BERDASARKAN FORMULA LASPEYRES DAN
PAASCHE DALAM MENENTUKAN TINGKAT
INFLASI DI KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2009-2010
SKRIPSI
MELATI SIMANJUNTAK
090823007
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
PENGARUH METODE PEMBOBOTAN NILAI KOMODITI
BERDASARKAN FORMULA LASPEYRES DAN
PAASCHE DALAM MENENTUKAN TINGKAT
INFLASI DI KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2009-2010
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Sains
MELATI SIMANJUNTAK
090823007
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2011
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH METODE PEMBOBOTAN NILAI
KOMODITI BERDASARKAN FORMULA LASPEYRES DAN PAASCHE DALAM MENENTUKAN TINGKAT INFLASI DI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009-2010
Kategori : SKRIPSI
Nama : MELATI SIMANJUNTAK
Nomor Induk mahasiswa : 090823007
Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Juli 2011
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Drs. Pengarapen Bangun, M.Si Drs. Djakaria Sebayang, M.Si NIP.19560815 198503 1 005 NIP. 19511227 198503 1 002
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,
Prof. Dr. Tulus, M.Si
iv
PERNYATAAN
PENGARUH METODE PEMBOBOTAN NILAI KOMODITI BERDASARKAN
FORMULA LASPEYRES DAN PAASCHE DALAM MENENTUKAN
TINGKAT INFLASI DI KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2009-2010
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2011
Melati Simanjuntak
NIM. 09082300
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Allah Bapa di sorga, dengan
berkat dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melengkapi
syarat memperoleh gelar sarjana Matematika oleh seluruh mahasiswa matematika
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera
Utara. Pada skripsi ini penulis mengambil judul skripsi tentang Pengaruh Metode
Pembobotan Nilai Komoditi Berdasarkan Formula Laspeyres dan Paasche
dalam Menentukan Tingkat Inflasi di Kabupaten Deli Serdang Tahun
2009-2010.
Penulis juga menyadari keterlibatan berbagai pihak yang telah membantu
demi terselesaikannya skripsi ini. Karena itu terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Drs. Djakaria Sebayang, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak drs.
Pengarapen Bangun, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
banyak bimbingan , kritikan dan saran serta penuh kepercayaan kepada saya untuk
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
2. Bapak Drs. Rachmad Sitepu, M.Si dan Bapak Ujian Sinulingga, M.Si selaku
anggota komisi pembanding/penguji atas masukan dan saran-saran yang telah
diberikan demi selesainya tugas akhir ini.
3. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.
4. Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Ibu Dra. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU.
5. Suamiku tercinta Variantoni Tampubolon, S.Si dan anak-anakku tersayang
Nathanael dan Ivana, atas doa, dukungan semangat, pengertian dan pengorbanan
yang sudah diberikan sehingga saya bisa menyelesaikan perkuliahan dan tugas
akhir ini dengan baik.
6. Bapak Ir. Hulman Siagian, MM Kepala BPS Kabupaten Deli Serdang yang sudah
vi
7. Bapak/Ibu, Kasi/Kasubbag TU dan rekan-rekan kerja di BPS Kab. Deli Serdang,
yang sudah memberikan dukungan semangat yang sangat berarti buat saya dalam
menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.
8. Seluruh keluarga yang turut memberikan doa dan dukungan semangat bagi saya
untuk menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini dengan baik
9. Rekan-rekan mahasiswa Matematika Ekstensi FMIPA USU angkatan 2009, Bang
Toni Ismail, Hendra, Sarah, Lastri, dll yang turut membantu dan atas kerjasama
yang baik selama perkuliahan dan dalam penyelesaikan tugas akhir, sukses untuk
kita semua.
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, baik
dalam teori maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritikan positif yang mendukung untuk perbaikan bagi penulis. Semoga semua
kebaikan dan dukungan yang sudah diberikan diberkati Tuhan untuk kebaikan kita
semua.
Akhir kata, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Hormat saya,
Penulis
Melati Simanjuntak
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode
pembobotan nilai dari tiap komoditi dalam mengukur tingkat inflasi dengan
menggunakan formula Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche, dengan
menggunakan data harga Kabupaten Deli Serdang yang diwakili Kota Lubuk Pakam
tahun 2009-2010. Dengan metode Laspeyres yang dimodifikasi diperoleh inflasi untuk
tahun 2009 sebesar 2,95 dan tahun 2010 meningkat tajam sebesar 11,38. Sedangkan
laju inflasi dengan metode Paasche untuk tahun 2009 diperoleh sebesar 1,38 dan
viii
ABSTRACT
The purpose of this riset was to determine the differences in weighting methods
influence the value of each commodity in measuring the rate of inflation by using a
modified Laspeyres formula and Paasche formulas, using price data Deli Serdang
Regency, represented by the city Lubuk Pakam 2009 - 2010. With a modified
method derived Laspeyres inflation for the year 2009 of 2.95 and in 2010 rose sharply
by 11.38. While the inflation rate by the method of Paasche for 2009 is obtained at
1.38 and 0.98 for the year 2010.
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
PENGHARGAAN ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Perumusan Masalah ... 2
B. Tinjauan Pustaka ... 2
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Kontribusi Penelitian ... 6
F. Metode Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1. Pengertian Angka Indeks ... 7
2.2. Macam-Macam Indeks ... 8
2.1.1 Indeks Harga Konsumen ... 8
2.1.2 Indeks Harga Perdagangan Besar ... 8
2.1.3 Indeks Nilai Tukar Petani ... 9
2.1.4 Indeks Produktivitas ... 9
2.3 Penghitungan Indeks Harga Konsumen ... 9
2.3.1 Indeks Laspeyres ... 10
2.3.2 Indeks Paasche ... 12
2.4 Tahun Dasar Dalam Penghitungan Angka Indeks ... 13
2.5 Inflasi ... 16
2.5.1 Penyebab Inflasi ... 16
2.5.2 Dampak Sosial Inflasi ... 17
x
2.5.4 Tujuan dan Kegunaan Penghitungan Inflasi ... 19
BAB III PEMBAHASAN ... 21
3.1 Pengumpulan Data ... 21
3.1.1 Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data ... 21
3.1.2 Metode Pengumpulan Data ... 21
3.2 Penghitungan Indeks Harga Konsumen ... 23
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa ... 22
Tabel 2. Indeks Harga Konsumen (IHK) menurut Metode Laspeyres yang
dimodifikasi dan Metode Paasche Di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2009 ... 27
Tabel 3. Indeks Harga Konsumen (IHK) menurut Metode Laspeyres yang
dimodifikasi dan Metode Paasche Di Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2010 ... 29
Tabel 4. Laju Inflasi menurut Metode Laspeyres yang dimodifikasi dan
vii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode
pembobotan nilai dari tiap komoditi dalam mengukur tingkat inflasi dengan
menggunakan formula Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche, dengan
menggunakan data harga Kabupaten Deli Serdang yang diwakili Kota Lubuk Pakam
tahun 2009-2010. Dengan metode Laspeyres yang dimodifikasi diperoleh inflasi untuk
tahun 2009 sebesar 2,95 dan tahun 2010 meningkat tajam sebesar 11,38. Sedangkan
laju inflasi dengan metode Paasche untuk tahun 2009 diperoleh sebesar 1,38 dan
untuk tahun 2010 sebesar 0,98.
