni lebih lanjut.
Penulis pernah menjadi pengurus DKM Al Falah Faperta tahun 2001.
Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan pemilik alam semesta. Puji
dan syukur penulis panjatkan atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Skripsi ini berjudul “Studi Uji Daya Hantar Listrik pada Benih Kedelai
dan Hubungannya dengan Mutu Fisiologis Benih” merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas MS. selaku pembimbing skripsi dan
pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan, arahan dan
bimbingan sejak usulan penelitian hingga penulisan skripsi.
2. Dr. Ir. Faiza C. Suwarno MS. dan Ir. Abdul Qadir MSt. sebagai dosen
penguji atas masukan dan saran-sarannya untuk perbaikan penulisan
skripsi.
3. Bapak dan Ibu atas kesabaran, doa, dukungan moril dan finansialnya serta
kakak-kakak dan adikku yang selalu memberikan dukungan semangatnya.
4. Bu Yeti dan Bu Elly atas bantuan dan pelayanannya di Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Benih selama penelitian dan penyusunan skripsi.
5. Mas Pramono dan keluarga atas kesabarannya menunggu, memberi
semangat doa dan dukungannya.
6. Keluarga Bapak Umang Achyadi dan teman-teman di kos Casper Family
(Riya, Nita, Ari, Ety, Yani, Ratih, Rahma dan Maryati) atas kebersamaan
dan kekeluargaannya..
7. Ayi, Burhanudin, Om Aryo, atas kesediaannya menemani di rental sampai
malam dan membantu mencari literatur.
8. Teman-teman PMTTB atas kebersamaan dan doanya selama ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhirnya semoga hasil penelitian ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2008
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR ...
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 4
Hipotesis ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Viabilitas Benih... 5
Daya Hantar Listrik... 6
Kadar Air Benih ... 10
METODOLOGI ... 12
Bahan dan Alat... 12
Waktu dan Tempat Penelitian ... 12
Pelaksanaan ... 12
Rancangan Lingkungan... 15
Pengamatan ... 15
Analisis Statistik ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN... 18
Percobaan 1. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik air rendaman benih dan kaitannya dengan mutu fisiologis benih kedelai ... 18
Percobaan 2. Pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik air rendaman benih dan kaitannya dengan mutu fisiologis benih kedelai... 23
Hubungan antara daya hantar listrik benih kedelai dengan tolok ukur mutu fisiologis benih pada percobaan 1 dan 2 ... 29
KESIMPULAN DAN SARAN... 37
Kesimpulan ... 37
Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jumlah benih (A) dan volume aquabides (B) terhadap daya hantar listrik dan viabilitas
benih kedelai ... 18
2. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap
daya hantar listrik... 19
3. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap
daya berkecambah... 19
4. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap
indeks vigor... 19
5. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap
kecepatan tumbuh ... 20
6. Pengaruh interaksi jumlah benih dan volume aquabides terhadap
bobot kering kecambah normal... 21
7. Pengaruh interaksi jumlah benih dan volume aquabides terhadap
laju pertumbuhan kecambah ... 22
8. Kondisi benih setelah mengalami perlakuan kadar air (dinaikkan
atau diturunkan) ... 23
9. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kadar air benih (C) dan volume aquabides (D) terhadap daya hantar listrik dan tolok ukur
mutu fisiologis benih kedelai ... 24
10. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik ... 24
11. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap daya berkecambah ... 26
12. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap bobot kering kecambah normal ... 27
14. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap kecepatan tumbuh ... 28
15. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap laju pertumbuhan kecambah ... 29
16. Koefisien korelasi, nilai P, koefisien determinasi, dan koefisien regresi antara DHL dan tolok ukur mutu fisiologis benih lainnya pada
percobaan 1 dengan faktor uji jumlah benih dan volume aquabides ... 30
17. Koefisien korelasi, nilai P, koefisien determinasi, dan koefisien regresi antara DHL dan tolok ukur mutu fisiologis benih lainnya pada
percobaan 2 dengan faktor uji kadar air benih dan volume aquabides ... 32
18. Persamaan regresi antara DHL dengan beberapa peubah viabilitas/vigor pada percobaan 2... 35
Lampiran
1. Deskripsi kedelai varietas Burangrang... 42
2. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik benih ... 43
3. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya berkecambah benih ... 43
4. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap bobot kering kecambah normal... 43
5. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap indeks vigor... 43
6. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap
kecepatan tumbuh ... 44
7. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap laju pertumbuhan kecambah ... 44
8. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik benih ... 44
9. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap daya berkecambah benih ... 44
11. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap
indeks vigor... 45
12. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap kecepatan tumbuh ... 45
13. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap laju pertumbuhan kecambah ... 45
14. Sidik ragam regresi DHL dan DB pada percobaan 1... 46
15. Sidik ragam regresi DHL dan BKKN pada percobaan 1 ... 46
16. Sidik ragam regresi DHL dan IV pada percobaan 1 ... 46
17. Sidik ragam regresi DHL dan KCT pada percobaan 1 ... 46
18. Sidik ragam regresi DHL dan LPK pada percobaan 1... 46
19. Sidik ragam regresi DHL dan DB pada percobaan 2... 46
20. Sidik ragam regresi DHL dan BKKN pada percobaan 2 ... 47
21. Sidik ragam regresi DHL dan IV pada percobaan 2 ... 47
22. Sidik ragam regresi DHL dan KCT pada percobaan 2 ... 47
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman Teks
1. Garis regresi antara nilai DHL dengan DB benih kedelai setelah
direndam pada percobaan 1... 31
2. Garis regresi antara nilai DHL dengan DB benih kedelai setelah
direndam pada percobaan 2 ... 33
3. Garis regresi antara nilai DHL dengan BKKN benih kedelai setelah direndam pada percobaan 2... 33
4. Garis regresi antara nilai DHL dengan KCT benih kedelai setelah
direndam pada percobaan 2... 34
Lampiran
1. Benih kedelai yang direndam dalam aquabides volume
(a) 50 ml, (b) 100 ml dan (c) 250 ml ... 48
2. Aquabides tanpa benih (sebagai blangko) ... 48
DAN
HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH
Oleh:
NURUL FITRININGTYAS A10400019
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
RINGKASAN
NURUL FITRININGTYAS. Studi uji daya hantar listrik pada benih kedelai
(Glycine max Merr.) dan hubungannya dengan mutu fisiologis benih. (Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. SATRIYAS ILYAS, MS.)
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Ilmu dan
Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Agustus
sampai Oktober 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui
pengaruh beberapa faktor (jumlah benih, volume aquabides, dan kadar air benih)
terhadap daya hantar listrik benih kedelai serta hubungannya dengan mutu
fisiologis benih.
Penelitian terdiri atas dua percobaan. Percobaan 1 bertujuan
mengetahui pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar
listrik dan hubungannya dengan mutu fisiologis benih kedelai. Rancangan yang
digunakan pada percobaan 1 adalah Rancangan Acak Lengkap dua faktor. Faktor
pertama adalah perbedaan jumlah benih dengan dua taraf yaitu : (A1) 25 butir dan
(A2) 50 butir. Faktor kedua adalah volume aquabides dengan tiga taraf yaitu: (B1)
50 ml, (B2) 100 ml, dan (B3) 250 ml. Percobaan 2 bertujuan mengetahui pengaruh
kadar air benih dan volume aquabides dalam uji daya hantar listrik dan kaitannya
dengan mutu fisiologis benih kedelai. Percobaan 2 menggunakan Rancangan
Acak Lengkap dua faktor. Faktor pertama adalah volume aquabides dengan empat
taraf yaitu : (V1) 0 ml, (V2) 50 ml, (V3) 100 ml dan (V4) 250 ml. Faktor kedua
adalah perbedaan kadar air benih dengan lima taraf yaitu: (K1) 8 %, (K2) 10 %,
(K3) 12 %, (K4) 14 %, dan (K5) 16 %.
