• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Monogliserida Melalui Gliserolisis Minyak Inti Sawit Menggunakan Katalis Natrium Metoksida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Monogliserida Melalui Gliserolisis Minyak Inti Sawit Menggunakan Katalis Natrium Metoksida"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN MONOGLISERIDA MELALUI GLISEROLISIS

MINYAK INTI SAWIT MENGGUNAKAN KATALIS

NATRIUM METOKSIDA

Herlince Sihotang, Mimpin Ginting

Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara

Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155

Abstrak

Minyak inti sawit menggunakan katalis NaOCH3 menghasilkan campuran senyawa Monogliserida (MG),

Digliserida (DG) dan Trigliserida(TG) dan dipisahkan melalui kromatografi kolom dengan eluen n-heksana:dietil eter:asam formiat = 80:20:2 (v/v) menghasilkan MG sebesar 37,26% yang dianalisis secara

titrasi iodometri. MG yang diperoleh dari hasil pemisahan dielusidasi melalui analisis spektroskopi FT-IR, dan melalui metode titrasi dengan menentukan harga bilangan asam dan bilangan penyabunan diperoleh harga HLB sebesar 13,8.

Kata kunci: Ekstraksi, Gliserolisis, Kromatografi Kolom, Kromatografi FT-IR

PENDAHULUAN

Kelapa sawit memiliki produktivitas yang lebih tinggi dengan menghasilkan minyak sekitar 7 ton/ha per tahun dibandingkan dengan minyak kedelai yang hanya menghasilkan minyak sebesar 3 ton/ha per tahun. Kelapa sawit menghasilkan minyak kelapa sawit yang dapat diperoleh dari mesokrap buah berkisar 72 – 80% dan minyak inti sawit yang diperoleh dari inti kelapa sawit berkisar 8 – 10%. Minyak inti sawit mempunyai komposisi asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa, sehingga banyak digunakan dalam industri bahan makanan misalnya industri margarin dan minyak goreng. Selain produk olahan pangan, minyak inti sawit dapat juga diolah menjadi berbagai jenis produk non-pangan (Naibaho, 1988).

Mono- dan diasilgliserida termasuk salah satu produk diversifikasi minyak yang bernilai ekonomi relatif tinggi dan mempunyai prospek pasar yang cukup cerah pada era pasar global. Hal tersebut disebabkan karena mono- dan diasilgliserida dibutuhkan baik dalam industri pangan dan

farmasi, industri kosmetika serta produk pencuci atau pembersih, sebagai surfaktan atau bahan emlsifier (Hasanuddin, 2001).

Untuk memperoleh senyawa monogliserida tersebut telah banyak diupayakan melalui reaksi gliserolisis terhadap lemak maupun metil ester asam lemak, baik menggunakan katalis secara reaksi kimia maupun katalis enzim lipase secara bioteknologi. Beberapa peneliti terdahulu yang berhasil membuat senyawa monogliserida yaitu melalui gliserolisis tehadap campuran minyak inti sawit dan stearin untuk pembuatan shortening

yang mengandung C12 dan C18 (Suarti, B., 2003). Demikian juga gliserolisis minyak kelapa dengan menggunakan katalis natrium hidroksida, kalium hidroksida, dan natrium metoksida maupun secara selektif melalui reaksi ketalisasi terhadap gliserol yang dilanjutkan esterifikasi dengan metil ester asam lemak yang kaya akan kandungan asam lemak C12:0 dan C14:0 diikuti deketelisasi.

(2)

tertarik mensintesis monogliserida melalui reaksi gliserolisis minyak inti sawit dengan menggunakan katalis natrium metoksida.

BAHAN DAN METODA

Bahan

Penelitian bersifat eksperimen laboratorium dengan sampel minyak inti sawit (RBDPO) adalah hasil olahan dari PT Swasta yang diperoleh melalui proses

bleaching (pemucatan) dan deodorizing

(pemurnian) dengan kadar asam lemak bebas 0,045%. Bahan kimia yang digunakan diperoleh dari retailer bahan kimia di Kota Medan dan umumnya buatan E. Merck. Sebelum pelarut digunakan diredestilasi dan pelarut yang bebas air pada waktu disimpan dalam tabung suasana gas nitrogen diberikan molekuler shive 4 Ao. Analisis FT-IR dilakukan di laboratorium kimia organik FMIPA-UGM, Yogyakarta.