ABSTRACT
The purpose of this riset was to determine the differences in weighting methods
influence the value of each commodity in measuring the rate of inflation by using a
modified Laspeyres formula and Paasche formulas, using price data Deli Serdang
Regency, represented by the city Lubuk Pakam 2009 - 2010. With a modified
method derived Laspeyres inflation for the year 2009 of 2.95 and in 2010 rose sharply
by 11.38. While the inflation rate by the method of Paasche for 2009 is obtained at
BAB 1
PENDAHULUAN
Laju pertumbuhan inflasi harus selalu diwaspadai dan dikendalikan, karena
berdampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan. Inflasi yang tinggi mempunyai
pengaruh agregatif terhadap perekonomian makro sebagai faktor eksternal dunia
industri serta berdampak luas pula terhadap sektor perekonomian mikro yang
merupakan faktor internal dunia bisnis.
Inflasi yang tinggi akan melemahkan daya beli masyarakat terutama terhadap
produksi dalam negeri yang selanjutnya dapat mengurangi kepercayaan masyarakat
terhadap nilai mata uang nasional. Oleh sebab itu, pengendalian inflasi merupakan
upaya antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah yang saling bersinergi.
Meningkatkan daya beli masyarakat merupakan salah satu indikator tingkat
kesejahteraan. Peningkatan daya beli masyarakat jika diiringi dengan tingkat harga
yang stabil dan terkendali akan menambah kesejahteraan mereka. Tingkat harga yang
stabil dan terkendali ini dapat dipantau setiap saat, dan salah satu indikatornya adalah
angka inflasi. Oleh sebab itu, penghitungan angka inflasi di kabupaten/kota sangat
diperlukan pada era otonomi daerah. Tingkat inflasi juga merupakan salah satu
variabel dalam menyusun Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Hal ini
juga menjadi tanggung jawab semua pihak, terutama pemerintah daerah untuk
mengendalikan inflasi agar tidak terjadi angka inflasi di daerahnya yang melebihi
asumsi APBN tersebut.
Inflasi ataupun Deflasi adalah merupakan gambaran kenaikan maupun
penurunan harga yang diperoleh dari perhitungan angka Indeks Harga Konsumen
(IHK) beberapa kelompok dan subkelompok pengeluaran. Angka indeks atau sering
disebut indeks saja, pada dasarnya merupakan suatu angka yang dibuat sedemikian
rupa, sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan
yang sama (produksi, ekspor, hasil penjualan, jumlah uang beredar, dan lain
sebagainya) dalam waktu yang berbeda (J. Supranto, 1990). Di dalam membuat
angka indeks diperlukan dua macam waktu, yaitu waktu dasar (base period) dan
waktu yang bersangkutan atau sedang berjalan (current period). Waktu dasar adalah
waktu dimana suatu kegiatan (kejadian) yang dipergunakan untuk dasar perbandingan,
sedangkan waktu yang bersangkutan ialah waktu dimana suatu kegiatan (kejadian)
akan diperbandingkan terhadap kegiatan (kejadian) pada waktu dasar. Sementara
ruang lingkup perhitungan diagram timbangan dan penyusunan paket komoditas
Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan hasil Survei Biaya Hidup yang
dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) kelompok pengeluaran yaitu : kelompok bahan
makanan; kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau; kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar; kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok
pendidikan, rekreasi, olahraga, serta kelompok transport, komunikasi dan jasa
keuangan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis memberi judul tulisan ini ”Pengaruh
Metode Pembobotan Nilai Komoditi Berdasarkan Formula Laspeyres dan
Paasche Dalam Menentukan Tingkat Inflasi” dengan memakai data Harga
Konsumen Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010.
A. PERUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah metode pembobotan
nilai dari tiap komoditi yang mempengaruhi indeks harga konsumen dengan formula
Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche dalam menentukan tingkat inflasi.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam menentukan indeks harga, metode yang paling sering dan umum digunakan
adalah metode Laspeyres dan metode Paasche. Pada kedua metode tersebut,
3
bobot masing-masing yang berasal dari nilai individu tiap barang, yang selanjutnya
nilai value pada periode tertentu dibandingkan dengan periode berikutnya apakah
terjadi kenaikan atau penurunan. Indeks harga tak tertimbang, khususnya pada metode
agregat tak tertimbang menganggap bahwa semua item barang adalah sama atau
setara. Padahal tidak mungkin semua item barang tersebut dikonsumsi pada satuan
dan jumlah yang sama. Karena itu diperlukan sebuah timbangan atau bobot untuk
membedakan antara item barang yang dikonsumsi oleh masyarakat. Bobot atau
timbangan tersebut biasanya adalah jumlah barang yang dibeli/dijual, dan metode
semacam itu dinamakan metode tertimbang (Singgih Santoso, 2003).
INDEKS LASPEYRES
Pengukuran dengan indeks ini merupakan salah satu alat pengukuran yang paling
populer.
Rumus :
I
L=
.100. . 0 0 0
Q P Q PnDengan : IL = Indeks Laspeyres
Pn = Harga Tahun ke n
P0 = Harga Tahun Dasar
Q0 = Jumlah jenis barang yang dikonsumsi pada tahun dasar
(Timbangan / bobot)
Formula yang digunakan untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di
Indonesia adalah Indeks Laspeyres yang telah dimodifikasi. Adapun formula Indeks
Laspeyres yang telah dimodifikasi adalah sebagai berikut :
I
n=
k i i i i i n k i n ni Q P Q P P P 1 0 0 0 ) 1 ( 1 ( 1). . .
. 100
Dengan : In = Indeks harga konsumen bulan/tahun ke n
Pni = Harga jenis barang i bulan/tahun ke n
P(n-1)i = Harga jenis barang i bulan/tahun ke (n-1)
P(n-1)i.Qoi = Nilai konsumsi jenis barang i pada bulan/tahun ke (n-1)
Poi.Qoi = Nilai konsumsi jenis barang i pada tahun dasar
k = Banyaknya jenis barang paket komoditas dalam sub
kelompok
Untuk memperoleh persentase (%) perubahan indeks atau laju inflasi setiap
bulan, dengan mengurangkan indeks Harga Konsumen (IHK sub
kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dengan bulan indeks (IHK sub
kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya dikalikan 100 atau indeks Harga
Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dibandingkan dengan
indeks harga konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya,
hasilnya dikurangi dengan 1 dan dikalikan 100. atau dapat dijabarkan dengan rumus
sebagai berikut :
L(I)
n=
.100% )1 (
) 1 (
n n n
I I I
Atau
L(I)
n=
( 1).100% )1 (
n
n I
I
Dengan : L(I)n = Laju inflasi bulan/tahun ke n
In = Indeks bulan/tahun ke n
I(n-1) = Indeks bulan/tahun (n-1)
INDEKS PAASCHE
Pada penghitungan indeks harga dengan formula Paasche menggunakan bobot tahun
berjalan atau nilai terakhir pada tiap periode tertentu dan bukan tahun dasar sebagai
5
I
P=
.100. .
0
ni i
ni ni
Q P
Q P
Dengan : IP = Indeks Paasche
Pni = Harga jenis barang i bulan ke n
P0i = Harga jenis barang i pada tahun dasar
Qni = Banyaknya jenis barang i paket komoditas dalam sub
kelompok sebagai pembobot (W)
Dari rumus diatas terdapat rumus utama yaitu perkalian antara indeks
pertumbuhan harga dengan bobot dari tiap komoditi pada periode tertentu dan tidak
terdapat periode dasar yang menjadi acuan. Dengan formula Paasche nilai indeks
harga yang dihasilkan akan lebih detail mengikuti pertumbuhan nilai yang dibobotkan
tersebut, sehingga gejolak kenaikan atau penurunan angka indeks harga akan lebih
terlihat mengikuti perkembangan nilai total dari komoditi tersebut.
