• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Status Koagulasi Penderita Stroke Iskemik Dengan Non Stroke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Status Koagulasi Penderita Stroke Iskemik Dengan Non Stroke"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN STATUS KOAGULASI PENDERITA

STROKE ISKEMIK DENGAN NON STROKE

TESIS

Oleh

Zainal Abdi

NIM 057101012

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERBANDINGAN STATUS KOAGULASI PENDERITA

STROKE ISKEMIK DENGAN NON STROKE

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Spesialis Penyakit

Dalam dalam Program Studi Ilmu Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Zainal Abdi

NIM 057101012

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

Judul Tesis :PERBANDINGAN STATUS KOAGULASI

PENDERITA STROKE ISKEMIK DENGAN NON STROKE

Nama Mahasiswa : Zainal Abdi

NIM : 057101012

Program Studi : Spesialis Ilmu Penyakit Dalam

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Dairion Gatot SpPD, KHOM Dr.Savita Handayani SpPD

NIP 196203021989031003 NIP 196805291997032001

Di syahkan oleh :

Sekretaris Program Studi Ketua Departemen

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Ilmu Penyakit Dalam

Dr.Zainal Safri SpPD, SpJP Dr.Salli R Nasution SpPD-KGH

NIP 196805041999031001 NIP 195405141981101002

(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.

Nama : Zainal abdi

NIM : 057101012

(5)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, Saya yang bertanda

tangan di bawah ini:

Nama : Zainal Abdi

NIM : 057101012

Program Studi : Spesialis Ilmu Penyakit Dalam

Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-ekslusif (Non-exclusive Royalty Free Right ) atas tesis saya yang berjudul:

PERBANDINGAN STATUS KOAGULASI PENDERITA STROKE ISKEMIK DENGAN NON STROKE

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Non-ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan

mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : 21 Februari 2014

Yang menyatakan

(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 2 April 2014

Panitia Penguji Tesis :

Ketua : Prof.Dr. Sutomo Kasiman SpPD,SpJP (K)

Anggota : Dr.Abdurrahim Rasyid Lubis SpPD- KGH

Dr. Alwinsyah Abidin SpPD-KP

DR.Dr. Juwita Sembiring SpPD- KGEH

(7)

Abstrak

PERBANDINGAN STATUS KOAGULASI PENDERITA STROKE ISKEMIK DENGAN NON STROKE

Zainal Abdi , Rusli Dhanu ,Savita Handayani , Dairion Gatot

Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam , Departemen Neurologi FK USU/ RSUP.H.Adam Malik

Latar Belakang : Trombosis merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan, kecacatan, dan kematian pada penderita stroke iskemik. Dasar terjadinya trombosis adalah keadaan hiperkoagulasi sehingga dengan mengenalinya secara dini dapat mencegah dan mengurangi kejadian trombosis yang mengakibatkan stroke iskemik.

Tujuan : Studi ini untuk mengetahui kejadian hiperkoagulasi pada penderita stroke iskemik dengan yang non stroke.

Metode : Sebanyak 21 pasien stroke iskemik dan 21 pasien non stroke ikut dalam penelitian dan dilakukan pemeriksaan hemostasis yang terdiri dari masa Prothrombin (PT), INR, masa tromboplastin parsial teraktivasi (aPTT), kadar Fibrinogen dan D-dimer. Untuk membandingkan nilai hemostasis kedua kelompok penelitian digunakan uji t independen bila data berdistribusi normal, atau uji Mann Whitney bila tidak berdistribusi normal. Nilai akan bermakna bila P < 0,05. Analisa statistik menggunakan program komputer.

Hasil : Berdasarkan karakteristik populasi penelitian, didapatkan variabel yang berbeda secara bermakna yakni tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, INR, rasio aPTT dan D-dimer.

Keadaan hiperkoagulasi pada kelompok stroke iskemik sebanyak 47,6% (n=10) dan non hiperkoagulasi sebanyak 52,4% (n=11), sedangkan pada kelompok non stroke didapatkan keadaan hiperkoagulasi sebanyak 23,8% (n=5) dan non hiperkoagulasi sebanyak 76,2% (n=16). Berdasarkan analisa statistik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna keadaan hiperkoagulasi antara penderita stroke iskemik dengan non stroke (p>0,05).

Kesimpulan : Tidak ada nya perbedaan yang signifikan hiperkoagulasi pada grup stroke iskemik dengan grup non stroke.

(8)

Abstract

THE COMPARISON OF COAGULATION STATE BETWEEN ISCHEMIC STROKE’S PATIENT AND NON STROKE

Zainal Abdi, Rusli Dhanu, Savita Handayani, Dairion Gatot

Division of Hematology and Medical Oncology, Department of Internal Medicine, Department of Neurology, Medical Faculty ,University of Sumatera

Utara , H.Adam Malik General Hospital, Medan

Background : Thrombosis is one of causes increasing morbidity, disablement,and mortality in ischemic stroke’s patient. The basic mechanism of thrombosis is hypercoagulation state, so by finding it earlier can prevent and reduce thrombosis that cause ischemic stroke.

Objective : This study to asses the event of hypercoagulation between ischemic stroke’s patient and non stroke.

Methods : A total of 21 subjects with ischemic stroke’s patient and 21 subjects with non stroke entered into the study. All participants were examined for hemostatic parameters included prothrombin time (PT), INR, activated partial thromboplastin Time (aPTT), Fibrinogen, D-dimer. To compare the result of hemostatic both of groups were used t independent test if the distribution was normal or used Mann Whitney test if the distribution wasn’t normal. The result would be significant if p < 0,05. Statistical analysis by using the computer program.

Result : According to characteristic of population, it was found some variables significantly, included systolic blood pressure, diastolic blood pressure, INR, aPTT ratio and D-dimer. Hypercoagulation in ischemic stroke group was found 47,6% (n=10) and non hypercoagulation group was 52,4% (n=11) , but in non stroke group, hypercoagulation was found about 23,8% (n=5) and non hypercoagulation was 76,2% (n=16). According to statistical analysis there wasn’t significant hypercoagulation between ischemic stroke’s patient and non stroke (p>0,05).

Conclusion : There wasn’t significant hypercoagulation between ischemic stroke group with non stroke group.

(9)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu saya mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya , sehingga saya dapat

menyelesaikan tesis ini dengan judul : “Perbandingan Status Koagulasi Penderita

Stroke Iskemik Dengan Non Stroke” yang merupakan persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan dokter ahli di bidang llmu Penyakit Dalam pada

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya karya tulis ini, maka penulis ingin menyampaikan

terima kasih dan rasa hormat serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGH, selaku Ketua Departemen llmu

Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan yang telah

memberikan bimbingan dan kemudahan buat penulis dalam menyelesaikan

pendidikan.

2. Dr. Refli Hasan, SpPD, SpJP(K), selaku Sekretaris Departemen llmu

Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan yang telah

memberikan bimbingan dan kemudahan bagi penulis selama melaksanakan

penelitian.

3. Dr. Zulhelmi Bustami SpPD-KGH (Alm), dan Dr. Zainal Safri SpPD-SpJP

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi llmu Penyakit Dalam yang

dengan sungguh-sungguh telah membantu dan membentuk penulis menjadi

ahli penyakit dalam yang berkualitas, handal dan berbudi luhur serta siap

untuk mengabdi bagi nusa dan bangsa.

4. Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH, selaku Ketua TKP-PPDS ketika

penulis diterima sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis llmu

(10)

diterima sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis llmu Penyakit

Dalam.

5. Prof. dr. Lukman Hakim Zein, SpPD-KGEH., selaku Ketua Departemen

Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H.Adam Malik Medan ketika penulis

diterima sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit

Dalam yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan dalam

menyelesaikan pendidikan.

6. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP (K), selaku Ketua Komisi Etik

Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan persetujuan untuk pelaksanaan penelitian ini .

7. Khusus mengenai karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Dr. Dairion Gatot SpPD-KHOM, Dr. Savita

Handayani SpPD, sebagai pembimbing tesis, yang telah memberikan

bimbingan dan kemudahan bagi penulis selama melaksanakan penelitian,

juga telah banyak meluangkan waktu dan dengan kesabaran membimbing

penulis sampai selesainya karya tulis ini. Kiranya Allah SWT memberikan

rahmat dan karunia kepada beliau beserta keluarga.

8. Seluruh staf Departemen llmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUD dr Pirngadi/

RSUP H. Adam Malik Medan : Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH.,

Prof.Dr. Bachtiar Fanani Lubis, SpPD-KHOM, Prof. Dr. Habibah Hanum

Nasution, SpPD-KPsi, Prof. Dr. Sutomo Kasiman SpPD, SpJP, Prof. Dr.

Azhar Tanjung, SpPD-KP-KAl, SpMK, Prof. Dr. Pengarapen Tarigan,

SpPD-KGEH., Prof. Dr. OK Moehad Sjah SpPD-KR, Prof. Dr. Lukman

Hakim Zain, SpPD-KGEH, Prof. dr. M Yusuf Nasution, SpPD-KGH, Prof.

Dr. Azmi S Kar, SpPD-KHOM, Prof. Dr. Gontar A Siregar, SpPD-KGEH,

Prof. Dr. Harris Hasan SpPD, SpJP(K), Dr. Nur Aisyah SpPD-KEMD,

Dr.Syafii Piliang SpPD,KEMD, Dr. A Adin St Bagindo SpPD-KKV, Dr.