Metoda

Gliserolisis dilakukan dengan bantuan pengaduk mekanik pada kecepatan 3000 rpm selama 1 jam dalam berbagai perbandingan antara minyak: gliserol. Monogliserida yang dihasilkan diuji secara analisa kromatografi kolom, sedangkan elusidasi struktur dianalisa secara spektroskopi FT-IR, serta pengukuran harga HLB dilakukan melalui metode titrasi asam-basa dengan penentuan harga bilangan penyabunan dan bilangan asam.

Gliserolisis Minyak Inti Sawit dengan Gliserol

Ke dalam botol aspirator dimasukkan 0,3 mol gliserol dan 1% katalis natrium metoksida, kemudian diaduk dengan pengaduk mekanik dengan kecepatan 3500 rpm sampai natrium metoksida larut, lalu ditambah 0,1 mol minyak inti sawit dan diaduk lagi selama 1 jam.

Hasil gliserolisis dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan dietil eter dan asam sitrat sehingga terbentuk dua lapisan, lapisan atas dicuci dengan akuades dan uapkan dietil eternya. Residu yang diperoleh kemudian dikeringkan dengan alat vakum. Hasil yang diperoleh disimpan di dalam desikator. Diulangi perlakuan yang sama untuk 0,2 mol, 0,3 mol, 0,4 mol, dan 0,5 mol gliserol.

Pemisahan Monogliserida, Digliserida dan Trigliserida

Sebanyak 30 ml hasil gliserolisis yang diperoleh dimasukkan ke dalam kolom kromatografi yang berisi adsorben silika gel G 60. Selanjutnya dielusi berturut-turut secara bertahap di mana masing masing hasil elusi ditampung dalam wadah yang berbeda.

1.Menggunakan eluen n-heksana untuk mendapatkan trigliserida.

2.Menggunakan eluen n-heksana:dietil eter:asam formiat = 90:10:2 (v/v) untuk mendapatkan digliserida.

3.Menggunakan eluen n-heksana:dietil eter:asam formiat = 80:20:2 (v/v) untuk mendapatkan monogliserida.

Masing masing fraksi di atas diuapkan melalui rotarievavorator, selanjutnya untuk menentukan kemurnian daripada monogliserida dilakukan uji analisis KLT, sedangkan strukturnya dianalisis melalui pemeriksaan secara spektroskopi FT-IR.

Penentuan Kadar MG

(3)

sebanyak 10 ml lalu dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna coklatnya hilang, indikator amilum diteteskan maka terbentuk larutan biru dan titrasi dilanjutkan sampai warna birunya hilang. Dihitung berapa ml natrium tiosulfat yang digunakan pada titrasi ini. Titrasi dilakukan dalam tiga kali pengukuran. Jumlah MG ditetapkan dengan rumus:

N = normalitas natrium tiosulfat M = masa sampel

Mr = berat molekul MG yang terdapat pada sampel

Penentuan HLB Melalui Metode Titrasi Harga HLB dapat ditentukan dengan cara menentukan terlebih dahulu bilangan penyabunan dan bilangan asam dari surfaktan tersebut, di mana harga HLB diperoleh dari persamaan berikut:

HLB = 20 (1 -

A S

)

di mana:

HLB = Hidrofilik Lifofil Balance S = Bilangan Penyabunan A = Bilangan Asam

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gliserolisis minyak inti sawit menggunakan katalis NaOCH3 menghasilkan senyawa campuran yang terdiri dari monogliserida, digliserida, dan trigleserida. Gliserolisis terhadap minyak inti sawit menggunakan katalis NaOCH3 dengan berbagai perbandingan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Kadar Monogliserida dengan Variasi Mol Reaktan

Minyak Inti Sawit Waktu(Jam) % Monogliserida

1:1 1 19,81

Pengaruh lamanya waktu pengadukan terhadap gliserolisis memberikan hasil seperti pada tabel di atas.