C. BATASAN MASALAH
Untuk memperjelas dan memudahkan penelitian ini agar tidak menyimpang dari
sasaran yang dituju maka penulis membuat pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Angka indeks yang dibahas adalah indeks harga konsumen dengan metode
tertimbang.
2. Penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan pengaruh formula Laspeyres yang
dimodifikasi dengan formula Paasche dalam hal pembobotan nilai komoditi yang
dipakai untuk mengukur tingkat inflasi.
3. Data yang akan digunakan pada kedua formula tersebut adalah data harga
konsumen Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010.
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pembobotan
nilai dari tiap komoditi dalam mengukur tingkat inflasi dengan menggunakan Formula
Laspeyers yang dimodifikasi dan formula Paasche
E. KONTRIBUSI PENELITIAN
Kesimpulan yang diperoleh setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan :
1. Memberikan gambaran tentang perkembangan harga yang menjadi paket
komoditas Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan memakai formula Laspeyres
yang dimodifikasi dan formula Paasche
2. Secara teoritis akan memberikan tambahan wawasan kepada penulis dalam hal
ilmu Statistika Deskriptif terutama tentang perhitungan laju inflasi dengan formula
Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche
3. Diharapkan memberikan manfaat untuk bidang ilmu yang berkaitan dengan Indeks
Harga dengan Formula Laspeyres yang dimodifikasi dan formula Paasche seperti
untuk praktisi ekonomi, pemerintah dan publik umum.
F. METODA PENELITIAN
Uraian metode yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji macam-macam indeks
2. Mengkaji beberapa cara mengukur indeks harga
3. Mengkaji indeks harga tertimbang dengan formula Laspeyres yang dimodifikasi
dan formula Paasche
4. Menghitung laju inflasi dengan formula Laspeyres yang dimodifikasi dan formula
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Angka Indeks
Setiap kegiatan selalu mengalami kemajuan dan kemunduran, kadang-kadang
produksi meningkat kadang-kadang menurun, hasil penjualan suatu perusahaan dapat
meningkat dan juga menurun, hasil penerimaan devisa mengalami naik turun,
pendapatan nasional kadang-kadang naik kemudian merosot lagi, juga harga, gaji,
biaya hidup mengalami naik turun. Untuk mengetahui maju mundurnya suatu usaha
(perusahaan ingin mengetahui maju mundurnya hasil penjualan, pemerintah ingin
mengetahui maju mundurnya penerimaan Negara, penerimaan devisa, dan lain
sebagainya) diperlukan angka indeks.
Angka indeks atau sering disebut indeks saja, pada dasarnya merupakan suatu
angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan
perbandingan antara kegiatan yang sama (produksi, ekspor, hasil penjualan, jumlah
uang beredar, dan lain sebagainya) dalam waktu yang berbeda (J. Supranto, 1990).
Dari angka indeks bisa diketahui maju mundurnya atau naik turunnya suatu usaha atau
kegiatan. Jadi tujuan pembuatan angka indeks sebetulnya untuk mengukur secara
kuantitatif terjadinya suatu perubahan dalam dua waktu yang berlainan, misalnya
indeks harga untuk mengukur perubahan harga (berapa persen kenaikan dan
penurunannya), indeks produksi untuk mengetahui perubahan yang terjadi di dalam
kegiatan produksi, indeks biaya hidup sering digunakan untuk mengukur tingkat
inflasi dan lain sebagainya. Dengan demikian angka indeks sangat diperlukan untuk
siapa saja yang ingin mengetahui maju mundurnya kegiatan atau usaha yang
dilaksanakan.
Ciri khas dari angka indeks ini adalah perhitungan rasio (pembagian), dimana
hasil rasio tersebut selalu dikalikan dengan bilangan 100 untuk menunjukkan
perubahan tersebut dalam persentase. Dengan demikian, basis dari angka indeks
apapun selalu 100, (Singgih Santoso, 2003)
Di dalam membuat angka indeks diperlukan dua macam waktu, yaitu waktu
dasar (base period) dan waktu yang bersangkutan atau sedang berjalan (current
period). Waktu dasar adalah waktu dimana suatu kegiatan (kejadian) dipergunakan
untuk dasar perbandingan, sedangkan waktu yang bersangkutan ialah waktu dimana
suatu kegiatan (kejadian) akan diperbandingkan terhadap kegiatan (kejadian) pada
waktu dasar, (J. Supranto, 1990)
2.2. Macam -Macam Indeks
Beberapa macam indeks yang umum dipakai dalam perekonomian, yaitu :
2.2.1 Indeks Harga Konsumen
Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indeks yang memperhatikan harga-harga
yang harus dibayar konsumen baik di perkotaan maupun pedesaan, (Suharyadi,
Purwanto S.K, 2003). IHK mengukur rata-rata perubahan harga dari suatu paket
komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat/rumah tangga di suatu daerah (urban)
dalam kurun waktu tertentu. Persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK)
bisa bernilai positif atau negatif. Bila persentase perubahan IHK positif dapat
dikatakan terjadi inflasi (kenaikan harga eceran secara umum) dan sebaliknya bila
persentase perubahan IHK bernilai negatif berarti terjadi deflasi (penurunan harga
secara umum). Kegunaan Indeks Harga Konsumen antara lain :
a. Dapat digunakan sebagai barometer nilai tukar rupiah atau sebagai indikator
inflasi.
b. Dipakai sebagai landasan untuk memperbaiki/menyesuaikan gaji dan upah
karyawan.
c. Merupakan pengukur perubahan harga konsumen.
d. Indikator perubahan pengeluaran rumah tangga.
9
Indeks harga perdagangan besar merupakan indikator yang digunakan untuk melihat
perekonomian suatu negara, yang pada hakekatnya menyangkut komoditi yang
diperjualbelikan di suatu negara pada tingkat perdagangan besar/grosir.
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) di Indonesia mencakup lima sektor
yaitu pertanian (44 komoditas), pertambangan dan penggalian (6 komoditas), ekspor
(53 komoditas) dan impor (38 komoditas).
2.2.3 Indeks Nilai Tukar Petani
Untuk melihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani dari tahun ke
tahun digunakan indeks harga yang diterima petani, yang merupakan rata-rata harga
produsen dari hasil produksi petani sebelum farm gate atau yang disebut dengan harga
di sawah setelah petik. Dengan membandingkan indeks yang diterima petani (IT)
terhadap indeks harga yang dibayar petani (IB), maka akan diperoleh nilai tukar
petani. Indeks harga yang diterima petani (IT) merupakan suatu ukuran perubahan
harga yang terjadi pada rata-rata harga yang diterima petani untuk produksi
pertaniannya. Sedang indeks yang dibayar petani (IB) merupakan ukuran perubahan
harga yang dibayar petani untuk barang dan jasa baik untuk keperluan rumah tangga
maupun produksi pertanian. Apabila Nilai Tukar Petani (NTP) lebih dari 100, maka
kondisi petani lebih baik dari tahun dasar dan begitu sebaliknya.
2.2.4 Indeks Produktivitas
Produktivitas merupakan rasio antara output atau produksi dengan input.