Tolok ukur yang diamati adalah daya hantar listrik (DHL), daya
berkecambah (DB), bobot kering kecambah normal (BKKN), indeks vigor (IV),
kecepatan tumbuh (KCT) dan laju pertumbuhan kecambah (LPK).
Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa jumlah benih tidak
berpengaruh nyata terhadap daya hantar listrik. Jumlah benih berpengaruh nyata
terhadap DB dan BKKN. Penggunaan 50 butir benih memberikan nilai rata-rata
yang lebih tinggi pada tolok ukur BKKN dan LPK, walaupun nilai DB nyata lebih
tinggi dengan penggunaan 25 butir benih. Volume aquabides berpengaruh sangat
aquabides 250 ml memberikan nilai rata-rata DHL paling rendah dibandingkan
volume 50 dan 100 ml, volume 100 ml memberikan nilai rata-rata lebih tinggi
pada tolok ukur IV (55.5 %) dan KCT (23.8 %/etmal) dibanding volume 50 ml dan
250 ml. Interaksi jumlah benih dan volume aquabides berpengaruh sangat nyata
terhadap BKKN dan LPK. Kombinasi jumlah benih 50 butir dan aquabides 50 ml
atau 100 ml memberikan nilai BKKN dan LPK paling tinggi dibanding kombinasi
perlakuan yang lain.
Hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa interaksi faktor kadar air
dan volume aquabides berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur DHL, DB,
BKKN, IV, KCT dan LPK benih setelah direndam. Interaksi kadar air benih 12 %
dan volume aquabides 100 ml memberikan hasil tertinggi pada tolok ukur DB
(88.0 %), BKKN (2.663 g), KCT (15.8 %/etmal) dan LPK (60.513 mg/KN).
Penggunaan volume aquabides yang berbeda pada uji DHL mengakibatkan nilai
DHL yang terukur menjadi berbeda karena volume aquabides yang digunakan
akan mempengaruhi konsentrasi larutan “elektrolit” yang terbentuk akibat
perendaman benih. Semakin banyak air yang digunakan untuk merendam benih
semakin encer larutan elektrolitnya sehingga DHL yang terukur akan semakin
rendah.
Daya hantar listrik dan tolok ukur viabilitas/vigor benih memiliki
korelasi yang berbeda pada faktor pengujian yang berbeda. Pada percobaan 1
dengan faktor pengujian jumlah benih dan volume aquabides, DHL berkorelasi
negatif dengan DB. Pada percobaan 2, DHL berkorelasi negatif dengan DB,
BKKN dan KCT. Oleh karena itu, penentuan kadar air benih dan volume aquabides
yang tepat untuk uji DHL dapat dilihat dari nilai DB, BKKN, dan KCT yaitu 12%
kadar air dan 100 ml aquabides.
Kata kunci : daya hantar listrik, jumlah benih, kadar air benih, kedelai, viabilitas,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1982 di Kediri, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari ayah bernama P. Naryono dan ibu bernama
Siti Rahayu.
Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri Ngadiluwih I pada tahun 1994,
tahun 1997 lulus dari SLTPN I Ngadiluwih dan tahun 2000 lulus dari SMUN I
Batu. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke IPB melalui jalur
PMDK. Penulis memilih Jurusan Budidaya Pertanian, Program Studi Pemuliaan
Tanaman dan Teknologi Benih sebagai bidang yang ditekuni lebih lanjut.
Penulis pernah menjadi pengurus DKM Al Falah Faperta tahun 2001.
Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan pemilik alam semesta. Puji
dan syukur penulis panjatkan atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Skripsi ini berjudul “Studi Uji Daya Hantar Listrik pada Benih Kedelai
dan Hubungannya dengan Mutu Fisiologis Benih” merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas MS. selaku pembimbing skripsi dan
pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan, arahan dan
bimbingan sejak usulan penelitian hingga penulisan skripsi.
2. Dr. Ir. Faiza C. Suwarno MS. dan Ir. Abdul Qadir MSt. sebagai dosen
penguji atas masukan dan saran-sarannya untuk perbaikan penulisan
skripsi.
3. Bapak dan Ibu atas kesabaran, doa, dukungan moril dan finansialnya serta
kakak-kakak dan adikku yang selalu memberikan dukungan semangatnya.
4. Bu Yeti dan Bu Elly atas bantuan dan pelayanannya di Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Benih selama penelitian dan penyusunan skripsi.
5. Mas Pramono dan keluarga atas kesabarannya menunggu, memberi
semangat doa dan dukungannya.
6. Keluarga Bapak Umang Achyadi dan teman-teman di kos Casper Family
(Riya, Nita, Ari, Ety, Yani, Ratih, Rahma dan Maryati) atas kebersamaan
dan kekeluargaannya..
7. Ayi, Burhanudin, Om Aryo, atas kesediaannya menemani di rental sampai
malam dan membantu mencari literatur.
8. Teman-teman PMTTB atas kebersamaan dan doanya selama ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhirnya semoga hasil penelitian ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2008
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR ...
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 4
Hipotesis ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Viabilitas Benih... 5
Daya Hantar Listrik... 6
Kadar Air Benih ... 10
METODOLOGI ... 12
Bahan dan Alat... 12
Waktu dan Tempat Penelitian ... 12
Pelaksanaan ... 12
Rancangan Lingkungan... 15
Pengamatan ... 15
Analisis Statistik ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN... 18
Percobaan 1. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik air rendaman benih dan kaitannya dengan mutu fisiologis benih kedelai ... 18
Percobaan 2. Pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik air rendaman benih dan kaitannya dengan mutu fisiologis benih kedelai... 23
Hubungan antara daya hantar listrik benih kedelai dengan tolok ukur mutu fisiologis benih pada percobaan 1 dan 2 ... 29
KESIMPULAN DAN SARAN... 37
Kesimpulan ... 37
Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jumlah benih (A) dan volume aquabides (B) terhadap daya hantar listrik dan viabilitas
benih kedelai ... 18
2. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap
daya hantar listrik... 19
3. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap
daya berkecambah... 19
4. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap
indeks vigor... 19
5. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap
kecepatan tumbuh ... 20
6. Pengaruh interaksi jumlah benih dan volume aquabides terhadap
bobot kering kecambah normal... 21
7. Pengaruh interaksi jumlah benih dan volume aquabides terhadap
laju pertumbuhan kecambah ... 22
8. Kondisi benih setelah mengalami perlakuan kadar air (dinaikkan
atau diturunkan) ... 23
9. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kadar air benih (C) dan volume aquabides (D) terhadap daya hantar listrik dan tolok ukur
mutu fisiologis benih kedelai ... 24
10. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik ... 24
11. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap daya berkecambah ... 26
12. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap bobot kering kecambah normal ... 27
14. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap kecepatan tumbuh ... 28
15. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap laju pertumbuhan kecambah ... 29
16. Koefisien korelasi, nilai P, koefisien determinasi, dan koefisien regresi antara DHL dan tolok ukur mutu fisiologis benih lainnya pada
percobaan 1 dengan faktor uji jumlah benih dan volume aquabides ... 30
17. Koefisien korelasi, nilai P, koefisien determinasi, dan koefisien regresi antara DHL dan tolok ukur mutu fisiologis benih lainnya pada
percobaan 2 dengan faktor uji kadar air benih dan volume aquabides ... 32
18. Persamaan regresi antara DHL dengan beberapa peubah viabilitas/vigor pada percobaan 2... 35
Lampiran
1. Deskripsi kedelai varietas Burangrang... 42
2. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik benih ... 43
3. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya berkecambah benih ... 43
4. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap bobot kering kecambah normal... 43
5. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap indeks vigor... 43
6. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap
kecepatan tumbuh ... 44
7. Sidik ragam pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap laju pertumbuhan kecambah ... 44
8. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik benih ... 44
9. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap daya berkecambah benih ... 44
11. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap
indeks vigor... 45
12. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap kecepatan tumbuh ... 45
13. Sidik ragam pengaruh kadar air benih dan volume aquabides terhadap laju pertumbuhan kecambah ... 45
14. Sidik ragam regresi DHL dan DB pada percobaan 1... 46
15. Sidik ragam regresi DHL dan BKKN pada percobaan 1 ... 46
16. Sidik ragam regresi DHL dan IV pada percobaan 1 ... 46
17. Sidik ragam regresi DHL dan KCT pada percobaan 1 ... 46
18. Sidik ragam regresi DHL dan LPK pada percobaan 1... 46
19. Sidik ragam regresi DHL dan DB pada percobaan 2... 46
20. Sidik ragam regresi DHL dan BKKN pada percobaan 2 ... 47
21. Sidik ragam regresi DHL dan IV pada percobaan 2 ... 47
22. Sidik ragam regresi DHL dan KCT pada percobaan 2 ... 47
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman Teks
1. Garis regresi antara nilai DHL dengan DB benih kedelai setelah
direndam pada percobaan 1... 31
2. Garis regresi antara nilai DHL dengan DB benih kedelai setelah
direndam pada percobaan 2 ... 33
3. Garis regresi antara nilai DHL dengan BKKN benih kedelai setelah direndam pada percobaan 2... 33
4. Garis regresi antara nilai DHL dengan KCT benih kedelai setelah
direndam pada percobaan 2... 34
Lampiran
1. Benih kedelai yang direndam dalam aquabides volume
(a) 50 ml, (b) 100 ml dan (c) 250 ml ... 48
2. Aquabides tanpa benih (sebagai blangko) ... 48
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat karena nilai gizinya. Produksi kedelai perlu ditingkatkan agar dapat
memenuhi konsumsi dalam negeri. Salah satu upaya peningkatan produksi
tersebut antara lain dengan menggunakan benih bermutu tinggi dalam kegiatan
budidaya kedelai. Mutu benih yang mencakup mutu fisik, fisiologi dan genetik
dipengaruhi oleh proses penanganan benih dari mulai produksi sampai akhir
periode simpan (Sadjad, 1993).