Tabel 2. Kadar Monogliserida dengan Variasi Waktu Waktu(Jam) Minyak Inti Sawit:Gliserol

(4)

Identifikasi hasil reaksi secara kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan

developer campuran pelarut n-heksan:distil eter:asam formiat = 80:20:2 (v/v) memberikan tiga noda dengan harga Rf = 0,16 untuk monogliserida, Rf = 0,46 untuk digliserida, dan Rf = 0,7 untuk trgliserida.

Hasil pemeriksaan ketiga senyawa tersebut secara kromatografi kolom menggunakan silica G.60 untuk tahap pertama dengan eluen n-heksan diperoleh trigliserida, untuk tahap kedua dengan eluen n-heksana:dietil eter:asam formiat = 90:10:2 (v/v) diperoleh digliserida, untuk tahap ketiga dengan eluen n-heksana:dietil

eter:asam formiat = 80:20:2 (v/v) diperoleh monogliserida. Hasil analisa KLT dengan

developer n-heksan:dietil eter:asam formiat = 80:20:2 (v/v) diperoleh noda tunggal untuk monogliserida dengan harga Rf = 0,14. Hasil analisa spektroskopi FT-IR untuk monogliserida memberikan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3568 cm-1, 3463 cm-1, 2850 cm-1, 1793 cm-1, 1465 cm-1, 1377 cm-1, 1172 cm-1, 1029 cm-1, dan 721 cm-1. Harga HLB ditentukan dengan cara penentuan bilangan penyabunan dan bilangan asam senyawa monogliserida yang dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 3. Penentuan Bilangan Penyabunan dengan Metode Titrasi

Sampel Massa Sampel

(gr)

Volume Titrasi (ml)

Bilangan penyabunan

Blanko - 16,10

- 16,10 - - 16,10

Minyak inti 5,177 15,70

Sawit + gliserol 5,240 5,209

15,60 15,65

2,62

Tabel 4. Penentuan Bilangan Asam dengan Metode Titrasi

Sampel Massa Sampel

(gr)

Volume Titrasi (ml)

Bilangan Asam

Minyak inti 5,272 2,70

Sawit + gliserol 5,117 2,75 1,55

(5)

Dengan menggunakan rumus maka dapat diperoleh harga HLB dari senyawa monogliserida yaitu 13,8 yang berfungsi sebagai bahan detergen.

Gliserolisis terhadap minyak inti sawit menggunakan katalis NaOCH3 akan menghasilkan gliserolat dalam bentuk campuran monogliserida, diagliserida, dan trigliserida yang dapat dipisahkan secara kromatografi kolom. NaOCH3 merupakan katalis yang efektif di dalam reaksi gliserolisis karena atom C dari NaOCH3 lebih elektropositif sehingga atom O lebih elektronegatif dan juga menyebabkan atom Na dari NaOCH3 lebih elektropositif. Dan dapat dilihat pada tabel kadar MG dengan variasi mol reaktan di mana pada perbandingan mol antara minyak inti sawit: gliserol yaitu 1:3 diperoleh % monogliserida

sebesar 37,26% yang merupakan persentase monogliserida terbesar. Penggunaan gliserol berlebih dalam reaksi gliserolisis bertujuan untuk mengurangi terbentuknya kembali trigliserida karena dengan penambahan gliserol ke dalam campuran reaksi maka trigliserida akan mengalami gliserolisis untuk membentuk monogliserida (Noureddini dan Medikonduru, 1977). Dalam proses gliserolisis lemak dan minyak akan terjadi tahapan-tahapan reaksi

reversible di mana monogliserida adalah hasil reaksi utama serta digliserida dan trigliserida juga dihasilkan dalam kesetimbangan reaksi.

Mekanisme reaksi yang terjadi diperkirakan sebagai berikut.