Produktivitas input bisa mencerminkan jenisnya seperti produktivitas tenaga kerja,
produktivitas modal dan produktivitas mesin. Namun demikian pada saat teknologi
berkembang, sumbangan input sudah tidak dapat dipisahkan, maka sebutan
produktivitas diarahkan pada produktivitas total. Apabila indeks lebih dari 100,
menunjukkan bahwa produktivitas lebih baik dari tahun dasar.
2.3 Penghitungan Indeks Harga Konsumen
Indeks harga termasuk yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
karena secara langsung mencerminkan pergerakan harga berbagai jenis barang.
Dalam pengukurannya indeks harga bisa dicari dengan metode tak tertimbang, metode
tertimbang, metode relatif atau metode rantai.
Indeks harga tak tertimbang atau unweighted melakukan penghitungan indeks
langsung dengan menilai uang dari barang tertentu, dan bukannya mempertimbangkan
satauan barang tersebut, seperti berat barang (kilogram), panjang kain (meter) dan
sebagainya. Dianggap semua variabel yang akan diukur indeksnya mempunyai nilai
yang sama. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan praktis dalam
mengukur sebuah angka indeks (bisa indeks harga, indeks kuantitas atau jenis indeks
yang lain).
Jika pada metode tertimbang atau tak tertimbang, proses perhitungan dimulai
dengan menjumlah seluruh komponen yang ada kemudian dilakukan rata-rata, maka
metode relatif memulai dengan menghitung setiap indeks komponen, kemudian baru
melakukan rata-rata dari semua indeks individe yang didapat. Pada metode rantai
menghitung indeks secara berantai, misal dari tahun 1998 dibandingkan dengan tahun
1997, kemudian tahun 1999 dibandingkan dengan tahun 1998 dan seterusnya.
Berbeda dengan cara sederhana dari metode tak tertimbang, pada metode
indeks harga tertimbang ada bobot yang digunakan untuk membedakan variabel yang
satu dengan yang lain. Seperti adanya penimbang yang berupa kuantitas barang yang
terjual untuk berbagai jenis barang yang berlainan harganya. Mengapa harus
diberikan bobot yang berbeda? Karena pada dasarnya setiap barang dan jasa
mempunyai tingkat utilitas (manfaat dan kepentingan) yang berbeda. Contoh, beras
mungkin dirasakan lebih penting dibandingkan sayuran atau jenis barang yang lain.
Indeks harga tertimbang biasa digunakan untuk indeks agregat di mana banyak jenis
komoditi, sehingga tiap komoditi mempunyai bobot yang berbeda. Metode ini dalam
praktek masih dibagi dalam beberapa cara perhitungan indeksnya, seperti metode
Laspeyres, Paasche, Fisher dan lain sebagainya.
2.3.1. Indeks Laspeyres
Entienne Laspeyres mengembangkan metode ini pada akhir abad ke – 18 dalam
menentukan sebuah indeks tertimbang dengan menggunakan bobot sebagai
11
alat pengukuran yang paling populer. Indeks tertimbang Laspeyres dirumuskan
sebagai berikut :
I
L=
.100. .
0 0
0
Q P
Q Pn
Dengan : IL = Indeks Laspeyres
Pn = Harga Tahun ke n
P0 = Harga Tahun Dasar
Q0 = Jumlah jenis barang yang dikonsumsi pada tahun dasar
(Timbangan / bobot)
Penghitungan Indeks Harga Konsumen pada tahun dasar dilakukan setelah
melalui tahapan-tahapan seperti pembentukan paket komoditas, pengumpulan harga
tahun dasar dan pembentukan diagram timbang dasar. Setelah melakukan
penghitungan IHK bulan berjalan. IHK bulan berjalan tersebut akan digunakan untuk
menghitung laju inflasi/deflasi setiap bulan/tahun.
a) Relatif Harga (RH)
Relatif Harga (RH) adalah Rasio perbandingan harga suatu komoditas pada
suatu periode waktu tertentu terhadap harga pada periode waktu sebelumnya.
RH perbulan untuk setiap jenis barang/jasa digunakan untuk memperoleh Nilai
Konsumsi (NK) perbulan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
100
.
) 1 (n ijnij nij
P
P
RH
Dimana :
RH nij = Relatif harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j
Pnij = Harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j
P(n-1)ij = Harga bulan sebelumnya (n-1) untuk jenis barang i dengan kualitas j
b) Nilai Konsumsi (NK)
Nilai Konsumsi (NK) adalah nilai-nilai yang dikeluarkan oleh rumah tangga
untuk memperoleh suatu komoditas untuk konsumsi. Nilai konsumsi merupakan
perkalian harga suatu komoditas dengan kuantitas yang dikonsumsi pada periode
dasar. Ada dua macam nilai konsumsi yaitu nilai konsumsi pada periode dasar
dan nilai konsumsi pada periode berjalan. Nilai Konsumsi dihitung dengan
rumus :
100
.
) 1(n i ni ni
RH
NK
NK
Dengan :
NKij = Nilai konsumsi bulan ke-n, jenis barang i
NK(n-1)i = Nilai konsumsi sebelumnya (n-1), jenis barang i
RHni = Relatif Harga bulan ke-n, jenis barang i
c) Indeks Laspeyres yang Dimodifikasi
Formula yang digunakan untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di
Indonesia adalah Indeks Laspeyres yang telah dimodifikasi. Adapun formula Indeks
Laspeyres yang telah dimodifikasi adalah sebagai berikut :
I
L=
k i i i i i n k i n ni Q P Q P P P 1 0 0 0 ) 1 ( 1 ( 1). . .
. 100
Dengan : IL = Indeks harga konsumen bulan/tahun ke n
Pni = Harga jenis barang i bulan/tahun ke n
P(n-1)i = Harga jenis barang i bulan/tahun ke (n-1)
P(n-1)i.Qoi = Nilai konsumsi jenis barang i pada bulan/tahun ke (n-1)
Poi.Qoi = Nilai konsumsi jenis barang i pada tahun dasar
k = Banyaknya jenis barang paket komoditas dalam sub
kelompok
13
Indeks Harga Paasche (Hermann Paasche) berbanding terbalik dengan formula
Laspeyres, formula Paasche menggunakan nilai terakhir atau tahun berjalan pada tiap
periode tertentu tersebut dan bukan tahun dasar sebagai bobot untuk menjadi bobot
pada perhitungan. Formula Paasche lebih berupa rataan harmonik yang relatif dengan
perubahan nilai suatu komoditi di tiap periodenya. Berikut rumus atau formula untuk
menghitung indeks harga dengan menggunakan metode Paasche
I
P=
.100. .
0
ni i
ni ni
Q P
Q P
Dengan : IP = Indeks Paasche
Pni = Harga jenis barang i bulan ke n
P0i = Harga jenis barang i pada tahun dasar
Qni = Banyaknya jenis barang i paket komoditas dalam sub
kelompok sebagai pembobot (W)
Dari rumus diatas terdapat rumus utama yaitu perkalian antara indeks
pertumbuhan harga dengan bobot dari tiap komoditi pada periode tertentu dan tidak
terdapat periode dasar yang menjadi acuan. Dengan formula Paasche nilai indeks
harga yang dihasilkan akan lebih detail mengikuti pertumbuhan nilai yang dibobotkan
tersebut, sehingga gejolak kenaikan atau penurunan angka indeks harga akan lebih
terlihat mengikuti perkembangan nilai total dari komoditi tersebut.