Benih kedelai memiliki sifat-sifat benih sebagai berikut: (1) Tidak
mempunyai masa dorman setelah panen, (2) Dalam kondisi suhu dan kelembaban
tinggi proses respirasi benih yang terjadi semakin besar, (3) Mempunyai sifat
higroskopis sehingga kadar air benih mudah terpengaruh oleh kelembaban udara
lingkungan sekitar sampai tercapai kadar air kesetimbangan, (4) Kulit arinya tipis
sehingga rawan mengalami kerusakan dan organisme lain mudah menginfeksi, (5)
Kandungan lemak dan proteinnya relatif tinggi sehingga viabilitasnya cepat
mengalami penurunan dan periode simpannya pendek (Adisarwanto dan
Wudianto, 2002).
Melihat sifat-sifat benih kedelai yang cenderung cepat mengalami
kemunduran diperlukan penanganan yang tepat terhadap benih kedelai ini baik
dalam produksi, penyimpanan maupun pada saat pengujian. Kegiatan analisis
mutu benih untuk memperkirakan potensi fisiologis benih membutuhkan metode
pengujian yang cepat, dapat dipercaya dan mudah.
Kemunduran benih kedelai dapat dilihat dari indikasi biokimia dan
fisiologis. Indikasi biokimia dapat dilihat dari terjadinya perubahan-perubahan
dalam aktivitas enzim, respirasi, laju sintesa, membran, persediaan makanan, dan
perubahan dalam kromosom. Indikasi fisiologis dapat dilihat dari adanya
perubahan warna biji, tertundanya perkecambahan benih, menurunnya laju
pertumbuhan kecambah, berkurangnya daya berkecambah, serta meningkatnya
benih adalan indikasi yang banyak digunakan dalam menelaah kemunduran dan
mutu benih kedelai. Dibanding indikasi fisiologis, Woodstock dalam Saenong
(1989) menyatakan bahwa kaidah biokimia lebih tepat digunakan untuk
menunjukkan vigor benih.
Daya hantar listrik (AOSA, 1983) merupakan pengujian benih secara
fisik yang mencerminkan tingkat kebocoran membran sel. Benih bervigor rendah
memiliki integritas membran yang rendah sebagai akibat dari deteriorasi selama
penyimpanan dan adanya luka mekanis (Copeland dan McDonald, 1994). Vigor
benih dapat dideteksi secara dini dari integritas membran sel yang dapat diukur
melalui konduktivitas kebocoran benih. Menurut Saenong (1989), daya hantar
listrik dapat digunakan sebagai indikator vigor benih oleh pengaruh induced karena didasarkan pada kepekaannya membedakan keragaman antar lot benih.
Viabilitas benih yang diukur dengan peubah DHL akan lebih dini menunjukkan
gejala kemunduran benih. Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi
dianggap memiliki vigor rendah, sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah
adalah benih bervigor tinggi (ISTA, 2005). Tingginya kebocoran selama imbibisi
dihasilkan dari sel terluar dari kotiledon yang mati (Matthews and Powell, 2006).
Selama imbibisi, benih yang memiliki struktur membran rusak akan melepas zat
terlarut dari sitoplasma ke media imbibisi lebih banyak. Zat terlarut dengan sifat
elektrolit membawa muatan listrik yang dapat dideteksi oleh alat pengukur
konduktivitas. Penelitian Taliroso (2008) juga menyebutkan bahwa DHL
memiliki keeratan hubungan yang nyata dengan tolok ukur vigor benih kedelai
yang diamati (IV, KCT, VAA, dan DT) sehingga DHL terbukti dapat digunakan
untuk menentukan status vigor benih. Uji DHL juga dapat digunakan untuk
mendeteksi Daya Tumbuh (DT) dan Daya Simpan (DS) benih kedelai.
Pengujian DHL sangat berpotensi digunakan dalam kegiatan kendali
mutu benih. Akan tetapi beberapa faktor dapat mempengaruhi hasilnya, sehingga
prosedur/langkah-langkah pengujian seharusnya ditetapkan agar memberikan
hasil yang konsisten. Hasil DHL antara lain dapat dipengaruhi oleh varietas (de
Sa, 1999), periode imbibisi (Dias et al., 2006), jumlah benih yang digunakan (Vanzolini dan Nakagawa, 2005; de Sa, 1999), suhu imbibisi (Vanzolini dan
pengujian rutin DHL untuk benih kapri diatur dalam kisaran 10-14 % (Matthews
dan Powell, 2006).
Standar pengujian DHL yang direkomendasikan oleh ISTA (2005)
telah dilakukan untuk benih kapri (Pisum sativum). Prosedur pengujian DHL pada benih kapri distandarkan dengan menggunakan 50 butir benih, volume air bebas
ion sebagai larutan perendam benih sebanyak 250 ml, lama perendaman 24 jam,
suhu ruangan saat imbibisi 20oC ±2oC, dan kadar air benih 10 - 14%. Akan tetapi
hingga saat ini dalam proses pengujian DHL untuk benih kedelai belum memiliki
standar. Jumlah benih, volume air digunakan dalam pengujian DHL benih kedelai
masih beragam. Penelitian Nurmiaty (1993) menggunakan 50 butir benih yang
direndam dalam 100 ml aquades, menunjukkan nilai DHL antara 48.4 - 97.8 μS
cm-1 g-1 pada benih varietas Lokon, Orba dan Galunggung pada berbagai stadia
masak. Penelitian Ismatullah (2003) menggunakan 25 butir benih kedelai dalam
50 ml aquabides, nilai DHLnya naik seiring bertambahnya umur simpan dengan
kisaran nilai sebesar 130.2 - 184.8 mmhos cm-1g-1. Penelitian Marwanto (2003)
mengukur nilai DHL dengan electric conductivity meter (Cole Palmer Instrument, Chicago, Illinois). Sebanyak 25 butir benih yang telah diketahui beratnya
direndam dalam 25 ml air distilasi selama 24 jam pada suhu kamar. Nilai DHL
yang diperoleh antara 0.253-0.990 mmhos cm-1g-1 pada benih yang mengalami
perlakuan incubator weathering (sewaktu masak fisiologis, polong yang telah kuning dipanen dan dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 30oC dan
kelembaban 90 % selama 10 hari, kemudian polong dikupas dan benih dievaluasi
mutunya) dan 0.274 - 0.592 mmhos cm-1g-1 pada benih yang mengalami perlakuan
field weathering (setelah mencapai fase masak panen, polong dibiarkan tetap di lapangan selama 10 hari, kemudian polong dipanen dan benihnya dievaluasi).
