• Tidak ada hasil yang ditemukan

Feed Evaluation Program for Dairy Cattle at Farmer and Cooperative Level Using Microsoft Access

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Feed Evaluation Program for Dairy Cattle at Farmer and Cooperative Level Using Microsoft Access"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

AKRAMUZZEIN

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

Perah Untuk Tingkat Peternak dan Koperasi Menggunakan Microsoft Access. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc.

Akhir-akhir ini permintaan akan produk peternakan semakin meningkat seiiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia dan kesadaran orang-orang terhadap pentingnya pangan bergizi. Susu merupakan produk peternakan yang bergizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun tingkat produksi dan kualitas susu tergantung pada status nutrisi ternak yang menghasilkannya. Komputer dapat dimanfaatkan untuk menganalisa kondisi ternak sapi perah secara akurat dan efisien. Pada penelitian ini, sebuah program komputer dibuat menggunakan Microsoft Access dengan tahapan analisa sistem, desain solusi, uji program dan implementasi program.

Analisa sistem dan desain solusi digunakan untuk mengevaluasi kebutuhan nutrisi dan status reproduksi ternak dengan memasukkan data identitas peternak, data individu ternak, status reproduksi ternak dan evaluasi kecukupan nutrien. Data identitas peternak berupa nama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, mulai beternak, kelompok ternak dan tempat tinggal. Data individu ternak berupa kode ternak, tanggal lahir, status fisiologis, bobot badan dan body score ternak. Data reproduksi berupa tanggal melahirkan, periode laktasi, bulan laktasi dan produksi susu harian. Peubah untuk evaluasi kecukupan nutrien adalah jumlah pemberian pakan dan rataan kebutuhan nutrisi ternak.

Data yang tersedia digunakan untuk mengkaji program yang dibuat. Hasil pengolahan data dengan program dapat memberikan informasi mengenai status kepemilikan ternak, populasi ternak, kecukupan nutrien dan kondisi ternak berupa status fisiologis dan produksi susu.

(3)

Using Microsoft Access

Akramuzzein, I. G. Permana, and T. Toharmat

The demand on animal products increases in line with the increase in human population and their awareness on their nutritive value. Milk is a highly nutritive animal product which has high economic value. However, milk yield and its nutritive value are influenced by the nutritional status of the cows. Computer can be used as a tool to evaluate efficiently and accurately the nutritional status of dairy herd. In the present study, a computer program was developed using Microsoft Access by analyzing system, creating solution design, test and implementation program. System analysis and solution design were used to evaluate the nutrient requirement and reproduction status of the animal by entering the data of farmer identity (name, date and place of birth, education status, start of farming, animals ownership and address), animal identity (code, date of birth, physiology status body score and body weight), feeding aspects (feeding and nutrient requirement), and animal reproduction status (age at first calving, lactation period, lactation month and daily milk yield). The available data was used to evaluate the developed program. The output of the program indicated the ownership of the animal, population, nutritional and physiological status and milk yield.

(4)

AKRAMUZZEIN

D24104076

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

Oleh:

AKRAMUZZEIN

D24104076

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 6 Maret 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr. Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc. NIP. 130 956 694 NIP. 131 284 834

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(6)

Februari 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Suriani dan Ibu Rumiati.

Pendidikan yang pernah ditempuh diawali dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karang Mekar 2 Banjarmasin tahun 1992-1998 kemudian dilanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 3 Banjarmasin pada tahun 1998-2001 dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Banjarmasin pada tahun 2001-2004. Penulis melanjutkan pendidikan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Profesi Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) sebagai Staf Biro Informasi dan Teknologi (2005-2006), Ketua Biro Informasi dan Teknologi (2006-2007) dan anggota Kelompok Pecinta Alam (KEPAL-D) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga pernah melaksanakan kegiatan magang kerja di Mixed Farming Blora, Jawa Tengah tahun 2006.

(7)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga dan pengikut beliau sampai akhir zaman. Skripsi dengan judul Program Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah Untuk Tingkat Peternak dan Koperasi Menggunakan Microsoft Access ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternkan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi dan kemudahan dalam mengelola usaha peternakan sapi perah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan serta menjadi catatan amal shaleh. Amin.

Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan pada semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang yang akan membalasnya.

Bogor, Maret 2009

(8)

1. Sumber Informasi dan Kebutuhan dalam Pembuatan Program ... 15

2. Evaluasi Kecukupan Nutrien ... 16

3. Deskripsi Database Profil Peternak ... 20

4. Deskripsi Database Individu Ternak ... 21

5. Deskripsi Database Bahan Pakan ... 21

6. Deskripsi Database Pemberian Pakan ... 21

7. Deskripsi Database Pemberian Pakan ... 22

8. Deskripsi Fungsi Tombol ... 24

9. Kebutuhan Nutrien Sapi Perah ... 26

(9)

1. Alur Pembuatan Program ... 13

2. Data Pada Suatu Peternakan ... 14

3. Rancangan Fisik Aplikasi ... 17

4. Alur Penggunaan Program ... 18

5. Form Menu Utama Program ... 19

6. Hubungan Relasi Antar Tabel ... 23

7. Contoh Laporan Profil Peternak ... 23

8. Form Kepemilikan Ternak ... 25

9. Form Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan Peternak ... 27

10. Contoh Report Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan Peternak ... 28

11. Entry Data Produksi Susu ... 29

12. Contoh Laporan Produksi Ternak ... 30

(10)

1. Diagram Alir Edit Data Program ... 37

2. Form Peternak ... 38

3. Form Individu Ternak ... 38

4. Form Pakan ... 39

5. Form Laporan Produksi Peternak ... 39

6. Form Laporan Produksi Ternak ... 39

7. Data Kandungan Nutrien Pakan ... 40

(11)

DAFTAR ISI

Sistem Informasi Berbasis Komputer ... 11

(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

Sistem Aplikasi Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah ... 19

Desain Program dan Database ... 20

Pembuatan Aplikasi ... 22

Profil Peternak ... 22

Kepemilikan Ternak ... 24

Evaluasi Pemberian Pakan ... 25

Produksi Susu ... 28

Manfaat Aplikasi ... 31

Kelebihan dan Kekurangan Aplikasi ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

UCAPAN TERIMA KASIH ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 36

(13)

1. Sumber Informasi dan Kebutuhan dalam Pembuatan Program ... 15

2. Evaluasi Kecukupan Nutrien ... 16

3. Deskripsi Database Profil Peternak ... 20

4. Deskripsi Database Individu Ternak ... 21

5. Deskripsi Database Bahan Pakan ... 21

6. Deskripsi Database Pemberian Pakan ... 21

7. Deskripsi Database Pemberian Pakan ... 22

8. Deskripsi Fungsi Tombol ... 24

9. Kebutuhan Nutrien Sapi Perah ... 26

(14)

1. Alur Pembuatan Program ... 13

2. Data Pada Suatu Peternakan ... 14

3. Rancangan Fisik Aplikasi ... 17

4. Alur Penggunaan Program ... 18

5. Form Menu Utama Program ... 19

6. Hubungan Relasi Antar Tabel ... 23

7. Contoh Laporan Profil Peternak ... 23

8. Form Kepemilikan Ternak ... 25

9. Form Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan Peternak ... 27

10. Contoh Report Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan Peternak ... 28

11. Entry Data Produksi Susu ... 29

12. Contoh Laporan Produksi Ternak ... 30

(15)

1. Diagram Alir Edit Data Program ... 37

2. Form Peternak ... 38

3. Form Individu Ternak ... 38

4. Form Pakan ... 39

5. Form Laporan Produksi Peternak ... 39

6. Form Laporan Produksi Ternak ... 39

7. Data Kandungan Nutrien Pakan ... 40

 

(16)

Perkembangan industri peternakan semakin meningkat baik usaha peternakan skala kecil hingga skala besar. Keadaan ini didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat akan protein hewani yang memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan protein nabati dalam memenuhi kebutuhan protein yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Susu merupakan salah satu produk ternak yang bernilai gizi tinggi yang ketersedian baik kualitas maupun jumlahnya harus terjamin. Sapi perah sebagai penghasil susu utama saat ini pengembangannya masih terpusat di pulau Jawa. Namun masyarakat di beberapa daerah seperti Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Bengkulu sudah mulai mengembangkan usaha peternakan sapi perah. Untuk menunjang pengembangan sapi perah tersebut, pemerintah melakukan sosialisasi cara beternak sapi perah terutama dengan menerapkan Good Farming Practices.

Peternak masih menggunakan pola beternak tradisional karena tingkat pendidikan para peternak yang rendah serta kurangnya informasi yang diterima. Tingkat pendidikan peternak sangat bervariasi dan sebagian besar peternak berpendidikan Sekolah Dasar.