Lufti Latief, SpPD-KKV, , Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Dr.

(11)

MHA, Dr. Yosia Ginting, SpPD-KPTI, Dr. Refli Hasan SpPD,SpJP (K),

Dr.Zainal Safri SpPD,SpJP, Dr. Abiran Nababan, SpPD-KGEH, dr. Betthin

Marpaung, SpPD-KGEH, Dr. Sri M Sutadi SpPD-KGEH, Dr. Mabel

Sihombing, SpPD-KGEH., DR. Dr. Juwita Sembiring, SpPD-KGEH,

Dr.Pirma Siburian SpPD K-Ger, Dr. EN Keliat SpPD-KP,Dr.Bachtiar

Panjaitan SpPD, Dr.OK Alfien Sjukran SpPD-KEMD (Alm), Dr.Tunggul Ch

Sukendar SpPD –KGH (Alm), DR. Dr. Blondina Marpaung SpPD-KR, Dr.

Leonardo Dairi SpPD-KGEH, Dr.Rustam Effendi YS SpPD-KGEH,

Dr.Armon Rahimi SpPD-KPTI, Dr. Dairion Gatot SpPD-KHOM, Dr.Santi

Syafril SpPD-KEMD, Dr.Zuhrial Zubir SpPD, Dr.Tambar Ketaren SpPD,

Dr. Soegiarto Gani SpPD, Dr. Savita Handayani SpPD, Dr. Calvin Damanik

SpPD, Dr.Ilhamd SpPD, Dr.Syafrizal Nasution SpPD , serta guru guru

lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang dengan

kesabaran dan perhatiannya senantiasa membimbing penulis selama

mengikuti pendidikan. Penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih

yang tak terhingga.

9. Dr. Armon Rahimi, SpPD-KPTI, Dr. Daud Ginting SpPD, Dr. Tambar

Kembaren SpPD, Dr. Saut Marpaung SpPD, Dr. Mardianto, SpPD-KEMD,

Dr. Zuhrial SpPD, Dr. Dasril Efendi SpPD-KGEH, Dr. llhamd SpPD, Dr.

Calvin Damanik SpPD, Dr. Rahmat Isnanta SpPD, Dr. Santi Safril,

SpPD-KEMD, Dr. Jerahim Tarigan SpPD, Dr.Maringan SpPD, Dr.Wika Hamida

SpPD, Dr,Anita SpPD,Dr.Imelda Rey SpPD, Dr.Radar R Tarigan SpPD,

Dr.Taufik Sungkar SpPD, sebagai dokter kepala ruangan/senior yang telah

amat banyak membimbing saya selama mengikuti pendidikan.

10. Direktur RSUP H Adam Malik Medan dan RSUD Dr Pirngadi Medan yang

telah memberikan begitu banyak kemudahan dan izin dalam menggunakan

fasilitas dan sarana Rumah Sakit untuk menunjang pendidikan keahlian ini.

11. Direktur RSUD Langsa Dr.Hermani yang telah memberikan kesempatan dan

bimbingan kepada penulis selama ditugaskan sebagai Konsultan Penyakit

(12)

12. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan menerima saya, sehingga

dapat mengikuti pendidikan keahlian ini.

13. Dr. Budianto Sigalingging SpPD, Dr. Leni Sihotang SpPD, Dr.Taufik

Sungkar SpPD, Dr.Hendra Zufri SpPD, Dr.Zakri Ilma Fadly SpPD, yang

telah bersama mengalami suka dan duka selama mengikuti pendidikan.

14. Para sejawat peserta PPDS llmu Penyakit Dalam, perawat dan paramedis

SMF/Bagian llmu Penyakit Dalam RSUP H Adam Malik Medan/ RSUD

Dr Pirngadi Medan serta Bapak Syarifudin, Kak Leli, Erjan, Yanti,Wanti,

Fitri, Deni dan Ita terima kasih atas kerja sama dan bantuannya selama ini.

15. Para pasien rawat inap dan rawat jalan di SMF/Bagian llmu Penyakit Dalam

RSUP H Adam Malik Medan/RSUD Dr. Pirngadi Medan, RS Tembakau

Deli, RSUD Langsa karena tanpa adanya mereka tidak mungkin penulis

dapat menyelesaikan pendidikan ini.

16. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, yang telah memberikan bantuan dan

bimbingan yang tulus dalam menyelesaikan penelitian ini.

Rasa hormat dan terimakasih yang setinggi-tingginya penulis tujukan

kepada ayahanda Arifin Zainuddin dan ibunda Suwarni (Alm) yang sangat ananda sayangi dan kasihi, tiada kata-kata yang paling tepat untuk mengucapkan

perasaan hati, rasa terima kasih atas segala jasa – jasa ayahanda dan ibunda yang

tiada mungkin terucapkan dan terbalaskan.

Kepada Ayah mertua Ibnu Abbas dan Ibu mertua Nuraini yang telah memberikan dorongan semangat dalam menyelesaikan pendidikan ini, saya

ucapkan terimakasih yang setulusnya, kepada kalian orangtua yang sangat saya

(13)

Teristimewa kepada istriku tercinta Prima Irani Ibra S.Si Apt, terima kasih atas kesabaran, ketabahan, pengorbanan dan dukungan yang telah diberikan

selama ini, semoga apa yang kita capai ini dapat memberikan kebahagiaan dan

kesejahteraan bagi kita di masa depan. Demikian juga kepada keempat putriku

yang kusayangi Aurellia Zahrany, Athallia Zaliany, Aylani Puteri, dan

Anasya Zahira yang selalu menjadi penambah semangat serta pelipur lara dikala senang dan susah semoga apa yang kita jalani bersama selama ini menjadi

pendorong untuk mencapai cita – cita yang lebih baik lagi.

Kepada semua pihak, baik perorangan maupun yang telah membantu kami

dalam menyelesaikan pendidikan spesialis ini, kami mengucapkan terima kasih.

Akhirnya izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas

kesalahan dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala

bantuan, dorongan dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti

pendidikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Medan, Februari 2014

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...viii

Abstrak...i

Abstract...ii

Kata Pengantar...iii

Daftar Isi...viii

Daftar Tabel...x

Daftar Singkatan...xi

Daftar Lampiran ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1.Latar Belakang ...1

1.2.Perumusan Masalah ...3

1.3.Hipotesa ...3

1.4.Tujuan ...3

1.5.Manfaat Penelitian ...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1. Mekanisme hemostasis ...4

(15)

2.4. Pemeriksaan Penyaring Hemostasis ...10

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...11

3.1.Kerangka Konsep ...11

3.2.Definisi Operasional ...11

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...13

4.1. Desain Penelitian ...13

4.2. Waktu Dan Tempat Penelitian ...13

4.3. Populasi Sampel...13

4.4. Besar Sampel...13

4.5. Kriteria Inklusi Dan Ekslusi ...14

4.6. Cara Kerja ...15

4.7. Analisa Data ...15

4.8. Ethical Clearence dan Informed Concernt ...16

4.9. Kerangka Operasional ...16

BAB V HASIL PENELITIAN ...17

5.1. Hasil penelitian ...17

5.2. Pembahasan ...20

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...24

6.1. Kesimpulan ...24

6.2. Saran ...24

(16)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Karakteristik Populasi penelitian...17

Tabel 2. Perbandingan gambaran hiperkoagulasi dan non hiperkoagulasi pada

Subjek penelitian...19

(17)

DAFTAR SINGKATAN

VTE : Venous Thrombo Embolism

ADP : Adenosine Diphosphate

ATP : Adenosine Triphosphate

AMP : Adenosin Monoposphate

PDGF : Platelet Derived Growth factor

HMWK : High Molecular Weight Kininogen

PK : Pre Kalikrein

TF : Tissue Factor

t-PA : Tissue Plasminogen Activator

u-PA : Urokinase Plasminogen Activator

FDP : Fibrin Degradation Product

PAI-1 : Plasminogen Activator Inhibitor-1

AT : Anti Trombin

DM : Diabetes mellitus

PT : Prothrombin time

aPTT : Activated Partial ThromboplastinTime

INR : International Normalized Ratio

TAT : Thrombin Anti Thrombin

(18)

SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

SGPT : Serum Glutamic Piruvic transaminase

KGD : Kadar Gula Darah

CRP : C-Reactive Protein

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1.Lembar Informasi Subjek Penelitian...29

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian...30

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Komite Etik Penelitian...31

Lampiran 4.Master Tabel hasil Penelitian...32

Lampiran 5.Uji Statistik...33

(20)

Abstrak

PERBANDINGAN STATUS KOAGULASI PENDERITA STROKE ISKEMIK DENGAN NON STROKE

Zainal Abdi , Rusli Dhanu ,Savita Handayani , Dairion Gatot

Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam , Departemen Neurologi FK USU/ RSUP.H.Adam Malik

Latar Belakang : Trombosis merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan, kecacatan, dan kematian pada penderita stroke iskemik. Dasar terjadinya trombosis adalah keadaan hiperkoagulasi sehingga dengan mengenalinya secara dini dapat mencegah dan mengurangi kejadian trombosis yang mengakibatkan stroke iskemik.