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan prosedur pengujian DHL pada
benih kedelai yang tepat dengan menggunakan variasi jumlah benih, volume air
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendapatkan prosedur pengujian DHL pada benih kedelai yang tepat
dengan menggunakan variasi jumlah benih, volume air perendam dan
kadar air benih sebelum diuji.
2. Mempelajari dan mengetahui beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
hasil pengujian daya hantar listrik benih kedelai (jumlah benih, volume
aquabides dan kadar air benih) serta kaitannya dengan mutu fisiologis
benih.
3. Mengetahui hubungan antara daya hantar listrik benih kedelai dengan
beberapa tolok ukur mutu fisiologis benih kedelai.
Hipotesa
Hipotesa yang diajukan untuk penelitian ini adalah :
1. Terdapat variasi jumlah benih, volume air perendam benih dan kadar air
benih yang tepat yang dapat digunakan dalam prosedur pengujian DHL
pada benih kedelai.
2. Faktor jumlah benih, volume aquabides dan kadar air benih yang
digunakan dalam uji DHL berpengaruh terhadap hasil pengujian DHL dan
berkaitan dengan mutu fisiologis benih.
3. Terdapat hubungan antara hasil pengukuran DHL benih kedelai dengan
TINJAUAN PUSTAKA
Viabilitas Benih
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang ditunjukkan oleh
fenomena pertumbuhan benih atau gejala fenomena metabolismenya (Sadjad,
1993). Viabilitas benih mencakup viabilitas potensial, vigor kekuatan tumbuh,
vigor daya simpan, viabilitas dorman, dan viabilitas total (Sadjad, Murniati dan
Ilyas, 1999). Viabilitas benih pada prinsipnya adalah suatu sifat (karakteristik)
benih yang merupakan perwujudan secara integral dari berbagai kondisi
komponen-komponen penyusun benih sehingga nilai viabilitas ini sulit ditentukan
secara langsung (Qadir, 1994).
Viabilitas potensial diartikan sebagai kemampuan benih tumbuh
menjadi tanaman normal berproduksi normal pada kondisi optimum. Daya
berkecambah merupakan tolok ukur viabilitas potensial. Sadjad (1993)
mendefinisikan daya berkecambah sebagai viabilitas absolut yang mensimulasi
viabilitas potensial.
Vigor kekuatan tumbuh (VKT) merupakan vigor benih pada periode III
(periode kritikal) dimana benih mampu tumbuh di lapang untuk menjadi tanaman
normal berproduksi normal pada kondisi suboptimum atau mampu berproduksi di
atas normal pada kondisi optimum (Sadjad, 1993). Vigor kekuatan tumbuh dapat
dinyatakan dalam tiga tolok ukur yaitu kecepatan tumbuh (KCT), keserempakan
tumbuh (KST) dan vigor spesifik (VKT spesifik) (Sadjad et al., 1999).
Vigor daya simpan (VDS) merupakan parameter vigor benih yang
ditunjukkan dengan kemampuan benih untuk disimpan dalam kondisi
suboptimum. Viabilitas dorman (VD) merupakan parameter vigor benih dalam
keadaan benih mengalami dormansi. Viabilitas total (VT) adalah viabilitas yang
menunjukkan gejala hidup baik langsung oleh fenomena pertumbuhan atau gejala
metabolismenya (Sadjad et al., 1999)
Pengujian viabilitas benih bertujuan untuk mengetahui kemampuan
benih tumbuh di lapang sebelum tanam dan untuk membandingkan mutu benih
pengujian mutu benih harus meliputi kesatuan komponen yaitu uji kemurnian
secara mekanik dan genetik, uji perkecambahan dan vigor benih serta uji
kesehatan benih.
Menurut Sadjad (1993) benih bervigor tinggi tidak menunjukkan
perbedaan pertumbuhan di lapang dan daya berkecambah di laboratorium, serta
benih tersebut mampu bersaing baik dengan jenis tanaman yang sama atau
tanaman lain. Benih bervigor tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) tahan
disimpan lama, (2) tahan serangan hama dan penyakit, (3) cepat dan merata
pertumbuhannya, (4) mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan yang suboptimum.
Daya Hantar Listrik
Penggunaan benih berkualitas tinggi sangat penting dalam
mendapatkan populasi tanaman yang bagus pada kondisi lapang yang beragam.
Untuk analisis mutu benih yang lengkap, diperlukan tambahan informasi yang
diperoleh dari pengujian vigor benih. Dalam hal ini, penggunaan metode
pengujian yang cepat, dapat dipercaya dan mudah sangat diperlukan dalam
memperkirakan potensi fisiologis benih.
Viabilitas benih pada prinsipnya adalah suatu sifat (karakteristik) benih
yang merupakan perwujudan secara integral dari berbagai kondisi
komponen-komponen penyusun benih sehingga nilai viabilitas ini sulit ditentukan secara
langsung (Qadir, 1994). Menurut Sadjad (1989) nilai viabilitas benih dapat
diketahui melalui pendekatan fisik, fisiologis, biokimia, sitologi dan matematika.
Peubah-peubah viabilitas benih yang didasarkan pada pendekatan fisik
diantaranya : (1) bobot 1000 butir benih, (2) berat jenis benih, (3) persentase
kerusakan benih dan (4) daya hantar listrik (DHL). Peubah-peubah yang
berdasarkan pada pendekatan fisiologis yang biasa digunakan antara lain : daya
berkecambah, daya berkecambah setelah didera, kecepatan tumbuh,
keserempakan tumbuh, bobot kering kecambah normal, dan kadar air benih.
Peubah-peubah dengan pendekatan biokimia antara lain adalah uji tetrazolium,
kadar etenol benih, kadar asam lemak bebas, laju respirasi benih, perubahan
Pengujian viabilitas benih bertujuan untuk mengetahui kemampuan
benih tumbuh di lapang sebelum tanam dan untuk membandingkan mutu benih
dari dua lot benih yang berbeda. McDonald (1998) mengemukakan bahwa
pengujian mutu benih harus meliputi kesatuan komponen yaitu uji kemurnian
secara mekanik dan genetik, uji perkecambahan dan vigor benih serta uji
kesehatan benih. Daya hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang
mencerminkan tingkat kebocoran membran sel. Semakin banyak elektrolit yang
dikeluarkan benih ke air rendaman akan semakin tinggi nilai pengukuran
konduktivitasnya. Konduktivitas yang tinggi mengindikasikan vigor benih rendah.
Menurut Saenong (1986) DHL dapat digunakan sebagai indikator vigor benih
oleh pengaruh induced dan innate. Karena DHL lebih peka dan dini dalam menunjukkan perbedaan vigor benih oleh faktor induced dan innate maka DHL dapat digunakan untuk mendeteksi vigor awal benih (Va) dan nilai Va merupakan
interaksi dari faktor induced dan innate dimana benih dihasilkan. Viabilitas benih yang diukur dengan peubah DHL akan lebih dini menunjukkan gejala
kemunduran benih. Penelitian Taliroso (2008) juga menyebutkan bahwa DHL
memiliki keeratan hubungan yang nyata dengan tolok ukur vigor benih kedelai
yang diamati (IV, KCT, VAA, dan DT) sehingga DHL terbukti dapat digunakan
untuk menentukan status vigor benih. Uji DHL juga dapat digunakan untuk
mendeteksi Daya Tumbuh (DT) dan Daya Simpan (DS) benih kedelai.