Dalam rangka mendukung program pemerintah dalam pengembangan sapi perah, peran teknologi informasi sangat dibutuhkan. Penggunaan teknologi berupa komputer merupakan salah satu cara yang dapat digunakan peternak sebagai alat bantu dalam mengelola informasi peternakan. Sistem informasi berupa evaluasi kecukupan pemberian pakan dan data recording sapi perah sangat diperlukan bagi peternak. Informasi yang mendukung program ini antara lain database peternak, data populasi ternak, status reproduksi ternak, dan evaluasi kecukupan pemberian pakan. Informasi tersebut akan lebih mudah digunakan jika dikemas dalam paket program komputer.

(17)

Perumusan Masalah

Kendala yang dihadapi kalangan peternak masih sangat banyak, baik dari segi ternak, lingkungan, informasi maupun keterbatasan penguasaan teknologi. Penggunaan teknologi khususnya komputer dalam usaha peternakan masih sangat kurang yang ditunjukkan dengan masih terbatasnya data peternak dan keadaan individu ternak. Data tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi suatu peternakan sapi perah, hasil produksi susu dan evaluasi pemberian pakan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun aplikasi sistem informasi berupa data recording dan evalusi pemberian pakan sapi perah dengan menggunakan Program Microsoft Acces.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Sapi Perah

Bangsa sapi perah memiliki sifat-sifat tersendiri dalam menghasilkan susu, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Bangsa sapi perah yang ada diantaranya Fries Holland, Jersey, Guarnsey, Ayrshire dan Shorthorn. Bangsa sapi perah yang dikemabangkan di Indonesia adalah Fries Holland (FH).Menurut Sudono (1999) bangsa sapi FH merupakan penghasil susu tertinggi dibandingkan bangsa-bangsa sapi yang lain baik di daerah sub-tropis maupun di daerah tropis.

Ciri-ciri sapi perah FH yang ada adalah sesuai dengan yang dinyatakan Sutardi (1980) adalah (1) warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih, (2) bulu pada ujung ekor dan ujung kaki berwarna putih, (3) bulu dada, perut bawah, kaki dan ekor berwarna putih, (4) berambing besar, (5) tanduk kecil, pendek, menjurus ke depan, (6) pada dahi terdapat tanda segitiga berwarna putih, (7) kepala besar dan sempit, (8) lambat dewasa kelamin, (9) temperamen sapi betina tenang dan jinak sedangkan sapi jantan agak liar, (10) bobot tubuh betina dewasa mencapai 625 kg, sedangkan sapi jantan dewasa 800 kg dan (11) produksi susu dapat mencapai 4500 –5000 liter/ekor/laktasi.

Populasi sapi perah di Indonesia semakin meningkat, karena sudah mulai dikembangkan di daerah luar pulau Jawa seperti di Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan. Populasi nasional dari tahun 2002-2006 berturut-turut yaitu 358.386, 373.753, 364.062, 361.351, dan 382.313 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006). Populasi sapi perah diperkirakan akan terus meningkat jika berhasil dikembangkan di luar pulau Jawa karena masih banyak lahan yang cocok dan mendukung untuk peternakan sapi perah.

Produksi Susu Sapi Perah

Produksi susu di Indonesia terus meningkat seiring bertambahnya populasi, tetapi tidak dapat meningkatkan produksi rata-rata nasional yang masih berkisar 10 kg/ekor/hari. Produksi susu pada tahun 2002 adalah 493.375 ton dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 577.628 ton (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006).

(19)

Produksi susu sapi perah mengikuti pola yang teratur pada setiap laktasi. Produksi susu akan naik selama 45–60 hari setelah sapi beranak hingga mencapai puncak produksi dan kemudian turun secara perlahan-lahan hingga akhir laktasi. Periode laktasi normal pada sapi yang dikawinkan dan bunting setiap 12 bulan adalah 44 minggu atau 305 hari (Tillman, 1986).

Menurut Sutardi dan Djohari (1979), produksi air susu erat hubungannya dengan umur atau seringnya beranak. Produksi akan naik sampai umur 6 tahun. Rendahnya produksi sapi muda kemungkinan karena sebagian besar makanan dipakai untuk pertumbuhan. Penurunan produksi yang terlalu dini disebabkan selang kelahiran terlalu panjang dan kemungkinan kurang gizi pada masa pertumbuhan, sehingga umur beranak pertama kali terlalu tua.

Kurva laktasi sapi perah dapat menggambarkan dinamika produksi susu sepanjang laktasi. Sapi dengan kurva laktasi yang landai mempunyai tingkat persistensi yang tinggi daripada sapi dengan kemiringan kurva laktasi yang curam. Pengetahuan tentang kurva laktasi dapat memudahkan pemberian makan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemberian pakan. Hal ini karena jumlah pemberian pakan dapat disesuaikan dengan perkiraan produksi susu pada waktu tertentu. Dalam aspek genetik, pengetahuan kurva laktasi dapat dijadikan dasar seleksi untuk meningkatkan efisiensi produksi (Tekerli et al., 2000).

Penentuan Bobot Badan Sapi Perah

Bobot badan adalah informasi yang diperlukan dalam menghitung jumlah pemberian pakan. Bobot badan sapi dapat diketahui dengan menimbang langsung atau dengan menduganya dengan menggunakan ukuran lingkar dada. Lingkar dada diukur pada bidang yang terbentuk mulai dari pundak sampai dasar dada di belakang siku dan tulang belikat. Untuk mengukur lingkar dada dipakai pita ukur sapi atau pita ukur lainnya. Ukuran lingkar dada tersebut dapat digunakan untuk menaksir bobot badan sapi perah menggunakan rumus Schoorl (Sariubang etal., 2004)

(20)

Pakan

Pakan sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi ternak khususnya sapi perah sehingga diperlukan perhatian yang lebih banyak. Semakin baik ketersediaan dan kualitas pakan yang diberikan, maka akan semakin baik pula hasil produksi yang akan didapat. Untuk meningkatkan produksi dalam beternak sapi perah maka perlu diketahui jenis pakan dan bagaimana manajemen pemberiannya, serta kebutuhan nutrien sapi perah untuk memenuhi hidup pokok dan produksi.

Bahan makanan sapi berupa hijauan dan konsentrat (Sudono, 1999). Sapi perah biasa mengkonsumsi berbagai jenis hijauan dan sisa-sisa hasil pertanian seperti jerami padi atau jagung, dedak, maupun hasil ikutan pabrik misalnya bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas bir, dan ampas kecap. Namun ketersedian pakan masih menjadi masalah dalam beternak sapi perah. Konsentrat akan meningkatkan kecernaan ransum, meningkatkan dan menjamin kesinambungan produksi susu dalam jangka panjang. Hijauan merupakan sumber makanan utama bagi ternak ruminansia untuk dapat hidup, berproduksi dan berkembangbiak.

Kualitas hijauan perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum, karena efek perpaduan penggunaan konsentrat dan hijauan ditentukan oleh kualitas hijauan. Semakin baik kualitas hijauan, efek penggunaan dan penambahan jumlah konsentrat akan semakin bertambah yang ditunjukkan dengan peningkatan produksi susu (Suryahadi, 1997). Jika hijauan yang diberikan berkualitas tinggi seperti leguminosa maka dibutuhkan pemberian konsentrat yang mengandung 10% protein kasar (PK), jika menggunakan hijauan kualitasnya rendah maka kandungan PK sekitar 18-20%.

Faktor utama yang mempengaruhi produksi dan konsentrasi komponen susu yaitu konsumsi bahan kering (BK) dan konsumsi nutrien (Sutardi, 1980). Tingkat konsumsi menentukan jumlah tersedianya energi dan prekursor komponen susu.

Manajemen Pakan

(21)

pemenuhan kebutuhan pakan secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas serta teknik pemberian pakan yang digunakan. Kuantitas menjamin banyak sedikitnya pakan untuk ternak sesuai kebutuhannya, kualitas merupakan baik buruknya pengaruh pakan terhadap ternak dan kontinuitas menunjukkan kesinambungan ada tidaknya pakan untuk ternak serta teknik pemberian pakan di lapang.

Kebutuhan Nutrisi Sapi perah

Kebutuhan sapi perah terdiri atas kebutuhan pokok, pertumbuhan, reproduksi dan produksi (Sutardi, 1981). Sedangkan nutrien dalam pakan harus seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan dan komposisi tubuh ternaknya, untuk memenuhi kuantitas maupun kualitas dari pakan yang diberikan. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan bahan kering, TDN, protein kasar dan mineral (Anggorodi, 1994).

Menurut Sutardi (1981) jumlah pemberian pakan dapat diperkirakan berdasarkan jumlah kebutuhan bahan kering. Kebutuhan sapi perah akan bahan kering berkisar antara 2,2-3,5% dari bobot hidup. Besarnya kebutuhan ini bergantung pada produksi susu, kondisi tubuh dan keadaan lingkungan. Sapi perah dengan bobot hidup yang tinggi akan membutuhkan konsumsi bahan kering yang tinggi, tetapi kebutuhan per kg bobot hidup akan semakin rendah.