Tujuan : Studi ini untuk mengetahui kejadian hiperkoagulasi pada penderita stroke iskemik dengan yang non stroke.

Metode : Sebanyak 21 pasien stroke iskemik dan 21 pasien non stroke ikut dalam penelitian dan dilakukan pemeriksaan hemostasis yang terdiri dari masa Prothrombin (PT), INR, masa tromboplastin parsial teraktivasi (aPTT), kadar Fibrinogen dan D-dimer. Untuk membandingkan nilai hemostasis kedua kelompok penelitian digunakan uji t independen bila data berdistribusi normal, atau uji Mann Whitney bila tidak berdistribusi normal. Nilai akan bermakna bila P < 0,05. Analisa statistik menggunakan program komputer.

Hasil : Berdasarkan karakteristik populasi penelitian, didapatkan variabel yang berbeda secara bermakna yakni tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, INR, rasio aPTT dan D-dimer.

Keadaan hiperkoagulasi pada kelompok stroke iskemik sebanyak 47,6% (n=10) dan non hiperkoagulasi sebanyak 52,4% (n=11), sedangkan pada kelompok non stroke didapatkan keadaan hiperkoagulasi sebanyak 23,8% (n=5) dan non hiperkoagulasi sebanyak 76,2% (n=16). Berdasarkan analisa statistik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna keadaan hiperkoagulasi antara penderita stroke iskemik dengan non stroke (p>0,05).

Kesimpulan : Tidak ada nya perbedaan yang signifikan hiperkoagulasi pada grup stroke iskemik dengan grup non stroke.

(21)

Abstract

THE COMPARISON OF COAGULATION STATE BETWEEN ISCHEMIC STROKE’S PATIENT AND NON STROKE

Zainal Abdi, Rusli Dhanu, Savita Handayani, Dairion Gatot

Division of Hematology and Medical Oncology, Department of Internal Medicine, Department of Neurology, Medical Faculty ,University of Sumatera

Utara , H.Adam Malik General Hospital, Medan

Background : Thrombosis is one of causes increasing morbidity, disablement,and mortality in ischemic stroke’s patient. The basic mechanism of thrombosis is hypercoagulation state, so by finding it earlier can prevent and reduce thrombosis that cause ischemic stroke.

Objective : This study to asses the event of hypercoagulation between ischemic stroke’s patient and non stroke.

Methods : A total of 21 subjects with ischemic stroke’s patient and 21 subjects with non stroke entered into the study. All participants were examined for hemostatic parameters included prothrombin time (PT), INR, activated partial thromboplastin Time (aPTT), Fibrinogen, D-dimer. To compare the result of hemostatic both of groups were used t independent test if the distribution was normal or used Mann Whitney test if the distribution wasn’t normal. The result would be significant if p < 0,05. Statistical analysis by using the computer program.

Result : According to characteristic of population, it was found some variables significantly, included systolic blood pressure, diastolic blood pressure, INR, aPTT ratio and D-dimer. Hypercoagulation in ischemic stroke group was found 47,6% (n=10) and non hypercoagulation group was 52,4% (n=11) , but in non stroke group, hypercoagulation was found about 23,8% (n=5) and non hypercoagulation was 76,2% (n=16). According to statistical analysis there wasn’t significant hypercoagulation between ischemic stroke’s patient and non stroke (p>0,05).

Conclusion : There wasn’t significant hypercoagulation between ischemic stroke group with non stroke group.

(22)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Pada keadaan normal darah senantiasa berada di dalam sistem pembuluh

darah dan berbentuk cair. Keadaan ini dipertahankan bila terdapat keseimbangan

antara aktivitas koagulasi dengan aktivitas fibrinolisis pada sistem hemostasis

yang melibatkan endotel pembuluh darah, trombosit, protein pembekuan, protein

antikoagulan dan enzim fibrinolisis1. Terjadinya defek pada salah satu atau beberapa komponen ini akan menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan

hemostasis dan menimbulkan komplikasi perdarahan atau trombosis 2

Perubahan hemostasis dapat terjadi dengan berbagai kondisi klinik, salah

satunya adalah stroke iskemik. Gangguan hemostasis yang terjadi berhubungan

dengan koagulopati. Keadaan hiperkoagulasi menjadi dasar timbulnya trombosis

dan menjadi signifikan terhadap timbulnya stroke iskemik. Sekitar 80% kejadian

stroke iskemik, dasar terjadinya adalah aterotrombosis pada pembuluh darah

besar, mikroaterom pada pembuluh darah kecil, dan emboli dari jantung. Menurut

Survei Kesehatan Rumah Tangga oleh Departemen Kesehatan tahun 1998,

penyakit yang didasari trombosis seperti stroke dan jantung koroner menjadi

penyebab kematian utama di Indonesia terutama di perkotaan .

3

. Studi

epidemiologik menunjukkan beberapa faktor resiko terjadinya stoke iskemik,

termasuk hipertensi, merokok, diabetes melitus, dan faktor hemostasis 4

Studi sebelumnya mencoba menilai parameter hemostasis yang

berhubungan dengan kejadian stroke iskemik. Beberapa diantaranya melalui

pemeriksaan Prothrombin Time/PT (faktor koagulasi VII, melalui jalur

ekstrinsik ) , activated Partial Thrombin Time/ aPTT (faktor koagulasi VIII,IX,

XI,XII, melalui jalur intrinsik), fibrinogen, D-dimer. Natalya, dkk

mengungkapkan bahwa trombosis yang terjadi merupakan komplikasi dari

aterosklerosis. Pembentukan trombosis dari plak aterosklerosis sebagai aktivasi

(23)

bahwa faktor intrinsik (f V, VIII, IX, X, Xa) juga meningkat pada pembentukan

trombus dari lesi aterosklerotik 5

Pada studi ARIC (Atherosklerosis Risk in Comunities) oleh Suri dkk,

dari 15.792 orang yang dilakukan pemeriksaan faktor pembekuan

II,V,IX,X,XI,XII, Plasminogen dan α2 antiplasmin termasuk 89 orang yang

menderita stroke iskemik, setelah dilakukan analisis multivariat didapatkan hanya

faktor XI berhubungan dengan peningkatan resiko stroke iskemik .

6

Kadar fibrinogen pada penelitian sebelumnya mempunyai hasil yang

berbeda beda. Ada yang mendapatkan kadar fibrinogen sebagai prediktor kejadian

stroke iskemik dan ada yang tidak. Suatu studi ARIC yang lain menunjukkan

tidak ada hubungan kadar fibrinogen dengan stroke iskemik. Pada studi

metaanalisis besar menunjukkan tingginya kadar fibrinogen berhubungan dengan

meningkatnya resiko baik stroke iskemik maupun hemoragik .

7

D-dimer merupakan produk degenerasi fibrin yang berguna untuk

mengetahui abnormalitas pembentukan bekuan darah atau kejadian trombotik dan

untuk menilai adanya pemecahan bekuan atau proses fibrinolitik .

8

. Nilai D-dimer

pada stroke iskemik dapat normal ataupun meningkat. Studi oleh Jie ji ,

didapatkan plasma D-dimer secara signifikan lebih tinggi pada stroke iskemik

dibandingkan kelompok orang sehat, peningkatan kadar D-dimer menunjukkan

beratnya stroke dan meningkat pada stroke kardioemboli 9

Beberapa Pemeriksaan hemostasis diatas dapat menunjukkan keadaan

hiperkoagulasi yang mengakibatkan terjadinya trombosis dan salah satunya

menyebabkan stroke iskemik. Dengan mengetahui adanya keadaan hiperkoagulasi

maka dapat dilakukan upaya pencegahan dan pengobatan terhadap kemungkinan

terjadinya trombosis. Pada saat ini upaya untuk mencegah terjadinya trombosis

yang dapat mengakibatkan stroke iskemik adalah pemberian anti agregasi

trombosit seperti aspirin. Pemberian antikoagulan juga merupakan salah satu

tindakan pencegahan terjadinya stroke iskemik, terutama stroke

kardioemboli

.

10,11,12

. Pemberian anti koagulan juga diberikan untuk pencegahan

(24)

Oleh karena perbedaaan nilai-nilai pemeriksaan hemostasis diatas yang

berhubungan dengan faktor resiko trombosis dan stroke iskemik, dan karena

belum adanya data mengenai abnormalitas hemostasis pada penderita stroke

iskemik , oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

status hemostasis pada kelompok penderita ini.

1.2.Perumusan masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah

sebagai berikut :

Apakah ada perbedaan status koagulasi pada penderita stroke iskemik

dibandingkan non stroke.

1.3.Hipotesa

Ada perbedaan status koagulasi pada penderita stroke iskemik dibandingkan

non stroke .

1.4.Tujuan

Untuk mengetahui adanya status koagulasi pada penderita stroke iskemik

dibandingkan non stroke .

1.5.Manfaat Penelitian

1. Dengan mengetahui adanya hiperkoagulasi pada penderita stroke

iskemik, dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko terjadinya

trombosis dan dapat menjadi panduan dalam pemberian obat untuk

mencegah terjadinya trombosis dan mencegah stroke yang berulang.

2. Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam upaya

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mekanisme Hemostasis

Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti),

merupakan proses yang amat kompleks, berlangsung secara terus menerus dalam

mencegah kehilangan darah secara spontan, serta menghentikan perdarahan

akibat kerusakan sistem pembuluh darah. Ada beberapa komponen penting yang

terlibat dalam proses hemostasis yaitu endotel pembuluh darah, trombosit,

kaskade faktor koagulasi, inhibitor koagulasi dan fibrinolisis 1

Proses hemostasis yang berlangsung untuk memperbaiki kerusakan pada

pembuluh darah dapat dibagi atas beberapa tahapan, yaitu hemostasis primer yang

dimulai dengan aktivasi trombosit hingga terbentuknya sumbat trombosit.

Hemostasis sekunder dimulai dengan aktivasi koagulasi hingga terbentuknya

bekuan fibrin yang mengantikan sumbat trombosit. Hemostasis tertier dimulai

dengan diaktifkannya sistem fibrinolisis hingga pembentukan kembali tempat

yang luka setelah perdarahan berhenti

.

1,2

Pembuluh darah yang normal dilapisi oleh sel endotel. Sel endotel yang

utuh bersifat antikoagulan dengan menghasilkan inhibitor trombosit (nitrogen

oksida, prostasiklin, ADPase), inhibitor bekuan darah/lisis (trombomodulin,

heparan, tissue plasminogen activator, urokinase plasminogen aktivator, inhibitor

jalur faktor jaringan). Sel endotel ini dapat terkelupas oleh berbagai rangsangan

seperti asidosis, hipoksia, endotoksin, oksidan, sitokin dan shear stress. Endotel

pembuluh darah yang tidak utuh akan bersifat prokoagulan dengan menyebabkan

vasokonstriksi lokal, menghasilkan faktor koagulasi (tromboplastin, faktor von

Willebrand, aktivator dan inhibitor protein C, inhibitor aktivator plasminogen tipe

1), terbukanya jaringan ikat subendotel (serat kolagen, serat elastin dan membran

basalis) yang menyebabkan aktivasi dan adhesi trombosit serta mengaktifkan

faktor XI dan XII

.

2

(26)

Trombosit dalam proses hemostasis berperan sebagai penutup kebocoran

dalam sistem sirkulasi dengan membentuk sumbat trombosit pada daerah yang

mengalami kerusakan. Agar dapat membentuk sumbat trombosit maka trombosit

harus mengalami beberapa tahap reaksi yaitu aktivasi trombosit, adhesi trombosit

pada daerah yang mengalami kerusakan, aggregasi trombosit dan reaksi

degranulasi. Trombosit akan teraktivasi jika terpapar dengan berbagai protein

prokoagulan yang dihasilkan oleh sel endotel yang rusak. Adhesi trombosit pada

jaringan ikat subendotel terjadi melalui interaksi antara reseptor glikoprotein

membran trombosit dengan protein subendotel terutama faktor von Willebrand

sedangkan aggregasi trombosit terjadi melalui interaksi antar reseptor trombosit

dengan fibrinogen sebagai mediator. Degranulasi trombosit akan melepaskan

berbagai senyawa yang terdapat dalam granul sitoplasma trombosit (serotonin,

katekolamin, histamin, ADP, ATP, siklik AMP, ion kalsium dan kalium, faktor

trombosit 3 dan 4, B-tromboglobulin, PDGF, plasminogen, fibrinogen, protein

plasma, tromboksan A2). Senyawa-senyawa ini akan menstimulasi aktivasi dan

aggregasi trombosit lebih lanjut hingga menghasilkan sumbat trombosit yang

stabil, mengaktifkan membran fosfolipid dan memfasilitasi pembentukan komplek

protein koagulasi yang terjadi secara berurutan 1,2

Proses pembekuan darah terdiri dari serangkaian reaksi enzimatik yang

melibatkan protein plasma yang disebut sebagai faktor pembekuan darah,

fosfolipid dan ion kalsium. Faktor pembekuan beredar dalam darah sebagai

prekursor yang akan diubah menjadi enzim bila diaktifkan. Enzim ini akan

mengubah prekursor selanjutnya untuk menjadi enzim. Jadi mula-mula faktor

pembekuan darah bertindak sebagai substrat dan kemudian sebagai enzim. Proses

pembekuan darah dimulai melalui dua jalur yaitu jalur intrinsik yang dicetuskan

oleh adanya kontak faktor pembekuan dengan permukaan asing yang bermuatan

negatif dan melibatkan F.XII, F.XI, F.IX, F.VIII, HMKW, PK, PF.3 dan ion

kalsium, serta jalur ekstrinsik yang dicetuskan oleh tromboplastin jaringan dan

melibatkan F.VII, ion kalsium. Kedua jalur ini kemudian akan bergabung

menjadi jalur bersama yang melibatkan F.X, F.V, PF-3, protrombin dan

(27)

sebagai hasil akhir dari proses pembekuan darah akan menstabilkan sumbatan

trombosit 2

Pembekuan darah merupakan proses autokatalitik dimana sejumlah kecil

enzim yang terbentuk pada tiap reaksi akan menimbulkan enzim dalam jumlah

besar pada reaksi selanjutnya. Ada mekanisme kontrol untuk mencegah aktivasi

dan pemakaian faktor pembekuan darah secara berlebihan yaitu melalui aliran

darah, mekanisme pembersihan seluler dan inhibitor alamiah. Aliran darah akan

menghilangkan dan mengencerkan faktor pembekuan darah yang aktif dari tempat

luka yang selanjutnya faktor pembekuan darah yang aktif ini akan dibersihkan

dari sirkulasi darah oleh hati. Dalam keadaan normal plasma darah mengandung

sejumlah protein yang dapat menghambat enzim proteolitik yang disebut sebagai

inhibitor seperti antitrombin, alfa 2 makroglobulin, alfa 1 antitripsin, C1 esterase

inhibitor, protein C, protein S. Inhibitor ini berfungsi untuk membatasi reaksi

koagulasi agar tidak berlangsung secara berlebihan sehingga pembentukan fibrin

hanya terbatas disekitar daerah yang mengalami cedera. Antitrombin akan

menghambat aktivitas trombin, F.XIIa, F.XIa, F.Xa, F.IXa, F.VIIa, plasmin dan

kalikrein. Protein C yang diaktifkan oleh trombin dengan kofaktor trombomodulin

akan memecah F.Va dan F.VIIIa menjadi bentuk yang tidak aktif dengan adanya

kofaktor protein S. Alfa 1 antitripsin akan berperan dalam menginaktifkan

trombin, F.XIa, kalikrein dan HMWK. C1 inhibitor akan menghambat komponen

pertama dari sistem komplemen, F.XIIa, F.XIa dan kalikrein .

1,2

Untuk membatasi dan selanjutnya mengeliminasi bekuan darah maka

sistem fibrinolisis mulai bekerja sesaat setelah terbentuknya bekuan fibrin.

Deposisi fibrin akan merangsang aktivasi plasminogen menjadi plasmin oleh

aktivator plasminogen seperti tissue plasminogen aktivator (t-PA), urokinase

plasminogen aktivator (u-PA), F.XIIa dan kallikrein. Plasmin yang terbentuk

akan memecah fibrinogen dan fibrin menjadi fibrinogen degradation product

(FDP). Dengan proses ini fibrin yang tidak diperlukan dilarutkan sehingga

hambatan terhadap aliran darah dapat dicegah. Untuk menghindari terjadinya

aktivitas fibrinolisis yang berlebihan, tubuh mempunyai mekanisme kontrol

(28)

maupun u-PA, dan alfa 2 antiplasmin yang akan menetralkan aktivitas plasmin

yang masuk ke sirkulasi 2.

2.2.Patofisiologi trombosis

Trombosis adalah pembentukan suatu massa abnormal di dalam sistem

peredaran darah yang berasal dari komponen-komponen darah. Trombosis terjadi

karena adanya ketidakseimbangan antara faktor trombogenik dengan mekanisme

proteksi oleh karena meningkatnya stimulus trombogenik atau penurunan

mekanisme proteksi. Menurut teori Virchow, Ada 3 hal yang menjadi penyebab

timbulnya trombosis yaitu kelainan pembuluh darah/endotel, perubahan aliran

darah yang melambat/stasis dan perubahan daya beku darah/hiperkoagulasi 3,10 Sel endotel pembuluh darah yang utuh akan melepaskan berbagai senyawa

yang bersifat antitrombotik dan mencegah trombosit menempel pada

permukaannya. Sifat non trombogenik akan hilang bila endotel mengalami

kerusakan. Berbagai senyawa protrombotik yang dilepaskan akan mengaktifkan

sistem pembekuan darah dan mengurangi aktifitas fibrinolisis sehingga

meningkatkan kecenderungan untuk terjadi trombosis. Bila kerusakan endotel

terjadi sekali dan dalam waktu singkat, maka lapisan endotel normal akan

terbentuk kembali, proliferasi sel otot polos berkurang dan intima menjadi tipis

kembali. Bila kerusakan endotel terjadi berulang-ulang dan berlangsung lama,

maka proliferasi sel otot polos dan penumpukan jaringan ikat serta lipid

berlangsung terus sehingga dinding arteri akan menebal dan terbentuk bercak

aterosklerosis. Bila bercak aterosklerotik ini robek maka jaringan yang bersifat

trombogenik akan terpapar dan terjadi pembentukan trombus

.