Kemunduran benih kedelai dapat dilihat dari indikasi biokimia dan
fisiologis. Indikasi biokimia dapat dilihat dari terjadinya perubahan-perubahan
dalam aktivitas enzim, respirasi, laju sintesa, membran, persediaan makanan, dan
perubahan dalam kromosom. Indikasi fisiologi dapat dilihat dari adanya
perubahan warna biji, tertundanya perkecambahan benih, menurunnya laju
pertumbuhan kecambah, berkurangnya daya berkecambah, serta meningkatnya
kecambah abnormal. Dari indikasi tersebut berkurangnya daya berkecambah
benih adalan indikasi yang banyak digunakan dalam menelaah kemunduran dan
mutu benih kedelai. Dibanding indikasi fisiologi, Woodstock dalam Saenong
(1986) menyatakan bahwa kaidah biokimia lebih tepat digunakan untuk
Benih bervigor rendah memiliki integritas membran yang rendah
sebagai akibat dari deteriorasi selama penyimpanan dan adanya luka mekanis
(Copeland dan McDonald, 1994). Vigor benih dapat dideteksi secara dini dari
integritas membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran benih.
Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki vigor rendah,
sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih bervigor tinggi
(ISTA, 2005). Tingginya kebocoran selama imbibisi dihasilkan dari sel terluar
dari kotiledon yang mati (Matthews and Powell, 2006). Selama imbibisi, benih
yang memiliki struktur membran rusak akan melepas zat terlarut dari sitoplasma
ke media imbibisi. Zat terlarut dengan sifat elektrolit membawa muatan listrik
yang dapat dideteksi oleh alat pengukur konduktivitas. Besarnya nilai daya hantar
listrik benih tergantung dari jumlah kation dalam air rendaman benih. Peningkatan
kebocoran benih disebabkan oleh perubahan permeabilitas selaput benih dan
perubahan integritas membran.
Ismattullah (2003) menyatakan bahwa penyimpanan benih
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya hantar listrik benih.
Semakin lama benih disimpan, nilai daya hantar listriknya semakin meningkat.
Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat yang terlarut dalam
cairan rendaman benih. Hasil penelitian Derbolo (1993) juga menunjukkan
adanya korelasi postif antara daya hantar listrik pada benih kedelai varietas Wilis
dengan asam lemak bebasvigor bibit setelah didera, dan kontaminasi cendawan
serta korelasi negatif dengan peubah KA, DB, daya tumbuh di lapang.
Hasil penelitian Panobianco et al (1999) menunjukkan adanya hubungan yang sangat nyata antara daya hantar listrik dan kandungan lignin pada
kulit benih. Kandungan lignin ini menjadi ciri beberapa genotipe kedelai. Jumlah
lignin yang tinggi pada kulit benih mengakibatkan zat-zat dalam benih yang
keluar ke larutan perendam benih lebih sedikit dan daya hantar listriknya juga
rendah. Uji daya hantar listrik benih dapat digunakan sebagai metode dalam
Hubungan antara nilai konduktivitas (daya hantar listrik) kebocoran
benih dengan tolok ukur vigor lainnya telah ditunjukkan pada berbagai jenis
benih. Hasil penelitian pada benih rekalsitran karet (Hevea brasiliensis) menunjukkan penurunan kadar air benih nyata menurunkan daya berkecambah,
kecepatan tumbuh, laju pertumbuhan kecambah, dan meningkatkan kebocoran
membran sel yang diindikasikan dengan meningkatnya nilai daya hantar listrik
(Suzanna, 1999). Hasil penelitian Hsu et al. (2000) membuktikan adanya hubungan antara persentase perkecambahan dan daya hantar listrik pada benih
sudan grass. Benih mempunyai persentase perkecambahan terendah dan nilai daya hantar listrik tertinggi dengan waktu perendaman benih selama 3 hari.
Pengujian daya hantar listrik sangat berpotensi digunakan dalam
kegiatan kendali mutu benih. Akan tetapi beberapa faktor dapat mempengaruhi
hasilnya, sehingga prosedur/langkah-langkah pengujian seharusnya ditetapkan
agar memberikan hasil yang konsisten. Hasil DHL antara lain dapat dipengaruhi
oleh varietas (de Sa, 1999), periode imbibisi (Dias et al., 2006), jumlah benih yang digunakan (Vanzolini dan Nakagawa, 2005; de Sa, 1999 ), suhu imbibisi
(Vanzolini dan Nakagawa, 2005) dan kadar air benih (Viera et al., 2002). Kadar air benih yang digunakan dalam pengujian rutin DHL untuk benih kapri diatur
dalam kisaran 10-14 % (Mattews dan Powell, 2006).
Standar pengujian daya hantar listrik yang direkomendasikan oleh
ISTA (2005) telah dilakukan untuk benih kapri (P. sativum). Prosedur pengujian daya hantar listrik pada benih kapri distandarkan dengan menggunakan 50 butir
benih, volume air bebas ion sebagai larutan perendam benih sebanyak 250 ml.
Akan tetapi hingga saat ini dalam proses pengujian daya hantar listrik untuk benih
kedelai belum memiliki standar. Jumlah benih dan volume air yang digunakan
masih beragam. Penelitian Nurmiaty (1993) menggunakan 50 butir benih yang
direndam dalam 100 ml aquades, daya hantar listriknya menunjukkan nilai antara
48.4 - 97.8 μS cm-1 g-1 pada benih varietas Lokon, Orba dan Galunggung pada
berbagai stadia masak. Penelitian Ismatullah (2003) menggunakan 25 butir benih
kedelai dalam 50 ml aquabides nilai DHLnya naik seiring bertambahnya umur
simpan dengan kisaran sebesar 130.2 - 184.8 mmhos cm-1g-1. Penelitian
Palmer Instrument, Chicago, Illinois). Sebanyak 25 butir benih yang telah
diketahui beratnya direndam dalam 25 ml air distilasi selama 24 jam pada suhu
kamar. Nilai DHL yang diperoleh antara 0.253 - 0.990 mmhos cm-1g-1 pada benih
yang mengalami perlakuan incubator weathering (sewaktu masak fisiologis, polong yang telah kuning dipanen dan dimasukkan ke dalam inkubator dengan
suhu 30oC dan kelembaban 90 % selama 10 hari, kemudian polong dikupas dan
benih dievaluasi mutunya) dan 0.274 - 0.592 mmhos cm-1g-1 pada benih yang
mengalami perlakuan field weathering (setelah mencapai fase masak panen, polong dibiarkan tetap di lapangan selama 10 hari, kemudian polong dipanen dan
benihnya dievaluasi)
Kadar Air Benih
Air merupakan karakter fisik benih. Benih mati akan tetap mengalami
proses imbibisi. Air juga sangat berhubungan dengan proses-proses metabolisme
benih. Kadar air benih merupakan komponen mutu benih secara fisik dan
fisiologis. Kadar air merupakan tolok ukur benih yang penting karena kadar air
sangat berkaitan dengan daya simpan benih.
Rockland dalam Harrington (1972) menyimpulkan ada tiga tipe air dalam
benih yang berhubungan dengan kadar air kesetimbangan benih, yaitu :
1. Monolayer or oriented water. Merupakan air yang berikatan sangat kuat dengan ikatan kovalen atau ikatan ionik. Air ini disebut juga water of composition yaitu air yang menjadi bagian dari komposisi kimia benih yang terdiri atas satu lapisan yang mengelilingi molekul makro. Umumnya dalam
bentuk karbohidrat (Cn(H2O)n) dan susah menguap.
2. Multilayer or chemisorbed or intermediate water. Molekul air berikatan dengan ikatan hidrogen. Air ini sangat tergantung pada tingkat kadar air benih
dan saling berikatan dengan ikatan yang lemah.
3. Mobile or free water/capilary free water. Air ini berada di rongga antar sel dan tidak digunakan lagi oleh benih dalam proses fisiologinya. Air ini mudah
Kadar air benih merupakan komponen mutu benih secara fisik dan
fisiologis. Kadar air benih merupakan elemen penting bagi benih untuk
mempertahankan viabilitasnya dan sangat berkaitan dengan daya simpan benih.