Nutrien yang diperhitungkan dalam upaya pemenuhan kebutuhan ternak biasanya dinyatakan dalam bentuk energi. Energi didefinisikan sebagai sumber kemampuan untuk melakukan kerja dan dibutuhkan oleh semua proses hidup (Ensminger et al., 1990). Defisiensi energi dalam pakan akan mengakibatkan menurunnya produksi susu, laju pertumbuhan, kondisi tubuh dan kandungan protein dalam susu (Reaves et al., 1973), sedangkan kelebihan energi dalam pakan akan mengakibatkan penimbunan lemak pada jaringan adipose tubuh. Kebutuhan sapi perah akan energi bervariasi menurut bobot hidup, laju pertumbuhan, produksi susu dan kadar lemak susu.

(22)

terhambat dan daya tahan terhadap penyakit menurun (Ensminger et al., 1990). Kelebihan protein masih dapat ditolerir tanpa membahayakan ternak selama timbunan hasil fermentasi tidak meracuni jaringan tubuh, seperti halnya ammonia.

Sapi perah membutuhkan jenis mineral yang sangat banyak walaupun jumlahnya hanya sedikit. Mineral berpengaruh besar terhadap produksi sehingga penggunaanya harus tepat karena penggunaan berlebih dapat mengakibatkan keracunan. Kebutuhan mineral esensial sapi perah yang tepat belum diketahui dengan pasti sehingga kebutuhan mineral sapi perah dibatasi pada kalsium (Ca) dan fosfor (P).  

Kecukupan Nutrien Pada Sapi Dara

Pada prinsipnya, pakan sapi dara sama dengan pakan pedet lepas sapih. Namun kadar protein pada bahan konsentratnya lebih rendah dari pakan pedet. Protein dan energi bisa diperoleh dari rumput, hijauan kering, atau pastura (padang rumput) yang baik. Namun, jika hijauan atau rumput tersebut berkualitas rendah, harus ditambah pakan konsentrat yang berkadar protein 15-16%. Pemberian pakan mempengaruhi perkembangan sapi dara, baik perkembangan tubuhnya maupun alat reproduksinya.

Target bobot badan sapi dara umur 8-14 bulan adalah 200-300 kg. Pemberian pakan berupa rumput 10% dan konsentrat 1-1,5% dari bobot hidup. Contoh konsentrat untuk sapi dara adalah konsentrat yang terdiri atas 55% bungkil kelapa, 40% dedak halus, dan onggok (Sutardi, 1981).

Kecukupan Pakan Sapi Dewasa

Sapi dewasa yang sedang berada pada masa produksi disebut juga sapi laktasi. Pakan diperlukan oleh sapi laktasi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu. Jika jumlah dan mutu pakan yang diberikan kurang, tingkat produksi susunya tidak akan maksimal. Secara kasar di lapangan, jumlah konsentrat yang diberikan adalah 50% dari jumlah susu yang dihasilkan (rasio 1:2). Konsentrat lebih berpengaruh terhadap kadar berat jenis susu dan produksi, sehingga semakin tinggi nilai gizi konsentrat, berat jenis susu akan tinggi dan susu yang dihasilkan akan berkualitas (Sutardi, 1981).

(23)

dihasilkan, terutama kadar lemaknya. Rumput atau pakan sumber serat yang mengandung nilai gizi tinggi biasanya berupa hasil ikutan tanaman kacang-kacangan.

Tolak Ukur Kebutuhan Zat Makanan

Nutrien di dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi susu dan untuk perkembangan fetus (Mortenson dan Joergenson, 1974). Kondisi tubuh dan produksi susu yang optimum dapat dipertahankan dengan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan sapi perah akan nutrien tergantung pada bobot sapi dan tingkat produksi susunya (Sutardi, 1981).

Alokasi nutrien pada sapi perah laktasi ada 3 tahap, yaitu: (1) selama masa laktasi pertama dan kedua produksi susu berhubungan dengan umur beranak, (2) pada laktasi ketiga, produksi susu tidak dipengaruhi oleh umur beranak, (3) pada laktasi berikutnya, sapi telah melewati bobot badan dan produksi susu maksimum (Schmidt, 1971).

(24)

Siklus Reproduksi Sapi Perah

Siklus reproduksi sapi perah harus diperhatikan dengan baik. Siklus reproduksi pada sapi perah berpengaruh besar terhadap jumlah produksi dan efisiensi pemeliharaan yang sangat penting dalam upaya mempertahankan kelangsungan usaha peternakan (Sudono, 1999). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam tata laksana mencapai efisiensi produksi susu diantaranya adalah (a) umur beranak pertama, (b) lama laktasi, (c) masa kering, dan (d) efisiensi reproduksi berupa

calving interval, service per conception, calving rate dan lama kosong. Pada manajemen dan pemberian pakan yang baik, umur beranak pertama sapi Fries Holland adalah pada umur 2–2,5 tahun.

Masa laktasi adalah masa sapi menghasilkan susu antara waktu beranak dengan masa kering, sehingga lama laktasi berkisar antara 8-10 bulan. Produksi susu per hari menurun setelah laktasi 2 bulan, demikian pula kadar lemak susu setelah 1–2 bulan tetapi mulai konstan dan naik sedikit demi sedikit setelah 2–3 bulan masa laktasi (Sudono, 1999).

Masa kering umumnya berkisar antara 6–9 minggu. Masa kering yang terlalu lama menunjukkan gangguan reproduksi sehingga sulit untuk dijadikan bunting kembali, sedangkan masa kering yang terlampau pendek dapat menyebabkan terjadinya longevity (lama hidup berproduksi) yang pendek. Menurut Lush dalam Sudono (1999) bahwa sapi yang mempunyai longevity yang panjang akan menghasilkan susu yang lebih banyak per unit makanan yang dimakan, dengan demikian akan lebih efisien dalam biaya produksi susu.

Efisiensi reproduksi merupakan gambaran pengaruh keturunan dan manajemen pemeliharaan yang dapat mempengaruhi biaya produksi yang dinilai secara ekonomis. Beberapa ukuran efisiensi reproduksi adalah: (a) calving interval, (b) Service per conception (SC), dan (c) calving rate.

Calving interval (CI) merupakan jarak setiap kali beranak. CI yang baik adalah 12–13 bulan, sedangkan yang panjangnya lebih dari 13 bulan tidak ekonomis karena produksi rata-rata per hari didasarkan atas per CI mempunyai kecederungan menurun (Sudono, 1999).

(25)

sangat efisien dalam berproduksi jika dilihat dari umur ternak yang tersisa. Menurut Sudono (1999) jika angka SC lebih dari 1,85 pada suatu peternakan, maka perlu diadakan analisa dan perbaikan dalam reproduksi sapi di peternakan tersebut. Untuk di Indonesia, SC yang baik adalah kurang dari dua (Sudono, 1999).

Calving Rate (CR) adalah persentase bunting per tahun sapi beranak, semakin tinggi persentasenya maka akan semakin baik. CR yang baik harus diikuti dengan

service period yang cukup, yaitu selama dua bulan (Sudono, 1999).

Sistem Informasi

Sistem dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Informasi didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (events) nyata yang digunakan sebagai pengambilan keputusan (Hartono, 2000). Dalam membuat sistem informasi, data sangat dibutuhkan untuk mengolah dan menganalisa kejadian yang lalu, sekarang maupun kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kumpulan data tersebut dikumpulkan dalam satu tempat berupa basis data.

Basis data (database) adalah sekumpulan informasi mengenai suatu subjek tertentu yang memiliki keterkaitan logis, lengkap dan terstruktur (Nugroho, 2004). Basis data merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi, karena merupakan dasar dalam penyedian informasi bagi para pemakai. Sistem basis data (database system) adalah suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Database managementSystem (DBMS) adalah paket perangkat lunak yang komplek digunakan untuk memanipulasi database (Hartono, 2000).

(26)

Microsoft Office Access

Microsoft Access adalah program untuk merancang, membuat dan mengolah database. Program ini merupakan salah satu program database yang banyak digunakan untuk mengolah data karena mudah dipakai, fleksibel dan diintegrasikan dengan aplikasi lain (Rizky, 2006).

Pengertian database pada Microsoft Access adalah sekumpulan objek yang terdiri dari tabel, query, form, report, pages, macro dan module. Terdapat empat jenis database yang sering dikenal, yaitu (1) Hierarchy, (2) Network, (3) Reletional

dan (4) Object Oriented. Pemilihan jenis database yang digunakan disesuaikan dengan keperluan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas permasalahan atau sistem yang akan dibangan. Dari keempat jenis database tersebut, jenis

Database Relational-lah yang paling sering digunakan (Haryanto, 2007).