3

Aliran darah yang cenderung lambat bahkan stasis akan mengakibatkan

gangguan pembersih faktor koagulasi aktif, mencegah bercampurnya faktor

koagulasi aktif dengan penghambatnya, mencegah faktor koagulasi aktif

dilarutkan oleh darah yang tidak aktif. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya

akumulasi faktor-faktor pembekuan yang aktif dan dapat merusak dinding

pembuluh darah. Perubahan aliran darah ini dapat diakibatkan oleh imobilisasi,

obstruksi vena dan meningkatnya viskositas darah

.

3,10

(29)

Menurut beberapa peneliti, darah penderita trombosis lebih cepat

membeku dibandingkan orang normal. Ternyata pada penderita-penderita tersebut

dijumpai adanya trombositosis dan peningkatan kadar berbagai faktor pembekuan

terutama fibrinogen, F.V, VII, VIII dan X. Menurut Schafer penyebab lain yang

dapat menimbulkan kecenderungan trombosis yaitu defisiensi AT, defisiensi

protein C, defisiensi protein S, disfibrinogenemia, defisiensi F.XII dan kelainan

struktur plasminogen 10.

2.3. Gangguan hemostasis pada stroke iskemik

Bentuk stroke yang paling sering ditemukan adalah fokal iskemi serebral

yang dapat disebabkan oleh stenosis atau oklusi a.ekstrakranial (a.carotid,

a.vertebralis), oklusi a. Intrakranial oleh trombosis lokal & emboli dari jantung.

Aterosklerosis adalah penyebab utama timbulnya stenosis a.ekstrakranial.selain

faktor genetik, DM, hipertensi, dislipidemia, merokok memegang peranan dalam

perkembangan aterosklerosis. Pada stenosis berat ( >70% penurunan diameter )

tekanan perfusi menurun pada ujung stenosis. Jika sirkulasi willisi berkembang

baik, aliran kolateral melalui arteri ini sebagai kompensasi penurunan tekanan

perfusi. Jika tidak memungkinkan karena tidak adanya atau kecilnya diameter

a.communicans, tekanan perfusi menurun mengakibatkan vasodilatasi arteriol

serebral. Mekanisme kompensasi ini menyebabkan penurunan tahanan

serebrovaskular kemudian meningkatkan aliran darah serebral. Jika vasodilatasi

arteriol serebral mencapai maksimal, aliran darah serebral menurun. Pada keadaan

ini hanya mekanisme kompensasi berupa peningkatan pengambilan O2 dari

kapiler darah untuk mempertahankan suplai O2 pada jaringan otak. Penurunan

tekanan perfusi lanjut akan menyebabkan iskemi serebral, timbul defisit

neurologis .

Terjadinya oklusi a.intrakranial yang disebabkan oleh trombosis atau

emboli , secara langsung ataupun tidak langsung keadaan tadi dikarenakan olah

koagulasi pada sirkulasi darah. Penyebab koagulasi pada darah arteri adalah

karena kerusakan endotelium dan/atau aktivasi platelet, infark miokard atau atrial

fibrilasi, peningkatan aktivitas komponen koagulasi atau penurunan aktivitas

(30)

Ada perbedaan antara trombosis arteri dan trombosis vena. Pada trombosis

arteri kandungan utamanya adalah trombosit dan diinduksi oleh rupturnya plak

aterosklerotik, dan melalui trombi mediated platelet dapat menyebabkan iskemik

terutama stroke sebagai manifestasi aterotrombosis.. Sebaliknya , trombosis vena

mengandung eritrosit dan fibrin, sedikit trombosit . Faktor resiko terjadinya

trombosis arteri adalah merokok , hipertensi, diabetes dan dislipidemia, sedangkan

pada trombosis vena faktor resiko berupa trauma, operasi dan keganasan 15,16 Infark pada otak dapat dibedakan menjadi beberapa subtipe yaitu stroke

kardioemboli, aterotrombotik dan lakunar stroke yang mempunyai perbedaan

patogenesis. Dengan mengenal variasi keterlibatan hematologi tiap sub tipe

stroke, dapat meningkatkan keakuratan diagnosis dan penatalaksanannya. .

Studi oleh Takano dkk, ditemukan peningkatan konsentrasi

trombin-antitrombin III kompleks dan D-dimer pada stroke kardioemboli, pada stroke

aterotrombotik kadar D- dimer tidak meningkat pada saat kejadian stroke tetapi

meningkat 7 hari setelah stroke. Pada stroke lakunar tidak ditemukan perubahan

peningkatan yang signifikan 17

Pada studi oleh Skoloudik dkk, peningkatan kadar D-dimer yang signifikan

dideteksi oleh pasien stroke kardioembolik dan aterotrombotik dan pasien dengan

oklusi pada arteri cervikal atau arteri intrakranial yang besar .

18

. Kadar D-dimer

yang tinggi dapat memperkirakan jenis stroke sehingga pengukuran kadar

D-dimer dapat mengetahui mekanisme dasar gangguan serebrovaskular. Pada stroke

kardioembolik, kadar D- dimer secara signifikan lebih tinggi dibandingkan

etiologi yang lain. Pembentukan trombus pada ruang jantung paling banyak

disebabkan oleh aliran darah yang stasis, mengakibatkan pembekuan kaya fibrin,

mirip dengan trombosis vena. Trombus yang terjadi pada arteri besar kebanyakan

kaya akan trombosit, dan pembentukan fibrin merupakan proses sekunder akibat

aktivasi trombosit. Stroke tipe lakunar mempunyai kadar D-dimer dalam batas

normal, sehingga diduga adanya mekanisme non trombosis pada penyumbatan

pembuluh darah yang kecil. Menurut Fischer dan Francis, pada tipe lakunar,

trombus terlalu kecil untuk memproduksi peningkatan D-dimer untuk dideteksi,

(31)

Studi oleh Yang dkk, didapatkan bahwa ada hubungan meningkatnya faktor

XI dengan kejadian stroke 20

Studi lain oleh Kofold dkk, bahwa peningkatan kadar fibrinogen diprediksi

timbulnya kejadian stroke dimasa datang umumnya pada laki-laki muda dan umur

pertengahan. Keadaan ini sepertiga sebagai refleksi aterosklerosis lanjut, jarang

berhubungan dengan ruptur plak .

21

. Fibrinogen sebagai faktor pembekuan dapat

menimbulkan proses trombosis dan dapat sebagi pertanda inflamasi 7. Pada pasien stroke iskemik atau TIA sebelumnya, resiko kambuhnya stroke iskemik

meningkat berbanding lurus dengan kadar fibrinogen 22 .

2.4. Pemeriksaan penyaring hemostasis

Untuk mengetahui adanya gangguan hemostasis dapat dilakukan dengan

mengevaluasi faal hemostasis melalui pemeriksaan laboratorium yang secara rutin

dapat dilakukan seperti hitung trombosit, masa perdarahan dan faal trombosit

(menilai hemostasis primer), masa pembekuan, waktu protrombin plasma dan

waktu tromboplastin partial teraktivasi (menilai fase koagulasi), waktu trombin,

kadar fibrinogen (menilai pembentukan fibrin) dan kadar D-dimer (menilai proses

fibrinolisis) 4

- Rasio aPTT < 0,8 x nilai kontrol

. Dikatakan hiperkoagulasi apabila satu atau lebih dari hasil

pemeriksaan hemostasis dengan nilai :

- Rasio PT < 0,8 x nilai kontrol

- INR < 0,9

- Fibrinogen > 400 mg/dl

(32)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berikut ini adalah kerangka konsep penelitian yang dikembangkan untuk

menentukan perbandingan status koagulasi pada penderita stroke iskemik dengan

non stroke.

3.2.Definisi operasional

- Stroke : tanda – tanda kilnis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak, fokal ataupun global dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian,

tanpa ada penyebab lain selain penyebab vaskular.

Stroke iskemik adalah defisit neurologis fokal yang timbul akut dan

berlangsung lebih dari 24 jam, dan tidak disebabkan oleh perdarahan.

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis serta

dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT-scan otak sebagai standar baku non

stroke Stroke

iskemik PT, APTT

INR

Fibrinogen

D-dimer

Hiperkoagulasi

(33)

- Faktor resiko stroke iskemik : faktor-faktor yang meningkatkan resiko

terjadinya stroke iskemik yaitu hipertensi, merokok, diabetes melitus,

obesitas.

- Pemeriksaan penyaring hemostasis :

Pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari hitung PT,aPTT, INR, TT,

kadar fibrinogen, d-dimer.

- Hiperkoagulasi :

Bila satu atau lebih dari hasil pemeriksaan hemostasis dengan nilai :

• Rasio aPTT < 0,8 x nilai kontrol

• Rasio PT < 0,8 x kontrol

• INR < 0,9

• Kadar D-dimer > 500 ng/l

(34)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain penelitian

Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data

dilakukan secara potong lintang.

4.2. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Februari - Agustus 2009 di salah satu

RSU swasta di Medan.

4.3.Populasi dan sampel

Semua penderita stroke iskemik yang menjalani perawatan inap di salah

satu RS Swasta di Medan.

4.4.Besar Sampel

Perkiraan besar sampel dengan memakai rumus :

:

Dimana :

zα = nilai normal berdasarkan α = 0,05 dan zα = 1,96

P = prevalensi penderita stroke iskemik 0,33 (data penderita yang di

rawat di bgn peny.syaraf RS.H.Adam Malik Medan tahun

2008)

Q = 1 - 0,33 = 0,67

(Z α)2 PQ

(35)

d = besarnya penyimpangan yang masih dapat ditolerir, ditentukan 20%

Untuk kontrol ditetapkan sebanyak 21 orang.