2.4 TAHUN DASAR DALAM PENGHITUNGAN ANGKA INDEKS
Di dalam pembuatan angka indeks pada suatu waktu tertentu (minggu tertentu, bulan
tertentu, triwulan tertentu, tahun tertentu), harus ditentukan terlebih dahulu waktu
dasar (base period) yaitu waktu dimana suatu kegiatan akan dipergunakan sebagai
dasar perbandingan (J. Supranto, 1990). Waktu dasar dapat berupa suatu waktu
tertentu (at a point of time), misalnya bulan Oktober 1996, tahun 1996, tahun 2002,
atau berupa suatu jangka waktu atau periode tertentu.
Apabila kita hanya membandingkan suatu kegiatan dari 2 waktu saja (2 bulan,
2 tahun misalnya), maka hal ini tidak sukar, sebab tinggal memilih satu di antara dua,
misalnya untuk indeks harga 9 bahan pokok pada bulan Agustus 2009 dengan waktu
dasar Juli 2009, atau produksi padi tahun 2009 dengan waktu dasar 2008, hal ini
dinamakan Binary Comparison (J. Supranto, 1990). Akan tetapi dalam prakteknya
kita harus membuat angka indeks dari data berkala selama 10 tahun atau lebih,
katakanlah antara 1995-2010, dan lain sebagainya. Untuk ini kita harus memilih satu
waktu tertentu.
Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam menentukan atau memilih
waktu dasar tersebut :
1. Waktu seyogyanya menunjukkan keadaan perekonomian yang stabil, dimana
harga tidak berubah dengan cepat sekali. Di dalam keadaan inflasi orang biasanya
istilah kenaikan harga tetapi pergantian harga, mengingat kenaikan itu tidak wajar,
sering melebihi 100%. Antara tahun 2000-2009, angka indeks Badan Pusat
Statistik didasarkan pada tahun 2002 sebagai waktu dasar, mengingat keadaan
perekonomian selama periode tersebut relatif stabil.
2. Waktu jangan terlalu jauh dibelakang, kalau bisa usahakan paling lama 10 tahun
atau lebih baik kurang dari 5 tahun. Khususnya untuk indeks tertimbang, dimana
timbangannya terdiri dari beberapa barang, seperti indeks biaya hidup.
Timbangan yang dipergunakan untuk membuat indeks biaya hidup, merupakan
suatu hasil penelitian biaya hidup (cost of living survey). Di dalam penelitian itu
ditanyakan sejumlah barang atau komoditi (basket of commodities) yang
dikonsumsi oleh golongan masyarakat tertentu (misalnya pendapatannya rendah).
Komoditi meliputi barang dan jasa yang harus dibeli untuk memenuhi kebutuhan
hidup bagi anggota rumah tangga. Komoditi-komoditi tersebut pada umumnya
dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu bahan makanan; makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar;
sandang; kesehatan; pendidikan, rekreasi dan olah raga; transport komunikasi dan
jasa keuangan. Kalau waktu dasarnya terlalu lama, maka barang dan jasa yang
dahulunya dikonsumsi sudah tidak ada lagi di pasaran (sudah tidak diproduksi)
15
bahwa dengan kemajuan teknologi dapat diciptakan barang-barang baru dan di
samping itu selera masyarakat juga berubah dengan cepat, selalu mengikuti mode
(pakaian, hiburan dan lain sebagainya). Itulah sebabnya waktu dasar harus up to
date (mutakhir), tidak boleh terlalu jauh di belakang.
3. Waktu di mana terjadi perisiwa penting, misalnya saja jika suatu perusahaan
dalam membuat indeks produksi atau hasil penjualan menggunakan waktu dasar
pada saat direktur produksi/pemasaran yang baru diangkat. Dengan demikian
dapat diketahui apakah dengan penggantian pimpinan yang baru itu terjadi
perbaikan-perbaikan (kenaikan produksi dan penjualan) yang tercermin dengan
angka indeks yang selalu lebih besar dari 100% serta meningkat terus. Peristiwa
penting lainnya adalah dilaksanakannya kebijakan baru dalam perekonomian,
dalam pemasaran dan lain sebagainya. Kalau harus berpegang pada kestabilan
(keadaan perekonomian yang normal), mungkin sulit sekali mencari waktu dasar,
akan tetapi sangat mudah untuk menentukan waktu di mana terjadi peristiwa
penting.
4. Waktu dimana tersedia data untuk keperluan timbangan. Hal ini biasanya juga
tergantung kepada tersedianya biaya untuk melakukan penelitian (pengumpulan
data).
Pada suatu ketika apabila waktu dasar dari suatu angka indeks dianggap sudah
out of date, karena sudah terlalu lama atau terlalu jauh ketinggalan, maka perlu
diadakan pergeseran waktu dasar (shifting the base period). Ada tiga cara untuk
melakukan pergeseran itu, yaitu sebgai berikut :
1. Apabila data asli masih tersedia, maka angka pada waktu atau tahun tertentu yang
akan dipakai sebagai tahun dasar yang baru itu diberi nilai 100%. Sedangkan
angka-angka lainnya dibagi dengan angka dari waktu tersebut, kemudian dikalikan
dengan 100%
2. Dibuat berdasarkan indeks yang lama. Indeks pada tahun yang akan dipilih
sebagai waktu dasar diberi nilai 100%, kemudian indeks pada tahun-tahun lainnya
dibagi dengan indeks dari tahun dasar baru, dan mengalikannya dengan 100%.
Cara ini sering digunakan kalau data aslinya sudah tidak ada lagi. Sebaiknya cara
ini dipergunakan kalau angka indeks memenuhi pengujian sirkuler (circular test),
atau kalau terpaksa harus menggeser waktu dasar tetapi data aslinya sudah tidak
ada lagi, seperti telah diuraikan di atas.
3. Harus dilakukan suatu penelitian baru, untuk membuat timbangan bagi indeks
tertimbang, seperti angka indeks biaya hidup. Penelitian harus dilakukan pada
waktu atau tahun dasar yang baru, misalnya Badan Pusat Statistik melakukan
Survei Biaya Hidup (SBH) pada tahun 2007 untuk membuat timbangan bagi
angka indeks biaya hidup yang baru, dengan waktu dasar 2007 sebagai pengganti
indeks biaya hidup yang lama.
2.5 INFLASI
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(continue) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran
distribusi barang. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu
sebelumnya dan berlaku di mana-mana dan dalam rentang waktu yang cukup lama.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat
harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi.
Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus
dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya
harga.
2.5.1 Penyebab Inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya
produksi. Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang
berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan
terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap
faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian
17
kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam
situasi full employment.
Inflasi desakan biaya terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input)
sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya
bahan baku dan kenaikan upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan
usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang. dan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:
1. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan barang dan jasa
2. Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.
3. Kenaikan harga barang impor
4. Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru
5. Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun
1998. akibatnya angka inflasi mencapai 70%.
2.5.2 Dampak Sosial Dari Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti
dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional
dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga
akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan.
Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990,
uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003
atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah.
Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti
misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya
dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata
uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat
inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung,
dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia
usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan,
karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih
rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh
lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan
terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha
besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada
akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya.
Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak
sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut
(biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan gangguan pada stabilitas ekonomi
di mana para pelaku ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam
perekonomian berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku
bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
19
umum akibat harga-harga yang naik. Selain itu distribusi pendapatan pun semakin
buruk akibat tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan inflasi yang terjadi.