Aplikasi Sistem Informasi Pertanian

Aplikasi yang menggunakan komputer sebagai alat bantu banyak digunakan pada bidang pertanian. Beberapa aplikasi yang sudah tersedia adalah Cotton Production Model (CPM) yang digunakan untuk memprediksi hasil produksi kapas (Gossypium hirsutum L) yang mempertimbangkan kondisi tanah, cuaca, kultivasi dan urutan manajemen pemeliharaan. Selain itu, pada bidang peternakan terdapat juga

The Dairy Greenhouse Gas Model (DairyGHG) untuk menentukan estimasi jumlah emisi gas dan karbon (C) pada kawasan usaha sapi perah yang menerapkan konsep

greenhouse (United States Department of Agriculture, 2009).

Perangkat lunak sistem informasi yang telah diaplikasikan pada bidang peternakan dalam penelitian Institut Pertanian Bogor beberapa diantaranya adalah FeedFor, SITRus dan APIKKP. FeedFor merupakan program formulasi ransum sapi pedaging yang dibuat dengan metode linier yang bertujuan meminimalkan harga ransum (Andre, 2004). SITRus merupakan sistem informasi ternak ruminansia yang menampilkan populasi dan produksi ternak secara nasional serta potensi lahan dalm menghasilkan hijauan (Krisyiawan, 2007). Sedangkan APIKKP merupakan sistem informasi yang dibuat untuk mempermudah pengguna dalam melihat perkembangan kualitas kimia bahan pakan dari waktu ke waktu (Suwignyo, 2008).

(27)

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2008 sampai bulan Januari 2009 di Laboratorium Komputer, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Software dan Data Pendukung

Software yang digunakan dalam penyusunan aplikasi ini adalah Sistem Operasi Microsoft Windows XP, Microsoft Office Access 2003 dan Corel Draw 11. Sumber informasi yang digunakan berupa data sekunder kondisi peternakan sapi perah hasil survei di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Cibungbulang-Bogor yang dilakukan mahasiswa Departemen INTP tahun 2007. Komposisi pakan dan status kebutuhan nutrisi sapi perah menggunakan rekomendasi dari Sutardi (1981).

Hardware Pendukung

Spesifikasi komputer yang digunakan pada penyusunan aplikasi ini adalah processor AMD Athlon 3200+, memori 1 Gigabyte (Gb), harddisk dengan kapasitas 80 Gb yang ditunjang dengan satu buah printer.

Metode

Tahap-tahap dalam mendesain program aplikasi ini antara lain: (a) analisis sistem, (b) desain solusi atau permodelan sistem, (c) uji program/aplikasi, dan (d) implementasi program.

Analisa Sistem

(28)

Gambar 1. Alur Pembuatan Program

Informasi yang akan dianalisis meliputi: (a) data peternak pada suatu kawasan peternakan (koperasi atau kelompok ternak), (b) data ternak, (c) evaluasi pemberian pakan, dan (d) reproduksi ternak. Analisa kebutuhan data yang diinginkan tersebut sangat penting untuk diketahui, sehingga data yang cukup harus didapat agar program yang akan dibuat dapat berjalan sebagaimanamestinya. Sumber informasi yang diperlukan berdasarkan data yang ada pada suatu peternakan dapat dilihat pada Gambar 2.

Mulai

Analisa Sistem

Permodelan Sistem

Cukup

Pengujian

Implementasi

Memuaskan Ya

Selesai Ya

(29)

Gambar 2. Data Pada Suatu Peternakan

Berdasarkan gambar di atas, sumber informasi yang selama ini ada pada suatu kawasan peternakan masih berupa data mentah dalam bentuk catatan. Data tersebut dapat dianalisis untuk mengetahui kecukupan nutrien maupun kondisi reproduksi ternak yang mereka miliki. Dari identifikasi data yang dapat diperoleh dari kawasan tersebut, dapat dilihat input yang akan dimasukkan dalam suatu database dan luaran (output) dalam pembuatan aplikasi ini. Data yang akan digunakan dan kebutuhannya dalam pembuatan program ini berdasarkan gambar di atas dapat dilihat pada Tabel 1.

Penggunaan jenis pakan setiap kawasan biasanya tidak berbeda jauh antar masing-masing peternak, kecuali dalam hal jumlah pemberiannya. Jadi dalam pembuatan program ini dimasukkan data penggunaan pakan secara umum dalam kawasan tersebut. Kandungan nutrien pakan yang menjadi pertimbangan dalam evaluasi kecukupan nutrien terdiri dari bahan kering (BK), Total Digestible Nutrien

(TDN), protein kasar (PK), kalsium (Ca) dan fosfor (P). Kandungan nutrisi pakan yang diberikan menggunakan rekomendasi dari Sutardi (1981). Kandungan nutrisi dapat diubah sesuai kualitas pakan yang telah dianalisis dan terdapat atau dipakai dalam kawasan peternakan tersebut.

(30)

Tabel 1. Sumber Informasi dan Kebutuhan dalam Pembuatan Program

No. Jenis Data Input Data Kebutuhan

1 Identitas Peternak Nama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, mulai

ƒ Data individu ternak

ƒ Induk laktasi, sapi kering, dara, pedet dan pejantan

ƒ Body score ternak

ƒ Data sebenarnaya atau diperkirakan jika hanya diketahui umur ternak

ƒ Bobot badan terbaru yang dapat 3. Evaluasi Nutrisi

ƒ Pemberian Pakan

ƒ Periode laktasi dan bulan laktasi

(31)

Sumber informasi yang dimasukkan (entry) tersebut dapat menentukan/memperkirakan siklus reproduksi berupa tanggal melahirkan, awal masa kering dan laktasi, selain itu dapat digunakan untuk mengetahui produksi susu dalam bentuk grafik selama masa laktasi. Sedangkan evaluasi nutrisi yang ditampilkan dalam program ini berupa kecukupan nutrisi untuk berproduksi yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Evaluasi Kecukupan Nutrien

Nutrien Pemberian Kebutuhan * Kecukupan Nutrien BK (% bobot badan) BK1 BK2 BK1-BK2

TDN (kg) TDN1 TDN2 TDN1-TDN2

PK (kg) PK1 PK2 PK1-PK2

Ca (g) Ca1 Ca2 Ca1-Ca2

P (g) P1 P2 P1-P2

Keterangan: * Kebutuhan dihitung berdasarkan Sutardi (1981)

Bagian pendukung dalam program ini berupa fasilitas pencarian yang memudahkan dalam mengetahui populasi ternak dalam suatu kawasan menurut statusnya. Selain itu, perkembangan peternakan tersebut dapat dipantau dari produksi rata-rata tiap peternak maupun ternak yang dapat diketahui dalam aplikasi ini.

Desain Solusi

(32)

Gambar 3. Rancangan Fisik Aplikasi

Input data menggunakan tabel yang terdapat dalam program Microsoft Office Access dan diolah menggunakan query agar dapat menentukan output yang diinginkan secara otomatis. Penggunaan form juga diharuskan agar dapat menampilkan data yang harus dimasukkan selanjutnya oleh pengguna dalam mengolah data kawasan peternakan tersebut. Dalam tahap ini juga dilakukan coding

dalam Microsoft Access untuk mendapatkan output secara maksimal sesuai dengan tujuan dari pembuatan program.

Uji Program

Setelah tahapan desain solusi dan pembuatan kode program dalam Microsoft Access, tahap berikutnya adalah melakukan test atau uji program tersebut. Jika ada kesalahan atau bug maka dilakukan perbaikan.

Implementasi Program

Setelah semua metode atau tahap di atas dilakukan dan program sudah jadi, maka langkah selanjutnya adalah implementasi program yaitu menjalankan program yang sudah jadi dan siap pakai. Data hasil survei dimasukkan dalam database untuk selanjutnya disimpan dalam program. Dari data tersebut dapat terlihat hasil output secara maksimal dengan gambaran nyata kondisi kawasan peternakan tersebut. Gambaran penggunaan program yang selesai dibuat dapat dilihat pada Gambar 4.

Basis Data

(33)

Gambar 4. Alur Penggunaan Aplikasi

Mulai

Ya Menu Utama

Search Analisa

Data Report

Selesai

(34)

Peternakan yang baik memiliki data yang disimpan dan dapat digunakan untuk analisa usaha. Australia sebagai salah satu negara produsen hasil peternakan sapi perah melihat masa depan peternakannya dengan menggunakan alat bantu atau sistem yang modern sebagai database, analisa usaha, tenaga kerja dan sistem pemerahan modern peternakan sapi perah (García et al., 2005). Alat bantu tersebut dapat berupa komputer yang mudah digunakan untuk dalam usaha tersebut.