Kadar air benih mempengaruhi viabilitas benih baik secara langsung atau tidak
langsung. Menurut Barton dalam Justice dan Bass (2002) kadar air benih
merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Benih akan
dapat mempertahankan viabilitas maksimumnya apabila kadar airnya diturunkan
terlebih dahulu sebelum disimpan. Viabilitas benih yang disimpan dengan kadar
air yang tinggi akan cepat sekali mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan
karena benih bersifat higroskopis sehingga benih mudah menyerap atau
mengeluarkan zat cair dari lingkungan sekitarnya dan proses ini berlangsung terus
menerus sampai kandungan airnya setimbang dengan udara di sekitarnya.
Pengujian pengaruh kadar air untuk daya hantar listrik ini menjadi
penting dengan memperhatikan bahwa umumnya benih kedelai dipanen pada
kisaran kadar air benih 16% dan disimpan pada kisaran kadar air yang lebih
rendah. Semakin rendah kadar air benih umumnya tingkat kebocoran akan
semakin besar. Penelitian Suzanna (1999) menyebutkan pada kadar air 10 - 12%
benih karet memiliki nilai DHL 45.44 - 85.62 µmhos cm-1 g-1, sedangkan pada
kadar air 14 - 16% nilai DHL nya 19.59 µmhos cm-1 g-1. Menurut penelitian Hasid
(1999), pada benih kakao semakin lamanya waktu penurunan kadar air pada suhu
kamar menyebabkan kadar air benih semakin rendah dan nilai DHL yang terukur
semakin tinggi. Benih kakao berkadar air 35.10%, 24.28%, dan 13.99% memiliki
nilai DHL berturut-turut sebesar 2.42, 10.92, dan 24.00 µmhos cm-1 g-1. Tetapi
penelitian Ismattullah (2003) menunjukkan bahwa pada benih kedelai semakin
tinggi kadar air benih yang digunakan dalam uji DHl maka nilai DHL yang
terukur semakin tinggi. Hasil penelitian Ismattullah (2003) ini menyebutkan
bahwa benih kedelai yang telah disimpan selama 7 MPV (momen periode
viabilitas) atau sama dengan 7 bulan masa penyimpanan, pada kondisi
penyimpanan kamar (RH 80-90%, T 27-31oC, kemasan plastik) dengan kadar air
9.37% dan DB 41.3% nilai DHLnya lebih tinggi (184.8 µmhos/cm-1 g-1)
dibandingkan benih yang belum disimpan dengan KA 6.50% dan DB 80.0%
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai
varietas Burangrang, air destilata, aquabides, kertas merang, plastik, aluminium
foil, dan label
Peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah gelas ukur, botol
film, gelas jar, cawan petri, oven, timbangan analitik, alat konduktometer Denver Instrumental Conductivity Meter Type 30, alat pengecambah benih tipe APB IPB 72-1.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 - Oktober 2007 di
Laboratorium Pendidikan Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pelaksanaan
Benih kedelai varietas Burangrang yang dipergunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Cimanggu Bogor. Benih kedelai merupakan hasil panenan pada akhir
tahun 2005 dari tanaman kedelai yang ditanam di daerah Muara Kampung
Cibeureum, Bogor. Benih disimpan dalam chiller bersuhu 10oC dan RH di bawah 50%. Sebelum digunakan dalam percobaan dipilih benih yang kondisi kulit
permukaannya mulus, tidak retak-retak dan tidak berbercak-bercak coklat.
Penelitian ini terdiri atas dua tahap percobaan.
Percobaan 1. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik dan kaitannya dengan mutu fisiologis benih kedelai
Percobaan ini dilaksanakan untuk mengetahui perbandingan jumlah benih
dan volume aquabides sebagai perendam benih yang sesuai untuk pengujian daya
Sejumlah benih sesuai perlakuan (25 atau 50 butir) dimasukkan dalam
erlenmeyer/gelas piala berisi aquabides dengan volume sesuai perlakuan,
kemudian ditutup rapat-rapat dan dibiarkan selama 24 jam pada kondisi T 20oC ±
2oC (sesuai standar ISTA untuk benih kapri). Setelah itu benih dikeluarkan dari air
dan air rendaman benih tersebut diukur nilai DHLnya dengan alat konduktometer
(didapat nilai DHL sebesar X). Air aquabides tanpa benih juga diukur nilai
DHL-nya dan digunakan sebagai DHL blanko. Nilai DHL benih didapat dengan
penghitungan sebagai berikut :
benih
Benih yang telah direndam selama 24 jam untuk uji DHL kemudian di
gunakan dalam pengujian mutu benih untuk mengetahui besarnya nilai DB, KCT,
IV, BKKN dan LPK. Benih ditanam pada substrat kertas merang dengan metode
UKDdp (uji kertas digulung didirikan dalam plastik) dan diletakkan dalam alat
pegecambah benih tipe APB IPB 72-1 dengan suhu ruangan pengecambahan
22oC-25oC.
Percobaan pertama ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan
dua faktor yaitu perbedaan jumlah benih sebagai faktor pertama (25 butir dan 50
butir) dan volume aquabides sebagai faktor kedua (50 ml, 100 ml, dan 250 ml).
Setiap satuan percobaan terdiri atas empat ulangan dengan enam kombinasi
perlakuan.
Percobaan 2. Pengaruh kadar air benih dan volume aquabides dalam uji daya hantar listrik dan kaitannya dengan mutu fisiologis benih kedelai
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kadar air benih dan
volume aquabides dalam uji daya hantar listrik dan mutu fisiologis benih. Kadar
air benih yang digunakan dalam percobaan ini adalah 8, 10, 12, 14, dan 16 %.
Perlakuan ini diujikan karena berdasarkan standar ISTA (2005), kadar air benih
yang digunakan dalam uji daya hantar listrik benih Pisum sativum antara 10-14%. Volume aquabides yang digunakan adalah 50 ml, 100 ml, dan 250 ml.
Benih kedelai yang telah diketahui nilai KA awalnya digunakan sebagai
tersebut perlu ditingkatkan sampai kisaran 8 - 16 %. Caranya dengan meletakkan
sejumlah benih (g) di antara kain atau kertas yang lembab atau benih diletakkan
pada kondisi lingkungan yang lembab sampai mencapai bobot yang ekivalen
dengan kisaran KA yang diperlukan. Sebagai gambaran pada benih kapri, KA
awal 7 %, untuk mencapai KA 10 % atau 14 % dibutuhkan waktu pelembaban
sekitar 3 jam dan 7 jam. Apabila KA awal di atas 16 % maka perlu penurunan KA
sampai kisaran tersebut. Caranya dengan meletakkan sejumlah contoh benih (g)
dalam oven 30oC sampai mencapai bobot yang ekivalen dengan KA 8 – 16 %.
Penghitungan kadar air berdasarkan bobot ekivalen :
( ) (( ))
Dalam percobaan ini untuk meningkatkan KA benih kedelai dari kadar air awal
10.2 % menjadi 12 % atau 16 % dibutuhkan waktu pelembaban sekitar 1-3 jam.
Apabila benih dengan kisaran kadar air yang diperlukan sudah diperoleh,
uji DHL dapat dilaksanakan dengan prosedur yang sama.
Benih yang telah direndam selama 24 jam untuk uji DHL kemudian di
gunakan dalam pengujian mutu benih untuk mengetahui besarnya nilai DB, KCT,
IV, BKKN dan LPK. Benih ditanam pada substrat kertas merang dengan metode
UKDdp (uji kertas digulung didirikan dalam plastik) dan diletakkan dalam alat
pengecambah benih APB IPB 72-1 dengan suhu ruangan pengecambahan 22o
C-25oC.