2.5.3 Penghitungan Inflasi
Untuk memperoleh persentase (%) perubahan laju inflasi setiap bulan, dengan
mengurangkan indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu
bulan dengan bulan indeks (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya
dikalikan 100 atau indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum)
suatu bulan dibandingkan dengan indeks harga konsumen (IHK sub
kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya, hasilnya dikurangi dengan 1 dan
dikalikan 100. atau dapat dijabarkan dengan rumus sebagai berikut :
L(I)
n=
.100% )1 (
) 1 (
n n n
I I I
Atau
L(I)
n=
( 1).100% )1 (
n
n I
I
Dengan : L(I)n = Laju inflasi bulan/tahun ke n
In = Indeks bulan/tahun ke n
I(n-1) = Indeks bulan/tahun (n-1)
2.5.4 Tujuan dan Kegunaan Penghitungan Inflasi
Data statistik harga-harga pada umumnya dan data statistik harga konsumen pada
khususnya terutama yang telah disusun dalam bentuk indeks dapat digunakan sebagai
indikator atas terjadinya perubahan harga. Selain itu dapat digunakan sebagai alat
untuk melihat seberapa besar tingkat kestabilan harga yang terjadi di suatu
negara/daerah. Hal ini menjadi wajar apabila pemerintah baik pusat maupun daerah
dan konsumen data lainnya akan selalu memperhatikan perubahan-perubahan yang
terjadi atas harga-harga konsumen dan indeksnya.
Adapun secara garis besarnya kegunaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sebagai petunjuk dalam penyusunan kebijaksanaan ekonomi secara umum oleh pemerintah, yaitu dalam merumuskan kebijaksanaan pengambilan keputusan dan
penetapan peraturan yang menyangkut harga, tarip, subsidi, rencana
produksi/pengadaan barang dan lain sebagainya.
2. Digunakan untuk indeksasi upah dan tunjangan gaji pegawai (wage indexation).
3. Digunakan untuk penyesuaian upah buruh oleh pimpinan perusahaan, karena dengan tersedianya data tersebut merupakan bantuan yang besar dalam penetapan
atau penyesuaian upah yang riil, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
4. Untuk beberapa analisa ekonometri seperti : analisa pasar, analisa penjualan atas barang-barang konsumen dan lain-lain.
5. Sebagai indikator maka indeks harga ini juga dipakai untuk mengambil keputusan dalam kebijaksanaan fiskal dan moneter, penyesuaian nilai kontrak (contractual
payment), dan ekskalasi nilai proyek (project escalation), penentuan target inflasi
(inflation targeting), dan indeksasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah (budgeting indexation).
6. Digunakan sebagai proxi perubahan biaya hidup (proxy of cost of living).
21
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. PENGUMPULAN DATA
Indeks Harga Konsumen merupakan hasil pengolahan data Harga Konsumen (HK) di
setiap kota yang dihitung indeksnya. Data harga konsumen meliputi barang dan jasa
dengan kualitas/merek yang umumnya banyak dikonsumsi oleh masyarakat di kota
yang bersangkutan.
3.1.1 Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data
Adapun yang menjadi lokasi atau tempat penelitian untuk memperoleh data Harga
Konsumen dilaksanakan di Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Deli Serdang yang
beralamat di Jl. Karya Utama Kompleks Pemkab Deli Serdang, Lubuk Pakam, telp.
(061) 7951326, email : bps1212@mailhost.bps.go.id. Sedangkan tahun data yang akan
dipergunakan pada penelitian ini adalah data tahun 2009-2010.
3.1.2 Metode Pengumpulan Data
Data harga konsumen diperoleh dari responden/pedagang eceran terpilih. Pemantauan
data harga konsumen meliputi 300 jenis barang dan jasa hasil Survei Biaya Hidup
(SBH) 2002 Kota Medan, dengan asumsi kondisi Kota Lubuk Pakam (dalam hal ini
mewakili Kabupaten Deli Serdang) mendekati Kota Medan yang diwakili oleh 1-3
kualitas/merek untuk setiap komoditasnya. Asumsinya bahwa pola konsumsi
masyarakat di Kota Lubuk Pakam sama dengan pola konsumsi kota SBH terdekat.
Jumlah jenis barang dan jasa dipilih berdasarkan kriteria tertentu, sedangkan
kualitas/merek sesuai dengan yang dikonsumsi masyarakat Kota Lubuk Pakam.
Dalam pengolahan data Harga Konsumen atau penghitungan Indeks Harga Konsumen
(IHK) tahun 2009-2010 di Kabupaten Deli Serdang menggunakan tahun dasar 2007 =
100.
Komoditas yang dicakup dalam pengumpulan data harga konsumen didasarkan
pada paket komoditas yang telah disusun berdasarkan paket komoditas dari SBH
[image:35.595.107.532.247.704.2]terdekat dari lokasi Kota Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 1. Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
Kelompok/Sub Kelompok Pengeluaran
(1) (2)
I BAHAN MAKANAN
- Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasil-hasilnya
- Daging dan Hasil-hasilnya
- Ikan Segar
- Ikan Diawetkan
- Telur, Susu dan hasil-hasilnya
- Sayur-sayuran
- Kacang-kacangan
- Buah-buahan
- Lemak dan Minyak
- Bahan Makanan Lainnya
II MAKANAN JADI, MINUMAN , ROKOK DAN TEMBAKAU
- Makanan Jadi
- Minuman yang tidak Beralkohol
- Tembakau dan Minuman Beralkohol
III PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR
- Biaya Tempat Tinggal
- Bahan Bakar, Penerangan dan Air
23
IV. SANDANG
- Sandang Laki-Laki
- Sandang Wanita
- Sandang Anak-Anak
- Barang Pribadi dan Sandang Lainnya
V. KESEHATAN
- Jasa Kesehatan
- Obat-Obatan
- Jasa Perawatan Jasmani
- Perawatan Jasmani dan Kosmetik
VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA
- Jasa Pendidikan
- Kursus-kursus / Pelatihan
- Perlengkapan / Peralatan Pendidikan
- Rekreasi
- Olahraga
VII. TRANSPORT, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN
- Transport
- Komunikasi dan Pengiriman
- Sarana dan Penunjang Transport
- Jasa Keuangan
3.2. PENGHITUNGAN INDEKS HARGA KONSUMEN
Penghitungan IHK tahun 2009 dan 2010 disini penulis memakai tahun 2007 sebagai
tahun dasar dengan alasan supaya tidak terlalu jauh di belakang, dan terdapat data
yang dibutuhkan untuk penghitungan inflasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang (terlampir) dapat dilakukan proses
penghitungan inflasi untuk tahun 2009 dan 2010 sebagai berikut :
1. Metode Laspeyres yang Dimodifikasi
dilakukan setelah melalui tahapan-tahapan seperti pembentukan paket komoditas,
pengumpulan harga tahun dasar dan pembentukan diagram timbang dasar. Setelah
melakukan penghitungan IHK bulan berjalan, IHK bulan berjalan tersebut akan
digunakan untuk menghitung laju inflasi/deflasi setiap bulan/tahun.
d) Relatif Harga (RH)
Setelah diperoleh data pertama sekali adalah menentukan angka Relatif Harga
(RH) perbulan untuk setiap jenis barang/jasa digunakan untuk memperoleh Nilai
Konsumsi (NK) perbulan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
100
.