Sistem aplikasi evaluasi pemberian pakan sapi perah dirancang menggunakan Microsoft Office Access 2003. Program ini dipilih karena kebanyakan komputer sudah dilengkapi produk Microsoft Office. Selain itu, Microsoft Access banyak digunakan dalam pengelolaan database.

Program ini merupakan aplikasi perangkat lunak yang dikembangkan untuk dijalankan di lingkungan sistem operasi Windows. Sistem operasi minimal yang dapat digunakan untuk menjalankan aplikasi ini adalah Microsoft Windows 98. Perangkat keras yang dibutuhkan adalah komputer dengan spesifikasi minimal prosesor 233 Mhz dan RAM 128 MB. Tampilan menu utama program dapat dilihat pada Gambar 5.

(35)

mengevaluasi kondisi peternakan tersebut. Sehingga diperlukan suatu desain yang dapat memberikan gambaran maupun solusi yang dapat membantu perkembangan kawasan peternakan. Data tersebut diolah untuk mendapatkan informasi yang cukup unik, dalam hal ini berupa data kepemilikan ternak dan evaluasi kecukupan nutrien ternak pada tiap peternak.

Data yang dibutuhkan dalam pembuatan aplikasi ini berupa data peternak dan individu ternak yang mereka miliki. Data diambil dari Kawasan Usaha Ternak (KUNAK) Sapi Perah di Cibungbulang-Bogor sebagai simulasi kegunaan atau fungsi dari aplikasi yang dibuat. Dalam pembuatan aplikasi ini, data dikelompokkan ke dalam beberapa tabel yang masing-masing saling terhubung.

Tabel yang dibuat sebanyak 5 buah yang terdiri dari database peternak, ternak, pakan, pemberian pakan dan produksi susu harian. Database peternak disimpan dengan nama Tb_Peternak yang mendeskripsikan data dan kondisi peternak itu sendiri yang dapat dilihat dari umur, pengalaman sampai alamat tempat tinggalnya. Tempat yang disediakan untuk memasukkan data peternak pada aplikasi ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Database Profil Peternak

No Field Tipe Data Keterangan

1. Nama * Text Nama Peternak

2. Tempat Lahir Text Tempat Lahir Peternak 3. Tanggal Lahir Date/Time Tanggal Lahir Peternak

4. Pendidikan Text Pendidikan Peternak 5. Mulai Beternak Date/Time Mulai Beternak Beternak

6. Kelompok Ternak Text Kelompok Ternak

7. Alamat Text Alamat Peternak

Keterangan: * Primary key

(36)

pakan dan tabel produksi harian masing-masing disimpan dengan nama Tb_Ternak, Tb_Pakan, Tb_Pemberian Pakan, dan Tb_Produksi Harian.

Tabel 4. Deskripsi Database Individu Ternak

No Field Tipe Data Keterangan

1. Nama Peternak Text Nama Peternak 2. Kode Ternak * Text Kode Ternak

3. Tanggal Lahir Date/Time Tanggal Lahir Ternak 4. Status Fisiologis Text Status Fisiologis Ternak 5. Lingkar Dada Number Lingkar Dada

6. Body Score Number Body Score Ternak 7. Periode Laktasi Number Periode Laktasi Ternak 8. Tanggal Melahirkan Date/Time Tanggal Melahirkan Ternak

Keterangan: * Primary key

Tabel 5. Deskripsi Database Bahan Pakan

No Field Tipe Data Keterangan

1. Jenis Pakan * Text Jenis Pakan

2. BK Number Bahan Kering

3. TDN Number Total Digestible Nutrient

4. PK Number Protein Kasar

5. Ca Number Kalsium

6. P Number Fosfor

Keterangan: * Primary key

Tabel 6. Deskripsi Database Pemberian Pakan

No Field Tipe Data Keterangan

1. Nama Peternak Text Nama Peternak 2. Jenis Pakan Text Jenis Pakan

(37)

1. Kode Ternak Text Kode Ternak

2. Tanggal Produksi Date/Time Tanggal Produksi Ternak 3. Produksi Harian Number Produksi Harian Ternak

Pembuatan Aplikasi

Pembuatan program sistem informasi ini didasari pada kebutuhan peternak atau koperasi pada suatu kawasan usaha ternak dalam mengevaluasi keadaan atau kondisi peternakan tersebut. Dalam hal ini, koperasi atau peternakan sapi perah membutuhkan alat bantu yang dapat digunakan untuk menyimpan dan menggambarkan keadaan peternak maupun ternak yang ada pada kawasan tersebut. Keinginan ini dapat dibantu sebuah aplikasi komputer menggunakan Microsoft Access yang biasanya sudah terinstalasi disebuah komputer.

Primary key (kunci utama) merupakan bagian dari suatu tabel dan harus digunakan karena berfungsi dalam membuat hubungan atau relasi antar tabel. Selain itu, primary key digunakan agar tidak terjadi duplikat dalam suatu data. Pada aplikasi ini, primary key dibuat pada nama peternak, kode ternak dan jenis pakan. Tabel yang telah dibuat harus dihubungkan satu sama lain, hal ini dilakukan agar terjadi sinkronisasi antar tabel. Tabel peternak sebagai pusat data harus dihubungkan dengan tabel ternak agar kepemilikan ternak beserta data individu ternak itu sendiri dapat diakses melalui peternak. Jadi dengan hanya melihat peternak saja, pengguna (user) aplikasi ini dapat melihat ternak yang mereka miliki dan kondisi ternak tersebut. Hubungan relasi antar tabel tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Profil Peternak

(38)

Gambar 7. Contoh Laporan Profil Peternak

(39)

di-memudahkan proses editing, penambahan data, penyimpanan data dan reporting. Keterangan tentang fungsi tombol-tombol tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Selain itu, terdapat juga tombol tambahan lain yang dapat membantu proses pengolahan data. Tampilan form entry data yang dibuat dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel 8. Deskripsi Fungsi Tombol

No Simbol Fungsi Tombol

1. “Add Record” untuk menambah data baru

2. “Delete Record” untuk menghapus data yang sudah ada

3. “Save Record” untuk menyimpan data hasil penambahan atau editing

4. “Preview Report” untuk melihat laporan analisa

5. “Close Form” untuk keluar dari form

Perubahan data yang sudah tersimpan dapat dilakukan dengan mencari data tersebut dan merubahnya secara langsung dan disimpan dengan nama yang sama. Dalam melakukan entry data pada nama peternak dan kode ternak tidak diizinkan adanya duplikasi karena dapat membuat data menjadi sulit terbaca, sehingga program ini menutup kemungkinan terjadinya hal tersebut. Profil peternak dapat diakses melalui Form Entry “Data Peternak” dengan memilih tombol preview.

Kepemilikan Ternak

(40)

Gambar 8. Form Kepemilikan Ternak

Evaluasi Pemberian Pakan

Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah produksi dan kandungan nutrien susu, diantaranya genetik ternak, lingkungan dan pakan yang diberikan (Sutardi, 1981). Dalam aplikasi ini, pemberian pakan menjadi faktor utama dalam jumlah produksi susu yang dihasilkan. Sehingga dalam aplikasi ini disediakan form “Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan” yang dapat mengetahui jumlah pemberian nutrien berdasarkan pakan yang diberikan dan kebutuhan nutrien tiap ternak.

Form “Evaluasi Kecukupan Pemberian Pakan” digunakan untuk mengetahui apakah pakan yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan nutrien ternak (BK, TDN, PK, Ca dan P) pada status fisiologis yang berbeda, khususnya pada masa laktasi karena harus memenuhi kebutuhan pokok dan produksi susu yamg diinginkan. Pada form ini dibutuhkan jumlah pakan yang diberikan dalam satuan kilogram berdasarkan status fisiologis dan akan diketahui lebih atau kurang nutrien tiap peternak.

(41)

fisiologis harus diketahui terlebih dahulu. Sapi yang semakin dewasa dan memiliki bobot tubuh yang tinggi maka semakin banyak pula konsumsinya. Sedangkan sapi yang sedang dalam masa laktasi membutuhkan nutrien untuk kebutuhan hidup pokok dan berproduksi. Kebutuhan nutrien yang digunakan distandarisasikan pada air susu berkadar lemak 4%. Kebutuhan nutrien tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.

Tabel 9. Kebutuhan Nutrien Sapi Perah

Jenis Nutrien

Keterangan: X = bobot badan ternak (kg) Sumber: Sutardi (1981)

Tabel 10. Kebutuhan Nutrien Sapi Perah Masa Laktasi

Jenis Nutrien Kebutuhan

Hidup Pokok (X1) Produksi Susu (X2)

Sumber: Sutardi (1981)

(42)

mungkin dapat dikurangi.