4.5.Kriteria inklusi dan eksklusi 4.5.1.Sampel

- Inklusi :

1. Penderita stroke iskemik ≤ 1minggu berdasarkan klinis &

dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT scan otak.

2. Bersedia mengikuti penelitian

- Eksklusi

1.Penderita stroke yang tidak dikonfirmasi dengan pemeriksaan

CT scan otak

2.Penderita stroke hemoragik

3.Menggunakan antikoagulan

4.Mengalami gangguan fungsi hati atau fungsi ginjal

5.Gagal jantung

6.Riwayat operasi besar < 3 bulan

7.Kehamilan

8.Keganasan

4.5.2.Kontrol - Inklusi :

1. Individu yang sepadan dengan umur, jenis kelamin, tanpa

mempunyai faktor resiko timbulnya stroke dan tanpa riwayat

pernah menderita stroke. (1,96) 2 (0,33)(0,67)

(0,2) 2 n =

3,84 x 0,221

0,04

(36)

2. Bersedia mengikuti penelitian - Eksklusi

1. Menggunakan antikoagulan, obat-obat yang mempengaruhi

koagulasi

2. Mengalami gangguan fungsi hati atau fungsi ginjal

3. Riwayat operasi besar < 3 bulan

4. Kehamilan

5. Keganasan

4.6. Cara kerja

* Seluruh subjek penelitian dimintakan persetujuan secara tertulis

tentang kesediaan mengikuti penelitian (informed consent).

* Dilakukan pengambilan data subjek penelitian meliputi : umur, jenis

kelamin, kadar gula darah,tes fungsi hati, fungsi ginjal, tekanan

darah sistolik, tekanan darah diastolik

* Setelah diagnosa stroke iskemik ditegakkan melalui CT scan otak,

sampel darah diambil pemeriksaan penyaring hemostasis meliputi

PT, aPTT, INR, fibrinogen, D-dimer .

4.7.Analisa Data

* Data kuantitatif ditampilkan dalam bentuk mean ± SD

* Data kategorikal ditampilkan dalam bentuk jumlah dan persentase

*Uji Chi-Square digunakan untuk perbandingan data kategorikal

*Uji t tidak berpasangan digunakan untuk perbandingan data

parametrik

*Hasil analisa statistik dikatakan memiliki kemaknaan jika nilai

p < 0,05.

(37)

4.8. Ethical Clearence dan Inform Consent

Ethical clearence diperoleh dari Komite Penelitian Bidang kesehatan

Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara yang ditanda tangani oleh

Prof.Dr. Sutomo kasiman SpPD, SpJP(K) pada tanggal 12 April 2010 dengan

nomor surat 84/KOMET/FK USU/2010.

Inform Consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang

bersedia untuk ikut dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan mengenai

maksud dan tujuan penelitian ini.

4.9.Kerangka Operasional

Pemeriksaan Hemostasis

- APTT

- PT

- INR

- Kadar fibrinogen

- D-dimer Kriteria inklusi

Kriteria ekslusi

STATUS KOAGULASI ?

Kontrol Penderita stroke

(38)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2009 sampai Oktober 2009, dilakukan

di RSU swasta di kota Medan. Didapatkan sebanyak 21 pasien stroke iskemik

dan 21 orang kontrol yang memenuhi kriteria penelitian.

Tabel 1. Karakteristik Populasi Penelitian

Stroke iskemik (n=21) kontrol (n=21) P

Rerata Rerata

Umur 60,5 ±11,9 59,1 ± 10,8 0,705

Jenis kelamin (L/P) 14/7 13/8 1,00

KGD 153 ± 63,5 130 ± 21,5 0,134

SGOT 25,4 ± 5,6 25,6 ± 5,7 0,935

SGPT 25,3 ± 8,0 28,2 ± 5,2 0,164

Ureum 26,1 ± 4,9 26,5 ± 6,6 0,833

Kreatinin 1,04 ± 0,19 0,95±0,22 0,385

Tek.Darah sistolik 153 ± 23,7 111±13,00 0,00*

Tek.Darah diastolik 86 ± 10,70 71 ± 7,7 0,00**

Rasio PT 0,99±0,14 1,01±0,12 0,598

INR 1,14±0,18 0,96±0,17 0,003*

(39)

Fibrinogen 314,7 ± 125,6 293,9 ± 111,3 1,00

D-dimer 385,3±864,01 99,0±0,0 0,00**

*Uji t tidak berpasangan (p<0,05)

**Uji Mann-Whitney (p<0,05)

Pada tabel 1 dapat dilihat perbandingan nilai rata rata dari variabel umur, jenis

kelamin, kadar gula darah, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, tek.darah sistolik,

tek. darah diastolik, rasio PT, INR, rasio aPTT, Fibrinogen, D-dimer antara

kelompok stroke iskemik dengan kelompok non stroke.

Analisa statistik dengan menggunakan uji t tidak berpasangan dan Mann-Whitney

menunjukkan bahwa pada variabel tek.darah sistolik, tek.darah diastolik, INR,

rasio aPTT dan D-dimer yang didapatkan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Penderita stroke iskemik yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 21 orang, yang terdiri dari 66,7% (14 orang) laki-laki, dan 33,3% (7

orang) perempuan. Pada kelompok ini didapatkan umur rata-rata 60,5±11,9 tahun

dengan rentang umur antara 32-78 tahun. Nilai rerata KGD 153±63,5 mg/dl,

dengan rentang antara 95 – 171 mg/dl. Kadar ureum mempunyai nilai rerata

26,1±5,0 mg/dl dengan interval antara 18-34 mg/dl. Nilai kreatinin mempunyai

rerata 1,04±0,19 mg/dl, dengan rentang antara 0,7 – 1,3 mg/dl. Nilai rerata kadar

SGOT adalah 25,4 ± 5,6 iu/L, dengan rentang antara17-34 iu/L. Pada

pemeriksaan SGPT mempunyai nilai rerata 25,3±8,0 iu/L dengan rentang antara

18-36 iu/L. Pada tek.darah sistolik nilai rerata nya adalah 153±23,7 dengan

rentang antara 100- 190 mmHg. Rerata tek.darah diastolik 86±10,7 mmHg

dengan rentang antara 60- 100 mmHg. Nilai rata-rata rasio PT adalah 0,99±0,14

dengan rentang 0,67- 1,22 detik. Pada pemeriksaan INR nilai rerata nya adalah

1,14 ± 0,18 dengan rentang antara 0,79-1,51. Pada rasio aPTT nilai rerata nya

0,88±0,11 dengan rentang antara 0,73-1,0 detik. Nilai rerata fibrinogen adalah

314,7±125,6 dengan rentang 166-618 mg/dL. Pada pemeriksaan kadar D-dimer

(40)

Tabel 2. Perbandingan gambaran hiperkoagulasi dan non hiperkoagulasi pada

subjek penelitian

Stroke iskemik Non Stroke P

n % n %

Hiperkoagulasi 10 47,6 5 23,8

0,591

Non hiperkoagulasi 11 52,4 16 76,2

Jumlah 21 100 21 100

Pada tabel ini didapatkan keadaan hiperkoagulasi sebanyak 47,6% (n=10)

dan non hiperkoagulasi sebanyak 52,4% (n=11) pada kelompok stroke iskemik,

sedangkan pada kelompok non stroke dijumpai hiperkoagulasi sebanyak 23,8%

(n=5) dan non hiperkoagulasi sebanyak 76,2% (n=16).

Tabel 3. Gambaran kejadian hiperkoagulasi pada subjek penelitian

KEADAAN HIPERKOAGULASI

PARAMETER

HIPERKOAGULASI* STROKE ISKEMIK KONTROL

1 8 2

≥2 2 3

JUMLAH 10 5

*Rasio PT, aPTT, INR, Fibrinogen, D-Dimer

(41)

hiperkoagulasi, sebanyak 9,5% (2 orang) didapatkan ≥2 parameter

hiperkoagulasi , sementara pada kelompok kontrol sebanyak 9,5% (2 orang)

ditemukan 1 parameter hiperkoagulasi, sebanyak 14,3% ( 3 orang) dijumpai ≥2

parameter hiperkoagulasi . Proporsi kejadian hiperkoagulasi penderita stroke

iskemik lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, tetapi berdasarkan

analisa statistik , kejadian hiperkoagulasi antara kedua kelompok tidak

didapatkan perbedaan yang bermakna (p>0,05).

5.2. PEMBAHASAN

Stroke merupakan penyakit yang bersifat heterogen dengan penyebab yang

berbeda-beda. Penentuan mekanisme stroke sangatlah penting dalam memilih

pengobatan yang optimal untuk mencegah kekambuhan 23. Oleh Bushenell dan Goldstein dikatakan bahwa penyebab stroke iskemik masih belum dapat

ditemukan sekitar 40% pasien 24

Gangguan hemostasis yang didapat pada stroke berhubungan dengan

koagulopati . Aktivasi hemostasis dapat berkontribusi menyebabkan stroke

iskemik dan progresivitasnya .