) 1 (n ijnij nij
P
P
RH
Dengan :
RH nij = Relatif harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j
Pnij = Harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j
P(n-1)ij = Harga bulan sebelumnya (n-1) untuk jenis barang i dengan kualitas j
Sebagai contoh salah satu komoditi yang dipakai untuk penghitungan inflasi
adalah beras. Pada bulan Januari 2009 diketahui rata-rata harga beras adalah
Rp.7.100,- dan rata-rata harga bulan sebelumnya yaitu Desember 2008 adalah
Rp.6.853,- jadi dapat dicari relatif harga untuk Januari 2009 :
100
.
des Januari Jan
P
P
RH
100
.
853
.
6
100
.
7
Jan
RH
=
103,60
Sehingga diperoleh RH untuk bulan Januari 2009 sebesar 103,60 demikian
seterusnya hingga diperoleh RH untuk bulan desember 2010 untuk semua
25
e) Nilai Konsumsi (NK)
Untuk komoditi yang sama yaitu beras dapat dicari Nilai Konsumsi sebagai
berikut :
100
.
) 1(n i ni ni
RH
NK
NK
Diperoleh NK untuk komoditi beras pada bulan Januari 2009 adalah 204.714,98
hal ini juga berlaku untuk semua komoditi yang dipakai pada penghintungan
inflasi.
f) Indeks Laspeyres yang Dimodifikasi
Setelah diperoleh RH dan NK untuk setiap komoditi, maka langkah
selanjutnya adalah mencari angka Indeks. Jadi untuk angka indeks untuk komoditi
beras sesuai dengan Indeks Laspeyres yang telah dimodifikasi adalah sebagai berikut :
I
L=
k i i i i i n k i n ni Q P Q P P P 1 0 0 0 ) 1 ( 1 ( 1). . .
. 100
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh angka indeks untuk komoditi beras adalah
sebesar 103,65. Dan rumus ini berlaku untuk setiap komoditi yang dihitung angka
indeksnya dalam proses perhitungan Inflasi.
2. Metode Paasche
Pada metode Paasche, penghitungan IHK menggunakan nilai terakhir atau tahun
berjalan pada tiap periode tertentu tersebut dan bukan tahun dasar sebagai bobot untuk
menjadi bobot pada perhitungan. Untuk melihat perbandingan angka indeks dari hasil
penghitungan dengan metode Laspeyres yang dimodifikasi dan indeks paasche,
berikut akan dicari indeks untuk komoditi beras dengan rumus atau formula Paasche,
dengan memakai data yang sama ;
I
P=
.
.
100
.
0
ni i ni niQ
P
Q
P
I
P=
100 78 , 605 . 297 . 402 . 100 , 350 . 476 . 453 . 1
x
= 103,65
Dari perhitungan diatas diperoleh angka indeks untuk komoditi beras adalah sebesar
103,65 demikian seterusnya untuk semua komoditi yang sama yang dipakai dalam
metode Paasche.
Dalam metode Laspeyres yang dimodifikasi dan metode Paasche IHK dibuat
secara bertahap yaitu dihitung IHK untuk tiap sub kelompok, kemudian IHK
kelompok dan terakhir IHK umum. Apabila nilai konsumsi sub kelompok yang
tercakup dalam suatu kelompok dikumulatifkan disebut nilai konsumsi kelompok,
apabila dibagi dengan kumulatif nilai konsumsi tahun dasar dari beberapa sub
kelompok yang sama yang tercakup dalam kelompok dan hasilnya dikalikan 100,
maka diperoleh indeks kelompok. Sedangkan untuk mendapatkan indeks umum, nilai
konsumsi kelompok dikumulatifkan maka didapat nilai konsumsi umum kemudian
dibagi dengan kumulatif nilai konsumsi umum tahun dasar dan hasilnya dikalikan
100.
Pada tabel dibawah ini, akan terlihat hasil dari penghitungan indeks menurut
kedua metode yang dipakai untuk penghitungan angka indeks yang selanjutnya nanti
akan dicari besar laju inflasi umum. Berikut adalah tabel hasil perhitungan indeks
27
Tabel 2.
Indeks Harga Konsumen (IHK) menurut Metode Laspeyres yang dimodifikasi
dan Metode Paasche Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009
No Sub Kelompok Pengeluaran
IHK
Januari Februari Maret
Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 117,67 114,40 103,68 98,99 105,92 176,97 107,41 112,92 121,28 125,30 89,15 105,63 144,15 100,81 118,37 114,70 103,68 101,26 103,92 176,97 107,41 113,95 123,71 125,31 93,60 105,63 144,15 100,81 117,74 114,40 103,68 102,26 105,92 176,97 107,41 113,75 123,71 125,30 95,38 105,63 144,15 100,81
Tabel 2. Lanjutan
No Sub Kelompok Pengeluaran
IHK
April Mei Juni
Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 116,00 114,47 106,46 102,44 107,25 176,97 107,41 111,03 124,53 125,19 95,47 105,81 144,15 100,81 117,54 117,05 106,46 101,13 107,25 176,97 107,41 111,10 125,50 125,19 92,90 105,81 144,15 100,81 117,61 118,76 109,52 100,95 107,17 176,97 107,41 111,28 126,94 126,00 92,81 109,53 144,15 100,81
Tabel 2. Lanjutan
No Sub Kelompok Pengeluaran
IHK
Juli Agustus September
Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 117,59 118,76 109,52 100,95 107,17 176,97 107,41 111,17 126,94 126,00 92,81 109,53 144,15 100,81 116,94 116,94 112,36 100,90 106,48 184,60 103,46 111,07 123,48 127,60 92,80 108,87 149,14 160,80 116,32 117,07 112,36 100,51 107,51 185,37 103,46 111,01 122,85 127,60 92,05 109,06 149,13 160,80
Tabel 2. Lanjutan
No Sub Kelompok Pengeluaran
IHK
Oktober November Desember
Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
29
Tabel 3.