Warna merah digunakan karena bersifat mencolok, sehingga dapat langsung direspon oleh user bahwa terdapat jenis nutrien yang belum mencukupi kebutuhan ternak. Sehingga perlu dilakukan tambahan pemberian pakan yang memiliki kandungan nutrien pada jenis nutrien yang kurang tersebut. Setiap pakan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam kandungan nutrien, sehingga user

perlu mengetahui jenis pakan yang harus diberikan untuk memenuhi kekurangan jenis nutrien tersebut. Pada aplikasi dapat dilakukan edit database pakan dan penambahan jenis pakan, sehingga peternak dapat melakukan pilihan yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan ternanya. Jenis pakan yang dientry pada aplikasi ini menggunakan Sutardi (1981), sehingga kandungan nutrien pakan yang akan ditambah harus diketahui terlebih dahulu. Pemberian pakan terakhir yang diberikan pada tiap peternak pada setiap status fisiologis ternak tersimpan dalam datbase

sehingga dapat dilihat kembali jika dibutuhkan. Hasil evaluasi kecukupan pemberian pakan berdasarkan data sekunder di KUNAK Cibungbulang dalam bentuk form dan

report dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10.

(43)
(44)

Entry data produksi susu ternak digunakan untuk mengetahui jumlah produksi per hari dan rataan produksi susu ternak selama dipelihara. Data tersebut juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah ternak itu masih efisien untuk dipelihara, karena jumlah produksi yang sedikit hanya menambah beban biaya pakan. Berdasarkan analisis tersebut dapat digunakan kebijakan terbaik yaitu melakukan afkir dengan melihat periode dan bulan laktasi sapi tersebut. Pertimbangan lain yang dapat digunakan oleh user adalah dengan melihat kurva laktasi ternak yang dapat dibandingkan dengan kurva laktasi normal pada umumnya di kawasan tersebut. Kurva laktasi individu ternak ditampilkan dalam bentuk report

yang dapat dilihat pada Gambar 12. Dalam mendapatkan hasil yang didinginkan,

user diberikan keleluasaan untuk menentukan hasil reporting pada tanggal yang diininginkan. Untuk dapat mengakses fasilitas ini, user masuk pada sub menu “Laporan Produksi” yang di dalamnya terdapat laporan produksi tiap ternak maupun peternak.

(45)
(46)

bertujuan memberikan kemudahan dalam penggunaan penggunaan informasi di bidang peternakan sapi perah. Sistem ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan kelompok ternak untuk membantu dalam proses pembelajaran dalam usaha peternakan sapi perah.

Kelebihan dan Kekurangan Aplikasi

Aplikasi sisitem informasi recording sapi perah mempunyai beberapa kelebihan yaitu adanya fasilitas report yang dapat menggambarkan kondisi kelompok ternak, peternak maupun kondisi individu ternak yang dapat digunakan oleh pengguna ahli maupun orang awam. Aplikasi ini mampu dijalankan pada sistem operasi Microsoft mulai dari Windows 98 sampai Windows Vista yang memiliki program Microsoft Office Access 2003. Aplikasi ini dapat terus di perbaiki dan diperbaharui dengan penambahan data maupun rumus-rumus yang perlu dimasukkan untuk melihat kondisi peternakan sapi perah.

Kekurangan dari aplikasi ini adalah belum tersedianya kondisi reproduksi individu ternak yang dapat mengestimasi waktu kawin atau inseminasi buatan, waktu beranak dan masa kering pada sapi perah.

(47)

Sistem infomasi yang disusun dapat digunakan untuk melihat kondisi suatu kawasan usaha peternakan sapi perah. Informasi yang ditampilkan dalam aplikasi ini meliputi profil peternak, data kepemilikian ternak, data populasi ternak, produksi susu dan evaluasi kecukupan nutrien tiap peternak.

Saran

(48)

melimpahkan segala rahmat, taufik dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda M. Suriani dan Ibunda Rumiati tersayang atas kasih sayang, nasihat, do’a, kesabaran, pengorbanan dan bimbingannya selama ini. Tiap patah katanya adalah do’a, tiap langkah kakinya adalah usaha dan pengorbanan, dan setiap tetes keringatnya adalah perjuangan demi putra-putri tercintanya. Engkaulah pejuang sejati dan telah kau jalankan amanah dengan sangat baik. Semoga semua yang engkau berikan selalu mendapat balasan dari Allah SWT. Terima kasih kepada Ka Anul, Ka Ihsan, Dini dan Miftah yang menjadi segabagi saudara, teman dan penolong dalam kehidupan penulis. M. Yusuf dan keluarga yang bersedia membantu penulis selama melaksanakan studi perkuliahan dan membentuk mental serta kepribadian penulis menjadi lebih baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr selaku pembimbing skripsi dan Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc. selaku pembimbing skripsi, penguji seminar, dan pembimbing akademik. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada staf departemen yang selalu membantu segala urusan administrasi penulis dengan tangan terbuka. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak angkatan 40, 41, 42 dan rekan-rekan HIMASITER masa bakti 2004-2007, saudara-saudaraku Tefi, Endez, Riko, Suhel, Ucup, Edo, Aryono, Om Zur, Mas Joko, Om Rud, Joko, Rangga, Julian, Galih dan Mas Mul atas bantuan, kerjasama dan kebersamaan selama ini. Teman-teman asrama TPB dan Himpunan Mahasiswa Kalimantan Selatan terimakasih atas kebersamaan dan dorongannya selama ini. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, hanya Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang yang akan membalasnya. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan. Amiin.

Bogor, Maret 2009

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Andre, P. 2004. Aplikasi program linier dalam penyusunan ransum sapi pedaging menggunakan pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Bath, L. D., N. F. Dickinson, C. R. Foley and H. A. Tucker. 1985. Dairy Cattle: Principle, Practices, Problems, Profits. Lea and Febringer. Philadelphia.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2006. Statistik Peternakan 2006. Departemen Pertanian. CV. Arena Seni. Jakarta.

Ensminger, M. E., J. E. Oldfield and W. W. Heinemann. 1990. Feeds and Nutrition.

2nd Ed. The Ensminger Publishing Co. Clovis.

Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. IPB Press. Bogor.

García, S. C. dan W. J. Fulkerson. 2005. Opportunities for future Australian dairy systems: a review. Abstract. Aust. J. of Experimental Agriculture 45(9) 1041–1055.

Hartono, J. 2000. Dasar Ilmu Komputer, Pemrograman, Sistem Informasi dan Intelegensi Buatan. Cetakan Kedua. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.

Haryanto, Imam. 2007. Membuat Database dengan Microsoft Office Access. Cetakan Ketiga. Informatika. Bandung.

Kurniadi, A. 1999. Pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0. PT. Elex Media Komputindo Gramedia. Jakarta.

Kristiawan, A. 2007. Penyusunan aplikasi sistem informasi pengembangan ternak ruminansia menggunakan program Visual Basic 6.0. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Maltz, E., O. Kroll, S.L. Spahr, S. Devir, A. Genizi and R. Sagi. 1991. Milk yield, parity, and cow potential as variables for computerized concentrate suplemention strategy. J. Dairy Sci. 74:2277-2289.

Murtenson, W.P. dan E.M Juergenson. 1974. Aproved Practices in Dairying. Oxford and IBK publishing Co. Calcuta.

Nugroho, A. 2004. Konsep Pengembangan Sistem Basis Data. Informatika. Bandung.

Reaves, P. M., E. J. Robert, and M. E. William. 1973. Dairy Cattle: Feeding and Management. John Wiley and Sons Inc. Canada.

(50)

Sariubang, M., A. Syam dan A. Nurhayu. 2004. Sistem usahatani tanaman-ternak pada lahan kering dataran rendah di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Pros. Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Denpasar, 20−22

Juli 2004, Puslitbang Peternakan, BPTP Bali dan CASREN. hlm. 126−132.

Schmidt, G.H. and L.D. Van Vleck. 1974. Principles of Dairy Science. W. H. Freeman and Co. San Fransisco.

Suparwi. 1990. Pendugaan energi ransum dan kebutuhan energi serta protein sapi perah laktasi. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sudono, A. 1999. Produksi Sapi Perah. Diktat Kuliah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suryahadi, Nahrowi, I.G. Permana, L. Abdullah dan Hadiyanto. 1977. Manajemen Pakan Sapi Perah. Kerjasama Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dengan GKSI – CCA Kanada. Bogor.

Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutardi, T. dan M. Djohari. 1979. Hubungan kondisi faali sapi laktasi dengan kebutuhan makanannya. Buletin Makanan Ternak S (4) : 189-207. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suwignyo, J. 2008. Aplikasi pengembangan informasi komposisi kimia pakan hasil analisa proksimat menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tekerli, M., Z. Akinci, I. Dogan, dan A. Akean. 2000. Factors affecting the shape of lactation curves of Holstein cows from the Balikesir Province of Turkey. J. Dairy Sci. 83:1381 – 1386

Tillman, A.D., Hari T. Soedomo, R. Soeharto dan L. Soekanto. 1988. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Toharmat, T. 1982. Evaluasi pemberian pakan sapi perah berdasarkan kondisi faalinya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Instutut Pertanian Bogor. Bogor.