Percobaan kedua ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan
dua faktor yaitu volume aquabides sebagai faktor pertama dan perbedaan kadar air
benih sebagai faktor kedua. Faktor pertama terdiri atas empat taraf volume
aquabides yaitu 0 ml, 50 ml, 100 ml, dan 250 ml. Faktor kedua terdiri atas lima
taraf kadar air benih yaitu 8, 10, 12, 14, dan 16 %. Setiap satuan percobaan terdiri
Rancangan lingkungan
Model rancangan lingkungan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Yijk = M + Ui + Aj + Bk + (AB)jk + Eijk
Yijk = nilai tengah pengamatan dari ulangan ke i, faktor pertama ke-j dan
faktor kedua ke-k
M = nilai tengah umum
Ui = pengaruh ulangan ke-i
Aj = pengaruh faktor pertama ke-j
BBk = pengaruh faktor kedua ke-k
(AB)jk = pengaruh interaksi faktor pertama ke-j dan faktor kedua ke-k
Eijk = pengaruh galat percobaan ulangan ke-i, faktor pertama ke-j dan faktor
kedua ke-k
Pengamatan 1). Daya berkecambah (%)
Pengukuran daya berkecambah (DB) dihitung berdasarkan persentase jumlah
kecambah normal pada hitungan pertama (5 HST) dan kedua (8 HST)
dibandingkan jumlah total benih yang ditanam. Daya berkecambah dihitung
dengan rumus :
( )
100%tan 2 1
% = + ×
∑
∑
total benih∑
di amKN KN
DB
2). Kecepatan Tumbuh (%/etmal)
Kecepatan tumbuh (KCT) dihitung berdasarkan persentase kecambah normal
yang muncul pada waktu tanam sampai akhir periode pengamatan.
Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap persentase kecambah normal
dibagi dengan etmal (24 jam). Nilai etmal kumulatif dihitung mulai saat benih
Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus :
Wa : waktu yang dibutuhkan untuk pengujian sampai selesai
N1,2 ...a : bertambahnya persentase kecambah normal pada waktu W1,2...a
W1,2...a : jumlah waktu dari saat tanam sampai dengan saat pengamatan ke 1,2...a
4). Daya Hantar Listrik (μmhos cm-1 g-1)
Prosedur pengukuran daya hantar listrik telah dijelaskan di halaman 11. Nilai
DHL diukur dengan alat Denver Instrument Conductivity Meter Type 30. Nilai DHL benih didapat dengan penghitungan sebagai berikut :
benih
Blanko : daya hantar listrik aquabides tanpa benih (μmhos cm-1)
4). Laju Pertumbuhan Kecambah (mg/KN)
Laju pertumbuhan kecambah (LPK) dihitung berdasarkan bobot kering
seluruh kecambah normal dibagi jumlah kecambah normal pada penghitungan
terakhir daya berkecambah.
5). Indeks Vigor (%)
Indeks vigor (IV) dihitung berdasarkan persentase kecambah normal yang
tumbuh pada hitungan pertama pengujian daya berkecambah.
6). Bobot Kering Kecambah Normal (g)
Bobot kering kecambah normal (BKKN) mengindikasikan status viabilitas
benih secara tidak langsung karena berkaitan dengan sumber energi untuk
benih. Bobot kering kecambah normal diperoleh dengan mengeringkan
kecambah normal yang telah dibuang kotiledonnya pada suhu 60 oC selama
3x24 jam. Kemudian kecambah yang telah dikeringkan tersebut dimasukkan
dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang. Nilai BKKN dalam
penelitian ini merupakan jumlah penimbangan BKKN hitungan pertama
(5 HST) dan hitungan kedua (8 HST).
Analisis Statistik
Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati
dilakukan pengolahan data statistik dengan analisis ragam uji F pada selang
kepercayaan 5%. Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% dilakukan jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap variabel tolok ukur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik dan hubungannya dengan mutu fisiologis benih kedelai
Kondisi umum benih yang digunakan dalam percobaan ini setelah
diambil dari Balitbiogen adalah sebagai berikut : KA benih sebesar 10.2 %, DB
sebesar 96%, IV 12%, BKKN 1.28 g, KCT 20.12 %/etmal dan LPK 51.56 mg/KN.
Benih tidak mendapatkan perlakuan.
Pengaruh perlakuan jumlah benih (A), volume aquabides (B) serta
interaksinya terhadap daya hantar listrik dan beberapa tolok ukur dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jumlah benih (A) dan volume aquabides (B) terhadap daya hantar listrik dan tolok ukur mutu fisiologis benih kedelai
Tolok ukur A B A x B
1. DHL tn ** tn
2. DB * ** tn
3. BKKN ** tn **
4. IV tn * tn
5. KCT tn ** tn
6. LPK tn ** **
Keterangan: **: berpengaruh sangat nyata pada α =1%, * : berpengaruh nyata pada
α = 5%, tn : tidak berpengaruh nyata
Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa faktor
tunggal jumlah benih yang digunakan berpengaruh nyata pada tolok ukur DB dan
berpengaruh sangat nyata pada tolok ukur BKKN, tetapi tidak berpengaruh nyata
pada tolok ukur DHL, IV, KCT dan LPK. Faktor tunggal volume aquabides
sebagai larutan perendam benih berpengaruh sangat nyata pada hampir semua
tolok ukur kecuali pada tolok ukur IV berpengaruh nyata, dan tidak berpengaruh
nyata pada tolok ukur BKKN. Interaksi antara kedua faktor memberikan
pengaruh yang sangat nyata pada tolok ukur BKKN dan LPK, tetapi tidak
Nilai tengah pengaruh faktor tunggal jumlah benih dan volume aqua
bides terhadap DHL, DB, IV, dan KCT benih kedelai dapat dilihat pada Tabel 2 -
5.
Tabel 2. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik
Rata-rata 2.055a 1.689b 1.291c
Keterangan : 1 data DHL transformasi log (x), angka yang diikuti huruf besar yang sama pada kolom yang sama atau huruf kecil pada yang sama pada baris yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata dengan uji DMRT taraf α = 5%
Tabel 3. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya berkecambah
Keterangan : angka yang diikuti huruf besar yang sama pada kolom yang sama atau huruf kecil pada yang sama pada baris yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata dengan uji DMRT taraf α = 5%
Tabel 4. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap indeks vigor Volume aquabides (ml)
Rata-rata 47.5ab 55.5a 42.5b
Tabel 5. Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap kecepatan
Keterangan : angka yang diikuti huruf besar yang sama pada kolom yang sama atau huruf kecil pada yang sama pada baris yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata dengan uji DMRT taraf α = 5%
Pengaruh jumlah benih dan volume aquabides terhadap daya hantar
listrik dapat dilihat pada Tabel 2. Percobaan ini menunjukkan bahwa DHL hanya
dipengaruhi oleh volume aquabides. Volume air 50 ml memberikan nilai DHL
yang lebih tinggi dibandingkan volume 100 ml dan 250 ml. Hal ini mungkin dapat
disebabkan karena pada volume 50 ml konsentrasi larutan hasil rendaman
semakin pekat sehingga nilai pengukuran DHL juga tinggi. Besarnya nilai daya
hantar listrik benih tergantung dari jumlah kation dalam air rendaman benih.
Peningkatan kebocoran benih disebabkan oleh perubahan permeabilitas selaput
benih dan perubahan integritas membran. Jumlah benih yang digunakan tidak
mempengaruhi nilai daya hantar listrik. Penelitian Vanzolini dan Nakagawa
(2005) menyebutkan bahwa ukuran benih kacang tanah mempengaruhi hasil
pengukuran daya hantar listrik; periode imbibisi dapat dikurangi sampai tiga jam
untuk evaluasi mutu fisiologis benih; dan suhu waktu imbibisi 25 oC lebih
meningkatkan nilai DHL daripada suhu 20 oC, terutama apabila jumlah benih
yang digunakan 50 butir. Penelitian Dias dan Filho (1996) menyebutkan bahwa
penggunaan 50 butir benih kedelai dalam 75 ml air pada uji daya hantar listrik
memberikan nilai DHL yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan 25 butir benih
dengan volume yang sama.
Menurut penelitian Gaspar dan Nakagawa (2002) kombinasi terbaik
yang digunakan dalam pengujian daya hantar listrik untuk benih millet
mendapatkan hasil bahwa perbandingan jumlah benih dan volume aquabides yang
digunakan dalam pengujian DHL berkorelasi positif dengan nilai daya hantar
listriknya.