(6)

Gambar 1.Spektrum FT-IR Monogliserida

Spektrum ini memberikan puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1739 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=O ester dan terlihat puncak serapannya tidak tajam (melebar) karena monogliserida yang terjadi bukan dari satu jenis molekul melainkan lebih dari satu jenis molekul dan disebabkan juga asam lemak dari minyak inti sawit bukan asam lemak tunggal tetapi terdiri dari beberapa jenis lemak. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1172 cm-1 sampai 1029 cm-1 yang merupakan vibrasi C-O-C dari ester. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 2850 cm-1 merupakan vibrasi stretching CH-sp3 dan didukung puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1465 cm-1 sampai 1377 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus metil dan metilen. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 721 cm-1 menunjukkan vibrasi rocking dari (CH2)n untuk n ≥ 4.

3568 cm-1 sampai 3463 cm-1 adalah vibrasi dari gugus OH. Hasil spektrum tidak besar sebagai monogliserida karena terbentuk ikatan hidrogen pada gugus hidroksil antara molekul monogliserida dalam senyawa tersebut sehingga gugus OH yang vibrasinya tidak melebar yang menunjukkan bahwa MG yang dihasilkan membentuk ikatan hidrogen pada gugus-gugus hidroksil antara molekul-molekul MG dalam senyawa tersebut sehingga gugus OH tidak bebas secara total melakukan vibrasi.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Gliserolisis terhadap minyak inti sawit

menggunakan katalis NaOCH3

(7)

2. Pemisahan senyawa MG dilakukan melalui cara kromatografi kolom menggunakan silika gel G.60 dan eluen n-heksana: dietil eter: asam formiat = 80:20:2 (v/v). 3. Hasil analisis spektroskopi FT-IR

menggambarkan spektrum bahwa senyawa hasil reaksi yang telah dipisahkan secara kromatografi kolom adalah senyawa monogliserida campuran.

4. Senyawa MG yang diperoleh

merupakan suatu bahan surfaktan yang digolongkan ke dalam bahan detergen dengan harga HLB = 13,8.

DAFTAR PUSTAKA

Hasanuddin, A., (2001), ”Kajian Tehnologi Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Mentah untuk Produksi Emulsifier Mono-Diasigliserol dan Konsentrat Karotenoid”, Makalah Falsafah Sains (PPs702), Institut Pertanian Bogor.

Maag, H., (1984), ”Fatty Acid Derivaties: Important Surfactants For Household, Cosmetics and Industrial Purposes”, J. Am. Oil. Chem. Soc., 61,259.

Naibaho, P. N., (1988), “Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit”, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan, Sumatera Utara. Noureddini, H., and Medikonduru,V., (1997),

Glycerolysis of Fats and Methyl Esters”, J, Am, Oil Chem Soc., 74,419.

Noureddini, H., and Harmeler, SE., (1998), ”Enzimatic Glycerolysis of Soybean Oil”, J, Am, Oil Chem Soc., 75,1359.

Sadi, S., (1994), ”Gliserolisis Minyak Kelapa Sawit dan Inti Sawit dengan Piridin”, Buletin PPKS, Vol. 2.

Gambar

Tabel 2. Kadar Monogliserida dengan Variasi Waktu
Tabel 3. Penentuan Bilangan Penyabunan dengan Metode Titrasi
Gambar 1.Spektrum FT-IR Monogliserida

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran yang tertuang dalam Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : 14/PBJ-KEMENAG-KATINGAN /VII/2012 tanggal 30 Juli 2012 dan Surat

Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pasal 7 ayat (7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

Kecamatan Kota Besi yang diumumkan pada tanggal 17 Juli 2012, Panitia Lelang Kantor. Kementerian Agama Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur TA 2012

(3) Format dan bentuk permohonan rekomendasi teknis untuk perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan

[r]

yang dilaksanakan minggu lalu , dan schedul pelelangan telah menyesuaikan dari schedue pelaksanaan pemenang yang disampaikan dari pelelangan rehab pada waktu

s test Tes lisan (di kelas) Menyebutkan dan menjelaskan manfaat mata kuliah Manajemen Keuangan Pelayanan Kesehatan dengan benar dan terperinci Menyebutkan dan

Dengan ini diberitahukan bahwa dalam rangka menindaklanjuti penyusunan Standard Nasional Perguruan Tinggi yang disesuaikan dengan Permenristekdikti No.44 Tahun 2015,