United States Department of Agriculture. 2009. Product and Service. http://www.ars.usda.gov/services/software/software.htm. [24 Februari 2009]

(51)
(52)

Lampiran 1. Diagram Alir Edit Data Program

Edit Data

Database Data Peternak Mulai

Menu Utama

Edit Data Data Ternak

Edit Data Data Pakan

Simpan Edit

Selesai

Tidak Tidak

Tidak Ya

(53)

Lampiran 2. Form Peternak

(54)

Lampiran 4. Form Pakan

Lampiran 5. Form Laporan Produksi Peternak

(55)

Lampiran 7. Data Kandungan Nutrien Pakan

No Jenis Pakan Kandungan Nutrien

BK TDN PK Ca P

--- % ---

1. Dedak Padi 89,200 50,000 8,360 0,137 0,602 2. Jerami Padi 87,500 43,200 4,150 0,413 0,292 3. Konsentrat KPS 86,000 65,000 12,000 0,900 0,500

4. Onggok 79,800 78,300 1,870 0,170 0,090 5. Rumput Bengala 23,600 55,200 11,900 0,473 0,220

6. Rumput Gajah 22,200 52,400 8,690 0,475 0,347 7. Rumput Alam 24,400 56,200 8,200 0,366 0,230

8. Susu 12,500 129,000 26,800 0,910 0,735 9. Brachiaria Decumbens 27,500 61,700 9,830 0,240 0,180

10. Alang-alang 31,000 44,400 5,250 0,400 0,260 11. Rumput Teki 20,000 56,100 10,100 0,530 0,225

12. Daun Pisang 23,300 73,500 16,600 0,567 0,180 13. Kulit Singkong 30,600 73,100 6,560 0,328 0,213 14. Daun Singkong 21,600 61,800 24,100 1,540 0,457

15. Bekatul 88,000 69,900 12,800 0,079 1,230 16. Ampas Kecap 26,600 87,200 23,500 0,882 0,141

17. Ampas Tahu Basah 14,600 77,900 30,300 0,390 0,839

18. Tetes 82,400 70,700 3,940 0,882 0,141 19. Gaplek 79,500 78,500 2,600 0,170 0,090

(56)

SKRIPSI

AKRAMUZZEIN

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(57)

Perah Untuk Tingkat Peternak dan Koperasi Menggunakan Microsoft Access. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc.

Akhir-akhir ini permintaan akan produk peternakan semakin meningkat seiiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia dan kesadaran orang-orang terhadap pentingnya pangan bergizi. Susu merupakan produk peternakan yang bergizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun tingkat produksi dan kualitas susu tergantung pada status nutrisi ternak yang menghasilkannya. Komputer dapat dimanfaatkan untuk menganalisa kondisi ternak sapi perah secara akurat dan efisien. Pada penelitian ini, sebuah program komputer dibuat menggunakan Microsoft Access dengan tahapan analisa sistem, desain solusi, uji program dan implementasi program.

Analisa sistem dan desain solusi digunakan untuk mengevaluasi kebutuhan nutrisi dan status reproduksi ternak dengan memasukkan data identitas peternak, data individu ternak, status reproduksi ternak dan evaluasi kecukupan nutrien. Data identitas peternak berupa nama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, mulai beternak, kelompok ternak dan tempat tinggal. Data individu ternak berupa kode ternak, tanggal lahir, status fisiologis, bobot badan dan body score ternak. Data reproduksi berupa tanggal melahirkan, periode laktasi, bulan laktasi dan produksi susu harian. Peubah untuk evaluasi kecukupan nutrien adalah jumlah pemberian pakan dan rataan kebutuhan nutrisi ternak.

Data yang tersedia digunakan untuk mengkaji program yang dibuat. Hasil pengolahan data dengan program dapat memberikan informasi mengenai status kepemilikan ternak, populasi ternak, kecukupan nutrien dan kondisi ternak berupa status fisiologis dan produksi susu.

(58)

Using Microsoft Access

Akramuzzein, I. G. Permana, and T. Toharmat

The demand on animal products increases in line with the increase in human population and their awareness on their nutritive value. Milk is a highly nutritive animal product which has high economic value. However, milk yield and its nutritive value are influenced by the nutritional status of the cows. Computer can be used as a tool to evaluate efficiently and accurately the nutritional status of dairy herd. In the present study, a computer program was developed using Microsoft Access by analyzing system, creating solution design, test and implementation program. System analysis and solution design were used to evaluate the nutrient requirement and reproduction status of the animal by entering the data of farmer identity (name, date and place of birth, education status, start of farming, animals ownership and address), animal identity (code, date of birth, physiology status body score and body weight), feeding aspects (feeding and nutrient requirement), and animal reproduction status (age at first calving, lactation period, lactation month and daily milk yield). The available data was used to evaluate the developed program. The output of the program indicated the ownership of the animal, population, nutritional and physiological status and milk yield.

(59)

Perkembangan industri peternakan semakin meningkat baik usaha peternakan skala kecil hingga skala besar. Keadaan ini didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat akan protein hewani yang memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan protein nabati dalam memenuhi kebutuhan protein yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Susu merupakan salah satu produk ternak yang bernilai gizi tinggi yang ketersedian baik kualitas maupun jumlahnya harus terjamin. Sapi perah sebagai penghasil susu utama saat ini pengembangannya masih terpusat di pulau Jawa. Namun masyarakat di beberapa daerah seperti Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Bengkulu sudah mulai mengembangkan usaha peternakan sapi perah. Untuk menunjang pengembangan sapi perah tersebut, pemerintah melakukan sosialisasi cara beternak sapi perah terutama dengan menerapkan Good Farming Practices.

Peternak masih menggunakan pola beternak tradisional karena tingkat pendidikan para peternak yang rendah serta kurangnya informasi yang diterima. Tingkat pendidikan peternak sangat bervariasi dan sebagian besar peternak berpendidikan Sekolah Dasar.

Dalam rangka mendukung program pemerintah dalam pengembangan sapi perah, peran teknologi informasi sangat dibutuhkan. Penggunaan teknologi berupa komputer merupakan salah satu cara yang dapat digunakan peternak sebagai alat bantu dalam mengelola informasi peternakan. Sistem informasi berupa evaluasi kecukupan pemberian pakan dan data recording sapi perah sangat diperlukan bagi peternak. Informasi yang mendukung program ini antara lain database peternak, data populasi ternak, status reproduksi ternak, dan evaluasi kecukupan pemberian pakan. Informasi tersebut akan lebih mudah digunakan jika dikemas dalam paket program komputer.

(60)

Perumusan Masalah

Kendala yang dihadapi kalangan peternak masih sangat banyak, baik dari segi ternak, lingkungan, informasi maupun keterbatasan penguasaan teknologi. Penggunaan teknologi khususnya komputer dalam usaha peternakan masih sangat kurang yang ditunjukkan dengan masih terbatasnya data peternak dan keadaan individu ternak. Data tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi suatu peternakan sapi perah, hasil produksi susu dan evaluasi pemberian pakan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun aplikasi sistem informasi berupa data recording dan evalusi pemberian pakan sapi perah dengan menggunakan Program Microsoft Acces.

(61)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Sapi Perah

Bangsa sapi perah memiliki sifat-sifat tersendiri dalam menghasilkan susu, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Bangsa sapi perah yang ada diantaranya Fries Holland, Jersey, Guarnsey, Ayrshire dan Shorthorn. Bangsa sapi perah yang dikemabangkan di Indonesia adalah Fries Holland (FH).Menurut Sudono (1999) bangsa sapi FH merupakan penghasil susu tertinggi dibandingkan bangsa-bangsa sapi yang lain baik di daerah sub-tropis maupun di daerah tropis.

Ciri-ciri sapi perah FH yang ada adalah sesuai dengan yang dinyatakan Sutardi (1980) adalah (1) warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih, (2) bulu pada ujung ekor dan ujung kaki berwarna putih, (3) bulu dada, perut bawah, kaki dan ekor berwarna putih, (4) berambing besar, (5) tanduk kecil, pendek, menjurus ke depan, (6) pada dahi terdapat tanda segitiga berwarna putih, (7) kepala besar dan sempit, (8) lambat dewasa kelamin, (9) temperamen sapi betina tenang dan jinak sedangkan sapi jantan agak liar, (10) bobot tubuh betina dewasa mencapai 625 kg, sedangkan sapi jantan dewasa 800 kg dan (11) produksi susu dapat mencapai 4500 –5000 liter/ekor/laktasi.