Tolok ukur daya berkecambah dipengaruhi oleh faktor tunggal jumlah
benih dan faktor tunggal volume aquabides, tetapi tidak dipengaruhi oleh interaksi
kedua faktor tersebut. Daya berkecambah nyata lebih tinggi pada jumlah benih 25
butir dibandingkan 50 butir benih. Pengamatan pengaruh volume aquabides
menunjukkan nilai DB dengan penggunaan 250 ml aquabides nyata lebih tinggi
dibandingkan penggunaan 50 dan 100 ml aquabides (Tabel 3). Hasil penelitian
Hsu et al. (2000) membuktikan adanya hubungan antara persentase perkecambahan dan daya hantar listrik pada benih sudan grass.
Nilai indeks vigor dan kecepatan tumbuh dalam percobaan ini hanya
dipengaruhi volume aquabides sebagai faktor tunggal (Tabel 4 dan 5). Indeks
vigor pada benih yang mendapat perlakuan perendaman (untuk uji DHL) dalam
aquabides sebanyak 50 ml, 100 ml, dan 250 ml masing-masing adalah 47.5%,
55.5%, dan 42.5%. penggunaan 100 ml aquabides memberikan nilai IV nyata
lebih tinggi dibanding volume 250 ml, tapi tidak berbeda nyata dengan volume 50
ml. Kecepatan tumbuh pada benih yang mendapat perlakuan perendaman (untuk
uji DHL) dalam aquabides sebanyak 50 ml, 100 ml, dan 250 ml masing-masing
adalah 23.24, 23.76, dan 21.04 %/etmal (Tabel 5). Pada volume 50 ml, nilai KCT
benih tidak berbeda nyata dengan nilai KCT pada perendaman 100 ml dan
perendaman dengan aquabides 250 ml memberikan nilai KCT nyata lebih rendah
dibanding dua volume yang lain.
Tabel 6. Pengaruh interaksi jumlah benih dan volume aquabides terhadap bobot kering kecambah normal2 (g)
Volume aquabides (ml) Jumlah benih
(butir) 50 (V1) 100 (V2) 250 (V3)
1.069 aA 0.985 abA 0.905 bA
25
(0.943) (1.018) (1.108)
50 0.476 aB 0.494 abB 0.571 bB
(2.108) (2.035) (1.76)
Bobot kering kecambah normal dipengaruhi oleh faktor tunggal jumlah
benih dan interaksi kedua faktor. Bobot kering kecambah normal pada perlakuan
jumlah benih 50 butir benih nyata lebih tinggi dibanding 25 butir benih pada
semua volume aquabides. Penambahan air pada perlakuan jumlah benih yang
sama cenderung meningkatkan BKKN. Akan tetapi hal yang sebaliknya justru
terjadi pada perlakuan jumlah benih 50 butir. Penambahan volume aquabides akan
menurunkan BKKN (Tabel 6) .
Tabel 7. Pengaruh interaksi jumlah benih dan volume aquabides terhadap laju pertumbuhan kecambah (mg/KN)
Volume aquabides (ml) Jumlah benih
(butir) 50 100 250
25 47.069 abB 50.943 aB 50.925 aA
50 53.678 aA 53.546 aA 42.460 bB
Keterangan : lihat detil tabel 6.
Laju pertumbuhan kecambah dalam percobaan ini dipengaruhi oleh
faktor tunggal volume aquabides dan interaksi kedua faktor (Tabel 7). Laju
pertumbuhan kecambah nyata lebih tinggi didapat pada perlakuan jumlah benih
50 butir dengan volume aquabides 50 ml dan 100 ml. Penambahan air pada
perlakuan jumlah benih 50 butir cenderung menurunkan LPK. Akan tetapi hal
yang sebaliknya justru terjadi pada perlakuan jumlah benih 25 butir. Penambahan
volume aquabides akan meningkatkan LPK.
Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa jumlah benih tidak
berpengaruh nyata terhadap daya hantar listrik. Penggunaan 50 butir benih
memberikan nilai rata-rata yang lebih tinggi pada tolok ukur BKKN dan LPK,
walaupun nilai DB nyata lebih tinggi dengan penggunaan 25 butir benih.
Penelitian Dias et al. (2006) menyatakan bahwa penggunaan 50 butir benih bawang merah dalam uji DHL memberikan hasil yang lebih baik dalam
mengidentifikasi perbedaan vigor benih dibandingkan penggunaan 25 butir benih.
Menurut ISTA (2005), pengujian DHL pada benih P. sativum menggunakan 50 butir benih dalam 250 ml aquabides. Oleh karena itu, pada percobaan 2 untuk uji
DHL digunakan 50 butir benih. Semakin sedikit volume aquabides yang
digunakan dalam uji DHL menyebabkan nilai DHL yang terukur semakin rendah.
paling tinggi dibanding volume 100 ml dan 250 ml. Volume aquabides 100 ml
memberikan hasil yang terbaik pada tolok ukur IV (55.5 %) dan KCT (23.8
%/etmal) dibanding volume 50 ml dan 250 ml.
Percobaan 2. Pengaruh perlakuan kadar air benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrik dan kaitannya dengan mutu fisiologis benih kedelai
Kadar air awal benih adalah 10.2 %, sehingga benih perlu mendapat
perlakuan pelembaban dan penjemuran untuk mendapatkan kadar air benih pada
kisaran yang dibutuhkan sesuai perlakuan percobaan. Kadar air benih kedelai
yang dipergunakan dalam percobaan ini rata-rata adalah 8.1%, 10.1%, 12.1%,
14.1% dan 16.0%. Kondisi benih yang mengalami perlakuan kadar air ini dapat
dilihat pada Tabel 8. Kekeriputan dan keretakan permukaan kulit benih diamati
secara visual. Kekeringan permukaan kulit benih dilakukan dengan membungkus
benih yang telah dikeringanginkan (setelah dilembabkan) dengan kertas tisu
selama kurang lebih 5 menit dan diperoleh hasil tidak adanya air yang terserap
oleh kertas tisu. Permukaan kulit benih yang mendapat perlakuan perendaman
atau penjemuran dan dikeringanginkan memiliki tingkat kekeringan yang sama.
Tabel 8. Kondisi benih setelah mengalami perlakuan kadar air (dinaikkan atau diturunkan)
Kadar air Kekeringan Kekeriputan Keretakan
8 % + - -
10 % + + +
12 % + ++ ++
14 % + ++ +++
16 % + +++ +++
Keterangan : - : tidak ada; + : sedikit; ++ : agak banyak; +++ : banyak
Perlakuan peningkatan kadar air dengan meletakkan benih pada
kondisi lembab dan kemudian dikeringkan kembali menyebabkan kondisi
permukaan kulit benih menjadi keriput dan retak. Pada saat dilembabkan terjadi
peristiwa hidrasi, benih mengalami proses imbibisi air dan benih jadi
peristiwa dehidrasi, sebagian air yang ada di dalam benih menguap/keluar dari
benih sehingga benih mengkerut. Hal ini yang menyebabkan munculnya keriput
dan retakan pada permukaan benih.
Tabel 9. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kadar air benih (C) dan volume aquabides (D) terhadap daya hantar listrik dan mutu fisiologis benih kedelai
Keterangan: ** berpengaruh sangat nyata pada taraf α =1%
Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 10 menunjukkan bahwa faktor
tunggal kadar air benih, volume aquabides dan interaksi dua faktor berpengaruh
sangat nyata terhadap semua variabel yang diukur yaitu DHL, DB, BKKN, IV,
KCT dan LPK. Nilai tengah pengaruh interaksi faktor kadar air benih dan volume
aquabides terhadap daya hantar listrik dan viabilitas benih kedelai dapat dilihat
pada tabel 10 - 16.
Tabel 10. Pengaruh interaksi kadar air benih dan volume aquabides terhadap daya hantar listrikbenih
Volume aquabides