25

Pada penelitian ini pemeriksaan hemostasis yang dilakukan adalah PT ( penilaian

dari f VII melalui jalur ekstrinsik) , aPTT (penilaian dari f VIII,IX,XI,XII melalui

jalur intrinsik), INR, Fibrinogen dan D-dimer. Satu atau lebih dari pemeriksaan

hemostasis tersebut menunjukkan hiperkoagulasi dapat meninkatkan resiko

trombosis.

.

Studi oleh Natalya dkk, didapatkan bahwa trombosis berhubungan dengan faktor

koagulasi melalui jalur intrinsik dan ekstrinsik 5. Sedangkan studi oleh Suri dkk dan Yang dkk mendapatkan bahwa hanya faktor XI yang berhubungan dengan

peningkatan resiko stroke iskemik 6,20

Studi oleh Barber dkk, dari pertanda hemostasis yang dinilai (F VIIc, VIIIc, IXc,

protrombin fragmen 1+2, Trombin Anti Trombin kompleks (TAT), D-dimer,

(42)

kadar protrombin 1+2, TAT, dan D-dimer pada progresif stroke. Berdasarkan

analisis multivariat, ternyata nilai D-dimer didapat lebih signifikan 26. D-dimer merupakan produk degenerasi fibrin yang berguna untuk mengetahui abnormalitas

pembentukan bekuan darah atau kejadian trombotik dan untuk menilai adanya

pemecahan bekuan atau proses fibrinolitik 8

Pada studi lain, kadar fibrinogen, D-dimer, PAI-1 dan F VIIc berpotensial

meningkatkan kejadian stroke iskemik dan penyakit koroner pada laki-laki umur

pertengahan

.

27

. Sementara pada pada studi FINRISK dari pemeriksaan fibrinogen,

plasminogen, faktor VII dan lipoprotein (a), tidak satupun sebagai prediktor

iskemik 28

Pada penelitian ini ditemukan keadaan hiperkoagulasi sebanyak 47,6% pada

penderita stroke iskemik, dan sebanyak 52,4% yang non hiperkoagulasi. .

Dari beberapa penelitian diatas, faktor koagulasi yang berhubungan dengan jalur

ekstriksik melalui pemeriksan PT dan jalur intrinsik dengan pemeriksaan aPTT,

mempunyai hasil yang berbeda beda, ada yang berhubungan dengan

meningkatnya resiko stroke, dan ada yang tidak bermakna.

Pada penelitian ini , keadaan hiperkoagulasi yang dinilai dari pemeriksaan rasio

PT hanya sebanyak 4,7% dan pada pemeriksaan aPTT dijumpai sebanyak 19%.

Artinya, tidak ditemukan kecenderungan peningkatan kadar PT dan aPTT yang

bermakna.

Bila nilai rasio PT pada kontrol dianggap sebagai cut of point yang normal, maka

didapatkan keadaan hiperkoagulasi sebanyak 19% dan pada aPTT didapatkan

sebanyak 33,3%.

Pada suatu studi , kadar fibrinogen berhubungan erat dengan beratnya stroke pada

hampir seluruh populasi. Karena fibrinogen merupakan akut fase protein,

konsentrasi yang tinggi berhubungan dengan stroke dan faktor resiko tersebut

menyebabkan kerusakan otak dan sebagai dasar penyakit pada dinding pembuluh

(43)

yang lebih baik meskipun sudah dikoreksi terhadap faktor umur dan beratnya

stroke. Prognosis stroke dengan menurunkan kadar fibrinogen masih belum dapat

ditetapkan. Pada saat ini tidak adanya bukti bahwa dengan menurunkan kadar

fibrinogen akan memperbaiki prognosis 29, sementara pada studi ARIC menunjukkan tidak ada hubungan kadar fibrinogen dengan stroke iskemik 7. Studi oleh Rotwell dkk, bahwa pada pasien stroke iskemik ataupun TIA sebelumnya ,

resiko kambuhnya stroke akan berbanding lurus dengan peningkatan kadar

fibrinogen 22

Studi oleh Meng dkk, dari pemeriksaan AT III didapatkan kadar yang

lebih rendah pada grup stroke dibandingkan non stroke, dan kadar TAT,

fibrinogen dan CRP yang lebih tinggi dibandingkan dengan grup non stroke,

tetapi hanya AT III dan Fibrinogen yang berhubungan erat dengan manifestasi

klinik defisit neurologik fokal akut .

30

Perbandingan kadar fibrinogen pada stoke iskemik dan hemoragik juga pernah

dilakukan penelitian dan didapatkan kadar yang lebih tinggi pada stroke iskemik

tetapi tidak signifikan

.

31

Studi oleh Qizilbash dkk, mendapatkan bahwa kadar fibrinogen dan lemak

merupakan faktor resiko penting pada stroke iskemik .

32

Dari beberapa penelitian diatas , fibrinogen dapat sebagai prediktor stroke akan

tetapi juga tidak berhubungan dengan stroke. Pada penelitian ini, pasien stroke

iskemik yang mempunyai kadar fibrinogen meningkat hanya ditemukan 14,3%,

begitu juga bila nilai kontrol dianggap sebagai cut of point yang normal

didapatkan keadaan hiperkoagulasi sebanyak 14,3%. .

Pada studi Berge dkk, didapatkan kadar D-dimer dan protrombin fragmen

1+2 berhubungan dengan beratnya stroke. Tingginya kadar D-dimer dan F1+2

serta rendahnya antitrombin dan protein C berhubungan dengan terjadinya emboli

dan atrial fibrilasi 33. Pada beberapa pasien dengan tingginya f1+2 dapat meningkatkan resiko iskemik dan respon yang lebih baik dengan antikoagulan

daripada anti platelet karena dengan warfarin akan menurunkan kadar F1+2

(44)

Oiwa dkk mendapatkan tingginya TAT dan kadar D-dimer pada stroke

kardioembolik daripada stroke aterotrombotik dan stroke lakunar 35. Menurut Koch dkk, pasien yang mendapat stroke kardioemboli dijumpai kadar D-dimer

yang meningkat signifikan daripada kontrol yang mendapat TIA 36

Suatu studi prospektif di Amerika pada laki-laki dan perempuan yang dominan

berkulit putih didapatkan adanya resiko merokok dan diabetes meningkatkan

resiko lakunar stroke, bukan embolik atau aterosklerotik stroke .

37

Dari beberapa penelitian diatas didapatkan bahwa kadar D-dimer merupakan

prediktor stroke iskemik, tetapi tidak semua penderita stroke iskemik mempunyai

kadar D-dimer yang meningkat. Pada stroke tipe kardioemboli pada umumnya

memiliki nilai D-dimer yang meningkat. Begitu juga pada penelitian ini, dimana

kadar D-dimer yang meningkat >500ng/ml hanya ditemukan 14,2%, kemungkinan

pada stroke ini adalah stroke kardioembolik dan lainnya dapat merupakan stroke

aterotrombotik atau lakunar. Oleh karena jauhnya perbedaan nilai rata-rata

D-dimer pada kontrol (<100ng/ml) dengan batas normal nilai ketetapan saat ini

(500ng/ml) , maka nilai D-dimer kontrol belum dapat dijadikan cut of point yang

baik .

.

Dikatakan hiperkoagulasi apabila didapatkan satu atau lebih peningkatan

parameter koagulasi, maka pada penelitian ini jumlah hiperkoagulasi bervariasi ,

mulai dari peningkatan satu parameter hingga lebih dari 3 parameter

hiperkoagulasi, tetapi yang terbanyak adalah peningkatan satu parameter

hiperkoagulasi (8 dari 10 orang). Ini menunjukkan bahwa hanya dengan satu saja

peningkatan parameter hiperkoagulasi akan beresiko timbulnya trombosis.

Secara keseluruhan jumlah hiperkoagulasi pada stroke iskemik lebih tinggi

dibandingkan kontrol, tetapi secara statistik tidak didapatkan perbedaan yang

(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

6.1.1. Kejadian hiperkoagulasi pada penderita stroke iskemik pada

penelitian ini sebesar 47,6%dibandingkan dengan non stroke

sebanyak 23,8%.

6.2. SARAN

6.2.1.Diperlukan deteksi secara dini pemeriksaan penyaring hemostasis

pada pasien yang mempunyai faktor resiko timbulnya stroke

iskemik.

6.2.2.Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hemostasis yang

(46)

DAFTAR PUSTAKA

1. Suharti C. Dasar-Dasar Hemostasis. Dalam : Aru W Sundaru dkk. (editor)

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006.

2. Oesman F, Setiabudy R D. Fisiologi Hemostasis dan Fibrinolisis. Dalam :

Rahajuningsih D Setiabudy (editor). Hemostasis dan Trombosis. Edisi

ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007.

3. Setiabudy R D. Patofisiologi Trombosis. Dalam : Rahajuningsih D

Setiabudy (editor). Hemostasis dan Trombosis. Edisi ketiga. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta. 2007.

4. Aulia D. Pemeriksaan penyaring pada kelainan hemostasis. Dalam :

Rahayu D Setiabudy (editor). Hemostasis dan Trombosis. Edisi Ketiga.

Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007.

5. Natalya MA, Diana VK, Midori S, Evgueni LS, Intrinsic

Pathway of Blood Coagulation Contributes to thrombogenicity of

Atherosklerotic plaque,Blood 2002:99: 4475-4485.