Indeks Harga Konsumen (IHK) menurut Metode Laspeyres yang dimodifikasi
dan Metode Paasche Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010
No Sub Kelompok Pengeluaran
IHK
Januari Februari Maret
Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 131,54 121,17 115,37 108,85 105,38 187,07 103,46 122,44 126,38 132,63 109,31 109,49 149,14 100,80 134,31 120,77 115,40 108,23 105,38 187,07 103,48 126,79 125,71 132,63 107,55 109,49 149,14 100,80 128,89 120,91 115,40 108,23 105,38 187,07 103,48 119,49 125,93 132,63 107,55 109,49 149,14 100,80
Tabel 3. Lanjutan
No Sub Kelompok Pengeluaran
IHK
April Mei Juni
Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 128,65 120,91 115,40 108,23 105,38 187,07 103,48 119,35 125,93 132,63 107,55 109,49 149,14 100,80 130,19 120,77 115,40 108,85 105,38 187,07 103,48 121,23 125,71 132,63 108,98 109,49 149,14 100,80 151,67 120,63 115,40 110,71 105,38 187,07 103,48 160,00 125,50 132,66 113,34 109,49 149,14 100,80
Tabel 3. Lanjutan
No Sub Kelompok Pengeluaran
IHK
Juli Agustus September
Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan, rekreasi dan Olah raga Transport, komunikasi dan Jasa Keuangan 166,01 126,77 115,40 110,71 105,38 187,07 103,48 204,33 132,81 132,66 113,34 109,49 149,14 100,80 143,61 127,18 115,40 110,06 105,38 187,07 103,48 138,17 133,20 132,66 111,79 109,49 149,14 100,80 125,19 127,18 115,40 110,09 105,38 187,07 103,48 115,61 133,20 132,66 111,79 109,49 149,14 100,80
Tabel 3. Lanjutan
No Sub Kelompok Pengeluaran
IHK
Oktober November Desember
Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
31
3.2 PENGHITUNGAN INFLASI
Setelah mendapatkan angka indeks berdasarkan metode Laspeyres yang Dimodifikasi
dan Metode Paasche, dapat dihitung laju inflasi. Untuk memperoleh persentase (%)
perubahan indeks atau laju inflasi setiap bulan, dengan mengurangkan indeks Harga
Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dengan bulan indeks
(IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya dikalikan 100 atau indeks
Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dibandingkan
dengan indeks harga konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan
sebelumnya, hasilnya dikurangi dengan 1 dan dikalikan 100. atau dapat dijabarkan
dengan rumus sebagai berikut :
L(I)
n=
.100% ) 1 ( ) 1 ( n n n I I IAtau
L(I)
n=
( 1).100% ) 1 ( n n I IRumus diatas berlaku untuk metode Laspeyres yang dimodifikasi dan juga
metode Paasche. Dimana untuk tahun 2009 dan 2010 memakai tahun 2007 artinya
2007 = 100, maka perhitungannya akan dimulai dari Januari 2008 dengan I(n-1) = 100.
Sebagai contoh perhitungan sebagai berikut :
1. Untuk Indeks Laspeyres :
L(I)
Januari 2008=
( 1).100% ) 1 ( n n I I= 1).100% 100
17 , 103
(
= 3,17
L(I)
Januari 2009=
( 1).100% 20082009
Des Jan
I I
= 1).100% 58
, 111
09 , 112
(
= 0,46
2. Untuk Indeks Paasche :
L(I)
Januari 2008=
( 1).100% )1 (
n
n I
I
= 1).100% 100
19 , 100
(
= 0,19
L(I)
Januari 2009=
( 1).100% 20082009
Des Jan
I I
= 1).100% 60
, 105
97 , 105
(
= 0,35
Demikian berlaku untuk setiap bulannya hingga diperoleh angka atau laju
inflasi/deflasi untuk setiap bulan selama tahun 2009 dan 2010 seperti dalam tabel
33
Tabel 4.
Laju Inflasi menurut Metode Laspeyres yang dimodifikasi
dan Metode Paasche Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 - 2010
No Bulan
Laju Inflasi
2009 2010
Laspeyres Paasche Laspeyres Paasche
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 0,46 0,32 -0,07 0,52 0,47 1,01 -0,00 -0,03 -0,06 -0,08 0,36 0,06 0,35 0,03 -0,01 -0,04 0,01 0,18 0,00 -0,37 -0,00 0,48 0,00 0,00 4,49 0,46 1,02 -0,05 -0,31 4,25 3,47 4,01 3,45 0,15 2,24 4,54 0,67 0,00 -0,03 0,00 0,02 0,19 0,20 -0,29 -0,09 0,01 0,07 0,23
INFLASI UMUM 2,95 1,38 11,38 0,98
Dari perhitungan diperoleh laju inflasi secara umum dengan metode
Laspeyres yang dimodifikasi untuk tahun 2009 sebesar 2,95 dan tahun 2010
meningkat tajam sebesar 11,38. Sedangkan laju inflasi dengan metode Paasche untuk
tahun 2009 diperoleh sebesar 1,38 dan untuk tahun 2010 sebesar 0,98.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi pada bab sebelumnya maka dengan demikian
dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
1. Dari perhitungan diperoleh laju inflasi secara umum dengan metode Laspeyres
yang dimodifikasi untuk tahun 2009 sebesar 2,95 dan tahun 2010 meningkat
tajam sebesar 11,38. Sedangkan laju inflasi dengan metode Paasche untuk tahun
2009 diperoleh sebesar 1,38 dan untuk tahun 2010 sebesar 0,98.
2. Kedua rumus tersebut menggunakan timbangan/bobot yang sangat berbeda.
Laspeyres menggunakan nilai konsumsi pada waktu dasar, oleh sebab itu indeks
tidak akan terpengaruhi untuk mengikuti perubahan bobot dari periode ke
periode. Karena bobot yang digunakan adalah bobot tahun tertentu sebagai dasar.
Sehingga perhitungan indeks harga yang menggunakan formula Laspeyres ini
cenderung akan bernilai lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan indeks harga
dengan formula Paasche.
3. Sedangkan Paasche menggunakan nilai konsumsi pada waktu t (waktu yang
bersangkutan sebagai timbangan) oleh sebab itu perubahan yang dihasilkan pada
perhitungan akan mengikuti perubahan bobotnya, dalam hal ini bobot tiap periode
akan berubah, dan nilai indeks harganya pun akan mengikuti perubahan bobot
tersebut. Sehingga indeks harga ini cenderung akan meredam perubahan harga
dikarenakan ada pengaruh perubahan bobot tersebut
4. Dilihat dari segi praktis, Laspeyres lebih baik karena timbangan tidak
berubah-ubah akan tetapi secara teoritis kurang baik, sebab yang mempengaruhi harga
sebetulnya nilai konsumsi pada waktu yang bersangkutan. Sebaliknya di lihat
35
diperhitungkan pengaruhnya terhadap perubahan harga, akan tetapi dari segi
praktis susah sekali diterapkan. Khususnya di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, untuk mendapatkan data nilai konsumsi yang sama up to date - nya
akan sulit sekali.
4.2. SARAN
Dari hasil penelitian maka penulis menyarankan sebagai berikut ;
1. Kedua rumus yang dibahas baik metode Laspeyres yang dimodifikasi maupun
metode Paasche memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing, dan bisa
dipergunakan apabila memilki data yang cukup up to date untuk memperoleh
hasil yang lebih baik dan mendekati kondisi sebenarnya di masyarakat.
2. Perhitungan laju inflasi harus dilakukan dengan cara cermat dan dengan data yang
cukup up to date (bila memungkinkan)
3. Metode Laspeyres yang dimodifikasi dapat dipakai apabila data nilai konsumsi
tidak memungkinkan diperoleh untuk tiap tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://unstats.un.org/, Indeks Harga dengan Formula Laspeyres dan Paasche, 8 Maret
2011
http://encyclopedia2.thefreedictionary.com, Indeks Kuantitas, 8 Maret 2011
Ir. M. Iqbal Hasan (1999), Pokok-Pokok Materi Statistika 1(Statistik Deskriptif)
J. Supranto, M.A (1990), Statistik Teori dan Aplikasi, edisi kelima jilid 1, Penerbit
Erlangga
Nana Danapriatna, Rony Setiawan (2005), Pengantar Statistika, Penerbit Graha Ilmu
edisi pertama
Singgih Santoso (2003), Statistik Deskriptif Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft
Excel dan SPSS, Penerbit Andi Jogjakarta
Suharyadi, Purwanto S.K (2003), Statistika Untuk Ekonomi & Keuangan Modern,
Buku I, Penerbit Salemba Empat Jakarta
(2008), Penghitungan Inflasi di Luar Empat Kota Terpilih Nasional di Sumatera
Utara, Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara
(2005-2009), Indikator Ekonomi Kabupaten Deli Serdang, Badan Pusat Statistik