Populasi sapi perah di Indonesia semakin meningkat, karena sudah mulai dikembangkan di daerah luar pulau Jawa seperti di Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan. Populasi nasional dari tahun 2002-2006 berturut-turut yaitu 358.386, 373.753, 364.062, 361.351, dan 382.313 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006). Populasi sapi perah diperkirakan akan terus meningkat jika berhasil dikembangkan di luar pulau Jawa karena masih banyak lahan yang cocok dan mendukung untuk peternakan sapi perah.

Produksi Susu Sapi Perah

Produksi susu di Indonesia terus meningkat seiring bertambahnya populasi, tetapi tidak dapat meningkatkan produksi rata-rata nasional yang masih berkisar 10 kg/ekor/hari. Produksi susu pada tahun 2002 adalah 493.375 ton dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 577.628 ton (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006).

(62)

Produksi susu sapi perah mengikuti pola yang teratur pada setiap laktasi. Produksi susu akan naik selama 45–60 hari setelah sapi beranak hingga mencapai puncak produksi dan kemudian turun secara perlahan-lahan hingga akhir laktasi. Periode laktasi normal pada sapi yang dikawinkan dan bunting setiap 12 bulan adalah 44 minggu atau 305 hari (Tillman, 1986).

Menurut Sutardi dan Djohari (1979), produksi air susu erat hubungannya dengan umur atau seringnya beranak. Produksi akan naik sampai umur 6 tahun. Rendahnya produksi sapi muda kemungkinan karena sebagian besar makanan dipakai untuk pertumbuhan. Penurunan produksi yang terlalu dini disebabkan selang kelahiran terlalu panjang dan kemungkinan kurang gizi pada masa pertumbuhan, sehingga umur beranak pertama kali terlalu tua.

Kurva laktasi sapi perah dapat menggambarkan dinamika produksi susu sepanjang laktasi. Sapi dengan kurva laktasi yang landai mempunyai tingkat persistensi yang tinggi daripada sapi dengan kemiringan kurva laktasi yang curam. Pengetahuan tentang kurva laktasi dapat memudahkan pemberian makan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemberian pakan. Hal ini karena jumlah pemberian pakan dapat disesuaikan dengan perkiraan produksi susu pada waktu tertentu. Dalam aspek genetik, pengetahuan kurva laktasi dapat dijadikan dasar seleksi untuk meningkatkan efisiensi produksi (Tekerli et al., 2000).

Penentuan Bobot Badan Sapi Perah

Bobot badan adalah informasi yang diperlukan dalam menghitung jumlah pemberian pakan. Bobot badan sapi dapat diketahui dengan menimbang langsung atau dengan menduganya dengan menggunakan ukuran lingkar dada. Lingkar dada diukur pada bidang yang terbentuk mulai dari pundak sampai dasar dada di belakang siku dan tulang belikat. Untuk mengukur lingkar dada dipakai pita ukur sapi atau pita ukur lainnya. Ukuran lingkar dada tersebut dapat digunakan untuk menaksir bobot badan sapi perah menggunakan rumus Schoorl (Sariubang etal., 2004)

(63)

Pakan

Pakan sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi ternak khususnya sapi perah sehingga diperlukan perhatian yang lebih banyak. Semakin baik ketersediaan dan kualitas pakan yang diberikan, maka akan semakin baik pula hasil produksi yang akan didapat. Untuk meningkatkan produksi dalam beternak sapi perah maka perlu diketahui jenis pakan dan bagaimana manajemen pemberiannya, serta kebutuhan nutrien sapi perah untuk memenuhi hidup pokok dan produksi.

Bahan makanan sapi berupa hijauan dan konsentrat (Sudono, 1999). Sapi perah biasa mengkonsumsi berbagai jenis hijauan dan sisa-sisa hasil pertanian seperti jerami padi atau jagung, dedak, maupun hasil ikutan pabrik misalnya bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas bir, dan ampas kecap. Namun ketersedian pakan masih menjadi masalah dalam beternak sapi perah. Konsentrat akan meningkatkan kecernaan ransum, meningkatkan dan menjamin kesinambungan produksi susu dalam jangka panjang. Hijauan merupakan sumber makanan utama bagi ternak ruminansia untuk dapat hidup, berproduksi dan berkembangbiak.

Kualitas hijauan perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum, karena efek perpaduan penggunaan konsentrat dan hijauan ditentukan oleh kualitas hijauan. Semakin baik kualitas hijauan, efek penggunaan dan penambahan jumlah konsentrat akan semakin bertambah yang ditunjukkan dengan peningkatan produksi susu (Suryahadi, 1997). Jika hijauan yang diberikan berkualitas tinggi seperti leguminosa maka dibutuhkan pemberian konsentrat yang mengandung 10% protein kasar (PK), jika menggunakan hijauan kualitasnya rendah maka kandungan PK sekitar 18-20%.

Faktor utama yang mempengaruhi produksi dan konsentrasi komponen susu yaitu konsumsi bahan kering (BK) dan konsumsi nutrien (Sutardi, 1980). Tingkat konsumsi menentukan jumlah tersedianya energi dan prekursor komponen susu.

Manajemen Pakan

(64)

pemenuhan kebutuhan pakan secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas serta teknik pemberian pakan yang digunakan. Kuantitas menjamin banyak sedikitnya pakan untuk ternak sesuai kebutuhannya, kualitas merupakan baik buruknya pengaruh pakan terhadap ternak dan kontinuitas menunjukkan kesinambungan ada tidaknya pakan untuk ternak serta teknik pemberian pakan di lapang.

Kebutuhan Nutrisi Sapi perah

Kebutuhan sapi perah terdiri atas kebutuhan pokok, pertumbuhan, reproduksi dan produksi (Sutardi, 1981). Sedangkan nutrien dalam pakan harus seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan dan komposisi tubuh ternaknya, untuk memenuhi kuantitas maupun kualitas dari pakan yang diberikan. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan bahan kering, TDN, protein kasar dan mineral (Anggorodi, 1994).

Menurut Sutardi (1981) jumlah pemberian pakan dapat diperkirakan berdasarkan jumlah kebutuhan bahan kering. Kebutuhan sapi perah akan bahan kering berkisar antara 2,2-3,5% dari bobot hidup. Besarnya kebutuhan ini bergantung pada produksi susu, kondisi tubuh dan keadaan lingkungan. Sapi perah dengan bobot hidup yang tinggi akan membutuhkan konsumsi bahan kering yang tinggi, tetapi kebutuhan per kg bobot hidup akan semakin rendah.

Nutrien yang diperhitungkan dalam upaya pemenuhan kebutuhan ternak biasanya dinyatakan dalam bentuk energi. Energi didefinisikan sebagai sumber kemampuan untuk melakukan kerja dan dibutuhkan oleh semua proses hidup (Ensminger et al., 1990). Defisiensi energi dalam pakan akan mengakibatkan menurunnya produksi susu, laju pertumbuhan, kondisi tubuh dan kandungan protein dalam susu (Reaves et al., 1973), sedangkan kelebihan energi dalam pakan akan mengakibatkan penimbunan lemak pada jaringan adipose tubuh. Kebutuhan sapi perah akan energi bervariasi menurut bobot hidup, laju pertumbuhan, produksi susu dan kadar lemak susu.

Gambar

Tabel 1.  Sumber Informasi dan Kebutuhan dalam Pembuatan Program
Gambar 3.  Rancangan Fisik Aplikasi
Gambar 4.  Alur Penggunaan Aplikasi
Gambar 5. Form Menu Utama Program
+7

Referensi

Dokumen terkait

Language Textbooks Indonesia published by Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013 by Fry charts the average fall in the sixth grade point, based on the

Sebaiknya ada kajian ilmiah lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh penambahan Insulin Transferrin Selenium (ITS) pada medium terhadap tingkat maturasi dan

Hasil analisis menunjukkan lama inkubasi berpengaruh sangat nyata (F hitung > F Tabel 1%) terhadap keutuhan membran plasma spermatozoa fraksi atas dengan hasil

Bagian penting dari sebuah strategi atau kebijakan baru adalah untuk memastikan apakah kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan kebijakan dan tepat sasaran. Oleh karena itu,

Tahap penggumpalan menjadi titik kritis pada proses pembuatan Tahu Cina karena bahan penggumpal yang digunakan tidak sesuai takaran. Kalsium sulfat yang berlebihan

Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian Gedung Kantor: Pembangunan Gedung Kantor RS (RSUD Rujukan Sintang).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan physics squares terhadap hasil belajar siswa dan mengetahui

Akan tetapi pada tabel 3 menunjukkan terdapat 40% ibu yang tidak dilakukan IMD, ada beberapa alasan ibu tidak melakukan IMD, diantaranya : 5 ibu pada awalnya sudah