6. Suri MFK, Yamagishi K, Aleksic N el al. Novel Hemostatic factor levels

and risk of ischemic stroke : The Atherosclerosis Risk in Communities

(ARIC) study. Cerebrovasc Dis 2010 ; 29 (5) : 497-502.

7. Shinichi S, Hiroyasu I, Hiroyuki et al, Plasma Fibrinogen Concentration

and Risk of Stroke and its subtypes among Japanese Men and Women,

Stroke 2006 : 37 : 2488-2492.

8. Widjaja AC, Imam BW, Indranila KS, Uji Diagnostik Pemeriksaan kadar

D-dimer Plasma pada Diagnosis Stroke Iskemik 2010:1-9.

9. Jie Zi W, Shuai J. Plasma D-dimer levels are associated with stroke

subtypes and infarction volume in patients with acute ischemic stroke.

Plos One 2014.

(47)

11.Hankey GJ, Preventable stroke and stroke prevention, Journal of

Thrombosis and Haemostasis 2005: 3: 1638-1645.

12.American Family Physician, Using Anticoagulans for stroke prevention,

2000.

13.Kamphuisen PW, Agnelli G, Sebastianelli M, Prevention of VTE after

acute Ischaemic Stroke ,Journal of Thrombosis and Haemostasis 2005: 3:

1187- 1194.

14.Laszlo, Olah, Hemodinamic and Hemostasis Investigations in

Cerebrovascular Disease, University of Debrecen, Faculty of Medicine,

Departement of Neurology, 2002.

15.Ageno W, Dentalli F. Venous thromboembolism and Arterial

Thromboembolism. Many Similarities, far beyond Thrombosis. Throm

Haemost 2008; 100 : 181- 183.

16.Previtali E, Bucciarelli P, Passamonti SM, Martinelli P. Risk Factors for

Venous and arterial Thrombosis. Blod Transfus 2011 :9 (2) : 120-138.

17.Takano K, Yamaguchi T, Uchida K, Markers of Hypercoagulable state

Following acute ischemic stroke, Stroke 1992 : 23 : 194-198.

18.Skoloudik D, Bar M, Sanak D, et al, D-dimers increase in acute Ishemic

Stroke Patients with The Large Artery Occlusion, but not Depent on The

Time of Artery Recanalization. J Throm Thrombolysis 2010 : 29(04) :

277-482.

19.Ageno W, Finazzi S, Steidl L et al. Plasma Measurement of D-dimer

Levels for The Early Diagnosis of Ishemic Stroke subtypes. Arch Intern

Med 2002 : 162 : 2589- 2593.

20.Yang DT, Flanders MM, Kim H et al. Elevated factor XI activity level are

ascociated with an increased odds ratio for cerebrovascular events. Am J

Clin Pathol 2006 ;126 (3) : 411-415.

21.Kofold SC, Wittrup, Sillesen H. Fibrinogen predicts ischemic stroke and

advanced atherosclerosis but not echolucent, ruptur prone carotid plaque,

The Copenhagen City Heart Study. European Heart Journal 2002;24 :

567-576.

(48)

Risk of Ischemic Stroke and Acute Coronary Events in 5113 Patients with

Transient Ischemic Attack and Minor Ischemic Stroke 2004 ; 35 :

2300-2305.

23.Cucciara BL, Evaluation and Management of stroke, ASH Education

2009: 293-301.

24.Bushnell CD , Goldstein LB, Diagnostic Testing for Coagulopathies in

Patients With Ischemic Stroke, Stroke 2000: 31 : 3067-3078.

25.Couli BM, Clark WM, abnormalities of hemostasis in ischemic stroke ,

Med Clin North Am 1993 :77:77-94.

26.Barber M, Langhorne P, Rumley A et al, Hemostatic function and

progressing ischemic stroke D dimer predic early clinical progression,

stroke 2004; 35: 1421-1425.

27.Ann S, Chris P, John Y et al, Which hemostatic Marker Add to The

Predictive value of Conventional Risk Factors for Coronary Heart Disease

and Ischemic Stroke, Circulation 2005 : 112 : 3080-3087.

28.Razecki M, Pajunen P, Jousilahti P et al, Haemostatic factors as predictor

of stroke and cardiovascular disease : the FINRISK 92 hemostasis study,

PubMed, 2005 : 119-24.

29.Mario ND, Puneetpal S. Is Plasma Fibrinogen Useful in evaluating

Ischemic Stroke Patients ? Why, How, and When. Stroke 2009 : 40 :

1549-1552.

30.Meng R, Yong Li Z, Xunming J et al. Antithrombin III associated with

fibrinogen predicts the risk of cerebral ischemic stroke. Clin Neurology &

Neurosurgery 2011; 113; 380-386.

31.Chitsaz A, Mousavi SA, Yousef Y et al. Comparison of changes in serum

fibrinogen level in primary intracranial hemorrage ICH and ischemic

stroke. Arya Atherosclerosis 2012 ;7 ;4.

32.Qizilbash N, Jones L, Warlow Celal. Fibrinogen and Lipid concentrations

as risk factors for transient Ischemic Attacks and minor Ischemic strokes.

(49)

33.Berge E, Friis P, Sanset PM, hemostatic activation in acute ischaemic

stroke, International congress of the International Society on Thrombosis

an Haemostasis 2001 : 101 : 13-21.

34.Robert C, Christina W, Susan S, et al, Hemostatic marker in patients at

risk of cerebral ischemia, Stroke 2000: 31 : 1856-1862.

35.Oiwa K, Yamamoto Y, Hayashi M et al. Hemostatic Molecular Markers in

Acute Ischemic Stroke, Differences between various subtipes of

atherotrombotic infarction, Japanese J of Stroke 2002 : 24 : 277-282.

36.Koch HJ, Horn M, Bogdahn U et al. The Relationship between plasma

D-dimer concentrationss and acute ischemic stroke subtypes. J of Stroke &

Cerebrovascular Disease 2005 : 14 : 75-79.

37.Tetsuya O, Eyal S, Lloyd EC, et al, Risk factor for ischemic stroke

(50)

Lampiran 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, saya Dr.Zainal Abdi, pada hari ini akan

melakukan penelitian yang berjudul : “ Perbandingan Status koagulasi Penderita

Stroke Iskemik dengan non Stroke “. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

informasi tentang hiperkoagulasi yang menjadi faktor resiko terjadinya trombosis

pada penderita stroke iskemik.

Pada Bapak/Ibu akan dilakukan pemeriksaan penyaring hemostasis untuk

mengetahui adanya hiperkoagulasi. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil

sampel darah sebanyak ±10 ml melalui pembuluh darah vena yang terdapat di

lipatan siku tangan.

Dengan pemeriksaan penyaring hemostasis ini dapat dideteksi gambaran

hiperkoagulasi yang nantinya dapat menjadi panduan pemberian obat untuk

mencegah atau mengurangi terjadinya trombosis.

Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini adalah sukarela dan tidak

dipungut biaya apapun. Bila ada keterangan yang saya berikan masih belum jelas

atau masih ada hal-hal yang hendak ditanyakan, maka Bapak/ Ibu dapat

menghubungi saya :

Nama : Dr. Zainal Abdi

Alamat : Jl.Lembaga Pemasyarakatan, Tj.Gusta

(51)

Lampiran 2 FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(Informed Consent)

Nama Instansi : Divisi hematologi-Onkologi Medik, Departemen Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Surat Persetujuan Ikut Penelitian

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ...

Umur : ...

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Pekerjaan : ...

Alamat : ...

Setelah mendapat penjelasan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko dari

penelitian tentang “ Perbandingan status koagulasi penderita stroke iskemik

dengan non stroke “. Saya dengan sukarela menyatakan bersedia untuk

diikutsertakan dalam penelitian diatas. Bila sewaktu waktu saya sebagai pihak

yang diteliti merasa dirugikan oleh pihak peneliti maka saya berhak membatalkan

persetujuan ini tanpa menuntut ganti rugi.

Medan,...2009

(52)
(53)

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Populasi Penelitian
Tabel 2. Perbandingan gambaran hiperkoagulasi dan non hiperkoagulasi pada subjek penelitian

Referensi

Dokumen terkait

4.1 Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa Penambahan Serat Kaca dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil dengan Metode Perendaman dan

Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh sebgitu mudah seperti pada penyakit tzaraath yang digambarkan dan

Faktor Resiko Terjadinya Penyakit Akibat Buruknya Sarana Sanitasi Buruknya sarana sanitasi yang ada pada tempat umum seperti pasar, akan berdampak bukan hanya pada

Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal

Kesimpulan yang bisa diambil dari analisis ini adalah ada pengaruh positif dan signifikan profesi Tenaga Kerja Indonesia terhadap angka perceraian di Kabupaten Ponorogo

Dari isyarat aperiodis ini dapat direkayasa sebuah runtun periodis yang diperhitungkan untuk hanya periode pertama, sebagaimana digambarkan pada Gambar 9(b). Ketika periode N

Petani selalu mengupayakan keberlangsungan biogas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari apabila pikiran mereka dalam kondisi puas dan nyaman dengan pelayanan yang

Inokulasi penyebab penyakit tidak dilakukan karena infestasi penyakit diharapkan teijadi secara alami karena pada lokasi penelitian kebun percobaan Program Agribisnis University